Anda di halaman 1dari 6

TUGAS 1

Nama : YESSI NOVA RINDA


NIM : 858851992 / PGSD
Matkul : HAM

1. Salah satu Hak Asasi Manusia yang diatur dalam Kovenan internasional adalah hak asasi
politik (political rights).
a. Sebutkan 4 contoh dari hak politik tersebut. Jelaskan!

Jawab :
- Hak untuk memilih : Setiap warga negara memiliki hak untuk memilih para pemimpin
mereka dalam pemilihan umum. Hak ini memastikan bahwa setiap orang memiliki
suara dalammenentukan siapa yang akan mewakili mereka dalam pemerintahan.
- Hak untuk dipilih : Selain hak untuk memilih, setiap orang juga berhak dipilih sebagai
calon dalam pemilihan umum. Hak ini memastikan bahwa setiap orang memiliki
kesempatan yang sama untuk mewakili masyarakat di pemerintahan.
- Hak untuk berpartisipasi dalam pemerintahan : Setiap orang berhak untuk
berpartisipasi dalam pemerintahan dan mengekspresikan pendapat mereka
mengenai kebijakan publik dankeputusan pemerintah. Hak ini dapat dilakukan
melalui aksi protes, mengirimkan petisi, danbergabung dengan kelompok masyarakat
sipil.
- Hak untuk mengakses informasi public : Setiap orang berhak untuk mengakses
informasipublik yang berkaitan dengan kebijakan publik dan tindakan pemerintah.
Hak ini memungkinkan masyarakat untuk membuat keputusan yang informasi dalam
lingkungan politik yang transparan.

b. . Apa yang terjadi jika hak asasi politik tidak terpenuhi

Jawab :
Sebuah negara yang bersistem demokrasi tidak bisa disebut sebagai negara yang
berdemokrasi karena negara tersebut tidak bisa menjalankan hak asasi politik bagi
rakyatnya. Penjelasan dari hak asasi politik atau disebut dengan politics rights yaitu
merupakan hak yang dimiliki oleh manusia untuk bisa ikut serta dan berperan dalam
kegiatan pemerintahan di dalam suatu negara. Hak tersebut yang kemudian akan
berhubungan erat dengan kebebasan ke ikut sertaan di masyarakat dalam adanya
pemilihan umum, baik itu sebagai yang dipilih maupun sebagai yang memilih. Keduanya
tersebut dilakukan untuk ikut serta dalam kegiatan pemerintahan dalam suatu negara
untuk mengatur kehidupan dari rakyatnya. Dalam sejarah bangsa Indonesia, pernah
terjadi ketika hak politik pada waktu dulu sempat dibungkam oleh pemerintah Orde
Baru. Pada waktu itu kegiatan perpolitikan dikendalikan oleh tokoh-tokoh yang berkuasa
saja, sedangkan ke ikut sertaan rakyat pada waktu itu sangat dibatasi. Salah satu hal
yang dibatasi pada waktu itu yaitu hak dalam mengemukakan pendapat yang menjadi
salah satu dari unsur kegiatan perpolitikan dan demokrasi.

2. Maghna Charta, adalah satu diantara berbagai dokumen Hak Asasi Manusia yang pernah
ada. Disahkan pada 15 Juni 1215, Maghna Charta ini dilatarbelakangi oleh tindakan
sewenang-wenang dari Raja John Lackland kepada rakyat dan para bangsawan.
a. Apa sesungguhnya prinsip dasar Magna Charta?

Jawab :
Prinsip dasar Magna Charta yaitu memuat perbatasan kekuasaan raja dan HAM lebih
penting daripada kedaulatan raja. Tidak seorang pun warga negara dapat dirampas hak-
haknya, seperti ditahan atau dirampas harta kekayaannya atau diasingkan dengan cara
apapun kecuali berdasarkan pertimbangan hukum. Dokumen Magna Charta
menandakan kemenangan telah diraih. Sebab hak-hak tertentu yang principal telah
diakui dan dijamin oleh pemerintah.. Dokumen Magna Charta menandakan kemenangan
telah diraih. Sebab hak-hak tertentu yang principal telah diakui dan dijamin oleh
pemerintah.

Isi dokumen Magna Charta adalah :


 Raja beserta keturunannya berjanji akan menghormati kemerdekaan, hak dan
kebebasan Gereja Inggris.
 Raja berjanji kepada penduduk kerajaan yang bebas untuk memberikan hak-hak
sebagai berikut:
 Para petugas keamanan dan pemungut pajak akan menghormati hak-hak
penduduk.
 Polisi ataupun jaksa tidak dapat menuntut seseorang tanpa bukti dan saksi yang
sah.
 Seseorang yang bukan budak tidak akan ditahan, ditangkap, dinyatakan bersalah
tanpa perlindungan negara dan tanpa alasan hukum sebagai dasar tindakannya.
 Apabila seseorang tanpa perlindungan hukum sudah terlanjur ditahan, raja
berjanji akan mengoreksi kesalahannya

b. Apa relevansi dokumen-dokumen HAM ini dalam perlindungan HAM masa kini?

Jawab :

Terdapat beberapa dokumen yang menyatakan Hak Asasi Manusia yaitu


Magna Charta (1215), Petition Of Right (1628), Hobeas Corpus Act (1679),
Konstitusi AS (1787), Deklarasi Prancis tentang Hak-Hak Manusia dan Warga
Negara (1789), US Bill of Right (1791) dan lain sebaginya adalah hukum
tertulis dari dokumen Hak Asasi Manusia. Dokumen tersebut berfungsi untuk
dasar penegakan dan keadilan HAM. Dokumen-dokumen tersebut dijadikan
tolak ukur untuk semua bangsa agar memajukan dan menjamin rakyat dan
pematuhan hak-hak dan kebebasan. Dokumen-dokumen HAM ini juga
memberikan inspirasi bagi gerakan HAM global dan regional dalam
memperjuangkan HAM dan kebebasan di seluruh dunia. Dokumen ini dibuat
untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan oleh penguasa.

Namun, dalam tantangan masa kini masih sering terjadi pertentangan


mengenai HAM. Dari negara kita sendiri Indonesia masih marak terjadi
intoleransi, genosida, perampasan hak untuk hidup yang dilakukan oleh
oknum penegak hukum dan masyarakat. Sedikit sekali pelaku kejahatan ini
diadili oleh pengadilan nasional, karena kejahatan tersebut sering kali
melibatkan para pejabat tinggi Negara bahkan keluarga dari para pemegang
kekuasaan. Karena mereka memiliki kekuasaan, hukum pun seperti tidak ada
artinya, karena mereka memiliki kekayaan, keadilan pun dibeli. Mereka yang
menjadi korban tidak akan mendapat keadilan atas hukum yang berlaku.

Mengingat bahwa negara Indonesia walaupun telah memiliki pengadilan HAM


sendiri, namun gagal dalam menjalankan kewajibannya. Karena terkesan ada
ketidak inginan untuk mengadili. Maka pemerintah Indonesia sebaiknya
melakukan pengawasan yang intensif, upaya penegakan hukum pun
diarahkan pula pada kebijakan yang konsisten terhadap perlakuan adil dan
tidak membeda-bedakan.

3. Negosiasi, penandatanganan, dan pengesahan merupakan 3 tahapan dalam pembuatan


perjanjian internasional.
a. Apa syarat dari tahapan penandatanganan suatu perjanjian internasional?

Jawab :
- Penjajakan : merupakan tahap awal yang dilakukan oleh kedua pihak yang berunding
mengenai kemungkinan dibuatnya suatu perjanjian internasional.
- Perundingan : merupakan tahap kedua untuk membahas substansi dan masalah-
masalah teknis yang akan disepakati dalam perjanjian internasional.
- Tahap perumusan naskah : Rumusan naskah adalah hasil kesepakatan dalam
perundingan yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait. Pada tahap ini, beberapa hal
yang telah disepakati, sejumlah materi yang belum disetujui, serta agenda
perundingan berikutnya akan dicatat oleh perwakilan masing-masing pihak .
- Tahap penerimaan : Tahap penerimaan naskah perjanjian yang telah dirumuskan dan
disepakati kedua belah pihak. Dalam perundingan bilateral kesepakatan atas naskah
awal perundingan biasa disebut "Penerimaan". Kesepakatan ini diperlihatkan lewat
pembubuhan inisial atau paraf pada naskah perjanjian internasional, oleh ketua
delegasi masing-masing pihak. Sedangkan dalam perundingan multilateral, proses
penerimaan merupakan tindakan pengesahan suatu negara pihak atas perubahan
perjanjian internasional.
- Tahap penandatanganan : Merupakan tahap akhir dalam perjanjian internasional.
Dalam perundingan bilateral, tahap penandatanganan merupakan proses
pendelegasian naskah perjanjian internasional yang telah disepakati kedua belah
pihak. Sementara dalam perjanjian multilateral, penandatanganan perjanjian
internasional bukanlah bentuk pengikatan diri sebagai negara pihak. Umumnya
keterikatan terhadap perjanjian internasional dilakukan lewat pengesahan
(ratification/accession/accentance/approval).

b. Apa konsekuensi hukum ditandatanganinya suatu perjanjian oleh pihak-pihak?

Jawab :
Konsekuensi hukum dari ditandatanganinya suatu perjanjian oleh pihak-pihak adalah
bahwa pihak-pihak tersebut harus mematuhi ketentuan dan kewajiban yang diatur
dalam perjanjian tersebut. Jika salah satu pihak melanggar ketentuan perjanjian, pihak
yang dirugikan dapat mengambil tindakan hukum untuk menyelesaikan sengketa. Selain
itu, perjanjian internasional juga dapat menjadi dasar untuk pengaturan hubungan
antara negara-negara yang terlibat dalam perjanjian tersebut, dan dapat mempengaruhi
hukum nasional dari masing-masing negara yang terlibat dalam perjanjian.

