Anda di halaman 1dari 14

Gangguan

Psikologis
Dosen Pengampu : Tri Quari Handayani, M.Sos
Anggota Kelompok 6
Anbar Azhari Fara Berliana Ratu Emma
R NA

Ririt Rizka Nurul


Rianingsih H

Kelas A
Dua pendapat tentang kultur dan
psikopatologi
Kultur dapat mempengaruhi gangguan psikologis di lima area. Pengalaman subjektif, berbasis
kultur individu termasuk pengetahuan tentang problem psikologis. Idiom tekanan, berbasis kultur
cara individu menjelaskan dan mengekspresikan gejala sesuai dengan aturan yang ditetapkan
kultur. Diagnosis, berbasis kultur berbagai bentuk gangguan psikologis, termasuk penilaian
profesional dan non-profesional. Perawatan, berbasis kultur cara orang (termasuk profesional)
berusaha mengatasi gejala Psikopatologi. Hasil, prinsip berbasis kultur yang hasil perawatan
dievaluasi (Castillo,1997).

1. Perspektif relativitas adalah pandangan atau pendapat orang dengan setting kultural
berbeda yang menempatkan atau memahami gangguan psikologis secara berbeda dan
perbedaan ini signifikan.
2. Perspektif Universalis adalah pandangan atau pendapat orang yang memiliki keseluruhan
pemahaman atas gangguan mental yang seharusnya universal (Psikopatologi, menunjukan
adanya gejala absolut dan seragam).
Gejala Sentral dan Periferal : Hasil Debat antara
Universalis dan Relativis

Mengimplementasikan menggunakan pendekatan inklusif pada Psikopatologi yang


mengombinasikan dua sudut pandang (universal dan Relativis).
Gejala Sentral, yang dapat di amati di hampir semua orang yang ada di dunia.
Gejala Periferal, yang berkaitan dengan kultur.
Misalnya gejala Sentral untuk kasus episode depresi utama, seperti disforia, hilang
semangat, ketegangan dan merasa tak berdaya, dapat dilihat secara lintas kultural yaitu
:
1. Disebabkan oleh faktor biokimia
2. Sindrom tubuh yang muncul dalam bentuk keletihan, kurang konsentrasi, dan
berbagai sakit
3. Keluhan psikologis seperti ketidakmampuan mendapat kesenangan dalam aktivitas
yang sebelumnya di sukai
Sindrom yang terkait Kultur

Sindrom yang terkait Kultur terdiri dari fenomena psikologi tertentu, yang menarik bagi seorang psikolog. Sindrom
yang terkait Kultur tidak memiliki korespondensi satu-satu dengan gangguan yang dikenali dengan "utama". Ada tujuh
kategori umum untuk fenomena yang dideskripsikan sebagai sindrom yang terkait Kultur :
1. Gejala Psikopatologi, tidak bisa di nisbahkan ke penyebab organik yang bisa diidentifikasi yang dikenal sebagai
penyakit dalam kelompok kultural tertentu, namun tidak termasuk dalam kategori penyakit di Barat.
Ke imigran
2. Gejala Psikopatologi, tidak bisa dinisbahkan ke penyebab organik yang bisa diidentifikasi, yang dikenali di
tingkat lokal sebagai penyakit dan menyerupai kategori penyakit di Barat.
3. Entitas penyakit diskret yang belum dikenali profesional barat. Contohnya adalah Kuru.
4. Sebuah penyakit, gejalanya terjadi dibanyak kultur, namun hanya dielaborasi sebagai penyakit di satu atau
beberapa setting kultural.
5. Mekanisme penjelasan atau idiom penyakit, yang diterima secara kultural yang tidak cocok dengan idiom barat
untuk distres. Dalam setting barat mungkin mengindikasikan pemikiran yang tidak tepat secara kultural dan
mungkin delusi (halusinasi).
6. Keadaan atau seperangkat perilaku, sering berupa trance atau kerasukan (mendengar, melihat, berkomunikasi)
dengan arwah orang mati atau perasaan "kehilangan jiwanya" karena sedih dan takut.
7. Sindrom yang diduga terjadi di dalam setting kultural tertentu yang sebenar nya tidak eksis tetapi mungkin
dilaporkan kepada profesional.
1. Gangguan Kecemasan
Gangguan Kecemasan mengandung interpretasi yang berakar dalam penilaian yang bervariasi dari satu
kultur ke kultur lain (Satcher, 2000). Setiap gangguan Kecemasan dapat muncul sebagai gejala Sentral
yang dapat diamati dalam setiap kultur dan sebagai gejala periferal terkait Kultur spesifik.

2. Gangguan Depresi
Melankoli (melankolia) adalah label paling umum untuk gejala yang sering disebut gangguan Depresi.
Penjelasan ilmiah pertama untuk gangguan depresi dinisbahkan ke karya unana, dokter dan filsuf Yunani
Kuno. Meski ada perbedaan dalam interpretasi mereka, para filsuf Yunani memiliki persamaan pandangan
tentang emosi ma sia (Simon, 1978; Tellenbach, 1980).
Observasi dan asumsi yang luar biasa, antara Jain:
1. Ada penyebab fisik dan somatis dari gejala depresi.
2. Keseimbangan fungsi tubuh (entah itu surplus atau kurang) diasosiasikan de ngan problem yang muncul
melalui emosi.
3. Pengalaman dan peristiwa kehidupan dapat menyebabkan orang mengem bangkan penyakit mood
tertentu.
3. Skizofrenia
Skizofrenia adalah gangguan dengan ciri-ciri adanya delusi, halusinasi, bicara yang tidak jelas, dan
perilaku yang ganjil atau tidak terkontrol. Selain asumsi penyebab biologis, ada juga asumsi bahwa kondisi
sosial juga bisa memengaruhi skizofrenia. Skizofrenia lebih umum dijumpai pada pria ketimbang wanita di
seluruh dunia. Di negara maju, skizofrenia dirawat dengan obat neuropletic yang bertujuan untuk
mengurangi gejala paling menonjol dari penyakit ini.

4. Kultur dan Bunuh Diri


Angka bunuh diri umumnya lebih rendah di kultur dimana agama melarang "membunuh diri sendiri". Angka
bunuh diri relatif rendah di negara Muslim dan Katholik dibandingkan dengan negara Barat dan Protestan,
dimana bunuh diri dianggap sebagai cara yang sah untuk melepaskan diri dari rasa sakit, rasa kehilangan
personal, dan penderitaan hidup lainnya.
Beberapa teori bunuh diri menunjukkan bahwa mungkin ada hubungan antara masyarakat yang kompleks
dengan frekuensi bunuh diri (Durkheim, 1897).
5. Gangguan Kepribadian
Gangguan kepribadian atau personalitas dianggap sebagai pola perilaku dan
pengalaman batin berkepanjangan yang menyimpang dari ekspektasi kultur individu.
Ambang toleransi merupakan istilah untuk ukuran toleransi atau intoleransi terhadap ciri
personalitas spesifik di dalam suatu lingkungan kultural.
Secara keseluruhan, gangguan kepribadian merepresentasikan penyimpangan dari apa
yang dianggap sebagai personalitas "standar" dalam lingkungan sosial dan kultural
spesifik. Dua asumsi dasar yang berkaitan dengan manifestasi dan diagnosis gangguan
ini:
1. Hipotesis tentang ciri kepribadian yang terkait kultur spesifik yang menonjol di
beberapa kelompok kultural dan kurang menonjol di kelompok kultur lain.
2. Ada situasi sosial dan kultural spesifik yang menentukan pandangan kita, berfungsi
sebagai semacam "filter" atau saringan untuk evaluasi kepribadian dan gangguan
kepribadian.
Apakah Penyalahgunaan Zat Berbahaya

itu Berkaitan dengan Kultur?

Gangguan yang berkaitan dengan alkohol diasosiasikan

dengan level pendidikan rendah, status sosio-ekonomi

rendah, dan tingkat pengangguran yang tinggi. Akan

tetapi, sulit untuk mengatakan apakah itu penyebab atau

melainkan sebab.
Bias Psikodiagnostik
Psikolog kemungkinan besar punya persepsi sendiri dan juga atribusi

tentang hubungan antara kultur, etnis, dan penyakit mental (Lopez,

1989). Beberapa gangguan yang spesifik di kultur tertentu adalah sulit

untuk diinterpretasikan dalam term klasifikasi nasional. Kelemahan

neurologis, yang biasa didiagnosis di China, mencakup gejala lemas,

keletihan, sakit kepala, dan keluhan gastrointestinal (Tung, 1994).


Psikoterapi
Abad ke 21 membawa banyak perubahan yang

cepat pada banyak sikap Negara terhadap

penyakit mental dan psikoterapi. Dalam studi

World Health Organization (WHO) 1979, bahwa

pasien dari kultur kolektivis memiliki prognosis yang


lebih baik untuk skizofrenia, sedangkan pasien dari

kultur individualis menunjukkan lebih sedikit tanda-

tanda perbaikan (Tanaka-Matsumi & Draguns,

1997).
Kesesuaian Kultural?
Kesesuaian Kultural yaitu situasi dimana psikoterapis dan kliennya berasal dari
kelompok etnis yang sama, mungkin akan memengaruhi beberapa perkembangan.
Snacken (1991), mendeskripsikan tiga tipe terapi :

1. Terapi Interkultural,
2. Terapi bikultural,
3. Terapi polikultural,

terapi dimana
terdiri dari dua tipe
mempertemukan pasien

profesional tahu bahasa


penyembuh (spesialis
dengan beberapa terapis

dan kultur klien. barat dan lokal yang


yang berasal dari kultur yang

bekerja sama). berbeda-beda.


Pertanyaan
Kesimpulan

dan Penutup

Anda mungkin juga menyukai