Anda di halaman 1dari 15

TUGAS RESUME

PORTOFOLIO MANAGEMENT

MODUL 8-10

Prof. Jogiyanto Hartono, MBA, CA, Ph.D

Nama:

Herman Susanto (485321)

MASTER OF BUSINESS ADMINISTRATION

MAGISTER MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS GADJAH MADA

2022
MODUL 8 KONSEP SAHAM

Kepemilikan perusahaan itu ditunjukkan dalam bentuk saham (stock). Terdapat 2 jenis saham
yaitu saham biasa (common stock( dan saham preferen (preferred stock). Perusahaan dapat
mengeluarkan kedua saham tersebut. Saham preferen memiliki hak-hak prioritas lebih daripada saham
biasa. Hak-hak prioritas dari saham preferen adalah ha katas dividen yang tetap dan hak terhadap
aktiva jika terjadi likuidasi, akan tetapi saham preferen tidak memiliki hak veto seperti yang dimiliki
oleh saham biasa.

8.1. Saham Preferen


Adalah saham yang mempunyai sifat gabungan antara obligasi dan saham biasa.
Saham preferen memberikan hasil yang tetap berupa dividen preferen. Dalam hal likuidasi,
klaim pemegang saham preferen dibawah klaim pemegang obligasi (bond).
1. Karakteristik Saham Preferen
Dibawah ini merupakan karakteristik dari saham preferen:
A. Preferen terhadap Dividen
a. Hak Preferen terhadap dividen adalah hak untuk menerima dividen terlebih
dahulu dibandingkan dengan pemegang saham biasa. Misalnya, dividen
untuk saham preferen disebutkan sebagai 7% dari nilai nominal Rp. 10.000,
maka dividen tetap untuk saham preferen ini adalah Rp. 700 untuk per
lembar sahamnya.
b. Saham preferen memberikan hak dividen kumulatif, yaitu hak kepada
pemegang saham preferen untuk menerima dividen tahun-tahun sebelumnya
yang belum dibayarkan sebelum pemegang saham biasa menerima
dividennya. Karena hak dividen kumulatif, dividen-dividen tahun
sebelumnya yang belum dibayarkan menjadi utang dividen (dividends in
arrears). Dividends in arrears adalah dividen-dividen periode lalu yang
belum dibagikan dan akan dibagikan nanti dalam bentuk dividen kumulatif.
B. Preferen pada Waktu Likuidasi
Hak preferen pada waktu likuidasi yaitu hak saham preferen untuk mendapatkan
terlebih dahulu aktiva perusahaan dibandingkan dengan saham biasa pada saat
terjadi likuidasi.
2. Macam Saham Preferen
Saham preferen terdiri dari saham preferen yang dapat dikonversikan ke
saham biasa (convertible preferred stock), saham preferen yang dapat ditebus (callable
preferred stock), saham preferen dengan tingkat dividen yang mengambang (floating
atau adjustable-rate preferred stock).
A. Convertible Preferred Stock
Pertukaran dari saham preferen ke saham biasa tidak menimbulkan keuntungan
atau kerugian di perusahaan emiten. Nilai yang dicatat pada perusahaan emmiten
untuk saham-saham ini adalah sebesar nilai nominalnya dan selisih yang diterima
yang berbeda dengan nilai nominalnya dicatat sebagai rekening Agio Saham.
B. Callable Preferred Stock
Memberikan hak kepada perusahaan yang mengeluarkan untuk membeli kembali
saham dari pemegang saham dan dengan nilai nominal yang lebih tinggi.
C. Floating atau Adjustable-rate Preferred Stock (ARP)
Saham inovasi baru yang dikeluarkan di Amerika Serikat pada tahun 1982. Saham
ini tidak membayar dividen secara tetap, tetapi tingkat dividen yang dibayar
tergantung dari tingka return dari sekuritas t-bill.
8.2. Saham Biasa
1. Hak Pemegang Saham Biasa
A. Hak Kontrol
Hak kontrol saham biasa yaitu hak pemegang saham biasa untuk memilih
pimpinan perusahaan.
B. Hak Menerima Pembagian Keuntungan
Hak menerima pembagian keuntungan yaitu hak pemegang saham biasa untuk
mendapatkan bagian dari keuntungan perusahaan.
C. Hak Preemptif
Hak Preemptif yaitu hak untuk mendapatkan presentasi kepemilikan yang sama
jika perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham untuk tujuan melindungi
hak kontrol dari pemegang saham lama dan melindungi harga saham lama dari
kemerosotan nilai.
2. Pembagian Dividen
Saham biasa dapat membayar dividend an dapat tidak membayar dividen.
Dividen ini biasanya dibayar dari hasil laba perusahaan. Proporsi yang dibayarkan dari
laba perusahaan disebut dengan rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio). Rasio
pembayaran dividen sebesar 25% artinya 25% laba perusahaan berjalan dibayarkan
sebagai dividen. Hal terpenting dalam pembayaran dividen adalah tanggal-tanggal waktu
pembayaran dividen. Berikut ini merupakan tabel yang menunjukkan tanggal-tanggal
pembayaran dividen.
Tabel 8.1. Tanggal-tanggal terkait pembayaran dividen
8.3. Saham Treasuri
Saham Treasuri yaitu saham milik perusahaan yang sudah pernah dikeluarkan dan
beredar yang kemudian dibeli kembali oleh perusahaan untuk disimpan sebagai treasuri yang
nantinya dapat dijual kembali. Alasan perusahaan emiten membeli kembali saham yang beredar
yaitu sebagai berikut:
1. Akan digunakan dan diberikan kepada manajer-manajer atau karyawan-karyawan
sebagai bonus dan kompensasi
2. Meningkatkan volume perdagangan di pasar modal
3. Dengan mengurangi jumlah saham yang tersedia di public seingga dapat mengurangi
kemungkinan perusahaan lain untuk menguasai jumlah saham secara mayoritas.
MODUL 9 NILAI-NILAI SAHAM