4. Jelaskan apa itu protokol Manasuka!

Jawab :
Konvenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik (ICCPR) adalah Sebuah
perjanjian Internasional yang disahkan oleh Perserikatan Bangsa Bangsa pada tahun
1966. Konvenan ini menetapkan hak-hak sipil dan politik Yang harus diakui dan
dihormati oleh semua negara yang Menandatanganinya.

Protokol Manasuka (Option Protocol to the International Convenant on Civil And Political
Right) adalah sebuah perjanjian tambahan yang ditetapkan pada Tahun 1966, yang
berfungsi sebagai mekanisme pengaduan individual kepada Komite Hak-Hak Sipil dan
Politik Perserikatan Bangsa-Bangsa. Dalam Protokol ini, negara-negara yang
menandatanganinya setuju untuk Memperbolehkan individu atau kelompok yang
merasa hak-hak sipil dan Politik mereka telah dilanggar untuk mengajukan pengaduan
kepada Komite.

Protokol manasuka menegaskan kembali pentingnya hak-hak sipil dan politik, Serta
memberikan sarana bagi individu untuk menuntut dan melindungi hakhak mereka.
Pengaduan yang diadukan melalui mekanisme ini dapat memicu Penyelidikan oleh
komite dan memaksa negara yang terlibat untuk Memperbaiki pelanggaran hak asasi
manusia yang telah terjadi.

5. Kebiasaan internasional merupakan salah satu sumber atau dasar pengambilan


keputusan Mahkamah Internasional dalam memutuskan suatu kasus. Bagaimana
kebiasaan bisa menjadi sumber hukum internasional?

Jawab :
Kebiasaan internasional adalah kebiasaan bersama negara-negara di dunia yang menjadi
bukti praktik umum yang diterima sebagai hukum. Kebiasaan internasional diakui seb
agai salah satu sumber hukum internasional oleh Pasal 38(1)(b) Piagam Mahkamah
Internasional. Pasal 92 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa juga menyatakan bahwa
kebiasaan internasional adalah salah satu sumber hukum yang akan diterapkan oleh
Mahkamah Internasional. Kebiasaan internasional terdiri dari aturan-aturan hukum yang
berasal dari tindakan negara-negara yang konsisten yang muncul dari keyaknian bahwa
tindakan mereka itu diwajibkan oleh hukum. Maka dari itu, terdapat dua unsur yang
harus dipenuhi untuk membuktikan keberadaan suatu kebiasaan internasional:
- Praktik atau kebiasaan negara-negara (usus)
- Keyakinan dari negara-negara bahwa kebiasaan tersebut dilakukan atas dasar
kewajiban hukum (opinio juris)

Mahkamah Internasional menyatakan dalam perkara North Sea Continental Shelf


bahwa kebiasaan tersebut harus dilakukan dengan sedemikian rupa sehingga
menjadi bukti keyakinan bahwa kebiasaan tersebut diwajibkan oleh hukum, sehingga
negara yang melakukan kebiasaan tersebut harus merasa bahwa tindakan mereka
sejalan dengan kewajiban hukum. Mahkamah Internasional menekankan perlunya
pembuktian rasa untuk memenuhi kewajiban hukum dan bukan "tindakan yang
didorong oleh pertimbangan kesopanan, kemudahan atau tradisi".
Pada umumnya, negara harus menyatakan persetujuannya terlebih dahulu agar
dapat terikat dengan suatu perjanjian secara hukum. Namun, kebiasaan
internasional merupakan norma yang juga berlaku untuk negara yang belum
menyatakan persetujuannya. Pengecualian diberikan kepada negara yang menjadi
persistent objector atau dalam kata lain negara yang terus menerus menentang
keberadaan suatu kebiasaan internasional, kecuali jika hukum tersebut masuk ke
dalam kategori jus cogens.
Kebiasaan internasional tidak hanya berlaku dalam konteks multilateral, tetapi
bisa juga berlaku dalam konteks regional. Keberadaan kebiasaan regional telah diakui
oleh Mahkamah Internasional dalam perkara Right of Passage Over Indian Territory
yang melibatkan Portugal dan India; dalam perkara tersebut, Mahkamah
Internasional menyatakan bahwa "tidak ada alasan mengapa praktik yang sudah
lama berlangsung di antara kedua negara yang diterima oleh keduanya sebagai
praktik yang mengatur hubungan di antara mereka tidak dapat menjadi landasan hak
dan kewajiban timbal-balik di antara kedua negara”.

Sumber : PKNI4217 / MODUL 1-2

Anda mungkin juga menyukai