Anda di halaman 1dari 11

DRAMATARI RAHWAYANA

TAFSIR DUALISTIK KEBAIKAN DAN KEBURUKAN


Oleh: Nurhidayat dan Dindin Rasidin
Jurusan Seni Tari, Fakultas Seni Pertunjukan, ISBI Bandung.
Jln. Buah Batu No. 212 Bandung 40265
e-mail: dindinrasidin780@yahoo.com

ABSTRAK
Karya Dramatari “Rahwayana” merupakan upaya kreatif dalam me-
wujudkan tafsir nilai dari sudut pandang yang berbeda, terhadap
perjalanan kisah hidupnya seorang tokoh dalam cerita pewayangan. Ada
sisi lain yang menunjukkan, bahwa Rahwana dari sisi kemanusiaan
memilliki nilai kebaikan. Sebaliknya, bahwa Rama dari sisi kemanusiaan
memilliki nilai keburukan. Adapun tujuan dari karya dramatari ini
adalah mewujudkan dan menyampaikan pesan moral kemanusiaan
secara simbolik dan artistik kepada publik, bahwa seburuk-buruknya
orang pasti ada sisi baiknya. Begitu pula sebaliknya, sebaik-baiknya
orang pasti ada sisi buruknya. Untuk mewujudkan karya tersebut, maka digunakan pendekatan
teori dualisme dengan metode penciptaan tari dengan langkah-langkah; eksplorasi, evaluasi, dan
komposisi. Adapun hasil yang dicapai dari proses kreatif ini, adalah terwujudnya sebuah karya
dramatari yang inovatif dalam tiga pengadegan; Rahwana mencari cintanya, Rahwana dan Sinta
beradu kasih, dan Perang Rahwana dengan Rama.

Kata Kunci: Penciptaan Tari, Dramatari, Rahwayana.

ABSTRACT
Dramatari Rahwayana Dualistic Taffs Of Good And Bad, Desember 2019. Dramatari's work
"Rahwayana" is a creative effort in realizing the interpretation of values from a different perspective, on the
journey of the life story of a character in a wayang story. There is another side that shows, that from the
human side Rahwana has the value of goodness. On the contrary, that Rama from the human side has the
value of badness. The purpose of this dramatic work is to embody and convey the moral message of humanity
symbolically and artistically to the public, that there must be a good side to the worst of people. Vice versa,
the best people there must be a bad side. To realize this work, the dualism theory approach is used with the
dance creation method with steps; exploration, evaluation and composition. As for the results achieved from
this creative process, is the realization of an innovative drama work in three scenes; Rahwana seeks love,
Rahwana and Sinta collide with love, and Rahwana war with Rama.

Keywords: Workingon The Dance, Dramatari, Rahwayana.

Naskah diterima pada 13 Agustus, revisi akhir 21 Oktober 2019 | 67


PENDAHULUAN
Kata atau istilah “Rahwayana” berasal dari rena campur tangan dewa yang tidak meng-
dua suku kata yaitu rahwa dan yana, rahwa me- ijinkan hal itu terjadi. Oleh karena itu ke-
duanya diuji, tetapi keduanya gagal mengen-
rupakan penggalan nama tokoh Rahwana da- dalikan nafsu birahi sehingga melakukan hu-
lam kisah Ramayana, dan yana dalam kamus bungan suami-istri. Maka lahirlah tiga bayi se-
Jawa Kuna Indonesia L. Mardiwarsito (1986: kaligus atas dasar nafsu, yaitu; berupa segum-
pal darah yang kemudian diberi nama Rah-
711) yaitu mengandung arti perjalanan. Me-
wana; berupa telinga yang kemudian diberi
rujuk pada pengertian tersebut, maka “Rah- nama Kumbakarna; dan berupa kuku yang ke-
wayana” sebagai sebuah judul karya tari me- mudian diberi nama Sarpakenaka. Akan tetapi
ngandung makna nya tersendiri yaitu per- setelah mereka menyadari kesalahannya, maka
lahirlah dari cinta mereka yaitu Wibisana.
jalanan Rahwana. Dalam arti lain, judul karya
Rahwayana ini akan mengungkapkan eksis-
Tidak sampai di situ saja, karena sifatnya
tensi tokoh yang bernama Rahwana sebagai
yang angkara murka maka Rahwana pun
sumber inspirasi.
mendapat julukan atau nama lain yaitu
Epos besar Ramayana merupakan kisah
Dasamuka. Mengenai hal ini Anand Neela-
perang antara kebaikan yang diwakili oleh
kantan (2017: 11) menjelaskan, bahwa:
tokoh Rama dari Kerajaan Ayodya melawan Rahwana dijuluki sebagai Dasamuka yang ber-
kejahatan yang diwakili oleh tokoh Rahwana arti sepuluh muka atau watak. Kesepuluh ke-
dari Kerajaan Alengka. Peristiwa yang terjadi palanya masing-masing menggambarkan wa-
tak manusia, meliputi; akal budi, amarah, ke-
dalam epos Ramayana ini pada umumnya di-
banggaan, kecemburuan, kegembiraan, kesedi-
lihat dari sudut pandangn Rama dan Sinta han, rasa takut, sifat mementingkan diri sen-
dari pihak yang dipandang baik, tetapi penulis diri, hasrat, dan ambisi.
berpandangan lain karena menangkap sesuatu
nilai apabila kisah itu dilihat dari sisi peran Bahkan Sunardi D.M (1991: 57) menam-
Rahwana dalam kisah Ramayana. bahkan, bahwa:
Rahwana adalah seorang Raja Alengka Kesepuluh karakter Rahwana terlihat jelas, se-
perti Rahwana melakukan segala cara untuk
yang sangat disegani dan ditakuti oleh kera-
mewujudkan keinginannya, menculik istri
jaan-kerajaan di sekelilingnya, karena sangat orang lain (Sinta) dan mengorbankan anak-
kuat dan jahat. Sifat jahat Rahwana itu me- anaknya, saudara-saudaranya, rakyatnya, bah-
rupakan hukuman dewata kepada kedua kan kerajaannya dia korbankan demi hawa naf-
sunya yang rakus.
orang tuanya yang gagal memahami ‘sas-
rajendra’, bahkan justru keduanya melanggar Apabila dicermati dari pernyataan tersebut
ketetapan dewata yaitu melakukan perse- jelas bahwa Rahwana itu jahat, tetapi mengapa
nggamaan karena larut dalam nafsu birahinya ia mampu bersabar selama 13 tahun me-
hingga melahirkan tiga bayi dan satu di an- nunggu luluhnya hati Dewi Sinta yang di-
taranya diberi nama Rahwana yang lahir da- tahan olehnya di Alengka. Bahkan Rahwana
lam bentuk segumpal darah. Peristiwa itu di- tak berani untuk menyentuh dan melecehkan
kisahkan oleh Shindunata (2007: 10-30) sebagai Sinta, walaupun sebenarnya situasi dan kon-
berikut: disi sangat memungkinkan untuk melakukan
Rahwana dilahirkan karena nafsu kedua orang
apapun yang ia kehendaki. Epos Ramayana
tuanya Begawan Wisrawa dan Sukesi yang
gagal menghayati atau membuka rahasia Sas- melukiskan, bagaimana Rahwana begitu takut
rajendra Hayuningrat Pangruwatindiyu, ka- kehilangan Sinta sebagaimana juga ia pernah

Makalangan Vol. 6, No. 2, Edisi Desember 2019 | 67


kehilangan Dewi Widowati yang sangat di- gung yang menggunakan percakapan atau
cintainya. Baginya, Sinta adalah titisan Dewi action dihadapan penonton atau apresiator.

Widowati yang harus dijaga dan dicintai de-


Adapun Iyus Rusliana (2014: 9) menjelas-
ngan seluruh jiga dan raganya. Perilaku Rah-
kan, bahwa tari adalah ekspresi jiwa manusia
wana inilah yang sangat menarik bagi penulis,
melalui gerak-gerak yang mengandung ritmis
ternyata cintanya yang mendalam kepada
dan estetis. Dengan demikian secara seder-
Sinta mengakibatkan dia mau memberikan
hana dapat dikatakan, bahwa Dramatari ada-
segala yang dimilikinya, termasuk nyawanya
lah sebuah bentuk pertunjukan yang meng-
pun akan dia berikan untuk pengorbanan
hadirkan berbagain unsur seperti; ceritra atau
cintanya.
lakon, dialog, tari, musik, artistik, dan sebagai-
Mencermati peristiwa tersebut, penulis
nya. Akan tetapi secara khusus Edi Sedyawati
mendapatkan pemahaman bahwa Rahwana
(1986: 165-166) menjelaskan, bahwa:
tidak sepenuhnya buruk karena di dalam
Dramatari adalah suatu jenis pagelaran pan-
dirinya masih terdapat kebaikan walau hanya jang di mana para pelakunya untuk sebagai
kepada orang yang ia cintai. Hal itu dapat atau seluruhnya memainkan peranan-peranan-
dilihat dari semua perlakuan Rahwana kepada nya dengan menari. Komponen-komponen seni
yang merupakan bagiannya bisa merupakan
Sinta, Rahwana tidak memaksa Sinta untuk
berbagai macam paduan.
menjadi istrinya bahkan ia rela menunggu
lama hingga Sinta mencintainya. Oleh karena itu, Dramatari dengan judul
Merujuk pada uraian singkat di atas, maka Rahwayana ini mengungkap gambaran per-
penulis menemukan nilai atau pesan moral juangan cinta Rahwana yang tulus kepada
(kemanusiaan) yang begitu penting dalam Sinta, sehingga karya tari ini menyampaikan
memaknai dinamika kehidupan ini, yaitu; pesan atau nilai bahwa kekuatan “CINTA”
seburuk apapun manusia pasti memiliki dapat merubah seseorang dari buruk menjadi
kebaikan di dalam dirinya, begitupun sebalik- baik atau sebaliknya dari baik manjadi buruk.
nya sebaik apapun manusia pasti terdapat sisi Secara koreografis “Rahwayana” diwujud-
buruk dalam dirinya. Jadi manusia itu tidak kan melalui kehadiran dua tokoh sentral, yaitu
ada yang sempurna, karena setiap manusia Rahwana sebagai peran protagonis dan Sinta
pasti memiliki sifat buruk dan baik. sebagai antagonis. Selain kedua tokoh sentral
Berdasarkan pemahaman penulis seperti tersebut, juga dihadirkan peran (penari) pen-
itu, maka sisi baik dari diri Rahwana me- dukung yang tidak kalah pentingnya (multi-
munculkan kesan yang begitu kuat karena casting) yaitu sebagai penggambaran suasana,
mencerminkan sifat kemanusiaannya. Kesan penggambaran balad buta, penggambaran
inilah yang menginspirasi penulis, sehingga perang, penggambaran perasaan Rahwana
sisi baik dari Rahwana itu diangkat atau maupun Sinta.
digarap sebagai sebuah karya tari dalam Adapun yang menjadi tujuan dari karya
bentuk garap Dramatari. Di dalamnya, akan tari ini adalah mewujudkan sebuah garapan
menghadirkan garap tokoh dan penari kelom- karya tari tradisi dalam bentuk Dramatari, di
pok yang multi peran (casting). Dramatari samping itu Dramatari ini juga mampu me-
berasal dari 2 kata yaitu ‘drama’ dan ‘tari’, nyampaikan nilai atau pesan moral yang di-
menurut Harrymawan (1976: 1-6), bahwa: wujudkan dalam satu kesatuan (terintegrasi)
Drama adalah sebuah cerita dalam bentuk dia- melalui berbagai bentuk garap elemen estetik
log yang ditampilkan di atas pentas atau pang-

