NIM : 857608521
Prodi : S1 - PGSD
TUGAS 1
1. Salah satu Hak Asasi Manusia yang diatur dalam Kovenan internasional adalah hak
asasi politik (political rights).
Hak politik adalah hak yang dimiliki setiap orang yang diberikan hukum untuk meraih,
merebut kekuasaan, kedudukan dan kekayaan yang berguna bagi dirinya. Penyaluran hak
politik tersebut diantaranya diwujudkan melalui pemilihan umum (Pemilu). Pemilihan
umum merupakan suatu sarana untuk menyalurkan hak politik warga negara, dipilih dan
memilih, ikut dalam organisasi politik, maupun mengikuti langsung kegiatan kampanye
pemilu. (https://jurnal.dharmawangsa.ac.id/index.php/juwarta/article/download/434/425)
1. Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan : menggunakan hak pilihnya
dalam suatu pemilihan merupakan hak mutlak yang dimiliki oleh setiap warga negara.
Setiap warga negara berhak dan wajib untuk menyuarakan pilihannya dan memiliki
kebebasan untuk mencalonkan dirinya dalam suatu pemilihan. Di Indonesia saat ini
menganut sistem demokrasi, jadi pemerintah wajib melindungi hak setiap warga negara
dalam pemilu setiap pemilihan preside, anggota DPR, kepala daerah maupun pemilihan
anggota pemerntahan lainnya.
2. Hak untuk ikut serta dalam pemerintahan : seperti dijelaskan diatas bahwa Indonesia
saat ini menganut sistem demokrasi yang diamna pemerintahannya adalah dari rakyat, oleh
rakyat dan untuk rakyat. Jadi dapat disimpulkan bahwa setiap warga negara atau rakyat
yang berkewarganegaraan Republik Indonesia memiliki hak untuk ikut serta dalam segala
proses pemerintahan. Baik itu dalam proses pembuatan keputusan yang akan di cantumkan
dalam UUD 1945, penyusunan kebijakan daerah dan lain-lain
3. Hak membuat partai politik/organisasi politik : selain contoh diatas, warga negara
juga memiliki hak untuk mendirikan partai politik dalam rangka untuk ikut serta dalam
urusan pemerintahan Indonesia. Rakyat memiliki kebebasan untuk berkumpul dan
mendirikan sebuah organisasi politik yang bertujuan untuk membantu proses
pemerintahan agar bisa lebih bersih, baik dan berjalan dengan lancar. Seperti bisa dilihat
sekarang sudah ada sekitar 18 partai politik yang akan berpartisipasi dalam pemilu untuk
menentukan pemrintahan Indonesia di periode berikutnya. Setiap warga negara juga bebas
bergabung dengan partai politik manapun sesuai kehendak hati nuraninya tanpa suatu
paksaan dari pohak manapun.
4. Hak untuk membuat dan mengajukan suatu petisi : setiap pembuatan kebijakan baik
itu di daerah maupun pusat akan selalu ada sisi positif dan negatifnya dari pihak warga
negara. Disini Warga negara juga memiliki hak untuk mengajukan keberatan atas suatu
kebijakan yang dibuat oleh pemerintah tanpa dihalang-halangi oleh aparat negara dengan
syarat warga negara melakukan prosesnya sesuai dengan hukum yang berlaku. Pengajuan
keberatan ini atau pengajuan petisi bisa dilakukan misalnya dengan kegiatan demo. Warga
negara diberikan kebebasan untuk menyuarakan ketidakpuasan mereka terhadap
keputusan pemerintah. Di era serba digital inis ekarang pengajuan petisi juag sudah banyak
dilakukan secara onlone, jadi warga negara tidak perlu turun langsung ke jalan untuk
menyuarakan suara mereka.
2. Maghna Charta, adalah satu diantara berbagai dokumen Hak Asasi Manusia yang
pernah ada. Disahkan pada 15 Juni 1215, Maghna Charta ini dilatarbelakangi oleh
tindakan sewenang-wenang dari Raja John Lackland kepada rakyat dan para
bangsawan.
b. Apa relevansi dokumen-dokumen HAM ini dalam perlindungan HAM masa kini?
