Anda di halaman 1dari 135

PANDUAN PRAKTIKUM

EKONOMI SYARIAH

TIM PENYUSUN:

1. Irdam Riani, S.Pi., M.Si


2. Syamsul Kamri, S.Pi., MP
3 . Sarini Yusuf, S.Pi., M.Si
4. Nurhuda Annaastasia, S.Pi., M.Si
5. Desi Sriwulan, S.Pi., MM
6. Abdul Sarifin, S.St.Pi., M.Si
7. A. Ismail Noval, S.Pi
8. Restu Destriani, S.Pi
9. Rahma Fitriani

JURUSAN/PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
PANDUAN PRAKTIKUM MANAJEMEN
OPERASI USAHA PERIKANAN

TIM PENYUSUN:

1. Irdam Riani, S.Pi., M.Si


2. Dr. Ir. Budiyanto, M.P
3. Desi Sriwulan, S.Pi., MM
4. A. Ismail Noval, S.Pi
5. Restu Destriani, S.Pi
6. Yohana Ade Paseno, S.Pi
7. Rahma Fitriani

JURUSAN/PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
PANDUAN PRAKTIKUM
EKONOMETRIKA

TIM PENYUSUN:

1. Irdam Riani, S.Pi., M.Si


2. Dr. Ir. Budiyanto, M.P
3. Ahmad Mustafa, S.Pi., M.P
4. A. Ismail Noval, S.Pi
5. Restu Destriani, S.Pi
6. Yohana Ade Paseno, S.Pi
7. Rahma Fitriani

JURUSAN/PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
PANDUAN PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN
EVALUASI PROYEK PERIKANAN

TIM PENYUSUN:

1. Irdam Riani, S.Pi., M.Si


2. Dr. Sarinah, SP., M.Si
3. Ir. Utama K. Pangerang, M.Si
4. A. Ismail Noval, S.Pi
5. Restu Destriani, S.Pi
6. Yohana Ade Paseno, S.Pi
7. Rahma Fitriani

JURUSAN/PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan hidayah-Nya sehingga

kami dapat menyelesaikan penyusunan Penuntun Praktikum Ekonomi Syariah dengan lancar.

Penuntun ini disusun untuk dijadikan panduan pembuatan laporan praktikum dalam memenuhi

salah satu syarat untuk memperoleh nilai pada mata kuliah Ekonmi Syariah Program Studi

Agrobisnis Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Halu Oleo, Kendari.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kami ucapkan kepada semua pihak yang

telah membantu dalam penyusunan penuntun praktikum ini, namu tidak menutup kemungkinan

masih banyak ditemukan kekurangan-kekurangan dalam penulisannya. Oleh sebab itu, segala

saran dan masukan dari semua pihak yang sifatnya membangun dan memperkaya tulisan ini

sangat diharapkan.

Kendari, Juni 2022


DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .........................................................................................


HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................
KATA PENGANTAR.......................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................
DAFTAR TAGEL .............................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................
I. Syarat dan Etika Jual Beli Dalam Islam ....................................................
II. Alat Tukar Dalam Bisnis ...........................................................................
III. Riba, Gharar,dan Spekulasi Dalam Bisnis ................................................
IV. Hibah .........................................................................................................
V. Zakat ..........................................................................................................
VI. Hutang Piutang Dalam Bisnis ...................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
SYARAT DAN ETIKA JUAL BELI DALAM BISNIS
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa hidup sendiri, melainkan memerlukan
adanya kelompok manusia lain yang bersama-sama hidup dalam kegiatan bermasyarakat
untuk saling melengkapi dalam segala hal, salah satunya kebutuhan hidup. Kebutuhan
manusia sangatlah beragam, mulai dari kebutuhan primer, sekumder hingga tersier. Dalam
rangka memenuhi kebutuhan yang bergam tersebut, manusia tidak mungkin dapat
memproduksi segalanyasecara sendiri sehingga perlu adanya kegiatan tukar-menukar barang
yang saling menguntungkan antara satu dengan yang lain atau umumnya disebut dengan
kegiatan jual beli (Ihsan, 2018).
Salah satu ajaran Islam yang mengatur kehidupan manusia adalah aspek ekonomi
(mua`malah, iqtishodiyah). Ajaran Islam tentang ekonomi cukup banyak ini menujukkan
bahwa perhatian Islam dalam masalah ekonomi sangat besr. Ayat terpanjang dalam al-qur`an
justru berisikan tentang masalah perekonomian bukan masalah ibadah (mahdhah) atau
aqiqah. Ayat yang terpanjang itu adalah ayat 282 surah al-baqarah, yang menurut ilmu arabi
ayat ini mengandung 52 hukum/masalah ekonomi (Sjahdeini, 2014).
Ilmu ekonomi merupakan ilmu yang mengkaji perilaku manusia dan masyarakat
beserta keterkaitan antar pelaku dalam mengoptimalkan sumberdaya yang terbatas dengan
alternatif pilihan yang tersedia. Ilmu ekonomi termasuk kelompok ilmu sosial. Namun, Ilmu
ekonomi banyak menggunakan pendekatan kuantitatif. Ilmu ekonomi pada level intermediate
dan advance banyak menggunakan pendekatan kuantitatif dengan komplesitas tinggi
(Wijayanto, 2021).
Ekonomi Syariah adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang membantu mewujudkan
kesejahteraan manusia melalui alokasi dan distribusi sumber-sumber daya langka sesuai
dengan maqasid al-syari‘ah atau tujuan ditetapkannya syariah, tanpa mengekang kebebasan
individu secara berlebihan, menimbulkan ketidak seimbangan makro ekonomi dan ekologi,
atau melemahkan keluarga dan solidaritas sosial dan jalinan moral dari masyarakat
(Amiruddin, 2017).
Menurut Umar capra (2018), Ekonomi islam merupakan suatu cabang ilmu
pengetahuan yang membantu manusia dalam mewujudkan kesejahteraannya melalui alokasi
dan distribusi berbagai sumber daya langkah sesuai dengan tujuan yang di tetapkan
berdasarkan syariah ( al-‘iqtisad al-syariah) tanpa mengekang kebebasan individu secara
berlebihan menciptakan ketidaksinambungan makro ekonomi dan ekologi atau melemahkan
solidaritas keluarga dan sosial serta ikatan moral yang terjalin di masyarakat.
Sistem keuangan merupakan tatanan perekonomian dalam suatu Negara yang berperan
dan melakukan aktivitas dalam berbagai jasa keuangan yang diselenggakan oleh lembaga
keuangan. Tugas utama sistem keuangan adalah mengalihkan dana yang tersedia (loanable
fands) dari penabung kepengguna dana untuk kemudian dibeli barang dan jasa-jasa
disamping untuk investasi sehingga dapat tumbuh dan meningkatkan standar kehidupan. Oleh
karena itu system keuangan memiliki peran yang sangat prinsipil dalam perekonomian dan
kehidupan (Amiruddin K, 2017).
Jual beli adalah suatu kegiatan tukar menukar barang dengan barang lain dengan tata
cara tertentu. Termasuk dalam hal ini adalah jasa dan juga penggunaan alat tukar seperti
uang. Jual beli itu sendiri yaitu: tukar menukar barang dengan barang dengan uang dengan
jalan melepaskan hak milik dari yang satu kepada yang lain atas dasar saling merelakan .
Dalam pelaksanaannya, kegiatan jual beli terbagi menjadi dua, yakni jual beli secasra
langsung yang dilakukan dipasar, pusat perbelanjaan, mini market dan jual beli tidak
langsung yang dilakukan secara daring atau online. Selain itu, metode atau cara melakukan
transaksinyapun beragam pula, ada metode pembayaran langsung atau tunai dan pembayaran
tidak langsung seperti transfer bank, kartu kredit dan lain sebagainya. Dalam pelaksanaannya,
perilaku konsumen serta penjual barang yang beragam sangat mempengasruhi aktivitas jual
beli sehingga dibutuhkan adanya norma-norma dalam suatu bisnis agar kegiatan transaksi
dapat berjalan secara kondusif, salah satunya dengan penerapan etika yang baik dalam bisnis
(Hidayat, 2015)
Jual beli (bisnis) dimasyarakat merupakan kegiatan rutinitas yang dilakukan setiap
waktu oleh semua manusia. Tetapi jual beli yang benar menurut hukum Islam belum tentu
semua orang muslim melaksanakannya. Bahkan ada pula yang tidak tahu sama sekali tentang
ketentutanketentuan yang di tetapkan oleh hukum Islam dalam hal jual beli (bisnis). Di dalam
al-Qur’an dan Hadist yang merupakan sumber hukum Islam banyak memberikan contoh atau
mengatur bisnis yang benar menurut Islam. Bukan hanya untuk penjual saja tetapi juga untuk
pembeli. Sekarang ini lebih banyak penjual yang lebih mengutamakan keuntungan individu
tanpa berpedoman pada ketentuan-ketentuan hukum Islam. Mereka cuma mencari
keuntungan duniawi saja tanpa mengharapkan barokah kerja dari apa yang sudah dikerjakan.
Setiap manusia yang lahir di dunia ini pasti saling membutuhkan orang lain, aka selalu
melakukan tolong– menolong dalam menghadapi berbagai kebutuhan yang beraneka ragam,
salah satunya dilakukan dengan cara berbisnis atau jual beli (Syaifullah, 2019).
Bisnis (Jual Beli) merupakan kegiatan rutinitas yang di lakukan oleh masyarakat yang
di lakukan oleh setiap manusia, akan tetapi jual beli yang baik menurut pandangan Islam
belum tentu semua umat muslim melakukannya. Bahkan sebagain orang muslim belum tahu
atau mengetahui ketentuan-ketentuan yang ditetepakan oleh hukum Islam yang berkaitan
dengan transaksi secara Islam (Sya’idun, 2022).
Kegiatan perekonomia atau muamalah ini dalam agama islam memiliki aturan-aturan
tertentu yang diperuntuhkan untuk keselamatan umum. Dengan teraturnya muamalah, maka
kehidupan manusia jadi terjamin dengan sebaik baikya dan teratur dengan minimnya
penyimpangan- penyimpangan yang dapat merugikan. Salah stu bentuk muamalah yang
perbolehkan dalam islam adalah Jual beli. Jual beli merupakan salah satu kegiatan yang
sering dilakukan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari yang dilakukan atas dasar suka
sama suka. Dalam artian lain jual beli merupakan perpindahan hak atas suatu barang dan jasa
dari penjual ke pembeli dengan dasar suka sama suka. Perilaku ekonomi (jual-beli) sudah
terbentuk sejak manusia membutuhkan individu lain yang memiliki barang atau jasa yang
tidak dimilikinya, sedangkan ia membutuhkannya (Fitriani dkk, 2021)
Etika bisnis merupakan ilmu yang menjelaskan tentang suatu hal yang berkaitan
dengan standar normal bagi para perilaku bisnis, institusi atau perusahaan yang berkenaan
dengan baik dan buruk serta apa yang semestinya dilakukan oleh para pelaku bisnis untuk
menyatakan tujuan yang harus dicapai. Dalam dagang, para pelaku bisnis hendaknya tidak
melakukan praktik-praktik yang bertentangan dengan syariat islam. Selain itu, pelaku bisnis
semestinya selalu berbuat baik dalam berdagang dimana tidak boleh ada rasa tidak senang
serta membedakan konsumen dalam membangun suatu hubungan bisnis (Suherman, 2015).
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari praktikum kali ini yaitu:
1. Bagaimana Etika Jual Beli yang baik dan benar menurut Syariat islam?
2. Bagaimana rukut dan syarat dalam jual beli islam?
3. Bagiamanakah praktik etika jual beli yang dapat diterapkan dalam masyraakat?
4. Bagaimanakah pengaruh penerapan etika jual beli dalam ekonomi syariah?
5. Bagaimana konsep etika ekonomi syariah di kantor kementerian agama provinsi Sulawesi
Tenggara ?
6. Apa faktor-faktor penyebab kurangnya etika dalam berbisnis?
C. Tujuan Dan Manfaat

Tujuan dari penulisan laporan lengkap ini yaitu


1. Agar kita dapat mengetahui etika jual beli yang baik menurut islam.
2. Agar kita dapat mengetahui rukun dan syariat dalam jual beli islam.
3. Untuk mengetahui praktek dalam etika jual beli yang dapat di terapkan dalam masyarakat
4. Untuk mengetahui pengaruh penerapan etika jual beli dalam ekonomi syariah
5. Untuk mengetahui penerapan syarat-syarat jual beli dalam ekonomi syariah di Kantor
Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Tenggara?
6. Untuk mengetahui penerapan konsep etika dalam ekonomi syariah di Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Tenggara?
7. Untuk mengetahui faktor-faktor berkurangnya etika dalam bisnis.

Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu sebagai barikut:

1. Meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang syarat dan etika dalam berbisnis dari segi
agama
2. Mahasiswa dapat mengetahui dan menerapkan etikan yang baik dalam berbisnis
3. Mahasiswa dapat berkontribusi dalam berbisnis dengan baik dan benar
II.TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripi Teori
1. Defenisi Etika Jual Beli Dalam Bisnis Islam
Etika bisnis islam memberikan penjelasan bahwa perilaku bisnis yang sesuai al-quran
akan memberikan manfaat bagi keselamatan umat islam dan mendatangkan keberkahan serta
rezeki bagi semua pihak. Kegiatan jual beli yang jika dilakukan tanpa aturan dan norma-
norma yang berlaku akan mendatangkankerugian dan kerusakan dalam masyarakat (Mansyur,
2017)
Jual beli dalam islam atau etika bisnis adalah serangkain Aktifitas bisnis dalam
berbagai bentuknya yang tidak dapat dibatasi jumlah kepemilikan harta (barang/jasa)
termasuk profitnya namun dibatasi dalam cara memperolehnya dan pendayagunaan hartanya
karena aturan halal dan haram. Dalam pelaksanaannya, etika bisnis berfungsi sebagai
pengatur (controlling) terhadap segala aktivitas ekonomi yang meliputi keseluruhan, baik
secara penjualan maupun pembelian karena secara filosofi, etika mendasarkan diri pada nalar
atau cabang ilmu dan agama yang digunakan untuk menilai sesuatu sehingga etika juga dapat
diartikan sebagai suatu tindakan atau perbuatan standar yang memimpin individu mengenai
perilaku ataupun perbuatan yang sah dan benar baik secara moral maupun yang sahdan benar
dan pilihan moral yang dilakukan oleh seseorang (Suryodiningrat, 2014)
Nilai-nilai etika dalam praktek ekonomi dan bisnis memberikan ruang kepada
manusia untuk memformulasikan nilai-nilai bersama yang menjiwai kepentingan dan
kesejahteraan manusia secara material dan spiritual. Implikasinya bahwa etika ekonomi dan
bisnis dalam perspektif ekonomi Islam bersumber dari dua sumber yaitu:
a. Nilai Ilahiyat
Nilai Ilahiyat bersumber dari ilahi adalah nilai yang ditatahkan Allah kepada Rasul-
nya, yang berbentuk takwa, iman, ihsan, asil dan sebagainya yang diabadikan dalam wahyu
Ilahi. Agama merupakan referensi utama nilai moral dan etika. Tuhan sebagai sumber utama
ajaran agama telah menetapkan kebenaran dan kesalahan. Tuhan adalah pemilik otoritas
penuh dalam menentukan nilai baik dan buruk.
b. Nilai Insaniyat
Kebalikan dari nilai etika yang bersumber dari agama adalah nilai etika yang
bersumber dari kreativitas dan konsesus pemikiran manusia demi kepentingan dan kebaikan
manusia sendiri. Nilai ini bersifat dinamis yang dibatasi ruang dan waktu.
Sifat yang melekat itu menjadikan keberhasilan yang tiada datarnya bagi kemasyhuran Islam
dikemudian hari yang berimbas pada kehidupan ekonomi. Siffat yang melekat itu dijadikan
kode etik bagi umat islam dan diterapkan dalam jual beli, (Ulama Hanafiyah,2016)
Adapun sifat dan perilaku itu dapat disebutkan secara ringkas diantaranya yaitu:
1. Amānah. Amānah adalah bentuk maṣdar dari amuna, ya’munu yang artinya bisa
dipercaya. Ia juga memiliki arti pesan, perintah atau wejangan. Dalam konteks fiqh,
amānah memiliki arti kepercayaan yang diberikan kepada seseorang berkaitan dengan
harta benda.
2. Takaran yang benar. Menakar yang benar dan sesuai dianggap tidak mengambil hak dari
orang lain, karena nilai timbangan dan ukuran yang tepat serta standar benar-benar harus
diutamakan dan ini adalah perintah Alquran yang terdapat dalam Q.S. al-Muṭaffifīn.
3. Gharar. Gharar menurut bahasa berarti al-khatar yaitu sesuatu yang tidak diketahui
pasti benar atau tidaknya, atau biasa disebut belum pasti yang dapat merugikan pihak-
pihak yang bertransaksi diantara mereka atau yang biasa disebut dengan spekulatif. Selain
itu ada bentukan spekulatif yang diebsut dengan istilah Juzaf yaitu jual beli yang biasanya
suatu barang ditakar tetapi kemudian tidak dilakukan dengan takaran.
4. Tidak melakukan al-ghab (penipuan) dan tadlīs menyembunyikan kondisi utuh dari
barang baik secara kualitas maupun kuantitas).
5. Menjauhi Ikhtikar atau penimbunan barang. Penimbunan ini tidak diperbolehkan
karena akan menimbulkan kemadharatan bagi masyarakat karena barang yang dibutuhkan
tidak ada di pasar. Tujuan penimbunan dilakukan dengan sengaja sampai dengan batas
waktu untuk menunggu tingginya harga barangbarang tersebut

2. Fungsi Etika Jual Beli Dalam Bisnis Islam


Etika bisnis Islam memiliki beberapa fungsi yang harus terlaksana yaitu:
a. Etika bisnis berupaya untuk menyelaraskan dan menyerasikan berbagai kepentingandalam
dunia bisnis. Etika bisnis juga memiliki peran untuk memberikan pandangan baru dan
pemahaman tentang pentingnya bisnis dengan menggunakan nilai-nilai moralitas serta
sporotualisme dalam bisnis Islam.
b. Etika bisnis Islam juga berperan memberikan suatu solusi terhadap bisnis modern ini yang
kian jauh dari nilai-nilai etika dan harus merujuk pada sumber utamanya Al-Quran dan As-
Sunnah.
3. Rukun dan Syariat Jual Beli Dalam Bisnis
Menurut Jumhur Ulama’ rukun jual beli itu ada empat, antara lain:
1) Ada orang yang berakad atau Al-muta’aqidaini (Penjual dan Pembeli).
2) Ada sighat (lafal ijab dan qabul).
3) Ada barang yang dibeli.
4) Ada nilai tukar pengganti barang.
Adapun menurut Syaifullah (2015) syarat-syarat jual beli yang sesuai dengan rukun jual beli
yang dikemukakan oleh Jumhur Ulama’ adalah sebagai berikut:
1) Syarat orang yang berakad yaitu,
a) Berakal
b) Orang yang melakukan akad itu adalah orang yang berbeda.
2) Syarat yang terkait dengan ijab qabul yaitu
a) Orang yang mengucapkannya telah baligh dan berakal
b) Qabul sesuai dengan ijab
3) Syarat barang yang diperjual belikan yaitu
a) Barang itu ada atau tidak ada di tempat tetapi pihak penjual menyatakan kesanggupnnya
untuk mengadakan barang itu.
b) Dapat dimanfaatkan dan bermanfaat bagi manusia, milik seseorang.
c) Boleh diserahkan saat akad berlangsung, atau pada waktu yang telah disepakati Bersama
Ketika transaksi berlangsung.
4. Dasar Hukum Jual Beli
Menurut hidayat (2015) Landasan atau hukum jual beli disyariatkan berdasarkan Al-
Quran, Hadist Nabi, dan Ijma’. Pelaksanaan transaksi jual beli telah menetapkan tata aturan
yang secara detail disebutkan dalam ilmu fiqih muamalah.
a. Al-Qur’an
Adapun dasar hukum yang menjelaskan tentang diperbolehkannya jual beli dijelaskan
didalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 275 yang artinya: Orang-orang yang makan
(mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan
syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka berkata (berpendapat). Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba.
Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah
sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berheti (dari mengambil riba). Maka
baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya
(terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah
enghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.
b. Hadist Nabi
Berkaitan dengan jual beli, Rasulullah SAW pernah ditanya oleh salah satu
sahabatnya mengenai pekerjaan yang baik, maka jawaban beliau ketika itu adalah jual beli.
Peristiwa ini sebagaimana dijelaskan dalam hadist yang artinya:
“Dari Rifa’ah bin Rafi’ ra. Ia berkata: bahwasanya Rasulullah SAW pernah ditanya: usaha
apa yang paling halal itu (ya Rasulullah)? Maka beliau menjawab: “yaitu pekerjaan seseorang
dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli itu baik”. (HR. Imam Bazzar. Imam Hakim
menyahihkannya dari Rifa’ah ibn Rafi).
c. Ijma’
Ulama telah sepakat bahwa jual beli telah diperbolehkan dengan alasan bahwa
manusia tidak akan mampu mencukupi kebutuhan dirinya, tanpa bantuan orang lain, namun
demikian bantuan atau barang milik orang lain yang dibutuhkannya itu harus diganti dengan
barang lainnya yang sesuai. Mengacu pada ayat Al-Qur’an dan hadist hukum jual beli adalah
mubah (boleh). Namun pada situasi tertentu, hukum jual beli itu bisa berubah menjadi
sunnah, wajib, haram, dan makruh.

B. Penelitian Terdahulu
Penelitian ini di lakukan oleh Ambar Wati dkk (2019) yang berjudul Penerapan Etika
Bisnis Islam Dalam Transaksi Jual Beli: Studi Kasus Pasar Tradisional Pendopo Empat
Lawang, Sumatera Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses penerapan etika
bisnis Islam dalam transaksi jual beli di pasar tradisional Pendopo, Empat Lawang, Sumatera
Selatan. Penulis menggunakan pendekatan kualitatif metode studi kasus yaitu yang
menekankan kepada usaha untuk memperoleh informasi mengenai status gambaran terhadap
fenomena-fenomena, serta menarik makna dari suatu masalah yang diinginkan berkenaan
dengan sesuatu kasus. Teknik pengumpulan data menggunakan triagulasi dengan wawancara,
observasi, dan studi dokumentasi. Hasil penulisan menyimpulkan bahwa pemahaman
pedagang di pasar tradisional Pendopo terhadap etika bisnis islam belum maksimal, baik
ekspresi perasaan yang tercermin, pola penerapan etika bisnis islam yang ditekankan pada
etika jual beli dalam transaksi jual beli dipasar Pendopo sudah berjalan cukup baik tanpa
disengaja oleh para pedagang; masih kurangnya kesadaran para pedagang akan menaikan
harga dengan cara menimbun barang dengan tujuan mencari keuntungan yang tinggi dari
kebutuhan konsumen pada umumnya.
Penelitian ini dilakukan oleh Lailatul Fitriani dkk (2021) berjudul Implementasi
Konsep Etika Bisnis Islam Dalam Jual Beli Online. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana konsep etika bisnis islam dalam jual beli online dan agar masyarakat memahami
dalam berbisnis terdapat etika bisnis yang harus diterapkan. Penelitian ini menggunakan
motode penelitian kepustakaan, penelitian kepustakaan merupakan serangkaian kegiatan yang
berkaitan dengan pengumpulan data Pustaka, membaca dan mencatat serta mengelola bahan
penelitian.

Penelitian ini dilkukan oleh Tira Nir Fitria (2017) yang berjudul Bisnis Jual Beli
Online (Online Shop) Dalam Hukum Islam Dan Hukum Negara. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui yentang took online dalam pandangan islam dan hukum islam. Penelitian
ini bersifat deskriptif kualitatif. Objek kajian penelitian ini berupa teks atau tulisan yang
mendeskripsikan dan menjelaskan tentang bisnis/toko online yang sedang popular di
Indonesia. Hasil dari penelitian ini adalah islam berbisnis melalui online diperbolehkan sesuai
dengan syariat islam.
Penelitian ini dilakukan oleh Meichio Lesmana dkk (2020) yang berjudul Analisis
Penerapan Etika Jual Beli Islami Dalam Meminialisir Distorsi Pasar Tradisional. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui apakah pedagang dipasar tradisional Giwangan yang
didominasi oleh pedagang yangberagama islam telah menerapkan etika jual beli yang Islami
sehingga dapat meminimalisir distorsi pasar. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif
dengan pendekatan studi lapangan, observasi dan wawancara. Berdasarkan hasil penelitian,
dapat disimpulkan bahwa terdapat etika juak beli islam yang telah dipraktekkan oleh para
pedagang dipasar Giwaangan yaitu: kejujuran dalam bertransaksi baik dalam segi kualitas
maupun timbangan, kehalalan produk yang dijual, sikap ramah dan murah hati, serta tidak
adanya persaingan yang tidak sehat.
Peneltian ini dilakukan oleh Ihna Nilava dkk (2020) yang berjudul Etika Bisnis Islam
Transaksi Jual Beli di Pasar Tradisional Market Kediri City. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana etika bisnis dalam transaksi jual beli di pasar Tradisional Ngonggo
Kota Kendiri. Peneltian ini menganalisis lebih dalam mengenai etika bisnis islam dengan
menggunakan menggunakan metode deskriptif kualitatif karena data yang digunakan melalui
observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian penerapan etika bisnis islam dalam
transaksi jual beli di Pasar Ngronggo Kota Kediri bawasanya Sebagian besar pedagang sudah
menerapkan dan menjalankan etika bisnis islam, meskipun belum semua pedagang yang
sudah menerapkan etika bisnis islam.
Penelitian lain yang telah dilakukan yaitu penelitian dari Wilopo (2014) yang meneliti
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Menemukan
bahwa perilaku tidak etis manajemen dan kecenderungan kecurangan akuntansi dapat
diturunkan dengan meningkatkan keefektifan pengendalian internal, ketaatan aturan
akuntansi, moralitas manajemen, serta menghilangkan asimetri informasi. Namun penelitian
menemukan hal yang bertentangan dengan hipotesis serta teori dan hasil penelitian
sebelumnya, bahwa kompensasi yang sesuai yang diberikan perusahaan ternyata tidak
menurunkan perilaku tidak etis dan kecenderungan kecurangan akuntansi. Hal ini disebabkan
kompensasi yang diberikan perusahaan ternyata tidak sesuai dengan keinginan manajemen
perusahaan, serta hasil yang diperoleh dari perilaku tidak etis dan kecurangan akuntansi lebih
besar dibanding kompensasi yang diterimanya.
Penelitian yang dilakukan Siti Thoyibatun (2018) yang meneliti pengaruh keefektifan
pengendalian internal dan sistem kompensasi terhadap perilaku tidak etis dan kecenderungan
kecurangan akuntansi. Dengan menambah sistem pengukuran dengan menggunakan COSO
(1998) menemukan bahwa keefektifan pengendalian internal berpengaruh negatif terhadap
perilaku tidak etis dan kecenderungan kecurangan akuntansi lain halnya dengan sistem
kompensasi. Pada penelitian ini ditemukan bahwa sistem kompensasi tidak memiliki
pengaruh terhadap perilaku tidak etis dan berpengaruh positif terhadap kecenderungan
akuntansi.
Penelitian yang dilakukan oleh Yasir,(2017) judul “ Pengambilan Keuntungan
Melalui Pembulatan Pada Bisnis Warung Internet Perspektif UU No 8 tahun 1999 tentang
perlindungan konsumen dan Perspektif Hukum Islam” metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode kualitatif. Penelitian ini menjelaskan bahwa pengambilan
keuntungan melalui pembulatan harga dari biaya pakai warung internet, termasuk dalam
pelanggaran ketentuanketentuan dari hukum positif dan hukum Islam.
Penelitian yang dilakukan oleh heri susanti, (2015) dengan judul “Tinjauan Hukum
Islam Terhadap Akad dan Pembulatan Harga dalam Jual Beli di Mini Market Pamella
Yogyakarta” metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.
Penelitian ini memfokuskan pada akad jual beli setelah pembulatan harga yang dilakukan di
Mini Market Pamella Yogyakarta, menjelaskan bahwa pembulatan harga menciptakan
ketidakadilan salah satu pihak. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang penulis
lakukan adalah sama-sama membahas tentang harga sedangkan perbedaannya adalah
penelitian ini memfokuskan pada akad jual beli dan ditinjau menurut perspektif Hukum
Islam sedangkan penelitian yang penulis lakukan penulis mengkaji tentang penetapan harga
jual yang menitik beratkan pada konsep keadilan dan kejelasan dalam penetapan harga sesuai
dengan prinsip-prinsip ekonomi Islam.
Penelitian yang dilakukan oleh Romi Maulana, (2017) dengan judul “Penerapan Asas-
asas Muamalah terhadap praktek Terhadap Praktek Pembulatan Harga Dalam Jual Beli”
metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif . Skripsi ini
menjelaskan bahwa pembulatan harga yang terjadi di minimarket handayani diperbolehkan,
dan penetapan harga adalah hak minimarket handayani sebagai penjual dengan batasan tidak
ada pihak yang dirugikan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang penulis lakukan
adalah sama-sama membahas tentang harga sedangkan perbedaannya adalah penulis
mengkaji tentang penetapan harga jual yang menitik beratkan pada konsep keadilan dan
kejelasan dalam penetapan harga sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi Islam.
Penelitian ini dilakukan Oleh Shobirin (2019) dengan judul Jual Beli Dalam
Pandangan Islam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Syarat legalitas penjual dan
pembeli ada empat; (sebuah)mencapai pemahaman pubertas. (b) Umat Islam, syarat ini
khususuntuk pembeli di benda benda tertentu (c) tidak ada benda atau barang di ketua
pemilih(ma›kud alaih) dan (d) tidak disia-siakan (waste), kehendak merekasendiri dan tidak
ada paksaan dari pihak lain. Kondisi darilegalitas barang yang dijual pemilihâ ada enam; (a)
harus suci (b) tidak bias tidak bergaul dengan sesuatu (c) tidak boleh dalam batas waktu (d)
sendiri, (e) dapat diketahui (dilihat), (f) dapat diketahui kualitas danberatnya. Macam-macam
jual beli (bisnis) dalam Islam, dilihat dari segi dari pandangan dua kaca mata hukum islam
ada dua yang sah dan batal dan dari sisi barang ada tiga (1) barang jualan yang tampak,
(2)jual menyebutkan farmakodinamiknya dalam janji dan (3) jual hal-hal yang tidak ada.
Dalam Islam dalam bisnis menyediakan rekening giro memungkinkan untuk memilih
membatalkan pernikahan jual beli (usaha) yang disebut khiar, ada tiga, yaitu; (1) khiar,
majelis (2) khiar kondisi (3) khiar aib. Itu hikmah berjualan dalam islam; (a) bahwa jual beli
(bisnis) dalam Islam dapat bernilai sosial atau saling membantu, akan tumbuh berbagain
imbalan, (b) bisnis dalam islam salah satu cara menjaga kebersihan dan kehalalan barang
yang dimakan bagi dirinya dan keluarganya, (c) bisnis dalam Islam adalah cara memerangi
kemalasan, pengangguran dan pemerasan kepada orang lain .
Penelitian ini dilakukan Oleh Syafullah (2014) dengan judul Etika Jual Beli Dalam
Islam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rentannya terjadi manipulasi jual beli
terhadap sesuatu yang diinginkan kepada satu pihak agar dia mendapatkan suatu keuntungan
uang bahkan diluar hitungan rasional. Oleh karena itu, jual beli dalam islam tidak dapat
terlepas dari etika yang mesti dipegang oleh semua pihak demi menjaga kemaslahatan bagi
semua kalangan yang pada akhirnya terbentuk sistem pasar yang aman, damai serta jujur dan
tentunya akan terhindar dari sistem aniaya yang dapat merugikan semua pihak.
Peneitian ini dilakukan Oleh Kristianto dkk (2019) dengan Judul Etika Bisnis Jual
Beli Online Dalam Perspektif Islam. Peneltian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
pelaku jual beli online menerapkan etika bisnis dalam bertransaksi jual beli di
Tokopedia.com. Adapun narasumber penelitian ini adalah 2 orang penjual di Tokopedia.com
memiliki rating/penilaian toko sebanyak 4,5 bintang. Sedangkan narasumber selaku pembeli
adalah 2 orang yang melakukan pembelian di Tokopedia.com lebih dari 2 kali sebulan. Data
yang digunakan dalam penelitian merupakan data primer yang dikumpulkan melalui
wawancara dan hasil observasi. Analisis data menggunakan analisis data kualitatif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa penerapan etika bisnis dalam Tokopedia.com sejalan dengan
etika bisnis Islam. Implikasi dari penelitan ini memberikan masukan dalam upaya
meningkatkan penerapan etika bisnis.
Penelitian Yulia Kurniaty (2019), berjudul “urgensi etika bisnis islam bagi penjual
onlineshop dalam e-commerce” tujuan penelitian untuk mengetahui bagaimana tanggung
jawab penjual onlineshop dalam pandangan etika bisnis islam. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan dapat disimpulkan bahwa, tanggung jawab penjual onlineshop adalah menjamin
ketersediaan barang, barang yang dikirimkan sesuai kesepakatan saat pemesanan,
memberikan penjelasan mengenai estinasi lama waktu pengiriman barang, menyediakan
layanan retur order dan tanpa biaya, serta melayani pembeli dengan santun.
Penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2018) berjudul “Persepsi Masyarakat terhadap
Akad Jual Beli Online Perspektif Ekonomi Syariah”. Penelitian ini dilatar belakangi
maraknya perkembangan sistem teknologi informasi melalui media elektronik dan media
sosial. Perkembangan sistem ini juga menambah sistem model akad transaksi jual beli.
Penelitian ini dikhususkan kepada persepsi ibu-ibu majelis taklim BKMT kota pekanbaru
untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap akad jual beli online, karena mereka
merupakan entitas massyarakaat yang cenderung menggunakan transaksi akad jual beli
online. Hasil penelitian menunjukan tanggapan responden mengenai persepsi masyarakat
terhadap akad jual beli online perseptiff ekonomi syariah di BKMT kota pekanbaru
menyatakan setujuh dengan prentase 42,78%.
Penelitian yang dilakukan oleh Yuna dkk, (2014) berjudul “Analisis Ekonomi Islam
terhadap Jual Beli Padi Sawah di Kecamatan Manggeng Aceh Selatan”. Penelitian ini
bertujuan untuk menganlisis praktik jual beli pad sawah setelaah ditanam dan belum panen
yang terjadi didesa Payaa kecamatan Manggeng, Aceh Selatan dalam prespektif ekonomi
islam. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder melalui
wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Kemudian data tersebut dianalisis
menggunakan metode deskriptif analisis. Hasil penelitian menunjukan bahwa praktik jual beli
pada sawah ini terdapat unsur gharar, terutama pada objek yang diperjualbelikan yaitu padi.
Penelitian yang dilakukan oleh Susiwati (2017) berjudul “ Jual Beli dan dalam
Konteks Kekinian”. Penelitian ini membahas tentang transaksi jual beli dalam konteks
kekinian, sebuah transaksi dimana terdapat rukun dan syarat yang harus dilakukan oleh
seorang penjual dan pembeli. Tujuan penelitian adalah untuk melihat rukun dan syarat dalam
transaksi jual beli online yang sedang marak pada saat ini. Hasil penelitian ini menyataka
bahwa dalam transaksi online saat ini memberikan kemudahan dalam bertransaksi jual beli
saat ini.
Penelitian yang dilakukan oleh Mahfudhon dkk, (2020) berjudul “ Analisis Hukum
Ekonomi Syariah terhadap Jual Beli melalui Media Online di kalangan Mahasiswa”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) bagaimana pendapat mahasiswa IAIN
ponogoro mengenai jual beli online serta (2) bagaimana analisis hukum ekonomi syariah
terhadap jual beli melalui media online dikalangan mahasiswa IAIN ponogoro. Metode
penelitian lapangan digunakan dengan pendekatan kualitatif untuk menjelaskan keadaan
aktual dari penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata dan perilaku yang
diamati.
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu Dan Tempat
Pelaksaan praktek lapang Ekonomi Syariah dilakukan pada Hari.. yaitu pada pukul
08.00-Selesai. Lokasi pelaksaan praktek dilaksanakan di Kantor Wilayah Kementrian Agama
Provinsi Sulawesi Tenggara.
B. Metode Penarikan Sampel
Teknik pengambilan sampel pada praktikum ini yaitu sampel acak sederhana
(Purpoosive Sampling). Menurut Arieska (2018) simple random sampling atau biasa
disingkat random sampling merupakan suatu cara pengambilan sampel dimana tiap anggota
populasi diberikan opportunity (kesempatan) yang sama untuk terpilih menjadi sampel.
Menurut Ruqoye (2012), menyatakan bahwa pengambilan sampel acak sederhana
adalah cara pengambilan sampel dengan memilih langsung dari populasi dan besar peluang
setiap anggota populasi untuk menjadi sampel sangat besar.
Teknik pengambilan sampel pada praktikum ini yaitu dengan metode snowball
sampling. Metode tersebut dilakukan dengan cara melakukan wawancara terhadap responden
untuk meminta informasi.
Metode yang dilakukan untuk memilih sampel atau mengambil sampel dalam penelitian ini
adalah dengan probability sample. Metode penarikan sampel probabilitas adalah suatu
metode yang memberikan kesempatan sama terhadap anggota populasi untuk menjadi sampel
(Suharyadi, 2009).
Penarikan sampel probabilitas yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan
penarikan sampel acak terstruktur yang dikenal dengan stratified random sampling. Penarikan
sampel ini digunakan untuk populasi yang mempunyai anggota atau unsur yang tidak
homogen. Penarikan sampel acak terstruktur dilakukan dengan membagi anggota populasi
dalam beberapa subkelompok yang disebut strata, lalu suatu sampel dipilih dari masing-
masing stratum (Suharyadi, 2009).

C. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan Langkah yang paling utama dalam penelitian,
karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui Teknik
pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar yang
ditetapkan. Untuk itu, pengumpulan data yang akan dilakukan yaitu dengan:
1. Observasi
Observasi adalah aktivitas mencatat suatu gejala/peristiwa dengan bantuan
alat/instrument untuk merekam/mencatatnya guna tujuan ilmiah atau tujuan lainnya. Dengan
demikian, pengamat (observer) menggunakan seluruh pancaindra untuk mengumpulkan data
melalui interaksi langsung dengan orang yang diamati. Pengamat harus menyaksikan secara
langsung semua peristiwa/gejala yang sedang diamati (Morris, 2015). Observasi dilakukan
untuk mendapatkan gambaran yang lebih nyata, agar peneliti dapat menjelaskan keadaan
selama meneliti (Yani & Subandrio,2021).
2. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang atau lebih untuk bertukar informasi dan ide
melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.
Dengan melakukan wawancara, peneliti dapat mengetahui informasi lebih mendalam tentang
situasi dan fenomena yang terjadi dalam perusahaan.
Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
mengajukan pertanyaan kepada informasi yang sudah dipilih untuk dijadikan sebagai sumber
informasi untuk melengkapi data-data dilapangan dari observasi yang telah dilakukan.
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang lebih intes di karenakan
pelaksanaannya akan dilakukan empat mata dengan informasi tersebut ( Yani & Subandrio,
2021).
3. Kuisioner
Kuisioner adalah salah satu metode survei dalam melakukan penelitian yang di pakai
untuk mengumpulkan data dari responden, dimana kuisioner berisi pertanyaan-pertanyaan
untuk di jawab responden, kemudian jawaban tersebut di kumpulkan, di olah dan di jadikan
sebuah teori atau kesimpulan.
4. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan data yang diperoleh dalam bentuk bahan-bahan tertulis
berupa laporan dari industri perusahaan yang terkait maupun berupa gambar-gambar.
D. Konsep Operasional
a. Jual beli adalah suatu perjanjian tukar-menukar benda atau barang yang mempunyai nilai
secara sukarela diantara kedua belah pihak.
b. Syarat jual beli dalam bisnis yaitu pihak yang bersangkutan, pembeli dan penjual harus
sudah dewasa, cakap dan dalam kondisi sadar saat melakukan transaksi.
c. Harga jual merupakan suatu fungsi manajer yang penting
d. Jasa adalah setiap kegiatan atau manfaat yang ditawarkan oleh suatu puhak pada pihak
lain pada dasarnya tidak berwujud serta tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu
e. Prinsip syariah adalah prinsip hukum islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa
yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa
dibidang syariah.
f. Etika Bisnis adalah segala sesuatu tentang pedoman norma bagi sebuah perusahaan dalam
mengambil kepuitusan.
g. Etika bisnis dalam islam adalah seperangkat nilai tentang baik, buruk, benar, salah dan
halal haram dalam duniabisnis berdasarkan pada prinsip-prinsip molaritas yang sesuai
dengan syariah.
h. Etika Bisnis Dalam Islam yang dimaksud yaitu terkait kegiatan dan perilaku bisnis yang
mengacu pada kebenaran atau kejujuran berusaha dalam membawa perubahan besar
pada praktik bisnis.
i. Etika Bisnis yang dimaksud adalah seperangkat nilai tentang baik, buruk, benar, salah
dan halal haram dalam dunia bisnis berdasarkan pada prinsip-prinsip moralitas yang
sesuai dengan syariah
j. Penerapan Prinsip Syariah yang dimaksud pada peneitian ini adalah mengetahui
mengetahui bagaimana pengaplikasian dalamn penyelenggaraan prinsip ekonomi yang di
terapkan.
k. Faktor-faktor penyebab berkurangnya etika dalam bisnis yaitu tauhid, keseimbangan,
kehendak bebas, tanggung jawab, dan ihsan.

E. Analisis Data
Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain
terkumpul. Untuk menjawab permasalahan dalam praktek ini, maka analisis data yang
digunakan yaitu :
1. Analisis kualitatif, merupakan proses pelacakan serta pengaturan secara sistematis catatan
lapangan yang telah diperoleh dari wawancara, observasi agar peneliti dapat melaporkan
hasil penelitian.
2. Analisis deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan dan memperoleh gambaran
secara mendalam dan juga objektif mengenai penentuan lokasi perusahaan dan
meminimumkan biaya transportasi.
3. Metode pemeringkatan faktor memberikan suatu landasan rasional dalam menganalisis
dengan cara memberikan bobot terhadap faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
pemilihan lokasi.
DAFTAR PUSTAKA

Fitria, T. N. (2017) Bisnis jual beli online (online shop) dalam Hukum Islam dan Hukum
Negara. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 3(01), 52-62.
Lesmana, M., Rosmitha, S. N., & Bimantara, A. R. (2020). Analisis Penerapan Etika Jual
Beli Islami Dalam Meminimalisir Distorsi Pasar Pada Pasar Tradisional.
Islamic Economica Journal, 6, 175-92.
Nilava, I., & Fauzi, A. (2020). Etika Bisnis Islam Dalam Transaksi Jual Beli di Pasar
Tradisional Ngronggo Kota Kediri. Jurnal At-Tamwil: Kajian Ekonomi
Syariah, 2(2), 139-152.
Syaifullah. 2014. Etika Jual Beli Dalam Islam. Jurnal stuia Islamika. 11 (2) : 371-387.

Suryani, D., Putri, M. A., & Fitriani, L. (2021). Implementasi Konsep Etika Bisnis Islam
dalam Jual Beli Online. AL-MAQASHID: Journal of Economics and
Islamic Business, 1(2), 60-67
Wati, A., Paramansyah, A., & Damayanthi, D. Penerapan Etika Bisnis Islam Dalam
Transaksi Jual Beli: Studi Kasus Pasar Tradisional Pendopo Empat
Lawang, Sumatera Selatan
Al Mushlih, Abdullah dan shalah Ash-shawi, Fikih Ekonomi Keuangan
Kontemporer, Jakrta; Darul Haq, 2014.
Ash-Shiddieqy, Hasbi, Pengantar Fiqh Maumalat, Cet, Ke-3; Jakarta;Bulan
Bintang,2012
Departemen Agama Ri, Alquraan dan Terjemahanya, Bandung;Yayasan
penyelenggara Penterjemah Alquran,2015.
Hasan, M. Ali, Berbagai macam transaksi dalam islam, Cet ke;1 Jakarta;PT.Raja
Grafindo Persada, 2013
Mannan, Muhammad Abd, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, Yokyakarta:Dana
Bakti Wakaf, 2011
Saifullah, Muhammad, “Etika Bisnis Islami dalam Praktek Bisnis Rasullulah”
dalam Jurnal Walisongo, Vol.19, No1,(mei 2011).
Sudarsono, Etika Islam tentang kenakalan Remaja, Jakarta; Bina Askara,2012
Al-Jaziri, Abd.al-Rahman, 2003, Kitab Fiqh Ala al-Mazahib al- Arba’ah, Turki: Ikhla Wakif.
Abdurrahman al-Gharyani, Ash-shadiq, 2004, Fatwa muamalatas-asyaiah, Surabaya: Pustaka
progressif
Al-Ansari, Syeikh Abi Zakaria, t.th, Fath al-Wahab, Juz 1,Singapura: Sulaiman Mar’I.
Al Mushlih, Abdullah dan Shalah Ash-Shawi.2004. Fikih Ekonomi Keuangan Kontemporer,
Jakarta: Darul Haq.
Shobirin. 2015.Jual Beli Dalam Pandangan Islam. Vol. 3, No. 2, Suhendi,
Hendi, 2007, Fiqh Muamalah, Jakarta: Raja Grafindo persada Syaifullah M.S.
2014. Etika Jual Beli Dalam Islam.Diponegoro. Vol. 11, No. 2,
Estijayandono, D, K., Siradjuddin, dan Haddade, W, A. 2019. Etika Bisnis Jual Beli Online
Dalam Perspektif Islam. Jurnal Hukum Ekonomi Syariah. 3 (1) : 53-68.

Fitriani, L. Suryani, D. Agustina, D. dan Putri A, M. 2021. Implementasi Konsep Etika Bisnis
Islam Dalam Jual Beli Online. Journal of economics and Islamic business. 1 (2) :
60-67.

Iswandi, W, R. Alwi, L. dan Sidu, D. 2011. Cluster Ekonomi Berdasarkan Potensi Dan
Karakteristik Wilayah Dikota Kendari. Jurnal Tata Lokal. 13(3) : 145-150.
Syai’dun. 2022. Jual Beli (Bisnis) Dalam Perspektif Hukum Islam. Jurnal Ekonomi dan
Bisnis. 7 (1) : 13-26.

Astuti. 2018. Persepsi Masyarakat Terhadap Jual beli Online Perspektif Ekonomi Syariah.
Jurnal Rumpun Ekonomi Syariah. Vol.1.No.1.
Mahfudhon dkk. 2020. Analisis Hukum Ekonomi Syariah terhadap Jual Beli melalui Media
Online di kalangan Mahasiswa. Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis perbankan. Vol.
5.No. 2.
Susiwati. 2017. Jual Beli dan dalam Konteks Kekinian. Jurnal Ekonomi syariah Universitas
Islam Negeri Syarif Hidatulah.
Wijayanto. 2021. Perlindnungan Hukum bagi Komsumen terhadap Jual Beli melalui E-
Commerce atas Ketidaksesuaian Barang yang diterima. Jurnal Law Retrievel. Vol 1.
No.1.
Yani & Subandrio. 2021. Pengaruh Pemilihan Lokasi terhadap Perkembangan Usaha Mikro
di Kelurahan Nusa Indah Kota Bengkulu. Jurnal Entrepreneur dan Manajemen Sains .
Vol 2 No. 2.
Yuna dkk. 2014. Analisis Ekonomi Islam terhadap Jual Beli Padi Sawah di Kecamatan
Manggeng Aceh Selatan. Jurnal Ekonomi dan Keunagan Islam.
KUESIONER
SYARAT DAN ETIKA JUAL BELI DALAM BISNIS

Karakteristik Responden :

1. Nama pelaku usaha :

2. Alamat : Desa/Kelurahan :

Kecamatan :

Kab./Kota :

3. Jenis usaha :

4. Pendidikan formal :

5. Lama Usaha berjalan :

Aspek Manajemen Usaha :

1. Apakah pelaku usaha melakukan proses syarat dan etika jual beli dalam bisnisnya :
a. Ya b. Tidak

2. Apa tujuan jual beli dalam bisnis secara ekonomi syariah?

3. Bagaimanakah hukum jual beli yang ada dalam ekonomi syariah?

4. Bagaimana etika jual beli dalam ekonomi syariah?

5. Apa yang akan dilakukan oleh pelaku usaha apabila jual beli yang dilakukan tidak
akurat?

6. Bagaimana konsep jual beli dalam ekonomi syariah ?

7. Apa yang menyebabkan hukum jual beli menjadi haram?

8. Apa saja jual beli yang sah hukumnya tetapi dilarang oleh agama?

9. Hal-hal apa saja yang dilarang Islam dalam melakukan jual beli?
ALAT TUKAR DALAM BISNIS

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perekonomian Indonesia banyak dipengaruhi perekonomian internasional


sehingga nilai tukar rupiah sangat dibutuhkan oleh masyarakat dalam kehidupan
perekonomiannya. Perekonomian Indonesia dipengaruhi juga kondisi perekonomian dari
negara lain, salah satunya adalah perekonomian Amerika dimana Indonesia masih
memiliki hutang internasional. Nilai tukar dapat berubah setiap saat sesuai dengan
mekanisme pasar sehingga prediksi nilai tukar mata uang untuk periode mendatang
sangat diperlukan. Prediksi atau peramalan merupakan sebuah perkiraan yang akan
datang berdasarkan data pada masa lalu yang berbasis pada metode penelitian ilmiah dan
kuantitatif.

Alat tukar merupakan uang Begitu juga dengan transaksi antar negara juga
membutuhkan alat tukar yang bisa diterima oleh kedua belah pihak. Perekonomian
Indonesia banyak dipengaruhi perekonomian internasional sehingga nilai tukar rupiah
sangat dibutuhkan oleh masyarakat dalam kehidupan perekonomiannya. Perekonomian
Indonesia dipengaruhi juga kondisi perekonomian dari negara lain, salah satunya adalah
perekonomian Amerika dimana Indonesia masih memiliki hutang internasional. Nilai
tukar dapat berubah setiap saat sesuai dengan mekanisme pasar sehingga prediksi nilai
tukar mata uang untuk periode mendatang sangat diperlukan. Prediksi atau peramalan
merupakan sebuah perkiraan yang akan datang berdasarkan data pada masa lalu yang
berbasis pada metode penelitian ilmiah dan kuantitatif.
Uang adalah alat tukar yang sangat dibutuhkan di dalam akad jual beli. Uang
sebagai pengganti perdagangan barter yang mana banyak ditemukan permasalahan
didalam suatu perdagangan barter. Banyak sekali pemikiran para ekonom-ekonom
yang membahas tentang uang, dari mulai dari evolusi uang dan wacana uang yang
dapat menggantikan sistem barter. Kesalahan besar dalam sistem ekonomi
konvensional ialah menjadikan uang sebagai komoditas, sehingga keberadaan uang
saat ini lebih banyak diperdagangkan daripada digunakan sebagai alat tukar dalam
perdagangan. Lembaga perbankan konvensional juga menjadikan uang sebagai
komoditas dalam proses pemberian kredit. Instrumen yang digunakan adalah bunga.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana alat tukar dalam bisnis.

C. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan penelitian yang ingin di capai dalam proposal ini yaitu untuk mengetahui alat
tukar dalam bisnis.
Kegunaan penelitian yang ingin di capai dalam proposal ini yaitu bisa memberikan
kita informasi tentang alat tukar dalam bisnis.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

Uang sangat berpengaruh terhadap pembahasannya mengenai konsep uang yang


mana berkenaan dengan kerugian sistem barter dan pentingnya uang sebagai alat tukar dan
pengukur nilai dari barang dan jasa. Seiring berjalannya zaman, konsep uang dari Imam
Ghazali sudah tidak digunakan lagi dan dianggap tidak sesuai dengan perkembangan zaman.
Pada saat ini masyarakat umumnya dikenalkan dengan konsep fiat moneyyang berasal dari
kertas atupun koin yang tidak memiliki nilai setara sesuai dengan nominalnya.4Pada
awalnya penciptaan konsep fiat moneyberlandaskan cadangan emas yang ada, akan tetapi
setelahnya cadangan emas bukan menjadi sebuah landasan dasar dalam pencetakan
uang.5Hal inilah yang menimbulkan berbagai macam masalah dan sampai saat ini masih
menjadi perbincangan hangat dikalangan ilmuwan muslim (Ghazali. 2016).
Uang merupakan standar kegunaan yang terdapat pada barang dan tenaga. Oleh
karena itu, uang didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat dipergunakan untuk
mengukur tiap barang dan tenaga. Misalkan, harga adalah standar untuk barang,
sedangkan upah adalah standar untuk manusia, yang masing-masing merupakan perkiraan
masyarakat terhadap nilai barang dan tenaga orang. Selain itu, uang menurut pandangan
Islam adalah uang yang hanya berfungsi sebagai alat tukar. Jadi uang adalah sesuatu yang
terus mengalir dalam perekonomian, atau lebih dikenal sebagai flow concept.
Uang merupakan standar kegunaan yang terdapat pada barang dan tenaga. Oleh
karena itu, uang didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat dipergunakan untuk
mengukur tiap barang dan tenaga. Misalkan, harga adalah standar untuk barang,
sedangkan upah adalah standar untuk manusia, yang masing-masing merupakan perkiraan
masyarakat terhadap nilai barang dan tenaga orang. Selain itu, uang menurut pandangan
Islam adalah uang yang hanya berfungsi sebagai alat tukar. Jadi uang adalah sesuatu yang
terus mengalir dalam perekonomian, atau lebih dikenal sebagai flow concept.
Berdasarkan uraian yang dijelaskan diatas dapat disimpulkan pengertian mata
uang merupakan uang yang dikeluarkanoleh lembaga yang berwenang yaitu Bank
Indonesia berdasarkan Pasal 11 sampai Pasal 20 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011
Tentang mata uang.Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai suatu Negara yang
merdeka dan berdaulat memiliki mata uang sebagai salah satu simbol kedaulatan Negara
yang harus dihormati dan dibanggakan oleh seluruh warga Negara Indonesia dan mata
uang diperlukan sebagai alat pembayaran yang sah dalam perekonomian nasional dan
internasional guna mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.Kedudukan mata uang langsung diamanatkan oleh konstitusi yaitu pada Pasal
23B Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 yang menyatakan bahwa
ialah Macam dan harga mata uang ditetapkan dengan Undang-Undang. Penetapan dan
pengaturan tersebut diperlukan untuk memberikan perlindungan dan kepastian hukum
bagi macam dan harga mata uang.

Kriteria, Fungsi dan Jenis Uang

1. Kriteria UangKriteria sesuatu agar dapat dikatakan sebagai uang haruslah memenuhi
persyaratan sebagai berikut:

a). Ada Jaminan Setiap uang yang diterbitkan dijamin oleh pemerintah Negara tertentu.
Khususnya uang logam sudah dijamin oleh nilai yang terkandung di dalam uang
tersebut. Uang jenis ini digunakan hanya berdasarkan kepercayaan (fiat money).

b). Disukai Umum (Acceptability dan cognizability)Artinya uang harus dapat diterima
secara umum penggunaanya apakah sebagai alat tukar, penimbun kekayaan atau sebagai
standar pencicilan utang.

c). Nilai yang Stabil (Stability of value)Nilai uang harus memiliki kestabilan dan
ketetapan serta diusahakan fluktuasinya sekecil mungkin. Apabila nilai uang sering
mengalami ketidakstabilan, maka akan sulit untuk dipercaya oleh yang
menggunakannya.

d). Mudah DisimpanUang harus mudah disimpan diberbagai tempat termasuk dalam
tempat yang kecil, namun dalam jumlah yang besar.

e). Mudah DibawaUang harus mudah dibawa kemana pun dengan kata lain mudah
untuk dipindahkan dari satu tempat lain atau dari satu tangan ke tangan yang lain
dengan fisik kecil dan nominal besar sekalipun.

f). Tidak Mudah RusakUang hendaknya tidak mudah rusak dalam berbagai kondisi,
baik robek atau luntur terutama kondisi fisiknya mengingat frekuensi pemindahan uang
dari satu tangan ke tangan lainnya demikian besar.

g). Mudah DibagiUang mudah dibagi ke dalam satuan unit tertentu dengan berbagai
nominal yang ada guna kelancaran dalam melakukan transaksi, mulai dari nominal kecil
sampai dengan nominal yang besar sekalipun.

h). Suplai harus elastic (Elasticity of supply) Agar perdagangan dan usaha menjadi
lancar dengan jumlah uang yang beredar di masyarakat harus mencukupi

2. Fungsi UangMenurut Iswardono menyatakan fungsi uang ialah:

1. Satuan Hitung atau satuan nilai (Unit of account)Salah satu fungsi uang yang umum
adalah sebagai satuan hitung “unit of account”. Satuan hitung dalam hal ini dimaksud
sebagai alat yang digunakan untuk menunjukan nilai dari barang-barang dan jasa yang
dijual beli, besarnya kekayaan serta menghitung besar kecilnya utang atau dapat
dikatakan sebagai alat yang digunakan dalam menentukan harga barang dan jasa.

2. Alat Penukaratau perantara dalam tukar-menukar (Medium of exchange)Dengan


adanya uang kegiatan tukar-menukar akan lebih mudah, dibandingkan dengan cara
barter. Fungsi uang sebagai alat penukar mendasari adanya spesialisasi dan distribusi
dalam memproduksi suatu barang.

3. Penimbun Kekayaan atau penyimpanan nilai (Store of value)Dengan menyimpan uang


berarti kita menyimpan atau menimbun kekayaan sejumlah uang yang disimpan, karena
nilai uang tersebut tidak akan berubah.

4. Standar Pencicilan Utang. Dengan adanya uang akan mempermudah menentukan


standar pencicilan utang piutang secara tepat dan cepat, baik secara tunai maupun secara
angsuran.

3. JenisUang Adapun jenis-jenis uang yang dapat dilihat dari berbagai sisi adalah
sebagai berikut:.

1) Berdasarkan Bahan
Jika dilihat dari bahan untuk membuat uang maka jenis uang terdiri dari dua macam,
yaitu:

a) Uang Logam, merupakan uang dalam bentuk koin yang terbuat dari logam, baik
almunium, kupronikel, bronze, emas, perak atau perunggu dan bahan lainnya.
Biasanya uang yang terbuat dari logam dengan nominal yang kecil.

b) Uang Kertas, merupakan uang yang bahannya terbuat dari kertas atau bahan lainnya.
Berdasarkan NilaiJenis uang ini dilihat dari nilai yang terkandung pada uang
tersebut, apakah nilai intrinsiktinya (bahan uang) atau nilai nominalnya ( nilai yang
tertera dalam uang tersebut). Uang jenis ini terbagi ke dalam dua jenis
yaitu:aBernilai penuh ( full bodied money) Merupakan uang yang nilai intrinsiknya
sama dengan nilai nominalnya, sebagai contoh uang logam, dimana nilai bahan
untuk membuat uang tersebut sama dengan nominal yang tertulis di uang.bTidak
bernilai penuh (Representatif full bodied money)Merupakan uangyang nilai
intrinsiknya lebih kecil dari nilai nominalnya. Sebagai contoh uang yang terbuat dari
kertas. Uang jenis ini sering disebut uang bertanda atau token money.cCredit
MoneyCredit Money adalah jenis uang yang mana nilainya sebagai uang lebih besar
daripada nilai sebagai barang. Dalam keadaan tertentu nilai sebagai barang tidak
penting, seperti uang kertas yang kita lihat sehari-hari.

2) Berdasarkan lembaga

Berdasarkan lembaga maksudnya adalah badan atau lembaga yang menerbitkan atau
mengeluarkan uang. Jenis uang yang diterbitkan berdasarkan lembaga terdiri
dari:a)Uang kartalMerupakan uang yang diterbitkan oleh Bank Indonesia baik uang
logam maupun uang kertasb)Uang giral Merupakan uang yang diterbitkan oleh bank
umum seperti cek, bilyet giro dan lain-lain. Negara seperti US dollar dan menjadi
standar pembayaran internasional.

Pengelolaan Rupiah, Penggunaan Rupiah danPenukaran RupiahBeberapa tahap dalam


pengelolaan Rupiah berdasarkan Pasal 11 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011
tentang Mata Uang yaitu:a)Perencanaan Bank Indonesia dalam melakukan perencanaan
dan menentukan jumlah Rupiah,berkoordinasi dengan pemerintah dan penyediaan
jumlah Rupiah yang beredar dilakukan oleh Bank Indonesia.
Bisnis

Bisnis merupakan segala jenis kegiatan dengan maksud untuk mendapatkan


keuntungan. Kata ‘Bisnis’ berasal dari kata bahasa Inggris ‘Busi+Ness’ yang berarti
bisnis berkaitan dengan semua aktivitas manusia dengan mendapatkan keuntungan.
Secara umum, pengertian bisnis adalah proses hukum produksi, pembelian dan
penjualan untuk mendapatkan keuntungan (bhawa, 2016).
Bisnis ini merupakan suatu kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh
perorangan atau juga organisasi yang melingkupi aktivitas produksi, pembelian,
penjualan, atau juga pertukaran barang/ jasa, dengan tujuan untuk bisa mendapatkan
keuntungan atau laba. Kata dari “bisnis” ini berasal dari bahasa Inggris, yakni
“business” yang artinya ialah kesibukan. Di dalam konteks sederhana, yang dimaksud
dari kesibukan ini ialah melakukan suatu aktivitas/kegiatan atau juga pekerjaan yang
memberikan suatu keuntungan pada seseorang (Dewi, 2016).
B. Penelitian Terdahulu

Penelitian ini dilakukan oleh Hidayat (2020), dalam penelitiannya yang berjudul
Peramalan Nilai Tukar Kurs IDR Terhadap Dollar USD Dengan Metode Moving
Average dan Exponential Smoothing” Dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
suatu proses transaksi jual beli baik barang maupun jasa dibutuhkan suatu alat tukar
yang umum diterima oleh kedua belah pihak. Alat tukar tersebut berupa uang. Begitu
juga dengan transaksi antar negara juga membutuhkan alat tukar yang bisa diterima oleh
kedua belah pihak. Perekonomian Indonesia banyak dipengaruhi perekonomian
internasional sehingga nilai tukar rupiah sangat dibutuhkan oleh masyarakat dalam
kehidupan perekonomiannya. Perekonomian Indonesia dipengaruhi juga kondisi
perekonomian dari negara lain, salah satunya adalah perekonomian Amerika dimana
Indonesia masih memiliki hutang internasional. Nilai tukar dapat berubah setiap saat
sesuai dengan mekanisme pasar sehingga prediksi nilai tukar mata uang untuk periode
mendatang sangat diperlukan. Prediksi atau peramalan merupakan sebuah perkiraan
yang akan datang berdasarkan data pada masa lalu yang berbasis pada metode penelitian
ilmiah dan kuantitatif dengan menggunakan metode Moving Average dan Exponential
Smoothing dan analisis kesalahan dengan metode Mean Absolute Deviation (MAD) dan
Mean Squared Error (MSE). Hasil penelitian menjelaskan bahwa metode peramalan
yang paling tepat digunakan dalam menganalisis data adalah metode Eksponential
Smoothing α=0,9 dengan hasil permalan pada periode 14 Februari sebesar Rp.
13.677,29 dengan MAD = 5.58 dan MSE = 1,376.62
Penelitian ini dilakukan oleh Yahya (2011), dalam penelitiannya yang berjudul”
Teori Bagi Hasil (Profit And Loss Sharing) Dan Perbbankan Syariah Dalam Ekonomi
Syariah” Bagi hasil (Mudharabah) adalah instrumen moneter keuangan Islam karena
bunga adalah moneter instrumen ekonomi konvensional. Keduanya memiliki paradigma
ekstrim satu sama lain. Hasil memiliki teori dasar bagi hasil dan kerugian (PLS). Teori
PLS dibangun sebagai tawaran baru di luar sistem yang cenderung tidak mencerminkan
kepentingan keadilan (ketidakadilan/dzalim) akibat diskriminasi terhadap pembagian
risiko dan keuntungan bagi pelaku ekonomi. Bagi hasil adalah keuntungan dan atau
kerugian yang mungkin timbul dari kegiatan ekonomi/usaha ditanggung bersama.
Dalam instrumen itu hasilnya tidak tetap dan ada yang pasti pengembalian sebagai
bunga, tetapi lakukan pembagian keuntungan dan kerugian berdasarkan produktivitas
produk yang sebenarnya. Oleh karena itu sistem untuk lebih mencerminkan hasil
keadilan. Pembagian keuntungan sebagai instrumen moneter telah sering diterapkan
dalam studi ekonomi Islam, baik dari sisi penawaran (pembiayaan) maupun ekonomi
sisi penawaran dan/atau ekonomi sisi permintaan. Selengkapnya tentang teks sumber ini
diperlukan teks sumber untuk mendapatkan informasi terjemahan tambahan Kirim
masukan Panel samping.
Penelitian ini dilakukan oleh Koswanto (2017), dalam penelitiannya yang
berjudul” Perlindungan Hukum Terhadap Investor Yang Melakukan Investasi Virtual
Currency” Kehadiran Virtual Currency (Centcoin dan Bitcoin) di Indonesia sudah
dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai bisnis dengan cara spekulasi dengan
tujuannya mendapat keuntungan yakni digunakan oleh penggunanya sebagai alat tukar,
sarana pembayaran dan bisnis dengan cara investasi. Kemudian memperhatikan
Undang-Undang RI Nomor 7 tahun 2011 tentang Mata Uang ketika Virtual Currency
(Centcoin dan Bitcoin) dijadikan sebagai alat tukar menukar atau transaksi pembayaran
di Indonesia oleh penggunanya maka bertentangan dengan Undang-Undang dimaksud,
namun demikian Undang-Undang RI Nomor 7 tahun 2014 tentang Perdagangan,
Undang-Undang RI Nomor 19 tahun 2016 tentang perubahan atas Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
dan Undang-Undang RI Nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen dapat
memberikan perlindungan hukum bagi masyarakat atau investor pengguna Virtual
Currency (Centcoin dan Bitcoin) di Indonesia.
Penelitian ini dilakukan oleh Harahap (2019), dalam penelitiannya yang
berjudul” Pemikiran Imam Al-Ghazali Tentang Fungsi Uang” Penelitian ini
dilatarbelakangi dengan bergulirnya Fungsi turunan uang yang menyebabkan uang telah
mengalami pergeseran dari fungsi aslinya. Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan
sekaligus merekonstruksi pemikiran Ghazali tentang fungsi uang. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan menggunakan literure review
yang di ambil dari beberapa buku, jurnal dan beberapa sumber bacaan yang relevan.
Adapun hasil penelitian ini menyatakan bahwa fungsi uang menurut al-Ghazali sudah
jelas untuk menjadi satuan hitung dan alat tukar aktivitas bukan komoditas dan lainnya
sebagaimana yang telah ada pada dinar dan dirham. Maka di dalam Islam, aktivitas
menimbun uang dan menyalah gunakan fungsi uang tidak dibenarkan dan bertentangan
dengan fungsi utama uang itu sendiri.
III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat


Penelitian ini akan dilakukan pada Bulan Juni sampai Juli Tahun 2022. Lokasi
penelitian di tentukan secara sengaja di kementrian agama sultra Kota Kendari. Peneilitian
ini dipilih sebagai tempat dengan pertimbangan bahwa kementrian agama Kota Kendari
merupakan salah satu tempat melakukan alat tukar.
B. Teknik Penarikan Sampel
Tekhnik Penarikan Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
mengunakan metode kuantitatif dan deskriptif kualitatif dengan jumlah sampel 1 orang
yaitu kepala kementrian agama . Menurut kusu mastuti et all (2020) metode penelitian
kuntitatif merupakan metode-metode untuk menguji teori-teori tertentu dengan cara
meneliti hubungan antara variable.
C. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Observasi, teknik ini digunakan untuk melihat langsung kelapangan untuk
mendapatkan gambaran yang lebih luas mengenai obyek penelitian.
2. Wawancara yaitu melakukan wawancara langsung kepada manager bank dan karyawan
bank syariah
3. Dokumentasi, teknik ini dilakukan dengan cara mencatat dan mengumpulkan data yang
ada di instansi/lembaga yang terkait dengan obyek penelitian.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data sekunder dan data
primer.
1. Data sekunder adalah data oleh peneliti dari berbagai sumber yang sudah ada, data
sekunder juga dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti Biro Pusat Statistik
(BPS), jurnal, buku dan lain-lain.
2. Data Primer adalah data yang bersumber dari perusahaan seperti data-data kuantitatif
dari bank syariah.
D. Konsep Operasional
Adapun konsep operasianal dalam proposal penelitian ini yaitu sebagai berikut.
1. Responden dalam penelitian ini yaitu pihak sumber informasi yang dibutuhkan oleh
peneliti.
2. Uang sebagai alat tukar.
E. Analisis Data
Adapun analisis data dalam penelitian adalah analisis deskriptif kualitatif. Metode
deskriptif kualitatif adalah penetian yang berusaha mendeskriptifkan suatu abojek
penelitian. Tahap-tahap di awali dengan adanya masalah, menentukan jenis informasi
yang di perlukan, menetukan prosedur pengumpulan data melalui observasi,
penamatan, pengolahan informasi atau data dan di akhiri dengan menarik kesimpilan.
IV. DAFTAR PUSTAKA

