Anda di halaman 1dari 4

TUGAS 1

NAMA : AYI SITI MUDRIKAH


NIM : 857504156
SEMESTER :3
PRODI : PGSD S-1
POKJAR : Garut Pasundan
UPBJJ : Bandung

1. Salah satu Hak Asasi Manusia yang diatur dalam Kovenan internasional adalah hak asasi
politik (political rights).
• Sebutkan 4 contoh dari hak politik tersebut. Jelaskan!
• Apa yang terjadi jika hak asasi politik tidak terpenuhi?
Jawab :
➢ 4 contoh hak politik
a. Hak untuk mengeluarkan pikiran. Seperti yang tercantum dalam Pasal 28
“Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan
tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang".
b. Hak untuk memajukan dirinya. Seperti yang tercantum dalam pasal Pasal 28C (2)
Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya
secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya.
c. Hak untuk memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan seperti yang
terkandung dalam Pasal 28D (3) Setiap warga negara berhak memperoleh
kesempatan yang sama dalam pemerintahan
d. Hak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap yang
tercantum dalam Pasal 28E (2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini
kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.

➢ Yang terjadi jika hak asasi politik tidak terpenuhi

Maka, suatu negara yang menganut sistem demokrasi tidak akan bisa disebut
sebagai negara yang berdemokrasi karena negara tersebut tidak bisa menjalankan hak
asasi politik bagi rakyatnya.

Dalam sejarah bangsa Indonesia, pernah terjadi ketika hak politik pada waktu
dulu sempat dibungkam oleh pemerintah Orde Baru. Pada waktu itu kegiatan
perpolitikan dikendalikan oleh tokoh-tokoh yang berkuasa saja, sedangkan
keikutsertaan rakyat pada waktu itu sangat dibatasi. Salah satu hal yang dibatasi pada
waktu itu yaitu hak dalam mengemukakan pendapat yang menjadi salah satu dari
unsur kegiatan perpolitikan dan demokrasi.

2. Maghna Charta, adalah satu diantara berbagai dokumen Hak Asasi Manusia yang pernah ada.
Disahkan pada 15 Juni 1215, Maghna Charta ini dilatarbelakangi oleh tindakan sewenang-
wenang dari Raja John Lackland kepada rakyat dan para bangsawan.
• Apa sesungguhnya prinsip dasar Magna Charta?
• Apa relevansi dokumen-dokumen HAM ini dalam perlindungan HAM masa kini
Jawab:
➢ Prinsip dasar Magna Charta
♦ Para petugas keamanan dan pemungut pajak akan menghormati hak-hak
penduduk.
♦ Polisi ataupun jaksa tidak dapat menuntut seseorang tanpa bukti dan saksi yang
sah.
♦ Seseorang yang bukan budak tidak akan ditahan, ditangkap, dinyatakan bersalah
tanpaperlindungan negara dan tanpa alasan hukum sebagai dasar tindakannya.
♦ Apabila seseorang tanpa perlindungan hukum sudah terlanjur ditahan, raja
berjanji akan mengoreksi kesalahannya.
➢ relevansi dokumen-dokumen HAM ini dalam perlindungan HAM masa kini
Tidak seorang pun warga negara dapat dirampas hak-haknya, seperti ditahan
atau dirampas harta kekayaannya atau diasingkan dengan cara apapun kecuali
berdasarkan pertimbangan hukum.
3. Negosiasi, penandatanganan, dan pengesahan merupakan 3 tahapan dalam pembuatan
perjanjian internasional.
• Apa syarat dari tahapan penandatanganan suatu perjanjian internasional?
• Apa konsekuensi hukum ditandatanganinya suatu perjanjian oleh pihak-pihak?
Jawab:
➢ Syarat
♦ Kesepakatan Para Pihak.
♦ Kecakapan Para Pihak.
♦ Adanya Objek Perjanjian.
♦ Sebab yang Halal
➢ Tahapan
♦ Tahap penjajakan, Berdasarkan Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional, penjajakan adalah tahap awal
yang dilakukan oleh kedua belah pihak yang sedang berunding tentang
kemungkinan dibuatnya perjanjian internasional.Sebuah Pengantar (2012)
oleh Malahayati, tahap penjajakan dilakukan lewat inisiatif instansi atau
lembaga pemerintahan. Tujuan dilakukannya penjajakan adalah pertukaran
pikiran mengenai berbagai masalah yang akan dituangkan dalam perjanjian
internasional tersebut.
♦ Tahap perundingan Adalah tahap kedua dalam pembuatan perjanjian
internasional. Perundingan dilaksanakan untuk membahas substansi serta
permasalahan teknis yang akan disepakati dalam perjanjian. Intinya,
perundingan ditujukan untuk mencapai kesepakatan atas materi yang
barangkali belum disepakati bersama dalam tahap penjajakan.
♦ Tahap perumusan naskah. Rumusan naskah adalah hasil kesepakatan dalam
perundingan yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait. Pada tahap ini, beberapa
hal yang telah disepakati, sejumlah materi yang belum disetujui, serta agenda
perundingan berikutnya akan dicatat oleh perwakilan masing-masing pihak.
Baca juga: Pengertian Perjanjian Ekstradisi dan Manfaatnya bagi Indonesia
♦ Tahap penerimaan, Adalah tahap penerimaan naskah perjanjian yang telah
dirumuskan dan disepakati kedua belah pihak. Dalam perundingan bilateral
kesepakatan atas naskah awal perundingan biasa disebut "Penerimaan".
Kesepakatan ini diperlihatkan lewat pembubuhan inisial atau paraf pada
naskah perjanjian internasional, oleh ketua delegasi masing-masing pihak.
Sedangkan dalam perundingan multilateral, proses penerimaan merupakan
tindakan pengesahan suatu negara pihak atas perubahan perjanjian
internasional.
♦ Tahap penandatanganan Merupakan tahap akhir dalam perjanjian
internasional. Dalam perundingan bilateral, tahap penandatanganan
merupakan proses pendelegasian naskah perjanjian internasional yang telah
disepakati kedua belah pihak. Sementara dalam perjanjian multilateral,
penandatanganan perjanjian internasional bukanlah bentuk pengikatan diri
sebagai negara pihak. Umumnya keterikatan terhadap perjanjian internasional
dilakukan lewat pengesahan atau ratifikasi.

