Anda di halaman 1dari 3

EMOSI

Emosi atau perasaan adalah respons evaluatif yang biasanya mencakup kombinasi kebangkitan
psikologis, pengalaman subjektif (positif, negatif, atau ambivalen), dan ekspresi behavioral.
Emosi manusia selalu menarik bagi seniman dan penyair yang mampu mendeskripsikanya
dengan kata-kata, gambar, dan suara yang indah. Salah satu perintis, William James (1884)
menawarkan teori bahwa emosi ada di dalam pengalaman ragawi. James bahkan memberikan
saran tentang bagaimana merasakan emosi tertentu: “Jalan menuju keceriaan, seandainya kita
merasa akan kehilangan keceriaan, duduk dengan perasaan riang dan berbicara seolah-olah
keceriaan sudah ada. Agar bisa merasa berani, bertindaklah seolah-olah kita berani, gunakan
semua kemauan kita untuk tujuan itu, maka keberanian akan muncul menggantikan rasa takut”.

Ketika Kita Tertawa Kita Senang: Kesamaan Pengalaman Emosional


Jika anda bisa memahami yang dirasakan orang lain, maka orang lain juga dapat menilai emosi
anda dengan benar, dan maka dari itu bisa dikatakan bahwa perasaan manusia itu universal.
Seperti yang dikatakan Darwin (1872), dalam karya terkenalnya, Expression of the Emotions in
Man and Animals. Studi-studi empiris menunjukkan banyak persamaan dalam cara orang
menunjukkan perasaan mereka. Perbandingan ekspresi emosi di wajah dari negara-negara
industri Barat dan non-Barat menunjukkan kemiripan yang signifikan (Ekman, 1980).
Riset lintas kultural terhadap pengenalan intonasi emosional pada suara memberikan hasil yang
sama: orang mengidentifikasi emosi orang yang berbicara dimana pembicara menggunakan
bahasa asing dan suaranya direkam (Alabs et al., 1967; Van Bezooijen et al., 1983). Secara
keseluruhan, pendukung ide universialitas emosi manusia berpendapat bahwa emosi yang sama
itu ada di semua kultur. Secara lintas kultural, individu secara emosional sensitif ketika
kehilangan saudara dan kawan, saat kelahiran anak, kemenangan tim favorit, dan sensitif
terhadap kecaman dari orang lain. Disemua kultur, kesedihan dapat menyebabkan orang
menangis, kemarahan bisa memicu agresi, dan kegembiraan sering menyebabkan orang mau
memaafkan.

Anda Tak Bisa Menjelaskan Rasa Sakit Jika Anda Belum Pernah Mengalaminya:
Perbedaan Pengalaman Emosi
Perbedaan dalam ekspresi pengalaman emosional, variasi linguistik dalam pelabelan emosi, dan
sosialisasi praktik yang berbeda-beda, itu semua menunjukkan adanya asal usul kultural dari
emosi manusia. Emosi orang bervariasi, karena didasarkan pada pengalaman yang berbeda-beda
yang terkait dengan kultur dimana pengalaman itu terjadi. Kultur juga memberi pengaruh
bervariasi terhadap frekuensi dan signifikansi reaksi emosional (Matsumoto et al., 1988).
Pengenalan ekspresi wajah pada foto lebih rendah ketika subjek tak banyak menjalin kontak
sebelumnya dengan kultur lain (Izard, 1971). Riset belakangan ini menunjukkan bahwa, adanya
perbedaan kultural dalam akurasi dan kecepatan menilai emosi orang lain (Elfenbein & Ambady,
2003). Beberapa studi menemukan bahwa pria dan wanita mengidentifikasi ekspresi marah
dengan cepat. Akan tetapi, mereka juga menemukan bahwa kemarahan lebih cepat diidentifikasi
pada wajah pria ketimbang wajah wanita (Williams et al., 2007).
Dua pendekatan berbeda untuk memahami relasi antara kultur dan emosi adalah: pendekatan
pertama →mendukung universialitas lintas kultural, sedangkan pendekatan kedua
→mendukung adanya akar kultural dan spesifitas dari emosi manusia. (Ekman, 1994; Mead,
1975; Russell, 1994).

Emosi: Berbeda Atau Universal


Emosi dapat dilihat sebagai sama atau berbeda karena kita sering memahami, menganalisis, dan
memikirkannya dari sudut pandang yang berbeda. Perbedaan kultural dalam emosi cenderung
makin besar seiring dengan makin konkretnya definisinya. Emosi kadang mempengaruhi
keputusan kita, atau menimbulkan jenis emosi lain, dan pada akhirnya menghilang.

Kebangkitan Fisiologis
Ada kemiripan lintas kultural dalam mekanisme dasar fisiologis dari emosi. Amigdala→ sebagai
komputer emosional otak (menilai signifikan afektif dari stimulus). Hipotalamus→ sebagai
bagian dari sistem limbic, mengaktifkan respons simpatik dan endokrin yang berhubungan
dengan emosi. Korteks otak→ berkaitan dalam emosi (khususnya dalam menilai stimuli).
Emosi yang berbeda akan menimbulkan perbedaan dalam beberapa variabel seperti akselerasi
detak jantung, suhu jari, dan jumlah keringat ditelapak tangan yang berhubungan dengan
kecemasan, yang juga disebut sebagai respons kulit galvanis.

Makna Kejadian Sebelumnya


Banyak peristiwa sebelumnya yang dapat menimbulkan respons emosional yang sama pada
kebanyakan manusia, terlepas dari sensitivitas emosional terhadap kejadian hidup/kondisi
tertentu. Ada juga bukti bahwa emosi tertentu dapat dipicu oleh kejadian yang berkaitan dengan
kultur tertentu saja. Orang yang tidak familiar dengan beragam norma dan tradisi kultural
mungkin tidak mengenali emosi itu dan menyalah tafsirkannya selama komunikasi.

Emosi Sebagai Evaluasi


Ada beberapa norma dan aturan kultural yang mengatur evaluasi emosi. Ada bukti bahwa orang
membawa keyakinan kultural tentang emosi, mana yang signifikan atau sesuai dengan peran
sosial atau setting sosial tertentu (Ellsworth, 1994; Markus & Kitayama, 1994a; White, 1994).
Orang dari kultur yang berbeda-beda mengevaluasi kata-kata yang mengindikasikan emosi
tertentu dengan cara yang sama (Frijda et al., 1991; Roseman, 1991).

Anda mungkin juga menyukai