Anda di halaman 1dari 35

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas laporan kasus ini tepat
pada waktu. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad
SAW, keluarga, serta para pengikutnya hingga akhir zaman. Referat dibuat
dengan tujuan memenuhi tugas di stase Ilmu Kesehatan Jiwa dan juga menambah
khazanah ilmu tentang “Histrionic Personality Disorder”.
Terima kasih kepada pembimbing dr. RR Dyah Rikayanti N., Sp. KJ yang
telah membantu serta membimbing penulis dalam kelancaran pembuatan referat.
Semoga referat ini dapat bermanfaat kepada penulis pada khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya.
Penulis harapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk menambah
kesempurnaan referat ini. Penulis mohon maaf apabila ada kesalahan dan
kekurangan dalam penulisan.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Banjar, Januari 2020

Penulis

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 1
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 2
BAB I ......................................................................................................................................... 3
BAB II........................................................................................................................................ 4
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................................ 4
BAB III .................................................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 33
TUGAS .................................................................................................................................... 34

2
BAB I
PENDAHULUAN

Histrionic Personality Disorder adalah salah satu kategori diagnostik yang paling
ambigu di Psikiatri. Histeria merupakan istilah klasik yang mencakup berbagai macam
psikopatologis. Mesir kuno dan Yunani menyalahkan rahim penderita sebagai penyebab
keluhan ini bagi banyak perempuan. Beberapa peneliti dari abad 18 dan 19 mempelajari ini,
yaitu, Charcot yang mendefinisikan histeria sebagai "neurosis" dengan dasar organik dan
Sigmund Freud yang mendefinisikan ulang "neurosis" sebagai pengalaman kembali trauma
psikologis masa lalu. Histrionic Personality Disorder (HPD) pertama kali tercantum di
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders II (DSM-II) dan sejak DSM-III, HPD
adalah istilah kelainan yang berasal dari konsep lama histeria. Pasien histeria sendiri telah
mencerminkan posisi tentang kesehatan, agama dan hubungan antara jenis kelamin dalam
4000 tahun terakhir.1

Histrionic Personality Disorder (HPD) adalah satu-satunya kategori modern dalam


klasifikasi diagnostik yang melestarikan turunan dari konsep lama histeria (Sulz, 2010).
Beberapa gangguan kejiwaan berasal dari histeria seperti gangguan konversi, gangguan
somatisasi, gangguan somatoform, fobia, dan terakhir berupa HPD. Meskipun penulis yang
berbeda secara ekstensif mempelajari tema ini sepanjang waktu, para penulis akan fokus pada
HPD. Kata histeria berasal dari istilah Yunani "hystera," yang berarti rahim. Telah digunakan
sejak zaman kuno dan muncul dalam teks orang Mesir, Yunani, dan Romawi.1

Orang-orang dengan gangguan kepribadian histrionik cenderung bersemangat dan


emosional dan berperilaku dengan cara yang penuh warna, dramatis, ekstrovert. Namun,
sejalan dengan aspek-aspek berlebihan mereka, mereka seringkali tidak mampu untuk
mempertahankan ketertarikatan mereka secara dalam dan tahan lama.2

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Histrionic personality disorder (HPD) ditandai dengan emosi yang berlebihan dan
sifat mencari perhatian. Individual dengan gangguan ini sangat fokus terhadap daya tarik
fisik, sering menggoda dan paling nyaman menjadi pusat perhatian. Emosi mereka terlihat
berlebihan, labil, dangkal dan mereka cenderung mempunyai gaya bicara impresionis.
Perilaku mereka terlalu reaktif dan intens. Mereka secara emosional mudah bergairah dan
ingin dirangsang. Sering merespon stimulus kecil dengan kemarahan yang tidak rasional.
Hubungan interpersonal mereka terganggu dan mereka dianggap oleh orang lain sebagai
pribadi yang dangkal, menuntut, terlalu bergantung, kaku dan membutuhkan biaya perawatan
yang tinggi.3

