DISUSUN OLEH:
RIDHA PUTRI ANANDARI NUR (30)
RIA SUSANTI (29)
XII MIPA 1
Puja dan puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT. yang telah memberikan
banyak nikmat, taufik, dan hidayah. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dari
bapak guru seni budaya, yaitu Bapak Amiruddin S.Pd. yang berjudul “Seni Rupa Patung”
dengan baik tanpa ada halangan yang berarti. Makalah ini telah kami selesaikan dengan
maksimal berkat kerjasama dan usaha dari berbagai anggota kelompok kami. Oleh karena
itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada segenap anggota yang telah
berkontribusi secara maksimal dalam penyelesaian makalah ini. Diluar itu, penulis sebagai
manusia biasa menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini,
baik dari segi tata bahasa, susunan kalimat maupun isi. Oleh sebab itu, dengan segala
kerendahan hati, kami selaku penyusun menerima segala kritik dan saran yang
membangun dari pembaca. Dengan karya ini kami berharap dapat membantu pelajar
maupun masyarakat dalam mempelajari dasar pembelajaran seni patung melalui teori dan
pengamatan langsung. Demikian yang bisa kami sampaikan, semoga makalah ini dapat
menambah ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat nyata untuk masyarakat luas.
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
Seni Rupa
BAB II : PEMBAHASAN
Pengertian Seni Patung
Sejarah Patung
Bentuk Bentuk Patung
Jenis Jenis Patung
Alat dan Bahan Pembuatan Patung
Teknik Pembuatan Patung
Langkah Langkah Pembuatan Patung
Seniman Patung Di Indonesia
Seniman Patung Di Dunia
BAB III : PENUTUP
Kesimpulan
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Seni rupa
Seni rupa dikelompokkan menjadi beberapa jenis, atau bisa dikatakan adalah cabang seni rupa.
Cabang-cabang seni rupa tersebut antara lain adalah:
1) Seni Lukis adalah cabang seni rupa yang merupakan sebuah pengembangan yang lebih utuh dari
menggambar. Melukis adalah kegiatan mengolah medium 2 dimensi atau permukaan dari objek 3
dimensi untuk mendapat kesan tertentu.
2) Seni Grafis adalah cabang seni rupa yang proses pembuatan karyanya menggunakan teknik cetak,
biasanya di atas kertas. Kecuali pada teknik monotype, prosesnya menciptakan salinan karya yang
sama dalam jumlah yang banyak, ini disebut dengan proses cetak.
Seni Patung adalah cabang seni rupa yang hasil karyanya berwujud 3 dimensi. Biasanya, diciptakan
dengan cara memahat, modeling (bahan tanah liat) atau kasting (dengan cetakan).
3) Seni Instalasi adalah cabang seni rupa yang memasang, menyatukan, dan mengkonstruksi
sejumlah benda yang dianggap bisa merujuk pada suatu konteks kesadaran makna tertentu.
Seni Keramik adalah cabang seni rupa yang mengolah material keramik untuk membuat karya seni
dari yang bersifat tradisional sampai kontemporer.
2. Desain
Desain merupakan salah satu cabang seni rupa. Adapun, di dalam desain terbagi lagi menjadi
beberapa jenis cabang seni rupa yang mana berikut adalah penjelasannya:
1) Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Arsitektur juga merujuk kepada
hasil-hasil proses perancangan tersebut.
2) Desain Grafis adalah suatu bentuk komunikasi visual yang menggunakan gambar untuk
menyampaikan informasi atau pesan seefektif mungkin.
3) Desain Industri adalah seni terapan dimana estetika dan usability (kemudahan dalam
menggunakan suatu barang) suatu barang disempurnakan.
3. Kriya
Seni kriya adalah salah satu cabang seni rupa yang menekankan pada ketrampilan tangan yang tinggi
di dalam proses pengerjaannya. Berikut adalah pembagian dan penjelasannya.
1) Kriya Tekstil adalah barang-barang yang dihasilkan dari proses menenun. Contoh dari kriya tekstil
adalah pakaian, kain, perlengkapan rumah tangga, dan lain-lain.
2)Kriya Kayu adalah kerajinan yang menggunakan bahan dari kayu yang dikerjakan atau dibentuk
menggunakan tatah ukir. Contohnya adalah mebel, relief dan lain-lain.
3) Kriya Keramik adalah kerajinan yang menggunakan bahan baku dari tanah liat yang melalui
proses sedemikian rupa (dipijit, butsir, pilin, pembakaran dan glasir) yang menghasilkan barang atau
benda pakai dan benda hias yang indah. Contohnya: gerabah, piring, dan lain-lain.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Seni Patung
Sudah sejak ribuan tahun yang lalu, manusia sudah akrab dengan benda yang menyerupai
makhluk hidup atau biasa disebut dengan patung. Patung sangat mudah Kita jumpai di tempat-tempat
seperti museum, gereja, bahkan di taman atau tempat umum dan tempat lainnya.
Sebagai sebuah karya seni yang sudah bertahan lama dan dari waktu ke waktu mengalami perubahan
dan perkembangan, patung telah memiliki bentuk dan jenis patung yang sangat beragam. Berikut
adalah pengertian patung :
1. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI edisi kelima, patung adalah sebuah benda yang
diciptakan dan dipahat secara sengaja untuk meniru bentuk makhluk hidup di sekitar seperti manusia
maupun hewan. Sedangkan, Mikke Susanto memiliki pendapat bahwa patung adalah sebuah hasil
karya tiga dimensi yang diciptakan dengan menggunakan teknik mengurangi bahan atau dibuat
modelnya terlebih dulu untuk selanjutnya dilakukan teknik cetak atau biasa disebut dengan teknik
cor.
