Anda di halaman 1dari 15

KISI-KISI DAN MATERI PAT XI SMT 2 SENI BUDAYA 2023

Pameran seni rupa

Pameran seni rupa umumnya dilakukan oleh seniman profesional untuk memamerkan
hasil karya yang berisi ide atau gagasan mereka yang dituangkan ke dalam media karya
seni rupa itu sendiri. Pada dasarnya, pameran seni rupa merupakan wadah komunikasi
antara perupa (seniman) yang diwakili oleh masing-masing karya seninya dengan apresiasi
dari audience.

Adapun pameran seni rupa ini dibagi ke dalam tiga jenis, yaitu berdasarkan waktu
pameran, berdasarkan jumlah seniman yang tampil, dan berdasarkan jenis karya yang
ditampilkan. Berikut penjelasannya dikutip dari laman Kelaspintar:

Berdasarkan waktu pameran:

1. Pameran tetap
Pameran tetap adalah pameran yang diadakan dalam tempat dan waktu yang telah
ditentukan. Contohnya adalah pameran pada museum karya seni.

2. Pameran insidental
Pameran insidental adalah pameran yang diadakan dalam rangka tertentu dan dalam
jangka waktu tertentu. Contohnya adalah pameran karya seni rupa untuk menggalang dana
atau charity.

3. Pameran periodik
Pameran periodik adalah pameran yang diadakan secara berkala dan rutin dalam jangka
waktu tertentu. Contohnya adalah pameran karya seni tahunan, biennale (dua tahunan),
Triennale(tiga tahunan), dan lain sebagainya.

Berdasarkan jumlah seniman yang tampil:

1. Pameran tunggal
Pameran tunggal adalah sebuah pameran yang menampilkan karya seorang seniman
terlepas dari jenis karya yang ditampilkan dan waktu penampilan karya seni.

2. Pameran kelompok
Pameran kelompok adalah pameran yang menampilkan karya seni dari beberapa seniman
terlepas dari jenis karya yang ditampilkan dan waktu penampilan.

Berdasarkan jenis karya seni yang ditampilkan:

1. Pameran homogen
Pameran homogen adalah pameran karya seni rupa yang hanya menampilkan satu jenis
karya seni dalam tempat dan waktu yang sama terlepas dari banyaknya seniman yang
terlibat dalam pameran tersebut.
KISI-KISI DAN MATERI PAT XI SMT 2 SENI BUDAYA 2023

2. Pameran heterogen
Pameran heterogen adalah pameran karya seni rupa yang menampilkan lebih dari satu
jenis karya seni dalam tempat dan waktu yang sama terlepas dari banyaknya seniman yang
terlibat dalam pameran tersebut.

Denah dan Maket Arsitektur

Denah arsitektur mengutamakan bentuk bangunan secara umum, misalnya


ruang tamu, ruang kamar tidur, dll. Unsur utamanya adalah bagian dasar
penyusun bangunan seperti lantai, dinding, pintu, jendela, dan tangga.

Denah interior cenderung lebih focus pada isi furniture sebuah


ruangan/bangunan seperti model Meja, kursi, TV, lemari, dan lain sebagainya.
KISI-KISI DAN MATERI PAT XI SMT 2 SENI BUDAYA 2023

Adapun cara membuat skala denah rumah yang benar yaitu:

1. Ukur panjang bangunan sebenarnya. Ukuran meter (m) yang didapat kemudian
diubah ke ukuran centimeter (cm).
2. Ukur panjang denah pada gambar. Biasanya dengan skala centimeter (cm).
3. Buat perbandingan dari keduanya untuk mendapatkan skala denah yang tepat.

Dalam sebuah skala, terdiri dari dua angka yang menggambarkan ukuran pada denah
dan ukuran asli di dunia nyata.

Ukuran pada gambar berada di sebelah kiri dan ukuran sebenarnya berada di sebelah
kanan.

Jadi, jika tuliskan menjadi seperti ini:


KISI-KISI DAN MATERI PAT XI SMT 2 SENI BUDAYA 2023

Ukuran pada peta : ukuran sebenarnya

Contoh:

• Skala 1:100 berarti setiap 1 cm di dalam denah berarti 100 cm di dunia nyata.
• Skala 1:250 berarti setiap 1 cm di dalam denah sama dengan 250 cm di dunia
nyata.
• Skala 1:1500 artinya 1 cm di dalam denah sama dengan 1.500 cm di dunia nyata.

Pada umumnya, bahan untuk membuat maket itu di antaranya:

1. Untuk alas maket, kamu bisa menggunakan triplek, duplek atau bahan
apa pun yg kaku. Dan di atasnya dilapisi sterofoam, gasket atau karpet.
2. Untuk bangunan, kamu bisa menggunakan duplek, dan. Untuk kaca bisa
menggunakan mika bening.
3. Untuk vegetasi, kamu bisa menggunakan kawat, spons, dan kain flannel
untuk rumput.
KISI-KISI DAN MATERI PAT XI SMT 2 SENI BUDAYA 2023

adapun bentuk-bentuk dalam seni rupa murni yang dapat dipilih


sesuai minat atau ketertarikan seniman dalam penciptaannya
terhadap sebuah karya seni.

1. Bentuk Figuratif

Bentuk figuratif adalah karya seni rupa yang menggambarkan figur


yang dikenal sebagai objek-objek alami, seperti manusia, hewan,
tumbuhan, gunung, laut, dan lain-lain.

Dalam penggambarannya, bentuk figuratif digambarkan dengan


cara meniru sesuai dengan rupa dan warna benda tersebut (sama
dengan kenyataannya).

Perbesar

Bentuk seni rupa murni ada yang sama persis dengan objek aslinya, ada yang mengalami
perubahan oleh penciptanya. Foto: Pixabay
KISI-KISI DAN MATERI PAT XI SMT 2 SENI BUDAYA 2023

2. Bentuk Semi Figuratif

Bentuk semi figuratif adalah karya seni rupa yang “setengah


figuratif”, yaitu masih menggambarkan figur atau kenyataan
alamiah, tetapi bentuk dan warnanya telah mengalami distorsi,
deformasi, stilasi oleh penciptanya.

Jadi, bentuk tidak meniru rupa sesungguhnya, tetapi diubah untuk


kepentingan pemaknaan. Misalnya, tubuh manusia diperpanjang,
patung dewa yang bertangan banyak, dan bentuk arsitektur yang
disederhanakan atau digayakan untuk mencapai efek estetis dan
artistik.

3. Bentuk Non Figuratif

Bentuk non figuratif adalah karya-karya seni rupa yang sama sekali
tidak menggambarkan bentuk-bentuk alamiah. Jadi, bentuk ini
tidak menghadirkan figur atau objek (karenanya disebut pula seni
rupa non objektif).

Karya-karya seni rupa murni non figuratif, adalah susunan unsur-


unsur visual yang ditata sedemikian rupa, untuk menghasilkan
suatu karya seni yang indah. Istilah lain karya seni rupa murni non
figuratif adalah karya seni abstrak.

Pada umumnya, karya abstrak yang berhasil adalah karya yang


memilki bentuk bermakna. Artinya, sebuah karya seni yang
memiliki kapasitas membangkitkan pengalaman estetis bagi orang
yang mengamatinya.
KISI-KISI DAN MATERI PAT XI SMT 2 SENI BUDAYA 2023

Fenomena Seni Rupa dapat menyangkut banyak peristiwa, pergerakan, hingga


perkembangan umum yang menyangkut seni rupa di dunia. Berbagai
fenomena tersebut dapat ditelaah sebagai inspirasi hingga berbagai
pertimbangan lain dalam berkarya. Tidak sedikit pula berbagai fenomena seni
rupa yang dimanfaatkan untuk penelitian, baik dalam bidang seni rupa,
maupun bidang lainnya seperti sejarah, arkeologi, dan bidang ilmu lainnya.

Oleh karena itu, fenomena seni rupa adalah ilmu yang dapat memberikan
manfaat jika dipelajari, baik dari kacamata seni untuk seni, maupun seni untuk
kehidupan secara umum. Pada bahasan kali ini akan dipelajari fenomena seni
rupa secara umum dari masa ke masa berdasarkan aliran seni serta berbagai
gejala estetik yang berkembang di masing-masing zaman. Mengapa? Karena
hingga kini, aliran serta pemilahan gaya, atau style adalah indikator yang
memiliki visibilitas data paling jelas untuk dimanfaatkan dalam pembelajaran
serta penelitian seni.

Seni Rupa Pramodern

Seni rupa pramodern adalah istilah yang digunakan untuk menyebut berbagai
manifestasi karya seni rupa yang hadir sebelum masa industri (Tim
Kemdikbud, 2018, hlm. 21). Hal ini berarti fenomena seni rupa adalah
fenomena yang dilihat dari aspek kesejarahan berdasarkan perubahannya,
baik dari aspek konseptual maupun aspek kebentukan (wujudnya).

Beberapa aliran seni rupa yang hadir pada masa Seni Rupa Pramodern adalah
sebagai berikut.

Primitivisme

Aliran primitivisme adalah aliran yang memilii corak karya seni rupa bersifat
bersahaja, naif, sederhana, spontan, jujur, baik dari segi penggarapan bentuk
maupun pewarnaan (Tim Kemdikbud, 2018, hlm. 21). Seniman primitivisme
KISI-KISI DAN MATERI PAT XI SMT 2 SENI BUDAYA 2023

bebas dari belenggu profesionalisme, tradisi, teknik, dan latihan formal proses
kreasi seni.

Contoh aliran primitivisme mencakup patung primitif yang banyak ditemukan


di Afrika Patung primitif yang ditemukan di Afrika kebanyakan merupakan
karya tiga dimensi yang perwujudannya mengekspresikan makna seni dengan
bahasa bentuk simbolik.

Selain itu, berbagai patung yang ditemukan di wilayah Athena juga dapat
diklasifikasikan sebagai aliran primitivisme. Patung Dewi Kecantikan Yunani
klasik mengekspresikan makna seni dengan idealisasi bentuk mimesis yang
berarti meniru (melakukan imitasi) rupa manusia dalam wujud yang indah dan
sempurna.

Naturalisme

Naturalisme adalah aliran seni rupa yang teknik pelukisannya berpedoman


pada peniruan alam untuk menghasilkan karya seni sehingga seniman terikat
sekali pada hukum proporsi, anatomi, perspektif, dan teknik pewarnaan untuk
mencapai kemiripan sesuai dengan perwujudan objek yang dilihat oleh mata
(Tim Kemdikbud, 2018, hlm. 21).

Tokoh-tokoh aliran ini antara lain:

1. Abdullah SR,
2. Wakidi,
3. Pirngadi,
4. Basoeki Abdullah,
5. Trubus, Dullah,
6. Rustamadji,
7. Wahdi.

Baca lebih lanjut mengenai aliran Naturalisme di sini:


KISI-KISI DAN MATERI PAT XI SMT 2 SENI BUDAYA 2023

Realisme

Aliran seni rupa realisme merupakan perkembangan lebih lanjut dari


naturalisme. Aliran ini muncul di belahan dunia barat sekitar pertengahan
abad ke-17. Intisari filosofinya menunjukkan keyakinan seniman terhadap
realitas duniawi yang kasat mata sebagai objek penciptaan karya seni.

Pada umumnya realisme dibedakan menjadi beberapa kategori. Misalnya,


realisme sosialis (yang cenderung mengungkapkan adegan-adegan kehidupan
manusia yang serba sengsara, getir, dan pahit). Herbert Read (dalam Tim
Kemdikbud, 2018, hlm. 22) menyatakan bahwa “Jenis seni rupa yang
sepenuhnya dapat kita sebut sebagai realistis adalah yang berusaha dengan
segala daya untuk menyatakan perwujudan objek dengan tepat, dan seni
seperti ini, sebagaimana halnya filsafat realisme, selalu berdasar atas
keyakinan atas keberadaan objektif dari sesuatu”.

Dapat disimpulkan bahwa dalam pengertian murni, aliran realisme berusaha


melukiskan keadaan secara nyata, seniman realis memandang dunia ini tanpa
ilusi, mereka menciptakan karya seni rupa yang nyata menggambarkan apa-
apa yang nyata dan benar-benar ada di dunia ini.

Dengan kata lain, seniman realis mendasarkan seninya pada penerapan panca
inderanya tanpa mengikutsertakan fantasi dan imajinasinya.

Tokoh-tokoh realisme di Indonesia antara lain:

1. Raden Saleh (realisme romantis),


2. Soedjojono, Dullah,
3. Rustamadji (realisme fotografis),
4. Dede Eri Supria, dan
5. Ronald Manullang (Realisme Baru).
KISI-KISI DAN MATERI PAT XI SMT 2 SENI BUDAYA 2023

Dekoratif

Karya seni rupa dekoratif senantiasa berhubungan dengan hasrat


menyederhanakan bentuk dengan jalan mengadakan distorsi, ciri-cirinya
bersifat kegarisan, berpola, ritmis, pewarnaan yang rata, dan secara umum
mempunyai kecenderungan kuat untuk menghias. Tujuan dan sifat hias
tersebut menyebabkan keindahan rupa dekoratif termasuk kategori seni yang
mudah dicerna oleh masyarakat.

Pada karya dekoratif yang berwujud dua dimensi, aliran ini sering
mengabaikan unsur perspektif dan anatomi, sedangkan pada karya tiga
dimensi mengabaikan plastisitas bentuk (naturalistis).

Karya seni rupa dekoratif dapat diklasifikasi menjadi dua bagian utama, yakni
dekoratif figuratif dan dekoratif geometris.

Dekoratif figuratif

Dekoratif figuratif biasanya ditandai dengan penggambaran wujud figur atau


bentuk-bentuk di alam yang kita kenali. Seperti misalnya, pemandangan,
pasar, kota, hewan-hewan di tengah rimba, lukisan kehidupan sehari-hari, dsb.
Namun teknik pelukisannya tidak berupaya untuk meniru rupa secara realistis,
melainkan dikerjakan dengan bentuk yang datar tanpa memperhitungkan
aspek volume dalam penggarapan bentuk visual.

Dekoratif geometris

Sementara itu, dekoratif geometris adalah karya-karya seni rupa yang bebas
dari peniruan alam, perwujudannya merupakan susunan motif, bentuk, atau
pola tertentu di tata sedemikian rupa sehingga memiliki kapasitas untuk
membangkitkan perasaan keindahan dalam diri pengamatnya. Lukisan-lukisan
geometris cenderung rasional karena terikat pada pola, motif, bentuk-bentuk,
KISI-KISI DAN MATERI PAT XI SMT 2 SENI BUDAYA 2023

dan teknik pelukisan yang menuntut keterampilan dan kesabaran dalam


proses kreasinya.

Seni rupa dekoratif geometris dapat dilihat pada ragam hias di daerah-daerah
seluruh kepulauan Indonesia. Misalnya motif pilin berganda, lingkaran, elips,
setengah lingkaran, segi tiga, prisma, empat persegi, dan lain-lain. Motif
tersebut biasanya tersusun rapi dengan teknik pengulangan, sehingga tercipta
suatu harmoni, karena penempatannya mementingkan keteraturan dan
kerapian, maka dalam bentuk tradisional komposisinya simetris. Namun kerap
pula kita jumpai dalam era modern komposisi yang bebas, seperti pada karya
Sapto Hudoyo dan Hatta Hambali.

Tokoh-tokoh pelukis dekoratif di Indonesia meliputi: Kartono Yudokusumo,


Widayat, Suparto, Ratmoyo, Batara Lubis, Amrus Natalsya, Irsam, Sarnadi
Adam, Ahmad Sopandi, Boyke Aditya, A.Y. Kuncana, I Gusti Nyoman Lempad, I
Gusti Ketut Kobot, I Gusti Made Deblog.

Seni Rupa Modern

Dasar filosofis dan gejala seni rupa modern pada hakikatnya merupakan
kelanjutan perkembangan seni rupa sebelumnya (pramodern). Zaman modern
adalah era di mana perkembangan ilmu pengetahuan baik dari bidang filsafat
hingga teknologi melaju jauh lebih pesat jika dibandingkan dengan zaman
pramodern.

Perkembangan filsafat memunculkan tokoh-tokoh seperti Imanuel Kant,


Hegel, Schopen-hauer, Nietze, Comte, Charles Darwin, dan lain-lain yang
menghasilkan berbagai filosofi, pencerahan, dan kebijaksanaan-kebijaksanaan
baru yang mengusung zaman modern.

Sementara itu, di bidang Mikrobiologi tampil nama-nama Antoni van


Leeuwenhoek, Pasteur, Robert Koch, Paul Ehrilch, dan lain-lain. Sedangkan di
sektor sosial ekomomi tampil Adam Smith, seorang pelopor sistem persaingan
KISI-KISI DAN MATERI PAT XI SMT 2 SENI BUDAYA 2023

bebas, dengan lawannya Karl Marx, Thomas Maltus, Le Bon, Montesque, dan
Rousseu. Selanjutnya, di bidang ilmu psikologi muncul Sigmund Freud dengan
psikoanalisis yang menelurkan teori takbir mimpi-mimpi dan metode katarsis.

Tokoh penting lainnya meliputi Carel Gustave Jung, Alferd Adler, dan Kunkel
bersaudara. Semua tokoh tersebut muncul bersamaan dengan perkembangan
disektor fisika dan astronomi, sehingga jadilah abad modern yang dikuasai
oleh ilmu dan teknologi.

Perkembangan atau “kemajuan” ini juga tentunya tidak hanya


menyejahterakan kehidupan manusia saja, namun juga menimbulkan efek
samping, yakni eksploitasi industrialisasi, kolonialisme, imperialisme,
kemiskinan di pihak lain, sehingga terjadi dua kali perang dunia di abad ke-20
dan beratus kali perang lokal dan perang dingin.

Berbagai pergolakan ilmu pengetahuan serta dampak positif dan negatifnya


merupakan pemicu kelahiran Seni Rupa Modern. Faktor lain yang menjadi
dominan esensi seni rupa modern ialah kesadaran akan nilai individu sebagai
karakter aktivitas manusia. Hal ini berakar dari budaya Renaisans, humanisme
universal yang akhirnya tampil sebagai abad pencerahan di Eropa.

Oleh karena itu, dalam mengkaji fenomena seni rupa modern, kita dapat
memulainya dari jasa para impresionisme Perancis. Mengapa? Karena mereka
merupakan pelopor utama yang ingin memanfaatkan ilmu pengetahuan
dalam berkarya namun berusaha untuk menanggalkan dampak negatifnya
lewat berkarya pula.
KISI-KISI DAN MATERI PAT XI SMT 2 SENI BUDAYA 2023

Seni Rupa Posmodern (Post-modern)

Istilah posmodernisme muncul pertama kali di wilayah seni, yakni seni musik,
seni rupa, fiksi, film, fotografi, arsitektur, kritik sastra, dan sebagainya. Di sisi
lain istilah posmodern juga muncul di wilayah keilmuan yakni ilmu sosiologi,
antropologi, geografi, filsafat, dan sebagainya. Peristilahan ini didefinisikan
sesuai dengan konteksnya, istilah posmodern diartikan untuk menunjukkan
reaksi yang muncul dari dalam modernisme, sebuah gerakan yang menolak
modernisme yang mandek dalam birokrasi museum dan akademi,
menjelaskan siklus sejarah baru yang dimulai sejak berakhirnya dominasi
barat, surutnya individualisme, kapitalisme, dan kristianitas, serta kebangkitan
budaya non barat, hilangnya batas antara seni dan kehidupan sehari-hari.

Posmodernisme merupakan tumbangnya batas antara budaya tinggi dan


budaya pop, pencampuradukan gaya yang bersifat eklektik, parodi, pastiche,
ironi, kebermainan, dan merayakan budaya “permukaan” tanpa peduli pada
“kedalaman” (Sugiharto, 1996, hlm. 24-26). Posmodernisme dengan konsep
pluralismenya telah menghapus pemilahan atau hirarki antara seni dan desain.
Prinsip modernisme telah diubah menjadi ‘Form Follow Fun’. Kedudukan
fungsi yang selama ini diagung-agungkan oleh kalangan modernisme
mengalami pergeseran pada era posmodernisme.

Karya-Karya Seni Rupa Era Posmodernisme

Kebudayaan posmodern tidak dapat dipisahkan dari perkembangan


konsumerisme. Perkembangan masyarakat konsumer telah mempengaruhi
cara-cara pengungkapan seni. Dalam masyarakat konsumer terjadi
perubahan-perubahan mendasar yang berkaitan dengan cara objekobjek seni
secara umum dikonotasi, dan cara model konsumsi ini direkayasa oleh para
produser.

Masyarakat konsumer memiliki tiga bentuk “kekuasaan” yang beroperasi di


belakang produser dan kekuasaan media massa. Ketiga bentuk kekuasaan ini
KISI-KISI DAN MATERI PAT XI SMT 2 SENI BUDAYA 2023

menentukan bentuk dan gaya seni. Di dalam masyarakat konsumer relasi


antara subjek dan objek lebih tepat dijelaskan melalui peran subjek sebagai
‘konsumer’. Maksudnya melalui perkembangan mutakhir dalam teknologi
produksi, yaitu; otomatisasi dan komputerisasi, peran pekerja dapat
diminimalisasi sedemikian rupa, sehingga relasi produksi semakin kehilangan
maknanya.

Bahasa Estetik Posmodernisme

Wacana estetik posmodern mencerminkan bahwa tanda dan makna pada


estetika posmodern bersifat tidak stabil, mendua, dan plural (polysemy).
Dalam wacana ini, lebih ditekankan pada permainan tanda, keterpesonaan
pada permukaan dan diferensi, ketimbang makna-makna ideologis yang
bersifat stabil dan abadi.

Bahasa estetik posmodern bersifat hiperriil dan ironik yang meliputi:

1. Pastiche
adalah karya sastra, seni atau arsitektur yang disusun dari elemen-
elemen yang dipinjam dari berbagai pengarang, seniman atau arsitek
dari masa lalu. Dalam mengimitasi karya masa lalu dalam rangka
menghargai dan mengapresiasi seni. Sebagai karya yang mengandung
unsur pinjaman pastiche mempunyai konotasi negatif sebagai miskin
orisinalitas. Di samping itu pastiche adalah satu bentuk imitasi yang
tanpa beban kritik dan perang menentang kemajuan serta sejarah,
sebab sejarah tak dapaat diulangi. Pastiche juga dikatakan sebagai
penggunaan topeng bahasa pengungkapan yang telah mati.
2. Parodi
adalah sebuah komposisi dalam karya sastra, seni atau arsitektur yang di
dalamnya kecenderungan pemikiran dan ungkapan khas dalam diri
seorang pengarang, seniman, arsitek, atau gaya tertentu diimitasi
(imitasi yang ditandai oleh kecenderungan ironik) sedemikian rupa
untuk membuatnya humoristik atau absurd. Efek-efek kelucuan dan
absurditas biasanya dihasilkan dari distorsi atau plesetan ungkapan
KISI-KISI DAN MATERI PAT XI SMT 2 SENI BUDAYA 2023

yang ada. Melalui konteks ini penggunaan kembali karya masa lalu yang
dimuati dengan ruang kritik yang menekankan perbedaan ketimbang
persamaan. Titik berangkat parodi bukanlah penghargaan, akan tetapi
kritik, sindiran, kecaman, sebagai ungkapan rasa tidak puas atau sekedar
menggali rasa humor dari karya rujukan yang bersifat serius.
3. Kitch
berakar dari bahasa Jerman verkitchen (membuat murahan) dan
kistchen berarti memungut sampah dari jalanan. Kitch dalam bahasa
estetik posmodern sering ditafsirkan sebagai sampah aristik atau sering
pula didefinisikan sebagai selera rendah karena lemahnya ukuran atau
kriteria estetik. Strategi Kitch adalah, mengkopi elemen-elemen gaya
dari seni tinggi atau objek sehari-hari untuk kepentingan sendiri, yang
produksinya didasari pada semangat memassakan atau mendemitosasi
seni tinggi.
4. Camp
adalah satu bentuk dandysme (tanpa identitas seks), dan karenanya
menyanjung tinggi kevulgaran. Camp sering menekankan dekorasi,
tekstur, permukaan sensual, dan gaya, dengan mengorbankan isi. Camp
juga anti antagonisme seksual: maskulin/feminin.
5. Skizophrenia
didefinisikan sebagai putusnya rantai pertandaan, yaitu rangkaian
sintagmatis penanda yang bertautan dan membentuk satu ungkapan
atau makna. Dalam konteksnya semua kata atau penanda, gambar, teks,
atau objeknya dapat digunakan untuk menyatakan suatu konsep atau
petanda (Piliang, 1995, hlm. 39-41).

Referensi

1. Piliang, Y. A. (1995). Wawasan Semiotik dan Bahasa Estetik Post-


modernisme. Jurnal Seni Rupa, 1, 95.
2. Sugiharto, Bambang. 1996. Postmodenisme: Tantangan Bagi Filsafat,
Jakarta: Kanisius.
3. Tim Kemdikbud. (2017). Seni Budaya XI, semester 2. Jakarta: Pusat
Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.

Anda mungkin juga menyukai