Hubungan interpersonal dari pasien ini cenderung penuh masalah dan tidak
bersyukur. Karena ketergantungan mereka pada perhatian orang lain, individu dengan HPD
sangat rentan terhadap kecemasan terhadap perpisahan dan mungkin mereka akan
membutuhkan perawatan jika mereka sangat kesal karena putusnya hubungan mereka. Dalam
penelitian dari 32 pasien yang telah didiagnosis HPD, Slavney and McHugh (1974) hampir
sebagian besar pasien rawat 80% mengaku ingin bunuh diri, depresi atau keduanya. Sebagian
besar upaya bunuh diri tidak mengancam jiwa dan sebagian besar terjadi karena kemarahan
atau kekecewaan seperti serangan panik dengan atau tanpa agoraphobia juga sering
ditemukan pada orang dengan HPD. Bahkan beberapa penelitian telah memperlihatkan
bahwa HPD merupakan gangguan yang paling umum pada gangguan kepribadian dengan
serangan panik (Diaferia et al., 1993; Sciuto et al., 1991). Komplikasi yang paling sering
lainnya dari HPD adalah pasien histrionik mencari jalan pintas untuk menghilangkan rasa
sakitnya seperti mengonsumsi alkohol dan mengonsumsi zat-zat terlarang, gangguan
konversi, gangguan somatisasi dan psikosis singkat.3

Istilah gangguan kepribadian histrionik diciptakan baru-baru ini. Sepanjang sejarah,


gangguan ini dikenal sebagai gangguan kepribadian histerikal, yang berasal dari konsep
histeria. Histeria sendiri memiliki sejarah panjang, dalam rentang 4000 tahun (dirangkum
oleh Vieth, 1963). Penggunaan istilah ini kontroversial dan konsep histeria ditolak oleh kaum
feminis sebagai label seksis yang sering digunakan untuk menguraikan masalah-masalah
wanita kapanpun mereka menyampaikan keluhan yang tidak mudah dijelaskan atau ketika
mereka tampak menuntut berlebihan. Istilah histeria telah digunakan untuk merujuk pada

4
fenomena yang beragam seperti kehilangan kontrol sementara yang diakibatkan oleh stress
berlebihan, gangguan konversi, sindrom briquet, gangguan kepribadian dan, mungkin yang
paling umum untuk menggambarkan pasien wanita yang sulit diobati. Dalam ulasan mereka
tentang fenomena ini, Temoshok dan Heller (1983) menyatakan bahwa “’histeria’ sebagai
label diagnostik terhadap impresionistik, labil, menyeluruh, tidak stabil dan yang terlihat
sebagai berbagai fenomena yang terkait dengannya.” (hal. 204). Dalam upaya untuk
mengurangi kebingungan (dan kemungkinan konotasi seksis) mengenai penggunaan istilah
histeria, American Psychiatric Association (1980) tidak memasukkan istilah “histeria” dalam
DSM-III. Sebagai gantinya, kategori yang terpisah dari gangguan somatisasi, gangguan
konversi, hipokondriasis, gangguan disosiatif dan gangguan kepribadian histrionik.3

Konsep histeria dimulai dengan gagasan Mesir bahwa jika rahim tidak diikat, maka ia
akan menggembara ke seluruh tubuh dan tinggal di satu tempat dan menimbulkan gejala
histeris disana. Perawatan terdiri dari menarik kembali rahim ke posisi normalnya dengan
pengasapan atau melumuri vagina dengan wangi-wangian, atau dengan mengusir rahim dari
tempat barunya dengan menghirup atau mengaplikasi zat-zat berbahaya yang berbau busuk.
Resep hipokratik seringkali berupa menikah atau kehamilan, yang mana banyak psikiater
telah merekomendasikan pada pasien yang memiliki riwayat orang tua dengan histeria.3

Meskipun teori psikoanalitik berdasar pada penjelasan Freud dalam gejala histerikal.
Namun, fokus utama Freud pada konversi histeria, bukan ciri-ciri kepribadian histeria.
Deskripsi psikodinamik awal menekankan konflik Oedipal yang belum terselesaikan sebagai
penentu utama pada gangguan ini, dengan penekanan yang terlihat sebagai sifat pertahanan
yang paling khas (Abraham, 1949; Fenichel, 1945; W. Reich, 1972). Berdasarkan keyakinan
bahwa pelepasan emosi seksual yang tertahan akan menuntun ke arah kesembuhan,
pengobatan analitik awal histeria terdiri dari sugesti dan hipnosis untuk memfasilitasi
pelepasan emosi. Kemudian, Freud memodifikasi metode nya untuk memasukkan
penggunaan asosiasi bebas dan interpretasi dari perlawanan dan pemindahan untuk
mengembangkan tilikan dan abreaksi. Meskipun pengobatan histeria telah ditandai sebagai
dasar dari metode psikoanalitik, beberapa studi empiris, terkontrol dari pendekatan
pengobatan ini telah dipublikasikan.3