Harahap. H.R.A.S. 2019. Pemikiran Imam Ghazali Tentang Fungsi Uang. Jurnal Lea
Maiyir Vol. 6 (1) Hal: 1-15.
Sosilowati.H.I Dan Resent. Peramalan Nilai Tukar Kurs IDR Terhadap Dolar Dengan
Metote Molang Average Dan Exponential Semooting.
Taufik. M. 2017 Perlindungan Hukum Terhadap Insvestor Yang Melakukan Investasi
Virtual Currency. Jurnal Living Law. Vol. 9 (1) Hal: 201-216.
Yahya.M dan Aggungunanto.Y.E. 2011 Teori Bagi Hasil (Profit And Loss Sharing) Dan
Perbbangkan Syariah Dalam Ekonimi Syariah. Jurnal Dinamika Ekonomi
Pembangunan. Vol. 1 (1). Hal: 65-73.
Swardono, 1981, Uang dan Bank,BPFE, Yogyakarta,
Y. Sri Susilo, dkk, 1999, Bank dan Lembaga keuangan Lain,Salemba Empat,
Yogyakarta,
Akhand A. Hosaain, 2009, Bank Sentral dan Kebijakan Moneter di Asia-Pasifik,
Rajawali, Jakarta
Kasmir, 2002, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Rajawali,
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata uang
Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata uang
Pasal 21 ayat (2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang mata uang
KUESIONER
ALAT TUKAR DALAM BISNIS
I.IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama =

2. Jenis kelami = 1. Laki-laki 2. Perempuan


3. Umur
1. < 17 4. 35−43
2. 17−25 5. 44−52
3. 26−34 6. 53 tahun ke atas
4. Tingkat pendidikan
1. Tidak sekolah 4. SLTA/ Aliyah
2. SD/ Ibtidaiyah 5. Diploma
3. SLTP/ Tsanawiyah 6. S1/ S2/ S3
Lainnya mohon di sebutkan.......................................
5. Pekerjaan utama
1. Pelajar 4 Wiraswasta
2. Nelayan 5 PNS 3 Guru 6 Ibu Rumah Tangga
Lainnya mohon di sebutkan .......................................
6. Tingkat penghasilan per bulan
1. Rp. ≤1000.000 4. Rp. 3000.000−4000.000
2. Rp. 5. Rp. 4000.000−5000.000
1000.000−2000.000
3. Rp. 6 Rp. ≥ 5000.000
2000.000−3000.000
7. Apakah saudara merupakan nasabah bank syariah?
1. Ya 2. Tidak
Jika jawaban saudara “ya” lanjut ke pertanyaan 8
Jika jawaban saudara “tidak” lanjut ke pertanyaan no 9

II.Petunjuk Pengisian Angket, Variabel Pengetahuan,

Profesionalitas, Akses, Fasilitas,


Berilah tanda () pada kolom bapak/ibuk/Sdr/i pilih sesuai keadaan yang sebenarnya, dengan
alternatif jawaban sebagai beriku:
SS = sangat setuju
S = setuju
TS = tidak setuju
STS = sangat tidak setuju
III.VARIABEL PERTANYAAN 1.Pengetahuan
No Daftar Pertanyaan SS S TS STS
1 Bank Syariah adalah bank
yang berdasarkan hukum
AlQuran, Assunnah, fatwa
ulama, dan pemerintah.
2 Penetapan keuntungan
bank syariah dengan
sistem bagi hasil
3 Sistem bunga didalam bank
konvensional tidak
digunakan didalam bank
syariah karena riba

2.Profesionalitas
No Daftar Pertanyaan SS S TS STS
1 Kepentingan nasabah
lebih diutamakan
2 Pelayanan yang diberikan
nasabah sangat
memuaskan
3 Kecepatan pelayanan yang
diberikan pegawai bank
syariah dilakukan dengan
baik

3.Akses
No Daftar Pertanyaan SS S TS STS
1 Lokasi bank syariah
mudah dijangkau
2 lokasi perbankan syariah
relatif lebih dekat dari
pada perbankan
konvensional
3 Lokasi ATM bank
syariah yang strategis

4. Fasilitas
No Daftar Pertanyaan SS S TS STS
1 Nasabah dapat
melakukan
transaksi lain
melalui ATM
2 Jaringan kantor
bank syariah
tersebar merata di
wilayah
Kabupaten Rembang
3 Kemudahan
transaksi bank
syariah melalui
sms banking
7.Keuntungan
No Daftar Pertanyaan SS S TS STS
1 Didalam suatubisnisuangsebagaialattukar yang sah

dengan kesepakatan

2 Rendahnyanilai rupiah
terhadapdolarmenyulitkandalammelakukantransaksi

Pertanyaan lain:
1. Apakah uang boleh diperdagangkan dalam islam?
2. Jika tidak, mengapa islam memandang uang hanya sebagai alat tukar bukan komoditas atau
barang dagangan?
3. Apa fungsi uang dalam ekonomi islam?
4. Apa jenis-jenis alat tukar dalam islam?
RIBA, GHARAR, DAN SPEKULASI DALAM BISNIS
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah riba telah dikenal luas dan biasa di pergunakan untuk transaksi ekonomi
oleh masyarakat arab sebelum islam muncul. Pada saat itu, riba merupakan sebuah
bentuk transaksi yang menambahkan dalam bentuk uang sebagai akibat adanya
penundaan pelunasan hutang oleh seseorang. Konsep ini dalam hukum islam kemudian
diar tikan sebagai bentuk penambahan tambahan dalam transaksi jual beli maupun hutang
piutang yang dianggal bertentangan dengan kaidah islam atau batil (Chair, 2014)
Islam sebagai ad-din mengandung yang komprehensif dan ssempurna (syumul).
Islam mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, bukan hanya aspek ibadah, tetapi juga
aspek muamalah, khususnya Ekonomi Islam.
Salah satu ajaran Islam yang mengatur kehidupan manusia adalah aspek ekonomi
(mua’malah, iqtishodiyah). Ajaran Islam tentang ekonomi cukup banyak ini
menunjukkan bahwa perhatian Islam dalam masalah ekonomi sangat besar. Ayat
terpanjang dalam al-Qur’an justru berisikan tentang masalah perekonomian bukan
masalah ibadah (mahdhah) atau aqidah. Ayat yang terpanjang itu adalah ayat 282 surah
al-Baqarah, yang menurut Ibnu Arabi ayat ini mengandung 52 hukum/masalah ekonomi.
Menurut madzhab syafi`i, gharar adalah segala sesuatu yang akibat-akibatnya
tersembunyidari pandangan dan sesuatu yang dapat memberikan akibat yang tidak
diharapkan/ akibat yang menakutkan. Sedang ibnu Qoyyim berkata bahwa gharar adalah
sesuatu yang tidak dapat diukur penerimaannya baik barang tersebut ada ataupun tidak
ada, seperti menjual kuda liar yang belum tentu bias di tangkap meskipun kuda tersebut
wujudnya ada dan kelihatan.
Investasi/spekulasi adalah kegitaan melakukan penundaan konsumsi pada masa
sekarang guna mendapatkan tingkat konsumsi yang lebih besar dimasa depan atau dengan
kata lain, investasi/spekulasimerupakan suatu kegiatan mengeluarkan atau menyimpan
dana dalam suatu asset dengan harapan memperoleh imbal hasil atau keuntungan pada
masa depan. Investasi/spekulasi berdasarkan aset yang digunakan dibedakan menjadi dua
yakni investasi langsung dan tidak langsung. Contoh aset yang terwujud nyata
diantaranya adalah gedung, perumahan, tanah, mesin dan alat berat. Investasi tidak
langsung ini dapat dilakukan dengan cara keikutsertaan, kepemilikan atau klaim terhadap
suatu entitas ekonomi dan tertera dalam surat berharga seperti saham, obligasi, atau surat
berharga lainnya (Ary, 2011)
B. Rumusan Masalasah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan di atas,maka dapat di tarik
rumusan masalah yaitu :
1. Bagaimana hukum riba dan jenisnya ?
2. Bagaimana hukum gharar dan jenisnya ?
3. Bagaimana hukum maisir beserta jenisnya ?
C. Tujuan dan Kegunaan
Adapun tujuan dari laporan ini adalah :
1. Untuk mengetahui hukum riba dan jenisnya?
2. untuk mengetahui hukum gharar dan jenisnya?
3. Untuk mengetahui hukum maisir dan jenisnya?
Adapun keguanaan dari laporan ini adalah :
1. Secara Teoritis, dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
sebagai sumbangan pemikiran dalam hukum Islam, khususnya bagi perkembangan ilmu
yang berkaitan dengan muamalah, yaitu berupa jual beli bibit ikan lele.
2. Secara Praktis, dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa
masukan yang berharga bagi pihak penjual dan pembeli terkait praktek jual beli bibit ikan
lele di Desa Kendung Kecamatan Kwadungan Kabupaten Ngawi agar lebih sesua dengan
ketentuan-ketentuan yang telah diterapkan dalam hukum Islam yang sesuai dengan
syariat dan rukun-nya
II TINJAUN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
Secara etimologi riba berarti Az-Ziyadah artinya tambahan. Sedangkan menurut
terminologi adalah kelebihan/tambahan pembayaran tanpa ada ganti/ imbalan yang
disyaratkan bagi salah seorang dari dua orang yang membuat akad (transaksi). Diantara
akad jual beli yang dilarang keras antara lain adalah Riba. Riba secara bahasa berarti
penambahan, pertumbuhan, kenaikan, dan ketinggian. Sedangkan menurut syara’, riba
berarti akad untuk satu ganti khusus tanpa diketahui perbandingannya dalam penilaian
syariat ketika berakad atau bersama dengan mengakhirkan kedua ganti atau salah satunya.
Dengan demikian riba menurut istilah ahli fikih adalah penambahan pada salah
satu dari dua ganti yang sejenis tanpa ada ganti dari tambahan ini. Tidak semua tambahan
dianggap riba, karena tambahan terkadang dihasilkan dalam sebuah perdagangan dan
tidak ada riba didalamnya hanya saja tambahan yang di istilahkan dengan nama ‘riba’ dan
al-Qur’an datang menerangkan pengharamannya adalah tambahan yang diambil sebagai
ganti rugi dari tempo yang ditentukan. Qatadah berkata: “Sesungguhnya riba orang
jahiliyah adalah seseorang menjual satu jualan sampai tempo tertentu dan ketika jatuh
tempo dan orang yang berhutang tidak bisa membayarnya dia menambahkan hutangnya
dan melambatkan tempo.
Esensi dasar pelarangan riba dalam Islam adalah menghindari adanya
ketidakadilan dan kezaliman dalam segala praktik ekonomi. Sementara riba (bunga) pada
hakekatnya adalah pemaksaan suatu tambahan atas debitur yang melarat, yang
seharusnya ditolong bukan dieksploitasi dan memaksa hasil usaha agar selalu positif. Hal
ini bertentangan dengan prinsip ajaran Islam yang sangat peduli dengan kelompok-
kelompok sosio-ekonomi yang lebih rendah agar kelompok ini tidak dieksploitasi oleh
orang-orang kaya (pemilik dana). Sebab ajaran ekonomi Islam mengemban misi
humanisme, tatanan sosial dan menolak adanya ketidakadilan dan kezaliman yang mata
rantainya berefek pada kemiskinan (Kalsum, 2014,70).
1. Hukum Riba
Ayat yang melarang riba yaitu Surah Ali-Imran: 130 yang artinya : “Hai orang-
orang yang beriman! Janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan
bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.”
Larangan riba yang terdapat dalam al-Qur’an tidak diturunkan sekaligus,
melainkan diturunkan dalam tiga tahap:
Tahap pertama, menolak amggapan bahwa pinjaman riba yang pada zhahirnya
seolah-olah menolong mereka yang memerlukan sebagai suatu perbuatan mendekati atau
taqarrub kepada Allah. Sebagaimana Surat Ar-Ruum: 39. Artinya: “Dan suatu riba
(tambahan) yang kamu berikan agar dia menambah pada harta manusia, maka riba itu
tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu
maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, (maka yang berbuat demikian) itulah orang-
orang yang melipat gandakan (pahalanya).”
Tahap kedua, riba digambarkan sebagai suatu yang buruk. Allah mengancam
memberi balasan yang keras kepada orang Yahudi yang memakan riba. Seperti tertera
dalam al-Qur’an yaitu: “Maka disebabkan kezhaliman orang-orang Yahudi, kami
haramkan atas mereka yang (memakan makanan)” yang baik-baik (yang dahulunya)
dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan
Allah, dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka stelah
dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta orang dengan jalan yang bathil.
Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir diantara mereka itu siksa yang pedih.”
(QS. An-Nisa:160-161).
Tahap ketiga, riba diharamkan dengan dikaitkan kepada suatu tambahan yang
berlipat ganda. Para ahli tafsir berpendapat, bahwa pengambilan bunga dengan tingkat
yang cukup tinggi merupakan penomena yang banyak dipraktekkan pada masa tersebut,
Allah berfirman yang terjemahannya: “Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu
memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu
mendapat keberuntungan.” (Q.S. Ali Imran: 130).
2. Jenis- jenis riba
Ada enam jenis barang yang termasuk kategori jenis riba yaitu emas, perak,
gandum, jagung , kurma dan garam. Jenis barang yang termasuk kategori riba diatas
disebabkan alasan barang tersebut dapat di takar (makilat) dan ditimbang (mauzunat).
Sementara dari aspek jenis barang, yang termasuk kelompok barang ribawi adalah
pertama, kelompok mata uang / nuqud berupa emas dan perak. Kedua,makanan seperti
gandum, jagung dan kurma serta garam. Ilat diharamkannya kedua kelompok tersebut
karena alasan bahwa emas dan perak merupakan alat pembayaran dan jenis makanan
yang di haramkan dikarenakan merupakan makanan pokok yang dibutuhkan manusia
(Antonio, 2011)
Riba Yad adalah kegiatan jual beli atau tukar menukar dengan cara mengakhirkan
penerimaan kedua barang yang ditukarkan atau salah satunya tanpa menyebutkan
masanya. Dengan kata lain, jual beli yang dilakukan seseorang sebelum menerima barang
yang dibelinya kemudian dia tidak boleh menjualnya lagi kepada siapa pun sebab barang
yang dibeli belum diterima dan masih dalam ikatan jual beli yang pertama. Dengan kata
lain akad sudah final, namun belum ada serah terima barang (Antonio, 2011:72).
Riba Qardli adalah semua bentuk praktik hutang piutang yang didalamnya
terdapat motif keuntungan (syarth naf’an) yang kembali kepada pihak pemberi pinjaman
hutang (muqaridl) saja atau sekaligus kepada pihak yang berhutang (muqtaridl). Secara
substansi, riba qardl ini termasuk kategori riba faddli dikarenakan keuntungan yang
disyaratkan dalam riba qardl adalah bentuk penambahan atau bunga pada salah satu
komoditi ribawi (Tim Lancar Pelangi, 2015:53)..
Menurut Ibnu Qoyyim, riba dibagi menjadi dua macam yaitu riba jelas dan riba
samar. Pertama, Riba jelas, yang diharamkan karena keadaannya sendiri yaitu riba nasiah
(riba yang ter- jadi) karena adanya penundaan pembayaran utang. Riba nasi’ah ini
diperbolehkan da- lam keadaan darurat (terpaksa). Kedua, Riba yang samar, yang
disamarkan karena sebab lain, yaitu riba fadhl. Riba yang terjadi karena adanya tambahan
pada jual beli benda yang sejenis. Riba fadhl ini diharamkan karena mencegah timbulnya
riba nasi’ah. Jadi dalam konteks ini bersifat preventif (Zuhdi, 2020 )

B. Gharar
Gharar merupakan larangan utama kedua dalam transaksi muamalah setelah riba.
Penjelasan pasal 2 ayat (3) peraturan Bank Indonesia no.10/16/PBI/2008 tentang
perubahan atas peraturan Bank Indonesia no.9/19/PBI?2007 tentang pelaksanaan prinsip
syari’ah dalam kegiatan penghipunan Dana dalam penyaluran Dana serta pelayanan Jasa
Bank Syari’ah memberikan pengertian mengenai Gharar sebagai transaksi yang objeknya
tidak jelas, tidak dimiliki, tidak diketahui keberadaannya, atau tidak dapat diserahkan
pada saat transaksi dilakukan kecuali diatur lain dalam syari’ah. Gharar mengacu pada
ketidakpastian yang disebabkan karena ketidakjelasan berkaitan dengan objek perjanjian
atau harga objek yang diperjanjikan dalam akad. Sedangkan definisi menurut beberapa
Ulama:
a. Imam syafi’i : Gharar adalah apa-apa yang akibatnya tersembunyi dalam pandangan
kita dan akibat yang paling mungkin muncul adalah yang paling kita takuti (tidak
dihendaki).
b. Wahbah al-Zuhaili: Gharar adalah penampilan yang menimbulkan kerusakan atau
sesuatu yang tampaknya menyenangkan tetapi hakikatnya menimbulkan kebencian.
c. Ibnu Qayyim: Gharar adalah yang tidak bisa diukur penerimaannya, baik barang itu
ada maupun tidak ada, seperti menjual hamba yang melarikan diri dan unta yang liar.
d. Imam Malik mendefinisikan Gharar sebagai jual beli objek yang belum ada dan
dengan demikian belum dapat diketahui kualitasnya oleh pembeli. Contohnya : jual
beli budak yang melarikan diri, jual beli binatang yang telah lepas dari tangan
pemiliknya, atau jual beli anak binatang yang masih dalam kandungan induknya.
Menurut Imam Malik, jual-beli tersebut adalah jual-beli yang haram karena
mengandung unsur untung-untungan.

2. Jenis-jenis Gharar

Dilihat dari peristiwanya, jual-beli Gharar yang diharamkan bisa ditinjau dari tiga sisi,
yaitu:

a. Jual-beli barang yang belum ada (Ma’dum), seperti seperti jual-beli habal al-habalah
(janin dari hewan ternak).
b. Jual-beli barang yang tidak jelas (majhu) baik yang mutlak, seperti pernyataan
seseorang: “saya menjual barang dengan harga seribu rupiah,” tetapi barangnya tidak
diketahui secara jelas, atau seperti ucapan seseorang: “aku jual mobilku ini kepadamu
dengan harga sepuluh juta,” namun jenis dan sifat-sifatnya tidak jelas, seperti ucapan
seseorang: “aku jual tanah kepadamu seharga lima puluh juta”, namun ukuran
tanahnya tidak diketahui.
c. Jual-beli barang yang tidak mampu diserahterimakan. Seperti jual-beli budak yang
kabur, atau jual-beli mobil yang dicuri. Ketidakjelasan ini juga terjadi pada harga,
barang dan pada akad jual-belinya.

3. Hukum Gharar
Dalam syari’at Islam, jual-beli gharar ini terlarang. Dengan dasar sabda
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallama dalam hadis Abu Hurairah yang artinya:
“Rasulullah melarang jual-beli al-hashah dan jual beli gharar.” Berdasarkan hukumnya
gharar terbagi menjadi tiga
1) Gharar yang diharamkan secara ijma ulama, yaitu gharar yang menyolok (al-gharar
al-Katsir) yang sebenarnya dapat dihindari dan tidak perlu dilakukan. Contoh jual-beli
mulamasah, munabadzah, bai’ al-hashah, bai’ al-malaqih, bai’ al-madhamin, dan
jenisnya. Tidak ada perbedaan pendapat ulama tentang keharaman dan kebatilan akad
seperti ini.
2) Gharar yang dibolehkan secara ijma ulama, yaitu gharar ringan (algharar al-yasir).
para ulama sepakat, jka suatu gharar sedikit maka ia tidak berpengaruh untuk
membatalkan akad. Contoh seseorang membeli rumah dengan tanahnya.
3) Gharar yang masih diperselisihkan, apakah diikutkan pada bagian pertama atau
kedua? Misalnya ada keinginan menjual sesuatu yang terpendam ditanah, seperti
wartel, kacang tanah, bawang dan yang lainlainnya. Para ulama sepakat tentang
keberadaan gharar dalam jual beli tersebut, namun masih berbeda dalam
menghukuminya

C. Spekulasi dalam islam


1. Pengertian spekulasi dalam islam (Maisir)
Maisir adalah transaksi yang digantungkan pada suatu keadaan yang tidak pasti
dan bersifat untung-untungan. Identik dengan kata maisir adalah qimar. Menurut
Muhammad Ayub, baik maisir maupun qimar dimaksudkan sebagai permainan untung-
untungan (game of cance). Dengan kata lain, yang dimaksudkan dengan maisir adalah
perjudian.
Kata maisir dalam bahasa Arab secara harfiah adalah memperoleh sesuatu dengan
sangat mudah tanpa kerja keras atau mendapat keuntungan tanpa bekerja. Yang biasa
disebut berjudi. Judi dalam terminologi agama diartikan sebagai “suatu transaksi yang
dilakukan oleh dua pihak untuk kepemilikan suatu benda atau jasa yang menguntungkan
satu pihak dan merugikan pihak lain dengan cara mengaitkan transaksi tersebut dengan
suatu tindakan atau kejadian tertentu”.
Agar bisa dikategorikan judi harus ada tiga unsur untuk dipenuhi: pertama,
adanya taruhan harta/materi yang berasal dari kedua pihak yang berjudi. Kedua, adanya
suatu permainan yang digunakan untuk menetukan pemenang dan yang kalah. Ketiga,
pihak yang menang mengambil harta (sebagian/seluruhnya) yang menjadi taruhan,
sedangkan pihak yang kalah kehilangan hartanya. Contoh maisir ketika jumlah orang-
orang masing-masing kupon togel dengan ‘harga’ tertentu dengan menembak empat
angka. Lalu diadakan undian dengan cara tertentu untuk menentukan empat angka yang
akan keluar. Maka ini adalah undian yang haram, sebab undian ini telah menjadi bagian
aktifitas judi. Didalamnya ada unsur taruhan dan ada pihak yang menang dan yang kalah,
dimana yang menang materi yang berasal dari pihak yang kalah. Ini tidak diragukan lagi
adalah karakter-karakter judi yang najis.
2. Hukum Maisir
Niat tidak menghalalkan cara berjudi untuk membantu orang yang memerlukan.
Al-Maysir (perjudian) terlarang dalam syariat Islam, dengan dasar alQur’an, as-Sunnah
dan Ijma’. Dalam al-Qur’an terdapat firman Allah yang artinya: “Wahai orang-orang
yang beriman! Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala,
mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syetan. Maka jauhilah
perbuatan-perbuatan itu agar kamu beruntung.” (QS. Al-Maidah:90)
Dari as-Sunnah, terdapat sabda Rasulullah SAW “Barangsiapa yang menyatakan
kepada saudaranya, ‘mari aku bertaruh denganmu’ maka hendaklah dia bersedekah” (HR.
Bukhari- Muslim) Dalam hadis ini Nabi Muhammad SAW menjadikan ajakan bertaruh
baik dalam pertaruhan atau muamalah sebagai sebab membayar kafarat dengan sedekah,
ini menunjukkan keharaman pertaruhan.

B. Penelitian Terdahulu

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur pemahaman masyarakat


mengenai muamalah yang memiliki unsur gharar. Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif dengan menganalisis secara deskriptif terkait teori yang relevan terhadap
penelitian dan berdasarkan dari hasil wawancara yang dilakukan dengan enam orang
informan seperti pedagang dan masyarakat sekitar. Hasil dari penelitian ini menunjukkan
bahwa masih banyak masyarakat yang belum mengetahui mengenai konsep gharar dan
pemenerapan dalam bermuamalah sehari-hari, setelah diberikan penjelasan mengenai
konsep gharar ternyata tanpa sadar masyarakat pernah mengalami gharar tersebut..

Penelitian ini bertujuan mengetahui hukum islam baik dari aspek ayat al quran
dan aspek fiqih Nabi. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian studi literer atau
analisis dokumen. Data utama penelitian berdasarkan dari kandungan tentang riba dari
ayat–ayat al quran dan fiqih nabi. Data yang diperoleh dianalisis dengan pendekatan
deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan riba sudah dilakukan sebelum
islam muncul. Berdasarkan jenisnya riba dikategorikan dalam emapt jenis yaitu riba
fadhli, riba nasi’ah, riba yad dan riba qardhli. Masing mempunyai kriteria sendiri.
III METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Mei tahun 2022. Penelitian ini
dilaksanakan di Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara.
B. Metode Penarikan Sampel
Teknik penarikan sampel pada praktikum ini yaitu sampel acak sederhana
(Purpoosive Sampling). Menurut Arieska (2018) simple random sampling atau biasa
disingkat random sampling merupakan suatu cara opportunity (kesempatan) yang sama
untuk terpilih menjadi sampel
C. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan dat merupakan bagian yang sangat urgen daripenelitian itu
sendiri. Prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara dan quisioner.
1. Wawancara
Wawancara merupakan cara yang dipakai untuk memperoleh informasi melalui
kegiatan interaksi sosial antara peneliti dengan yang diteliti (Slamet, 2011). Wawancara
merupakan salah satu metode pengumpulan data dan informasi yang dilakukan secara
lisan. Proses wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu mengajukan
pertanyaan-pertanyaan, meminta penjelasan dan jawaban responden secara lisan untuk
memperkuat hasil kemampuan komunikasi. Wawancara digunakan untuk melengkapi
pembahasan hasil penelitian (Ana, 2015)
2. Quesioner
Kuesioner adalah “suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai
suatu masalah/bidang yang akan di teliti”. Sementara menurut Nasution (2010), kuesioner
atau yang sering disebut dengan angket adalah “daftar pertanyaan yang di distribusikan
untuk di isi dan di kembalikan/di jawab dibawah pengawasan penelitian.
D. Konsep Operasional
Adapun konsep operasional laporan penelititan dapat dilihat dibawah ini :
1. Data Primer merupakan sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data (Sugiyono, 2012). Dalam hal ini peneliti melakukan observasi dan
bertanya langsung dengan sumber yang diamati
2. Data sekunder yaitu sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul
data, misalnya lewat dokumen (Sugiyono, 2012). Dalam hal ini peneliti meminta data
yang berhubungan dengan objek yang diteliti yaitu berupa data laporan
DAFTAR PUSTAKA
Chair , Wasifu, 2014 ‘Riba dalam perpektif islam dan sejarah”.iqtishadia, vol. no 1
Sjahdeini, Sutan Remy. 2014. Perbankan Syariah Produk-produk dan Aspek- aspek
Hukumnya. Jakarta: Kencana Prenamedia Group.
Zuhri. (1996). Riba dalam Al- Qur’an dan Masalah Perbankan, Sebuah Tilikan
Antisipatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Zuhdi, Masyfuk. (1989). Masail Fiqiyah. Jakarta: CV. Haji Masagung.
KUESIONER
RIBA, GHARAR DAN SPEKULASI DALAM BISNIS

Karakteristik Responden
1. Nama pemilik usaha :
2. Alamat : Desa/Kelurahan :
Kecamatan :
Kab./Kota :
3. Jenisusaha :
4. Lama usaha berjalan :
5. Umur :
AspekPermodalan :
1. Modal awal : Rp ............................................................................................
2. Modal sekarang : Rp .....................................................................................
3. Sumber modal : (boleh pilih lebih dari 1)
4. Jika memiliki modal pinjaman yang berasal dari bank, apa alasannya?
..............................................................................................................................................
.................................................................................................
....................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
.....................................................................
....................................................................................................................................................
............................................................................................
Aspek Tenaga Kerja :
1. Jumlah karyawan saat ini :.......................orang
2. Asal pengurus karyawan
a. Dari desa/kelurahan yang sama
b. Dari luar desa/kelurahan
c. Dari luar kecamatan
d. Dari luar kabupaten
e. Lainnya, sebutka
:............................................................................................................
3. Rata-rata gaji pengurus perbulan : Rp....................................................
4. Rata-rata tingkat pendidikan karyawan :
a. Tamat SD
b. Tamat SMP
c. Tamat SMA
d. Diploma
e. Sarjana
5. Rata-rata jam kerja karyawan per hari :......................Jam
a. Belum ada

Kendala-Kendala yang Dihadapi :


1. Dalam pengembangan usaha, kendala-kendala apa saja yang anda temui dalam
menjalankan usaha koperasi/lembaga
tersebut?.......................................................................................................
....................................................................................................................................................
...............................................................................................................................
....................................................................................................................................................
...............................................................................................................................
....................................................................................................................................................
................................................................................................................................
2. Terkait dengan kendala yang dihadapi, apa yang harus dilakukan oleh pemerintah dalam
rangka membantu anda dalam menghadapi kendala-kendala tersebut. Sebutkan
:........................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
...............................................................................................................................
....................................................................................................................................................
...............................................................................................................................
....................................................................................................................................................
...............................................................................................................................
BantuanKoperasi/lembaga :
1. Apakah binis Pernah Mendapat Bantuan Dari Pihak Lain?
a. Pernah B. Tidak Pernah
2. Jika Pernah, Apa Jenis Bantuannya?.................................................................................
....................................................................................................................................................
...............................................................................................................................
3. Dari Mana Sumber Bantuan Tersebut?..............................................................................
....................................................................................................................................................
...............................................................................................................................
4. Apakah Bantuan Tersebut Membantu Dalam Menjalankan Operasional usaha?
a. Sangat Membantu B. Cukup Membantu C. Tidak Membantu
5. Jenis Bantuan Apa Yang Paling Diharapkan Dan Mendesak Oleh usaha Untuk
Membantu Kelancaran Operasional Usaha?
Sebutkan...............................................................................................................................
..................................................................................................
.........................................................................................................................................
PERTANYAAN LAIN
1. Bagaimana pandangan anda mengenai riba dan kharar?
2. Mengapa riba dilarang dalam kontrak bisnis?
3. Apakah sama antara gharar dan spekulasi?
4. Seperti apa gharar yang diperbolehkan?
HIBAH

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam Bahasa Arab, kata ekonomi dapat diartikan dengan kata "iqtisad" yang mula
dari akar kata Qasd yang mempunyai arti dasar sederhana, hemat, sedang, lurus dan
tengah-tengah. Sedang kata "iqtisad" memiliki arti sederhana, penghematan dan
kelurusan. Istilah ini kemudian mashur digunakan sebagai istilah ekonomi dalam Bahasa
Indonesia. Ekonomi Islam adalah ilmu pengetahuan sosial memebriakna pemahaman
pada masalah masalah ekonomi rakyat yang inti pembahasannya dalam nilai-nilai Islam.
yang dimaksud dengan ekonomi Islam adalah sistem. Sistem tersebut menyangkut
regulasi, yaitu pengaturan kegiatan ekonomi pada warga negara atau negara berdasarkan
prosedur atau prosedur tertentu. Sedangkan opsi ketiga ialah ekonomi islam dalam
pengertian perekonomian umat Islam.

McEachern (2001) mengartikan ekonomi sebagai ilmu yang mempelajari perilaku


individu dan masyarakat dalam menentukan pilihan atas sumber daya yang langka dalam
upaya meningkatkan kualitas hidupnya. Dengan demikian, munculnya ilmu ekonomi
didasarkan kepada jumlah sumber daya yang terbatas dengan kebutuhan dan keinginan
yang tidak terbatas. Fenomena keterbatasan tersebut melahirkan suatu kondisi yang
disebut kelangkaan (scarcity). Munculnya kelangkaan mendorong berbagai permasalahan
dalam memilih secara tepat untuk mencapai suatu tujuan yang dinamakan kesejahteraan.

Pengertian hibah secara umum yaitu hibah termasuk dalam perbuatan hukum
dimana terjadi pemindahan hak kepemilikan yang sengaja untuk dialihkan kepada pihak
atau orang lain. Pemindahan hak dilakukan pada saat pemegang hak atas objek hibah
tersebut masih hidup dan merupakan suatu perbuatan hukum yang bersifat tunai, kecuali
pada hibah wasiat. Ada banyak bentuk perbuatan hukum dalam persoalan pemindahan
hak yang dapat dilakukan dengan cara hibah, diantaranya jual beli, tukar menukar,
pemberian menurut adat, pemasukan dalam perusahaan (inbreng) dan hibah wasiat
(legaat) (Boedi Harsono, 2003).

Hibah merupakan perilaku ekonomi yang berkaitan dengan pemberian sesuatu


kepada orang lain saat pemberi itu masih hidup. Menurut As-Syarbini pengertian hibah
menurut terminologi syariah Islam adalah akad yang menjadikan kepemilikan tanpa
adanya pengganti ketika masih hidup dan dilakukan secara sukarela. Menurut ulama
Hanafi, “Memberikan kepemilikanatas barang yang dapat dithasarrufkan berupa harta
yang jelas atau tidak jelas karena adanya uzur untuk mengetahuinya, berwujud, dapat
diserahkan tanpa adanya kewajiban, ketika masih hidup, tanpa adanya pengganti, yang
dapat dikategorikan sebagai hibah menurut adat dengan lafadz hibah atau tamlik
(menjadikan milik)”. Jadi hibah merupakan pemindahan langsung hak milik itu sendiri
oleh seorang kepada orang lain tanpa pemberian balasan. Yang dilihat dalam hibah ialah
formalitasnya dan hukum formal yang telah berlaku dalam pemberian itu sendiri.
Hibah dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah disebutkan pada Pasal 171
huruf 9 yang berarti pemberian suatu benda secara sukarela dan tanpa imbalan dari
seseorang kepada orang lain yang masih hidup untuk dimiliki. Hibah menurut hukum
positif diatur dalam KUH Perdata, dalam Pasal 1666 yaitu: Hibah adalah suatu perjanjian
dengan mana si penghibah, di waktu hidupnya, dengan cuma-cuma dan dengan tidak
dapat ditarik kembali, menyerahkan sesuatu benda guna keperluan penerima hibah yang
menerima penyerahan itu. Undang-undang tidak mengakui lain-lain hibah-hibah di antara
orang-orang yang masih hidup.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka dapat ditarik
rumusan masalah yaitu:
1. Apa tujuan dilakukannya hibah dalam ekonomi?
2. Bagaimana syarat dilakukannya hibah?
3. Bagaimana proses terjadinya hibah?
C. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan praktek lapang yang ingin dicapai yaitu :
1. Untuk mengetahui tujuan dilakukannya hibah
2. Untuk mengetahu syarat-syarat apa sja dilakukannya hibah
3. Untuk mengetahui bagaimana proses terajadinya hibah

Kegunaan yang akan digapai ialah:

Laporan ini diharapkan dapat berguna bagi pembacanya, terutama bagi orang yang
akan melakuka hibah baik dari golongan individu maupun dari golongan berkelompok.
II TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Hibah
Hibah secara Bahasa berasal dari kata “wahaba” yang berarti lewat dari satu
tangan ke tangan yang lain atau dengan arti lain kesadaran untuk melakukan kebaikan
atau diambil dari kata hubbub ar-rih (angin berhembus) dikatakan dalam kitab al-Fath,
diartikan dengan makna yang lebih umum berupa ibra’ (membebaskan utang orang),
yaitu menghibahkan utang orang lain.
Hibah menurut Bahasa adalah menyedekahkan atau memberi sesuatu, baik
berbentuk harta maupun selain itu kepada orang lain. Menurut istilah syar’i, hibah
adalah suatu akad yang mengakibatkan berpindahnya kepemilikan harta dari
seseorang kepada orang lain dengan tanpa balasan, dan dilakukan selama masih hidup.