9.1. Nilai Buku dan Nilai-nilai Lain yang Berhubungan


1. Nilai Nominal
Nilai kewajiban yang ditetapkan untuk tiap-tiap lembar saham. Kepentingan dari nilai
nominal adalah untuk kaitannya dengan hukum. Nilai nominal ini merupakan modal per
lembar yang secara hukum harus ditahan di perusahaan untuk proteksi kepada kreditor
yang tidak dapat diambil oleh pemegang saham.
2. Agio Saham
Selisih yang dibayar oleh pemegang saham kepada perusahaan dengan nilai nominal
sahamnya.
3. Nilai Modal Disetor
Total yang dibayar oleh pemegang saham kepada perusahaan emiten untuk ditukarkan
dengan saham preferen atau saham biasa.
4. Laba Ditahan
Laba yang tidak dibagikan kepada pemegang saham. Laba yang tidak dibagi akan
diinvestasikan kembali ke perusahaan sebagai sumber dana internal.
5. Nilai Buku
Nilai buku per lembar saham yaitu aset bersih yang dimiliki oleh pemegang saham
dengan memiliki satu lembar saham. Rumus dari nilai buku per lembar saham yaitu:

Nilai Buku per lembar =

A. Nilai Buku Saham Preferen


Nilai buku saham preferen dihitung dengan mengalikan nilai tebus ditambah
dengan dividen yang di arrears dengan lembar saham preferen yang beredar
B. Nilai Buku Saham Biasa
Nilai buku saham biasa dihitung berdasarkan nilai ekuitas saham biasa. Nilai buku
saham biasa mudah dihitung jika perusahaan tidak mempunyai saham preferen.
Tabel 9.1. Penyajian ekuitas saham biasa di neraca
Tabel 9.2. Penyajian ekuitas saham preferen dan saham biasa di neraca

9.2. Nilai Pasar


Harga dari saham di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar.
Nilai pasar digunakan untuk mengukur pertumbuhan nilai perusahaan. Pertumbuhan
perusahaan menunjukkan investment opportunity set (IOS). Smith dan Watts (1992) juga Gaver
dan Gaver (1993) menggunakan rasio nilai pasar dibagi dengan nilai buku sebagai proksi dari
IOS yang merupakan pengukur pertumbuhan perusahaan.
Pertumbuhan =
Dimana:
NP = Nilai Pasar
BP = Nilai Buku
Jika nilai NP/BP lebih besar dari 1 dikatakan bahwa nilai perusahaan bertumbuh. Hal tersebut
menunjukkan nilai pasar perusahaan melebihi nilai bukunya.
9.3. Nilai Intrinsik
Nillai intrinsic adalah nilai seharusnya dari suatu saham. Terdapat dua analisis yang
banyak digunakan untuk menentukan nilai sebenarnya dari saham adalah analisis sekuritas
fundamental dan analisis teknis. Analisis fundamental menggunakan data fundamental, yaitu
data yang berasal dari keuangan perusahaan, sedangkan analisis teknis menggunakan data pasar
dari saham untuk menentukan nilai dari saham.
Anallisis fundamental adalah analisis untuk menghitung nilai intrinsic saham dengan
menggunakan data keuangan perusahaan.
MODUL 10 VALUASI SAHAM
Modul ini membahas nilai intrinsic dengan dua metode, yaitu metode nilai sekarang dari
aliras kas masa datang dan metode relatif. Metode nilai sekarang dari aliran kas masa datang
menunjukkan bahwa nilai perusahaan dicerminkan oleh nilai prospek di masa depan yang
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan arus kas di masa depan.
10.1. Pendekatan Nilai Sekarang
Nilai intrinsic/fundamental menunjukkan nilai seharusnya dari saham yang
diperdagangkan. Ada dua pendekatan untuk menghitung nilai intrinsik saham, yaitu pendekatan
nilai sekarang dan pendekatan PER (P/E ratio approach). Pendekatan nilai sekarang juga
disebut dengan metode kapitalisasi laba karena melibatkan proses kapitalisasi nilai-nilai masa
depan yang didiskontokan menjadi nilai sekarang.
10.2. Pendekatan Aliran Kas Diskonto
Jika investor percaya bahwa nilai dari perusahaan tergantung dari prospek perusahaan
tersebut di masa mendatang dan prospek ini merupakan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan aliran kas di masa depan, nilai perusahaan tersebut dapat ditentukan dengan
mendiskontokan nilai arus kas bebas di masa depan. Rumus dari pendekatan ini sebagai
berikut:

Dimana:

WACC = Weighted Average Cost of Capital


Rumus nilai perusahaan sekarang dengan prediksi aliran kas n tahun ke depan menjadi sebagai
berikut::

Nilai TVn merupakan nilai terminal yaitu nilai perusahaan pada akhir tahun ke n. WACC
adalah biaya modal rata-rata yang ditanggung perusahaan.
1. Menghitung Aliran Kas Bebas
Arus kas bebas adalah kas sisa yang dihasilkan perusahaan setelah mendanai operasinya
dan biaya aset-aset modalnya. Arus kas bebas menunjukkan seberapa baik perusahaan
mampu menghasilkan kas sisa. Aliran Kas Bebas (AKB) dapat dihitung dengan rumus:
Terdapat beberapa langkah dalam menghitung aliran kas bebas, diantaranya:
A. Menghitung laba bersih operasi setelah pajak
Adalah laba sebelum Bunga dan Pajak dikurangi dengan pajaknya sebagai berikut.

B. Menghitung investasi bersih di modal operasi


Adalah investasi di modal operasi yang dilakukan pada tahun berjalan. Rumusnya
sebagai berikut:

C. Menghitung operasi bersih di modal kerja


Adalah selisih dari aset-aset lancar operasi dengan kewajiban-kewajiban lancar
operasi. Rumusnya sebagai berikut:

Untuk memudahkan memahami rumus-rumus yang digunakan dalam perhitungan


Arus Kas Bebas, dapat terlihat pada diagram dibawah ini:
Gambar 10.1. Rumus menghitung arus kas bebas
Rumus Lain dari Aliran Kas Bebas
Berikut ini alternative perhitungan nilai aliras kas bebas:
FCF = NOPAT – NIOC
Dengan
NOPAT = EBIT x (1 x Tax Rate)
NIOC = NOWC + NIOA
Dengan mensubstitusi NOPAD dan NIOC, rumus FCF menjadi:
FCF = EBIT x (1 x Tax Rate) – NOWC – NIOA
Nilai EBIT x (1 x Tax Rate) ditambah dengan depresiasi dan nilai NIOA dikurangi
dengan depresiasi, rumus FCF menjadi:
FCF = EBIT x (1 x Tax Rate) + Depresiasi – NOWC – NIOA – Depresiasi
FCF = EBIT x (1 x Tax Rate) + Depresiasi – NOWC – (NIOA + Depresiasi)
FCF = EBIT x (1 x Tax Rate) + Depresiasi – NOWC – GNIOA (10-4)
Nilai (NIOA + Depresiasi) adalah Gross Investment in Operating Assets (GIOA).
2. Menghitung WACC
Adalah biaya modal rata-rata yang harus ditanggung oleh perussahaan. Perusahaan
umumnya mendanai modalnya dengan utang dan ekuitas. WACC menghitung rata-rata
timbangan kedua biaya modal tersebut sesuai dengan proporsinya masing-masing
sebagai berikut:

Dimana:
WACC = weighted average cost of capital
T = Tarif pajak
Wd = proporsi dari utang
Wp = proporsi dari saham preferen
Ws = proporsi dari saham biasa
Kd = biaya utang
Kp = biaya saham preferen
Ks = biaya saham biasa
A. Menghitung Biaya Utang
Adalah suku bunga yang harus dibayar oleh perusahaan untuk membayar utang-
utangnya. Biaya utang dihitung setelah pajak karena utang mempunyai
perlindungan pajak. Biaya utang dapat mengurangi pajak, karena biaya utang
dapat mengurangi laba bersih sebelum pajak. Umumnya perusahaan berutang
lewat pinjaman bank atau mengeluarkan obligasi. Jika perusahaan mendanai
modalnya dengan meminjam kepada bank, besarnya biaya utang adalah bunga
efektif yang dibayarkan kepada bank per tahunnya.
B. Menghitung Biaya Saham Preferen
Biaya saham preferen dapat dihitung dengan rumus model diskonto dividen untuk
dividen yang tetap sebagai berikut:

Sehingga:

Dimana:
Kp = biaya saham preferen
Pp = harga pasar saham preferen
D = Dividen yang dibayar oleh saham preferen
Jika perusahaan mengeluarkan saham preferen baru, biaya saham preferen harus
disesuaikan dengan biaya mengeluarkan saham baru. Biaya ini disebut biaya
flotasi yang berupa konsultan, biaya konsultasi hukum, dan lainnya. Rumus biaya
saham preferen setelah adanya biaya flotasi adalah sebagai berikut:

C. Menghitung Biaya Saham Biasa


Terdapat 3 cara untuk menghitug biaya saham biasa, diantaranya:
a. Dengan dasar hasil obligasi
Hasil obligasi adalah bunga yang dibayarkan oleh suatu obligasi. Karena
saham lebih berisiko dari obligasi, maka biaya saham biasa ditambah
dengan premium risiko dari hasil obligasi. Premium risiko adalah tambahan
hasil karena tambahan risiko yang ditanggung. Rumus biaya saham biasa
adalah:
Ks = hasil obligasi + premium risiko
b. Dengan model diskonto dividen
Rumus dengan cara ini sebagai berikut:

Biaya saham biasa dapat dihitung dengan rumus:

Untuk saham yang baru diterbitkan dengan adanya biaya flotasi sebesar F,
rumusnya menjadi:

Dimana:
Ks = biaya saham biasa
D0 = dividen awal tahun
G = pertumbuhan dividen
F = biaya flotasi
c. Dengan rumus CAPM
Untuk perusahaan yang tidak membayar dividen, rumus CAPM dapat
digunakan untuk menghitung biaya saham biasa. Rumus dari Capital Asset
Pricing Model (CAPM) sebagai berikut:

Dimana:
Ks = biaya saham biasa
RBR = return bebas risiko
RM = Retrun pasar
Β = risiko sistematik saham
RM = Return pasar
3. Menghitung Nilai Intrinsik Perusahaan dengan Aliran Kas Bebas
Nilai intrinsic perusahaan dapat dihitung dengan nilai sekarang aliran-aliran kas bebas
masa depan yang didiskontokan dengan WACC. Aliran-aliran kas bebas masa depan di
estimasi dengan menggunakan aliran-aliran kas bebas historis yang sudah terjadi.
4. Menghitung Nilai Intrinsik Perusahaan Denagan Aliran Kas Bebas Ekuitas
Rumus aliran kas bebas ekuitas (AKBE) sebagai berikut:
AKBE = AKB – Biaya Bunga x (1 – Tarif Pajak) + Tambahan Utang
Nilai intrinsic perusahaan dihitung dengan menghitung nilai sekarang AKBE masa depan
didiskontokan dengan biaya modal ekuitas bukan dengan WACC.

