DISUSUN OLEH :
NIM : 859876276
POKJAR : IDANOGAWO
UNIVERSITAS TERBUKA
1. Salah satu Hak Asasi Manusia yang diatur dalam kovenan internasional adalah hak asasi
politik (political rights).
a) Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan. Setiap warga negara berhak
untuk memilih didalam suatu pemilihan umum. Karena setiap warga negara yang
ikut serta dalam pemilu menjadikan suatu serangkaian kegiatan yang membuat
suatu keputusan yaitu apakah memilih atau tidak memilih dalam pemilu.
Setiap warga negara berhak turut serta dalam pemerintahan dengan langsung atau
perantaraan wakil yang dipilih secara bebas dan dapat diangkat kembali dalam
setiap jabatan pemerintahan.
c) Hak membuat dan mendirikan parpol / partai politik dan organisasi politik lainnya.
Pembentukan partai politik pada dasarnya ialah salah satu cerminan hak warga
negara untuk berserikat, berkumpul, dan menyatakan pendapatnya sesuai dengan
Pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945. Melalui partai politik rakyat dapat
mewujudkan haknya untuk menyatakan pendapat tentang arah kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Hak petisi ada pada warga negara serta badan-badan pemerintahan, yang dimana
pemerintahan pusat akan membela serta memperjuangkan kepentingan di
daerahnya. Hak untuk membuat dan mengajukan petisi merupakan sebuah
dokumen yang tertulis secara resmi yang akan disampaikan kepada pihak yang
berwenang untuk mendapatkan persetujuan dari pihak tersebut dan akan
ditandatangani oleh bebrapa orang yang dimana untuk menunjukkan bahwa
sekolompok besar orang mendukung permintaan yang ada dalam dokumen
tersebut.
Apa yang terjadi jika hak asasi politik tidak terpenuhi?
a) Jika hak asasi politik tidak dapat terpenuhi maka setiap individu atau pun
masyarakat akan mengalami suatu dampak yang negative yang sangat
berpengaruh. Adapun hal-hal yang yang mungkin akan terjadinya : seperti rendahnya
partisipasi terhadap politik tanpa adanya hak asasi politik yang dijamin makan
setiap individu akan kehilangan kemampuan dalam berpastisipasi dalam sutau
proses politik.
b) Contoh nya dalam pemilihan umum akan terjadinya kekurangan hak suara suatu
pemimpin yang akan di pilih serta pengarahan kebijakan dalam pengambilan suatu
keputusan yang dimana dapat mengakibatkan rendahnya tingkat hak asasi politik.
d) Contoh berikutnya ketidakadilan serta diskriminasi, tanpa adanya hak asasi politik
yang adil maka setiap individu atau pun kelompok akan menjadi lebih mudah
mendapat ketidakadilan maupun diskriminasi. Akibatnya dapat memperburuk
kesenjangan sosial,politik maupun ekonomi terhadap kelompok maupun
masyarakat.
e) Contoh berikutnya ialah kekuasaan yang otoriter yang dimana suatu pemeritahan
yang bertindak dengan sewenang-wenangnya,melakukan suatu kekerasan atau
penindasan maupun pembunuhan terhadap warga masyarakat.
2. Magna Charta adalah satu diantara berbagai dokumen Hak Asasi Manusia yang pernah ada.
Disahkan tanggal pada 15 juni 1215. Magna Charta ini dilator belakangi oleh tindakan
sewenang-wenang dari Raja John Lackland kepada rakyat dan bangsawan.
Yaitu : Pembatasan kekuasaan raja dan hak asasi manusia lebih penting dari pada
kedaulatan raja.Tak seorang pun dari warga negara merdeka dapat di tahan atau di
rampas hak-haknya, kecuali berdasarkan pertimbangan hukum.
b) Raja berjanji kepada penduduk kerajaan yang bebas untuk memberikan hak-hak
sebagai berikut:
d) Polisi ataupun jaksa tidak dapat menuntut seseorang tanpa bukti dan saksi yang
sah.
f) Apabila seseorang tanpa perlindungan hukum sudah terlanjur ditahan, raja berjanji
akan mengoreksi kesalahannya.
Apa relevansi dokumen-dokumen HAM ini dalam perlindungan HAM masa kini?
a) Magna Charta : itu menandakan kemenagan telah diraih sebab hak-hak tertentu
yang prinsip telah diakui dan dijamin oleh pemerintah. Piagam tersebut menjadi
lambang munculnya perlindungan terhadap hak-hak asasi karena ia mengajarkan
bahwa hukum dan undang-undang derajatnya lebih tinggi dari pada kekuasaan raja.
