Makna Kedaulatan ialah hak eksklusif untuk mengontrol wilayah
pemerintahan, masyarakat, atau penganut mandiri dalam dua teori didasarkan pada karunia Allah atau masyarakat. Kata kedaulatan berasal dari kata Inggris sovereignty, atau souverainete dalam bahasa Prancis atau sovranus dalam bahasa Italia. Secara etimologi, kedaulatan berasal dari bahasa Latin superanus yang mengandung arti yang tertinggi (suppreme). Dalam maknanya sebagai kekuasaan yang tertinggi, makna kedaulatan telah diakui sejak Aristoteles dan sarjana hukum Romawi. Pengertian ini sampai batas-batas tertentu masih dianut hingga abad pertengahan, dengan memahami kedaulatan sebagai wewenang tertinggi dari suatu kesatuan politik. Semula kedaulatan dikaitkan dengan kekuasaan gereja yang mutlak. Sejalan dengan bergesernya pusat kekuasaan ke tangan penguasa sekuler muncul beberapa teori baru tentang pemusatan kekuasaan tertinggi Sebagai contoh Dante menyatakan kekuasaan tertinggi harus dipusatkan pada kekaisaran Romawi Suci. Perkembangan selanjutnya terjadi ketika para ahli ilmu polink memandang makna kedaulatan dan dua sudut Pertama dari sudut intem kedaulatan dipandang sebagai kekuasaan tertinggi dalam suatu kesatuan politik Jean Bodin adalah ahli ilmu politik berkebangsaan Prancis yang memandang kedaulatan dalam hubungannya dengan negara, yakni sebagai ciri dan atribut negara sekaligus sebagai pembeda negara dari persekutuan lainnya. Menurut Bodin, hakikat negara terletak pada kedaulatannya. Sudut pandang intern seperti diungkapkan Bodin sering pula disebut paham monisme tentang kedaulatan. Belakangan paham ini dikritik karena paham ini dianggap sebagai penghalang pertumbuhan hukum internasional yang bertujuan mengatur hubungan antarnegara. Kedua dari sudut ekstern kedaulatan berkaitan dengan aspek mengenai hubungan antarnegara. Sudut pandang kedua dipopulerkan oleh Grotius, yang belakangan dikenal sebagai bapak hukum internasional.
Makna kedaulatan dalam konteks hubungan antarnegara menjadi semakin
penting setelah ditandatangani Konferensi Montevideo tahun 1933. Menurut Konferensi ini, sebagai subjek hukum internasional negara harus memiliki kualifikasi berikut : a. Penduduk yang tetap b. Wilayah tertentu c. Pemerintah d. Kemampuan mengadakan hubungan dengan negara-negara lain
Bila dikaji dari sudut pandang hukum internasional, kedaulatan mewakili
totalitas hak-hak negara dalam menjalankan hubungan luar negeri dan menata urusan- urusan-urusan dalam negerinya. Menurut sudut pandang ini ciri utama negara yang berdaulat adalah bahwa kemampuan untuk melakukan sendiri pengawasan terhadap wilayahnya dan orang-orang yang berada di dalam wilayah itu, kecuali bila hal itu bertentangan dengan aturan-aturan hukum internasional. 2. Dalam konteks perlindungan Hak Asasi Manusia internasional, kedaulatan berkaitan dengan 4 pandangan, sebut dan jelaskan ! Jawaban :
Dalam konteks perlindungan hak asasi manusia internasional, kedaulatan
negara berkaitan dengan empat pandangan yaitu pandangan universal absolut, relatif, partikularistik absolut, dan pandangan partikularistik relatif. a. Pandangan universal absolut menganggap masalah perlindungan hak asasi manusia sebagai etika universal yang tidak bisa ditawar lagi oleh negara manapun. b. Pandangan universal relatif, meski tetap mengakui masalah perlindungan hak asasi manusia sebagai salah masalah universal, namun pandangan ini masih mengakui perkecualian yang didasarkan atas asas-asas hukum internasional. c. Pandangan partikularistik absolut menganggap persolan hak asasi manusia sebagai masalah nasional yang dalam pelaksanaannya bergantung sepenuhnya kepada kebijakan pemimpin negara yang bersangkutan. d. Pandangan partilularistik relatif menganggap dokumen hak asasi manusia internasional diselaraskan sehingga mendapat dukungan budaya bangsa, lebih mendekati paham pluralistik dalam hukum internasional.Menurut paham pluralistik, hukum internasional harus diselaraskan sehingga mendapat dukungan budaya bangsa, lebih mendekati paham pluralistik dalam hukum internasional.
