Anda di halaman 1dari 40

 

PENGGUNAAN BAHASA DAERAH DI KALANGAN REMAJA

(STUDI KASUS SISWA-SISWI

SMA LABSCHOOL JAKARTA)

Karya Tulis
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas
dalam Menyelesaikan SMA

RESTANANDA NABILLA YUSACC

No. Induk : 11.5034


Kelas : XII IPS-2

SMA LABSCHOOL JAKARTA

2013/2014
 

LEMBAR PENGESAHAN

Karya tulis ini telah dibaca dan disetujui oleh:

Guru Pembimbing

Sri Suyanti, S.Pd.

Tanggal: !!!!!!!!!..

Wali Kelas

Drs. Dendy Julianto

Tanggal: !!!!!!!!!..

Nama : Restananda Nabilla Yusacc


No. Induk :11.5034
 Angkatan : 2013/2014

 
 

KATA PENGANTAR

 Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT karena berkat

lindungan-Nya karya tulis ini dapat terselesaikan dengan baik dan tanpa

hambatan hingga sampai di tangan pembaca.

Karya tulis ini merupakan salah satu tugas yang harus penulis

selesaikan dalam rangka sebagai syarat menyelesaikan pendidikan SMA

di SMA Labschool Jakarta. Tugas ini dapat membantu dalam pendidikan

tingkat lanjut atau perkuliahan, seperti pembuatan makalah ataupun

skripsi.

Terima kasih sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada seluruh

pihak yang membantu baik secara moral ataupun materiil, yaitu:

1) Kepala SMA Labschool Jakarta, Bapak Drs. H. Fakhruddin M.Si.,

Wakabid Akademik Bapak Suparno, S.Pd., serta Wakabid

Kesiswaan Bapak Parno Supriatno, S.Pd.

2) Bapak Drs. Dendy Julianto selaku wali kelas XII IPS-2 yang

senantiasa memberikan dukungan

3) Ibu Sri Suyanti, S.Pd. selaku guru pembimbing karya tulis yang

selalu memberikan saran dan masukan dalam pembuatan karya

tulis ini

""" 
 

4) Kedua orangtua penulis, Papa H. Rizal Yusacc, S.Sos, M.Si. dan

Mama Vera Yuniar, serta adik penulis Rivananda Nazhira Yusacc

atas segala doa dan dorongannya

5) Seluruh Bapak dan Ibu Guru SMA Labschool Jakarta yang telah

memotivasi dalam penulisan karya tulis ini

6) Teman-teman penulis serta Prasgantara Vidrathama yang selalu

mendorong penulis untuk menyelesaikan karya tulis

7) Pihak lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu namun

membantu penulis dalam penulisan karya tulis ini

Penulis berharap karya tulis ini bermanfaat bagi pembaca, juga

bagi kemajuan bahasa daerah di Indonesia. Jika terdapat kesalahan kata-

kata atau hal yang kurang berkenan, penulis memohon maaf sebesar-

besarnya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari

pembaca sekalian agar dapat menjadi lebih baik lagi.

Jakarta, 22 Oktober 2013

Restananda Nabilla Yusacc

"# 
 

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!..ii

KATA PENGANTAR!!!!!!!!!!!..!!!!!!!!!!!iii

DAFTAR ISI!!!!!!!!!!!..!!!!!!!!!!!!!!...v

DAFTAR LAMPIRAN!!!!!!!!!!!..!!!!!!!!!!..vii

BAB I PENDAHULUAN!!!!!!!..!!!!!!!!!!!!!...1

1.1 Latar Belakang!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!...1

1.2 Identifikasi Masalah!!!!!!!!!!!!!!!!!!...2

1.3 Pembatasan Masalah!!!!!!!!!!!!!!!!!!3

1.4 Perumusan Masalah!!!!!!!!!!!!!!!!!!..3

1.5 Metode Penulisan dan Teknik Pengumpulan Data!!!!!..3

1.6 Tujuan Pembahasan!!!!!!!!!!!!!!!!!!..4

1.7 Kegunaan Pembahasan!!!!!!!!!!!!!!!!!4

BAB II KAJIAN PUSTAKA!!!!!!!!!!!!!!.!!!!!...6

2.1 Definisi Remaja!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!..6

2.2 Definisi Bahasa Daerah!!!!!!!!!!!!!!!!!8

2.2.1 Bahasa Daerah di Indonesia!!!!!!!!!!!8

BAB III PEMBAHASAN!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!15 

3.1 Objek Penelitian!!!!!!!!!!!!!!!!!!!...15

3.1.1 Populasi!!!!!!!!!!!!!!!!!!!..15

3.1.2 Sampel!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!15

3.2 Kemampuan Berbahasa Daerah!!!!!!!!!!!!...16


 

3.3 Peran Keluarga Terhadap Penggunaan Bahasa Daerah!!.19

3.4 Pandangan Terhadap Bahasa Daerah!!!!!!!!!!21

3.5 Upaya Pelestarian Bahasa Daerah!!!!!!!!!!!..25

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN!!!!!!!!!!!!!!....28 

4.1 Kesimpulan!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!...28

4.2 Saran!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!.!29

DAFTAR PUSTAKA!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!.!!.31 

#" 
 

DAFTAR LAMPIRAN

!"#$%& $!()! &*+,-

"./. /01020.3 :
 $43.2 : 
54102 $43./01 : +.6073.60/ 8494/:;.1 (301<6.90 =.1< >41.9 )

 ?@A@1 B0020 B41<.1 >.06C >41.9C B.1 24D;D;97D;D;91=.C


 &%(,?! $!-,E )! ! 

