Perkembangan Kognitif.
Usia remaja membawa daya nalar yang sangat kuat. Tentang perkembangan kognitif remaja
dimulai dengan pengujian terhadap gagasan Piaget (Keating, 2004). Baru-baru ini penelitian
tentang pengolahan informasi telah jauh meningkatkan pemahaman kita.
Menurut piaget, di sekitar usia 11 tahun, remaja memasuki tahap operasional formal, sebuah
tahap dimana mereka mengembangkan kemampuan berpikir abstrak, sistematis, dan ilmiah.
Mereka tidak lagi memerlukan hal hal dan peristiwa konkret sebagai objek pemikiran.
Penalaran Hipotesis-Deduktif
Piaget percaya bahwa di masa remaja, anak muda pertama-tama mampu melakukan penalaran
hipotesis-deduktif. Ketika dihadapkan pada masalah, mereka mulai membuat hipotesis atau
prediksi tentang variabel yang mungkin mempengaruhi sebuah hasil yang kemudian menjadi
dasar mereka menarik kesimpulan logis dan teruji. Lalu, mereka secara sistematis memisahkan
dan menggabungkan variabel untuk melihat kesimpulan mana yang benar dalam dunia nyata.
Pemikiran Proposisional
Karakteristik penting kedua dari tahap operasional formal Piaget adalah pemikiran proporsional,
yaitu kemampuan remaja untuk mengevaluasi logika proposisi tanpa mengacu pada keadaan di
dunia nyata. Piaget mengakui pentingnya bahasa di masa remaja. Operasi formal memerlukan
sistem berbasis bahasa dan simbolik lainnya yang tidak mewakili hal-hal nyata.Pemikiran
operasional formal juga melibatkan penalaran verbal tentang konsep-konsep abstrak.
1. Atensi menjadi lebih selektif dan lebih disesuaikan dengan tuntutan tugas yang berubah ubah.
2. Inhibisi stimulus tidak relevan dan respon terpelajar dalam situasi yang bukan merupakan
tempat nya meningkat sehingga menambah atensi dan penalaran.
3. Jadi lebih efektif meningkatkan penyimpanan, representasi, dan pemanggilan kembali
informasi.
5. Metakognisi semakin luas, memunculkan wawasan baru tentang strategi efektif dalam
memperoleh informasi dan memecahkan masalah.
Perkembangan pemikiran yang semakin kompleks dan efektif memunculkan perubahan besar
dalam cara remaja memandang diri mereka, orang lain, dan dunia secara umum. Karena remaja
kadang canggung ketika berurusan dengan perubahan tubuh mereka. Mereka mula-mula
bimbang mengenai pemikiran abstrak mereka.
Kemampuan remaja untuk merefleksikan pemikiran mereka sendiri, ditambah dengan perubahan
fisik dan psikologis, mendorong agar lebih memikirkan diri. Mereka meyakini munculnya suatu
bentuk egosentrisme baru di mana remaja sekali lagi sulit membedakan antara perspektif sendiri
dan perspektif orang lain.
Kemampuan remaja untuk memikirkan beragam kemungkinan membuka dunia idaman. Remaja
dapat membayangkan sistem keluarga, agama, politik, dan moral alternatif dan mereka ingin
menjelajahi semua sistem alternatif tersebut.Kesenjangan antara idealisme remaja dan realisme
orang dewasa memunculkan ketegangan antara orang tua dan anak. Akan tetapi, secara
keseluruhan idealisme dan kritisisme remaja bisa menguntungkan. Setelah remaja melihat bahwa
orang lain memiliki kelebihan dan kelemahan, mereka semakin mampu bekerja secara
konstruktif bagi perubahan sosial dan membentuk hubungan positif dan tahan lama.
Pengambilan Keputusan
Dalam suatu studi tentang pengambilan keputusan, diperoleh hasil bahwa orang dewasa lebih
unggul dari remaja karena lebih sering mempertimbangkan alternatif menghitung-hitung untung
dan rugi, dan meminta saran kepada orang lain. Selain itu, dalam mengambil keputusan remaja
lebih sering daripada orang dewasa beralih pada putusan intuitif.
Perkembangan Moral
Orang yang secara teratur menghadiri layanan keagamaan meliputi banyak orangtua dengan
anak-anak. Remaja yang tetap menjadi bagian dari sebuah komunitas Keagamaan diuntungkan
oleh nilai nilai moral dan perilaku dibanding remaja tanpa afiliasi keagamaan, mereka lebih
terlibat dalam aktivitas layanan masyarakat yang dimaksudkan untuk membantu mereka yang
kurang beruntung. Keterlibatan keagamaan mendukung perilaku akademik dan sosial yang
bertanggung jawab dan mengurangi kenakalan dan terkait dengan rendahnya tingkat penggunaan
narkoba dan alkohol, aktivitas seksual dini, dan kenakalan.
Kemajuan moral remaja juga terlihat dalam penalaran mereka. Mengenai situasi yang
memunculkan masalah moral, sosial, konvensional dan personal yang saling bertentangan.
Dibanding anak usia sekolah, remaja memperlihatkan pemikiran yang lebih mendalam seputar
isu-isu tersebut.
Hubungan antara penalaran moral matang dan tindakan tidaklah terlalu kuat. Dalam sebuah studi
terhadap remaja Afrika-Amerika dan Hispanik-SES rendah, mereka yang menekankan sifat-sifat
moral dan tujuan dalam deskripsi diri mereka memperlihatkan tingkat pengabdian masyarakat
yang luar biasa. Akan tetapi, mereka tidak berbeda dari rekan sebaya mereka dalam penalaran
moral.
Sumber Referensi: