Emosi atau perasaan adalah respons evaluatif yang biasanya mencakup kombinasi kebangkitan
psikologis, pengalaman subjektif (positif, negatif, atau ambivalen), dan ekspresi behavioral.
Emosi manusia selalu menarik bagi seniman dan penyair yang mampu mendeskripsikanya
dengan kata-kata, gambar, dan suara yang indah. Salah satu perintis, William James (1884)
menawarkan teori bahwa emosi ada di dalam pengalaman ragawi. James bahkan memberikan
saran tentang bagaimana merasakan emosi tertentu: “Jalan menuju keceriaan, seandainya kita
merasa akan kehilangan keceriaan, duduk dengan perasaan riang dan berbicara seolah-olah
keceriaan sudah ada. Agar bisa merasa berani, bertindaklah seolah-olah kita berani, gunakan
semua kemauan kita untuk tujuan itu, maka keberanian akan muncul menggantikan rasa takut”.
Anda Tak Bisa Menjelaskan Rasa Sakit Jika Anda Belum Pernah Mengalaminya:
Perbedaan Pengalaman Emosi
Perbedaan dalam ekspresi pengalaman emosional, variasi linguistik dalam pelabelan emosi, dan
sosialisasi praktik yang berbeda-beda, itu semua menunjukkan adanya asal usul kultural dari
emosi manusia. Emosi orang bervariasi, karena didasarkan pada pengalaman yang berbeda-beda
yang terkait dengan kultur dimana pengalaman itu terjadi. Kultur juga memberi pengaruh
bervariasi terhadap frekuensi dan signifikansi reaksi emosional (Matsumoto et al., 1988).
Pengenalan ekspresi wajah pada foto lebih rendah ketika subjek tak banyak menjalin kontak
sebelumnya dengan kultur lain (Izard, 1971). Riset belakangan ini menunjukkan bahwa, adanya
perbedaan kultural dalam akurasi dan kecepatan menilai emosi orang lain (Elfenbein & Ambady,
2003). Beberapa studi menemukan bahwa pria dan wanita mengidentifikasi ekspresi marah
dengan cepat. Akan tetapi, mereka juga menemukan bahwa kemarahan lebih cepat diidentifikasi
pada wajah pria ketimbang wajah wanita (Williams et al., 2007).
Dua pendekatan berbeda untuk memahami relasi antara kultur dan emosi adalah: pendekatan
pertama →mendukung universialitas lintas kultural, sedangkan pendekatan kedua
→mendukung adanya akar kultural dan spesifitas dari emosi manusia. (Ekman, 1994; Mead,
1975; Russell, 1994).
Kebangkitan Fisiologis
Ada kemiripan lintas kultural dalam mekanisme dasar fisiologis dari emosi. Amigdala→ sebagai
komputer emosional otak (menilai signifikan afektif dari stimulus). Hipotalamus→ sebagai
bagian dari sistem limbic, mengaktifkan respons simpatik dan endokrin yang berhubungan
dengan emosi. Korteks otak→ berkaitan dalam emosi (khususnya dalam menilai stimuli).
Emosi yang berbeda akan menimbulkan perbedaan dalam beberapa variabel seperti akselerasi
detak jantung, suhu jari, dan jumlah keringat ditelapak tangan yang berhubungan dengan
kecemasan, yang juga disebut sebagai respons kulit galvanis.