1.   Apakah Anda bisa berbahasa daerah?


a)  Ya (lewati pertanyaan no. 4)  
 b)  Sedikit/tidak lancar (lewati pertanyaan no. 4)  
c)  Tidak (setelah menjawab pertanyaan no. 2 langsung ke no. 4)  

2.  Bahasa apa saja yang dapat Anda gunakan?


a)  Bahasa daerah sendiri
 b)  Bahasa daerah lain
c)  Bahasa inggris
d)  Bahasa asing lainnya
(jawaban boleh lebih dari satu)

3.  Darimana Anda belajar bahasa daerah?


a)  Keluarga
 b)  Sekolah
c)  Teman
d)  Otodidak (tv, internet, buku, dll)
e)  Lainnya, sebutkan __________
(lanjut ke pertanyaan no. 5)

 
#""
 

4.   Apa alasan Anda tidak dapat berbahasa daerah sama sekali?
a)  Tidak ada yang mengajarkan
 b)  Tidak menyukai bahasa daerah
c)  Malas belajar bahasa baru
d)  Lainnya, sebutkan __________
5.   Apakah keluarga Anda masih menggunakan bahasa daerah?
a)  Ya
 b)  Kadang-kadang
c)  Tidak

6.  Bagaimana pandangan Anda terhadap bahasa daerah?


__________________________________________________________________
__________________________________________________________________

7.  Manakah yang menurut anda lebih penting:


a)  Bahasa asing
Karena:
___________________________________________________________
 b)  Bahasa daerah
Karena:
___________________________________________________________

8.  Bagaimana peranan bahasa daerah di kehidupan Anda?


a)  Penting
 b)  Kurang penting
c)  Tidak penting

9.   Apakah Anda ingin melestarikan penggunaan bahasa daerah di


Indonesia?
a)  Ya

 
#"""
 

 b)  Tidak tahu


c)  Tidak

10.  Jika bahasa daerah lama-lama punah, menurut Anda siapa


 yang harus bertanggung jawab?
a)  Pemerintah
 b)  Masyarakat
c)  Guru
d)  Bangsa asing
e)  Lainnya, sebutkan….

"$ 
 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri

dari 13.487 pulau dan memiliki 237 juta jiwa penduduk pada tahun 2010.

Terdapat 1.340 suku bangsa menurut sensus BPS tahun 2010. Sudah

sewajarnya dengan luas wilayah dan jumlah penduduk yang besar,

Indonesia memiliki keragaman budaya.

Kebudayaan tentu akan punah jika tidak ada yang melestarikannya.

Sebagai generasi yang dinilai sudah cukup matang dan bisa menentukan

pilihan, remaja sebagai generasi penerus bangsa memiliki tanggung

 jawab untuk melestarikan budaya. Hal yang paling mudah dan bisa

ditanamkan sejak dini yaitu dengan berbahasa daerah.

Indonesia adalah negara dengan jumlah bahasa daerah terbanyak di

dunia, sebanyak 719 bahasa daerah. Walaupun Indonesia memiliki

bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, namun penggunaan bahasa

daerah masih signifikan. Terutama di daerah pedalaman dan terpencil.

Tapi, tidak jarang juga kita mendengarnya di kota-kota besar, terutama

dari mulut para pendatang.

Di SMA Labschool Jakarta, sebagai sekolah yang menanamkan

karakter kepemimpinan dan kebangsaan, penulis memandang

%
 

penggunaan bahasa daerah sangat kurang. Faktor yang memengaruhinya

bisa jadi karena lingkungan rumah, pergaulan, bahkan pendidikan.

Terutama karena pengaruh budaya asing sehingga bahasa daerah dinilai

sudah tidak penting lagi karena tidak memengaruhi akademis dan masa

depan.

Oleh karena itu, penulis ingin mengkaji masalah ini lebih lanjut.

1.2 Identifikasi Masalah

Seperti apa yang sudah penulis uraikan pada latar belakang di atas,

pertanyaan yang muncul dan dapat penulis jabarkan yaitu:

a. Apakah siswa-siswi SMA Labschool Jakarta masih bisa menggunakan

bahasa daerah mereka masing-masing?

b. Bagaimana pandangan siswa-siswi SMA Labschool Jakarta terhadap

bahasa daerah?

c. Apakah siswa-siswi SMA Labschool Jakarta memahami pentingnya

melestarikan bahasa daerah?

d. Apakah siswa-siswi SMA Labschool Jakarta lebih mementingkan

wawasan global daripada kepentingan nasional? (contoh: penggunaan

bahasa asing daripada bahasa daerah)

e. Apakah siswa-siswi SMA Labschool Jakarta ditanamkan untuk

berbahasa daerah di lingkungan rumah?

f. Seberapa pentingkah keberadaan bahasa daerah dalam kehidupan

sehari-hari siswa-siswi SMA Labschool Jakarta?

 
 

1.3 Pembatasan Masalah

Karena terlalu luasnya masalah yang ada, penulis tidak mungkin

dapat membahas keseluruhannya dalam karya tulis ini karena

keterbatasan waktu dan kesempatan. Maka, penulis hanya membatasi

masalah yaitu penggunaan bahasa daerah di kalangan remaja,

khususnya siswa-siswi SMA Labschool Jakarta.

1.4 Perumusan Masalah

Ditinjau dari pembatasan masalah tersebut, maka dapat dirumuskan

inti dari permasalahannya yaitu bagaimana penggunaan bahasa daerah di

kalangan remaja, khususnya siswa-siswi SMA Labschool Jakarta?

1.5 Metode Penulisan dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam penulisan karya tulis ini, penulis menggunakan metode

deskriptif yaitu suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia,

suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu

kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini

adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara

sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat hubungan

antarfenomena yang diselidiki. Jenis metode deskriptifnya yaitu studi

kasus atau penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenan

dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas.

Dalam pengumpulan data, penulis menyebarkan angket dengan

acak kepada siswa-siswi SMA Labschool Jakarta.