Hibah merupakan perilaku ekonomi yang berkaitan dengan pemberian sesuatu


kepada orang lain saat pemberi itu masih hidup. Menurut As-Syarbini pengertian hibah
menurut terminologi syariah Islam adalah akad yang menjadikan kepemilikan tanpa
adanya pengganti ketika masih hidup dan dilakukan secara sukarela. Menurut ulama
Hanafi, “Memberikan kepemilikanatas barang yang dapat dithasarrufkan berupa harta
yang jelas atau tidak jelas karena adanya uzur untuk mengetahuinya, berwujud, dapat
diserahkan tanpa adanya kewajiban, ketika masih hidup, tanpa adanya pengganti, yang
dapat dikategorikan sebagai hibah menurut adat dengan lafadz hibah atau tamlik
(menjadikan milik)”. Jadi hibah merupakan pemindahan langsung hak milik itu sendiri
oleh seorang kepada orang lain tanpa pemberian balasan. Yang dilihat dalam hibah ialah
formalitasnya dan hukum formal yang telah berlaku dalam pemberian itu sendiri (Annisa
Heelwa,2020).
Menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah Pasal 668 ayat 9 bahwa hibah adalah
penyerahan kepemilikan suatu barang kepada orang lain tanpa imbalan apa pun.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat dipahami bahwa hibah adalah pemberian
dari pihak satu kepihak yang lain yang mengakibatkan berpindahnya sifat kepemilikan
suatu harta tanpa mengaharapkan balasan.
2. Rukun Hibah
Hadits Abu Bakar yang terkenal, bahwa ia memberi 'Aisyah pecahan-pecahan
seberat 20 wasaq dari harta hutan. Pada saat menjelang wafatnya, Abu Bakar berkata:
“Demi Allah, wahai anakku, tidak seorangpun yang kekayannya lebih menyenangkan
aku sesudah aku selain daripada engkau. Dan tidak ada yang lebih mulia bagiku
kefakirannya selain daripada engkau. Sesungguhnya aku dahulu memberimu pecahan
(emas) 20 wasaq. Maka jika engkau memecah -mecah dan memilikinya, maka itu adalah
bagimu. Hanya saja, harta itu sekarang menjadi harta waris” (Ibnu Rusyd,1990 ).

Maksud hadits tersebut adalah nadb (sunnah). Yang jelas al-Qur'an dan hadits
banyak sekali menggunakan istilah yang konotasinya menganjurkan agar manusia yang
telah dikarunia rezeki itu mengeluarkan sebagiannya kepada orang lain. Kendati istilah-
istilah tersebut memiliki ciri-ciri khas yang berbeda, kesamaannya adalah bahwa manusia
diperintahkan untuk mengeluarkan sebagian hartanya. Menurut jumhur ulama rukun
hibah ada empat:
a. Wahib (Pemberi) Wahib adalah pemberi hibah, yang menghibahkan barang
miliknya kepada orang lain.
b. Mauhublah (Penerima), Penerima hibah adalah seluruh manusia dalam arti orang
yang menerima hibah.
c. Mauhub Mauhub adalah barang yang di hibahkan.
d. Shighat (Ijab dan Qabul) Shighat hibbah adalah segala sesuatu yang dapat dikatakan
ijab dan qabul.
3. Syarat hibah
Syarat-syarat hibah yaitu Hibah menghendaki adanya penghibah, orang yang diberi
hibah, dan sesuatu yang dihibahkan. Disyaratkan bagi penghibah syarat-syarat sebagai
berikut:
a. Penghibah memiliki sesuatu untuk dihibahkan
b. Penghibah bukan orang yang dibatasi haknya karena suatu alasan.
c. Penghibah itu orang dewasa, sebab anakanak kurang kemampuannya.
d. Penghibah itu tidak dipaksa, sebab hibah itu akad yang mempersyaratkan keridhaan
dalam keabsahannya.
Disyaratkan bagi orang yang diberi hibah yaitu orang yang diberi hibah harus
benarbenar ada waktu diberi hibah. Bila tidak benar-benar ada, atau diperkirakan adanya,
misalnya dalam bentuk janin, maka hibah tidak sah. Apabila orang yang diberi hibah itu
ada di waktu pemberian hibah, akan tetapi dia masih atau gila, maka hibah itu diambil
oleh walinya, pemeliharaannya atau orang mendidiknya sekalipun dia orang asing.
Selanjutnya syarat-syarat bagi yang dihibahkan, yaitu
1. Benar-benar benda itu ada ketika akad berlangsung. Maka benda yang wujudnya
akanada seperti anak sapi yang masih dalam perut ibunya atau buah yang belum
muncul di pohon maka hukumnya batal. Para ulama mengemukakan kaidah tentang
harta yang di hibahkan “segala sesuatu yang sah untuk di jual-belikan sah pula
untuk di hibahkan”
2. Harta itu memiliki nilai (manfaat). Maka menurut pengikut Ahmad bin Hambal sah
menghibahkan anjing piaraan dan najis yang di dapat di manfaatkan.
3. Dapat di miliki zatnya artinya benda itu sesuatu yang biasa untuk di miliki, dapat
di terima bendanya, dan dapat berpindah dari tangan ketangan lain. Maka tidak
sah menghibhkan air sungai, ikan di laut, burung udara masjid, atau pesantren.
4. Harta yang akan di hibahkan itu benilai harta. Maka tidak sah menghibahkan darah
dan minuman keras.
5. Harta itu benar-benar milik orang yang menghibahkan maka, tidak boleh
menghibahkan sesuatu yang ada di tangannya
6. tetapi itu kepunyaan orang lain seperti harta anak yatim yang disamakan kepada
seseorang.
7. Menurut Hanafiah, jika barang itu berbentuk rumah maka harus bersifat utuh
meskipun rumah itu boleh dibagi. Tetapi ulama Malikiyah, Syafi‟iyah, dan Haanifah
memperbolehkan hibah berupa sebagian rumah.
8. Harta yang di hibahkan terpisah dari yang lainnya, tidak terkait dengan harta
atau hak lainnya. Karena pada prinsipnya barang yang di hibahkan dapat di gunakan
setelah akad berlangsung. Jika orang menghibahkan sebidang tanah tetapi di
dalamnya ada tanaman milik orang yang menghibahkan, atau ada orang yang
menghibahkan rumah, sedangkan di rumah itu ada benda milik yang menghibahkan,
atau menghibahkan sapi yang sedang hamil, sedangkan yang di hibahkan itu hanya
induknya sedangkan anaknya tidak. Maka, ketiga bentuk hibah seperti tersebut di
atas hukumnya batal atau tidak sah.
B. Peneletian terdahulu

Penelitian ini dilakukan oleh Alif Laili Munazila (2020). yang berjudul Penyelesaian
Sengketa Hibah Harta Bersama Kepada Anak Dalam Perspektif Kompilasi Hukum Islam
Dan Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah. Bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis
secara jelas bagaimanakah pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap
sengketa hibah harta bersama serta untuk mengetahui dan menganalisis penyelesaian
kasus sengketa hibah melalui sudut pandang Kompilasi Hukum Islam dan Kompilasi
Hukum Ekonomi Syariah. Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah metode
penelitian hukum yuridis normatif. Metode penelitian ini merupakan suatu pendekatan
dengan menitik beratkan pada data-data dari penelitian kepustakaan (Library Research)
dan juga sebagai pendekatan secara kualitatif. Jadi penelitian ini bermaksud melakukan
pendekatan menggunakan bahan-bahan hukum sekunder yang berkaitan dengan masalah
penyelesaian sengketa hibah harta bersama kepada anak beserta pertimbangan putusan
dari majelis hakim. Hasil dari penelitian ini adalah: 1) melalui pertimbangan hukum,
hakim menyatakan sah hibah SPBU serta menolak pengesahan atas hibah perusahaan
bubuk kopi cap timbangan mas karena dinilai tidak cukup bukti. 2) pembatalan atau
penarikan hibah yang diusulkan oleh para tergugat ditolak oleh hakim karena pengesahan
hibah dinilai sudah memenuhi persyaratan dalam melakukan kegiatan hibah. 3)
penyelesaian kasus sengketa hibah ditinjau dari Kompilasi Hukum Islam yaitu: terdapat
pada pasal 210 sampai dengan pasal 212 Kompilasi Hukum Islam. 4) penyelesaian kasus
sengketa hibah ditinjau dari Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah yaitu: terdapat pada
pasal 685 sampai dengan pasal 727 Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah.

Penelitian ini dilakukan oleh Infa'na Fitria (2014). yang berjudul Hibah Menurut
Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah dan Kitab Hukum Perdata: Studi Banding.
Bertujuan untuk mengetahui bagaimana penarikan harta hibah di KHES dan
KUHPerdata, serta mengetahui jumlah maksimal harta yang diberikan dalam KHES dan
KUHPerdata. Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normatif atau
penelitian kepustakaan dan juga menggunakan pendekatan komparatif, pendekatan
hukum, dan pendekatan konseptual. Sebagai bahan hukum utama dalam penelitian ini
adalah KHES dan KUHPerdata. Sedangkan bahan hukum sekunder menggunakan buku-
buku, Al-Qur'an, hadits, jurnal, dan ensiklopedia. Bahan hukum tersier yang penulis
gunakan adalah kamus yaitu Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Kesimpulan dalam
penelitian ini adalah penarikan hibah di KHES diperbolehkan, tetapi ada pengecualian
yang tidak diperbolehkan penarikan hibah kepada orang tua, anak, kakak/adik,
keponakan, bibi/paman. Sedangkan penarikan hibah dalam KUH Perdata tidak
diperbolehkan, kecuali 3 hal yang telah disebutkan dalam pasal 1688 KUH Perdata.
Adapun masalah jumlah maksimal harta yang dihibahkan, jika dalam KHES dibatasi
sebanyak-banyaknya yaitu sepertiga dari seluruh harta yang ditinggalkan oleh pemberi
hibah. Kemudian jika KUHPerdata tidak mengatur batasan jumlah harta yang diberikan
seperti dalam KHES.

Penelitian ini dilakukan oleh Arizal Maulana (2020). yang berjudul Analisis Hukum
Ekonomi Syariah Tentang Perjanjian Hibah Sponsorship Tradisi Petik Laut Di Desa
Padelegan Kecamatan Pademawu Kabupaten Pamekasan. Bertujuan untuk untuk
mengetahui pelaksanaan Hibah Penguatan Ekonomi Masyarakat RT di Kecamatan
Kadipiro, Banjarsari, Surakarta Tahun 2012. Metode penelitian yang digunakan adalah
deskriptif kualitatif. Sumber data meliputi data primer yang dilakukan melalui
wawancara terhadap sumber data yang dicari dengan menggunakan teknik Purposive
Sampling. Selain data primer, juga didukung oleh data sekunder yang diperoleh dari
dokumen, laporan, peraturan perundang-undangan dan buku-buku yang berkaitan dengan
tema penelitian. Teknik pengumpulan data adalah wawancara, observasi dan telaah
dokumen serta telaah pustaka. Keabsahan data yang digunakan adalah triangulasi data.
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif dengan model analisis
interaktif. Hasil penelitian dapat diketahui, bahwa pelaksanaan hibah penguatan ekonomi
kerakyatan RT di Kecamatan Kadipiro terdiri dari tiga tahap yaitu Pertama, Sosialisasi
oleh Bappeda melalui identifikasi dan tim yang menjelaskan rencana pemberian hibah
tahun 2012, sosialisasi Koperasi dan UKM ke kecamatan menjelaskan program hibah RT
tahun 2012 sebagai tujuan dan persyaratan pengajuan dana hibah, selanjutnya Kadipiro
perangkat desa mensosialisasikan kepada Ketua RT/RW yang menjelaskan persyaratan
yang harus dipenuhi oleh masing-masing RT dalam mengajukan hibah Penguatan
mekanisme ekonomi dan pengajuan. Sosialisasi terakhir Ketua RT kepada masyarakat
yang menjelaskan bahwa RT telah menerima dana hibah untuk tahun 2012 sebesar Rp.
1.500. 000, 00. Kedua; Tahap Pelaksanaan diawali dengan pengajuan dana hibah RT,
oleh Ketua RT. Kegiatan selanjutnya adalah penyaluran dana hibah RT yang ditransfer
melalui Bank Jateng Surakarta ke rekening RT. Terakhir adalah kepengurusan oleh
pengurus masing-masing RT yang akan dikembangkan. Dari hasil penelitian diketahui
bahwa dana hibah digunakan untuk modal usaha, dan untuk keperluan konsumtif.
Namun secara perlahan telah meningkatkan pendapatan keluarga dan meningkatkan
kesejahteraan warga. Ketiga, pengawasan dilakukan oleh BAPPEDA dengan melakukan
pengecekan ke lapangan dan penyebaran kuesioner, dan setiap ketua RT bertanggung
jawab atas pemanfaatannya yang dikoordinasikan oleh Dinas Koperasi dan UKM. Kata
Kunci: Implementasi, Program Hibah Penguatan Ekonomi Masyarakat Dari hasil
penelitian diketahui bahwa dana hibah digunakan untuk modal usaha, dan untuk
keperluan konsumtif. Namun secara perlahan telah meningkatkan pendapatan keluarga
dan meningkatkan kesejahteraan warga. Ketiga, pengawasan dilakukan oleh BAPPEDA
dengan melakukan pengecekan ke lapangan dan penyebaran kuesioner, dan setiap ketua
RT bertanggung jawab atas pemanfaatannya yang dikoordinasikan oleh Dinas Koperasi
dan UKM. Kata Kunci: Implementasi, Program Hibah Penguatan Ekonomi Masyarakat
Dari hasil penelitian diketahui bahwa dana hibah digunakan untuk modal usaha, dan
untuk keperluan konsumtif. Namun secara perlahan telah meningkatkan pendapatan
keluarga dan meningkatkan kesejahteraan warga. Ketiga, pengawasan dilakukan oleh
BAPPEDA dengan melakukan pengecekan ke lapangan dan penyebaran kuesioner, dan
setiap ketua RT bertanggung jawab atas pemanfaatannya yang dikoordinasikan oleh
Dinas Koperasi dan UKM.
Penelitian ini dilakukan oleh Sunarso Sunarso,dkk. (2019).yang berjudul Efisiensi
Dana Hibah, Kreativitas, Bantuan Dan Penerapan Teknologi Tepat Pada Nilai Ekonomi
Hasil Kemitraan. Bertujuan untuk menganalisis efisiensi dana hibah, kreativitas,
pendampingan dan penerapan teknologi tepat guna terhadap nilai ekonomi hasil usaha
mitra berdasarkan sosialisasi teknologi pada dua kelompok tani yang telah dipilih
sebagai mitra program. Objek penelitian ini adalah dua kelompok tani yaitu KUBE
Sukamakmur dan Kelompok Tani Saung Cipamingkis di desa Sukamulya, Bogor.
Metode pengumpulan data menggunakan observasi lapangan dan wawancara dengan
responden yang terdiri dari pasangan.

Penelitian ini dilakukan oleh Hadhari (2013). yang berjudul Pengurusan harta
melalui hibah: Kepentingan dan manfaat dari pelbagai aspek untuk kemajuan ummah.
Bertujuan untuk membincangkan tentang kepentingan perancangan harta dan kebaikan-
kebaikan pelaksanaan hibah. Justeru itu, pemberian harta melalui hibah boleh
diaplikasikan secara meluas pada masa kini bagi memberikan kebaikan kepada
masyarakat. Perancangan pengurusan harta dalam Islam terbahagi kepada dua, iaitu
perancangan harta semasa hidup dan pembahagian harta selepas kematian pemilik harta.
Di antara bentuk-bentuk perancangan harta semasa hidup adalah seperti hibah, wasiat,
wakaf, sedekah dan nazar. Manakala, pengurusan harta selepas berlaku kematian pula
ialah pembahagian harta pusaka yang tertakluk kepada hukum faraid. Walaupun faraid
berperanan dalam urusan pembahagian harta pusaka, namun pengagihan harta melalui
cara tersebut mampu menjurus kepada masalah-masalah tertentu jika tidak ditadbir urus
dengan sempurna serta tidak difahami dengan betul. Dianggarkan sejumlah RM42 bilion
harta pusaka orang Islam telah gagal diagihkan kepada waris yang sah disebabkan
masalah yang tertentu. Antara faktor yang dikenal pasti adalah berkait rapat dengan
kurang keberkesanan dalam sistem pentadbiran dan juga sikap pewaris. Justeru melihat
kepada masalah yang wujud, masyarakat perlu didedahkan dengan cara pengagihan harta
semasa hidup sebagai perancangan awal pengagihan harta bagi mengelakkan masalah
yang bakal timbul kepada harta yang ditinggalkan selepas kematian mereka. Ini
memandangkan masalah tunggakan harta pusaka boleh mendatangkan implikasi yang
buruk dari perspektif ekonomi, undang-undang, agama dan sosial.

Penelitian ini dilakukan oleh Rais Adli (2015). yang berjudul Pelaksanaan Program
Sapi Hibah Di Desa Teluk Merbau Kecamatan Dayun Kabupaten Siak Menurut
Ekonomi Islam. Bertjuan untuk mengetahui Bagaimana pelaksanaan program sapi hibah
di desa Teluk Merbau Kecamatan Dayun Kabupaten Siak, dan Bagaimana faktor
penghambat dan pendukung pelaksanaan program sapi hibah di Desa Teluk Merbau
Kecamatan Dayun Kabupaten Siak, serta Bagaimana tinjauan ekonomi islam terhadap
pelaksanaan program sapi hibah dalam di Desa Teluk Merbau Kecamatan Dayun
Kabupaten Siak. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitaian ini adalah
Observasi, Wawancara, Angket, dan Dokumentasi. Sedangkan teknik analisa data yang
digunakan adalah metode deskriftif kualitatif yaitusetelah semua data telah berhasil
penulis kumpulkan, maka penulis menjelaskan secara rinci dan sistematis sehingga dapat
tergambar secara utuh dan dapat dipahami secara jelas kesimpulan akhirnnya. Dari hasil
penelitian yang penulis lakukan dapat disimpulkan, Pelaksanaan program sapi hibah di
Desa Teluk Merbau Kecamatan Dayun Kabupaten Siak, Program sapi hibah dimulai
pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2014 program sapi hibah telah di berikan kepada
63 orang dalam 5 kelompok tani sebanyak 104 ekor sapi, seluruh masyarakat dapat
menerima bantuan sapi hibah. Faktor pendukung dalam menjalankan program sapi hibah
ini adalah ketersediaan pakan berupa rumput yang cukup ini mengingat di Desa Teluk
Merbau terdapat kebun kelapa sawit yang cukup luas, dan faktor penghambat dalam
menjalankan program sapi hibah masyarakat masih sedikit pengetahuannya dalam
bertenak sapi diantaranya tentang penyakit sapi yang mengakibatkan kematian pada
hewan ternak,dan ditinjau dari ekonomi Islam terhadap program sapi hibah ini adalah
Baik, karena didalamnya terdapat unsur tolong menolong. Dalam agama Islam,
membantu dan saling tolong menolong dalam hal kebaikan sangat dianjurkan.

Penelitian ini dilakukan oleh Rusdi Hamid ,dkk (2012). yang berjudul Kinerja
Belanja Hibah Untuk Usaha Ekonomi Dan Pengentasan Kemiskinan Di Kota Pekanbaru.
Bertujuan untuk mengetahui kinerja belanja hibah Untuk Usaha Ekonomi dan
Pengentasan Kemiskinanterhadap kualitas dan kesejahteraan masyarakat. Peneliti
mengambil sampel sebanyak3 kelompok masyarakat dan perorangan dengan jumlah 60
responden di KotaPekanbaru. Metode analisa data yang digunakan penulis adalah
metode deskriptif dankualtitatif. Dari hasil penelitan diketahui bahwa Kinerja Belanja
Hibah dari pemerintahkota Pekanbaru untuk Usaha Ekonomi dan Pengentasan
Kemiskinan kepada kelompokmasyarakat dan perorangan adalah program pemerintah
dalam pengentasankemiskinan melalui pemberdayaan masyarakat dan bantuan modal
usaha. Hal inidilakukan untuk mendorong berkembangnya perekonomian masyarakat,
terutama bagimereka yang berpenghasilan rendah. Program ini telah mendukung
kegiatan usahaproduktif masyarakat, yang pada gilirannya akan meningkatkan kualitas
pendapatandan kesejateraan masyarakat. Kehadiran hibah bantuan modal usaha kepada
kelompok masyarakat danperorangan telah memberi nuansa tersendiri bagi ekonomi
masyarakat. Hal ini terlihatjelas dari aktivitas usaha masyarakat seperti pemanfaatan
lahan tidur, penggunaanteknologi baru dalam mengelola usaha dan semakin baiknya aset
yang dimiliki sepertirumah dan kendaraanDampak kinerja alokasi hibah bantuan modal
usaha kepada kelompokmasyarakat dan perorangan bagi kelembagaan kelurahan muncul
karena setiapmusyawarah melibatkan peran serta masyarakat, baik aparatur kelurahan,
maupunkelembagaan yang ada di kelurahan. Sinerji antar lembaga semakin baik
melaluiimplementasi tugas pokok dan fungsi masing-masing lembaga.

Penelitian ini dilakukan oleh Sriyani (2013), yang berjudul Analisis akuntansi dan
pelaporan bantuan sosial dan hibah. Penelitian ini bertujuan mengetahui akuntansi dan
pelaporan bantuan sosial dan hibah dengan cara studi literatur yaitu menganalisis aturan-
aturan yang ada untuk mengetahui bagaimana praktik akuntansi dan pelaporan bantuan
sosial dan hibah dapat diterapkan pada pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Tidak
adanya pedoman yang memberikan definisi dan perlakuan akuntansi belanja bantuan
sosial merupakan permasalahan tersendiri. Berdasarkan Buletin Teknis No. 13 tentang
Hibah, terdapat permasalahan pola pengelolaan penerimaan hibah yang dilakukan oleh
kementerian negara/lembaga maupun pemerintah daerah.

Penelitian ini dilakukan oleh mustamam (2014), yang berjudul Analisis Yuridis
Tentang Pencabutan Hibah Orang Tua Kepada Anak Kandungnya Dalam Perspektif
Perspektif Kompilasi Hukum Islam(Studi Putusan Nomor 1934/Pdt.G/2013/PA.Mdn).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pengadilan Agama Medan Nomor 1934 / Pdt.G
/ 2013 / PA.Mdn yang diputuskan pada 26 Mei 2014 tentang tanah yang diberikan atau
diberikan oleh pemberi hibah dinyatakan dicabut atau dibatalkan karena fakta
menunjukkan bahwa pertama, kehidupan pemberi pada saat itu sangat miskin dan
menderita penyakit diabetes. Kedua, menurut penggugat penerima hibah telah mencuri
sertifikat tanah pemilik perkebunan. Ketiga, menurut saksi, penerima hibah menolak
untuk mendukung atau membantu pemberi hibah ketika ia miskin. Pencabutan hibah ini
juga sesuai dengan pasal 212 Kompilasi Hukum Islam yang menyatakan hibah tidak
dapat dicabut atau dibatalkan kecuali hibah dari orang tua kepada anak kandung mereka.
Inilah mengapa pengadilan menyatakan bahwa hibah itu batal demi hukum.

Penelitian ini dilakukan oleh Reza Fahlepy (2015), yang berjudul status peralihan
sertifikat hak atas tanah berdasarkan surat hibah di bawah tangan. Metode penelitian
yang digunakan adalah yuridis normatif yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara
melihat segala undang-undang dan regulasi terkait isu hukum yang sedang diteliti.
Akibat hukum apabila peralihan hak atas tanah dibawah tangan melalui hibah atau surat
keterangan desa saja maka itu tidak memberikan jaminan kepastian hukum, untuk
menanggulanginya perlu mengikuti prosedur yang ada dan dibuat berupa akta otentik.

Penelitian ini dilakukan oleh Dahlan (2019) yang berjudul kekuatan hukum akta
hibah untuk anak angkat. Penelitian ini ingin menjawab bagaimanakah kekuatan yuridis
akta hibah untuk anak angkat dalam kasus perkara XXX/Pdt.G/2012/MS-Aceh tentang
Pembatalan Hibah.Hibah adalah pemberian yang dilakukan oleh seseorang kepada pihak
lain yang dilakukan ketika masih hidup dan pelaksanaannya dilakukan pada waktu
penghibah masih hidup. Hibah dalam hukum manapun pada dasarnya tidak dibatalkan,
kecuali memenuhi syarat-syarat tertentu hibah dapat dibatalkan. Dengan menggunakan
metode normatif yuridis, penelitian menemukan bahwa hibah untuk anak angkat secara
normatif melalui akta hibah Nomor 04/V/2007 sah dan mempunyai kekuatan hukum,
karena telah memenuhi syarat dalam perjanjian hibah baik secara formil maupun
materiil. Putusan pembatalan hibah dalam perkara Nomor XXX/Pdt.G/2012/MS-Aceh
telah sesuai dengan hukum yang berlaku.
III METODE PRAKTEK
A. Waktu dan Lokasi Praktek Lapang
Praktek lapang ini akan dilaksanakan pada Bulan Januari sampai dengan Mei
Tahun 2022 di Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Tenggara
B. Teknik Penarikan Sampel
Tenik pengambilan sampel pada praktek lapang ini adalah sampel acak sederhana
(Simple Random Sampling). Menurut Ruqoye (2012), menyatakan definisi sampel acak
sederhana Simple Random Sampling) adalah cara pengambilan sampel dengan memilih
langsung dari populasi dan besar peluang setiap anggota populasi untuk menjadi sampel
sangat besar.
C. Metode pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data, merupakan cara yang digunakan dalam penelitian untuk
mengumpulkan data yang diinginkan, adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi merupakan suatu pengamatan atau teknik yang dilakukan dengan
mengadakan suatu pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis. Sedangkan
sumber lain mengatakan “observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara
mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang
sedang berlangsung (Khaatimah & Wibawa, 2017).
2. Wawancara
Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan cara tanya jawab antara penanya
atau pewawancara dengan responden atau penjawab. Sedangkan sumber lain berpendapat
“wawancara atau interview merupakan salah satu bentuk teknik pengumpulan data yang
banyak digunakan dalam penelitian deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Wawancara
dilakukan secara lisan dalam pertemuan tatap muka secara individual (Khaatimah &
Wibawa, 2017).
3. Dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan suatu cara untuk mengumpulkan data yang
dilakukan denan jalan mencatat data-data yang sudah ada. Sedangkan pendapat lain
menjelaskan bahwa dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui peninggalan
tertulis seperti arsip-arsip (Khaatimah & Wibawa, 2017).
D. Kosep Operasial
Kosep operational pada praktikum ini ialah:
1. Hibah adalah pemindahan langsung hak milik itu sendiri oleh seorang kepada orang
lain tanpa pemberian balasan.
2. Rukun hibah adalah sunnah atau tidak wajib
3. Syarat hibah Hibah menghendaki adanya penghibah, orang yang diberi hibah, dan
sesuatu yang dihibahkan
4. pemberi hibah yaitu memiliki sesuatu untuk dihibahkan, bukan orang yang dibatasi
haknya karena suatu alasan., orang dewasa, sebab anakanak kurang kemampuannya.,
tidak dipaksa, sebab hibah itu akad yang mempersyaratkan keridhaan dalam
keabsahannya.
5. penerima hibah Tidak berhubungan dengan tempat pemilik hibah, seperti
menghibahkan tanaman, pohon, atau bangunan tanpa tanahnya.
DAFTAR PUSTAKA

Abi‟Abdullah Muhammad Bin Ismail al-Bukhari, Shahih Bukhari, Juz 1


Abu Bakar.Dengan Kewarisan Menurut Hukum Perdata, Hlm.145-146.
Ahmad Rofik, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: PT Raja
Amir Syarifuddin, Garis-garis Besar Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2013), 230.
Grafindo Persada, 2015), hlm. 375-379.Hlm. 1987.
Idris Ramulyo, Perbandingan Pelaksanaan Hukum Kewarisan Islam
Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah Pasal 668 ayat 9. Mu‟amal
Hamidy, dkk. Terjemah Nailul Author V, cet 1, hlm.1987. Muhammad
Ibnu Hajar al-Asqalani, Subulussalam Jilid III, terj. Rachmat Syafei,
Fiqh Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), 242
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 14, terj: Mudzakir, (Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1987),
174
Siah Khosyi’ah,Wakaf & Hibah Perspektif Ulama Fiqh dan Perkembangannya
d Indonesia, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), 239.

Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqh Muamalat., 435-436


Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqh Muamalat: Sistem Transaksi dalam Fiqh Islam,
(Jakarta: Amzah, 2017), 435
Tim Permata Press, Kompilasi Hukum Islam,(Jakarta:Permata Press,2014), hlm. 64-65
Zakiyatul Ulya, “Hibah Perspektif Fikih, KHI dan KHES”, dalam Maliyah, Vol. 07, No.
02, 2017, 2
KUESIONER
HIBAH
1. Responden memiliki penghasilan…….
2. Responden pemberi hibah di Kementrian Agama RI Sultra Kota Kendari:……..
I. Identitas Responden
Nama :
Jenis Kelamin : Laki-laki - Perempuan =
Usia : ( ) 20 s.d 30 tahun ( ) 31 s.d 40 Tahun ( ) > 40 Tahun
Pekerjaan : ( ) Karyawan Swasta ( ) Wirausaha
Pendidikan Terakhir : ( ) SMA/SMK/ Sederajat
( ) Diploma
( ) Sarjana
jawablah yang sesuai dengan persepsi Saudara/i.
1. Apakah pendapatan yang di terima dari profesi seseorang, baik dari gaji sebagai
karyawan swasta dan PNS, maupun dari hasil usaha wajib dikeluarkan hibahnya.
2. Apakah anda memebayar hibah karena mengetahui tentang perhitungan hibah atas
harta yang dimiliki.
3. Apakah anda akan membayar hibah jika pendapatan sudah mencapai nishab (n
jumlah minimal pendapatan yang telah mencapai batas untuk hibah)\
4. Apakah anda mengeluarkan 2,5% dari harta anda untuk berhibah ?
5. Apaka anda membayar hibah di Kementrian Agama RI Sultra Kota Kendari karena
sesuai arahan pemerintah agar target Kementrian agama untuk pemerataan
pembagian hibah dapat tercapai?
6. Apakah anda membayar hibah karena hibah dapat menjadi sumber material dalam
penanggulangan kemiskinan?
7. Apaka anda beralasan membayar hibah karena anda mengetahui program-program
penyaluran hibah di Kementrian Agama?
8. Apakah anda membaya/menunaikan hibah karena dipengaruhi oleh tingkat
pendapatan anda?
9. Apaka jika ada kenaikan pendapatan atas harta kekayaan anda memotivasi anda
untuk semakin membayar hibah anda?
ZAKAT
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi syariah di Indonesia tidak hanya
disektor bisnis financial atau perbankan, termasuk ragam dan jenis kegiatan ekonomi
syariah mulai bermunculan seperti asuransi syariah, pegadaian syariah. Dengan
demikian ekonomi syariah telah menjadi bagian integral terhadap pembangunan
ekonomi Indonesia yang terbukti mampubertahan di tengah perekonomian dunia
sedang mengalami gejolak. Dengan semakin luas dan beragamnya pola bisnis
berbasis ekonomi syariah, maka aspek perlindungan dan kepastian hukum dalam
penerapan asas perjanjian dalam akad atau kontrak di setiap Lembaga dan transaksi
ekonomi Syariah menjadi sangat urgen diupayakan implementasinya. Karena pada
tataran pelaksanaan transaksi bisnis ekonomi Syariah tidak menutup kemungkinan
terjadinya penyimpangan-penyimpangan dari kesepakatan yang telah dibuat oleh
kedua belah pihak. Sehingga dalam koridor masyarakat yang sadar hukum, tidak
dapat dihindari munculnya perilaku saling tuntut menuntut satu sama lain, yang
mengakibatkan kuantitas dan kompleksitas perkara-perkara bisnis syariah akan sangat
tinggi dan beragam ( Insani 2001).
Kehadiran undang-undang nomor 3 tahun 2006 tentang peradilan agama pada
saat itu belum bisa menjawab sepenuhnya perihal penyelesaian sengketa ekonomi
syariah, karena masih banyak penyelesaian sengketa diselesaikan melalui pengadilan
negeri, terlebih lagi ketika muncul Undang-undang Nomor 21 tahun 2008 tentang
perbangkan syariah terutama pada Pasal 55, dimana terdapat pasal yang bertentangan
antara satu dengan yang lainnya di dalam pasal tersebut, dan bertentangan pula
dengan Ketentuan Undang-undang no. 3 tahun 2006.
Islam adalah berserah diri kepada Allah dengan mengesakan-Nya, tunduk
serta patuh kepada Nya dengan melakukan ketaatan dan berlepas diri dari perbuatan
yang syirik serta para pelakunya (Syaikh Muhammad Bin Abdul Wahad). Islam telah
menetapkan zakat sebagai kewajiban dan menjadikannya sebagai salah satu rukunnya
serta memposisikannya pada kedudukan tinggi lagi mulia. Karena dalam pelaksanaan
dan penerapannya mengandung tujuan-tujuan syar’i (maqâshid syari’at) yang agung
yang mendatangkan kebaikan dunia dan akhirat, baik bagi si kaya maupun si miskin.
Zakat berasal dari bentuk kata "zaka" yang berarti suci, baik, berkah, tumbuh,
dan berkembang. Dinamakan zakat, karena di dalamnya terkandung harapan untuk
beroleh berkah, membersihkan jiwa dan memupuknya dengan berbagai kebaikan
(Fikih Sunnah, Sayyid Sabiq). Makna tumbuh dalam arti zakat menunjukkan bahwa
mengeluarkan zakat sebagai sebab adanya pertumbuhan dan perkembangan harta,
pelaksanaan zakat itu mengakibatkan pahala menjadi banyak. Sedangkan makna suci
menunjukkan bahwa zakat adalah mensucikan jiwa dari kejelekan, kebatilan dan
pensuci dari dosa-dosa. Dalam Al-Quran disebutkan, “Ambillah zakat dari sebagian
harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka” (QS.
at-Taubah [9]: 103). Menurut istilah dalam kitab al-Hâwî, al-Mawardi mendefinisikan
zakat dengan nama pengambilan tertentu dari harta tertentu, menurut sifat-sifat
tertentu dan untuk diberikan kepada golongan tertentu. Orang yang menunaikan zakat
disebut Muzaki. Sedangkan orang yang menerima zakat disebut Mustahik.
Zakat adalah ibadah yang memiliki posisi yang sangat strategis baik dari aspek
keagamaan, sosial, ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat. Peran strategis ini secara
nyata dinyatakan di dalam Al-Qur’an dan Hadits, serta terefleksikan dalam sejarah Islam.
Syariat zakat diturunkan kepada Rasulullah saw pada tahun kedua hijriyah. Pada masa
itu, Rasulullah saw turun tangan dan mengangkat beberapa sahabat sebagai amil zakat
yang bertugas menarik zakat dari para wajib zakat (muzaki), mendatanya di Baitul Maal,
dan menyalurkannya kepada orang-orang yang berhak menerima zakat (mustahik).
Syariat zakat ini selanjutnya dipegang teguh oleh para Khulafa’ur-Rasyidin. Bahkan,
pada masa Abu Bakar ra., khalifah memerangi orang yang melaksanakan shalat tapi tidak
mau menunaikan zakat. Dalam kitab Bidayah wa Nihayah karya Imam Ibnu Katsir1, pada
masa Khalifah Mu’awiyah ra., zakat dikelola dan dipergunakan oleh negara
melalui Baitul Maal untuk mendanai kaum muslimin di wilayah perbatasan dengan
Byzantium untuk membantu masyarakat miskin yang diiming-imingi harta untuk
berpindah agama dan kewarganegaraan, menjaga stabilitas perekonomian dan harga
kebutuhan pokok penduduk, dan bahkan untuk mendanai satuan-satuan pasukan penjaga
perbatasan.
Secara bahasa zakat bermakna suci atau bersih. Mengeluarkan zakat artinya
mensucikan harta kekayaan dunia yang kita punya. Mensucikan harta akan menjauhkan
kita dari segala sifat kikir yang berasal dari dalam hati yakni sifat selalu menyimpan dan
menimbun harta tanpa berniat sekalipun untuk berinfaak dan bersedekah. Di dalam harta
yang kita punya terdapat hak-hak orang miskin yang harus dipenuhi lewat membayar
zakat. Berzakat akan membuat harta yang kita punya menjadi berkah untuk kehidupan.
Selain itu, membayar zakat juga mengangkat derajat keimanan seseorang sekaligus
membantu sesama saudara yang membutuhkan. Karena berzakat adalah salah satu rukun
Islam yang harus dipenuhi sebagai hamba Allah SWT. Dalam ajaran agama Islam,
dijelaskan bahwa membayar zakat, termasuk zakat penghasilan merupakan salah satu
upaya dalam membersihkan harta. Pasalnya, diketahui juga melalui ajaran agama Islam
bahwa di setiap harta yang dimiliki, terdapat hak-hak orang lain di dalamnya.
Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat Pasal
1 ayat (8) memutuskan bahwa dalam rangka mempermudah pengelolaan dana zakat,
Pemerintah membolehkan masyarakat untuk membuat Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang
memiliki tugas membantu dalam pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan
zakat. 5 Sejalan dengan itu, terdapat tiga organisasi yang diakui pemerintah dan bertugas
melakukan pengelolaan zakat yang tentunya sangat memberikan kontribusi bagi
kelancaran pelaksanaan zakat, yaitu Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), Lembaga
Amil Zakat (LAZ), dan Unit Pengelola Zakat (UPZ). LAZ merupakan lembaga pengelola
zakat yang sepenuhnya dibentuk atas prakarsa masyarakat dan oleh masyarakat yang
bergerak dibidang dakwah, pendidikan, sosial, dan kemaslahatan umat Islam. Disamping
itu LAZ juga tidak hanya mengelola zakat, tetapi mengelola dana infak, shadaqah, dan
dana sosial kemanusiaan lainnya. 6 Salah satu contoh LAZ adalah BMT Amanah
Ummah Kartasura yang mengelola dana zakat termasuk didalamnya zakat profesi yang
berasal dari karyawan dan sebagian anggotanya.
Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Prov. Sulawesi
Tenggara melakukan rapat koordinasi bersama dengan Pemerintah Daerah (Pemda) dan
Ormas Islam dalam rangka Penetapan Keputusan Syariah Tentang Zakat Tingkat
Sulawesi Tenggara, Selasa (19/04/2022), bertempat di Aula Hotel Atthaya Kendari.
Kegiatan tersebut dibuka oleh Kakanwil Kemenag Sultra diwakili oleh Kabag Tata
Usaha, H Muhammad Basri didampingi oleh Kabid Penais Kanwil Kemenag Sultra,
H.Jumaing. Turut hadir para Kepala Kantor Kemenag di 17 kab/kota se Sultra, Kepala
Bagian Administrasi Kesejateraan Rakyat (Kabag Kesra) Kab/kota se Sultra, serta unsur
Ormas Islam di Sultra. Kabag Tata Usaha Kanwil Kemenag Sultra, H Muhammad Basri
menyampaikan bahwa kegiatan ini menghadirkan unsur Pemda dan Ormas Islam di
Sultra sebagai langkah menyatukan persepsi dalam penentuan syariat zakat khususnya di
tingkat Prov. Sulawesi Tenggara. H. Muhammad Basri menerangkan bahwa jika disadari
potensi zakat di Indonesia begitu besar. Karenanya, hal tersebut membawa Kanwil
Kemenag Sultra mulai menggalangkan program zakat, infaq dan sedekah bagi ASN
dilingkup Kanwil Kemenag Sultra, dengan harapan membangun kesadaran tentang
pentingnya berbagi guna membangun kesejahteraan sesama umat manusia.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana cara menunaikan zakat
2. Mengapa zakat itu wajib di tunaikan
3. Siapa saja yang termasuk dalam wajib zakat
C. Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah:.
1. Untuk mengetahui bagaimana cara menunaikan zakat
2. Untuk mngetahui mengapa zakat itu wajib
3. Untuk mngetahui siapa saja yang termasuk dalam wajib zakat