2. Secara epistimologi, patung merupakan salah satu bentuk kesenian dari cabang seni rupa. Sesuai
dengan apa yang disampaikan Mikke Susanto di atas, patung merupakan sebuah karya seni rupa tiga
dimensi, maka dari itu patung dapat Kita lihat secara nyata dan bisa kita raba. Jika dilihat
menggunakan seni rupa, ada beberapa macam patung yang dapat dibedakan berdasarkan bentuknya,
jenisnya, fungsinya, dan lain sebagainya
3. Patung diartikan sebagai plastic art karena identic dengan sebuah cipta karya manusia yang meniru
bentuk dan memiliki keindahan. Tidak terbatas pada bentuk manusia, ttapi lebih luas lagi yang
meniru bentuk apapun dapat dosebut seni patung bersifat tiga dimensi atau benda yang bervolume
B. Sejarah patung
a. Seni patung di Eropa
- Romawi Yunani Klasik
Seni patung klasik Eropa merujuk pada seni
patung dari zaman Yunani Kuno, Romawi
kuno serta peradaban Helenisasi dan
Romanisasi atau pengaruh mereka dari sekitar
tahun 500 SM sampai dengan kejatuhan Roma
pada tahun 476 AD, istilah patung klasik juga
dipakai untuk patung modern yang dibuat
dengan gaya klasik. Patung-patung klasik
Eropa memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Figur badan penuh: berupa laki-laki muda atletis atau wanita telanjang.
Portrait: menunjukkan tanda-tanda usia atau karakter yang kuat.
Memakai kostum serta atribut dewa-dewi klasik
Peduli dengan naturalisme didasari dengan observasi, sering kali memakai model sungguhan.
Bentuk patung telanjang biasanya diterima secara luas oleh masyarakat, didasari pada lamanya
tradisi yang mendukungnya. Tapi adakalanya, ada yang berkeberatan dengan tema ketelanjangan ini,
biasanya dari kalangan fundamentalis moral dan relijius. Contohnya, beberapa patung Yunani
koleksi Vatikan dihilangkan penisnya.
- Periode Gothik
Mata rantai yang menghubungkan seni, dalam hal ini adalah arsitektur,
Eropa zaman pertengahan (Gothik) dengan seni arsitektur Romawi disebut
dengan periode Romanesque. Karya seni patung Gothik awal adalah dari
pengaruh agama Kristen, serta lahir dari dinding gereja dan biara. Patung
yang terdapat di Chartres Cathedral (sekitar th.
1145) di Prancis merupakan karya patung awal
zaman Gothik. Di Jerman, terdapat di Cathedral
Bamberg dari tahun 1225. Di Inggris, karya
patung hanya terbatas pada yang dipakai pada
batu nisan serta dekorasi non figur (sebagian ini
disebabkan karena ikonoklasme Cistercian). Di Italia, masih dipengaruh
bentuk-bentuk zaman klasik, seperti yang terdapat pada mimbar Baptistery
di Pisa serta di Siena.
- Renaisans
Pada zaman renaisans, seni patung juga turut
dihidupkan kembali, bahkan dalam beberapa
kasus lebih dulu dibandingkan dengan karya seni
lain. Salah satu tokoh penting dalam masa ini
adalah Donatello, dengan karya patung
perunggunya, David (jangan keliru dengan
David-nya Michelangelo). Ini merupakan karya
patung awal zaman Renaisans. Demikian juga
dengan Michelangelo yang selain membuat patung David, juga membuat Pietà. Patung David dari
Michelangelo merupakan satu contoh gaya kontraposto dalam menggambarkan figur manusia. Masih
ada beberapa periode dari zaman renaisans ke modernisme yang dipengaruhi oleh perubahan politik,
gerakan kebudayaan atau hal lain, yaitu periode mannerisme, baroque dan neo klasik.
- Modernisme
Auguste Rodin merupakan salah satu pematung Eropa terkenal dari awal abad 20. Ia sering kali
disebut sebagai seniman patung Impresionis. Seni patung modern klasik kurang berminat pada
naturalisme, detail anatomi atau kostum dan lebih tertarik pada stilisasi bentuk, demikian juga pada
irama volume dan ruang. Seiring dengan perkembangan waktu, gaya seni patung modern klasik
kemudian diadopsi oleh dua penguasa totalitarian Eropa: Nazi Jerman dan Uni Soviet. Sementara di
kawasan Eropa lain, gaya ini berubah menjadi bersifat dekoratif/art deco (Paul Manship, Carl
Milles), stilisasi abstrak (Henry Moore, Alberto Giacometti) atau lebih ekspresif. Gerakan modernis
dalam karya seni patung menghasilkan karya Kubisme, Futurisme, Minimalisme, Instalasi dan Pop
art.
1. Bentuk Tradisional
Patung dengan bentuk tradisional dapat Kita temukan pada hasil karya patung dari Nusantara.
Sebagian besar masyarakat di Bali telah membuat patung sejak lama, hal itu dikarenakan kehidupan
masyarakat Bali tidak banyak mengalami perubahan dalam hal kepercayaan yang mayoritas
beragama Hindu.
Bentuk dari seni patung tradisional di Bali mulai mengalami perkembangan sejak tahun 1940-an.
Karya-karya patung yang dirintis oleh I Nyoman Tjokot dibina secara langsung oleh R. Bonner, dan
Walter Spied. Bentuk patung yang dibuat biasanya bertema Mahabarata dan Ramayana. Selain tema
tersebut, ada juga patung dengan tema keagamaan seperti penggambaran surga dan neraka.
2. Bentuk Modern
Patung dengan bentuk modern biasanya memiliki kecenderungan menjadi patung yang lebih
figuratif. Patung figuratif biasanya juga disebut patung potret yang menggambarkan sosok manusia
tertentu. Oleh karena itu, patung modern mayoritas berbentuk menyerupai manusia atau hanya
menampilkan setengah dada sampai kepalanya saja.