5
PENELITIAN DAN DATA EMPIRIS

Sebuah studi epidemologi mengenai HPD menemukan bahwa prevalensi HPD 2,1%
pada populasi umum, didiganosis dengan handal dan merupakan hasil yang valid (Nedstadt et
al., 1990). Meskipun kesan klinis bahwa sebagian besar individu dengan HPD adalah
perempuan, penelitian ini menemukan bahwa laki-laki dan perempuan sama-sama
terpengaruh.3

Dalam penelitian faktor analitik, Lazare, Klerman, dan Amor (1966, 1970)
menemukan bahwa empat dari tujuh sifat yang secara klasik terkait dengan kepribadian
histerikal berkumpul seperti yang diharapkan. Sifat emosionalitas, eksibisionisme,
egosentrisitas dan provokasi seksual sangat terkelompok bersama-sama, sedangkan sifat
sugestibilitas dan ketakutan akan seksualitas tidak satu kelompok. Sifat ketergantungan
masuk ke posisi tengah.3

Pada awal DSM-I (American Psychiatric Association, 1952), sebuah pembeda dibuat
antar apa yang dianggap sebagai aspek neurotik dari histeria (reaksi konversi) dan aspek
kepribadian (yang kemudian disebut kepribadian yang tidak stabil secara emosi). Dalam
DSM-II (American Psychiatric Association, 1968) perbedaan dibuat antara neurologis histeria
(termasuk reaksi konversi dan reaksi disosiatif) dan kepribadian histerikal.

Ada beberapa penelitian tentang sifat spesifik dari kemampuan emosional. Dalam
serangkaian penelitian, Slavney dan rekan-rekannya menunjukkan bahwa variabilitas mood
berkorelasi positif dengan penilaian diri pada sifat histeria pada pria dan wanita normal, dan
bahwa pasien yang didiagnosis sebagai gangguan kepribadian histerikal memiliki variabilitas
mood yang lebih besar dibandingkan dengan dengan pasien kontrol (Rabins & Slavney,
1979; Slavney, Breitner, & Rabins, 1977; Slavney & Rixk, 1980). Standage, Bilsbury, Jain,
and Smith (1984) menemukan bahwa wanita dengan HPD menunjukkan ketidakmampuan
mereka untuk memahami dan mengevaluasi perilaku mereka sendiri seperti yang dirasakan
dan yang dievaluasi oleh orang lain.3

Hubungan antara HPD, gangguan kepribadian antisosial dan gangguan somatisasi


telah dipelajari oleh Lihenfeld, Van Valkenburg. Larnta, dan akiskal (1986). Mereka
menemukan bahwa ketiga gangguan tersebut tumpang tindih secara signifikan di dalam
individu, dengan hubungan terkuat adalah kepribadian antisosial dan histrionik. Selain itu,
mereka melaporkan bahwa kepribadian hsitrionik tampaknya memoderasi hubungan antara

6
gangguan kepribadian antisosial dan gangguan somatisasi. Hal ini mengarahkan penulis
untuk menyarankan kemungkinan bahwa individu histrionik mengembangkan kepribadian
antisosial jika mereka laki-laki dan gangguan somatisasi jika mereka perempuan, beberapa
penulis telah berhipotesis bahwa fitur kepribadian psikologis memanifestasikan diri mereka
ke dalam berbagai kelainan kepribadian yang berbeda jenis kelamin, seperti HPD dan
gangguan kepribadian antisosial.3,4

HPD adalah satu-satunya gangguan kepribadian yang secara eksplisit terkait dengan
penampilan fisik. Sebuah penelitian yang menarik oleh Robert Bornstein (1999) menemukan
bahwa wanita HPD dinilai lebih tinggi dalam daya tarik fisik daripada wanita dengan
gangguan kepribadian lain atau wanita tanpa gangguan kepribadian. Bagaimanapun, tidak
ditemukan antara hubungan daya tarik fisik dan HPD pada laki-laki.5

