Anda di halaman 1dari 11

Proses Terbentuknya Perjanjian

Bilateral
DISUSUN OLEH

Nama : Yoshua Andres Kabanga | NIM : 20202147 | Kelas : R5H


Daftar Isi
Pendahuluan 2
Isi 4
A. Perjanjian Bilateral..................................................................................................................4

B. Proses Terbentuknya Perjanjian Bilateral..............................................................................6

C. Contoh Konkrit Kasus Perjanjian Bilateral............................................................................7

Penutup 9
Kesimpulan 9

PAGE 1
Pendahuluan

Perjanjian adalah persetujuan tertulis atau dengan lisan yang dibuat oleh
dua pihak atau lebih, Masing- masing bersepakat akan mentaati apa yang tersebut
dalam persetujuan itu1. Dalam Oxford Learner’s Dictionary, perjanjian atau
agreement didefinisikan sebagai an arrangement, a promise or a contract made
with somebody. Jika ditranslasikan, definisi dalam referensi Oxford Learner’s
Dictionary yang mengandung makna agreement atau perjanjian yang bila
ditranslasikan ke dalam bahasa indonesia maka pengertian dari perjanjian
menurut Oxford Learner’s Dictionary adalah pengaturan, janji atau kontrak yang
dibuat dengan seseorang2.

Terdapat banyak versi tentang etimologi dari kata perjanjian. Ada yang
mengatakan bahwa perjanjian berasal dari kata arab, yaitu Mu‟ahadah Ittida,
atau dapat diistilahkan juga sebagai akad.3 Ada juga yang menyatakan bahwa
secara etimologi, perjanjian berasal dari kata belanda, overeenkomst. Pada
dasarnya,arah dari etimologi perjanjian dalam ilmu linguistik mengarah pada
suatu ikatan yang mengandung jaminan.

Dalam lingkup hukum, arti kata perjanjian adalah A concord of


understanding and intention, between two or more parties, with respect to the effect
upon their relative rights and duties, of certain past or future facts or performances. 4
Dalam definisi tersebut, terbentuknya suatu perjanjian harus didasari dengan etika

1
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
2
Translasi menggunakan google translate
3
Chairuman Pasaribu dan Suhrawadi K. Lubis, Hukum Perjanjian Dalam Islam,
Sinar Grafika, 2004, Jakarta, hlm.1

4
“Definition Of Agreement” The Law Dictionary

PAGE 2
moral yang artinya suatu perjanjian tidak hanya dibuat semena-mena akan tetapi
harus ada concord atau ada kerukunan yang terbentuk dari etika moral kedua
belah pihak. Istilah perjanjian dalam lingkup hukum internasional, biasanya
disebut juga sebagai Traktat, yang mana secara etimologi diambil dari kata dalam
bahasa prancis yaitu traite. Traktat dalam Hukum Internasional mematuhi pacta
sunt servanda, yang mana negara yang terikat dalam perjanjian, mematuhi
kewajibannya.

Bilateral merupakan perjanjian yang dibuat oleh dua subjek hukum


internasional. Jika kita bedah kata Bilateral secara etimologi, kata “bilateral”
terdiri dari dua kata yang masing-masing kata tersebut memiliki makna yang
berbeda. Kata “bi” Berasal dari bahasa Yunani yang artinya dua, sedangkan kata
“lateral” berasal dari bahasa latin yaitu “lateralis” yang berarti berkaitan dengan sisi
objek atau gerakan menyamping. Dalam hal ini,perjanjian tetap tidak dapat
dilepaskan dari fakta bahwasannya terdapat jaminan yang berkaitan dengan
hukum internasional,yang mana jaminan secara aksiomatik memaksa kedua belah
pihak untuk melakukan kewajibannya.

PAGE 3
Isi
A.Perjanjian Bilateral

Perjanjian bilateral bersifat mutlak. Yang artinya jika salah satu isi atau
substansi dari perjanjian disepakati, maka sudah seharusnya pihak-pihak yang
menyepakati perjanjian bilateral menaati isi atau substansi dalam suatu perjanjian
bilateral. Sebaliknya jika salah satu substansi dalam suatu perjanjian bilateral tidak
disepakati, maka secara mutlak perjanjian bilateral akan dibatalkan. Hal ini
dikarenakan perjanjian bilateral yang sifatnya mutlak sehingga jika perjanjian
ditolak, maka kemungkinan perjanjian tersebut akan merealisasikan dua skenario.
Skenario pertama ketika suatu perjanjian ditolak maka perjanjian tersebut akan
direvisi lagi sehingga kedua pihak dalam suatu perjanjian bilateral akan mencapai
suatu persetujuan. Skenario kedua dalam suatu perjanjian bilateral, yaitu ketika
kedua belah pihak sama-sama menolak persetujuan atau perjanjian dalam suatu
perjanjian bilateral maka proses untuk melakukan suatu perjanjian bilateral akan
dibatalkan dan rantai alurnya akan memenuhi dua skenario yang disebutkan tadi
entah itu akan dilakukan revisi isi perjanjian bilateral maupun secara jangka
panjang proses perjanjian bilateral tidak akan terjadi.

Hanya subjek hukum internasional-lah yang dapat melakukan perjanjian


bilateral secara sah. Subjek hukum internasional ialah :

a. Negara. Dalam ranah hukum internasional, negara merupakan subjek


hukum internasional yang perdana atau subjek hukum internasional yang
pertama yang dijadikan sebagai subjek hukum internasional.
b. Organisasi Internasional. Organisasi internasional yang dimaksud dalam
ranah hukum internasional merupakan organisasi yang telah menempuh
keabsahan dan secara sah diakui oleh mayoritas negara-negara di dunia.
Lebih jelas, beberapa contoh konkrit organisasi internasional yang
dimaksud adalah PBB, & IMF.

PAGE 4
c. Palang Merah Internasional. Palang Merah Internasional atau International
Red Cross and Red Crescent Movement dibentuk dan dipelopori oleh Henry
Dunant melalui bukunya A Memory Of Solferino.5 Tugas utama Palang
Merah Internasional Adalah melindungi kehidupan dan kesehatan manusia,
menjamin kehormatan harga diri manusia, dan mencegah serta
meringankan penderitaan manusia tanpa diskriminasi ras, bangsa, agama,
kelas, dan afiliasi politik.
d. Takhta Suci Vatikan. Takhta Suci Vatikan diakui setelah ditandatanganinya
Pakta Lateran pada 192 oleh Raja Vittorio Emanuelle III dan Paus Pius XI.
Sebagian besar isi dari perjanjian tersebut tentang pengakuan Kota Vatikan
sebagai negara yang merdeka dibawah kedaulatan Takhta Suci.
e. Pemberontak. Tidak semua pemberontak diakui sebagai subjek hukum
internasional. Dalam hukum internasional, hanya pemberontak yang taat
dan tunduk kepada hukum internasional-lah yang diakui sebagai subjek
hukum internasional.
f. Individu. Individu termasuk dalam subjek hukum internasional
dikarenakan seorang individu dapat mengajukan atau mengemukakan dan
melimpahkan perkaranya ke Mahkamah Arbirtrase Internasional. Oleh
karena itu, secara aksioma sudah seharusnya individu dijadikan subjek
hukum dikarenakan haknnya untuk mengemukakan perkaranya kepada
Mahkamah Arbitrase Internasional yang memiliki peran konkrit yang
berkaitan dengan hukum internasional.

5
Young, John; Hoyland, Greg (14 July 2016). Christianity: A Complete Introduction.
Hodder & Stoughton.

PAGE 5
B. Proses Terbentuknya Perjanjian Bilateral

Prosedur pembentukan Perjanjian Bilateral digolongkan menjadi dua jenis


yaitu :

a. Perjanjian internasional yang melalui dua tahap. Sesuai dengan judulnya,


Perjanjian ini hanya meliputi dua tahap yaitu negotiation dan signature.
Atau tahap negosiasi yang mana kedua belah pihak melakukan perudingan
untuk mencapai persetujuan dalam perjanjian bilateral. Tahap kedua yaitu
tahap penandatanganan yang merupakan proses pengesahan yang
dilakukan oleh kedua belah pihak melalui para wakil-wakil-nya.
b. Perjanjian internasional yang melalui tiga tahap
Perjanjian internasional yang melalui tiga tahap merupakan proses yang
cenderung lebih lama berlangsung dibandingan perjanjian internasional
yang melalui dua tahap. Tahapan dan proses yang lebih banyak membuat
proses perjanjian internasional ini memakan waktu yang cenderung lebih
lama dibandingkan jenis prosedur perjanjian bilateral lainnya. Terdapat tiga
tahapan dalam proses perjanjian bilateral ini, yaitu :
- Negosiasi : Merupakan tahapan perundingan yang dilakukan untuk
menemukan suatu kesepakatan dan persetujuan dalam perjanjian
bilateral. Istilah perundingan dalam perjanjian bilateral disebut talk.
- Penandatanganan : Merupakan proses autentifikasi yang digunakan
dalam dokumen tertulis sebagai bukti yang sah bahwasannya pihak
yang telah menandatangani dokumen telah sepakat dengan perjanjian
bilateral yang telah dirundingkan. Proses penandatanganan dilakukan
oleh wakil dari masing-masing pihak.
- Ratifikasi : Merupakan proses pengesahan yang dilakukan oleh pihak
ketiga yang dianggap bersifat netral bagi kedua belah pihak yang
melakukan perjanjian bilateral. Tujuan ratifikasi bukan hanya untuk
mendapatkan sudut pandang yang berbeda diluar dari kedua belah