10.3. Model Diskonto Dividen


Model diskonto dividen adalah model untuk menghitung nilai intrinsic saham dengan
mendiskontokan arus dividen masa depan ke nilai sekarang. Model ini pengembangan lebih
lanjut dari model diskonto arus kas bebas. Arus kas merupakan komponen di dalam penentuan
nilai perusahaan. Arus kas merupakan kas yang diterima oleh perusahaan emiten. Sebagai
alternative dari arus kas, laba perusahaan (earnings) juga dapat digunakan untuk menghitung
nilai perusahaan. Earnings yang diperoleh dari perusahaan dapat ditahan sebagai sumber dana
internal atau dibagikan dalam bentuk dividen. Rumus model diskonto dividen untuk
menghitung nilai intrinsic saham adalah:

Dimana:
Dt =dividen yang dibayarkan untuk periode ke t
Rumus diatas dapat juga dituliskan:

1. Pembayaran Dividen Tidak Teratur


Kenyataannya beberapa perusahaan membayar dividen dengan tidak teratur, yaitu
dividen tiap-tiap periode tidak mempunyai pola yang jelas bahkan untuk periode-periode
tertentu tidak membayar dividen sama sekali. Jika pembayaran dividen tidak beraturan
dari waktu ke waktu, D1, D2, dan seterusnya tidak sama nilainya dan berbeda-beda
nilainya.
2. Dividen Konstan Tidak Bertumbuh
Umumnya perusahaan enggan memotong dividen karena pengurangan dividen akan
dianggap sebagai sinyal jelek oleh investor. Perusahaan yang memotong dividen akan
dianggap mengalami kesulitan likuiditas sehingga perlu mendapatkan tambahan dana
dengan memotong dividen. Hal yang paling banyak ditemui adalah perusahaan
membayar dividen yang konstan dari waktu ke waktu untuk menunjukkan bahwa
likuiditas perusahaan dalam keadaan stabil. Rumusnya adalah:
Dan dapat disederhanakan menjadi:

Rumus diatas menunjukkan model tidak bertumbuh atau model pertumbuhan nol dari
pembayaran dividen untuk menghitung nilai intrinsic saham yang membayar dividen
konstan sebesar D dengan tingkat bunga diskonto sebesar k. kasus dividen konstan
umumnya dilakukan untuk menilai saham preferen karena dividen saham preferen
biasanya adalah konstan yang umumnya dinyatakan dalam persentasi dari nilai
nominalnya.
3. Pertumbuhan Dividen yang Konstan
Untuk kasus dividen yang bertumbuh secara konstan, yaitu dengan pertumbuhan sebesar
g. jika dividen periode awal adalah D0, maka dividen periode kesatu adalah D0(1+g) dan
periode kedua adalah sebesar D0(1+g)(1+g) atau D0(1+g)^2 dan seterusnya. Rumusnya
adalah:

Rumus ini dapat disederhanakan menjadi:

(10-20)
Untuk D1 = D0(1+g) maka menjadi:

(10-21)
Rumus 10-20 dan 10-21 disebut dengan model pertumbuhan konstan. Rumus ini juga
dikenal dengan model Gordon karena Myron J. Gordon merupakan orang yang
mengembangkan dan mengenalkan model ini.
4. Harga Jual Akhir
Model diskonto dividen mengasumsikan bahwa arus dividen sifatnya adalah infiniti
artinya dividen harus dibayar terus sampai periode tak terhingga. Akan tetapi tidak
semua investor menyukai dividend an akan memegang saham selamanya. Investor
seperti ini biasanya mementingkan capital gain dibandingkan dividen. Keuntungan
modal adalah keuntungan penjual saham akibat selisih dari harga jual saham dengan
harga belinya. Rumus harga jual akhir adalah:

Nilai Pn merupakan nilai harga jual dari saham atau disebut dengan nilai terminal.
10.4. Pendekatan PER
Price Earning Ratio (PER) menunjukkan rasio dari harga saham terhadap earnings.
Ratio ini menunjukkan berapa besar investor menilai harga dari saham terhadap kelipatan dari
earnings. Misalnya nilai PER adalah 5, maka ini menunjukkan bahwa harga saham merupakan
kelipatan dari 5 kali earnings perusahaan. Misalnya, earnings yang digunakan adalah earnings
tahunan dan semua earnings dibagikan dalam bentuk dividen,maka nilai PER sebesar 5 juga
menunjukkan lama investasi pembelian saham akan kembali selama 5 tahun.

Anda mungkin juga menyukai