Makalangan Vol. 6, No. 2, Edisi Desember 2019 | 68


dan artistik. Untuk hal itu, maka diharapkan kepada Sinta. Rahwana tidak berani menyen-
ada manfaatnya bagi masyarakat yaitu men- tuh dan mendekati Sinta tanpa seijin Sinta.

jadi sebuah tontonan yang memiliki pesan


Berdasarkan paparan di atas, maka teori
moral, bahwa seburuk apapun manusia pasti
yang dipandang relevan dengan konsep garap
memiliki sisi baiknya dan sebaik apapun ma-
Dramatari “Rahwayana” ini adalah teori
nusia pasti memiliki sisi buruknya.
dualisme dari Hard W.D (1996: 265) yaitu
Karya Dramatari yang berjudul “Rah-
sebagai berikut:
wayana” ini mengangkat sebuah permasalah-
Dualisme adalah konsep filsafat yang menyata-
an Cinta, yang menyebabkan pertikaian atau kan ada dua substansi. Dalam pandangan ten-
peperangan dua pihak Rama dan Rahwana tang hubungan antara jiwa dan raga, dualisme
yang saling bersaing dalam memperebutkan mengklaim bahwa fenomena mental dan en-
titas non-fisik. Dualisme adalah ajaran suatu
seseorang yang bernama Sinta. Rama sebagai
aliran/faham yang memandang alam ini terdiri
perwujudan tokoh dari pihak baik, Rahwana atas dua macam hakekat yaitu hakekat materi
sebagai perwujudan tokoh dari pihak jahat. dan hakekat rohani. Kedua macam hakekat itu
Akan tetapi interpretasi penulis terhadap masing-masing bebas berdiri sendiri, sama
azazi dan abadi. Penghubung antar keduanya
tokoh yang bernama Rahwana tidak sepenuh-
itu menciptakan kehidupan dalam alam con-
nya jahat, sebaliknya tokoh yang bernama tohnya yang paling jelas tentang adanya ter-
Rama tidak sepenuhnya baik. Dapat dibukti- dapat dalam diri manusia.
kan dari wawancara penulis dengan beberapa
Kedua substansi tersebut memiliki peranan
dalang, seperti; dalang Hedi (16-10-2018)
masing-masing yang saling mengisi dan me-
dalang Apep (23-10-2018) dan masyarakat seni
lengkapi, karena kehidupan yang sempurna
padalangan seperti Rangga, Septa, Rama,
sudah semestinya terdapat kebaikan dan
Gaos, Gilang (11-09-2018) perihal baik dan
keburukan. Teori Dualisme dalam kisah Ra-
buruknya Rama dan Rahwana dapat disim-
mayana terbukti, ketika Rahwana sebagai
pulkan sbb:
1) Rama tidak membawa Sinta ke tempat
perwujuan keburukan telah tiada/mati maka
yang lebih layak dan mewah, walaupun Sinta kisah tersebut tidak ada kelanjutannya.
tak memintanya secara langsung setidaknya Interpretasi penulis terdahap teori dua-
hati kecil seorang wanita pasti menginginkan
lisme dalam konsep garap Dramatari “Rah-
kehidupan mewah dan enak; 2) Ketika Sinta
diculik oleh Rahwan kenapa Rama tidak lang- wayana” adalah tokoh Rahwana sebagai sosok
sung mengejar Rahwana dengan kesaktian laki-laki yang berkarakter gagah dankasar,
luar biasa yang ia miliki; 3) Kenapa Rama tidak berbanding dengan tokoh Sinta sebagai sosok
langsung ke Alengka dan bertemu dengan
perempuan yang berkarakter lembut dan
Rahwama untuk menjemput Sinta; 4) Kenapa
Rama malah mengutus Hanoman untuk mene- halus. Dapat disimpulkan, bahwa Rahwana-
mui sinta dan menyampaikan “tunggu saja Sinta atau laki-laki-perempuan atau maskulin-
waktu penjemputanmu”; 5) Rama memengor- feminim atau kasar-lembut atau kuat-lemah.
bankan banyak orang sampai banyak yang
mati karna hanya masalah pribadinya; 6)
Ketika Rama bertemu dengan Sinta Rama tidak METODE
mempercayai kesucian Sinta. Sedangkan pe- Untuk mewujudkan konsep ke dalam ben-
ngorbanan cinta Rahwana kepada Sinta, yaitu tuk garap Dramatari, maka metode yang akan
Rahwana sanggup memberikan apapun yang
dia punya kepada Sinta baik harta, keluarga,
penulis gunakan yaitu metode penciptaan
negara, bahkan sampai nyawapun dia berikan pendekatan tradisi dengan tipe dramatik. De-
ngan demikian, maka langkah-langkah kon-