Adapun manfaat dari penulisan ini adalah:


1. Agar pembaca mengetahui cara menunaikan zakat
2. Bagi pihak akademisi penelitian ini bermanfaat untuk menambah ilmu zakat.
3. Bagi peneliti penelitian ini sebagai infromasi tambahan atau referensi tentang
ilmu zakat.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori
1. Zakat
Secara bahasa, zakat artinya keberkahan, pertumbuhan dan perkembangan,
kesucian, dan keberesan. Sedangkan arti zakat menurut istilah adalah zakat merupakan
bagian dari harta dengan persyaratan tertentu, yang telah Allah SWT wajibkan kepada
pemiliknya untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya, dengan persyaratan
tertentu pula. (Nawawi, 2013). Zakat bermakna mensucikan. Hal ini tercermin dalam
firman Allah SWT berikut: Artinya: “Sesungguhnya, beruntunglah orang yang
mensucikan jiwa itu.” (Q.S.Asy-Syams:9).
Menurut Salim (2016) dijelaskan bahwa menurut bahasa, zakat artinya
bertambah dan berkembang. Sedangkan menurut istilah zakat adalah suatu bentuk ibadah
kepada Allah Ta'ala dengan cara mengeluarkan kadar harta tertentu yang wajib
dikeluarkan menurut syariat islam dan diberikan kepada golongan atau pihak tertentu.
Artinya bersih dan berkembang karena zakat membersihkan muzzaki dari dosa dan
mengembangkan pahalanya di samping zakat juga memperbanyak harta dan membuatnya
menjadi diberkahi. Sedangkan dalam Undang Undang Zakat No. 23 Tahun 2011, zakat
diartikan sebagai harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha
untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam.

Dari definisi yang telah dikemukakan di atas, walaupun rumusan dan definisinya
berbeda tetapi esensinya sama yaitu mengeluarkan sejumlah harta yang kemudian akan
diberikan kepada mereka yang berhak menerimanya (mustahiq). Zakat adalah harta
tertentu yang dikeluarkan apabila telah mencapai syarat yang diatur sesuai aturan agama,
dikeluarkan kepada 8 asnaf penerima zakat. Menurut Bahasa kata “zakat” berarti tumbuh,
berkembang, subur atau bertambah. Zakat berasal dari bentuk kata "zaka" yang berarti
suci, baik, berkah, tumbuh, dan berkembang. Dinamakan zakat, karena di dalamnya
terkandung harapan untuk beroleh berkah, membersihkan jiwa dan memupuknya dengan
berbagai kebaikan (Fikih Sunnah, Sayyid Sabiq: 5). Makna tumbuh dalam arti zakat
menunjukkan bahwa mengeluarkan zakat sebagai sebab adanya pertumbuhan dan
perkembangan harta, pelaksanaan zakat itu mengakibatkan pahala menjadi banyak.
Sedangkan makna suci menunjukkan bahwa zakat adalah mensucikan jiwa dari
kejelekan, kebatilan dan pensuci dari dosa-dosa.
2. Hukum Zakat
Zakat merupakan salah satu rukun Islam. Wajib hukumnya bagi setiap Muslim
untuk menunaikan zakat, baik laki-laki maupun perempuan, anak-anak maupun orang
dewasa.
Dasar hukum zakat tercantum ayat Al-Quran berikut ini: “Ambillah zakat dari
sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka
dan mendoalah untuk mereka. esungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa
bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.(Q.S.At-Taubah:103).
Zakat adalah ibadah ,dan dalam beribadah hendaknya selalu berpatokan kepada
dalil (tauqifiyyah). Dan tentang zakat profesi,tidak ada dalil baik dari Al-Qur’an, maupun
Sunnah Rasulullah SAW, dan Ijma’ atau Qiyas yang Shohih. Dan tidak satu pun dari
kalangan para Ulama salaf yang menyatakan disyari’atkannya. Kesimpulannya,
mewajibkan sesuatu kepada harta manusia apa-apa yang tidak diwajibkan oleh Allah
,adalah perkara yang diharamkan,dan termasuk memakan harta manusia dengan cara
yang batil Allah Ta’ala berfirman: “Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta
sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu
membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian
daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu
Mengetahui” (QS. Al Baqarah: 188).”

3. Jenis zakat
1.  Zakat Fitrah

Salah satu jenis zakat yang wajib ditunaikan umat muslim adalah zakat fitrah. Seperti
yang telah disebutkan di atas, zakat fitrah adalah jenis zakat yang wajib dibayarkan umat
muslim ketika bulan Ramadan atau hari raya Idulfitri datang. Selanjutnya, zakat fitrah
dapat dibayar dengan 3,5-liter makanan pokok dari daerah yang bersangkutan.  Di
Indonesia biasanya orang akan memberikan beras. Ada juga yang memberikan biji-bijian,
gandum, hingga kurma kering untuk diberikan sebagai zakat fitrah. Fungsi zakat fitrah
bertujuan mensucikan orang yang berpuasa dari ucapan kotor dan perbuatan dosa. Hal ini
dilakukan dengan cara memberikan makan kepada fakir miskin dengan cara membantu
mencukupi kebutuhan fakir miskin.

2. Zakat Maal

Selain zakat fitrah, ternyata ada macam-macam zakat lainnya yakni zakat
maal (harta). Zakat maal adalah zakat penghasilan, selanjutnya, ada beberapa jenis
zakat penghasilan yaitu zakat hasil pertambangan, hasil pertanian, hasil laut, hasil
ternak, perak, dan ternak. Masing-masing jenis zakat memiliki ketentuan dan
perhitungannya sendiri. Pengelolaaan zakat bahkan sudah diatur dalam undang-
undang, lho. Pengelolaan zakat diatur dalam Undang-undang (UU) pengelolaan zakat
nomor 38 tahun 1998 “Zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim
atau badan yang dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk
diberikan kepada yang berhak menerimanya.”

3. Emas dan Perak


Ketentuan zakat yang pertama adalah ketentuan zakat emas dan perak. Anda
diwajibkan membayar zakat yang cukup nisabnya dan telah dimiliki selama setahun.
Perhitungannya adalah sebesar 2,5% dari nilai emas tersebut. Sebagai contoh jika Anda
memiliki emas sebesar 100 gr, maka zakat yang wajib dibayarkan adalah harga 2,5
persen dari emas. Sebagai contoh 1 gr emas berharga Rp 50.000, maka besaran zakat
yang harus dibayarkan yaitu adalah 100gr x Rp 50.000 x 2.5 persen = Rp 125.000.
4. Hikmah dan Manfaat Zakat
Hikmah dan manfaat di balik perintah zakat menurut El-Madani (2013)
diantaranya adalah:
1) Zakat dapat membiasakan orang yang menunaikannya memiliki sifat dermawan,
sekaligus menghilangkan sifat pelit dan kikir.
2) Zakat dapat menguatkan benih persaudaraan, serta menambah rasa cinta dan kasih
sayang sesama muslim.
3) Zakat merupakan salah satu upaya dalam mengatasi kemiskinan.
4) Zakat dapat mengurangi angka pengagguran dan penyebabpenyebabnya, karena hasil
zakat dapat digunakan untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru.

Manfaat zakat adalah dapat mengurangi beragam permasalahan yang muncul di


masyarakat yang disebabkan karena kecemburuan sosial antara penduduk kaya dan
kurang mampu. Dalam hal ini, hikmah zakat adalah mendidik orang kaya agar mereka
memiliki kepedulian dan tanggungjawab sosial terhadap orang-orang dhuafa. Manfaat
zakat dapat dirasakan oleh kaum dhuafa dalam waktu lebih lama bila dana zakat
digunakan untuk kegiatan produktif, bukan kegiatan komsumtif. Penggalangan dana
zakat, infak dan sedekah hendaknya digunakan oleh umat muslim untuk membuka
lapangan pekerja bagi fakir miskin sehingga mereka mampu hidup mandiri dalam jangka
Panjang. Anak-anak yatim yang bekerja pada Lembaga binaan Amil zakat pun dapat
mempelajari dunia kerja sehingga kelak mereka bisa diharapkan mampu menjadi
wirausahawan muda yang mandiri secara finansial. Hikmah zakat dalam dimensi
ruhaniah adalah mengajarkan kepada setiap muzakki atau selalu bersyukur dalam hidup.
Betapa banyak nikmat pemberian Allah yang kita rasakan setiap hari. Dana zakat yang
kita bayarkan tidak seberapa jumlah disbanding dengan besarnya nikmat yang telah kita
dapatkan. Pola hidup syukur akan menggiring perilaku manusia untuk selalu termotivasi
dalam hidup. Amal sedekah mampu menjadi terapi kejiwaan bagi kesembuhan berbagai
penyakit fisik dan mental yangh hinggap pada dari manusia (Siswoyo, 2013).

5. Konsep Pengelolaan Zakat


Zakat Pada dasarnya, konsep dasar pengelolaan zakat berangkat dari firman
Allah dalam al-Qur’an surat al-Taubah ayat 103, firman-Nya: “Ambillah zakat dari
sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka
dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa
bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui “(QS. Al-Taubah: 103).
Ayat ini mengandung kata khudz (berbentuk fi’il amar) yang menunjukkan perintah
bahwa mengumpulkan zakat dari para muzakki oleh amil zakat itu hukumnya wajib. Hal
ini didasarkan oleh kaidah ushul fiqih, bahwa fiil amar menunjukkan suatu perintah wajib
(alashlu fi al-amr lilwujub). Maka, mengumpulkan zakat dari orang yang mengeluarkan
zakat hukum wajib. (Hasan, 2011).
Manajemen zakat meliputi kegiatan perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengawasan (controlling) terhadap
pengumpulan dan pendistribusian serta pendayagunaan zakat. (Fakhruddin, 2008).

5. Pengorganisasian
Pengorganisasian (organizing) merupakan fungsi manajemen yang
menggabungkan sumber daya manusia dan bahan melalui struktur formal dari tugas dan
kewenangan. Pengelolaan dan kepengurusan zakat dikembangkan secara sistematis dan
efisien dengan beberapa prinsip pengorganisasian yang dijadikan sebagai landasan,
diantaranya sebagai berikut:
a) Pelaksanaan merupakan pegawai multimeter dengan tenaga profesional untuk
menangani pengelola zakat dengan memperhatikan kualifikasinya yang harus
dimiliki oleh amil zakat.
b) Perlunya kebijaksanaan zakat yang menjadi dasar bagi perencanaan,
pengumpulan dan pendayagunaan zakat, sumber zakat dan objek
pendayagunaannya untuk suatu waktu tertentu.
c) Pelaksanaan dari kebijaksanaan dituangkan dalam program pendayagunaan
zakat, supaya lebih efektif dan produktif bagi pembangunan masyarakat
sejahtera.
d) Penelitian dan pengembangan potensi zakat, infak dan sedekah, permasalahan
pengumpulan dan pendayagunaannya.
e) Penyuluhan kepada masyarakat dalam menunaikan zakat dengan teratur dan terus
menerus, baik melalui pengajuan maupun kegiatan.

B. Penelitian Terdahulu
Penelitian ini dilakukan oleh Icha (2000), dengan judul Mengangka Nilai
“Zakat” dengan Hati-hati. Studi ini bertujuan ini untuk memberi-kan wacana atas
pemaknaan zakat perusahaan menurut pandangan Etnis Arab.Pendekatan yang penulis
lakukan adalah pendekatan fenomenologi denganmelakukan wawancara kepada para
pengusaha Etnis Arab yang telah memilikiperusahaan dengan berbadan hukum. Hasil
penelitian ini menunjukan bahwaterdapat perbedaan pandangan di kalangan pengusaha
Etnis Arab yang satu de-ngan yang lainnya karena adanya perbedaan penerapan budaya
Arab itu sendiri. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan usaha yang dilakukan oleh
pengusaha-pengusaha Etnis Arab itu sendiri. Penelitian ini juga menghasilkan konsep
distri-busi “zakat dengan hati”, yaitu zakat penuh keihklasan dan bebas riya ’.
Pada jurnal Muhammad Iqbal, 2019 dengan judul hukum Zakat dalam
perspektif hukum nasional, penelitian ini bertujuan untuk kesejahteraan umat.
Pengelolaan zakat tersebut belum maksimal karena masih terjadi hambatan seperti masih
kurang kepercayaan masyarakat untuk menyalurkan zakatnya kepada Badza, juga
terbatas kemampuan sumber Daya Manusia Bazda. Hasil penelitian menunjukkan
pengaturan hukum tentang zakat dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku
telah diatur bahwa pengelolaan zakat dilaksanakan oleh lembaga zakat, baik di
pemerintahan pusat maupun di pemerintahan daerah, tetapi dalam peraturan tersebut
belum terperinci diatur tata cara pengelolaan zakat, sehingga pengelolaan zakat belum
dapat produktif dan kontributif bagi masyarakat.
Pada jurnal Raodahtul Jannah, 2020 dengan judul Implementasi Zakat profesi
Dalam Perspektif Hukum Islam, Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
implementasi zakat profesi dalam perspektif hukum islam. Penelitian ini merupakan
penelitian kepustakaan (library research) yang pengkajiannya dilakukan secara
eksploratif dengan cara mengumpulkan bahan pustaka yang relevan dengan topik
penelitian ini. Hasil dari penelitian ini memberikan gambaran bahwa Zakat Profesi itu
wajib hukumnya sama seperti hukum jenis-jenis zakat lainnya seperti zakat pertanian,
emas, dan perak, serta perdagangan.
Pada jurnal Siti Nurhasanah, 2018 dengan judul Akuntabilitas laporan keungan
Lembaga amil zakat dalam memaksimalkan potensi zakat, Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui sistem pengelolaan zakat dan akuntabilitas Laporan Keuangan actor amil
zakat agar dapat memaksialkan potensi zakat yang bisa dikumpulkan. Akuntabilitas
laporan keuangan merupakan perwujudan tanggung jawab kepada masyarakat, negara,
dan Allah Swt. Karena itu Lembaga amil zakat harus melaporkan hasil pengelolaan zakat
dan penyalurannya kepada muzakki agar mendapatkan kepercayaan dari masyarakat
sehingga potensi zakat yang dikumpulkan jauh lebih besar karena kepercayaan
masyarakat terhadap actor amil zakat. Agar kesadaran dan kepercayaan masyarakat
dalam ber zakat ini menjadi semakin tumbuh subur maka dapat diwujudkan melalui
kinerja Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang akuntabel, transparan dan actoronal. Untuk itu
actor amil zakat harus memiliki Laporan keuangan yang merupakan cerminan dari
pengelolaan keuangan yang baik.
Penelitian ini dilakukan oleh Bartiar (2016), dengan judul Model Pengukuran
Kinerja Lembaga Zakat di Indonesia. Melihat tugas lembaga zakat yang begitu kompleks,
tentu menunjukkan bahwa kinerja lembaga zakat perlu mendapat perhatian khusus untuk
dievaluasi dalam hal pengelolaan dana zakat. Karena zakat memiliki peran strategis untuk
membantu pemerintah dalam program pengentasan kemiskinan dan program
pembangunan. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan model pengukuran kinerja
lembaga zakat. Model-model yang diuraikan dalam penelitian ini terdiri dari Indeks
Zakat Nasional (IZN), Indeks Desa Zakat (IDZ), Pusat Studi Bisnis dan Ekonomi Islam
(CIBEST), Balance Scorecard, Indonesia Magnificence of Zakat (IMZ) dan International
Standard of Zakat Management (ISZM). Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Library Research, dan dari hasil penelitian ini terlihat bahwa setiap model
pengukuran memiliki karakteristik masing-masing dengan metode pengukuran yang
berbeda satu sama lain.
Penelitian ini dilakukan oleh Atabik (2001) dengan judul Peranan Zakat dalam
Pemetasan Kemiskinan. Artikel ini menjelaskan tentang peran zakat dalam pengentasan
kemiskinan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui zakat sebagai kewajiban bagi
umat Islam, melalui zakat, Al-Qur'an menjadikan kewajiban bagi umat Islam untuk saling
tolong-menolong antar sesama. Penelitian ini menghasilkan Pendidikan dalam kewajiban
zakat bisa dipetik dari rasa ingin tahu untuk memberi, berinfak dan merelakan Sebagian
hartanya sebagai bukti kasih sayang terhadap sesama manusia. Di sosial lapangan, zakat,
kelompok fakir dapat berperan dalam hidupnya, ditindak lanjuti kewajiban kepada Allah,
atas bantuan zakat dan shadaqah yang diberikan oleh orang yang mampu. Begitu pula
dengan zakat, orang yang tidak mampu merasa menjadi bagiannya anggota masyarakat,
bukan orang yang disia-siakan dan diremehkan. Dalam ekonomi di lapangan, zakat dapat
berperan dalam mencegah menumpuknya kekayaan pada segelintir orang tangan saja,
dan mewajibkan orang kaya untuk mendistribusikan kembali kekayaannya kepada
kelompok rejeki dan kemiskinan keluarga. Jadi, zakat juga berfungsi sebagai sumber
dana yang potensial untuk pengurangan kemiskinan.
Penelitian ini dilakukan oleh Bahri (2020), dengan judul Analisis Efektivitas
Penyaluran Zakat pada Badan Amil Zakat Nasional. Tujuan dari penelitian ini antara lain:
mengukur efektivitas penyaluran ZIS dan DSKL BAZNAS. Penelitian ini menggunakan
metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif menggunakan pendekatan deskriptif.
Sedangkan metode kuantitatif menggunakan model pengukuran Zakat Core Principle
(ZCP). Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan BAZNAS
periode 2001 sampai dengan 2018. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa total
pengumpulan ZIS dan DSKL adalah 18 tahun, Rp932.648.351.752,19. Sedangkan
besaran penyaluran ZIS dan DSKL selama 18 tahun adalah sebesar
Rp836.512.139.145,00. Berdasarkan ZCP efektivitas penyaluran selama 18 tahun
beroperasi adalah 90% (sembilan puluh persen). Hal ini menunjukkan bahwa efektivitas
penyaluran ZIS dan DSKL BAZNAS selama 18 tahun berada pada kategori Sangat
Efektif dimana Alocation to Collection Ratio (ACR) mencapai 90 persen.
Penelitian ini dilakukan oleh Bahri (2020) dengan jududl Analisis Evektifitas
Penyaluran Zakat pada Rumah Zakat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur
efektivitas penyaluran zakat dan infak/amal di Rumah Zakat. Penelitian ini menggunakan
studi literatur dan metode kuantitatif dengan model pengukuran rasio Allocation to
Collection Ratio (ACR) berdasarkan Zakat Core Principle (ZCP). Objek yang digunakan
dalam penelitian ini adalah laporan keuangan Rumah Zakat periode 2010 sampai 2019.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyalurannya meliputi 8 asnaf, yaitu: fakir,
miskin, Amil, Muallaf, Riqob, Ghorimin, Ibnu Sabil, dan Fii Sabilillah, dalam empat
kelompok pemberdayaan yaitu: Senyum Sehat, Senyum Juara, Senyum Mandiri, dan
Senyum Berkelanjutan dengan pendekatan Integrated Community Development (ICD)
yang selaras dengan Millenium Development Goals (MDGs). Berdasarkan ZCP
efektivitas penyaluran selama 5 tahun beroperasi adalah 87% atau termasuk dalam
kategori Efektif, dimana Alocation to Collection Ratio (ACR) mencapai 70-89%.
Artinya, zakat dan infak/sedekah tersalurkan kepada mustahik secara efektif.
Penelitian ini dilakukan oleh Sitti (2018) dengan judul Maksimalisasi Potensi
Zakatc Melauli Peningkatan Kesadaran Masyarakat. Tujuan artikel ini adalah: untuk
mengkaji potensi zakat untuk mengatasi kemiskinan. Metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Zakat adalah harta yang wajib
dikeluarkan oleh seorang muslim untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya
sesuai dengan hukum Islam. Hasil analisis menunjukkan bahwa zakat dapat mengurangi
jumlah keluarga miskin dari 84% menjadi 74%. Hal ini menunjukkan potensi zakat yang
luar biasa yang dapat mensejahterakan umat. Oleh karena itu masyarakat perlu
disadarkan akan pentingnya menunaikan kewajiban zakat. Kesadaran ini dapat melalui
sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat terkait hukum, hikmah zakat, harta kekayaan
objek zakat serta tata cara penghitungannya, dan hubungan zakat dengan pajak.
Penelitian ini dilakukan oleh Sitti Nurhasnah (2018), dengan judul Akuntabilitas
Laporan Keuangan Lembaga Amil Zakat Dalam Memaksimalkan Potensi Zakat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem pengelolaan zakat dan akuntabilitas
Laporan Keuangan lembaga amil zakat agar dapat memaksialkan potensi zakat yang bisa
dikumpulkan. Zakat merupakan rukun Islam yang ketiga yang wajib ditunaikan oleh
semua muslim di dunia ketika sudah mencapai ketentuannya. Akuntabilitas laporan
keuangan merupakan perwujudan tanggung jawab kepada masyarakat, negara, dan Allah
Swt. Karena itu Lembaga amil zakat harus melaporkan hasil pengelolaan zakat dan
penyalurannya kepada muzakki agar mendapatkan kepercayaan dari masyarakat sehingga
potensi zakat yang dikumpulkan jauh lebih besar karena kepercayaan masyarakat
terhadap lembaga amil zakat. Agar kesadaran dan kepercayaan masyarakat dalam ber
zakat ini menjadi semakin tumbuh subur maka dapat diwujudkan melalui kinerja
Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang akuntabel, transparan dan profesional. Untuk itu
lembaga amil zakat harus memiliki Laporan keuangan yang merupakan cerminan dari
pengelolaan keuangan yang baik.
Penelitan ini dilakukan oleh Yoghi (2015), Peran Zakat Dalam Penanggulangan
Kemiskinan . Penelitian in ibertujuan untuk mengetahui sejauh mana peran zakat
produktif dalam memberdayakan masyarakat kurang mampu yang diidentifikasi sebagai
mustahik dalam berwirausaha. Zakat yang diperuntukkan bagi mustahik dapat digunakan
sebagai modal usaha dimana usaha yang dikembangkan oleh mustahik pada umumnya
masih berskala kecil, yang tidak terakses oleh lembaga keuangan bank. Proses
pendampingan mencakup perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian serta
evaluasi program, menjadi salah satu program badan amil zakat dalam mengelola zakat
produktif, sehingga diharapkan akan menciptakan sirkulasi ekonomi, meningkatan
produktivitas usaha masyarakat, meningkatkan pendapatan/hasil-hasil secara ekonomi,
dan berkelanjutan (sustainable)
Metodelogi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kualitatif untuk melihat pengaruh dari zakat produktif terhadap pemberdayaan
masyarakat miskin melalui indeks kemiskinan. Penelitian ini terdiri dari data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil survey atau hasil penyebaran kuesioner,
dan melakukan wawancara mendalam dengan Pengelola program Zakat produktif di
Baznas dan Mustahik sebagai peserta program pemberdayaan masyarakat melalui zakat
produktif. Sedangkan data sekunder diperoleh dari Laporan Program BAZNAS di
internet, beberapa literarur, artikel-artikel baik majalah, jurnal, surat kabar maupun
internet. Hasil dari penelitian menunjukkan secara keseluruhan mustahik menilai program
zakat produktif oleh Baznas sudah berjalan dengan sangat baik.
Penelitian ini dilakukan oleh (20), Analisis Peran Zakat dalam Mengurangi
Kemiskinan : Studi Kasus Dompet Dhuafa Republika.Tulisan ini merupakan hasil
penelitian yang bertujuan untuk menganalisa secara empirik apakah zakat memiliki
dampak terhadap upaya pengurangan tingkat kemiskinan, dengan mengambil studi kasus
Lembaga Amil Zakat Nasional (Laznas) Dompet Dhuafa Republika. Sejumlah 50
responden telah dipilih secara acak, diberi kuisioner, dan diwawancara. Penelitian ini
menggunakan sejumlah alat analisa, yaitu : headcount ratio, untuk mengetahui berapa
jumlah dan persentase keluarga miskin; rasio kesenjangan kemiskinan dan rasio
kesenjangan pendapatan, yang digunakan untuk mengetahui tingkat kedalaman
kemiskinan; dan indeks Sen serta indeks Foster, Greer dan Thorbecke (FGT), yang
digunakan untuk mengukur tingkat keparahan kemiskinan. Hasil analisa menunjukkan
bahwa zakat mampu mengurangi jumlah dan persentase keluarga miskin, serta
mengurangi kedalaman dan keparahan kemiskinan.
Penelitian ini dilakukan oleh Ali (2014), Zakat Dalam Perspektif Ekonomi Islam.
bertujuan untuk mendeskriptifkan zakat dalam perpektif ekonomi Islam dengan
menggunakan metode kualitatif, dengan melalui studi pustaka. Bahwa zakat
dalamperpektif ekonomi Islam mempunyai potensi yang signifikan, Maka zakat
perlumendapatkan perhatian yang lebih dari pemerintah sebagaimana urgensi zakat
dalamkesejahteraan masyarakat. Akhirnya zakat dapat menjadi solusi alternatif
untukkesejahteraan masyarakat dan menjadi sumber devisa Negara. Sehingga zakat
bukan hanya memiliki nilai keagamaan saja, akan tetapi zakat juga memiliki nilai
ekonomi yang signifikan.
Penelitian dilakukan oleh Suherman (2015), Model Pendayagunaan Zakat
Produktif Oleh Lembaga Zakat Dalam Meningkatkan Pendapatan Mustahiq. Tujuan
penelitian adalah untuk mengetahui optimalisasi pendayagunaan zakat produktif oleh
lembaga zakat dalam meningkatkan pendapatan Mustahiq di Surabaya. Metodologi
penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, dengan strategi studi
kasus.Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara tiga belas mustahiq penerima
bantuan Model Pendayagunaan Zakat Produktif dana zakat produktif dan dua staf
pengelola lembaga zakat terkait. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis
deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa pendayagunaan dana zakat
produktif oleh lembaga zakat dalam hal ini PKPU disalurkan melalui tujuh program
unggulan.
Penelitian ini dilakukan oleh Nurhasana (2018), Akuntabilitas Laporan Keuangan
Lembaga Amil Zakat Dalam Memaksimalkan Potensi Zakat. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui sistem pengelolaan zakat dan akuntabilitas Laporan Keuangan
lembaga amil zakat agar dapat memaksialkan potensi zakat yang bisa dikumpulkan.
Zakat merupakan rukun Islam yang ketiga yang wajib ditunaikan olehsemua muslim di
dunia ketika sudah mencapai ketentuannya. Akuntabilitas laporankeuangan merupakan
perwujudan tanggung jawab kepada masyarakat, negara, dan AllahSwt. Karena itu
Lembaga amil zakat harus melaporkan hasil pengelolaan zakat dan penyalurannya kepada
muzakki agar mendapatkan kepercayaan dari masyarakat sehingga potensi zakat yang
dikumpulkan jauh lebih besar karena kepercayaan masyarakat terhadap lembaga amil
zakat. Agar kesadaran dan kepercayaan masyarakat dalam ber zakat ini menjadi semakin
tumbuh subur maka dapat diwujudkan melalui kinerja Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang
akuntabel, transparan dan profesional. Untuk itu lembaga amil zakat harus memiliki
Laporan keuangan yang merupakan cerminan dari pengelolaan keuangan yang baik.
Penelitian dilakukan oleh Sntal (2019), Pengelolaan Zakat Dalam Pemberdayaan
Masyarakat Di Kota Cirebon Tujuan penelitian ini antara lain: 1. Menganalisis dan
meninjau praktek pengelolaan zakat pada LAZ di kota Cirebon. 2. Menganalisis dan
mengetahui program pemberdayaan masyarakat melalui zakat pada LAZ di kota Cirebon.
3. Menganalisis dan menemukan hasil pemberdayaan masyarakat melalui zakat pada
LAZ di kota Cirebon. Sedangkan metode penelitian dalam penyusunan tesis ini adalah
metode kualitatif dengan pengumpulan data berupa survey, observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, dapat disimpulkan bahwa
pengelolaan zakat dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat di kota Cirebon.
III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat


Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Juni 2022. Penelitian ini bertempat di
pengadilan agama Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara.
B. Teknik Penarikan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah nonprobability sampling dengan
jenis purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan bahwa
responden adalah orang yang diperkirakan sebagai wajib zakat. Menurut Santoso 2010,
jumlah sampel yang dianjurkan pada analisis faktor adalah antara 50-100. Penulis
mengambil sampel sebanyak 100 orang, hal ini didasari pada keterbatasan waktu,
sumberdaya, dan biaya yang dihadapi oleh penulis.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulkan data dalam proposal ini yaitu dengan cara observasi,
wawancara, dan dokumentasi.
1. Observasi
Metode observasi yaitu metode pengumpulan data dengan melakukan pengamatan
langsung terhadap obyek yang akan diteliti sehingga didapatkan gambaran yang jelas
mengenai obyek yang akan digunakan untuk praktek.
2. Wawancara
Metode wawancara yaitu metode pengambilan data dengan wawancara secara luas
dan mendalam pada reponden, dengan menggunakan daftar pertanyaan (quisioner) yang
telah disiapkan.
3. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah informasi yang berasal dari catatan penting baik dari
lembaga maupun dari perorangan. Dokumentasi penelitian ini merupakan pengambilan
gambar oleh peneliti untuk memperkuat hasil penelitian.
D. Analisis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Pengumpulan data dilakukan melalui pemberian kuesioner dan wawancara
dengan sebagian masyarakat di Kota Kendarir. Poin-poin pertanyaan sudah tercantum
dalam lembaran kuesioner. Data sekunder yang digunakan diperoleh dari berbagai
sumber, seperti buku, internet, dan dari hasil studi lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Kholmi, Masiyah. 2012. Akuntabilitas dan Pembentukan Perilaku Amanah dalam
Masyarakat Islam, Jurnal Studi Masyarakat Islam. Volume 15 Nomor 1: 63- 72.
Kementerian Agama Republik Indonesia. 2012. "Panduan Organisasi Pengeloladz,
Direktorat Jendlral Bimbingan Masyarakat Islam dan Direktorat
Pemberbayaan Zakat, Jakarta.
Kusmiati, Mia. 2015. Membangun Kesehatan Organisasi Institusi Pendidikan Dokter:
sebuah Transformasi menuju Akuntabilitas Sosial, MIMBAR, Vol.
31, No. 1, Juni, pp. 123-134.