PAGE 6
pihak yang melakukan perjanjian bilateral melalui peninjauan pihak
ketiga akan tetapi ratifikasi juga dilakukan agar pihak ketiga dapat
menjadi saksi yang sah dalam suatu perjanjian bilateral jika suatu saat
ketika terjadi pengingkaran perjanjian, pihak yang meratifikasi
perjanjian dapat memberikan bantuan terhadap pihak yang diingkari. 6

C. Contoh Konkrit Perjanjian Bilateral

Contoh konkrit dari perjanjian bilateral pada penulisan ini akan Saya ambil
dari kasus perjanjian bilateral yang terjadi antara Indonesia dan Singapura yang
berkaitan dengan garis batas laut yang mulai berlaku sedari tanggal 10 Maret 2009.
Yang dimana pada saat itu,jenis perjanjian yang digunakan merupakan perjanjian
dua tahap dan kedua belah pihak telah melakukan proses penandatangan terhadap
perjanjian yang diajukan.7 Proses perundingan dihadiri oleh tim dari masing-
masing pihak, serta proses penandatanganan dilakukan di Jakarta.
Penandatanganan perjanjian dilakukan oleh Menteri Luar Negeri Indonesia
Hassan Wirajuda,8 dan Menteri Luar Negeri Singapura George Yeo.9 Metode
kalkulasi menggunakan World Geotic System 1984 Datum & hasil pasca kalkulasi
adalah garis-garis lurus yang menghubungkan setiap titik-titik koordinat:

6
Proses Perjanjian Yang Melalui Tiga Tahap tertulis dalam konvensi wina 1962
7
Tertera dalam UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 4 TAHUN 2010. Dalam dokumen berkaitan, tertera bahwa tahap terakhir dari
perjanjian merupakan penandatanganan.
8
DAFTAR MENTERI LUAR NEGERI INDONESIA | BUKU ENSIKLOPEDI ONLINE |
p2k.utn.ac.id
DAFTAR MENTERI LUAR NEGERI INDONESIA | BUKU ENSIKLOPEDI ONLINE |
p2k.utn.ac.id. (2022). Retrieved 23 October 2022, from https://p2k.utn.ac.id/ind/2-3077-
2966/Menteri-Luar-Negeri_36874_utn_p2k-utn.html

9
Ministry of Foreign Affairs (Singapore) (2022) Wikipedia. Wikimedia Foundation.
Available at: https://en.wikipedia.org/wiki/Ministry_of_Foreign_Affairs_(Singapore)
(Accessed: October 23, 2022).

PAGE 7
1(1°10’46.0”LU,103°40’14.6”BT); 1A(1°11’17.4”LU,103°39’38.5”BT);
1B(1°11’55.5”LU,103°34’20.4”BT); dan 1C(1°11’43.8”LU,103°34’00.0”BT).

Yang mana hasil kalkulasi diatas menetapkan batas wilayah kedua belah pihak.

PAGE 8
Penutup

Kesimpulan :

Perjanjian bilateral merupakan perjanjian yang dilakukan oleh dua subjek


hukum internasional. Tujuan utama dari perjanjian bilateral untuk menemukan
kesepakatan. Subjek hukum internasional ialah negara,organisasi
internasional,palang merah internasional,takhta suci vatikan,pemberontak, dan
individu.

Terdapat dua jenis proses terbentuknya perjanjian bilateral. Jenis yang


pertama yaitu Perjanjian Yang Melalui Dua Tahap, yang pada dasarnya meliputi
tahap negosiasi dan tahap penandatanganan. Jenis kedua yaitu Perjanjian Yang
Melalui Tiga Tahap, yang bila dijabarkan lebih lanjut tahapannya yaitu
negosiasi,penandatanganan, dan ratifikasi.

PAGE 9
PAGE 10

Anda mungkin juga menyukai