Makalangan Vol. 6, No. 2, Edisi Desember 2019 | 69


struktif dalam proses kreatif ini meliputi; ta- wayana” ini, digerakkan oleh suatu keadaan
hapan eksplorasi, evaluasi, dan komposisi. Ta- yang menjadi kegelisahan di dalam diri se-
hapan eksplorasi adalah suatu proses pen- hingga melahirkan dorongan motivasi untuk
jajangan, yaitu sebagai pengalaman untuk me- mengungkapkannya ke dalam sebuah karya
nanggapi objek dari luar, atau aktifitasnya tari. Sehubungan dengan hal itu Almam M.
mendapat rangsangan dari luar. Tahapan Hawkins (2003: 2) berpendapat, bahwa Rang-
evaluasi adalah bagian yang integral dari pro- sangan yang masuk menimbulkan dorongan
ses pembelajaran. Tahapan komposisi adalah dalam hati untuk berbuat,…. Dorongan untuk
pembentukan luar yang meliputi koreografi, mencari dan menciptakan tumbuh dari tran-
musik, setting, rias, busana, kemudian pem- saksi antara dunia batin dengan dunia nyata.
bentukan isi yang membahas masalah ide atau Di sisi lainnya Hawkins mengatakan, bahwa
isi taian serta pendekatan garapan yang sub- ada tiga tahapan yang dijalani dalam melaku-
jektif dan objektif. kan proses kreatif, yaitu; eksplorasi, evaluasi,
dan komposisi.
HASIL DAN PEMBAHASAN 1) Tahap Eksplorasi
1. Perwujudan Dramatari “Rahwayana” Ekslporasi merupakan tahap awal dalam
a. Proses Garap proses penciptaan sebuah karya tari, karena
Proses garap merupakan tahapan lanjutan dalam tahapan ini dilakukan berbagai akti-
dari penyusunan dan penetapan konsep garap vitas kreatif baik yang berkaitan dengan
yang dilalui oleh seorang peñata atau pencipta penjelajahan gerak maupun berbagai kemung-
tari, dalam memproduksi sebuah karya tari kinan hadirnya garap artistik yang terkait
untuk mencapai tujuannya. Pada tahapan (relevan) dengan kebutuhan koreografi, meli-
inilah berbagai kemungkinan ide kreatif, baik puti; musik tari, tata rias dan busana, tata
secara individu maupun secara kolektif akan cahaya, setting panggung.
muncul menghasilkan perwujudan bentuk Adapun operasionalnya, dalam kegiatan
akhir sebuah karya tari yang original dan eksplorasi ini dibagi ke dalam dua tahapan
inovatif. yaitu secara mandiri dan secara kelompok.
Untuk kepentingan tersebut, maka kekua- Penjelajahan gerak untuk tokoh Rahwana,
tan atau kemampuan kreativitas secara per- dijelajahi berbagai kemungkinan pengemba-
sonal maupun kolektif menjadi kekuatan
dalam menjalani proses pencarian ke dalam
diri sendiri yang penuh tumpukan kenangan,
pikiran, dan sensasi sampai ke sifat yang
paling mendasar bagi kehidupan. Terutama
sensasi personal penggarap itulah, selanjutnya
ditrasformasikan kepada para pendukung;
penari, pemusik, dan artistik sehingga menjadi
suatu pemahaman bersama yang akan menjadi
titik pijak keberangkatan semua aktivitas krea- Gambar 1. Eksplorasi Mandiri (Tokoh Rahwana)
(Dokumentasi: Nurhidayat, 2018)
tif di masing-masing sektornya.
Penulis sebagai peñata atau pencipta tari
(koreografer) dari karya Dramatari “Rah-