Laela, Sugiyarti Fatma. ʹͲͲͲ. DzAnalisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja


Organisasi Pengelola Zakatdz,) slamic Finance and Business
Review, Bogor.
Lestari P, Pratiwi U, Ulfah P. 2015. Identifikasi Faktor Organisasional dalam
Pengembangan DzE-Governanacedz pada Organisasi Pengelola
Zakat, MIMBAR, Vol. 31, No 1, Juni, pp. 221-228.
Lubis D, Anggraini L, dan dan Rulian N.A. 2014. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Muzaki dalam Memilih Organisasi Pengelola Zakat, IQTISHODA
Jurnal Ekonomi Islam Republika, Republika Kamis, 24 April 2014.
Majalah Zakat BAZNAS. ʹͲ Ͳ ͵. DzZakat menumbuhkan Bisnisdz edisi Maret-April.
Majalah Zakat BAZNAS. ʹͲ Ͳ . Zakat dan Gaya Hidupdz edisi
Agustus-September.
Majalah Zakat BAZNAS. ʹͲ Ͳ . Kebangkitan Zakat Kurangi Kesenjangan Sosialdz edisi
Juni Nikmatun iayah, N., & Marliyati, M. 2015. Akuntabilitas
Laporan Keuangan Lembaga Amil Zakat di Kota Semarang,
MIMBAR, Jurnal Sosial dan Pembangunan, 31(2), 485-494.
Nasution,
Jaya Baru Nurhayati, Sri. 2009. Akuntansi Syariah di Indonesia, Jakarta: Salemba Empat.
Nurhasanah, Siti. 2004. Penerapan prinsip-Prinsip akutansi pada
pembiayaan mudharabah: studi kasus bank muamalat Indonesia.

Asnaini. 2008. Zakat Produktif Dalam Perspektif Hukum Islam. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

Budiono. 1992. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Yogyakarta: BPFE. Departemen Agama


RI. Undang-Undang Republik Indonesia No.23 Tahun 2011 Tentang
Pengelolaan Zakat.

Beik, Irfan Syauqi. 2009. Analisis Peran Zakat Dalam Mengentasi Kemiskinan. Zakat &
Empowering, Jurnal Pemikiran dan Gagasan

Beik, Irfan Syauqi. 2010. Peran zakat dalam mengentaskan kemiskinan dan
Kesenjangan. Jurnal Ekonomi Islam Republika. FEM IPB

Beik, I.S. dan Hakiem, H. 2008. Zakat dan Masjid Sebagai Pengaman Sosial.

Eko, S. (2002). Pemberdayaan Masyarakat Desa, Materi Diklat Pemberdayaan


Masyarakat Desa, yang diselenggarakan Badan Diklat Provinsi Kalti
Samarinda, Desember

Huda, Nurul & Sawarjuwono, Tjiptohadi. 2013. Akuntabilitas Pengelolaan Zakat melalui
Pendekatan Modifikasi Action Research, Jurnal Akuntansi
Multiparadigma (JAMAL)
Islamic Research and Training Institute. 2014. Islamic Social Finance Report 2014.
Jeddah: IRTI-IDB.

Ridlo, Ali, Analisis Efisiensi Keuangan Badan Amil Zakat Nasional, Yogyakarta: Tesis –
Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga 2014

Ahmad Atabik, 2016 Peranan zakat dalam pengentasan kemiskinan, Ziswak:


Jurnal Zakat dan wakaf.

Efri Syamsul, 2020 Analisis Efektivitas penyaluran Zakat pada Badan Amil zakat
Nasional Vol 1, No 2.

Yoghi Citra Pratama, 2015 Peran zakat dalam penanggulangan kemiskinan,


Tauhidinomics: Journal of Islamic Banking And Economics.

Fakhruddin, Fiqh & Manajemen Zakat di Indonesia, Malang: UIN Malang Press, cet. I,
2008.

Siti Nurhasanah, 2018 Akuntabilitas laporan keungan amil zakat dalam memaksimalkan
potensi zakat.

Agus Marimin, 2015 Zakat Profesi , Jurnal ilmiah Ekonomi islam 1 (01).

Ismail, Zakat Produktif: Sistem Alternatif dalam Pengentasan Kemiskinan, Jakarta: Tesis
– Pascasarjana UIN Syarif Hidaatullah, 2005.

Karim, Adiwarman A., Ekonomi Islam: Suatu Kajian Kontemporer, Jakarta: Gema
Insani, Cet. Ke Tujuh, Maret 2007.

Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam, Ekonomi Islam, Jakarta:


Rajagrafindo Persada, 2008.
KUESIONER
ZAKAT
Nama Pengambil Data :
Lokasi Penelitian :
Tanggal Wawancara :
I. Identitas Responden
1. Nama : ……………………………………………………
2. Jenis kelamin : Laki-Laki/Perempuan
3. Umur : Tahun
4. Pendidikan terakhir :……………………………………………………
5. Status : Menikah/BelumMenikah/Duda/Janda
6. Tanggungan : orang
7. Alamat : ……………………………………………………
8. Bidang Pekerjaan : ……………………………………………………
9. Lama bekerja : ……………………………………………………
9. Pekerjaan Sampingan : ……………………………………………………

II. PertanyaanUmum

1. Jenis-jenis zakat apa saja yang dibayarkan oleh masyarakat di kantor BAZNAS ini?
2. Bagaimana prosedur dalam membayar zakat?
3. Bagaimana proses penerimaan zakat?
4. Bagaimana sistem distribusi dalam melakukan zakat?
5. Bagaimana pelaporan dari badan BAZNAS ke pemerintah mengenai zakat?
6. Pihak siapa saja yang membayar zakat maal?
7. Pihak siapa saja yang layak menerima zakat maal?
8. Apakah ada standar kriteria untuk masyarakat wajiba zakat?
9. Standar kriteria masyarakat yang wajib menerima zakat?
10. Standar kriteria masyarakat yang wajib menerima zakat?
11. Apakah ada waktu tertentu dalam membayar zakat maal? Jika ada, waktunya kapan
saja?
12. Apakah jumlah dana zakat berubah-ubah setiap tahunnya?
13. Bagaimana cara memberikan informasi zakat pada masyarakat?
14. Apakah ada kendala dalam melakukan proses penerimaan dan pemberian zakat pada
masyarakat?
HUTANG PIUTANG DALAM BISNIS

I. PENDHULUAN
A. Latar Belakang

Ekonomi syariah atau juga dikenal dengan nama ekonomi Islam adalah upaya
secara sistematis dalam menyelesaikan persoalan-persoalan ekonomi dan perilaku
individu dan kelompok secara relasional dalam perspektif Islam.Dengan demikian,
ekonomi Islam adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari permasalahanpermasalahan
ekonomi dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki berdasarkan nilai-nilai
Islam dalam rangka mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat(Irwan,2020).
Maka,tidak ayalnya dengan ekonomi lainnya bahwa ekonomi syariah merupakan ilmu
yang dapat diterapkan dalam sendi-sendi kehidupan manusia dalam pemenuhan
kelangsungan hidupnya. (Yusuf, DKK, 2019).

Islam mengatur hubungan yang kuat antara akhlak, akidah, ibadah, dan muamalah.
Aspek muamalah merupakan aturan main bagi manusia dalam menjalankan kehidupan
sosial, sekaligus merupakan dasar untuk membangun sistem perekonomian yang sesuai
dengan nilai-nilai Islam. Ajaran muamalah akan menahan manusia dari menghalalkan
segala cara untuk mencari rezeki. Muamalah mengajarkan manusia memperoleh rezeki
dengan cara yang halal dan baik(Ilham Aji, 2014).
Dengan semakin luas dan beragamnya pola bisnis berbasis ekonomi syariah, maka
aspek perlindungan dan kepastian hukum dalam penerapan asas perjanjian dalam akad
atau kontrak di setiap Lembaga dan transaksi ekonomi Syariah menjadi sangat urgen
diupayakan implementasinya. Karena pada tataran pelaksanaan transaksi bisnis ekonomi
Syariah tidak menutup kemungkinan terjadinya penyimpangan-penyimpangan dari
kesepakatan yang telah dibuat oleh kedua belah pihak. Sehingga dalam koridor
masyarakat yang sadar hukum, tidak dapat dihindari munculnya perilaku saling tuntut
menuntut satu sama lain, yang mengakibatkan kuantitas dan kompleksitas perkara-
perkara bisnis syariah akan sangat tinggi dan beragam Insani (2001).
Kehadiran undang-undang nomor 3 tahun 2006 tentang peradilan agama pada
saat itu belum bisa menjawab sepenuhnya perihal penyelesaian sengketaekonomi
syariah, karena masih banyak penyelesaian sengketa diselesaikan melalui pengadilan
negeri, terlebih lagi ketika muncul Undang-undang Nomor 21 tahun 2008 tentang
perbangkan syariah terutama pada Pasal 55, dimana terdapat pasal yang bertentangan
antara satu dengan yang lainnya di dalam pasal tersebut, dan bertentangan pula dengan
Ketentuan Undang-undang no. 3 tahun (2006).
Bisnis perikanan memiliki prospek yang sangat baik dan dapat menjadi unggulan
dalam aktivitas bisnis di Indonesia. Potensi sumberdaya perikanan Indonesia sebagai
negara kepulauan masih cukup besar. Selain itu juga hasil perikanan merupakan sumber
pangan yang menjadi kebutuhan dasar kelangsungan hidup manusia. Pada tahun
2010 Indonesia menjadi produsen perikanan terbesar ketiga di dunia dengan produksi
mencapai 10,5 ton setelah China (55,5 ton ) dan India (14,5 ton).1 Dalam
perkembangannya tahun 2014 Indonesia menjadi produsen perikanan ke dua terbesar di
dunia setelah China, namun masih berada pada peringkat ke 12 dari seluruh negara-
negara pengekspor hasil perikanan. Produksi hasil kelautan dan perikanan Indonesia 13
juta ton per tahun, sedangkan China sudah mencapai 50 juta per tahun.2 Pada tahun 2017
diperkirakan mengalami kenaikan yang cukup signifikan mencapai 6, 3 juta ton
mengingat dalam setengah tahun sudah mencapai 3,35juta ton(Ahmad,2017
Hutang adalah sesuatu yang dipinjam. Pemberi hutang kepada individu ataupun
badan usaha disebut kreditur, sementara individu maupun badan usaha yang meminjam
disebut debitur. Dalam islam hutang dikenal dengan qardh yang secara etimologi berasal
dari kata alqath’u yang berarti memotong. Qardh juga di definisikan sebagai harta yang
diberikan pemberi pinjaman kepada penerima dengan syarat penerima pinjaman harus
mengembalikan besarnya nilai pinjaman pada saat mampu mengembalikannya. Menurut
kamus istilah keuangan dan perbankan syariah bank indonesia, qardh atau pinjaman
adalah suatu akad pinjam meminjam dengan ketentuan pihak yang menerima
pinjaman wajib mengembalikan dana sebesar yang diterima(Zuhaili, 2011).
Hutang merupakan kewajiban kepada pihak pengusaha yang harus dibayar pada
suatu saat tertentu dalam bentuk uang atau jasa (Simagunso, 1993: 131) tidak dapat di
pungkiri bahwa pada umumnya pelanggan akan merasa lebih tertarik untuk membeli
sebuah produk yang ditawarkan secara kredit oleh sebuah 94 Jurnal el-Hekam, Vol. II,
No. 1, Januari-Juni 2017 perusahaan (penjual) dan ini merupakan salah satu trik untuk
meningkatkan omset penjualan yang akan tampak dalam laporan laba ruginya.
Menurut Abu Al-Kasim kata dayn berarti memberi utang atau berhutang. dan
kata qardh memiliki arti apa yang dibayarkan kepada orang lain dari harta dengan syarat
mengembalikannya sebagai gantinya (Abu Al-kasim, 233). Adapun menurut al-Mu‟jam
al-Wasid kata dayn adalah utang yang bertempo sedangkan qardh utang yang tidak
bertempo (Al-mu‟jam al-wasid, 2004). Qardh kamu memberikan harta kepada orang lain
dengan mengharapkan pengembalian darinya. Qardhul Hasan berarti memberikan
pinjaman tanpa keuntungan atau bunga, ini bisa digunakan untuk yang abstrak baik yang
menyangkut kebaikan atau keburukan (Al-Mu‟jam Al-Wasid, 2004). Jadi baik kata dayn
maupun kata qardh adalah kata yang bermakna utang yang memiliki tempo dan tidak
bertempo.

Hutang-piutang atau pinjam meminjam uang ini sebuah akad yang bertujuan
untuk tolong menolong, sehingga syarat tambahan atau bunga yang ditetapkan baik
secara pribadi atau pun kesepakatan kedua belah pihak itu tidak diperbolehkan, karena
hal ini pada dasarnya tidak sesuai dengan prinsip-prinsip hukum Islam. Etika hutang
piutang dalam Islam memiliki kedudukan sangat penting dalam rangka menjaga
situasi social ekonomi masyarakat. Karena tidak sedikit pertikaian ataupun pembunuhan
berlatar belakang urusan hutang piutang. Beberapa masyarakat juga menunjukkan
perilaku hutang piutang yang tak sesuai dengan ajaran islam.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses Hutang Piutang Dalam bisnis yang terjadi di masyarakat ?
2. Apa saja syarat syarat dalam kegiatan hutang piutang dalam bisnis?
3. Bagaimana etika dalam proses hutang piutang dalam sebuah bisnis?
4. Bagaimana mengetahui ekonomi syariah?
5. Apa saja pengertian hutang-piutang dalam bisnis?
6. Bagaimana bisnis perikanan dilakukan?

C. Tujuan dan Manfaat


Tujuan dilakukannya penilitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana proses hutang piutang dalam bisnis yang terjadi di
masyarakat
2. Untuk mengetahui apa saja syarat syarat dalam proses hutang piutang itu terjadi
3. Untuk mengetahui bgaimana etika yang harus kita terapkan dalam utang piutang
dalam masyarakat
4. Untuk mengetahui bagaimana pentingnya landasan hukum hutang piutang

Adapun kegunaannya sebagai berikut

1. Sebagai media belajar dan tambahan wawasan bagi penulis.


2. Memberikan informasi bagi pembaca.
3. Dapat memahami atau menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Pengertian Hutang Piutang

Istilah Arab yang sering digunakan untuk hutang piutang adalah aldain (jamak
dari al-dayun) dan al-qordh. Dalam pengertian istilah qardh didefinisikan oleh Hanafiah
sebagai berikut: Qardh adalah harta yang diberikan kepada orang lain dari mal mitsli
untuk kemudian dibayar atau dikembalikan. Atau dengan ungkapan yang lain, qardh
adalah suatu perjanjian yang khususnya untuk menyerahkan harta (mal- mitsli) kepada
orang lain untuk kemudian dikembalikan persis seperti yang diterima.
Hutang adalah istilah bagi pengerima pinjaman yang merujuk pada sebagian harta
yang diperoleh dengan cara meminjam dari pihak lain dan wajib untuk dikembalikan.
Sedangkan dari sisi pemberi pinjaman dapat menyebutnya dengan istilah piutang yaitu
sebagian harta yang sengaja dipinjamkan ke pihak lain dengan ketentuan
pengembalian setelah berakhir masa pinjaman (Zuhaili, 2011).

Hutang-piutang salah satu bentuk transaksi yang bisa dilakukan pada seluruh
tingkat masyarakat, baik masyarakat tradisional maupun modern, oleh sebab itu transaksi
itu sudah ada dan dikenal oleh manusia sejak manusia ada dibumi ini ketika mereka
mulai berhubungan dengan satu sama lain. Setiap perbuatan yang mengacu pada
perniagaan tentunya melalui proses awal yaitu akad, sebelum terjadinya perikatan
antara pihak satu dengan yang lain. Utang piutang dalam Islam disebut dengan qardh,
qardhmerupakan upaya memberikan pinjaman kepada orang lain dengan syarat pihak
peminjam mengembalikan gantinya (Al-Faifi, 2014).
Menurut kamus istilah Keuangan dan Perbankan Syariah Bank Indonesia, qardh
atau pinjaman adalah suatu akad pinjam meminjam dengan ketentuan pihak yang
menerima pinjaman wajib mengembalikan dana sebesar yang diterima (Cahyadi, 2014).

2. Landasan Hukum Hutang Piutang

Hutang Piutang merupakan perkara yang terdapat landasan hukumnya dalam Islam
baik dalam Al- Qur’an, Hadits, dan Ijma’. Apabila dikaji rinci maka epada manusia bagi
si pemberi pinjaman merupakan perbuatan sunnah, sedangkan bagi peminta atau
penerima pinjaman merupakan perbuatan mubah atau diperbolehkan(Zuhaili, 2011).
Landasan hukum pinjaman atau hutang piutang merupakan bagian dari ibadah
yang mendekatkan diri kepada Allah karena di dalamnya terdapat kasih sayang
memudahkan urusan dan menghilangkan duka mereka (Al-Faifi,
2014).Kegiatan memberi pinjaman hutang merupakan bentuk kasih sayang dan sebagian
ulama terkadang menilai memberikan pinjaman hutang lebih bernilai dibandingkan
sedekah biasa karena pinjaman merupakan bentuk bantuan yang sedang benar-benar
dibutuhkan oleh orang tersebut.Sedangkan sedekah atau hibah terkadang belum menjadi
kebutuhan yang mendesak bagi orang tersebut.
Adapun yang menjadi dasar hukum hutang piutang yang bersandarkan kepada ketentuan
Al-Quran dan hadits Nabi Muhammad SAW.
a. Pada saat transaksi Islam menganjurkan agar aqad hutang piutang ditulis dengan
menyebut nama keduanya, tanggal dan saksi sebagaimana diisyaratkan dalam QS.
Al-Baqarah 282, Hukumnya mubah bagi yang berutang dan sunah bagi yang
mengutangi, karena sifatnya menolong sesama. Hukum ini bisa menjadi wajib
manakala orang yang berhutang benar-benar sangat membutuhkan contohnya
berhutang untuk pengobatan.
b. Al-Sunnah hadits riwayat Ibnu Mas’ud “Dari Ibnu Mas’ud, sesungguhnya Nabi
Muhammad SAW. bersabda, tidaklah seorang muslim memberi pinjaman kepada
orang muslim yang lain dua kali, melainkan pinjaman itu seperti sedekah sekali”.
Berdasarkan penjelasan diatas bahwasannya barangsiapa yang memerikan pinjaman
dua kali kepada orang yang sama, sama halnya mendapatkan pahala sedekah satu
kali, karena membantu meringankan beban orang lain salah satu dari tolong
menolong.
c. Menurut Imam Abu Hanafiah dan Muhammad Qard menjadi tetap setelah
pemegangan atau penyerahan. Dengan demikian, jika seseorang menukarkan satu
kilo gram gandum misalnya, ia harus menjaga gandum tersebut dan harus
memberikan benda sejenis kepada maqrid jika meminta zatnya. Jika muqrid tidak
memintanya, muqtarid teteap menjaga benda sejenisnya walaupun qarad (barang
yang ditukarkan) masih ada. Akan tetapi, menurut Abu Yusuf muqtarid tidak
memiliki qarad selama qarad masih ada.

3. Rukun atau Syarat Hutang Piutang

a) Rukun Hutang Piutang


Syarkhul Islam Abi Zakaria al-Ansari sebagaimana dikutip oleh Muhammad
Syafe‟i Antonio dalam bukunya yang berjudul Bank Syari’ah dari Teori ke Praktek
memberi penjelasan bahwa rukun hutang piutang itu sama dengan jual beli , yaitu:
a. Pemberi pinjaman (pemilik piutang) merupakan orang yang baligh dan dianggap
mampu memahami akibat perjanjian tersebut.
b. Penerima pinjaman (pemilik hutang) merupakan orang yang baligh dan dianggap
mampu memahami konsekuensi akad hutang piutang.
c. Ijab qobul yaitu ungkapan serah terima ataupun ungkapan perjanjian hutang piutang
tersebut.
d. Barang / harta yang dipinjamkan merupakan harta yang halal dan jelas
Para ulama mengatur tegas syarat hutang piutang yang tidak boleh dilanggar yaitu
apabila terdapat keuntungan atau kelebihan yang tidak wajar akibat perjanjian hutang
piutang tersebut atau lebih dikenal dengan istilah riba. (Alam, dkk, 2020).
Ulama Hanafiyah berpendapat bahwa rukun hutang piutang („ariyah) hanyalah
ijab dari yang meminjamkan barang, sedangkan qabul bukan merupakan rukun „ariyah.
Menurut ulama Syafi‟iyah, dalam ‘ariyah disyaratkan adanya lafazh sighat akad yakni
ucapan ijab dan qabul dari peminjam dan yang meminjamkan barang pada waktu
transaksi sebab memanfaatkan milik barang bergantung pada adanya izin(Ibid, 200).
b. Syarat Hutang Piutang

Dr. H. Nasrun Haroen MA dalam bukunya Fiqh Muamalah menyebutkan bahwa


syarat dalam akad „ariyah adalah sebagai berikut:
a. Mu‟ir berakal sehat Orang gila dan anak kecil yang tidak berakal tidak dapat
meminjamkan barang. Orang yang tidak berakal tidak dapat dipercayai memegang
amanah, sedangkan „ariyah ini pada dasarnya amanah yang harus dipelihara oleh orang
yang memanfaatkannya(Nasrun,2007).
1) ‘ariyah batal jika dilakukan oleh anak kecil
2) ‘ariyah batal jika dilakukan oleh orang yang sedang tidur atau orang gila
3) ‘ariyah tidak sah jika dilakukan oleh orang yang berada di bawah
perlindungan (curatelle), seperti pemboros.
b. Pemegangan barang oleh peminjam ‘Ariyah adalah transaksi dalam berbuat kebaikan,
yang dianggap sah memegang barang adalah peminjam, seperti halnya dalam hibah.
Adapum syarat barang yang akan dipinjamkan adalah:
1) Barang tersebut halal atau milik sendiri
2) Barang yang dipinjamkan memiliki manfaat
4) Barang yang akan dipinjamkan bukanlah barang rusak
c. Barang (musta‟ar) dapat dimanfaatkan tanpa merusak zatnya, jika musta‟ar tidak dapat
dimanfaatkan maka akad menjadi tidak sah
1) ‘ariyah tidak sah apabila materinya tidak dapat digunakan, seperti meminjam
karung yang sudah hancur sehingga tidak dapat digunakan untuk menyimpan padi
2) ‘ariyah batal apabila pengambilan manfaat materinya dibatalkan oleh syara’,seperti
meminjam benda-benda najis.
d. Manfaat barang yang dipinjamkan itu termasuk manfaat yang mubah
(dibolehkan syara‟).

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian ini dilakukan oleh Rauna Runtulalo dengan judul Pengaruh Pertukaran
Kas dan Piutang Terhadap Liukuiditas pada Perusahaan Finance Institution yang
Tetdaftar di Bursa Efek Indonesia (Periode 2013 – 2017). Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui apakah perputaran kas dan perputaran piutang baik secara parsial
maupun simultan berpengaruh signifikan terhadap likuiditas. Dalam penelitian ini teknik
analisa data menggunakan program SPSS versi 22. Analisis data menggunakan regresi
linear berganda. Hasil penelitian menunjukan secara parsial perputaran kas tidak
berpengaruh signifikan terhadap likuiditas. Sebaliknya perputaran piutang berpengaruh
signifikan terhadap likuiditas pada perusahaan financial institution, sedangkan
perputaran kas dan perputaran piutang berpengaruh signifikan terhadap likuiditas.
Perputaran kas dan perputaran piutang berpengaruh terhadap likuiditas sebesar 15.2%
sedangkan sisanya 84.8 % dipengaruhi oleh variable lain yang tidak diteliti.
Perusahaan sebaiknya memperhatikan perputaran kas dan perputaran piutang di
dalam menjalankan kegiatan operasioanl perusahaan untuk menghasilkan keuntungan
uang lebih besar.
Penelitian yang dilakukan oleh Adi Cahyadi (2014) dengan judul penelitian
“Mengelola Hutang Dalam Perspektif Islam”. Hutang adalah muamalah yang dibolehkan
dalam islam. Hutang dapat membawa seseorang ke surga karena niatnya untuk tolong
menolong sesama manusia (hablun minannaas) namun hutang juga dapat membawa
seseorang terjerumus kedalam api neraka manakala tidak dikelola dengan baik.
Penelitian yang dilakukan oleh Saputra, dkk., (2014), dengan judl penelitian
“Sistem Informasi Pencatatan Hutang Piutang Pada Usaha Kecil Menengah (Studi
Kasus: Burjo Sahabat)”. Pengelolaan keuangan pada burjo Sahabat masih menggunakan
sistem manual. Bahkan pada pencatatan hutang pelanggannya menggunakan kertas
bekas dan rentan hilang. Tujuan pada penelitian ini adalah membuat sistem informasi
pencatatan hutang piutang pada burjo Sahabat dengan sistem informasi ini dapat
membantu pencatatan keuntungan dan pencatatan piutang secara valid dan benar.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan studi
pustaka. Metode pengembangan sistem yang digunakan dalam penelitian ini adalah
waterfall (Air Terjun). Hasil dari penelitian ini adalah sistem informasi pengelolaan
keuangan yang fokus kepada pencatatan keuntungan dan pencatatan hutang pelanggan.
Penelitian ini dilakukan oleh Destya Hardyka Putri dengan judul Analisis
Pengaruh Modal dan Piutang Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan. Tujuan
penulisan jurnal ini adalah untuk mengetahui adanya modal kerja, piutang yang
difokuskan pada hasil kinerja keuangan yang di hasilkan berdasarkan rasio
keungan sebagai alat perhitungan dalam perputaran kas, perputaran piutang usaha, dan
perputaran persediaan yang menentukan seberapa besar mempengaruhi hasil kinerja
keuangan untuk memperoleh profitabilitas perusahaan sehingga perusahaan memiliki
keuangan untuk memperoleh asset perusahaan dengan perputaran asset (ROA). Metode
penelitian jurnal ini dilakukan dengan metode kuantitatif dengan menggunakan
penelitian deskriptif. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah
meggunakan penelitian study kepustakaan dan hasil penelitian yang relavan. Hasil
penelitian terdahulu menunjukkan bahwa modal dan piutang berpengaruh signifikan
pada kinerja keuangan dari bagaimana sebuah perusahaan dapat mengelola modal
dan piutang sebagai sumber pendapatan perusahaan didalam menjalankan kegiatan
perusahaan, dan dilakukan laporan keuangan menggunakan alat perhitungan rasio
keuangan sebagai bentuk perbaikan dan apabila output dalam laporan keuangan dapat
memenuhi kewajiban perusahaan membayarkan passiva dari aktiva perusahaan yang
menentukan besar dan kecilnya profitabilitas perusahaan sehingga dapat menjadi
pengambilan keputusan yang transparan atas kelayakan kinerja keuangan dalam sebuah
perusahaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Bandem, dkk., (2020) dengan judul “Akibat
Hukum Perbuatan Wanprestasi dalam Perjanjian Hutang-Piutang”. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah akibat hukumnya jika melakukan
wanprestasi dan bagaiamankah pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara
wanprestasi (Study Kasus Perkara Perdata No.638/Pdt.G/2017/PN Dps). Metode
penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif yang bersifat deskriptif
Penelitan ini dilakukan oleh Qahfi Romula Siregar dengan judul Pengaruh
Perputaran Persediaan dan Perputaran Piutang Terhadap Likuiditas pada Perusahaan
Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (Periode 2010-2013). Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variable perputaran persediaan
dan perputaran piutang terhadap likuiditas baik secara parsial maupun simultan pada
perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia priode 2010-2013. Analisis
data menggunkan analisis regresi berganda menggunakan SPSS 17,0. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa variable perputaran persediaan secara parsial tidak berpengaruh
signifikan terhadap likuiditas, perputaran piutang secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap likuiditas, dan perputaran persediaan dan perputaran piutang secara simultan
berpengaruh secara signifikan terhadap Likuiditas.
Penelitan ini dilakukan oleh Glencha Desgrio Christosa Binilang denan judul
Pengaruh Laba Bersih, Perubahan Piutang Usaha, dan Perubahan Persediaan
Terhadap Arus Kas Opersai di Masa Depan pada Perusahaan yang Terdapat dalam
Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015. Penelitian ini bertujuan
untuk menguji pengaruh laba bersih, perubahan piutang usaha, perubahan utang usaha
dan perubahan persediaan terhadap arus kas operasi di masa depan pada perusahaan
yang terdaftar dalam indeks LQ45 tahun 2011-2015. Analisis data yang dilakukan
menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
laba bersih (X1) berpengaruh signifikan terhadap arus kas operasi di masa depan,
sedangkan perubahan piutang usaha (X2), perubahan utang usaha (X3) dan
perubahan persediaan (X4) tidak berpengaruh signifikan terhadap arus kas operasi di
masa depan. Berdasarkan uji yang dilakukan menunjukkan bahwa laba bersih,
perubahan piutang usaha, perubahan utang usaha dan perubahan persediaan secara
Bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap arus kas operasi di masa depan.
Penelitian yang dilakukan oleh Hayani (2016), dengan judul “Hutang-Piutang
Uang Dengan Pembayaran Tambahan Menggunakan Padi Dalam Perspektif Hukum
Islam Di Dusun Gunung Agung Desa Pringgarata Kecamatan Pringgarata Kabupaten
Lombok Tengah”. Hutang piutang sebagai seatu bentuk perwujudan aspek tolong
menolong sesama manusia, telah tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat dengan
berbagai bentuk dan ragam pelaksanaanya, walaupun dalam aturan Islam telah
dijelaskan dengan sejelas-jelasnya, bahwa di dalam ajaran agama Islam hutangpiutang
tidak diperkenankan adanya unsur tambahan dalam mengembalikan barangnya pada saat
waktunya tiba, tetapi hal semacam itu masih banyak dijumpai di dalam masyarakat
adanya praktek hutang-piutang dengan pembayaran tambahan yang melebihi
pinjamannya.
Penelitian yang dilakukan oleh Setiawan (2016), dengan judul penelitian
“Aplikasi Pengelolaan Barang Dan Hutang Piutang Pada PT. Maju Anugerah Jaya
Utama Banjarmasin oleh. PT. Maju Anugerah Jaya Utama”. memerlukan adanya
aplikasi sistem inventori gudang berbasis baru yaitu menggunakan Visual Basic 6.0.
Aplikasi dapat digunakan petugas gudang dalam menginventarisasi produk yang ada di
gudang, meliputi pencatatan, pengolahan, penyimpanan, dan pelaporan data barang
gudang. Dengan berbasis Visual Basic 6.0. bahwa dengan adanya aplikasi sistem
informasi inventaris barang dapat membantu mempermudah pengolahan data inventaris
berbasis komputer yang sistematis dan terarah,sehingga mampu membantu kinerja
perusahaan menjadi lebih cepat, efektif dan efisien. Di samping itu dengan adanya
sistem inventaris barang dapat merubah sistem inventaris yang lama menjadi aplikasi
system inventari baru. Dengan demikian maka pengolahan dan penyimpanan data
barang yang ada menjadi lebih mudah dan akurat.
Penelitian yang dilakukan oleh Ansori (2016), dengan judul “Digitalisasi
Ekonomi Syariah”. Teknologi informasi yang sudah merambah keindividu (personal)
dapat mendukung era digitalisasi informasi dan komunikasi pada ekonomi konvensional
maupun ekonomi syariah, teknologi tersebut sekarang sudah dalam genggaman tangan
pengguna gadget seperti aplikasi mobile yang dapat diunduh dan dipasang dengan fitur
mudah dimengerti oleh user. Demikian pula di dunia perbankan, dalam melakukan
kegiatannya perbankan syariah bekerja sama dengan bidang teknologi informasi untuk
membangun sistem informasi perbankan syariah dengan membuat aplikasi khusus (app)
yang dapat mempermudah semua prosesproses transaksi yang ada diperbankan.
Terbentuknya masyarakat digital akibat dari tersebut dipacu oleh perkembangan dan
penerapan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat intensif di semua bidang
baik ekonomi, pemasaran, keuangan, jasa, pendidikan dan sebagainya. Maka, digitalisasi
terbentuk untuk memudahkan pengguna dalam melakukan transaksi, sehingga
perekonomian meningkat.
Penelitan ini dilakukan oleh Dena Nursya’adah dengan judul Analisis
Kemampuan Prediktif Laba Kotor, Laba Operasi, Laba Bersih, Arus Kas Operasi,
Perubahan Hutang, Perubahan Piutang, Perubahan Persediaan dan Perubahan Beban
Depresiasi Terhadap Arus Kas Operasi Masa Depan. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis kemampuan prediktif laba, arus kas operasi tahun berjalan dan komponen
akrual terhadap arus kas operasi masa depan. Jenis penelitian yang digunakan adalah
metode penelitian kuantitatif. Laba kotor mampu memprediksi arus kas operasi
masa depan, karena perubahan penjualan dan harga pokok dapat menyebabkan
perubahan nilai arus kas masa depan. Laba operasi mampu memprediksi arus kas
operasimasa depan, karena nilai yang ada pada laa operasi yaitu beban operasional
bersifat akrual dan dapat menyebabkan perubahan nilai arus kas masa depan. Laba
bersih mampu memprediksi arus kas operasi masa depan, karena laba bersih bersifat
akrual yang didalamnya terdapat pendapatan lain-lain maupun beban seperti beban pajak
dan beban bunga yang dapat menyebabkan perubahan nilai arus kas masa depan. Arus
kas operasi tahun berjalan mampu memprediksi arus kas operasi masa depan, karena
arus kas tahun berjalan dapat dijadikan sebagai indikator yang menunjukan kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan kas sehingga arus kas tahun berjalan dapat
menyebabkan perubahan nilai arus kas masa depan. Perubahan piutang mampu
memprediksi arus kas operasi masa depan, karena penerimaan pembayaran piutang dari
pelanggan di masa depan dapat menyebabkan perubahan nilai arus kas masa depan.
Perubahan hutang mampu mamp u memprediksi perubahan arus kas masa depan, karena
apabila terjadi pelunasan hutang usaha dapat menyebabkan perubaha bilai arus kas
masa depan.
Penelitian ini dilakukan oleh Imanuella Fensida Costa dengan judul Analisis
Kerugian Piutang Tak Tertadingi pada PT. Metta Karuna Jaya Makassar. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui perlakuan atas kerugian piutang tak tertagih pada PT. Metta
Karuna Jaya Makassar. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Hasil
penelitian menunjukkan perusahaan menggunakan metode penghapusan langsung
dalam hal penentuan beban kerugian piutangnya.Metode penghapusan langsung
mencatat piutang yang benar-benar tidak tertagih sebagai beban kerugian piutang.
Penggunaan metode penyisihan akan memberikan nilai realisasi bersih pada neraca dan
besarnya beban kerugian piutang akan berdasarkan pada estimasi yang dilakukan.
Penggunaan metode penyisihan sesuai untuk tujuan pembukuan perusahaan dan
harus berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi berlaku umum karena sesuai dengan
prinsip penandingan dan prinsip konservatisme. Sebaiknya manajemen perusahaan
menggunakan metode penyisihan dalam penentuan beban kerugian piutangnya.
Penelitian ini dilakukan oleh Manik Cahyarini dengan judul Analisis Umue
Piutang untuk Meminimalisisr Piutang Tak Tertagih pada PT. BismaKarang
Pilang Surabaya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan
menganalisis umur piutang usaha pada PT. Bisma Karang Pilang Surabaya. Penelitian
dilakukan pada perusahaan dagang, yaitu PT Bisma Karang Pilang Surabaya yang
terletak di daerah Surabya di JL. Mastrip No. 34, Waragunung Karang Pilang Surabaya.
Metode pemecahan masalah yang digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah dengan
menggunakan metode analisis kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian pada perusahaan
bahwa pada PT. Bisma Karang Pilang Surabaya belum melaksanakan pengendalian
piutang secara baik. Hal ini dapat diketahui pada peningkatan saldo piutang perusahaan.
Pada pola produksi yang dilakukan perusahaan tidak efektif. Perusahaan memproduksi
konstan pada semua produk tanpa melakukan peramalan terlebih dahulu . perusahaan
dalam kebijakan kreditt perusahaan tidak melakukan analisis terhadap umur piutang
masing-masing debitur sehingga perusahaan tidak dapat mengetahui piutang yang sudah
jatuh tempo dan piutang mana yang menunggak. Dan agar masalah dapat segera
terselesaikan, perusahaan hendaknya melakukan perhitungan pada umur piutang masing-
masing debitur, sehingga perusahaan dapat melukukan penagihan secara aktif terhadap
masing-masing debitur tersebut.
Penelitian ini dilakukan oleh Angista Puspita Dewi dengan judul
Kebijakan Hutang Strukturaset, Profita. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh struktur aset, profitabilitas dan peluang pertumbuhan terhadap
kebijakan hutang. Dengan menggunakan analisis regresi data panel, penelitian ini
menemukan bahwa kebijakan hutang dipengaruhi secara positif oleh struktur aset, tetapi
dipengaruhi secara negatif oleh profitabilitas. Namun, peluang pertumbuhan tidak
menunjukkan pengaruh yang signifikan. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan
bagi perusahaan perlu mempertimbangkan peningkatan profitabilitas dalam memenuhi
dana perusahaan, sehingga kebutuhan dana eksternal tidak tinggi. Selain itu, manajer
perusahaan perlu mempertahankan tingkat hutang untuk menjaga reputasi dan
kepercayaan pihak eksternal terhadap perusahaan serta mencegah
Penelitian ini dilakukan oleh Annisa Rafika Faradilla dengan judul Pengaruh
Pengendalian Intern Terhadap Piutang Tak Tertagih, Pengendalian Intern yang Baik.
Tujuan penulisan artikel ini yaitu untuk mengantisipasi kemungkinan piutang tak
tertagih. Jurnal ini mendeskripsikan bagaimana pelaksanaan pengendalian intern piutang
usaha untuk meminimalkan piutang tak tertagih pada suatu perusahaan. Metode yang
digunakan dalam penyusunan artikel ini adalah studi literatur dengan mencari referensi
yang relevan dengan permasalahan. Berdasarkan hasil penelitian studi literature
menunjukkan bahwa pengendalian intern terhadap piutang usaha yang baik dapat
meminimalisir piutang tak tertagih.
Penelitian ini dilakukan oleh Trisnawati dengan judul Faktor-faktor yang
Memepengaruhi Kebijakan Hutang pada Perusahaan Non-Keuangan yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia, pengendalian intern yang baik. Tujuan penelitian ini yaitu untuk
mengantisipasi kemungkinan piutang tak tertagih. Jurnal ini mendeskripsikan bagaimana
pelaksanaan pengendalian intern piutang usaha untuk meminimalkan piutang tak tertagih
pada suatu perusahaan. Metode yang digunakan dalam penyusunan artikel ini adalah
studi literatur dengan mencari referensi yang relevan dengan permasalahan.
Berdasarkan hasil penelitian studi literature menunjukkan bahwa pengendalian intern
terhadap piutang usaha yang baik dapat meminimalisir piutang tak tertagih.
Efendi Geri, (2019) dalam penelitian ini berjudul Pengaruh Piutang Usaha Dan
Hutang Usaha Terhadap Arus Kas Operasi Pada Pt Dunia Express Tahun 2016-2017.
Piutang Usaha adalah sejumlah tagihan yang akan diterima oleh perusahaan (umumnya
dalam bentuk kas) dari pihak lain, baik sebagai akibat penyerahan barang dan jasa secara
kredit. Sedangkan Utang Usaha adalah kewajiban perusahaan untuk membayar sejumlah
uang / jasa / barang di masa mendatang kepada pihak lain akibat transaksi yang
dilakukan di masa lalu. Sedangkan Arus Kas Operasi adalah suatu laporan tentang
aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan dalam suatu periode tertentu,
beserta penjelasan-penjelasan sumber penerimaan dan pengeluaran kas tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Piutang Usaha dan Utang Usaha terhadap
Arus Kas Operasi pada PT Dunia Express tahun 2016-2017. Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.
Muharir, (2019) dalam penelitian ini berjudul Pengaruh Piutang Dagang Dan
Metode Pencatatan Hutang Piutang Terhadap Ketersediaan Modal Penjualan Dalam
Perspektif Ekonomi Islam (Studi Kasus Toko Bahan Pokok Di Desa Nusa makmur
Kecamatan Air Kumbang. Penelitian ini menganalisis piutang dagang, dan metode
pencatatannya dalam perspektif Islam.
Rahmiati, (2020) dalam penelitian ini berjudul Analisis Praktik Utang Piutang
Jual Beli Kopi Dalam Perspektif Ekonomi Islam (Studi Pada Desa Rikit Musara
Kecamatan Permata Kabupaten Bener Meriah). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
bagaimana praktik utang piutang dan apakah praktik yang dilakukan sudah sesuai
dengan prinsip dasar ekonomi Islam. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa Sebagian
besar masyarakat belum mengetahui konsep utang piutang sesuai dengan prinsip dasar
ekonomi Islam.
Penelitian yang dilakukan oleh Musadad (2019), dengan judul “Konsep Hutang-
Piutang dalam Al-Qur’an (Studi Perbandingan Tafsir Al-Maraghi Karya Ahmad Mustafa
Al-Maraghi Dan Tafsir Al-Misbah Karya Muhammad Quraish Shihab)”. Fokus tulisan
ini adalah tentang masalah hutang piutang pada surat alBaqarah ayat 282. Metode yang
digunakan adalah metode tafsir maudlu‟i (tematik) dengan analisa studi komparatif
(muqarran) kitab tafsir al-Maraghi karya Mustafa AlMaraghi dan tafsir Al-Mishbah
karya ulama Indonesia yaitu Prof. Dr. M Quraisy Shihab. Hasil dari penelitian ini bahwa
keduanya memiliki pandangan yang sama dalam hal kewajiban pencatatan atau
penulisan dan persaksian yang adil pada transaksi Hutan Piutang. Namun, pada hal yang
berkaitan dengan pihak yang melakukan pecatatan dan persaksian, al-Maraghi dan
Quraisy Shihab berbeda pendapat. Menurut Quraisy yang menulis atau mencatat adalah
orang yang diberi hutang dan Al-Maraghi berpendapat harus ada pihak ketiga yang
menjadi juru tulis. Mereka juga berbeda pendapat pada transaksi jual beli, Quraisy
shihab berpendapat diperbolehkan dengan tidak dilakukan pencatatan atau penulisan
namun dianjurkan dengan adanya persaksian, sedangkan menurut pendapat al-Maraghi
pada transaksi tersebut wajib adanya persaksian.
Penelitian ini dilakukan oleh Desi Syamsiah,(2020), Dengan judul penelitian
peneyelesaianya perjanjian hutang piutang bertujuan untuk mengkaji terkait
peneyelesaianya perjanjian hutang piutang dalam masa pendemic covid 19 dengan
kondisi forjer majeur. Setiap perjanjian haruslah tunduk pada asas itikad baik (bonafide /
good faith) dalam pelaksanaannya karena sifatnya yang mengikat seperti sebuah
undangundang. Pengecualian dari ketentuan tersebut ditemukan dalam ketentuan yang
mengatur tentang keadaan memaksa (force majeure) yaitu dalam Pasal 1244 dan Pasal
1245 KUHPerdata. Kendati demikian, kewajiban di bawah perjanjian bisa jadi tidak
dapat dilaksanakan karena munculnya keadaan memaksa atau overmacht. Metode
penelitian yang digunakan adalah normatif yuridis. hasil yang didapat dalam penelitian
ini bahwa Force majeure atau yang sering diterjemahkan sebagai keadaan memaksa
merupakan keadaan dimana seorang debitur terhalang untuk melaksanakan prestasinya
karena keadaan atau peristiwa yang tidak terduga pada saat dibuatnya kontrak. Keadaan
atau peristiwa tersebut tidak dapat dipertanggung jawabkan kepada debitur, sehinnga si
debitur tersebut tidak dalam keadaan beritikad buruk.
Penelitian ini di lakukan oleh Azhar Alam,(2020) Dengan judul penelitian
Penyuluhan utang piutang dalam islam bertujuan untuk menambah pengetahuan warga
terkait etika hutang piutang dalam Islam dan menambah kesadaran masyarakat untuk
menjunjung etika hutang piutang sesuai dengan ajaran Islam. Ceramah dan dialog secara
interaktif dipilih sebagai metode pengabdian dalam kegiatan penyuluhan ini. Hasil
penyuluhan menunjukkan bertambahnya kesadaran warga sekitar dalam menerapkan
prinsip etika hutang-piutang dalam Islam
III. METODE PRAKTEK