 
 

1.6 Tujuan Pembahasan

Tujuan dari karya tulis ini adalah:

a. Mengetahui penggunaan bahasa daerah di kalangan siswa-siswi

SMA Labschool Jakarta

b. Memberikan gambaran mengenai perkembangan bahasa daerah di

kalangan remaja saat ini

c. Memberikan motivasi kepada remaja untuk menghargai dan

melestarikan bahasa daerahnya masing-masing

d. Memberikan dorongan kepada remaja untuk lebih selektif dalam

mengikuti arus globalisasi agar tidak mengganggu kepentingan

nasional

e. Memacu pihak sekolah agar turut serta melestarikan bahasa

daerah

1.7 Kegunaan Pembahasan

Manfaat yang dapat diambil dari karya tulis ini yaitu sebagai berikut:

1. Untuk pihak siswa

1) Terdorong untuk melestarikan bahasa daerah sebagai kekayaan

nasional

2) Menyadari bahasa daerah dapat menumbuhkan karakter

kebangsaan

3) Menyadari pentingnya bahasa daerah

4) Menumbuhkan rasa kebanggaan terhadap bahasa daerah

 
 

2. Untuk pihak sekolah

1) Memahami pentingnya bahasa daerah sebagai salah satu

pelajaran pertumbuhan karakter

2) Memberikan dorongan untuk berpartisipasi dengan membuat

program pelestarian bahasa daerah

3. Untuk pihak pemerintah

1) Memotivasi untuk melakukan upaya pelestarian budaya nasional

melalui pendidikan di sekolah

2) Menyadarkan akan kurangnya upaya pelestarian budaya nasional

melalui pendidikan di sekolah

 
 

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Definisi Remaja

Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau

tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence  mempunyai arti yang lebih

luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik

(Hurlock. 1992). Pasa masa ini sebenarnya tidak mempunyai tempat yang

 jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan

dewasa atau tua.

Seperti yang dikemukakan oleh Calon (Monks, dkk. 1994) bahwa

masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan

karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki

status anak. Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004; 53) masa remaja

adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami

perkembangan semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa.

Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun

bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria.

Sedangkan pengertian remaja menurut Zakiah Darajat (1990;

23) adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa

perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka

 
 

bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau

bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang.

Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2003: 26) bahwa

adolescene  diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa

anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan

sosial-emosional.

Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah

antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya

dibedakan atas tiga, yaitu 12 – 15 tahun = masa remaja awal, 15 – 18

tahun = masa remaja pertengahan, dan 18 – 21 tahun = masa remaja

akhir. Tetapi Monks, Knoers, dan Haditono membedakan masa remaja

menjadi empat bagian, yaitu masa pra-remaja 10 – 12 tahun, masa

remaja awal 12 – 15 tahun, masa remaja pertengahan 15 – 18 tahun, dan

masa remaja akhir 18 – 21 tahun (Deswita. 2006; 192).

Definisi remaja yang dipaparkan oleh Sri Rumini dan Siti Sundari,

Zakiah Darajat, dan Santrock tersebut menggambarkan bahwa masa

remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak dengan masa

dewasa dengan rentang usia antara 12-21 tahun, dimana pada masa

tersebut terjadi proses pematangan baik itu pematangan fisik, maupun

psikologis.

 
 

2.2. Definisi Bahasa Daerah

Bahasa daerah adalah suatu bahasa yang dituturkan di suatu wilayah

dalam sebuah negara kebangsaan; apakah itu pada suatu daerah kecil,

negara bagian federal atau provinsi, atau daerah yang lebih luas.

Dalam rumusan Piagam Eropa untuk Bahasa-Bahasa Regional atau

Minoritas: bahasa-bahasa daerah atau minoritas adalah bahasa-bahasa

yang:

a. Secara tradisional digunakan dalam wilayah suatu negara, oleh warga

negara dari negara tersebut, yang secara numerik membentuk

kelompok yang lebih kecil dari populasi lainnya di negara tersebut

b. Berbeda dari bahasa resmi (atau bahasa-bahasa resmi) dari negara

tersebut

2.2.1 Bahasa Daerah di Indonesia

Jumlah bahasa daerah di Indonesia yaitu 719. Dari 719 bahasa

daerah, 706 bahasa masih digunakan dan 13 diantaranya telah punah.

Dari 706 bahasa yang masih digunakan, 21 bahasa masih terjaga, 97

masih berkembang, 248 sedikit penggunaannya, 265 dalam masalah, dan

75 terancam punah. Bahasa yang hampir punah tersebut tersebar di

Kalimantan (1 bahasa), Maluku (22 bahasa), Papua Barat dan Kepulauan

Halmahera (67 bahasa), Sulawesi (36 bahasa), Sumatera (2 bahasa), dan

Timor-Flores dan Bima-Sumbawa (11 bahasa).

Indonesia secara umum terbagi ke dalam dua kelompok rumpun

bahasa, yaitu Austronesia dan non-Austronesia. Bahasa yang termasuk

 
 

ke dalam rumpun non-Austronesia yang banyak terdapat di wilayah timur

Indonesia kondisinya paling mengkhawatirkan. Sebanyak 169 bahasa

yang berasal dari timur Indonesia bahkan hanya memiliki penutur yang

 jumlahnya kurang dari 500 orang.

Bahasa daerah di Indonesia berdasarkan wilayah yaitu:

a) Sumatera

 Aceh, Bangka, Batak Alas-Kluet (Alas, Kluet), Batak Angkola,

Batak Dairi/Pakpak (Singkil), Batak Karo, Batak Mandailing, Batak

Simalungun, Batak Toba, Col, Duano, Enggano, Gayo, Haji, Kaur,

Kerinci, Komering, Kubu, Lampung Api, Lampung Nyo, Loncong,

Lubu, Melayu, Melayu Tengah, Melayu Jambi, Mentawai,

Minangkabau (Aneuk Jamee), Musi, Nasal, Nias, Pekal, Rejang,

Sigulai, Simeulue (Lekon/ Haloban).

b) Jawa

Baduy, Betawi, Indonesia Peranakan, Javindo, Jawa, Kangean,

Kawi, Madura, Osing, Pecok, Sunda, Tengger.

c) Nusa Tenggara

 Abui, Adang, Adonara, Alor, Amarasi, Anakalangu, Bali,

Bengkala, Bilba, Bima, Blagar, Bunak, Dela-Oenale, Dengka, Dhao,

Ende, Hamap, Helong, Ile Ape, Kabola, Kafoa, Kamang, Kambera,

Kedang, Kelon, Kemak, Ke'o, Kepo', Kodi, Komodo, Kui, Kula,

Lamaholot, Lamalera, Lamatuka, Lamboya, Lamma, Laura, Lembata

Barat, Lembata Selatan, Levuka, Lewo Eleng, Lewotobi, Lio, Lole,

 
 

%.