Makalangan Vol. 6, No. 2, Edisi Desember 2019 | 70


ngan gerak yang merujuk pada sumber gerak video latihan, seperti yang dikatakan oleh
tradisi dengan karakter danawa gagah seperti; Hawkins (2003: 136), bahwa:
makutaan, jigrah, capangan, dan sebagainya Merekam dengan video hasil kreasi seseorang
serta beberapa gerak keseharian seperti; lonca- (bagian-bagian, pelajaran gerak, dan karya tari
lengkap) merupakan cara yang amat berman-
tan, berguling, putaran, dan sebagainya. Un- faat bagi koreografer untuk mengamati karya
tuk mendapatkan bentuk-bentuk pengemba- yang sedang dalam proses penggarapan dan
ngannya, maka dilakukan dengan cara im- membuat penilaian terhadap diri sendiri.
provisasi. Sehubungan dengan hal itu Y. Su-
Di sisi lainnya kegiatan evaluasi ini juga
mandio Hadi (2016: 22) menjelaskan, bahwa:
dilakukan dalam dua cara, yaitu secara sek-
Improvisasi diartikan sebagai penemuan gerak
secara kebetulan atau spontan, walaupun gerak toral dan secara keseluruhan (unity), termasuk
tertentu muncul dari gerak-gerak yang pernah evluasi naskah. Evaluasi secara unity dilaku-
dipelajari atau ditemukan sebelumnya, tetapi kan, setelah keseluruhan sektoral mendapat-
ciri spontanitas menandai improvisasi.
kan koreksi dan arahan perbaikan dari pem-

Improvisasi dalam penjelajahan gerak ini, bimbing. Setelah itu, kemudian dilakukan pe-
juga dilakukan untuk kebutuhan tokoh Sinta ngulangan (repetitif) secara terus menerus
yang dalam hal ini penulis memfokuskan pada untuk membangun ketajaman rasa, kekompa-
sumber gerak tradisi yang berkarakter halus. kan dalam grouping, penghayatan peran ma-
Begitu pula untuk kepentingan gerak ke- sing-masing sehingga pergerakkan apapun

lompok yang multi casting, improvisasi gerak yang dilakukan secara mengalir. Seperti yang

dilakukan dengan merujuk pada sumber gerak dikatakan Sumandio Hadi (1996: 81), yaitu:
Pengulangan berarti pernyataan kembali (res-
yang beragam baik dari gerak tradisi ataau
tate), penguatan kembali (reinporce), gema-
keseharian yang berkarakter halus maupun ulang (reecho), rekapitulasi (recapitilation), revisi
gagah. Terutama, untuk suara khas Rahwana (revisi), mengingat kembali (recall), dan meng-
dalam bentuk kakawen maupun nyandra terasa ulangi kembali (reiterate-stresses).

begitu sulit.
3) Tahap Komposisi
Hal ini disikapi dengan menempatkannya
Tahap komposisi merupakan kegiatan
sebagai salah satu tantangan yang harus di-
akhir dalam pembentukan garap dramatari ini,
lalui untuk mendapatkan hasil yang me-
sehingga dari keseluruhan bagian menjadi se-
muaskan. Oleh karena itu, penulis meminta
buah rangkaian yang utuh. Elmen-elmen da-
bantuan penata musik dan sekaligus mendis-
lam komposisi menurut Sal Murgianto (1993:
kusikan konsep garap musik tarinya. Selama
42), adalah pengetahuan akan disain, penge-
proses berlangsung dengan kelompok, tidak
tahuan bentuk seni, pemilihan iringan, pem-
jarang penulis mendapatkan kritik dan saran
bentukan kelompok, kostum, tata cahaya, tata
dari para pendukung untuk melengkapi keu-
panggung, penyusunan acara, dan sebagai-
tuhan koreografi. Perubahan selalu saja terjadi
nya.
dalam proses garap, agar selalu menjadi lebih
Proses pembentukan komposisi dengan
baik lagi.
properti seperti senter dan kain yang digu-
2) Tahap Evaluasi nakan dalam konsep dramatari menghasilkan
Pada tahap evaluasi ini, secara sadar pe- visual gerak maupun tafsir dari konsep ter-
nulis melakukan koreksi melalui dokumentasi sebut. Penggabungan dari beberapa unsur
estetik tersebut lambat laun mulai kelihatan

Makalangan Vol. 6, No. 2, Edisi Desember 2019 | 71


utuh, hal itu dapat tercapai karena seluruh dimunculakan sosok wanita lain yang me-
komponen melakukan tugasnya dengan baik rupakan sebagai titisan Dewi Widyawati atau
dan terjalinnya koordinasi antar sektoral men- Widowati yaitu putri dari Kerajaan Mantili
jadi satu pemahaman komunal. Walaupun Dewi Sinta. Penggambaran Dewi Sinta ber-
demikian, sepanjang proses itu berlangsung sama ke 5 penari tersebut.
maka diskusi pun terus berjalan karena se- Kemudian muncul sosok Rahwana dengan
mata-mata untuk mencapai hasil yang mak- Karakternya yang gagah danawa yang gembira
simal. karena menemukan kembali cintanya, Rah-
Oleh karena itu, diskusi, koreksi dan revisi wana ke luar dari tengah-tengah penonton dan
akan tetap berlangsung sepanjang hal itu berdialog dengan hati gembira ”ehhh. Saha
penting dilakukan. Tidak saja terbatas di eta? Kuatka geulis kawanti-wanti endah ka-
studio saja, tetapi setelah gladi kotor pun bina-bina tobaaaaattt… hahahah….. boa eta
kemungkinan itu bisa saja terjadi. Titik akhir Dewi Widowati? Ehhh…. rek dibawa ku
dari proses komposisi ini adalah gladi bersih, kaula...ekhh”.
karena untuk berbagai hal yang tidak di- Adegan Kedua:
inginkan terjadi, terutama yang di luar estetika Berawal dari penggambaran kerajaan
dan artistik. Oleh karena itu, penulis dan para Alengka oleh 3orang sebagai peran buta.
pendukung beserta para pembimbing ber- Adegan realis bermaksud sebagai penetralisir
sepakat untuk tidak melakukan revisi setelah dan bersifat realis kehidupan. Konteks dialog
gladi bersih. yang disampaikan adalah me-ngenai kebaikan
dan keburukan Rahwana be-serta dengan
2. Bentuk Garap alasannya.
a. Struktur Koreografi Adapun skenarionya:
Sinopsis: Gimik seseorang sedang berpatroli malam
Rasa nu teu bisa direkayasa, karma anu ngalir membawa senter disekitaran kerajaan Aleng-
dina sukma. Kanyaah anu nyieun kabungah, najan ka, kemudian muncul sosok wanita di bela-
ngan saukur nyanghareupan kasusah. Teu paduli kang, sontak seseorang tersebut terkejut dan
mana nu bener jeung nu salah, tapi nu penting terheran kenapa ada wanita malam-malam.
kaula kaanjeun bener-bener nyaah. Kemudian wanita tersebut hilang dan sese-
Pengadegan satu: orang tersebut ketakutan tak lama setelah itu
Rahwana mencari cinta, yaitu menggam- muncul dari belakang teman-temannya yang
barkan ketika Rahwana mencari cinta dengan mengagetkan dia
visual Penari 1 orang membawa senter se- Kemudian penggambaran Sinta dan Rah-
bagain penerangan dalam kegelapan untuk wana sedang memadu kasih, di adegan ini
mencari cinta yang di gambarkan oleh 5 penari dapat terlihat sisi lembutnya karakter Rah-
sebagai perwujudan cinta yang dicari Rah- wana (sisi veminimisme), yang semua orang tau
wana. Kemudian membangun suasana roman- bahwa Rahwana berkarakter gagah danawa.
tis karena Rahwana menemukan sosok yang ia Pengungkapan perasaan cintanya Rahwana
cintai yaitu Dewi Widyawati atau Widowati kepada sinta akan di ungkapkan melalui lagu,
yang penggambaran melalui 5 penari ter- dan ke 5 penari pria tersebut penggambaran
sebut, namun Rahwana tidak berhasil men- perasaan Rahwana maupun Sinta. Begitu
dapatkan wanita yang ia cintai. Kemudian takluknya Rahwana kepada sinta dan per-

Makalangan Vol. 6, No. 2, Edisi Desember 2019 | 72


juangan jatuh bangunnya Rahwana kepada dan suling yang bermaian abstrak. Kemudian
sinta walau Sinta sering menolak dan men- masuk ke suasana romantik namun tidak
campakan Rahwana. melodis karena menyesuaikan dengan adegan
Adegan Ketiga: awal tadi. Kemudian memunculkan musik
Perang antara Rahwna dan Rama Peng- kakawen dengan konteks isinya menggambar-
gambaran perasaan Rahwana yang kala itu kan keelokan Sinta. Setelah itu musik berhenti
hancur karena nasibnya yang begitu tragis dan dan dipotong oleh dialog Rahwana memuja
penggambaran perang antara pihak Rama dan Sinta. Masuk ke klimaks adegan kesatu ketika
Rahwana yang digambarkan oleh 5 penari Rahwana akan menculik Sinta dengan keringan
tersebut. Kemudain penggambaran Rahwana dan sawiletan gancang. Alat musiknya laras sa-
kalah bukan karena kesaktiannya melainkan lendro beralih ke laras ditambah rebab dan
karena ketulusan cinta Rahwana kepada Sinta suling suasana yang akan dibangun yaitu te-
divisualkan dengan Sinta kembali masuk stage gang.
menghampiri salah satu penari sebagai sim- Adegan kedua, musik masuk ketika seo-
bolisasi Sinta mencintai orang lain bukan rang penari dikagetkan dan mulai lagu
dirinya, kemudian Rahwana dengan rasa pe- sawiletan karena pada awal adegan kedua ini
nuh kepedihan atas siksa yang telah ia da- dialog dan menggambarkan keseharian, ka-
patkan berkata “tuhan jika memang Sinta dang pula terjadi dialog antara pemusik dan
terlarang! Lantas kenapa kau bangun mega aktor. Kemudian masuk ke adegan romantik
perasaan ini dalam sukmaku?!”. penggambaran Rahwana dan Sinta. Rahwana
b. Struktur Musik Tari mempersembahkan satu lagu sinom degung
Konsep garap musik yang akan dituang- kepada Sinta, bentuk musiknya menggunakan
kan dalam karya ini menggunakan musik alat musik melodis dan pelan laras diatonis
internal dan eksternal. Penggunaan musik eks- seperti biola, kecapi, suling, dan perkusi ka-
ternal meliputi gamelan pelog dan salendro ka- rena di adegan ini mengusung suasananya
rena konsep garapannya menggangkat kisah romantis, dan sakral menggambarkan Rah-
pewayangan. Selain gamelan ada beberapa wana merenungi perasaan cinta kepada Sinta,
alat musik pelengkap untuk memperkuat sua- kemudian di akhiri oleh musik sedih laras
sana yang akan diusung seperti suling, dan diatonis seperti biola, kecapi, suling, dan per-
kecapi. Sedangkan pengolahan musik internal kusi karena karena menggambarkan cinta
(suara yang terlahir dari tubuh penari) yaitu Rahwana selalu ditolak oleh Sinta.
akan ada kakawen yang akan di lantunkan Adegan ketiga, bentuk musiknya meng-
oleh para penari, teriakan, hentakan, tepukan. gunakan musik dengan tempo cepat (keringan)
Gaya atau genre dalam karya ini akan me- dan stakato, laras salendro ditambah musik
nganut pada tradisi pewayangan dan modern. molidis seperti suling dan rebab menggambar-
Untuk mengungkapkan ide gagasan Rah- kan suasana perang dan heroik. Kemudian
wayana ke dalam bentuk musik tari penulis ditengah peperangan beralih ke suasana pelan
membaginya ke dalam tiga adegan yaitu se- laras pelog ditambah musik molidis seperti
bagai berikut: suling dan rebab menggambarkan suasana
Adegan pertama, Overture, suasana Rah- Rahwana gagal mendapatkan cintanya, dan
wana mencari cinta dengan keheningan dan dihentak kembali ke suasana tinggi kemudian
kesakralan, menggunakan alat musik rebab langsung diturunkan ke suasana sedih meng-

Makalangan Vol. 6, No. 2, Edisi Desember 2019 | 73


gambarkan kalahnya Rahwana dengan laras
salendro. .
c. Struktur Desain Artistik Tari
Menurut F.X. Widaryanto (2009: 76), bah-
wa:
Busana dan rias dalam seni pertunjukan tari
bukan hanya untuk menutup tubuh dan mem-
percantik serta memperindah seorang penari.
Busana dan tata rias juga sebenarnya suatu re-
kayasa manusia untuk melahirkan suatu karya
dalam bentuk lain sesuai dengan apa yang di-
harapkan dan dikehendaki daman suatu gara-
pan.
Gambar 3. Busana Tokoh Sinta
(Dokumentasi: Nurhidayat, 2019)
1) Rias dan Busana Tari
a) Rias Sedangkan untuk busananya penulis akan
Pada karya tari berjudul Rahwayana ini mengimplementasikan Rahwana yang ber-
penulis akan menggunkan rias karakter Rah- pakaian putih karena dalam karya tari ini
wana namun tidak semestinya berwujud buta menggambarkan kesucian cinta Rahwana ke-
dan berwajah merah melainkan seperti ma- pada Sinta. Seperti yang dimaksudkan oleh
nusia biasa yang dewasa dan berwibawa na- Nyoman S. Pendit (2006: 270-271), bahwa:
mun tetap akan terlihat sangar atau garang. Rahwana menggunakan pakaian serba putih
Rias untuk tokoh Sinta menggunakan rias cemerlang dan perhiasan serba berkilai ketika
menghampiri Sinta warna emas sebagai simbol
cantik dan berkarakter. Sedangkan untuk
keagungan, dan warna merah sebagai esensi
penari kelompok riasnya menggunakan rias Rahwana.
natural.
b) Busana Sedangkan untuk busananya penulis pe-
ngimplementasikan tokoh Sinta dengan kos-
tum wanita yang simple dan elegan karena
kebutuhan gerak yang luas dan lepas dengan
nuansa warna putih, emas, hitam. Busana
penari kelompok sama seperti tokoh Rahwana,
namun tidak menggunakan jubah dan baju
kutung.
c) Properti
Pada karya tari berjudul Rahwayana ini
penulis menggunakan properti kain yang
digunakan sebagai kostum dan senter. Kain
tersebut bukan hanya sebagai identitas sinjang
Gambar 2. Busana Tokoh Rahwana tradisi melainkan sebagai bentuk perwujudan
(Dokumentasi: Nurhidayat, 2019) pengorbanan Rahwana kepada Sinta sampai
Rahwana rela tak menggunakannya untuk
menutupi Sinta. Kemudian senter bagi penulis
bukan hanya sebgaia alat penerangan melain-

