Oktober 2021
S. Bambang Purnomo
Sang Yogiswara çista, sang sujana suddha menahira huwus matje sira
ucapan tersebut jika diterjemahkan demikian:
Sang Yogi (pendeta/begawan) semakin bertambah pintar, Para sujana (cendekia/bijak)
semakin bersih hatinya setelah membaca cerita ini.
Jadi terang bahwa Yogiswara bukan yaitu nama penulis Ramayana Jawa ini.
Syair dalam bentuk kakawin ini yaitu salah satu dari banyak versi mengenai kisah
sang Rama dan Sita, wiracarita agung yang versi awal mulanya digubah di India
oleh Walmiki dalam bahasa Sanskerta. Beberapa peneliti menerangkan, bahwa Kakawin
Ramayana versi Jawa ini ternyata tidak sepenuhnya mengacu langsung kepada Ramayana
versi Walmiki, akan tetapi mengacu ini yaitu transformasi dari kitab Rawanawadha yang
ditulis oleh pujangga India lawas bernama Bhattikawya. Hal ini disimpulkan oleh
Manomohan Ghosh, seorang peneliti sastra dari India yang menemukan beberapa bait
Ramayana Jawa yang sama dengan bait bait dalam Rawanawadha.
Dari segi alur cerita, Kekawin Ramayana juga memiliki perbedaan dengan Ramayana
Walmiki. Pada kesudahan cerita, sekembalinya Rama dan Sita ke Ayodya, mereka berpisah
lagi, jadi Rama dna Sita tidak hidup bersama, demikian versi Walmiki. Sedang dalam versi
Jawa, Rama dan Sita hidup bersama di Ayodya.
Ringkasan
Di pertapaan, Rama dan Laksmana menghabisi semua raksasa dan kemudian mereka menuju
penguasa negara Mithila di mana dipersiapkan sebuah sayembara. Siapa menang dapat
mendapat putri raja bernama Sita. Para peserta disuruh merentangkan busur panah yang
menyertai kelahiran Sita. Tak seorangpun sukses kecuali Rama, maka mereka pun menikah
dan kemudian lagi ke Ayodya.
Di Ayodya Rama suatu hari akan dipersiapkan dinobatkan sebagai raja, karena ia yaitu putra
sulung. Tetapi Kaikeyi, salah seorang istri raja Dasaratha yang bukan ibu Rama berakta
bahwa sri baginda sudah menjalani berjanji bahwa Bharata lah yang akan sebagai raja. Maka
dengan berat hati raja Dasaratha mengabulkannya karena memang sudah menjalani berjanji
demikian. Kemudian Rama, Sita dan Laksmana pergi menjauhi istana. Antara beberapa lama,
raja Dasaratha meninggal dunia dan Bharata mencari mereka. Ia merasa tidak pantas sebagai
raja dan memohon Rama untuk lagi. Tetapi Rama menolak dan memberikan sandalnya
(bahasa Sanskerta: pâduka) kepada Bharata sebagai lambang kekuasaannya.
Maka Rama, Sita dan Laksmana ada di hutan Dandaka. Di sana ada seorang raksasi bernama Surpanakha yang jatuh cinta kepada
Laksmana dan ia menyamar sebagai wanita cantik. Tetapi Laksmana tak sukses dibujuknya
dan malahan kesudahannya ujung hidungnya terpotong. Surpanakha marah dan mengadu
kepada kakaknya sang Rahwana (Rawana) dan membujuknya untuk menculik Sita dan
memperistrinya. Kesudahannya Rahwana menyuruh Marica, seorang raksasa untuk menculik
Sita. Kemudian Marica bersiasat dan menyamar sebagai seekor kijang emas yang baik. Sita
tertarik dan memohon suaminya untuk menangkapnya. Rama menjauhi Sita bersama
Laksmana dan pergi mengejar si kijang emas. Si kijang emas sangat gesit dan tak bisa
ditangkap, kesudahannya Sri Rama kesal dan memanahnya. Si kijang emas menjerit
kesakitan berubah lagi sebagai seorang raksasa dan padam. Sita yang ada di terlalu jauh
mengira yang menjerit yaitu Rama dan menyuruh Admiral mencarinya. Laksmana menolak
tetapi kesudahannya mau setelah diperolok-olok dan dituduh Sita bahwa ia berhasrat
memilikinya. Kesudahannya Sita ditinggal sendirian dan bisa diculik oleh Rahwana.
Teriakan Sita terdengar oleh burung Jatayu yang sudah menjalani berkawan dengan prabu
Dasaratha dan ia berupaya menolong Sita. Tetapi Rahwana lebih kuat dan bisa mengalahkan
Jatayu. Jatayu yang sekarat masih bisa melapor kepada Rama dan Laksmana bahwa Sita
dibawa ke Lengka, kerajaan Rahwana.
Kemudian Rama dan Laksmana mencari kerajaan ini. Di suatu daerah mereka berjumpa
dengan kera-kera dan seorang raja kera bernama Bali yang menculik istri kakaknya.
Kesudahannya Bali bisa dibunuh dan istrinya dikembalikan ke Sugriwa dan Sugriwa mau
membantu Rama. Kesudahannya dengan bantuan bala tentara kera yang dikepalai Hanuman,
mereka sukses membunuh Rahwana dan memberi keleluasaan Sita. Sita kemudian diboyong
lagi ke Ayodya dan Rama dinobatkan sebagai raja.
Contoh teks
Oleh para pakar dan sastrawan, kakawin Ramayana dianggap sebuah syair yang sangat indah
dalam bahasa Jawa Kuna seperti sudah disinggung di atas. Di bawah disajikan beberapa
cuplikan dari teks ini beserta terjemahannya dalam bahasa Indonesia.
Kiasan
I.5
XI.7
Kakawin Ramayana setelah diteliti oleh para pakar ternyata secara detail tidak mirip dengan
versi-versi Ramayana di Nusantara lainnya, seperti Hikayat Sri Rama dalam bahasa Melayu,
Serat Rama Keling dalam bahasa Jawa Baru dan juga relief-relief Ramayana yang
terdapatkan di Candi Prambanan.
Setelah diteliti ternyata beberapa besar kakawin Ramayana berdasarkan sebuah syair dalam
bahasa Sanskerta dari India yang berjudul Rāvaṇavadha yang ditulis oleh pujangga
bernama Bhaṭṭikāvya dari 100 tahun ke-6 sampai 7.
Dalam sastra Jawa Baru, kakawin Ramayana digubah ulang oleh kyai Yasadipura sebagai
Serat Rama.