Melayu Bali, Melayu Kupang, Melayu Larantuka, Mamboru,

Manggarai, Nage, Nedebang, Ngada, Ngada Timur, Palue, Rajong,

Rembong, Retta, Ringgou, Riung, Rongga, Sabu, Sasak, Sawila,

Sikka, So'a, Sumbawa, Tambora, Tereweng, Termanu, Tetun, Tewa,

Tii, Uab Meto, Wae Rana, Wanukaka, Wejewa, Wersing.

d) Kalimantan

 Abal, Ampanang, Aoheng, Bahau, Bakati', Barangas, Bekati'

Rara, Bekati' Sara, Bakumpai, Banjar, Basap, Benyadu', Bidayuh

Biatah, Bidayuh Bukar-Sadong, Bolongan, Bukat, Bukitan, Burusu,

Dusun Deyah, Dusun Malang, Dusun Witu, Embaloh, Hovongan,

Iban, Jangkang, Kayan Mahakam, Kayan Busang, Kayan Sungai

Kayan, Kayan Mendalam, Kayan Wahau, Kelabit, Kembayan,

Kendayan, Keninjal, Kenyah Kelinyau, Kenyah Wahau, Kereho,

Kohin, Lawangan, Lengilu, Lun Bawang, Ma'anyan, Melayu Berau,

Melayu Bukit, Melayu Kutai Kota Bangun, Melayu Kutai Tenggarong,

Melayu Dayak, Modang, Mualang, Ngaju, Okolod, Ot Danum, Paku,

Punan Aput, Punan Merah, Punan Merap, Punan Tubu, Putoh,

Ribun, Sa'ban, Sanjau Basap, Sanggau, Seberuang, Segai, Selungai

Murut, Semandang, Sembakung Murut, Siang, Tagal Murut, Taman,

Tausug, Tawoyan, Tidong, Tunjung, Uma' Lasan, Uma' Lung.

e) Sulawesi

 Andio, Aralle-Tabulahan, Bada, Bahonsuai, Bajau Indonesia,

Balaesang, Balantak, Bambam, Banggai, Bantik, Baras, Batui,

 
 

%%

Behoa, Bentong, Bintauna, Boano, Bobongko, Bolango, Bonerate,

Budong-Budong, Bugis, Bungku, Buol, Busoa, Campalagian, Cia-

Cia, Dakka, Dampelas, Dondo, Duri, Enrekang, Gorontalo,

Kaidipang, Kaili Da'a, Kaili Ledo, Kaili Unde, Kaimbulawa, Kalao,

Kalumpang, Kamaru, Kioko, Kodeoha, Konjo Pegunungan, Konjo

Pesisir, Koroni, Kulisusu, Kumbewaha, Laiyolo, Lasalimu, Lauje,

Lemolang, Liabuku, Lindu, Lolak, Maiwa, Makassar, Melayu

Makassar, Melayu Manado, Malimpung, Mamasa, Mamuju, Mandar,

Moma, Mongondow, Mori Atas, Mori Bawah, Moronene, Muna,

Napu, Padoe, Pamona, Panasuan, Pancana, Pannei, Pendau,

Ponosakan, Rahambuu, Rampi, Ratahan, Saluan, Sangir, Sarudu,

Sedoa, Seko Padang, Seko Tengah, Selayar, Suwawa, Tae', Taje,

Tajio, Talaud, Taloki, Talondo', Toala', Tolaki, Tomadino, Tombelala,

Tombulu, Tomini, Tondano, Tonsawang, Tonsea, Tontemboan,

Topoiyo, Toraja-Sa'dan, Totoli, Tukang Besi Selatan, Tukang Besi

Utara, Ulumanda', Uma, Waru, Wawonii, Wolio, Wotu.

f) Kepulauan Maluku

 Alune, Amahai, Ambelau, Aputai, Asilulu, Babar Tenggara,

Babar Utara, Banda, Barakai, Bati, Batuley, Benggoi, Boano, Bobot,

Buli, Buru, Dai, Damar Barat, Damar Timur, Dawera-Daweloor,

Dobel, Elpaputih, Emplawas, Fordata, Galela, Gamkonora, Gane,

Gebe, Geser-Gorom, Gorap, Haruku, Hitu, Horuru, Hoti, Huaulu,

Hukumina, Hulung, Ibu, Ili'uun, Imroing, Kadai, Kaibobo, Kamarian,

 
 

%&

Kao, Karey, Kayeli, Kei, Kisar, Koba, Kola, Kompane, Kur, Laba,

Laha, Larike-Wakasihu, Latu, Leti, Liana-Seti, Lisabata-Nuniali,

Lisela, Lola, Loloda, Lorang, Loun, Luang, Luhu, Maba, Makian

Barat, Makian Timur, Melayu Ambon, Melayu Bacan, Melayu Banda,

Melayu Maluku Utara, Mangole, Manipa, Manombai, Manusela,

Mariri, Masela Barat, Masela Tengah, Masela Timur, Masiwang,

Modole, Moksela, Naka'ela, Nila, Naulu Selatan, Naulu Utara, Nusa

Laut, Oirata, Pagu, Palumata, Patani, Paulohi, Perai, Piru, Roma,

Sahu, Salas, Saleman, Saparua, Sawai, Seit-Kaitetu, Selaru,

Seluwasan, Sepa, Serili, Serua, Sula, Tabaru, Taliabu, Talur,

Tarangan Barat, Tarangan Timur, Tela-Masbuar, Teluti, Teor,

Ternate, Ternateño,  Te'un, Tidore, Tobelo, Tugun, Tugutil, Tulehu,

Ujir, Waioli, Watubela, Wamale Selatan, Wamale Utara, Yalahatan,

Yamdena.

g) Papua

 Abinomn, Abun, Aghu, Airoran, Ambai, Anasi, Ansus, Arandai,

 Arguni, As, Asmat Pantai Kasuari, Asmat Tengah, Asmat Utara,

 Asmat Yaosakor, Atohwaim, Auye, Awbono, Awera, Awyi, Awyu

 Asue, Awyu Tengah, Awyu Edera, Awyu Jair, Awyu Utara, Awyu

Selatan, Bagusa, Baham, Barapasi, Bauzi, Bayono, Bedoanas,

Beneraf, Berik, Betaf, Biak, Biga, Biritai, Bonggo, Burate, Burmeso,

Burumakok, Buruwai, Busami, Citak, Citak Tamnim, Dabe, Damal,

Dani Lembah Bawah, Dani Lembah Tengah, Dani Lembah Atas,

 
 

%'

Dani Barat, Dao, Dem, Demisa, Dera, Diebroud, Dineor, Diuwe,

Doutai, Duriankere, Dusner, Duvle, Edopi, Eipomek, Ekari, Elseng,

Emem, Eritai, Erokwanas, Fayu, Fedan, Foau, Gresi, Hatam, Hupla,

Iau, Iha, Iha Pijin, Irarutu, Iresim, Isirawa, Itik, Iwur, Jofotek-Bromnya,

Kaburi, Kais, Kaiy, Kalabra, Kamberau, Kamoro, Kanum Bädi,

Kanum Ngkâlmpw, Kanum Smärky, Kanum Sota, Kapauri, Kaptiau,

Karas, Karon Dori, Kaure, Kauwera, Kawe, Kayagar, Kayupulau,

Kehu, Keijar, Kemberano, Kembra, Kemtuik, Ketengban, Ketum,

Kimaghima, Kimki, Kirikiri, Kofei, Kokoda, Kombai, Komyandaret,

Konda, Koneraw, Kopkaka, Korowai, Korupun-Sela, Kosare, Kowiai,

Kuri, Kurudu, Kwer, Kwerba, Kwerba Mamberamo, Kwerisa,

Kwesten, Kwinsu, Legenyem, Lepki, Liki, Maden, Mai Brat, Mairasi,

Maklew, Melayu Papua, Mander, Mandobo Atas, Mandobo Bawah,

Manem, Manikion, Mapia, Marau, Marind, Marind Bian, Masimasi,

Massep, Matbat, Mawes, Ma'ya, Mekwei, Meoswar, Mer, Meyah,

Mlap, Mo, Moi, Molof, Mombum, Momina, Momuna, Moni, Mor, Mor,

Morai, Morori, Moskona, Mpur , Munggui, Murkim , Muyu Utara,

Muyu Selatan, Nafri, Nakai, Nacla, Namla, Narau, Ndom, Nduga,

Ngalum, Nggem, Nimboran, Ninggerum, Nipsan, Nisa, Obokuitai,

Onin, Onin Pijin, Ormu, Orya, Papasena, Papuma, Pom, Puragi,

Rasawa, Riantana, Roon, Samarokena, Saponi, Sauri, Sause,

Saweru, Sawi, Seget, Sekar, Semimi, Sempan, Sentani, Serui-Laut,

Sikaritai, Silimo, Skou, Sobei, Sowanda, Sowari, Suabo, Sunum,

 
 

%(

Tabla, Taikat, Tamagario, Tanahmerah, Tandia, Tangko, Tarpia,

Tause, Tebi, Tefaro, Tehit, Tobati, Tofanma, Towei, Trimuris,

Tsaukambo, Tunggare, Una, Uruangnirin, Usku, Viid, Vitou, Wabo,

Waigeo, Walak, Wambon, Wandamen, Wanggom, Wano,

Warembori, Wares, Waris, Waritai, Warkay-Bipim, Waropen, Wauyai,

Woi, Wolai, Woria, Yahadian, Yale Kosarek, Yali Angguruk, Yali

Ninia, Yali Lembah, Yaqay, Yarsun, Yaur, Yawa, Yei, Yelmek,

Yeretuar, Yetfa, Yoke, Zorop.

Bahasa daerah di Indonesia yang terpopuler dan memiliki

 jumlah penutur terbanyak menurut data sensus tahun 2000 yaitu:

a) Bahasa Jawa (84.300.000 jiwa)

b) Bahasa Sunda (34.000.000 jiwa) 

c) Bahasa Madura (13.600.000 jiwa) 

d) Bahasa Minangkabau (5.530.000 jiwa) 

e) Bahasa Musi (3.930.000 jiwa) 

f) Bahasa Bugis (3.500.000 jiwa) 

g) Bahasa Banjar (3.500.000 jiwa) 

h) Bahasa Aceh (3.500.000 jiwa) 

i) Bahasa Aceh (3.300.000 jiwa) 

 j) Bahasa Betawi (2.700.000 jiwa) 

 
 

BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Objek Penelitian

3.1.1. Populasi

Populasi yang penulis gunakan sebagai objek penelitian

adalah siswa-siswi SMA Labschool Jakarta, yang kurang lebih berjumlah

800 orang.

3.1.2. Sampel

Penetapan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

random sampling   atau secara acak. Adapun caranya yaitu dengan

membagikan angket. Penulis membagikan angket sejumlah 50 buah,

dengan pertimbangan karena keterbatasan waktu dan kesempatan.

Penulis membagikan 15 angket untuk kelas X, 15 angket untuk kelas XI,

15 angket untuk kelas XII, dan 5 angket untuk kelas akselerasi.

%)
 

%* 

3.2. Kemampuan Berbahasa Daerah

1. Apakah Anda bisa berbahasa


daerah?

+./
*./
)./
(./
'./
&./
%./
./
0"12 345"6"78 9"526 >"12
9"526 :2;<2=

Sebanyak 22% responden menjawab ya, 62% responden menjawab

sedikit/tidak lancar, dan 16% responden menjawab tidak. Hal ini

menunjukkan bahwa kemampuan berbahasa daerah masih kurang.

Bahasa daerah yang diketahui hanya sebatas kata-kata populer dan kata

sapaan, seperti uda, uni, teteh, akang, kumaha damang, piye kabare, dan

lainnya.

2. Bahasa apa saja yang dapat Anda


gunakan? (selain Bahasa Indonesia)
%../
,./
*./
(./
&./
./
02?212 02?212 02?212 02?212 21";@
524=2? 524=2? :2"; ";@@="1 :2";;A2
14;5"="

 
 

%+ 

Dikarenakan banyak dari responden yang menguasai lebih dari

satu bahasa, persentase yang digunakan di sini adalah persentase

keseluruhan responden. 78% responden mampu berbahasa daerah

sendiri, 23% responden mampu berbahasa daerah lain, 90% responden

mampu berbahasa Inggris, dan 38% responden mampu berbahasa asing

lainnya. Tidak ayal jika bahasa Inggris menduduki peringkat pertama,

karena bahasa Inggris termasuk dalam kurikulum sekolah sejak bangku

sekolah dasar dan lebih digunakan di kehidupan sehari-hari. Sementara

bahasa daerah sendiri ada di peringkat kedua mengungguli bahasa

daerah lain karena memang pengaruh dari lingkungan sejak dini, dimana

keluarga sebagai agen sosial pertama memperkenalkan kebudayaan. Lalu

bahasa daerah lain dan bahasa asing lainnya dianggap sebagai tambahan

saja.