A. Waktu dan tempat

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan juni 2022. Lokasi penelitian di
Kementerian Agama RI Provinsi Sulawesi Tenggara.

B. Teknik Penarikan Sampel

Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam pratikum praktek lapang ini
adalah teknik sampel acak (Probability Sampling). Sampel acak adalah cara atau teknik
pengambilan sampel dimana teknik tersebut menggunakan kaidah peluang dalam
penentuan elemen sampelnya. Teknik ini memberikan kesempatan yang sama untuk
setiap elemen populasi untuk menjadi sampel.

C. Metode Penggumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan bagian yang sangat urgen dari penelitian
itu sendiri.Prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah wawancara dan kuesioner.
1. Wawancara
Wawancara merupakan cara yang dipakai untuk memperoleh informasi melalui
kegiatan interaksi sosial antara peneliti dengan yang diteliti Slamet, (2011).
Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data dan informasi yang
dilakukan secara lisan. Proses wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu
mengajukan pertnyaan-pertanyaan, meminta penjelasan dan jawaban responden
secara lisan untuk memperkuat hasil kemampuan komunikasi. Wawancara
digungakan untuk melengkapi pembahasan hasil penelitian, Ana, (2015).
2. Dokumentasi

Dokumentasi adalah proses pengumpulan, pemilihan, pengolahan, dan


penyimpanan informasi di bidang pengetahuan; pemberian atau pengumpulan bukti
dari keterangan seperti gambar, kutipan, guntingan koran, dan bahan referensi lain
3. Observasi

Observasi adalah aktivitas yang dilakukan makhluk cerdas, terhadap suatu proses
atau objek dengan maksud merasakan dan kemudian memahami pengetahuan dari
sebuah fenomena berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah diketahui
sebelumnya, untuk mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan untuk
melanjutkan suatu penelitian.

D. Konsep Operasional

Dalam penelitian yang akan dilakukan konsep operasional pada analisis hutang
piutang dalam bisnis sebagai berikut:
a. Responden adalah penelitian yang merupakan pelaku manajemen
b. Umur pelaku usaha adalah usia pelaku manajemen sejak lahir sampai saat
penelitian dilaksanakan dinyatakan dalam satuan tahun
c. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang pernah di tamatkan
d. Pengalaman usaha adalah lamanya responden dalam melakukan kegiatan
e. Biaya adalah semua pengeluaran dalam melakukan kegiatan usaha
f. Biaya tetap adalah nilai penyusutan dan peralatan yang digunakan dalam kegiatan
g. Biaya tidak tetap adalah biaya yang habis dipakai dalam sekali pemakaian
dihitung disetiap satu kali pemakaian
h. Hutang piutang adalah aqad memberikan benda yang ada harganya atau uang,
dengan ketentuan orang yang berhutang akan mengembalikan dengan harga yang
sama.
i. Bisnis adalah semua aspek kegiatan untuk menyalurkan barang-barang melalui
saluran yang produktif dari membeli bahan mentah (bahan baku) sampai dengan
menjual barang jadi (siap pakai).
j. PPS (Pelabuhan Perikanan Samudra) merupakan pelabuhan perikanan yang di
dalamnya terdapat aktvitas pemasaran perikanan.
k. Tata letak (layout) merupakan pemilihan secara optimum penempatan mesin-mesin,
peralatan-peralatan pabrik, tempat kerja, tempat penyimpanan dan fasilitas servis,
bersama-sama dengan penentuan bentuk pabriknya guna menunjang proses produksi.

E. Analisis Data

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan pendekatan literature


review hutang dalam perspektif islam, sedangkan data sekunder yang digunakan berupa
data-data hasil petikan dari portal berita internet/website. Tujuan literature review
adalah untuk mendapatkan landasan teori yang bisa mendukung pemecahan masalah
yang sedang diteliti, tujuan lain dari literature review ini adalah untuk mendapatkan
gambaran yang berkenaan dengan apa yang sudah dikerjakan orang lain sebelumnya.
Literature review berisi uraian tentang teori, temuan dan bahan penelitian lain yang
diperoleh dari bahan acuan untuk dijadikan landasan kegiatan penelitian (Hasibuan,
2007)

a. Bagaimana konsep praktek hutang piutang menurut masyarakat pesisir di Kota


Kendari?
b. Bagaimana respon masyarakat pesisir di Kota Kendari terhadap hutang piutang?
c. Apakah praktek hutang piutang yang dilakukan masyarakat pesisir sudah sesuai
dengan ketentuan syariah?
d. Apa saja faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pola hubungan patron-
klien di masyarkat pesisir?
e. Bagaimana pengaruh sistem potren-klien di masyarakat pesisir khususnya kota
kendari?
f. Bagaimana proses hutang piutang yang terjadi antara patron klien dan nelayan
Tangkap
g. Bagaimana hubungan patron klien terhadap nelayan Tangkap di TPI kota Kendari ?
h. Bagaimana peran Patron klien dan nelayan Tangkap dilihat dari perbedaan status ?
i. Bagaimana kesesuaian antara pekerjaan yang dilakukan dengan gaji yang diterima
oleh nelayan Tangkap ?
j. Bagaimana hubungan kerja antara nelayan Tangkap dan pemilik kapal ?
k. Apa yang melatar belakangi nelayan (klien) melakukan utang piutang kepada patron?
l. Berapa lama waktu yang disepakati untuk melunasi utang tersebut ?
m. Bagaimana proses pelunasan utang yang dilakukan nelayan (klien) kepada patron ?
n. Apakah sistem utang piutang yang dilakukan sudah sesuai dengan syariah islam ?
o. Apakah ada konsekuensi yang disepakati antara nelayan (klien) dengan patron ketika
utang tidak dilunasi sesuai waktu yang disepakati ?

DAFTAR PERTANYAAN MUQRIDH (PEMBERI PINJAMAN)

1. Apa pekerjaan saudara ?


2. Sudah berapa lama saudara menjadi muqridh ?
3. Apa yang mendorong saudara untuk melakukan praktek ini ?
4. Apa syarat-syarat untuk memperoleh pinjaman dari saudara ?
5. Bagaimana cara muqtaridh mengembalikan uang pinjaman dari saudara?
6. Apakah ada batasan waktu dalam pengembalian uang pinjaman dari saudara ?
7. Untuk apa syarat tambahan tersebut ?
8. Bagaimana cara mengatasi jika muqtaridh telat dalam membayar utangnya?
9. Apakah keuntungan dan kerugian praktek seperti ini buat saudara ?
10. Bagaimana hukum transaksi yang saudara lakukan ?

PEDOMAN WAWANCARA DAFTAR PERTANYAAN MUQTARIDH


(PENERIMA PINJAMAN)

1. Apa pekerjaan saudara ?


2. Bagaimana pendapat saudara terhadap praktik utang-piutang yang saudara lakukan?
3. Sudah berapa lama saudara menjadi muqtaridh ?
4. Apa tujuan saudara melakukan praktek utang-piutang ?
5. Berapa biasanya saudara melakukan utang kepada muqridh ?
6. Bagaimana proses dalam mendapatkan uang pinjaman ?
7. Apa saja syarat-syarat dalam mendapatkan uang pinjaman ?
8. Bagaimana pendapat saudara mengenai adanya biaya tambahan dalam pelunasan utang?
9. Pernahkan saudara dalam pelunasan utang mengalami keterlambatan ?
10. Apakah keuntungan dan kerugian praktek seperti ini buat saudara ?
11. Bagaimana hukum transaksi utang-piutang yang saudara lakukan ?
12. Kalau haram kenapa masih saudara lakukan ?
13. Apakah dengan praktek seperti ini membantu perekonomian sauadara ?

a. Apa yang anda ketahui tentang riba dan utang-piutang?


b. Apa saja saja hal-hal yang mendorong seseorang melakukan kegiatan utang-piutang
(mengutang)?
c. Bagaimana pendapat anda terkait kegiatan riba dan utang-piutang?
d. Apa keuntungan yang diperoleh dari melakukan kegiatan utang-piutang (mengutang)?
e. Apa yang menjadikan kegiatan utang-piutang hingga menjadi riba?
f. Apa yang menjadikan bunga pinjaman sampai dikatakan riba?
g. Mengapa kegiatan riba dikatan haram?
h. Bagaimana cara menghadapi atau mengontrol diri sehingga terhindar dari riba?
i. Apakah anda mengetahui pendapat para ulama perihal riba dan utang-piutang?
j. Upaya apa yang anda lakukan agar terhindar dari riba walau tetap melakukan kegiatan
utang-piutang (mengutang)?
k. Bagaimana bunyi QS Ali-Imran 30/130 tentang pengambilan bunga dengan tingkat
yang tinggi
DAFTAR PUSTAKA

Al-Faifi, Sulaiman bin Ahmad bin Yahya. 2014. Ringkasan Fikih Sunnah, terj.
Abdul Majid, dkk. Jakarta: Beirut Publishing.
Az-Zuhaili, Wahbah, Fiqh Islam Wa Adillatuhu, Jakarta: Gema Insani, 2011. Ahmad
Fauzi, Ekonomi Perikanan: 2010, Teori, Kebijakan, dan Pengelolaan, (
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, )

Irawan, P., dkk. 2020. Ekonomi Syariah. Jakarta: STIA LAN Press.

Hasibuan, Malayu, S.P. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT.
Bumi Aksara.

Ilham Aji. 2014. Ekonomi Islam. Jakarta: Bank Indonesia


H. Nasrun Haroen MA, 2007,Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, ) Riyadi,
Slamet . 2011 Pengaruh Kompensasi Finansial, Gaya Kepemimpinan, dan
Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan pada Perusahaan Manufaktur di
Jawa Timur. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vo113, No. 1, Maret 2011:
40-45
A.Zainuddin dan Muhammad Jamhari, Al-Islam 2 Muamalah., h. 25
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahan, (Surabaya: CV. Pustaka Agung
Harapan,2006), h. 59
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahan, (Surabaya: CV. Pustaka Agung
Harapan, 2006), h. 823
Firmansyah, H., Pratiwi, N. I., Hardiyanti, S. E., Ratih, S. D., Muliyani, A., Bangun,
R., ... & Sutrisno, G. (2022). KOMUNIKASI BISNIS (SEBUAH
TINJAUAN TEORI DAN PRAKTIS).
Hayani, B. (2016). Hutang-Piutang Uang dengan Pembayaran Tambahan
Menggunakan Padi Dalam Perspektif Hukum Islam di Dusun Gunung
Agung Desa Pringgarata Kecamatan Pringgarata Kabupaten Lombok
Tengah. Mu'amalat: Jurnal Kajian Hukum Ekonomi Syariah, vol 8(1).
Musadad, A. (2019). Konsep Hutang-Piutang Dalam Al-Qur’an. Dinar: Jurnal
Ekonomi dan Keuangan Islam,vol 6(1).
Parera, Helena Rosalia. "Kecerdasan Spritual dan Lingkungan Keluarga
Mempengaruhi Hasil Belajar IPS Ekonomi." Ekspektasi: Jurnal
Pendidikan Ekonomi 5.1 (2020): 68-75.
Saputra, D. I. S., & Febrianto, D. B. (2014). Sistem Informasi Pencatatan Hutang
Piutang Pada Usaha Kecil Menengah (Studi Kasus: Burjo Sahabat).
Probisnis (e-Journal), vol 7(1).
Setiawan, A. (2016). Aplikasi Pengelolaan Barang Dan Hutang Piutang Pada PT. Maju
Anugerah Jaya Utama Banjarmasin. Technologia: Jurnal Ilmiah, vol 7(1).
Yusuf, N., Hasan, F., & Niu, F. A. L. (2019). Pemikiran Muhammad Hatta Tentang
Ekonomi Syariah Di Indonesia. Potret Pemikiran, vol 23(1).
Zuhaili, Wahbah. 2011. “Fiqih Muamalat”. Gema Insani, Jakarta.
Alam, A., Sari, D. P., & Habibi, B. (2020). Penyuluhan Etika Hutang Piutang Dalam
Islam Di Dusun Bendosari Kabupaten Sukoharjo. Amaliah: Jurnal Pengabdian
Kepada Masyarakat, vol 4(1).
Al-Faifi, S. B. Ah. bin Y. (2014) Ringkasan Fikih Sunah. JakartaTimur:
Ummul Qura.
Ansori, A. (2016). Digitalisasi Ekonomi Syariah. ISLAMICONOMIC: Jurnal Ekonomi
Islam,vol 7(1).
Bandem, I. W., Wisadnya, W., & Mordan, T. (2020). Akibat Hukum Perbuatan
Wanprestasi dalam Perjanjian Hutang-Piutang. Jurnal Ilmiah Raad Kertha, vol
3(1)
Cahyadi, A. (2014). Mengelola hutang dalam perspektif Islam. Esensi: Jurnal Bisnis
dan Manajemen, vol 4(1).
Elinda, E., & Ashlihah, A. (2021). Sistem Hutang-Piutang Berantai Dalam Perspektif
Islam Desa Manduro Jombang. Izdihar: Jurnal Ekonomi Syariah, 1(1), 81-91
Fanika, N., & Zafi, A. A. (2020). Pandangan Islam Terhadap Adat Kebiasaan Hutang
Piutang Masyarakat Desa Daren Kecamatan Nalumsari Kabupaten
Jepara. TAFAQQUH: Jurnal Hukum Ekonomi Syariah Dan Ahwal
Syahsiyah, vol 5(1).
Fahmi, Irham. 2014.Analisis Laporan Keuangan. Bandung: Alfabeta.
Hani. Syafriida. 2015. Teknik Analisa Laporan Keuangan. Medan: UMSU
PRESS.
Jusup. Al Haryono. 2005. Dasar-Dasar Akuntansi, Edisi 6. Yogyakarta: Sekolah

Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.1 Kasmir. 2014. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Satu.
Cetakan Ketujuh. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Kieso. Donald. E, Jerry J, Weygandt, Terry D.Warfield. 2008. Akuntansi Intermediate.
Edisi 12. Jakarta: Erlangga.

Munawir. (2010). Analisis Laporan Keuangan, Edisi 4, Yogyakarta:Liberty.

Rambe dkk. 2015. Analisis Pengaruh Corporate Social Responsibility,


Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan Pada
Perusahaan Perkebunan Yang Go Public Di Indonesia, Malaysia, dan
Singapura. Simposium Nasional Akuntansi 18 UniversitasSumatera Utara,
Medan.

Riyanto. Bambang. 2010. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, ed. 4,


Yogyakarta: BPFE.

Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No.9),


Tjahjono. Achmad dkk. 2009.Akuntansi Suatu Pengantar 2,Cetakan1.Yogyakarta:
Ganbika
Al-Qur’an dan Terjemahannya. Departemen Agama Republik Indonesia. An-Nabhani,
Taqiyuddin. 1996. Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Perpsepektif
Islam. Jakarta: Risalah Gusti.
Al-Husain, Nazar Mustafa al-Baz, tt. Al-Mu‟jam al-Wasid , Mesir: Maktabah Suru‟
Dawliyah, 2004.
Antonio, Syafei Muhamad. 2001. Bank Syari’ah dari Teori ke Praktek. Jakarta: Gema
Insani. Dewan Syari’ah Nasional. 2001. Himpunan Fatwa Dewan Syari’ah
Nasional, Untuk Lembaga keuangan Syari’ah. Jakarta: Majelis Ulama
Indonesia dan Bank Indonesia.
Ahmad, Habib dan Khan Tariqullah. 2001. Risk Management an Analysis of Issues in
Islamic Finance Industry. Jeddah: Arabia Occasional Paper.
Departemen Agama RI, , Alqur‟an dan Terjemahnya, Depok, Sabiq, 2009 Abdillah,
Abu Muhammad bin Ismail al Buhari. al Jami‟ asy Shahih, Qohira:
Muktabah asy-Syalafiyah, tt. Abu Husaini, Imam Muslim bin al-Hajaz an-
Naisaburi. al Jami‟ as-Shahih (t.tp, tt).
LAMPIRAN
PANDUAN PRAKTEK LAPANG
EKONOMI SYARIAH

DISUSUN OLEH :
TIM DOSEN EKONOMI SYARIAH

JURUSAN AGROBISNIS PERIKANAN FAKULTAS


PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan hidayah-Nya sehingga

panduan praktikum Ekonomi Syariah dapat diselesaikan dengan lancar dan tepat waktu.

Panduan ini memuat pedoman pelaksanaan praktikum dan pembuatan laporan agar

memudahkan praktikan dalam membuat laporan.

Kami sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang secara

langsung maupun tidak langsung telah membantu dalam penyelesaian panduan ini. Menyadari

akan keterbatasan yang kami miliki, maka kami sangat mengharapkan saran atau kritik

konstuktif bagi penyempurnaan panduan ini diwaktu yang akan datang.


I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Guna memperlancar Mata Kuliah Ekonomi Syariah, maka diperlukan kegiatan praktikum
untuk melengkapi teori yang sudah diberikan pada saat perkuliahan. Ekonomi syariah
merupakan ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang
di ilhami oleh nilai-nilai islam. Ekonomi syariah juga membahas tentang ekonomi dengan
ajaran agama islam yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Nabi SAW. Sistem ekonomi islam yaitu
sebuah sistem yang dibangun di atas nilai-nilai islam dengan prinsip tauhid dan keadilan dan
sistem ekonomi islam menjamin keselarasan antara pertumbuhan ekonomi.
Islam sebagai agama, mengajarkan cara hidup dan memberikan panduan tentang
bagaimana umat islam melakukan kegiatan sehari-hari, termaksud transaksi dan kegiatan
ekonomi lainnya. Islam telah menetapkan beberapa standar tentang bagaimana sistem ekonomi
harus diorganisir, yang didasarkan pada keadilan dan kesetaraan. Keadilan tidak dapat dicapai
tanpa mempertimbangkan efek dari tindakan tertentu terhadap masyarakat. Karena itu islam
membimbing dan mendorong manusia untuk menjadi tidak egois dimana tujuan hidup tidak
hanya tentang keuntungan pribadi.

B. Tujuan Kegiatan

Praktikum Ekonomi Syariah diperlukan agar praktikan dapat memahami, menerapkan


dan mengamalkan ekonomi syariah melalui lembaga-lembaga Islam dengan tujuan memperoleh
keuntungan dunia dan akhirat.

C. Manfaat Praktikum Ekonomi Syariah

Manfaat dari praktikum Manajemen Operasi Usaha Perikanan ini antara lain adalah
sebagai berikut:
1. Menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa tentang penerapan Ekonomi Syariah di
lembaga-lembaga dan masyarakat.
2. Mampu menerapkan dan mengamalkan ekonomi syariah di kehidupan sehari-hari.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Materi Asistensi

1. Syarat dan Etika Jual Beli Dalam Islam

1. Pengertian Jual Beli


Jual beli adalah suatu perjanjian tukar menukar benda atau barang yang mempunyai nilai
secara sukarela diantara kedua belah pihak, dimana pihak yang satu menerima benda-benda dan
pihak lain menerima sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang telah dibenarkan secara
syara’ dan disepakati. Sesuai dengan ketetapan hukum maksudnya ialah memenuhi persyaratan,
rukun-rukun dan hal-hal lain yang ada kaitanya dengan jual beli, sehingga bila syarat-syarat dan
rukunnya tidak terpenuhi berarti tidak sesuai dengan kehendak syara (Hendi, 2002).
Jual beli merupakan akad yang sangat umum digunakan oleh masyarakat, karena dalam
setiap pemenuhan kebutuhan-kebutuhannya, masyarakat tidak bisa berpaling untuk
meninggalkan akad ini (Dimyauddin, 2008). Dari akad jual beli ini masyarakat dapat memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari seperti kebutuhan pokok (primer), kebutuhan tambahan (sekunder)
dan kebutuhan tersier.
Jual beli dalam istilah fiqh disebut dengan al-bai’u yang berarti menjual, mengganti, dan
menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain. Dalam definisi menurut ulama hanafiyah jual beli
ialah “Tukar menukar sesuatu yang diingini dengan yang sepadan melalui cara tertentu yang
bermanfaat”. yang dimaksud ialah melalui ijab dan qabul (pernyataan menjual dari penjual),
atau juga boleh melalui saling memberikan barang dan harga dari penjual dan pembeli.
disamping harta yang diperjual belikan harus bermanfaat bagi manusia (Hasrun, 2010).
2. Rukun, Syarat, dan Dasar Hukum Jual Beli
Rukun jual beli adalah sesuatu yang harus ada dalam setiap perbuatan hukum. Rukun jual
beli tersebut terdapat tiga macam (Sayyid, 1995):
a. Ijab kabul (akad), yaitu ikatan kata antara penjual dan pembeli, syarat kabul antara lain:
jangan ada tenggang waktu yang m emisahkan antara ucapan penjual dan pembeli.
jangan diselangi kata-kata lain antara penjual dan pembeli.
b. orang-orang yang berakad, penjual dan pembeli; dan
c. objek akad (ma’qud alaih).
Istilah akad berasal dari bahasa Arab, yaitu al-‘aqdu yang berarti perjanjian yang tercatat
atau kontrak (Ahmad, 1997). Sayyid Sabiq dalam kitabnya fikih sunah memberikan arti bahwa
akad adalah suatu ikatan dan kesepakatan (Sayyid, 1995). Adapun sumber lain ada yang
mengartikan bahwa akad sebagai pertalian ijab dan kabul sesuai dengan kehendak syariat yang
berpengaruh pada suatu objek perikatan.
Ijab adalah suatu pernyataan seseorang yang melakukan ikatan, sedangkan kabul
diidentikkan sebagai suatu pernyataan penerimaan terhadap ikatan tersebut. Dalam Islam,
tentunya seluruh perikatan yang dilakukan oleh dua pihak ataupun lebih, harus sesuai dengan
kehendak syariat (Abdul, 2001).
Adapun syarat jual beli dibagi menjadi dua, yaitu syarat untuk objek jual beli dan syarat
untuk orang yang melakukan transaksi jual beli. Adapun syarat untuk objeknya, di antaranya
a. suci dan bisa disucikan.
b. bermanfaat menurut hukum islam.
c. tidak digantungkan pada suatu kondisi tertentu.
d. tidak dibatasi tenggang waktu tertentu.
e. dapat diserahkan. f. milik sendiri.
f. tertentu atau dapat diindra.
Ulama fikih telah menetapkan beberapa syarat umum yang harus dipenuhi dalam suatu
akad yaitu (Abdul, 2017):
a. Pihak-pihak yang melakukan akad telah cakap untuk bertidak hukum/mukallaf, atau apabila
obyek akad merupakan kepunyaan orang yang tidak atau belum cakap bertindak hukum,
maka yang berhak bertindak adalah walinya.
b. Objek akad tersebut diakui oleh syariat. Benda yang menjadi objek adalah bukan barang
najis, akan tetapi bermanfaat, bisa diserah terimakan, kepunyaan orang yang menjualnya
atau orang yang menjualnya dikuasakan untuk menjualnya.
c. Akad tersebut tidak dilarang oleh nas syariat.
d. Akad yang dilakukan memenui syarat-syarat khusus.
e. Akad itu bermanfaat.
f. Ijab tetap utuh dan shahih sampai terjadinya kabul.
g. Ijab dan kabul dilakukan dalam satu majlis, yaitu suatu keadaan yang menggambarkan
suatu transaksi.
h. Tujuan akad jelas dan diakui oleh syariat.
Dasar hukum jual beli ialah ijma’, yaitu karena manusia sebagai anggota masyariatat
selalu membutuhkan apa yang dihasilkan dan dimiliki oleh orang lain (Ahmad, 1997). Oleh
karena itu, jual beli adalah salah satu jalan untuk mendapatkan suatu objek secara sah.
Berdasarkan hal tersebut, maka mudahlah bagi setiap individu memenuhi kebutuhannya.
Ekonomi Islam berdiri di atas prinsip perdagangan yang berdasarkan syari’at, yaitu dengan
mengembangkan harta melalui cara-cara yang dihalalkan oleh Allah SWT, sesuai dengan
kaidahkaidah dan ketentuan-ketentuan muamalah syar’iyyah, yang didasarkan pada hukum
pokok (boleh dan halal dalam berbagai mu’amalat) dan menjauhi segala yang diharamkan oleh
Allah Ta’ala, misalnya, riba (Ahmad, 1997).
3. Macam-Macam Akad Jual Beli dalam Islam
Kontrak jual beli menjadi sempurna (tamn) dengan terjadinya penyerahan barang
(taqabud). Pengakuan untung atau rugi dari salah satu pihak yang tidak berkenan dengan tujuan
kontrak (misalkan bahwa pembeli harus membebaskan budak yang dia beli) adalah tidak sah
dan itu berarti membuat kontrak menjadi cacat (Joseph, 2003).
Suatu akad dalam Islam dibagi menjadi beberapa macam, yaitu dari segi keabsahannya
menurut syariat dan dari segi penamaannya (Abdul, 2017). Dari segi keabsahannya menurut
syariat, dibagi menjadi dua:
a. Akad shahih, yaitu yang telah memenuhi rukun dan syaratnya.
b. Akad yang tidak shahih, yang terdapat kekurangan pada rukun dan syaratnya.
Adapun dari segi penamaannya, dibagi menjadi dua:
a. Akad-akad yang namanya telah ditentukan sesuai syariat dan telah dijelaskan hukum-
hukumnya, seperti jual beli, sewa menyewa, perserikatan, hibah, al-wakalah, wakaf,
hiwalah, ji’alah, wasiat, dan perkawinan.
b. Akad-akad yang penamaannya ditentukan oleh masyarakat, sesuai dengan kebutuhan
sepanjang zaman dan tempat, seperti istisna dan bai alwafa’.
Fikih muamalah, telah mengidentifikasi dan menguraikan macam-macam jual beli,
termasuk jenis-jenis jual beli yang dilarang oleh Islam. Macam atau jenis jual beli tersebut ialah
(Zainul, 2012):
a. Bai’ al mutlaqah, yaitu pertukaran antara barang atau jasa dengan uang. Uang berperan
sebagai alat tukar. Jual-beli semacam ini menjiwai semua produk-produk lembaga
keuangan yang didasarkan atas prinsip jual-beli.
b. Bai’ al muqayyadah, yaitu jual beli dimana pertukaran terjadi antara barang dengan barang
(barter). Aplikasi jual beli semacam ini dapat dilakukan sebagai jalan keluar bagi transaksi
ekspor yang tidak dapat menghasilkan valuta asing (devisa). karena itu dilakukan
pertukaran barang dengan barang yang dinilai dalam valuta asing. Transaksi semacam ini
lazim disebut Counter trade.
c. Bai’ al sharf, yaitu jual-beli atau pertukaran antara satu mata uang asing dengan mata uang
asing lain, seperti antara rupiah dengan dolar, dolar dengan yen dan sebagainya. Mata uang
asing yang diperjualbelikan itu dapat berupa uang kartal (bank notes) ataupun bentuk uang
giral (telegrafic transfer atau mail transfer).
a. Bai’ al murabahah adalah akad jual beli barang tertentu. Dalam transaksi jual beli tersebut
penjual menyebutkan dengan jelas barang yang diperjualbelikan, termasuk harga pembelian
dan keuntungan yang diambil.
b. Bai’ al musawamah adalah jual-beli biasa, dimana penjual tidak memberitahukan haga
pokok dan keuntungan yang didapatnya.
c. Bai’ al muwadha’ah yaitu jual beli dimana penjual melakukan penjualan dengan harga yang
lebih rendah daripada harga pasar atau dengan potongan (discount). penjualan semacam ini
biasanya hanya dilakukan untuk barangbarang atau aktiva tetap yang nilai bukunya sudah
sangat rendah.
d. Bai’ as salam adalah akad jual beli di mana pembeli membayar uang (sebesar harga) atas
barang yang telah disebutkan spesifikasinya, sedangkan barang yang diperjualbelikan itu
akan diserahkan kemudian, yaitu pada tanggal yang disepakati. Bai’ as salam biasanya
dilakukan untuk produk-produk pertanian jangka pendek.
e. Bai’ al istishna’ hampir sama dengan bai’ as salam, yaitu kontrak jual-beli dimana harga
atas barang tersebut dibayar lebih dulu tapi dapat diangsur sesuai dengan jadwal dan syarat-
syarat yang disepakati bersama, sedangkan barang yang dibeli diproduksi dan diserahkan
kemudian.
Di antara jenis-jenis jual beli tersebut, yang lazim digunakan dalam bertransaksi adalah
yang berdasarkan prinsip bai’ al murabahah, bai’ as salam dan bai’ al istishna’ (Zainul, 2012).

