NIM : 858571207
Hak tersebut yang kemudian akan berhubungan erat dengan kebebasan keikutsertaan di
masyarakat dalam adanya pemilihan umum, baik itu sebagai yang dipilih maupun sebagai
yang memilih. Keduanya tersebut dilakukan untuk ikut serta dalam kegiatan
pemerintahan dalam suatu negara untuk mengatur kehidupan dari rakyatnya.
Dalam sejarah bangsa Indonesia, pernah terjadi ketika hak politik pada waktu dulu
sempat dibungkam oleh pemerintah Orde Baru. Pada waktu itu kegiatan perpolitikan
dikendalikan oleh tokoh-tokoh yang berkuasa saja, sedangkan keikutsertaan rakyat pada
waktu itu sangat dibatasi. Salah satu hal yang dibatasi pada waktu itu yaitu hak dalam
mengemukakan pendapat yang menjadi salah satu dari unsur kegiatan perpolitikan dan
demokrasi.
2. 1. Dokumen Magna Carta dicetuskan pada 15 Juni 1215 yang prinsip dasarnya memuat
pembatasan kekuasaan raja dan HAM lebih penting daripada kedaulatan raja
2..Relevansi dokumen HAM ini dalam perlindungan HAM masa kini
Piagam Magna Charta itu menandakan kemenangan telah diraih sebab hak- hak tertentu
yang prinsip telah diakui dan dijamin oleh pemerinta. Piagam tersebut menjadi lambang
munculnya perlindungan terhadap hak-hak asasi karena ia mengajarkan bahwa hukum
dan undang-undang derajatnya lebih tinggi daripada kekuasaan raja.
4. Individu bisa juga menjadi subjek hukum internasional dalam kondisi tertentu. Misalnya
dalam Mahkamah Peradilan Nurenberg dan Tokyo yang meletakkan tanggung jawab
langsung atas pelanggaran hukum internasional pada individu.
Perkembangan mutakhir dalam hal kedudukan individu sebagai subjek hukum
internasional khususnya dalam perlindungan hak asasi manusia, terjadi sejak
disepakatinya protocol manasuka pada kovenan internasional hak-hak sipil dan
politik pada tanggal 23 maret 2976.
Protokol ini berisi enam pasal yang menegaskan bahwa individu yang teah
menjadi korban pelanggara hak-hak yang dinyatakan dalam kovenan
internasional tentang hak-hak sipil dan poitik yang dilakukan Negara-negara
anggota kovenan. Individu yang bersangkuta dapat mengadukan pemerintah
Negara anggota kovenan kepada komisi hak-hak manusia .
Kelahiran protokol ini telah mengukuhkan praktek-praktek perlindungan hak
asasi manusia.
5. Kebiasaan internasional adalah kebiasaan umum yang diterima sebagai hukum. Dengan
demikian tidak semua kebiasaan internasional menjadi sumber hukum. Untuk menjadi
sumber hukum kebiasaan internasional harus memenuhi dua unsur berikut yaitu, terdapat
kebiasaan yang bersifat umum dan kebiasaan itu harus diterima sebagi hukum.
Bila pola tingkah laku dalam hubungan internasional telah dilakukan berulang-ulang,
namun tidak diterima sebagi hukum maka tindakan ini semata-mata berperan sebagai
kesopanan internasional (kusumaatmadja 1990:102) termasuk kedalam kesopanan
internasional misalknya sambutan kehormatan kepada tamu negara, jamuan makan
kenegaraan, dll
Dilihat secara praktis suatu kebiasaan internasional dapat dikatakan diterima secara
hukum apabila Negara-negara menerimanya, dan apabila keberatan, mereka akan
mengungkapkan keberatanya dengan cara yang dipomatik, atau dengan cara mengajukan
keberatan kepada mahkamah internasional.