3. Darimana Anda belajar bahasa


daerah?
%../
,./

*./

(./
&./

./
B4:C2=@2 346D:2? 94E2; F7D5"526 G2";;A2

Bagi responden yang dapat menggunakan bahasa daerah yaitu

sebanyak 42 orang, 78% responden mempelajari bahasa daerah dari

keluarga, sementara 10% responden dari sekolah, 6% responden dari

 
 

%, 

teman (lingkungan pergaulan), 3% responden secara otodidak, dan 3%

responden menjawab lainnya, yaitu responden mempelajarinya dari

tempat les. Keluarga sebagai agen sosial pertama, yang memperkenalkan

kepada seluruh norma-norma dasar, juga berperan dalam

memperkenalkan penggunaan bahasa dan kebudayaan. Lingkungan

pertama yang kita temui yaitu keluarga, jadi sudah sepantasnya pertama

kali kita mempelajari bahasa daerah yaitu dari keluarga. Lalu, ada juga

sekolah yang memberlakukan pelajaran bahasa daerah sebagai muatan

lokal sehingga bagi mereka yang keluarganya tidak menggunakan bahasa

daerah dapat mempelajarinya di sekolah. Selebihnya, lingkungan

pertemanan juga memengaruhi penggunaan bahasa. Dengan cara

otodidak, bisa dengan melihat di media atau mempelajarinya.

4. Apa alasan Anda tidak dapat berbahasa


daerah sama sekali?
%../
,./
*./
(./
&./
./
9"526 252 A2;@ 9"526 I2:21 >4:2H2= G2";;A2
E4;@2H2=62; E4;AC62" >2?212 >2=C
>2?212 524=2?

Responden yang tidak dapat berbahasa daerah sama sekali yang

berjumlah 8 orang, sebanyak 85% mengakui bahwa tidak ada yang

mengajarkan sehingga tidak bisa berbahasa daerah. Banyak keluarga di

 
 

%- 

Jakarta yang sudah sama sekali tidak menggunakan bahasa daerah

karena sudah lama tinggal di Jakarta ataupun memang berasal dari

Jakarta (Betawi) dan bahasa betawi yang digunakan remaja kini sudah

menyatu dengan pergaulan atau bahasa populer saja, seperti enyak ,

babe, penggunaan artikel e di akhir kalimat, dan lainnya. Lalu sebanyak

15% responden malas untuk mempelajari bahasa baru. Masa balita yaitu

usia golden age, dimana kita dapat menerima hal-hal baru dengan sangat

cepat dan tanggap. Jika kita mempelajari bahasa dalam usia yang sudah

beranjak remaja, dimana daya reseptor dan daya ingat sudah berkurang,

dan penggunaan bahasa nasional ataupun bahasa lainnya sudah fasih,

maka akan sulit mempelajari bahasa baru, karena itu mempelajari bahasa

baru dikesampingkan. Sementara, tidak ada responden yang menjawab

bahwa mereka tidak menyukai bahasa daerah. Berarti responden masih

bersikap toleran terhadap bahasa daerah.

3.3. Peran Keluarga Terhadap Penggunaan Bahasa Daerah

5. Apakah keluarga Anda masih


menggunakan bahasa daerah?
+./
*./
)./
(./
'./
&./
%./
./
I21"? B252;@J 9"526
6252;@

 
 

&. 

Melihat dari tingkat penggunaan bahasa daerah dalam lingkungan

keluarga siswa-siswi SMA Labschool Jakarta yang sebanyak 28%

keluarga responden masih menggunakan bahasa daerah, 62% keluarga

responden terkadang berbahasa daerah, dan 10% keluarga responden

sama sekali tidak berbahasa daerah, berarti 90% keluarga responden aktif

dalam berbahasa daerah, walaupun tidak semuanya menyeluruh.

Penggunaan bahasa daerah yang tidak menyeluruh (kadang-kadang)

menduduki peringkat paling tinggi.

Sebagian besar keluarga yang tinggal di kota megapolitan seperti

Jakarta otomatis beradaptasi terhadap lingkungan, dimana Jakarta sangat

dinamis arus globalisasinya sehingga penggunaan bahasa daerah

tergerus. Hal ini membuktikan bahwa peran keluarga sangat berpengaruh

dalam penggunaan bahasa daerah. Peran keluarga begitu penting dalam

perkembangan anak. Anak yang dibina dan dibesarkan dengan baik

dalam lingkungan keluarga yang baik pula, akan tumbuh menjadi pribadi

yang baik pula. Begitu juga sebaliknya, kecuali jika seiring masa

perkembangannya ada agen sosial yang memengaruhi untuk berubah.

Walaupun setelah memasuki usia sekolah anak akan mempelajari hal

baru dari sekolah dan teman, perkembangan yang utama kembali kepada

keluarga. Hal-hal baru yang dibawa oleh anak dari lingkungan di luar

keluarga pasti akan diseleksi oleh keluarga.

 
 

&% 

3.4. Pandangan Terhadap Bahasa Daerah

6. Bagaimana pandangan Anda terhadap


bahasa daerah?
()/
(./
')/
'./
&)/
&./
%)/
%./
)/
./

Pandangan siswa-siswi SMA Labschool Jakarta terhadap bahasa

daerah yaitu sebanyak 42% responden menganggap bahasa daerah

sebagai bahasa yang perlu dilestarikan. Berarti mereka sadar akan tingkat

penggunaan yang rendah terutama di kalangan masyarakat kota,

sehingga perlu dilestarikan agar tidak punah. 21% responden

menganggap bahasa daerah sebagai bahasa yang unik/khas. Mereka

menyadari bahwa bahasa daerah merupakan ciri khas Indonesia yang

tidak ada di belahan dunia lainnya. 12% responden menganggap bahasa

daerah sebagai salah satu budaya Indonesia saja. Mereka beranggapan

bahwa kedudukan bahasa daerah sejajar dengan kebudayaan tradisional

lainnya, yang dalam artian lain tidak begitu spesial. Lalu 5% responden

menganggap bahasa daerah sebagai bahasa yang tradisional. Mereka

menganggap bahasa daerah sudah ketinggalan zaman dan hanya

 
 

&& 

digunakan di desa saja. 5% responden menjawab bahwa bahasa daerah

itu kurang penting. Berarti mereka lebih menganggap bahasa lainnya

(bahasa Indonesia atau bahasa asing) lebih penting digunakan di

kehidupan sehari-hari. 5% responden menganggap bahasa daerah

sebagai bahasa yang sulit. Jarangnya pendidikan formal untuk bahasa

daerah dan penggunaan yang rendah di lingkungan keluarga (tidak

ditanamkan sejak dini) membuat bahasa daerah terlihat sulit. Lalu 5%

responden menjawab bahasa daerah sebagai bahasa pemersatu. Yang

dimaksud dengan pemersatu adalah jika kita bertemu dengan orang dari

daerah kita, maka dengan menggunakan bahasa daerah kita akan merasa

lebih akrab dengan mereka.

Secara keseluruhan, sebagian besar responden menilai positif

bahasa daerah dengan anggapan yang perlu dilestarikan, unik, dan

merupakan salah satu kebudayaan. Berarti mereka beranggapan positif

terhadap bahasa daerah. Walaupun ada sebagian kecil yang

menganggap negatif.

7. Manakah yang menurut Anda


lebih penting?
,./

*./

(./

&./

./
02?212 21";@ 02?212 524=2? KC2J5C2;A2

 
 

&' 

Dilihat dari diagram di atas, 68% responden lebih mementingkan

bahasa asing, 22% responden mementingkan bahasa daerah, dan 4%

responden beranggapan keduanya penting. Selisih yang cukup besar ini

berarti mengatakan bahwa siswa-siswi SMA Labschool Jakarta lebih

mementingkan bahasa asing daripada bahasa daerah. Adapun alasannya

yaitu karena membantu untuk berkomunikasi dengan orang asing, dipakai

saat bekerja atau sekolah, serta merupakan bahasa yang lebih global.

Dewasa kini globalisasi berkembang dengan pesat, sehingga budaya

barat pun masuk ke Indonesia dengan lebih intens pula. Dimana-mana

kita melihat bahasa asing, terutama bahasa Inggris, dalam keseharian,

pelajaran sekolah, hiburan, bahkan pemerintah. Maka dari itu, bahasa

asing dirasa lebih berguna dalam kehidupan secara praktis dibandingkan

dengan bahasa daerah. Bagi responden yang lebih mementingkan

bahasa daerah, mereka beranggapan bahasa daerah lebih penting karena

kita harus melestarikan budaya nasional, dan juga karena kita orang

Indonesia maka sudah sewajarnya bahasa daerah juga sebagai identitas

kita. Lalu responden yang memilih keduanya menganggap bahwa

kehidupan yang berwawasan internasional harus diimbangi dengan

semangat nasionalisme.

 
 

&( 

8. Bagaimana peranan bahasa


daerah di kehidupan Anda?
,./

*./

(./

&./

./
L4;7";@ BC=2;@ M4;7";@ 9"526 M4;7";@

Sejumlah 30% responden menganggap bahasa daerah memegang

peranan penting di hidup mereka, 67% responden menganggapnya

kurang penting, sementara 3% menganggap tidak penting. Meninjau dari

diagram sebelumnya nomor 6 mengenai pandangan terhadap bahasa

daerah dan nomor 1 mengenai tingkat kemampuan berbahasa daerah,

walaupun pandangan mereka secara prinsip positif tapi tidak berarti

bahasa daerah memegang peranan penting. Berarti, dalam praktiknya

bahasa daerah jarang digunakan. Hal ini terjadi karena tuntutan untuk

berbahasa asing khususnya bahasa Inggris yang tinggi dalam era

globalisasi (untuk keseharian, bepergian, pendidikan, pekerjaan, dan lain-

lain).

 
 

&) 

3.5. Upaya Pelestarian Bahasa Daerah

9. Apakah Anda ingin melestarikan


penggunaan bahasa daerah di
Indonesia?
,./
*./
(./
&./
./
N2 9"526 72?C 9"526

Keinginan responden dalam upaya pelestarian penggunaan bahasa

daerah yaitu sebanyak 70% responden mengakui ingin turut serta dalam

melestarikan penggunaan bahasa daerah sementara 30% responden

masih ragu dan sama sekali tidak ada yang tidak ingin turut melestarikan.

Keinginan adalah sesuatu yang pada dasarnya belum dilaksanakan,

sesuai dengan diagram nomor 6 bahwa pandangan mereka terhadap

bahasa daerah secara prinsip adalah positif, sehingga pandangan mereka

dalam hal keinginan pelestariannya juga positif. Walaupun sebagian besar

berkeinginan untuk melestarikan penggunaan bahasa daerah, masih

terdapat 30% yang ragu-ragu. Keraguan ini timbul karena tidak adanya

tuntutan untuk berbahasa daerah sehingga dirasa kurang penting.

 
 

&* 

10. Jika bahasa daerah lama-lama


punah, menurut Anda siapa yang
harus bertanggung jawab?

,./
*./
(./
&./
./

Sesuatu yang mengalami kepunahan pasti memiliki pihak yang

menyebabkannya menjadi punah. Dalam hal bahasa daerah, 10%

responden menjawab pemerintah yang bertanggung jawab, 73%

responden menjawab masyarakat, 2% menjawab guru, 15% menjawab

lainnya, dan sama sekali tidak ada yang menjawab bangsa asing.

Pemerintah dirasa sebagai pihak yang bertanggung jawab karena

para staff kepemerintahan bertanggung jawab kepada negara, baik dalam

segi ekonomi, politik, sosial budaya, pertahanan, dan lain-lain, walaupun

masing-masing memiliki bidang tertentu. Pemerintah adalah pihak yang

dapat membuat kebijakan menyeluruh, sehingga jika ada kebijakan

mengenai pelestarian dan penggunaan bahasa daerah maka bahasa

daerah tidak akan punah. Contohnya yaitu seperti adanya pelajaran

bahasa daerah di sekolah atau membuat hari bahasa daerah.

Tetapi sebagian besar menjawab masyarakat lah yang bertanggung

 jawab. Masyarakat juga memiliki kewajiban sebagai warga negara, yang

ibaratnya ‘dititipi’ kebudayaan turun menurun oleh bangsa. Jika

 
 

&+ 

masyarakat sudah tidak mau lagi melakukannya apapun alasannya, tetap

akan terjadi kepunahan walaupun pemerintah menerapkan kebijakan.

Kebijakan pemerintah harus sesuai dengan aspirasi masyarakat. Kalau

masyarakat tidak ingin maka akan terjadi konflik (demo, unjuk rasa, dll),

terutama di Indonesia yang meganut demokrasi. Oleh karena itu, karena

pemerintahan yang demokratis, semuanya kembali kepada masyarakat.

Lalu 2% menjawab guru. Guru memang mengajar sesuai kurikulum

yang diberikan. Tetapi, guru juga bertanggung jawab mengajarkan nilai-

nilai sosial budaya, karena siswa-siswi lebih banyak menghabiskan waktu

di sekolah daripada di rumah. Lalu 15% yang menjawab lainnya ada yang

mengatakan semuanya, diri sendiri, dan tidak ada yang perlu disalahkan.

Jika mengatakan semuanya, karena walaupun ia pemerintah, guru, atau

masyarakat, ia tetap warga negara Indonesia pula. Lalu bagi yang

mengatakan diri sendiri, sebagai warga masyarakat ia sadar akan kurang

terlibatnya masing-masing orang dalam pelestarian dan penggunaan

bahasa daerah sehingga ia merasa dirinya bertanggung jawab. Penulis

merasa jika tidak ada yang bertanggung jawab itu tidak mungkin karena

 jika tidak ada yang bertanggung jawab maka semuanya melaksanakannya

dengan baik (menggunakan dan melestarikannya) sehingga tidak terjadi

kepunahan.

 
 

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Penulis telah membahas permasalahan dari data yang didapatkan

dan telah mengemukakan opini serta fakta-fakta yang ada. Maka,

kesimpulan yang dapat ditarik dari keseluruhan karya tulis ini adalah:

a. Penggunaan bahasa daerah masih rendah di kalangan siswa-siswi

SMA Labschool Jakarta

b. Peran keluarga sangat besar dalam penggunaan bahasa daerah.

Remaja yang lingkungan keluarganya menggunakan bahasa daerah

lebih tinggi tingkat penggunaan bahasa daerahnya, begitu juga

sebaliknya

c. Siswa-siswi SMA Labschool Jakarta memandang bahasa daerah

sebagai hal yang positif

d. Peranan bahasa daerah di kehidupan siswa-siswi SMA Labschool

Jakarta kurang penting, lebih penting bahasa asing karena lebih

mengglobal dan banyak digunakan, sementara bahasa daerah tidak

e. Adanya keinginan yang tinggi dari siswa-siswi SMA Labschool Jakarta

untuk melestarikan bahasa daerah, namun belum dapat tersalurkan

karena situasi kurang mendukung

&,
 

&- 

f. Siswa-siswi SMA Labschool Jakarta menyadari akan pentingnya

peranan masyarakat dalam melestarikan bahasa daerah

4.2. Saran

Meninjau dari hasil-hasil sebelumnya, penulis memiliki beberapa

saran terhadap penggunaan bahasa daerah dan upaya pelestariannya

yaitu sebagai berikut:

a. Untuk Remaja

1) Sebagai generasi penerus sudah seharusnya melakukan perbaikan

akan generasi sebelumnya, mulailah sayangi dan lestarikan

kebudayaan yang kita miliki khususnya bahasa daerah agar

kebudayaan kita tidak diklaim oleh negara lain.

2) Kehidupan yang berwawasan internasional harus diimbangi dengan

cinta tanah air karena walaupun sudah menjadi warga global tapi

kita harus tetap memiliki identitas diri.

b. Untuk Orangtua

1) Gunakan bahasa daerah asal di lingkungan rumah dan tanamkan

pada anak sejak dini agar anak mengetahui dan terbiasa dengan

kebudayaannya.

c. Untuk Guru

1) Selain mengajar sesuai kurikulum yang diberikan, ajarkanlah nilai-

sosial budaya agar anak didik menjadi pribadi yang baik dan

cerdas, bukan hanya pintar pelajaran.

 
 

'. 

d. Untuk Pemerintah

1) Sudah sepatutnya pemerintah mengabdi kepada negara, termasuk

menjaga apa yang dimilikinya. Buat kebijakan agar generasi muda

 juga dapat berbahasa daerah agar bahasa daerah tidak punah,

contohnya dengan memasukannya ke kurikulum pelajaran,

melakukan kampanye, dan lain-lain.

 
 

DAFTAR PUSTAKA

Kemp, Herman C. 2004. Oral Traditions of Southeast Asia and Oceania.

Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Lewis, M. Paul, dkk. 2013. Ethnologue: Languages of the World,

Seventeenth edition. Dallas, Texas: SIL International.

Rosidi, Ajip. 1999. Bahasa Nusantara Suatu Pemetaan Awal . Jakarta: PT

Dunia Pustaka Jaya.

Sutardi, Teti. 2007. Antropologi: Mengungkap Keragaman Budaya untuk

Kelas XII SMA/MA Program Bahasa. Bandung: PT Setia Purna Inves.

 Admin Anashir. “10 Bahasa Daerah Dengan Penutur Terbanyak di

Indonesia”

www.anashir.com (Diakses pada 18 September 2013) 

Haryanto, S.Pd. “Pengertian Remaja Menurut Para Ahli”

www.belajarpsikologi.com (Diakses pada 18 September 2013) 

Para Kontributor Wikipedia. “Bahasa Daerah”

www.id.wikipedia.org (Diakses pada tanggal 18 September 2013) 

Para Kontributor Wikipedia. “Daftar Bahasa di Indonesia”

www.id.wikipedia.org (Diakses pada tanggal 18 September 2013) 

Staff LIPI. “Gawat, 700 Bahasa Daerah di Indonesia Terancam Punah!”

www.u.lipi.go.id (Diakses pada tanggal 18 September 2013) 

'%

Anda mungkin juga menyukai