4. Etika Jual Beli Dalam Islam


Seorang pengusaha dalam pandangan Islam bukan sekedar mencari keuntungan
melainkan juga keberkahan yaitu kemantapan dari usaha itu dengan memperoleh keuntungan
yang wajar dan diridhai oleh Allah swt. Ini berarti yang harus diraih oleh seorang pedagang
dalam melakukan bisnis tidak sebatas keuntungan materil ( bendawi ), tetapi yang penting lagi
adalah keuntungan inmateril (spritual). Karena itu persyaratan untuk meraih keberkahan seorang
pelaku bisnis harus dapat memperhatikan beberapa prinsip etika yang telah digariskan dalam
Islam, yang terdapat dalam Al-qur’an dan Sunnah Rasulullah saw. adalah sebagai berikut :
a. Jujur (Transparan)
Janelle Brarlow dan Dianna Maul dalam buku Emotional Value: Creating Strong Brand
with Your Customer sebagaimana dikutip oleh Thorik Gunara mengatakan bahwa banyak
pelanggan pada saat ini yang tidak lagi butuh sebuah service atau produk dengan kualitas yang
tinggi, tetapi sebuah nilai tambah secara emosional yang sangat lebih berharga daripada nilai
dari produk atau jasa itu sendiri (Torik, 2008). Kejujuran dan pelayanan merupakan hal yang
prinsipil untuk siapa pun yang menyebut dirinya businessman (Laode, 2009).
b. Menjual Barang yang Halal
Al-qur’an dengan tegas telah meletakkan konsep dasar halal dan haram yang berhubungan
transaksi dalam perdagangan. Menurut Mustaq Ahmad sebagaimana di kutip oleh Muhammad
Djakfar (Muhammad, 2009), semua hal yang berhubungan dengan harta benda hendaknya
dilihat dan dihukumi dengan kedua kriteria halal dan haram ini. Orang-orang mekah yang hidup
di zaman Rasulullah saw sama sekali tidak membedakan antara bisnis dan riba. Bagi mereka
keduanya adalah sama. Akhirnya al-Qur’an membangun konsep halal dan haram dengan
penegasan bahwasanya jual beli adalah dihalalkan, sedangkan riba diharamkan. Pengharaman
riba apapun bentuk dan namanya karena merupakan kedzaliman terhadap orang lain sehingga
menciderai rasa keadilan. Sebab semua bentuk transaksi yang dilakukan dengan praktik jahat
dilarang oleh Islam. Semua larangan itu berdasarkan pada suatu prinsip “jangan ada ketidak
adilan dan jangan ada penipuan dalam segala aktivitas jual beli yang dilakukan oleh siapapun,
esensi dari bisnis yang tidak dihalalkan adalah suatu bisnis yang didalamnya mengandung cara
konsumsi yang tidak halal, atau melanggar dan merampas hak dan kekayaan orang lain
(Mustaq, 2003)
c. Menjual Barang yang Baik Mutunya
Salah satu cacat etis dalam perdagangan adalah tidak transparan dalam hal mutu, ini
berarti mengabaikan tanggung jawab moral dalam dunia bisnis. Padahal tanggung jawab yang
di harapkan adalah tanggung jawab yang berkesinambungan (balance) antara memperoleh
keuntungan ( profit ) dan memenuhi norma-norma dasar masyarakat baik berupa hukum,
maupun etika atau adat. Menyembunyikan mutu sama halnya dengan berbuat curang dan
bohong. Bukankah kebohongan itu akan menyebabkan ketidaktentraman, sebaliknya kejujuran
akan melahirkan ketenangan. Mengejar keuntungan dengan menyembunyikan mutu, identik
dengan bersikap tidak adil. Bahkan secara tidak langsung telah mengadakan penindasan
terhadap pembeli. Penindasan merupakan aspek negatif bagi keadilan, yang sangat bertentangan
dengan ajaran Islam (Muhamamad, 1991).
d. Tidak Menyembunyikan Cacat Barang
Ibnu Majah menuturkan dari Watsilah bin Al-Asqa ra, dia berkata ‘Aku pernah
mendengar Nabi saw bersabda, “Barang siapa yang menjual suatu barang yang mempunyai
cacat yang tidak diterangkannya, niscaya dirinya berada dalam murka Allah dan para malaikat
pun mengutuknya (Sunan, 2002).
e. Tidak Melakukan Sumpah Palsu
Seringkali ditemukan dalam kehidupan sehari-hari terutama di kalangan para pedagang
kelas bawah apa yang dikenal dengan obral sumpah, dalam bahasa daerah ini sering kita dengar
dengan kata horam, noji ada untungnyo, dengan maksud untuk meyakinkan pembeli bahwa
barang dagangannya tidak ada untung dengan harapan agar orang terdorong untuk membelinya.
Dalam Islam perbuatan semacam ini tidak dibenarkan karena juga akan menghilangkan
keberkahan. Janganlah sekali-kali bersumpah atas nama Allah ketika berjual bel, dan jangan
membiasakan diri berbuat demikian, karena keuntungan dunia yang kita kejar adalah lebih kecil
dan lebih rendah daripada seorang itu bersumpah atas nama Allah meskipun itu benar (Imam,
2002).
f. Longgar dan Murah Hati
Murah hati ini bagian dari upaya untuk menciptakan kepuasan pelanggan (customer
satisfaction). Kepuasan pelanggan tidak hanya berdasarkan kualitas produk yang kita sampaikan
kepada pelanggan, melainkan juga bagaimana cara kita menyampaikannya76 . Terjadi kontak
antar penjual dengan pembeli. Seorang penjual diharapkan bersikap ramah dan bermurah hati
kepada setiap pembeli. Dengan sikap ini seorang penjual akan mendapat berkah dalam
penjualan dan akan diminati oleh pembeli. Kunci suksesnya adalah pelayanan kepada orang
lain. Hadits riwayat al-Turmudhi dari ikrimah ibn Ammar dari Abu Zumayi dari malik ibn
Marthad dari bapaknya, dari Abi Dharr, yang berbunyi: Rasulullah saw bersabda : “ Senyummu
kepada Saudaramu adalah sedekah bagimu (Departemen Pengembangan Bisnis, 2011).
g. Tidak Menyaingi Pedagang Lain
Menyaingi pedagang lain dengan menjelek-jelekkan merupakan tidakan pengecut. Islam
membenarkan adanya persaingan usaha dan melarang praktik monopoli. Persaingan dalam jual
beli berdmpak positif jika dilakukan dengan cara-cara yang terpuji. Misalnya dengan cara
memberikan pelayanan terbaik kepada konsumen, seperti menjual barang yang berkualitas baik
tetapi dengan harga yang murah, memberikan penjelasan tentang manfaat dari produk yang
dijualnya dari sisi baik dan buruknya, bersikap ramah kepada konsumen, memberi kenyamanan
kepada konsumen saat mereka berbelanja, memebrikan bonus kepada konsumen yang
memborong produk kita dan lain sebaginya (Muhammad, 2005).
h. Menepati Janji
Pedagang yang sukses pasti bisa memegang janji yang dicapkannya sendiri, baik terhadap
pelanggannya maupun di antara sesama pedagang. Pedagang Cina berpegang pada konsep janji
mesti ditepati dan utang harus diselesaikan87 . Misalnya tepat waktu dalam pengirimna barang,
menyerahkan barang sesuai dengan kualitasnya, warna, ukuran, dan atau spesipikasinya sesuai
dengan perjanjian semula. Di samping itu, pedagang harus mau memberi layanan purnajual,
garansi, dan lain sebagainya (Ann, 2008).

2. Alat Tukar dalam Berbisnis

Kondisi transaksi dan pasar pada masa Nabi di kota Madinah tidak bisa disamakan
dengan karakteristik pasar lokal yang ada di Indonesia. Tidak semua di masa nabi menggunakan
barter ada pula yang menggunakan uang. Barter merupakan kegiatan tukar menukar barang
yang terjadi antara dua pihak tanpa perantara alat tukar yakni uang.
Namun demikian alat tukar yang digunakan pada masa nabi berupa koin logam. Uang
pada masa itu ada yang terbuat dari emas (dinar), yang terbuat dari perak (dirham) dan yang
terbuat dari tembaga atau besi (fulus). Dinar emas dan dirham perak dipilih sebagai mata uang
resmi karena mempunyai ciri-ciri antara lain memiliki nilai tinggi, disukai banyak orang,
berlaku di manamana, tahan lama, tidak mudah rusak, mudah dipecah tanpa mengurangi nilai,
dan mudah dipindahkan. Kelebihan lain dari uang emas dan perak ialah uang tersebut disebut
uang penuh (full body money) yang berarti bahwa nilai intrinsik atau nilai bahan pembuatan
uang tidak berbeda dengan nilai nominal uang itu, yaitu nilai yang tercantum pada mata uang
tersebut.
Fungsi uang dan ketentuan Islam dalam masalah uang
Menurut perspektif ekonomi Islam, uang mempunyai fungsi yang sangat penting dalam
menjalankan roda perekonomian umat. Berikut ini adalah fungsi uang dan ketentuan hukum
Islam yang mengiringinya: (Iqbal, 2012)
1. Uang sebagai medium of exchange (alat tukar).
Dengan uang, pertukaran dapat dilakukan dengan mudah, tanpa harus menukarkan dengan
barang. Sehingga dengan demikian kesulitankesulitan yang timbul akibat sistem barter
sebagaimana dilakukan oleh orang-orang zaman dahulu dapat diatasi.
2. Uang sebagai unit of account (satuan hitung)/measure of value (pengukur nilai).
Uang sengaja diciptakan untuk menunjukkan nilai berbagai barang dan jasa yang
diperjualbelikan, menunjukkan kekayaan, dan menghitung besar kecilnya hutang. Selain
itu, uang berfungsi sebagai alat penunjuk harga. Dengan uang, harga barang dan jasa
ditentukan, seperti menentukan nilai sebuah rumah atau mobil dengan satuan uang, seperti
rupiah, dolar, dan lainnya.
3. Uang sebagai store of value (penyimpan nilai).
Maksudnya, uang yang dimiliki oleh seseorang itu tidak dibelanjakan seluruhnya dalam
satu waktu, tapi uang akan disisihkan atau disimpan untuk keperluan di masa yang akan
datang seperti untuk membeli barang atau jasa atau untuk persiapan di waktu sakit atau
untuk mengantisipasi kerugian di waktu yang akan datang.

3. Riba, Gharar dan Spekulasi dalam Bisnis

a. Riba
Riba adalah penetapan bunga atau melebihkan jumlah pinjaman saat pengembalian
berdasarkan persentase tertentu dari jumlah pinjaman pokok yang dibebankan kepada
peminjam.
a. Riba Qiradh
Riba yang terjadi karena dalam akad yang bersangkutan, pihak yang meminjamkan
menuntut pengembalian lebih kepada pihak yang dipinjami yang dituangkan dalam akad
“Apabila salah seorang di antara kamu meminjamkan sesuatu kemudian yang diberi
pinjaman itu memberi hadiah kepadanya atau dipersilakan naik kendaraanya, maka
hendaklah dia tidak menaikinya dan tidak menerima hadiah itu, kecuali kalau hal itu
menjadi kebiasaan antara dia dan orang yang meminjami sebelum itu’’ (HR. Ibnu Majah)
b. Riba Jahiliyah
Utang yang dibayar melebihi dari pokok pinjaman, karena si peminjam tidak mampu
mengembalikan dana pinjaman pada waktu yang telah ditetapkan. ‘’tiap-tiap piutang yang
mengambil manfaat, maka ia merupakan salah satu bagian dari bentuk riba’’ (HR.
Baihaqi).
c. Riba Fadhl
Riba yang timbul akibat pertukaran barang sejenis yang tidak memenuhi kriteria secara
kualitas, kuantitas, penyerahan yang tidak dilakukan secara tunai.

d. Riba Nasi’ah
Disebut juga riba duyun, yaitu riba yang timbul akibat utang piutang yang tidak memenuhi
kriteria untung muncul bersama resiko (al-ghunmu bil ghurmi), dan hasil usaha yang
muncul bersama biaya (al-kharaj bi dhaman).
b. Gharar
Gharar atau disebut juga taghrir adalah sesuatu di mana terjadi incomplete information
(informasi tidak lengkap) karena adanya ketidakpastian/ketidakjelasan dari kedua belah pihak
yang bertransaksi. Gharar terjadi pada empat hal yaitu kualitas, kuantitas, harga dan waktu
penyerahan. Nabi melarang beberapa bentuk jual beli karena mengandung unsur gharar, di
antaranya :
1. Ba’i Hashah, misalnya Seseorang menjual tanahnya seukuran jau lemparan batu yang
dilakukan.
2. Ba’i Mulamasah dan Munabazah, Ba’i mulamasah yaitu jual beli secara menyentuh.
Misalnya: Penjual berkata : ‘Kain yang mana saja yang kau sentuh atau lemparkan ke saya,
saya jual dengan harga sekian. Ba’i munabazah, yaitu jual beli secara lempar-lemparan
seingga objek barang tidak jelas dan tidak pasti.
3. Ba’i Hablul Hablah, yaitu menjual janin yang ada di perut unta yang sedang hamil. Atau
menjual suatu barang dengan cara tidak tunai dengan jangka waktu hingga janin yang ada
di perut unta yang hamil itu lahir.
4. Ba’i Madhamin wa Malaqih, yaitu menjual sperma yang berada dalam sulbi unta jantan.
Ba’i Madhamin, yaitu menjual janin unta yang masih berada dalam perut induknya.
c. Spekulasi
Mukhatarah (spekulasi) terjadi karena disebabkan ketidakjelasan barang atau harga
termasuk qimar dan gharar. Selain itu disebabkan karena pelaku akad belum memastikan
keuntungan dari akad niaga yang mereka lakukan, akan tetapi barang dan jasa jelas bagi
mereka.
Maysir minimal memiliki empat unsur yang menjadinya dilarang, yaitu: unsur
mukhatarah/murahanan (taruhan), unsur niat mencari penghasilan/pendapatan dengan mengundi
nasib, unsur pengambilan hak orang lain yang kalah dalam transaksi (zero-sum game), dan harta
yang dipertaruhkan merupakan hasil pengumpulan bersama bukan dari pihak lain (sponsorship).

4. Hibah

Secara istilah, Hibah adalah Akad yang menjadikan kepemilikan tanpa adanya pengganti
ketika masih hidup dan dilakukan secara sukarela. Maksudnya, Hibah itu merupakan pemberian
sukarela seseorang kepada orang lain tanpa ganti rugi, yang berakibatkan berpindahnya
kepemilikan harta itu dari pemberi kepada orang yang diberi.
Hukum Hibah adalah Mubah (boleh), sebagaimana sabda Rasulullah SAW “siapa yang
diberi kebaikan oleh saudaranya dengan tidak berlebih-lebihan dan tidak karena diminta maka
hendaklah diterima jangan ditolak. Karena sesuangguhnya yang demikian itu merupakan rizki
yang diberikan Allah kepadanya
1. Rukun Hibah
• Menurut Ibnu Rusyd, Rukun Hibah ada 3 :
a. Orang yang menghibahkan (Al-Waahib)
b. Orang yang menerima hibah (Al-Mauhuub lah)
c. Pemberiannya (Al-Hibah)
• Menurut Abd al-Rahman al-Jaziri, rukun hibah ada 3 :
a. Aiqid (orang yang memberikan dan orang yang diberi) atau wahib dan mauhub lah
b. Mauhub (barang yang diberikan) yaitu harta
c. Sighatatau ijab dan qabul.
•Ulama Hanafiyah menyatakan
Rukun Hibah itu adalah Ijab (ungkapan penyerahan/pemberian harta), dan Qabul
(ungkapan penerimaan) dan Qabd (harta itu dapat dikuasai langsung)
• Jumhur ulama mengemukakan bahwa rukun hibah ada 4, yakni :
a. Orang yang menghibahkan
b. Harta yang dihibahkan
c. Lafaz hibah
d. Orang yang menerima hibah
2. Syarat Hibah
Menurut Kibab Undang-Undang Hukum Perdata, syarat hibah meliputi :
a. Objek Hibah
b. Pemberi Hibah
c. Penerima Hibah
d. Dilakukan dengan Akta notaris atau PPAT

5. Zakat

Zakat dalam segi istilah adalah harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh orang yang
beragama Islam dan diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya. Manfaat melakukan
zakat yaitu membersihkan harta, maksudnya adalah membersihkan harta yang dimiliki dengan
cara memberikannya kepada yang berhak.
1. Macam-macam zakat
Jenis zakat terbagi menjadi dua, yakni Zakat Mal atau Zakat Harta dan Zakat Fitrah.
Zakat mal atau mal zakat adalah zakat yang dikenakan atas segala jenis harta, yang secara zat
maupun substansi perolehannya, tidak bertentangan dengan ketentuan agama. Contonya : Zakat
mal terdiri atas uang, emas, surat berharga, penghasilan profesi, dsb.
Zakat fitrah disebut juga zakat Nafs (jiwa) yakni zakat yang wajib dilakukan oleh setiap
muslim ketika menjelang Idul Fitri pada Bulan Suci Ramadhan. Zakat fitrah adalah zakat yang
dibayarkan setahun sekali saat Bulan Ramadhan di Indonesia, pembayaran zakat fitrah biasanya
dilakukan menjelang mendekati Hari Raya Idul Fitri.
2. Syarat dikenakannya zakat atas harta
Zakat dikeluarkan dari harta yang dimiliki, akan tetapi tidak semua harta terkena
kewajiban zakat.
1. Harta tersebut merupakan barang halal dan diperoleh dengan cara yang halal.
2. Harta tersebut dimiliki penuh oleh pemiliknya.
3. Harta tersebut merupakan harta yang dapat berkembang.
4. Harta tersebut mencapai nishab sesuai jenis hartanya.
5. Harta tersebut melewati haul.
6. Pemilik harta tidak memiliki hutang jangka pendek yang harus dilunasi.

6. Hutang Piutang dalam Bisnis

Dalam hukum Islam masalah utang-piutang ini dikenal dengan istilah Al-Qard, yang
menurut bahasa berarti potongan dikatakan demikian karena Al-Qard merupakan. potongan
dari harta muqridh (orang yang membayar) yang dibayarkan kepada muqtaridh (yang diajak
akad Qard). Arti istilah (terminologi) adalah sesuatu yang diutangkan dan disebut juga dengan
iqrad atau salaf, yang berarti suatu pemberian dan pengalihan hak milik, dengan syarat harus
ada penggantinya yang serupa (sama).
Dalam literatur fiqh klasik, AlQard dikategorikan dalam aqad tathawwu’i atau aqad
saling membantu dan bukan transaksi komersial. Untuk itu dapat dikatakan bahwa seseorang
yang berniat ikhlas untuk menolong orang lain dengan cara meminjamkan hutang tanpa
mengharapkan imbalan disebut sebagai AlQardul.
1. Rukun Hutang Piutang
Dalam utang piutang (qardh),terdapat pula rukun dan syarat seperti akad-akad yang lain
dalam muamalah. Adapun rukun dan syarat utang piutang (qardh) sendiri ada tiga, yakni:
a. ‘Aqid yaitu orang yang berhutang piutang, yang terdiri dari muqrid (pemberi hutang) dan
muqtarid (penerima hutang).
b. Ma’qud’alayh yaitu barang yang diutangkan.
c. Sighat al-‘aqd yaitu ungkapan ijab dan qabul, atau suatu persetujuan antara kedua belah
pihak akan terlaksanya suatu akad.
Demikian juga menurut Chairuman Pasaribu bahwa rukun utang piutang ada empat
macam yaitu:
1. Orang yang memberi utang
2. Orang yang berhutang
3. Barang yang diutangkan (objek)
4. Ucapan ijab dan qabul (lafadz)10
Rukun sendiri adalah unsur terpenting dari sesuatu, sedangkan syarat adalah prasyarat
dari sesuatu tersebut. Sedangkan syarat-syarat yang harus terpenuhi dalam pelaksanaan hutang
piutang adalah:
1. ‘Aqid (orang yang berhutang piutang)
Adapun syarat-syarat yang harus dimiliki oleh kedua belah pihak (subjek hukum), yaitu
orang yang member hutang dan yang berpiutang adalah sebagai berikut:
a. Orang tersebut telah sampai umur (dewasa)
b. Berakal sehat
c. Orang tersebut bisa berfikir.
2. Objek utang (Ma’qud’alayh)
Ma’qud’alayh atau objek yang dijadikan utang piutang adalah satu hal yang lain dari rukun dan
syarat dalam transaksi utang piutang, disamping adanya ijab dan qabul dan pihakpihak
yang melakukan utang piutang tersebut, hutang piutang itu dianggap terjadi apabila terdapat
objek yang menjadi tujuan diadakannya utang piutang. Untuk itu objek utang piutang harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Merupakan benda bernilai yang mempunyai persamaan dan penggunaannya
mengakibatkan musnahnya benda hutang.
b. Dapat dimiliki
c. Dapat diserahkan kepada pihak yang berhutang
d. Telah ada pada saat waktu perjanjian dilakukan.
3. Ijab dan qabul (Sighat al-aqd)
Sighat Akad merupakan ijab, pernyataan pihak pertama mengenai perjanjian yang diinginkan
sedangkan qabul merupakan pernyataan pihak kedua untuk menerimanya. Sighat akad
dapat dilakukan secara lisan, tulisan atau isyarat yang memberikan pengertian dengan jelas
tentang adanya ijab dan qabul, dan dapat juga berupa perbuatan yang telah menjadi
kebiasaan dalam ijab dan qabul. Sighat akad sangat penting dalam rukun akad. Karena
melalui akad tersebut maka akan diketahui maksud dari setiap pihak yang melakukan
transaksi. Sighat akan dinyatakan melalui ijab dan qabul sebagai berikut:
a. Tujuan akad harus jelas dan dapat difahami
b. Antara ijab dan qabul harus ada kesesuaian
c. Pernyataan ijab dan qabul harus sesuai dengan kehendak masing-masing, dan tidak
boleh ada yang meragukan.
2. Syarat Hutang Piutang
a. Syarat Orang yang yang Berakad
Syarat orang yang berakad (subyek hukum) dalam transaksi utang-piutang adalah
sebagai berikut:
Berakal, yaitu orang yang dianggap mampu menggunakan akalnya secara sempurna.
Cakap (tabarru'), yaitu orang yang cakap dan mampu melepaskan hartanya dengan
mempertimbangkan manfaatnya.
Kebebasan memilih (mukhtar), yaitu orang yang terlepas dari unsure paksaan dan
tekanan dari orang lain.
b. Syarat-syarat ma'qud 'alayh (obyek utang-piutang)
Obyek utang-piutang dapat berupa uang atau benda yang mempunyai persamaan (benda
mitsil: pen). Untuk sahnya utang-piutang tersebut, obyeknya harus memenuhi syarat-
syarat:
Besarnya pinjaman harus diketahui dengan timbangan, takaran atau jumlahnya.
Sifat pinjaman dan uraiannya harus diketahui jika dalam bentuk hewan.
Pinjaman (Al-Qard) tidak sah dari orang-orang yang tidak memiliki sesuatu yang bisa
dipinjam atau orang yang tidak normal akalnya.
c. Syarat-syarat akad (sighat)
Akad mengandung dua unsur, yaitu ijab dan qabul yang keduanya dinamakan sigat, ijab
adalah pernyataan dari pihak yang memberi utang dan Qabul adalah penerimaan dari
pihak berutang. Ijab qabul tidak harus dengan lisan tetapi dapat juga dengan tulisan
bahkan dapat pula dengan isyarat bagi orang bisu.
Di samping adanya syarat rukun sahnya utang-piutang tersebut di atas, juga terdapat
ketentuan ketentuan yang harus dipenuhi dalam masalah utangpiutang, yaitu:
a. Diwajibkan bagi orang yang berutang mengembalikan atau membayar kepada piutang pada
waktu yang telah ditentukan dengan barang yang serupa atau dengan seharganya.
b. Orang yang mengutangkan wajib memberi tempo bila yang berutang belum mempunyai
kemampuan dan disunnatkan membebaskan sebagian atau semua piutangnya, bilamana
orang yang kurang mampu membayar utangnya.
c. Cara membayar utang harus memenuhi syarat yang telah ditentukan dalam perjanjian.
d. Berakhirnya htang-piutang. Berakhirnya utang piutang ini disyari'atkan supaya mereka
mudah dalam meminta dan menurut pihak yang berutang untuk melunasi utangnya apabila
sudah jatuh temponya.
III. METODE PRAKTEK LAPANG

A. Waktu dan Lokasi Praktek Lapang

Praktek lapang ini akan dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2022. Lokasi praktek lapang
di Pasar, TPI, BAZNAS, Perbankan Syariah, Badan Kementrian Agama Provinsi Sulawesi
Tenggara Kota Kendari.

B. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam praktek lapang ini adalah data primer dan sekunder. Data
primer merupakan data yang diperoleh secara langsung (tanpa perantara), langsung dari sumber
asli yang diperoleh dari hasil wawancara secara langsung dari pihak-pihak yang berkaitan
dengan penelitian ini. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari berbagai sumber baik
berupa literatur, dokumen perusahaan ataupun catatan dan laporan historis yang telah tersusun
dalam arsip di perusahaan.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan adalah sebagai berikut:


1. Observasi, adalah melihat secara langsung kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tempat
praktek lapang.
2. Wawancara, adalah kegiatan mengumpulkan data dengan cara melakukan tanya jawab
langsung menggunakan kuesioner kepada responden yang terlibat dalam perusahaan.
3. Dokumentasi, adalah mengambil data dengan memfoto setiap tahap kegiatan di lokasi
praktek lapang guna menjadi bukti selama melakukan kegiatan praktek.

D. Analisis Data

Analisis data yang digunakan pada praktek lapang ini adalah menggunakan analisis
deskrptif kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif merupakan metode yang meneliti status
kelompok manusia, objek, kondisi, sistem pemikiran ataupun peristiwa masa sekarang dengan
tujuan untuk membuat deskriptif secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta yang
diteliti. Penelitian deskriptif kualitatif ditujukan untuk mendeskripsikan dan menggambarkan
fenomena-fenomena yang ada, baik bersifat alamiah maupun rekayasa manusia, yang lebih
memperhatikan mengenai karakteristik, kualitas, keterkaitan antar kegiatan (Sukmadinata,
2011:73).
DAFTAR PUSTAKA

M.S. Syaifullah. 2014. Etika Jual Beli Dalam Islam. Jurnal Studia Islamika. Palu. Vol, 11: 371-
137.

Hasrun, Haroen. 2010. Fiqh Muamalah. Gaya Media Pratama. Jakarta. 111-112.

Sayyid, Sabiq. 1995. Fikih Sunnah Juz 3. Darul Fikri. Beirut. Hal 93.

Ahmad, Warson Munawwir. 1997. Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Lengkap. Pustaka


Progresif. Semarang. HAL 953.

Abdul, Aziz Dahlan dkk. 2001. Ensiklopedi Hukum Islam. Ichtiar Baru Van Hoeve. Jakarta. Hal
63.

Abdul, Aziz Dahlan dkk. 2017. Penormaan Prinsip Syariah Dalam Hukum Indonesia.
Bandung: Kencana.

Joseph, Schacht. 2003. Pengantar Hukum Islam. Islamika. Yogyakarta.

Torik, Gunara, dkk. 2008. Marketing Muhammad Strategi Andal dan Jitu Praktek Bisnis Nabi
Muhammad Saw. PT Karya Kita. Bandung. Hal 90.

Laode, Kamaluddin dan Aboza M. Ricmuslim. Cerdas Binis Cara Rasullah. Richmuslim
Adiknya Bangsa. Jakarta. Hal 34.

Muhammad. 2009. Djakfar Hukum Bisnis Membangun Wacana Integrasi Pengundangan


Nasional dengan Syari’ah. UIN Malang Pres, Cet I. Hal 198.

Mustaq, Ahmad. 2003. Etika Bisnis Dalam Islam. Pustaka Al-Kautsar, Cet-cet. Hal 12345.

Sunan, Ibnu Majah. 2002. Tentang Orang-orang Yang Menjual Barang Cacat maka ia harus
menjelskannya. Kitab At-Tijarah. No 2247.

Imam, Al Ghazali. 2002. Benang Tipis Antara Halal dan Haram. Putra Belajar : Surabaya.

Departemen Pengembangan Bisnis, Perdagangan, dan Kewirausahaan Syariah.2011. Etika


Bisnis Islam. Gramata Publishing. Jakarta. Hal 99.

Ann, Wan Sang. 2008. Rahasia Bisnis Orang Cina Kunci Sukses Menguasai Perdagangan
Internasional. PT Mizan Publika. Jakarta: Hal 116.
TEKNIK PENULISAN LAPORAN

KETIKAN

Jenis huruf adalah Times New Roman, font 12, kertas ukuran A4.

JARAK BARIS

Jarak dari judul bab ke sub bab atau kalimat di bawahnya 3,0. Jarak dari judul sub bab ke
kalimat di bawahnya 2,5 spasi dan jarak isi 2,0.

MARGIN

Batas pengetikan diukur dari tepi kertas (margin):


Tepi atas : 4 cm
Tepi bawah : 3 cm
Tepi kiri : 4 cm
Tepi kanan : 3 cm

CETAK MIRING (Italic) DAN CETAK TEBAL (Bold)

Cetak miring digunakan untuk penulisan bahasa inggris dan latin Cetak tebal digunakan untuk
penulisan judul bab dan sub bab. ALINEA
Alinea atau penulisan kata di awal kalimat tidak boleh dimulai dengan kata hubung
(dengan, dan. dst.).

NOMOR HALAMAN

Bagian sampul sampai daftar lampiran nomor halaman terletak di tengah bawah, menggunakan
angka romawi kecil.
Bagian isi (Bab I-V) nomor halaman terletak di bagian kanan atas menggunakan angka romawi.
Bagian halaman sampul dan setiap sub bab nomor halaman dihilangkan termsuk daftar pustaka
LAPORAN PRAKTEK LAPANG
EKONOMI SYARIAH

(NAMA USAHA)

OLEH :

NAMA
NIM

JURUSAN/PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
LAPORAN PRAKTEK LAPANG
EKONOMI SYARIAH

(NAMA USAHA)

OLEH :

NAMA
NIM

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan pada Mata Kuliah


Ekonomi Syariah

JURUSAN/PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
HALAMAN PENGESAHAN

Judul :
Nama :
Stambuk :
Kelompok :
Jurusan/Program Studi :
Fakultas :

Menyetujui,

Koordinator Asisten Asisten Pendamping

…………………… …………………….

Mengetahui, Koordinator

Mata Kuliah
Manajemen Operasi Usaha Perikanan

NAMA DOSEN
NIP.

Kendari, Juni 2022


Tanggal Pengesahan
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
RIWAYAT HIDUP
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan dan Kegunaan

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori
(Sesuaikan Dengan Topik Praktek)
B. Penelitian Terdahulu
C. Kerangka Pikir

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat


B. Teknik Penarikan Sampel
C. Teknik Pengumpulan Data
D. Konsep Operasional
E. Analisis Data

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai