Editor:
Saroni Asikin
SASTRA PERANCIS DAN FRANKOFON:
KONSEP DASAR, TOKOH, DAN KARYA
PENULIS
Dr. Mohamad Syaefudin, M.Pd., dkk.
PENYUNTING
Saroni Asikin
Shafira Rahmadani
ILUSTRATOR SAMPUL
Sekar Putri Lintang
PENATA LETAK
Dinar Hardini
1. Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana
dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf i untuk penggunaan secara komersial dipidana
dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan atau pidana denda paling banyak
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
2. Setiap orang yang dengan tanpa hak dan atau tanpa izin pencipta atau pemegang hak
cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi pencipta sebagaimana dimaksud dalam pasal
9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan atau huruf h, untuk penggunaan secara komersial
dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan atau pidana denda paling
banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
3. Setiap orang yang dengan tanpa hak dan atau tanpa izin pencipta atau pemegang hak
melakukan pelanggaran hak ekonomi pencipta sebagaimana dimaksud dalam pasal 9
ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan atau huruf g, untuk penggunaan secara komersial
dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan atau pidana denda
paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
4. Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan
dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh)
tahun dan atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
KATA PENGANTAR
Penulis
2.7 Humanisme
Selain menjadi periode berkembangnya berbagai
genre karya sastra, periode Renaissance di Prancis juga
identik dengan munculnya aliran humanisme. Humanisme
adalah paham yang mendasarkan aksinya atas refleksi
tentang manusia beserta segala macam aspek sosial yang
menyertainya.
Kata humanisme (humanism) berasal dari bahasa Latin
“humanus” berarti manusiawi atau insani atau dari kata
humaniora. Berarti pengetahuan dalam bidang kehidupan
rohani yang merupakan pengetahuan tentang manusia.
Termasuk pengetahuan humaniora, misalnya filsafat,
sosiologi, psikologi dan pendidikan moral.
Dalam humanisme pengetahuan dititikberatkan pada
soal manusianya, dalam agama diutamakan pada soal
ketuhanan. Secara umum humanisme merupakan paham
yang mementingkan individualisme dengan anggapan bahwa
kemanusiaan merupakan cita-cita yang tertinggi. Masuknya
humanisme dalam kesusastraan Renaissance Prancis sedikit
demi sedikit membuat orang mulai tertarik kepada pemikiran
individualis karena paham ini mengedepankan pertentangan
antara visi pribadi individu dengan penerimaannya terhadap
hukum dan aturan dalam masyarakat.
6.2 Fauvisme
Fauvisme adalah suatu aliran dalam seni lukis yang
muncul di sekitar periode menjelang dimulainya era seni
rupa modern. Meskipun gaya ini berlangsung tidak terlalu
panjang, tetapi fauvisme memberi ciri khas tersendiri
sehingga layak disejajarkan dengan gaya-gaya seni lain yang
lebih mapan dan hadir lebih lama. Nama fauvisme berasal dari
kata sindiran “fauve” (binatang liar) oleh Louis Vauxcelles saat
mengomentari pameran Salon d›Automne dalam artikelnya
untuk suplemen Gil Blas edisi 17 Oktober 1905, halaman 2.
Kepopuleran aliran ini dimulai dari Le Havre, Paris,
hingga Bordeaux. Kematangan konsepnya dicapai pada tahun
1906. Fauvisme adalah aliran yang menghargai ekspresi dalam
menangkap suasana yang hendak dilukis. Tidak seperti
karya impresionisme, pelukis fauvis berpendapat bahwa
harmoni warna yang tidak terpaut dengan kenyataan
di alam justru akan lebih memperlihatkan hubungan
pribadi seniman dengan alam tersebut.
7.1 Pengantar
Selain berasal dari wilayah Prancis daratan, telah sekian
lama dunia sastra Prancis dihidupi dan digairahkan oleh
karya-karya penulis yang berasal bekas koloni Prancis
maupun negara-negara Eropa yang menggunakan bahasa
Prancis. Penulis beserta karyanya ini sering disebut sebagai
bagian dari sastra frankofon. Beberapa penulis frankofon,
bahkan telah memenangkan sejumlah penghargaan
bergengsi belakangan ini, antara lain, Tahar Ben Jelloun dari
Maroko (Prix Goncourt), Patrick Chamoiseau dari Martinik
(Prix Goncourt), Amin Maalouf dari Libanon (Prix Goncourt),
Ahmadou Kourouma dari Pantai Gading (Prix Renaudot).
Serangkaian nama penulis lain yang termasuk dalam daftar
ini adalah Jonathan Littell dari Spanyol (Goncourt), Dai Sijie,
François Cheng, keduanya dari Tiongkok (Prix Femina) dan
Andreï Makine dari Rusia (Goncourt/Médicis) yang ke semua
penulis-penulis itu melahirkan dan mengemas karya mereka
dalam bahasa Perancis, termasuk salah satunya adalah penulis
asal Aljazair yakni Assia Djebar (Fatima Zohra Imalyène) yang
secara fenomenal, sebagai perempuan muslim, berhasil
terpilih sebagai anggota Académie Française. Pengaruh
Yves-Emmanuel Dogbé
Berasal dari sebuah dusun
Sa-Kpové, dekat Kota Aného di
pelosok Togo, Yves-Emmanuel
Dogbé adalah seorang cendekiawan
Afrika yang mampu mengakses
pendidikan tinggi di Prancis, yakni
pada bidang sosiologi hingga
jenjang doktoral (Ph.D) pada Paris
Descartes University. Ia adalah
seorang penulis yang juga filsuf, pendidik, dan sosiolog.
Dogbé menulis sekitar lima belas karya utama, yang
membuatnya dihormati di kalangan penulis yang berbahasa
Prancis. Dia menulis sekumpulan puisi yang diberi judul
Affres (1966), kemudian disusul adaptasi fabel-fabel jean
de la Fontaine yang ia juduli Fables Africaine. Setelah itu, ia
menulis novel bernuansa sosiologis, yaitu La Victime yang
bertema rasisme dan Incarcéré yang menceritakan dirinya
sendiri ketika dipenjara. Selain itu dia juga menulis esai
tentang pemikirannya pada dunia pendidikan La Crise de
L’éducation (1975).
Gb. 10. 1 Kanada dan sebaran penutur bahasa Prancis di tiap provinsi
(parcourscanada.com).