4. Dalam hukum internasional, dikenal subjek hukum internasional di mana individu menjadi
subjek hukumnya. Coba uraikan lebih lanjut tentang hal tersebut!
Jawab:
➢ Individu merupakan subjek internasional yang utama berdasarkan pendapat dari Hans
Kelsen karena memiliki kapasitas aktif maupun pasif. Kapasitas aktif bearti ilmu
hukum memberikan peran terhadap individu sebagai aktor atau pelaku dari ketentuan
normative yang dihasilkan dari Hukum Internasional itu sendiri. Dalam kapasitas aktif
tersebut, seorang individu dapat diminta pertanggungjawabannya atas perbuatan atau
tindakannya secara hukum. Kapasitas pasif bearti individu atau kelompok individu
merupakan sasaran atau target dari ketentuan keempat cabang ilmu hukum tersebut,
dan juga posisi individu sebagai korban dari pelanggaran ketentuan normative yang
ada.
➢ Kebebasan bertanggung jawab bagi setiap individu telah di berikan oleh negara,
dimana setiap individu berhak menetukan nasibnya sendiri sesuai dengan konstitusi
atau undang-undang yang berlaku di negara tersebut. Perlindungan bagi kaum
minoritas telah di atur di dalam UU No. 39 huruf (d) Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia : bahwa bangsa Indonesia sebagai anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa
mengemban tanggung jawab moral dan hukum untuk menjunjung tinggi dan
melaksanakan Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia yang ditetapkan oleh
Perserikatan Bangsa-Bangsa, serta berbagai instrumen internasional lainnya mengenai
hak asasi manusia yang telah diterima oleh negara Republik Indonesia. Hal tersebut
menunjukan bahwa setiap orang wajib mendapatkan perlindungan hukum oleh
negara.

5. Kebiasaan internasional merupakan salah satu sumber atau dasar pengambilan keputusan
Mahkamah Internasional dalam memutuskan suatu kasus. Bagaimana kebiasaan bisa
menjadisumber hukum internasional?
Jawab :
➢ Pasal 38 ayat 1 sub b yang mengatakan: International custom, as evidence of a general
practice accepted as law. Artinya, hukum kebiasaan internasional adalah kebiasaan
internasional . yang merupakan kebiasaan umum yang diterima sebagai sumber
hukum.
Jelas kiranya, dari perumusan di atas bahwa tidak setiap kebiasaan
internasional merupakan, sumber hukum. Untuk dapat dikatakan bahwa kebiasaan
internasional itu merupakan sumber hukum perlu terdapat unsur-unsur sebagai
berikut:
(1) Harus terdapat suatu kebiasaan yang bersifat umum;

(2) Kebiasaan itu harus diterima sebagai hukum.

Dari perincian di atas dapatlah dikatakan bahwa supaya kebiasaan internasional itu
merupakan sumber hukum internasional, harus dipenuhi dua unsur, yang masing-
masing dapat kita namakan unsur material dan unsur psikologis, yaitu kenyataan
adanya kebiasaan yang bersifat umum dan diterimanya kebiasaan internasional itu
sebagai hukum. Jelaslah, bahwa dipenuhinya unsur pertama saja yaitu kebiasaan
internasional tidak melahirkan hukum. Jika kebiasaan itu tidak diterima sebagai
hukum, terdapat suatu kebiasaan yang dapat merupakan kesopanan internasional.
Misalnya, kebiasaan memberikan sambutan kehormatan waktu menerima tamu negara
merupakan kebiasaan banyak negara. Akan tetapi, seorang tamu tidak dapat menuntut
supaya ia disambut dengan tembakan meriam. Karena kebiasaan itu tidak merupakan
suatu ketentuan hukum kebiasaan internasional.

Anda mungkin juga menyukai