Salah satu contoh patung modern yang pernah dibuat oleh seniman patung Nusantara yaitu patung
yang berjudul Potret Pejuang tahun 1953 hasil karya S. Sudjojono. Tidak hanya itu, G. Sidharta juga
beberapa kali menciptakan patung yang sangat fenomenal seperti Tiang Berulang (1973) dan Tiang
Kehidupan (1978). Patung karya Sidharta ini berhasil memadukan antara dua kekuatan yakni aspek
narasi atau penceritaan dengan kekuatan formal seni patung
D. Jenis patung
a. Jenis Patung Berdasarkan Bentuknya
Setelah memahami pengertian dari patung, berikut ini Kita akan membahas dua jenis patung
berdasarkan bentuknya yaitu patung figuratif dan patung non-figuratif, di antaranya yaitu:
1. Figuratif
Patung figuratif merupakan jenis patung yang memiliki bentuk
yang mirip atau hasil tiruan dari bentuk aslinya yang ada dalam
kehidupan nyata. Beberapa patung figuratif dapat lihat dari
bentuknya yang menggunakan menjadikan manusia, hewan,
hingga tumbuhan sebagai sumber inspirasi atau objek untuk
ditiru.
2. Non-Figuratif
Patung non-figuratif merupakan jenis patung dengan bentuk yang tidak
mirip dengan bentuk yang aslinya pada kehidupan nyata. Patung non
figuratif biasanya merupakan sebuah patung yang menyajikan garis
atau lekukan atau bahkan bagian tertentu dari suatu objek. Secara
gaya, patung non-figuratif merupakan kebalikan dari patung figuratif,
patung non figuratif memang bertujuan untuk tidak memberikan
bentuk yang sama dengan bentuk yang asli di kehidupan nyata.
1. Zonde Bosse
Patung zonde bosse adalah sebuah jenis patung yang
memiliki posisi berdiri sendiri atau biasa tidak menempel
pada bagian-bagian lainnya. Hal itulah yang menjadikan
alasan patung dengan jenis Zonde Bosse ini tidak dapat
menempel pada objek yang lain.
2.Relief
Patung relief adalah sebuah jenis patung yang
diciptakan agar bisa menempel pada permukaan
dinding. Patung relief ini cenderung memberikan
gambaran tentang suatu adegan penting yang pernah
terjadi pada banyak cerita di zaman dahulu.
1. Patung Religi
Salah satu patung yang paling banyak dibuat oleh para seniman patung adalah patung dengan fungsi
religiusitas. Patung religi ini umumnya digunakan untuk memenuhi keperluan agama seperti
pemujaan atau peribadatan. Patung jenis ini memiliki makna untuk meningkatkan religiusitas bagi
para pemeluk agama tertentu. Patung religi digunakan agar pemuja atau pemeluk agama merasa lebih
dekat dengan tuhan atau dewanya, oleh karena itu, pemujaan atau peribadatan biasanya dilakukan di
sekitar patung religi tersebut.
Bahan yang dapat digunakan untuk membuat seni patung sangat beragam, namun secara umum
bahan seni patung dapat dibedakan menjadi tiga macam yang meliputi bahan lunak, sedang, dan
keras. Berikut ini adalah pembahasannya. Terdapat beberapa kategori bahan yang dapat digunakan
untuk membuat patung. Beberapa bahan seni patung tersebut adalah sebagai berikut.
1. Bahan Lunak. Bahan lunak yang memiliki masa atau volume dapat digunakan untuk membuat
patung, seperti: tanah liat, lilin, clay, hingga ke bahan khas atau alternatif seperti: sabun, dsb.
2. Bahan Sedang. Bahan yang tidak lunak dan tidak keras, misalnya: kayu randu, kayu mahoni, kayu
waru dan kayu yang tidak terlalu keras lainnya.
3. Bahan Keras. Bahan keras dapat berupa batu atau kayu yang lebih keras, contohnya adalah: batu
marmer (pualam), batu granit, batu andesit, kayu jati, kayu ulin, kayu sonokeling.
3. Bahan Cor. Bahan cor adalah bahan yang cair, serbuk atau tidak padat, namun dapat menjadi keras
dalam waktu tertentu atau ketika diproses lebih lanjut. Bahan cor meliputi: Semen, pasir, gips,
logam, emas, timah, bahan kimia: resin, fiber, dll.
Peralatan yang diperlukan untuk membuat patung sangat bergantung pada bahan dan teknik
yang akan digunakan. Misalnya jika kita akan membuat patung dengan teknik ukir, maka alat yang
dibutuhkan adalah pisau cukil. Sementara itu jika kita akan membuat patung dengan cara memahat,
maka kita akan membutuhkan alat pahat. Beberapa alat yang biasa digunakan pada proses pengerjaan
seni patung adalah sebagai berikut.
1. Pahat
Digunakan untuk bahan sedang atau keras untuk memahat atau mengurangi bahan keras
sehingga membentuk objek yang yang diinginkan. Pahat terbuat dari logam keras yang tajam,
tersedia dalam berbagai mata pisau, digunakan dengan cara memalu pahat pada bahan patung.
2. Butsir
Butsir adalah semacam pisau/alat sudip untuk mengukir bahan lunak. Biasanya butsir terbuat
dari kayu atau memiliki mata logam yang tumpul. Ada juga butsir yang bermatakan kawat, untuk
memudahkan pembentukan bahan lunak.
3. Alat Las
Sudah jelas untuk membentuk logam secara langsung (tanpa mencairkannya) diperlukan alat
las agar dapat menyusun logam, sesuai dengan keinginan kita.