III. Tentara tidak boleh menggunakan hukum perang dalam keadaan damai.
I. Seseorang yang akan ditahan diperiksa dalam waktu 2 hari setelah penahanan.
II. Alasan penahanan seseorang harus disertai bukti yang sah menurut hukum.
IV. Hak warga Negara untuk memeluk agama menurut kepercayaan masing-
masing
a) Penjajakan : merupakan tahap awal yang dilakukan oleh kedua pihak yang
berunding mengenai kemungkinan dibuatnya suatu perjanjian internasional.
b) Tidak dapat ditarik kembali secara sepihak maksudnya ialah suatu perjanjian yang
telah dibuat secara sah yang telah disepakati bersama dan mengikat pihak-pihak
tidak bisa di tiadakan kembali tanpa terkecuali maupun pihak lainnya. Jika suatu
perjanjian tersebut ingin ditarik kembali atau membatalkannya maka harus adanya
persetujuan dan apabila ada alasan-alasan yang cukup menurut undang-undang
maka perjanjian tersebut dapat ditarik kembali atau dibatalkan secara sepihak.
c) Pelaksanaan dengan etika baik seperti yang kita ketahui pada dasarnya etika yang
baik ini sudah ada dalam kehidupan kita setiap harinya hanya saja ada sebagian
orang yang belum sadar akan etika yang baik. Pelaksanaan suatu etika yang baik
itu harus berjalan dan sesuai serta mengedarkan atau menerapkan norma-norma
kepatuhan dan kesusilaan. Pelaksanaan etika baik yang sesuai dengan norma-
norma kepatuhan dan kesusilaan maka akan dipandang dengan adil.
Menurut Davidson (1992) sebagaimana dikutip oleh Prayitno (2004) dalam bukunya pendidikan
kebangsaan, demokrasi dan Hak Asasi Manusia, sekarang ini yang dimaksud instrument HAM
internasional adalah Deklarasi Universal HAM, serta dua perjanjian internasional (konvenan),
yakni konvenan internasional tentang hak-hak sipil dan politik beserta protokolnya dan
Konvenan Internasional tentang hak-hak ekonomi,sosial, budaya.
Konvenan internasional tentang hak-hak sipil dan politik (ICCPR) merupakan perjanjian
internasional yang disahkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa. Konvenan ini menetapkan hak-
hak sipil dan politik yang diharuskan untuk diakui dan juga dihormati oleh semua Negara yang
menandatanganinya. Negara yang mengesahkan suatu perjanjian hak asasi manusia dikenal
sebagai state party (partai Negara) untuk perjanjian tersebut. Setiap Negara peserta harus
memberikan laporan secara periodic kepada komite yang dibentuk oleh PBB untuk mengawasi
ketaatan Negara peserta terhadap ketentuan-ketentuan dalam perjanjian.
Protocol Manasuka (Optional Protocol to the International Covenant On Civil and Political Rights)
merupakan suatu perjanjian tambahan yang dimana ditetapkan pada tahun 1966, yang
bertujuan sebagai mekanisme suatu pengaduan individual kepada komite Hak-Hak sipil dan
politik Perserikatan Bangsa-Bangsa. Di dalam protocol ini Negara-negara yang
menandatanganinya setuju untuk memperbolehkan individu atau kelompok yang merasa hak-
hak sipil dan politik mereka telah dilanggar maka mereka berhak mengajukan pengajuan kepada
komite. Protocol Manasuka menegaskan kembali pentingnnya hak-hak sipil dan politik yang
dapat memberikan sarana bagi individu untuk menuntut dan melindungi hak-hak mereka.
Komite hak-hak manusia tidak boleh melayani pengaduan mengenai mengenai suatu Negara
yang bukan anggota protocol pemerintah pun tidak menolak pengaduan yang dinilai tak sejalan
dengan peraturan-peraturan konvenan.
Kebiasaan internasional merupakan salah satu sumber atau dasar pengambilan keputusan
Mahkahmah internasional dalam memutuskan suatu kasus. Bagaimana kebiasaan bisa menjadi
sumber hukum internasional?
5. Kebiasan internasional adalah kebiasaan umum yang diterima sebagai hukum. Dengan
demikian tidak semua kebiasaan internasioanl menjadi sumber hukum. Untuk menjadi
sumber hukum, kebiasaan internasional harus memenuhi dua unsure berikut :
Bila pola tingkah laku dalam hubungan internasional telah dilakukan berulang-ulang,
namun tidak diterima sebagai hukum, maka tindakan ini semata-mata berperan sebagai
kesopanan internasional (kusumaadja 1990 : 102). Termasuk kedalam kesopanan
internasional misalnya sambutan kerhomatan kepada tamu Negara, jamuan makan
kenegaraan dan lain-lain. Dilihat secara praktis, suatu kebebasan internasional dapat
dikatakan diterima secara hukum apabila Negara-negara menerimanya, dan apabila
keberatan maka mereka akan mengungkapkan kebertannya dengan cara diplomatic
(protes) atau dengan cara mengajukan keberatan kepada Mahkahmah internasional.
Contoh hukum internasional yang timbul melalui proses kebiasaan internasional adalah
penggunaan bendera putih sebagai bendera parlementer, maksudnya ialah sebagai
bendera yang memberikan perlindungan kepada utusan yang dikirim untuk mengadakan
hubungan dengan musuh. Contoh berikutnya ialah perlakuan terhadap tawanan perang
secara berkeperikemanusiaan sebagai perwujudan dari tindakan yang memenuhi rasa
keadilan dan perikemanusiaan.
Kebiasaan internasional tidak hanya berlaku dalam konteks multilateral, tetapi bisa juga
berlaku dalam konteks regional.