Makalangan Vol. 6, No. 2, Edisi Desember 2019 | 74


kan mengandung arti sebagai alat untuk men- Sementara itu, isi pesan yang disampaikan
cari cinta di dalam kegelapan dunia. secara simbolik tentang gambaran perjuangan
d) Setting dan lighting cinta Rahwana yang tulus kepada Sinta men-
Pada karya tari berjudul Rahwayana ini jadi inti persoalan dalam dramatari ini.
penulis tidak terlalu mengedepankan setting. “CINTA” menjadi sesuatu yang bermakna
Sedangkan untuk pengolahan lighting penata dalam, karena dapat merubah seseorang dari
bagi kedalam 3 adegan sbb: buruk menjadi baik atau sebaliknya dari baik
Adegan pertama (penculikan Sinta); meng- manjadi buruk. Sebagaimana juga pada kasus
gunakan lampu spotlight di tengah, ketika Rahwana, orang kebanyakan akan menilai ia
Sinta di tengah, kemudian lid warna biru ke- buruk, jelek, dan jahat tetapi dalam karya dra-
tika Rahwana muncul dari penonton, kemu- matari ini ia memiliki posisinya yang berbeda.
dian lid dan parwarna merah dan strobo ketika Kisah perjalanan hidup Rahwana dalam
Rahwana menculik Sinta. mencari dan menggapai cintanya merupakan
Adegan kedua (Rahwana gandrung); me- perjuangan yang tiada hentinya dan pengor-
nggunakan lampu general menyeluruh meng- banan yang tiada habisnya. Dewi Widowoti,
gambarkan Rahwana ketika merayu Sinta, Dewi Citrawati, dan Dewi Sinta adalah sebuah
kemudian lid warna biru menggambarkan ke proses reikarnasi dari wanita yang sama yang
Sakralan perasaan Rahwana, kemudian lid dan ia cintai. Demi mendapatkan cintanya, ia rela
par warna merah tajam ketika Rahwana sedih memberikan apapun yang dimilikinya baik
karena ditolak Sinta. Adegan ketiga (Rahwana harta, negara, rakyat, keluarga, bahkan nya-
pejah); menggunakan lampu general menye- wapun ia rela korbankan.
luruh, kemudian lid warna merah, Strobo, ke- Secara koreografis dramatari “Rahwaya-
mudian parsatu sudut dan lampu follow ter- na” ini menghadirkan 2 tokoh sentral, yaitu
akhir merah tajam. Rahwana dan Sinta. Di samping itu, juga di-
hadirkan peran (penari) pendukung yang
3. Isi Garap tidak kalah pentingnya (multi-casting) baik
Karya tari “Rahwayana” merupakan se- sebagai penggambaran suasana, penggam-
buah bentuk garap Dramatari, sehingga dalam baran balad buta, penggambaran perang,
penyajiannya dibentuk berdasarkan pola penggambaran perasaan Rahwana maupun
garap yang menggunakan pengadegan (ba- Sinta.
gian). Pada setiap bagiannya atau pola penga-
dagannya dibangun oleh berbagai unsur es- KESIMPULAN
tetik yang meliputi; koreografi dan musik tari, Pada dasarnya setiap manusia itu me-
sedangkan pergantian suasananya dibangun miliki kelebihan dan kekurangan, kekuatan
oleh penataan cahaya dan keluar-masuk (in- dan kelemahan, bahkan kebaikan dan keburu-
out) para penari. Begitu pula dengan dinamika kan karena Tuhan menciptakan manusia
irama, pada dasarnya dibangun oleh garap tidaklah sempurna dan berbeda-beda. Ketidak
pengolahan ruang, tenaga dan waktu dari para sempurnaan dan perbedaan setiap manusia
penari baik secara individu maupun secara itulah yang membuat dunia ini berwarna,
kelompok (grouping). Adapun irama dramatik bermakna, dan memiliki dinamika. Terkait
yang terkait dengan perwujudan tema, di- dengan nilai kehidupan manusia sebagaimana
gunakan pola kerucut ganda. diungkapkan di atas, maka karya tari Rahwa-

Makalangan Vol. 6, No. 2, Edisi Desember 2019 | 75


yana ini mengisahkan tentang perjalanan Pendit, Nyoman S. 2006. Ramayana. Jakarta:
hidup Rahwana mencari dan menggapai PT. Gramedia Pustaka Utama.
cintanya. Adapun hasilnya yang dicapai dari
Sindhunata. 2007. Anak Bajang Menggiring
proses kreatif ini adalah terwujudnya sebuah
Angin. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.
karya dalam bentuk sajian dramatari yang
terdiri dari tiga adegan (bagian) meliputi; Smith, Jackuline. 1985. Komposisi Tari. (Terj.
adegan pertama penculikan Sinta, adegan Ben Suharto “Dance compositision”). Yog-
kedua rahwana gandrung, dan adegan ketiga yakarta: ASTI Yogyakarta.
Rahwana pejah. Begitu pula dalam karya
dramatari ini telah menyampaikan pesan Sunardi, D.M. 1991. Ramayana. Jakarta: Balai
Pustaka.
moral kehidupan kemanusiaan secara sim-
bolik. Tejo, Sujiwo. 2017. Rahvayana. Jakarta: PT.
Bentang Pustaka.
DAFTAR PUSTAKA
Tejo, Sujiwo. 2017. Rahvayana 2. Jakarta: PT.
Hart, W.D. 1996. A companion to the philosophi of
Bentang Pustaka.
mind, Oxford: Blackwell.

Mardiwarsito. 1986. Kamus Jawa kuna Indonesia.


Jakarta: Pers nusantara.

Makalangan Vol. 6, No. 2, Edisi Desember 2019 | 76

Anda mungkin juga menyukai