Dengan munculnya Piagam Magna Charta menegaskan kembali bahwa hukum dan
undang-undang lebih tinggi derajatnya dibandingkan kekuasaan seorang raja. Dalam
Magna Charta terdapat Hobeas Corpus Act, yaitu sebuah undang-undang yang mengatur
tentang penahanan seseorang yang dibuat pada tahun 1679 yang sampai sekarang masih
banyak dilakukan oleh negara-negara di dunia ini. Isinya yaitu:
1. seseorang yang ditahan segera diperiksa dalam waktu 2 hari setelah penahanan
2. Alasan penahanan seseorang harus disertai bukti yang sah menurut hukum
Dengan munculnya Magna Charta ini sangat berperan penting dalam penegakan HAM di
masa kini. Setiap warga negara dijamin hak dan kewajibannya oleh pemerintah negara
setempat. Warga negara juga bisa ikut menuntut aparat pemerintahan yang melakukan
pelanggaran huku, karena kembali lagi ke prinsip dasar Magna Charta yaitu hukum dan
undang-undang lebih tinggi kedudukannya dibandingkan Presiden, Kepala Pemerintah
atau pejabat pemerintah lainnya. Dengan Magna Charta juga hak asasi setiap warga negara
bisa dihormati dan dilindungi oleh pemerintah tanpa takut akan ada kelompok atau
peorrangan yang mengambil haknya. Beberapa negera juga menjadikan Magna Charta ini
sebagai refrensi dan inspirasi dalam menegakkan serta memperjuangkan hak-hak asasi
warga negaranya.
Protokol manasuka adalah sebuah perjanjian yang ditetapkan pada tanggal 23 Maret 1976
bersamaan dengan Kovenan Internasional Hak-hak Sipil dan Politik yang berisi
perlindungan terhadap hak-hak sipil dan politik warga negara dari segala tindakan
pelanggaran. Kovenan tersebut telah berlaku bagi 35 negara peserta Kovenan dan bagi 10
peserta Protokol. Protokol Manasuka menegaskan kembali pentingnya hak-hak sipil dan
politik, serta memberikan sarana bagi individu untuk menuntut dan melindungi hak-hak
mereka. Pengaduan yang diajukan melalui mekanisme ini dapat memicu penyelidikan oleh
Komite. Dengan bersandarkan pada prinsip-prinsip yang dideklarasikan piagam PBB,
negara-negara peserta Kovenan Internasional Hak-hak Sipil dan Politik mengakui
pentingnya perlindungan hak-hak sebagai berikut: hak atas hidup, hak untuk bebas dari
siksaan atau perlakuan kejam, tak berperikemanusian atau merendahkan martabat; hak
untuk bebas dari perbudakan, perdagangan budak, kerja paksa, hak atas kebebasan dan
keselamatan pribadi (persona), dan penangkapan, hak untuk bebas bergerak, termasuk
meninggalkan atau memasuki negara; hak untuk diperlakukan sama di depan pengadilan;
hak untuk diakui sebagai pribadi di depan hukum, hak untuk tidak dicampuri pribadinya,
keluarga, rumah atau surat-suratnya, hak atas kebebasan berpikir, kepercayaan dan
beragama, hak atas kebebasan menyatakan pendapat; dan hak untuk berkumpul secara
damai.
https://saepudinonline.wordpress.com/2010/07/24/sejarah-perkembangan-ham/
Kebiasaan internasional adalah kebiasaan umum yang diterima sebagai hukum. Untuk
menjadi sumber hukum, kebiasaan internasional harus memenuhi 2 unsur berikut: (1)
terdapat kebiasaan yang bersifat umum dan (2) kebiasaan itu harus diterima sebagai
hukum. Dalam suatu negara jika ada pola tingkah laku yang dilakukan secara berulang-
ulang oleh warga negaranya namun tidak bisa diterima oleh hukum maka pola tingkah laku
tersebut hanya berperan sebagai kesopanan internasional, misalnya sebuah sambutan
terhadap tamu negara, jamuan kenegaraan dan lain-lain. Dengan demikian tidak semua
kebiasaan internasional bisa menjadi sumber hukum. Kebiasaan internasional hanya
terbentuk jika praktek tersebut dilakukan secara konsisten dan merujuk pada keyakinan
bahwa tindakan tersebut sesuai dengan hukum internasional yang berlaku. Kebiasaan
internasional juga dapat terbentuk melalui pengakuan atau persetujuan yang diberikan oleh
negara-negara terhadap praktek kebiaasaan tersebut. Secara sederhana kebiasaan
internasional dapat diterima secara hukum apabila negara menerimanya dan jika negara
tersebut merasa keberatan bisa mengajukan secara diplomatik kepada Mahkamah
Internasional.