4. Meja Putar
Berupa meja bundar yang dapat berputar ke segala arah. Fungsinya untuk lebih mudah melihat dan
mengontrol bentuk patung dari berbagai arah tanpa harus bergerak mengintari patung.
5. Palu
Palu digunakan untuk memukul pahat.
6. Tang
Ketika membuat patung yang memerlukan rangka kawat, maka alat ini sangat dibutuhkan untuk
mebengkokan dan meluruskan kawat sesuai dengan rancangan yang diinginkan.
F. Teknik Pembuatan Patung
Mematung membutuhkan teknik khusus yang sesuai dengan kebutuhan dan bahan yang akan
digunakan untuk membuat patung. Contohnya jika kita membuat patung dengan bahan lunak, maka
kita dapat menggunakan tangan untuk mengepal-ngepalnya saja. Namun jika bahan patung yang kita
gunakan adalah bahan keras, maka kita harus memahatnya. Beberapa teknik seni patung yang dapat
digunakan untuk mematung adalah sebagai berikut.
1. Teknik Pahat
Teknik Pahat merupakan teknik untuk mengurangi bahan menggunakan benturan benda keras
(alat pahat) terhadap bahan patung yang diolah. Selain alat pahat, palu juga diperlukan untuk
membenturkan pahat pada bahan patung.
2. Teknik Butsir
Butsir adalah teknik yang membentuk bahan lunak dengan mengurangi bahan menggunakan
alat butsir dan menambahkan bahan jika diperlukan. Butsir biasa digunakan untuk mengolah bahan
lunak seperti tanah liat, lilin atau modeling clay.
3. Teknik Konstruksi
Teknik Konstruksi merupakan teknik membuat patung dengan cara merekatkan berbagai
bahan baik dengan cara dilem, dilas, dilepa, atau dipatri. Bahan yang digunakan dapat berupa semen,
pasir, besi, plastisin, kawat, bubur kertas, dsb.
4. Teknik Las
Teknik Las yaitu membuat karya patung dengan cara menggabungkan bahan ke bahan yang
lain untuk mendapatkan bentuk yang diinginkan. Teknik las digunakan untuk menggabungkan bahan
logam dan merakitnya menjadi bentuk tertentu. Sebetulnya teknik ini pada dasarnya merupakan
teknik konstruksi pula.
5. Teknik Cor
Teknik Cor adalah membuat karya seni dengan membuat cetakannya terlebih dahulu, lalu
bahan adonan cor dituangkan kedalam cetakan, sehingga menghasilkan bentuk yang diinginkan
(sesuai dengan bentuk cetakan).
6. Teknik Cetak
Teknik Cetak sama seperti teknik cor, cetakan dibuat terlebih dahulu, namun bahan tidak
harus dicor atau dituangkan, bahan lunak atau sedang dapat langsung dijepit menggunakan cetakan
Bivalve yang memiliki dua sisi simetris seperti kerang.
1. Pertama, kamu harus membuat sketsa terlebih dahulu untuk patung yang akan dibentuk. dibentuk.
Pastikan untuk membuat sketsa sesuai dengan kemampuan masing-masing.
2. Siapkan berbagai macam kebutuhan alat dan bahan untuk membuat patung dari bahan lunak ya.
3. Kemudian, kamu bisa meletakkan tanah liat di atas meja, putar sedikit demi sedikit sambil
membentuk global atau kasar.
4. Cobalah untuk memijat dengan bentuk global. Ketika memijat jangan lupa selalu bahasa tangan
dengan air sedikit demi sedikit.
5. Menghaluskan dan sempurnakan bagian patung dengan butsir sehingga bentuk menjadi lebih
detail dan dapat disempurnakan lagi.
Beberapa langkah tersebut terlihat sederhana tetapi ketika praktek langsung saya sendiri cukup sulit.
Butuh ketelitian dan kesabaran untuk membuat patung dari bahan lunak agar bisa terbentuk secara
sempurna.
1. Pertama kamu harus membuat model patung dari gambar. Kamu bisa membuat model sesuai
dengan imajinasimu atau sudah memiliki model tertentu.
2. Kamu bisa menyiapkan balok kayu sesuai ukuran yang diinginkan. Jika menggunakan batu maka
sediakan bongkahan batu yang sesuai dengan ukuran.
3. Setelah itu pindahkan gambar atau pola diatas permukaan bahan.
4. Lakukan pemotongan dengan menggunakan alat yang sesuai.
5. Kamu bisa membentuk global yang lebih detail.
6. Setelah memberikan bentuk global pada bahan pembuat patung, kamu bisa menyempurnakan dan
menghaluskan menggunakan Amplas.
7. Melakukan finishing dengan cat melamin atau akrilik.
Membuat patung dari bahan keras memang jauh lebih sulit. Jika di bahan lunak, kemudian ada
kesalahan masih bisa diubah bentuk. Tetapi jika dari bahan kayu semuanya harus pas dan tidak boleh
ada kesalahan.
1. I Nyoman Tjokot
Lahir di Desa Jati, Gianyar, Bali 1886. Wafat di bali pada tahun 1971. Sebenarnya tidak ada
catatan akurat yang menerangka bahwa I Nyoman Tjokot lahir pada 1886. Sebagian sumber
menyebutkan bahwa beliau lahir pada 1888. Ironi memang, seakan-akan hal tersebut memang tidak
perlu dicatatkan.
Hal ini semakin menerangka bahwa Tjokot memang mencorong cemerlang nun jauh
melampaui batas desa, pulau, bahkan negara kelahirannya. Ia lebih awal diapresiasi dan terkenal di
mancanegara, seperti Amerika dan Eropa ketimbang Seantero Indonesia, apalagi Bali. Apresiasi
yang dimaksud di sini adalah Apresiasi seni rupa terhadap karya-karyanya. Tidak hanya memiliki
budaya Indonesia yang menduia tetapi Indonesia juga memiliki seniman yang semua karyanya diakui
oleh dunia.
