Anda di halaman 1dari 3

BUKU JAWABAN TUGAS MATA

KULIAH TUGAS 1

Nama Mahasiswa : ROTUA IIN JULIANI

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 837703777

Kode/Nama Mata Kuliah : PKN1431/HAK ASASI MANUSIA

Kode/Nama UPBJJ : 12/MEDAN

Masa Ujian : 2022/23.1 (2022.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1. Hak apa saja yang dijamin oleh UUD 1945 beserta pasalnya
a) Pasal 27 ayat 1 : Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya.
b) Pasal 27 ayat 3 : Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan
negara.
c) Pasal 28 J ayat 1 : Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam
tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
d) Pasal 30 ayat 1 : Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara.

2. Perkembangan sejarah Hak Asasi Manusia di dunia


Sejarah HAM atau Hak Asasi Manusia berawal dari dunia Barat (Eropa).Serorang Filsuf
Inggris pada abad ke 17 ,John Locke,merumuskan adanya hak alamiah (natural right) yang
melekat pada setiap manusia,yaitu hak atas hidup,hak kebebasan dan hak milik. Pada masa
itu,hak masih terbatas pada bidang sipil (pribadi) dan bidang politik.
Hak asasi manusia berlaku kapanpun, di manapun, dan kepada siapapun, sehingga sifatnya
universal. HAM pada prinsipnya tidak dapat dicabut. Hak asasi manusia juga tidak dapat
dibagi-bagi, saling berhubungan, dan saling bergantung. Hak asasi manusia biasanya
dialamatkan kepada negara, atau dalam kata lain, negaralah yang mengemban kewajiban
untuk menghormati, melindungi, dan memenuhi hak asasi manusia, termasuk dengan
mencegah dan menindaklanjuti pelanggaran yang dilakukan oleh swasta. Dalam terminologi
modern, hak asasi manusia dapat digolongkan menjadi hak sipil politik yang berkenaan
dengan kebebasan sipil (misalnya hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, dan kebebasan
berpendapat), serta hak ekonomi, sosial dan budaya yang berkaitan dengan akses ke barang
publik (seperti hak untuk memperoleh pendidikan yang layak, hak atas kesehatan, atau hak
atas perumahan).

3. Tiga tahapan pembuatan perjanjian Internasional

1)Negosiasi/Perundingan Perjanjian Internasional


Tahapan perjanjian internasional adalah dimulai dari perundingan, di mana biasanya
didahului oleh pendekatan-pendekatan oleh pihak yang bermaksud mengadakan perjanjian
internasional, atau yang dalam bahasa diplomatik dikenal dengan lobbying. Lobbying dapat
dilakukan secara formal maupun secara nonformal. Bila dalam lobbying telah ada titik terang
tentang kesepakatan tentang suatu masalah, maka kemudian diadakan perundingan secara
resmi yang akan dilakukan oleh orang-orang yang resmi mewakili negaranya, menerima
kesepakatan yang telah dirumuskan, dan mengesahkannya.
orang yang berwenang mewakili negaranya ini diatur lebih lanjut dalam Pasal 7 Konvensi
Wina 1969, di antaranya yaitu kepala negara (seperti presiden), kepala pemerintahan
(seperti perdana Menteri), Orang dan menteri luar negeri.

2. Penandatanganan Perjanjian Internasional


tahapan perjanjian internasional selanjutnya adalah dilakukan pengesahan teks yang telah
diterima oleh peserta perundingan tadi. Proses pengesahan teks perjanjian internasional
dilakukan sesuai kesepakatan para peserta perundingan, atau dengan pembubuhan tanda
tangan wakil negara dalam teks perjanjian internasional tersebut.

3. Ratifikasi Perjanjian Internasional


Menurut Pasal 1 angka 2 UU 24/2000, ratifikasi merupakan salah satu perbuatan hukum
untuk mengikatkan diri pada suatu perjanjian internasional.
Namun, dari perspektif hukum perjanjian internasional, proses ratifikasi ini tak selalu
diperlukan agar sebuah perjanjian internasional bisa berlaku mengikat terhadap suatu
negara. Hal ini dikarenakan, bisa saja peserta perundingan perjanjian internasional
menyepakati bahwa penandatanganan perjanjian saja sudah cukup menandakan
persetujuan negara terhadap perjanjian tersebut.
Proses ratifikasi ini diperlukan, di antaranya jika teks perjanjian internasional terkait
menyatakan bahwa persetujuan negara untuk terikat ditunjukkan dengan cara ratifikasi.

4. Cara pandang hak asasi manusia secara partikular relatif


masih memungkinkan pandangan HAM yang tidak diartikan secara sempit. Secara sempit
disini artinya tidak monoton/Kaku dalam memberikan definisi dan ruang lingkup HAM.
Dalam hal ini, secara etimologi konsep HAM dalam konteks Partikular Relatif dapat penulis
artikan bahwa: Partikular yang artinya “khusus”, dan Relatif adalah “tidak mutlak/Absolut.
Memahami makna dari HAM dimaksud jika dikaitkan dengan arti yang sebenarnya, maka
HAM dalam makna/ cara pandang Partikular Relatif menurut hemat penulis adalah HAM
secara Partikular relatif ini merupakan HAM yang suatu berlakunya disesuaikan dengan
ruang dan waktu.

5. Bagaimana pandangan hukum internasional dalam konteks hak asasi manusia?


Hukum mengenai perlindungan terhadap hak-hak individu atau kelompok yang dilindungi
secara internasional dari pelanggaran yang terutama dilakukan oleh pemerintah atau
aparatnya.
Dasar keberhasilan suatu hukum dimulai dari diri sendiri yang merasa butuh untuk
menghormati hak yang dimiliki orang lain dan mengerti bagaimana kewajiban yang
diembankan pada diri sendiri. sehingga saat kita diperhadapkan dengan fakta untuk menjaga
lingkungan tidak lagi saling melempar kesalahan.

Anda mungkin juga menyukai