3. Perjanjian sebagai sumber hukum internasional dapat diklasifikasikan sekurang-
kurangnya berdasarkan 4 kategori, sebut dan jelaskan masing- masing dengan singkat! Jawaban :
Perjanjian internasional adalah perjanjian yang diadakan oleh subjek-subjek
hukum internasional dan bertujuan untuk melahirkan akibat-akibat hukum tertentu. Termasuk ke dalam perjanjian internasional adalah perjanjian yang dibuat oleh negara dengan negara, antara negara dengan organisasi internasional, antara organisasi internasional yang satu dengan yang lainnya, dan perjanjian yang dibuat antara Tahta Suci dengan negara-negara. Perjanjian internasional dapat dibagi menjadi :
a. Menurut Sumber dan Jumlah Pesertanya
1) Perjanjian Internasional Bilateral 2) Perjanjian Internasional Multilateral b. Perjanjian Internasional ditinjau dari kaidah hukum yang dilahirkannya 1) Treaty Contract 2) Law Making Treaty c. Perjanjian Internasional ditinjau dari prosedur atau tahap pembentukannya 1) Perjanjian Internasional yang melalui dua tahap 2) Perjanjian Internsional yang melalui tiga tahap d. Perjanjian Internasional ditinjau dari jangka waktu berlakunya Tahap – tahap dalam membuat perjanjian internasional 1) Perundingan Negotiation 2) Tahap Penandatanganan Signature 3) Tahap Ratifikasi Ratification Dalam pengesahan perjanjian interasional terbagi dalam empat katergori, sebagai berikut : a. Ratifikasi (ratification), yaitu apabila negara yang akan mengesahkan suatu perjanjian internasional turut menandatangani naskah perjanjian internasional. b. Akses (accesion), yaitu apabila negara yang akan mengesahkan suatu perjanjian internasional tidak turut menandatangani naskah perjanjian. c. Penerimaan (acceptance) atau penyetujuan (approval) yaitu pernyataan menerima atau menyetujui dari negara-negara pihak pada suatu perjanjian internasional atas perubahan perjanjian internasional tersebut. d. Selain itu juga ada perjanjian-perjanjian internasional yang sifatnya selt executing (langsung berlaku pada saat penandatanganan).
4. Jelaskan proses pembentukan perjanjian internasional dengan singkat !
Jawaban :
Proses pembentukan Perjanjian Internasional, menempuh berbaga tahapan
dalam pembentukan perjanjian internasional, sebagai berikut : a. Penjajakan merupakan tahap awal yang dilakukan oleh kedua pihak yang berunding mengenai kemungkinan dibuatnya suatu perjanjian internasional. b. Perundingan merupakan tahap kedua untuk membahas substansi dan masalah- masalah teknis yang akan disepakati dalam perjanjian internasional. c. Perumusan Naskah merupakan tahap merumuskan rancangan suatu perjanjian internasional. d. Penerimaan merupakan tahap menerima naskah perjanjian yang telah dirumuskan dan disepakati oleh para pihak. Dalam perundingan bilateral. kesepakatan atas naskah awal hasil perundingan dapat disebut "Penerimaan" yang biasanya dilakukan dengan membubuhkan inisia atau paraf pada naskah perjanjian internasional oleh ketua delegas masing-masing. Dalam perundingan multilateral, proses penerimaan (acceptancelapproval) biasanya merupakan tindakan pengesahan suat negara pihak atas perubahan perjanjian internasional. e. Penandatanganan merupakan tahap akhir dalam perundingan bilateral untuk melegalisasi suatu naskah perjanjian internasional disepakati oleh kedua pihak. Untuk perjanjian multilateral. penandatanganan perjanjian internasional bukan merupakan pengikatan diri sebagai negara pihak.
5. Mengapa instrumen-instrumen hak asasi manusia mengikat negara-negara di dunia,
jelaskan ! Jawaban : Instrumen HAM dibuat untuk melindungi dan menegakkan HAM, dan berupa standar-standar pembatasan pelaksanaan dan mekanisme kontrol terhadap kesepakatan antar negara tentang jaminan HAM yang beupa undang-undang Internasional HAM sehingga dapat terkontrol dengan mudah dan teratur baik untuk melindungi negara. Hak asasi ini juga terbagi antara hak asasi politik dan hak asasi manusia. Hak asasi politik yaitu meliputi sampai dengan hak pribadi kelompok agar semua hak dapat dipenuhi maka dari itu semua hak tersebut harus dibatasi sedangkan hak asasi manusia tidak bisa dihilangkan dibatasi agar jangan sampai hak asasi seseorang akan merampas hak orang lain juga. Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) merupakan langkah besar yang diambil oleh masyarakat internasional pada tahun 1948. Norma-norma yang terdapat dalam DUHAM merupakan norma internasional yang disepakati dan diterima oleh negara-negara di dunia melalui Perserikatan Bangsa-Bangsa. DUHAM merupakan kerangka tujuan HAM yang dirancang dalam bentuk umum dan merupakan sumber utama pembentukan dua instrumen HAM, yaitu: Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik serta Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya. Hak-hak yang terdapat dalam DUHAM merupakan realisasi dari hak-hak dasar yang terdapat dalam Piagam PBB, misalnya (yang terkait dengan penegakan hukum) Pasal 3, 5, 9, 10 dan 11. Pasal-pasal tersebut secara berturut-turut menetapkan hak untuk hidup; hak atas kebebasan dan keamanan diri; pelarangan penyiksaan-perlakuan-penghukuman lain yang kejam, tidak manusiawi, dan merendahkan martabat manusia; pelarangan penangkapan sewenang-wenang; hak atas keadilan; hak atas praduga tak bersalah sampai terbukti bersalah; serta pelarangan hukuman berlaku surut. Secara keseluruhan, DUHAM merupakan pedoman bagi penegak hukum dalam melakukan pekerjaannya. Mengapa instrumen-instrumen hak asasi manusia mengikat negara-negara di dunia? Karena instrument HAM telah ditandatangani sebagai perjanjian internasional dengan begitu suatu negara berarti sudah menyetujui untuk mengikatkan diri pada suatu perjanjian tersebut. Selain melalui penandatanganan, persetujuan untuk mengikat diri pada perjanjian dapat pula dilakukan melalui ratifikasi, pernyataan turut serta (asesion) atau menerima (acceptance) suatu perjanjian. DAFTAR PUSTAKA Dasim Budimansyah, dkk. 2021. Hak Asasi Manusia. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Sumber Website: http://widiarto.lecture.ub.ac.id/2009/10/instrumen-ham/