Ketertarikannya pada patung bermula pada seringnya beliau bersemedi di sebuah Pura Taro
yang berjarak 5km dari desa kelahirannya, yang konon bekas peninggalan Kerajaan Majapahit. Di
sana terdapat beberapa ukiran yang menunjukan keprimitifan. Kasar, tapi enak di pandang dan
bersifat magis. Dari situlah beliau mulai berani mencoba membuat ukiran di atas kayu. Tidak ada
yang menjelaskan motif seperti apa yang ia pelajari saat itu, apakah motif seni ukir nusantara atau
bukan. Dan karya yang dibuatnya tersebut banyak digemari oleh orang-orang disekitarnya. Padahal,
patung yang di buat beliau begitu sederhana, tetapi tetap utuh. Ia membuat patung tanpa mengubah
bentuk kayu, tapi tetap memiliki ornamen.
Dari kayu, beliau mengembangkan imajinasinya menjadi semakin liar. Beliau menghasilkan
karya patung yang semakin ekspresif dengan bentuk-bentuk beraga, dan mata yang mendelik tajam.
Karya-karya beliau memberi nafas dan suasana baru terhadap dunia seni tiga dimenasi di Kota Bali.
Padahal sebelumnya, kesenian patung di Bali mulai bergeser dan mengejar bentuk-bentuk
naturalisme. Karena seperti kita ketahui bahwa kesenian itu erat sekali hubungannya dengan
kebudayaan. Tidak hanya kebudayaan bali, bisa saja kebudayaan suku batak ataupun kebdayaan
yang ada diseluruh negeri ini. Namun berkat beliau, lahirlah sebuah gaya baru. Yakni ‘Tjokotisme’.
Tjokotisme ini tidak hanya sekedar julukan atau nama aliran / gaya dalan seni patung. Melainkan,
secara fisik hal tersebut dapat dijabarkan sebagai karya seni patung yang penuh dengan ornamen,
yang secara selintas mirip dengan relief (Karya seni dua dimensi) namun dalam versi tiga
dimensinya. Tentunya kalian semua sudah mengetahui pengertian seni rupa 2 dimensi. Ornamen-
ornamen yang terpampangpun memiliki karakteristik berupa wajah-wajah yang mengalami
deformasi sedemikian rupa.
Awal-awalnya kemunculan Gaya Tjokot ini kerap ditertawakan hingga diolok-olok, bahkan
oleh Pelukis genius Maestro dari Banjar Taman, Ubud, I Gusti Nyoman Lempad. Karya seni Tjokot
sering disebut kayu bakar oleh Lempad pada tahun 1930-an silam.
Tetapi, Tjokot tepat tidak bergeming dan istiqomah / konsisten. Tekadanya kuat dan
menggunung. Tidak Teruntuhkan. Beliau selalu memantapkan diri dengan kata-kata “Buah ciptanya
bukan kayu bakar, tapi karya berkeunggulan mutu seni”. Dan hal tersebut memang benar-benar
terjadi. Orang-orang yang mencemoohnya mulai mengapresiasi karya-karyanya. Publik dan
pengamat seni mulai memperhatikan usuhanya dalam berkarya. Meski hal tersebut terjadi setelah
berpuluh-puluh tahun berkarya. Beliau merupakan seniman dengan karya-karya yang unggul namun
tetap bersahaja, polos, spontan dalam kehidupan sehari-harinya.
Darisitulah kisah Tjokot mulai melambung ke Mancanegara. Namanya sejajar dengan
Maestro Penari I Ketut Maria dan Maestro Lukis Affandi. Nama Tjokot lebih tenar di Luar negeri.
Karya-karyanya diburu. Bahkan dikoleksi kalangan elite dan lembaga bergengsi. Saking terkenalnya,
begitu Tjokot meninggal, karya-karyanya tidak tersisa satupun, habis diburu untuk dikoleksi para
penikmatnya.
Bakat beliau di dunia seni benar-benar otodidak tulen, bakatnya mencelat dibentuk oleh alam
dari tatapan mata. Tidak ada guru khusus, kecuali kemauannya, niat jiwanya. Bagi seorang I Nyoman
Tjokot, tugas manusia hidup cuma satu : bekerja sungguh-sungguh, sepenuh jiwa, hingga
menghasilkan karya sebaik-baiknya, sepuncak-puncaknya. Berkat semua dedikasi, ketekunan dan
kerja kerasnya, ia mendapatkan peghargaan Anugerah Seni pada 1969 juga penghargaan kebudayaan
kategori tanda kehormatan satyalencana kebudayaan pada tahuan (2015).
2. Dolorosa Sinaga
Lahir di Sibolga, Sumatera Utara pada tahun 1953 dengan nama lengkap Dolorosan Sinaga.
“Mematung harus melibatkan kerja keras, banyak masalah teknik yang harus dikuasai dan yang
paling utama adalah bahwa seni patung tersebut menawarkan persoalan relasi dimensional pada
manusia.” Itulah ugkapan seiman pematung Indonesia yang kini juga berkiprah menjadi pengajar
Fakultas Seni Rupa Institut Kesenian Jakarta.
Perempuan batak ini menempuh pendidikan di Institut Kesenian Jakarta, St. Martin’s School
of Art, London, Inggris. Kemudian setelahnya ia juga menuntut ilmu di Karnarija Lubliyana,
Yugoslavia dan Piero’s Art Foundry Berkeley, di Amerika Serikat.
Seni Patung merupakan kehidupannya. Ia menjalani kehidupannya sehari bersama karya-
karya seni yang terus diciptakannya. Dolo, begitu nama panggilannya, merupakan anak keempat dari
delapan bersaudara. Ia merupakan Putri dari Karel Mompang Sinaga, seorang pengusaha dan pendiri
Bumi Asih Group. Awalnya ia sama sekali tidak tertarik dengan seni patung. Tapi ketika ia
menempuh pendidikan di IKJ, ia akhirnya mulai menekuni dunia seni patung dan mulai debutnya di
sana.
Selama puluhan tahun ia menjalani profesinya sebagai pematung. Selama puluhan tahun
itupun ia telah mencoba berbagai medium dalam menghasilkan patung. Terakhir, medium yang ia
gunakan untuk membuat patung adalah Logam perunggu. Alasannya menggunakan logam perunggu
sebagai medium adalah karena logam perunggu memiliki kualitas yang memukau serta
permukaannya yang berkilau. Dolo mengatakan bahwa Di dalam perunggu tersimpan nuansa
karakter perempuan dan pada sisi lain perunggu memiliki kekuatan dan ketahanan yang cenderung
sebagai karakter laki-laki dan karena hal itu dapat disimpulkan bahwa dalam karakter perunggu itu
ada dua karakter yang tertentangan, tetapi tak dapat dipisahkan.
Perjalanannya dalam menggeluti dunia sni patung telah berhasil melahirkan banyak karya.
Karya-karya tersebut diantaranya : Gate of Harmony di Kuala Lumpur, Malaysia dan The Crisis
yang dibuatnya pada 1998 bertengger di kota Hue, Vietnam. Semua dialkukannya ketika perempuan
batak ini mendapat kepercayaan untuk mewakili Indonesia dalam Asean Squan Sculpture
Symposium pada tahun 1987.
Dolo merupakan pendiri dari Gallery Somalaing dan Majalah Tapian. Di studionya (dengan
dibantu oleh kurang lebih 15 karyawan) ia merancang pembuatan piala dan thropy. Rancangan piala
tersebut adalah untuk penghargaan Yap Thiam Hien, Kridha, Wanadya Tahama. Selain itu, untuk
anugerah menteri negara urusan peranan wanita untuk almarhumah Ny. Tien Soeharto dan Trophy
kegiatan budaya Jakarta International Women’s Festival.
Yang paling menarik dar karya-karya seorang Dolorosa adalah aspek Gender. Posisi Gender
yang kerap mengungkapkan kemana karya-karyanya berbicara. Melalui karya-karyanya ia menolak
historis feminitas yang kerap dipaksakan atau dilabelkan oleh laki-laki pada perempuan. Kerja
kerasnya dalam dunia seni patung, serta konsennya terhadap pengembangan kesenian serta budaya
membawanya pada banyak penghargaan. Diantaranya :
Citra Adhikarya Budaya
Visual Arts Award (2011)
3. I Nyoman Nuarta
Sedikit berbeda dengan dua seniman yang telah dijelaskan sebelumnya. I Nyoman Nuarta
merupakan Seniman Patung (Pematung) yang sangat terkenal di Indonesia. Ia dikenal sebagai
Maestro Patung asal Bali dengan karyanya yang paling terkenal : Patung Garuda Wisnu Kencana.
Ia lahir pada tanggal 14 November 1951 di Tabanan, Bali. Pria yang menempuh pendidikan seni
rupa di ITB pada tahun 1972 ini merupakan anak keenam dari sembilan bersaudara. Ayahnya berana,
Wirjamidjana dan ibunya bernama Semuda. Pada awalnya ia mengambil jurusan seni lukis, namun
memutuskan untuk pindah ke jurusan seni patung pada tahun kedua kuliahnya. Karena lebih dahulu
menggeluti seni lukis, sudah barang tentu jika Nuarta pandai menggambar. Pengertian menggambar
adalah kegiatan meniru barang, orang atau binatang dan sebagainya yang dibuat dengan coretan
pensil atau alat lainnya pada suatu kertas. Nuarta cenderung menghasilkan karya bergaya naturalistik
dalam membuat karya seni patung, namun tidak diketahui alirannya dalam seni lukis. Tapi pasti ada
diantara macam-macam aliran seni lukis seperti yang telah dibahas sebelumnya. Sedangkan bahan
atau medum yang ia gunakan sebagai bahan pembuatan patung adalah tembaga dan kuningan.
Sejak Kecil, Nuarta diasuh oleh pamannya yang merupakan seorang guru seni rupa. Ia
tumbuh dan berkembang di lingkungan seni rupa, maka, tidak aneh rasanya jika ia tumbuh menjadi
sosok seniman seperti sekarang ini. Pamannya, Ketut Dharma Susila inilah yang menjadukan Nuarta
mulai memahami dunia seni patung sedar kecil. Setelah lulus SMA ia memutuskan untuk masuk ITB
dan akhirnya memenangkan lomba patung proklamator Republik Indonesia. Darisitulah debut Nuarta
dimulai. Ia mulai dikenal dan diakui oleh banyak orang serta para seniman di bidang yang sama saat
usianya masih begitu muda.
Karya lainnya yang fenomenal adalah pembuatan patung panglima perang yang menhadap ke
Laut di Dermaga Ujung Madura. Patung tersebut banyak dikenal di daerah Jawa timur. Biasa disebut
atau terkenal dengan sebutan monumen Jalesveva Jayamahe.
Tidak sampai disitu, Nuarta mulai mengkapanyekan atau mulai menerbarkan virus seni rupa modern
pada masyarakat khususnya generasi muda Indonesia. Ia membangun Studionya sendiri yang
bernama Studio Nyoman Nuarta dan NuArt Sculpture Part di bandung dan di Bali. Di Studionya itu,
NuArt Sculpture, sering juga diadakan pameran karya seni. Jenis-jenis pameran yang
diselenggarakan oleh Nuarta pun beragam dan kerap melibatkan banyak seniman lain.
4. Edhi Sunarso
Edhi Sunarso lahir di Salatiga, Jawa tengah pada hari sabtu tanggal 2 juli tahun 1932.
Mungkin nama Edhi Sunarso tidak begitu banyak dikenal oleh masyarakat umum. Apalagi oleh anak
muda jaman sekarang. Tapi, tahu kah kalian bahwa di balik namanya yang ‘tidak terlalu terkenal’
terlahir banyak karya fenomenal yang kerap kali di temukan di Jakarta. Contonya, Monumen selamat
datang yang ada di Bundaran Hotel Indonesia ataupun patung pembebasan Irian Barat yang ada di
lapangan Banteng. Sebenarnya, orang-orang akan langsung ‘ngeh’ jika karyanya disebutkan. Tanpa
mereka tahu sosok di balik pembuatan semua mahakarya tersebut.
Setelah lulus dari STSRI atau ASRI Yogyakarta, salah satu dari tokoh seni rupa Indonesia ini
melanjutkan pendidikannya di Visva Bharanti Rabindranath Tagoere University, India. Selama
berpuluh-puluh tahun ia mengabdikan diri sebagai pematung yang banyak menyiptakan karya berupa
monumen bersejarah yang dapat membangkitkan rasa nasionalisme Bangsa Indonesia.
Yang tidak banyak diketahui oleh orang lain mungkin adalah fakta yang menyebutkan bahwa
seorang Edhi Sunarso pernah bergabung menjadi tentara nasional Indonesia. Dan mulai terjun ke
lapangan sebagai prajurit pada usia yang realtif muda, yaitu 7 tahun. Selain menjadi tentara yang
membangun dan membela kedaulatan Negeri ini, Edhi juga pernah merasakan Siksaan Penjara. Ia
menjadi tawanan tentara kerajaan Belanda pada usianya ke-14.
Selain bakatnya yang memang sudah terlihat dari kecil, ia juga belajar memahat dan
menggambar secara otodidak. Dengan bakat dan tentunya keberuntungan yang menyertainya, Edhi
Sunarso berhasil melejit dan terkenal pada tahun 1950-an. Prestasinya yang lain adalah ketika ia
berhasil dinobatkan sebagai pemenang kedua lomba patung sedunia yang diadakan di London tahun
1953. Kemudian disusul dengan penghargaan lainnya seperti Medali emas untuk karya seni
patungnya di India. Berturut-turut dari tahun 1956 – 1957. Meski pada saat ini nama Edhi mulai
tenggelam, karena seniman baru selalu hadir dan membawa perubahan. Tapi karya-karyanya tetap
abadi dan juga ikut berkontribusi pada seni yang lahir jaman saat ini.
5. Gregorius Sidhart
Dharta, nama panggilan akrabnya, sering menggunakan medium yang ‘berbeda’ dari
kebanyakan seniman-seniman lain, bahkan cenderung tak lazim. Contohnya, Dharta pernah membuat
patung dengan bahan beras dan mata uang. Selain seni patung, Dharta pernah menjelajahi cabang
seni lain seperti Seni Lukis, Keramik bahkan kerajinan tangan.
Jika bertanya mengenai konsepnya dalam berkarnya, pria kelahiran Yogyakarta, 30
November 1932 ini pernah menjawab “Saya berkarya mengikuti nafas dari hari ke hari, dari pagi ke
pagi hingga malam. Ke depan saya berjalan ke belakang saya menengok, agar perjalanan tak pernah
putus. Dahulu adalah leluhurku, kini saya berada dan esok adalah keturunanku. Satu rangkaian yang
bersambung tak terputus menyongsong masa depan yang abadi.” Dari jawabannya, Dharta bisa
digambarkan sebagai salah satu seniman yang berkarya benar-benar dari hati. Ia menciptakan apa
yang benar-benar ingin ia ungkapkan.
Dalam proses melahirkan karyanya, Dharta seringkali tidak memiliki bayangan atau konsep
yang jelas terhadap hasil akhir karyanya. Meski begitu, ia selalu mengkonsep gagasannya meski hal
tersebut hanya terdapat diotaknya saja (tanpa tergambar di sketsa). Mengapa? Karena selalu terjadi
tarik ulur antara imajinasi, konsep dan medium. Sehingga kadangkala, apa yang menjadi hasil akhir
karyanya tidak sama dengan apa yang telah ia bayangkan. Meski begitu, karya Dharta tetap sarat
akan nilai estetika.
Pengertian estetika menurut para ahli sudah kita bahas sebelumnya, disana dijelaskan bahwa
estetika berarti susunan bagian dari sesuatu yang mengandung pola, dimana pola tersebut
mempersatukan bagian-bagian yang membentuknya dan mengandung keselarasan dari unsur-
unsurnya, sehingga menimbulkan keindahan. Poin estetika sangat penting, mengingat seni patung
bukanlah karya seni rupa terapan yang juga dilihat nilai fungsionalitas kegunaannya. Dan hal
tersebut merupakan salah satu perbedaan seni rupa murni dan terapan.
Dharta merupakan anak ketiga dari sebelas bersaudara dengan ayah dan ibu seniman.
Ayahnya, Bernadius Soegijo dan Ibunya Claudia Soemirah lah yang menghidupkan kepekaan
estetiknya. Lingkungan keluarganya juga menggemari musik klasik Brat dan jawa dan berbagai
kesenian lain.
Seniman satu ini mempelajari seni patung secara formal di Akademi Seni Rupa Indonesia
(ASRI) Yogyakarta. Meski begitu, sebelumnya, ia telah mempelajari dasar-dasar melukis dari tokoh-
tokoh pelukis, seperti hendra gunawan dan trubus pada era tahun 1950-an. Setelahnya, setelah lulus
dari ASRI Yogyakarta, Ia pergi ke Belanda untuk belajar di Jan van Eyck Academie. Setelah
kembali ke Indonesia, ia sempat mengajar sebagai Dosen di Jurusan Seni Rupa ITB.
Nama Gregorius Sidharta semakin menanjak ketika ia berhasil membuat karya yang berjudul
Tangisan Dewi Betari yang pada saat ini menjadi koleksi sebuah museum di Jepang.
Penhargaan yang pernah diraihnya diantaranya : Anugerah Seni dari Badan Musyawarah
Kebudayaan Nasioanl pada tahun 1952, Anugerah Seni DKI Jakarta pada tahun 1982, Penghargaan
Patung Terbaik dari Dewan Kesenian Jakarta pada tahun 1986, Penghargaan ASEAN ke-2 untuk
kebudayaan, komunikasi dan Karya Sastra pada tahun 1990 dan penghargaan Rencana Monumen
Proklamator di Jakarta.
Menjelang akhir hayatnya, Gregorius Sidharta melahirhkan karya yang terakhirnya.
Karyanya tersebut berjudul Crucifix 2006 dan merupakan sebuah salib. Pada akhirnya ia meninggal
dunia pada usia 74 tahun akibat kanker paru-paru yang telah dideritanya selama satu tahun.
Begitulah kisah dan cerita hidup serta Biografi pematung terkenal Indonesia. Kisah yang
sarat dengan perjuangan dan kerja keras. Cerita yang tidak akan luntur dimakan jaman. Raga boleh
terkubur, jiwa boleh menghilang. Tapi karya-karya mereka abadi. Nama mereka dikenang tak luntur
oleh jaman. Semoga kita semua dapat memetik pelajaran dari cerita di atas. Semoga kita senantiasa
menjadi pribadi yang lebih baik dan dapat mengharumkan nama Indonesia dengan Karya serta tetap
dapat mengambil manfaat belajar seni.
1. Donatello
Michelangelo Buonarroti (lahir pada 6 Maret 1475 dan meninggal pada 18 Februari 1564) adalah
salah satu seniman besar Renaisans Italia. Ia dikenal sebagai pematung, pelukis, penyair, dan arsitek
sekaligus. Sangat multitalenta.

Apa yang membedakan patung "David" ciptaan
Donatello dan Michelangelo?
Melansir Accademia, patung yang dikerjakan
pada September 1501 dan selesai pada Mei
1504 ini terbuat dari marmer. Tingginya sekitar
5,5 meter dengan berat lebih dari 5 ton!
Yang mengagumkan, patung ciptaan
Michelangelo terlihat halus dengan urat dan
otot yang menyerupai manusia asli. It looks
very real! Kamu bisa menjumpainya di
Accademia Gallery of Florence.
Italia dipenuhi dengan pematung-pematung hebat. Salah satunya ialah Gian Lorenzo Bernini yang
lahir pada 7 Desember 1598 dan meninggal pada 28 November 1680. Tidak hanya pematung, ia juga
seorang pelukis dan arsitek.
Karya fenomenal Bernini adalah "The Rape of Proserpina", patung berbahan marmer Carrara yang
dikerjakan pada tahun 1621-1622. Saat menggarapnya, Bernini masih sangat muda, yaitu berusia 23
tahun.
Patung setinggi 2,55 meter ini menggambarkan penculikan Proserpina, putri
Yupiter dan Ceres, dewi pertanian Romawi. Saat Proserpina sedang memetik
bunga, Pluto (dewa kematian) menculik dan menyeretnya ke dunia bawah,
dikutip My Modern Met.
4. Auguste Rodin
Jika tiga pematung sebelumnya berkebangsaan Italia, maka François Auguste René Rodin asalnya
dari Prancis. Ia lahir pada 12 November 1840 dan meninggal pada 17 November 1917. Ciri khas
karyanya adalah realisme, di mana ia merayakan karakter dan fisik individu apa adanya, dilansir
Gelonch Viladegut.
Kemudian, ada Constantin Brâncuși (19 Februari 1876-16 Maret 1957), pematung Rumania yang
menjadi warga negara Prancis sesaat sebelum kematiannya. Patungnya dikenal abstrak dengan gaya
kubisme dan minimalis, dilansir ThoughtCo.
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan, maka kita dapat mengetahui bahwa, Seni Rupa
adalah sebuah konsep atau nama untuk salah satu cabang seni yang bentuknya terdiri atas unsur-
unsur rupa yaitu: garis, bidang, bentuk, tekstur, ruang dan warna. Karya seni rupa dapat dibagi
menjadi dua yaitu: karya seni rupa dua dimensi dan karya seni rupa tiga dimensi. Seni Rupa jika
dilihat dari segi fungsinya dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu seni murni (fine art) dan seni
pakai / terapan (applied art).
Seni patung atau seni pahat adalah cabang seni rupa yang hasil karyanya berwujud tiga
dimensi. Biasanya diciptakan dengan cara memahat, modeling (misalnya dengan bahan tanah liat)
atau kasting (dengan cetakan). Seiring dengan perkembangan seni patung modern, maka karya-karya
seni patung menjadi semakin beragam, baik bentuk maupun bahan dan teknik yang digunakan,
sejalan dengan perkembangan teknologi serta penemuan bahan-bahan baru.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Patung
https://ilmuseni.com/seni-rupa/seni-patung/biografi-pematung-terkenal-indonesia
https://www.idntimes.com/science/discovery/nena-zakiah-1/pemahat-patung-paling-legendaris-di-
dunia
https://www.inews.id/news/nasional/6-teknik-pembuatan-patung-yang-wajib-diketahui-apa-saja
https://repo.undiksha.ac.id/10399/3/1612031004-BAB%201%20PENDAHULUAN.pdf