Mepuskin pasien dengan gangguan kepribadian menunjukkan lebih banyak penurunan


fungsi pada Global Assessment of Functioning Scale daripada pasien tanpa gangguan
kepribadian, HPD adalah salah satu gangguan kepribadian dengan gangguan fungsi yang
paling sedikit.6 Dalam sebuah studi tentang lingkungan keluarga yang non-klinisi dari subyek
dengan gangguan kepribadian histrionik (Baker, Capron, & Azoelosa, 1996), histrionik
berasal dari keluarga yang sangat mengatur dan sangat berorientasi terhadap intelektual dan
budaya dan ikatan antar pribadi yang rendah.7 Ini akan cocok dengan teori-teori Millon
(1996) tentang keluarga histrionik. Ikatan yang rendah mungkin menggambarkan hipotesis
Millon bahwa orangtua dalam keluarga tersebut lebih mementingkan diri sendiri.

Sedikit yang telah ditulis tentang pengobatan histeria dari sudut pandang perilaku, dan
sebagaian besar penelitian perilaku hanya terbatas pada pengobatan konversi dan gangguan
somatisasi (disimpulkan oleh Bird, 1979). Bahkan lebih sedikit yang telah dipaparkan tentang
pengobatan perilaku khusus untuk HPD. Hasil yang cukup positif dilaporkan dalam dua studi
yang tidak terkontrol dengan menggunakan setidaknya sebagian perlakuan perilaku histeria
(Kass, Silvers, & Abrams, 1972; Woolson & Swanson, 1972). Walaupun pada pasien dengan
gangguan kepribadian selalu menunjukkan hasil yang kurang bagus dalam pengobatan yang
telah distandarisasi, pada penelitian ini menunjukkan hal yang sebaliknya pada pasien HPD.
Baik Turner (1987) dan Chambless, Renneber, Goldstein, dan Gracely (1992) menemukan
bahwa pengobatan kognitif dan perilaku yang terstruktur untuk gangguan cemas, pasien HPD
menunjukkan respon yang lebih baik dibandingkan dengan yang pasien yang lain dalam hal

7
frekuensi serangan panik. Dihipotesiskan bahwa fokus pada efek pelabelan kembali mungkin
sangat bermanfaat bagi pasien histrionik.3

DIAGNOSIS

Dalam wawancara, pasien dengan gangguan kepribadian histrionik umumnya


kooperatif dan bersemangat untuk memberikan riwayat mereka secara rinci. Gerakan dan
cara bicara mereka yang dramatis merupakan hal yang biasa; mereka mungkin sering salah
dalam mengucapkan kata, dan bahasa mereka penuh warna. Tampilan afektif terlihat biasa,
tetapi ketika ditekan untuk mengakui beberapa hal tertentu (mis., kemarahan, kesedihan, dan
keinginan seksual), mereka mungkin merespons dengan terkejut, marah, atau menyangkal.
Hasil pemeriksaan kognitif biasanya normal, meskipun kurangnya kerajinan mereka dapat
ditunjukkan pada tugas-tugas aritmatika atau konsentrasi.2

Table 10.1 DSM-V Kriteria diagnostik untuk Gangguan Kepribadian Histrionik


Suatu pola pervasif dalam mencari perhatian dan emosionalitas yang berlebihan, yang
dimulai pada saat awal usia dewasa dan hadir dalam berbagai konteks seperti yang
ditunjukkan dari lima (atau lebih) konteks berikut:
1) Tidak merasa nyaman pada situasi dimana ia bukanlah pusat perhatian
2) Interaksi dengan yang lain sering ditandai dengan perilaku seduktif dan provokatif
secara seksual yang tidak sesuai
3) Menunjukkan pergantian emosi yang sangat cepat dan ekspresi emosi yang dangkal
4) Secara konsisten menggunakan penampilan fisik untuk menggambarkan perhatian
terhadap dirinya
5) Memiliki gaya berbicara yang sangat impresionistik dan kurang detail
6) Menunjukkan dramatisasi diri, teatrikal, dan ekspresi emosi yang berlebihan
7) Sugestibel, sangat mudah dipengaruhi oleh orang lain
8) Menganggap hubungan lebih intim daripada yang sebenarnya
(Dicetak ulang dengan izin dari Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders,
Edisi Kelima (Hak Cipta © 2 01 3). American Psychiatric Association. Semua Hak
Dilindungi.)

8
Adapun berdasarkan PPDGJ-III, diagnosis gangguan kepribadian histrionik dapat mengikuti
pedoman berikut:8
Gangguan kepribadian dengan ciri-ciri:
• Ekspresi emosi yang dibuat-buat (self dramatization) seperti bersandiwara
(theariticality) yang dibesar-besarkan (exaggerated)
• Bersifat sugestif, mudah dipengaruhi oleh orang lain atau oleh keadaan
• Keadaan afektif yang dangkal dan labil
• Terus-menerus mencari kegairahan (excitement). Penghargaan (appreation) dari orang
lain, dan aktivitas dimana pasien menjadi pusat perhatian
• Penampilan atau perilaku ”merangsang” (seductive) yang tidak memadai
• Terlalu peduli dengan daya tarik fisik
Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas

DIAGNOSIS BANDING

Seperti namanya, indikasi terkuat HPD adalah presentasi diri yang terlalu dramatis
atau histrionik. Dengan bantuan dokter magang dan staf fakultas untuk menyusun urutan
kepentingan diagnostik dari item-item yang menggambarkan kepribadian histrionik, Slavney
(1978) menemukan bahwa emosi yang dibuat-buat, sifat mencari perhatian, ketidakstabilan
emosi dan sifat menggoda adalah urutan yang paling penting dalam diagnostik dan yang
paling bisa dinilai. Kesombongan, ketidakdewasaan dan gejala konversi dipandang kurang
penting dan kurang bisa dinilai.3,9 Untuk membedakan antara gangguan kepribadian
histrionik dan gangguan kepribadian borderline sangat sulit, tetapi dalam gangguan
kepribadian borderline, upaya bunuh diri, penyamaran identitas, dan episode psikotik singkat
lebih mungkin terjadi. Meskipun kedua kondisi dapat didiagnosis pada pasien yang sama,
dokter harus memisahkan keduanya. Gangguan somatisasi (Briquet's syndrome) dapat terjadi
bersamaan dengan gangguan kepribadian histrionik. Pasien dengan gangguan psikotik singkat
dan gangguan disosiatif mungkin memerlukan diagnosis bersamaan dengan gangguan
kepribadian histrionik.2

9
PROGNOSIS

Dengan bertambahnya usia, orang dengan gangguan kepribadian histrionik


menunjukkan lebih sedikit gejala. Orang dengan kelainan ini adalah orang yang suka mencari
sensasi, dan mereka mungkin aka mendapat masalah dengan hukum, penyalahgunaan zat, dan
bertindak sembarangan.2

SAMPLE KLINIS

Cathy adalah seorang wanita berusia 26 tahun yang bekerja sebagai pramuniaga di
sebuah toko pakaian masa kini dan mencari pengobatan untuk gangguan panik dan
agoraphobia nya. Dia berpakaian terlalu menarik perhatian, dengan tatanan rambut yang
penuh detail dan dramatis. Penampilannya sangat mencolok karena ia cukup pendek (di
bawah 5 kaki) dan setidaknya kelebihan berat badan 37,5 kg. Dia mengenakan kacamata
hitam di dalam ruangan selama evaluasi dan terus menerus mengutak atik, melepas dan
memakai kacamatanya kembali secara gugup. Dia menangis secara dramatis dan keras pada
berbagai kesempatan saat wawancara berlangsung, menghabiskan banyak tisu. Dia terus-
menerus meminta penentraman? (“apakah saya akan baik-baik saja? Bisakah sayan mengatasi
ini?). dia berbicara tanpa henti sepanjang wawancara berlangsung. Ketika disela oleh
pewawancara dengan lembut, dia meminta maaf, tertawa dan berkata, “saya tahu saya terlalu
banyak bicara”: namun dia terus melakukannya sepanjang sesi.3

Pfohl (1991) membahas beberapa kriteria untuk diagnosis HPD yang kemudian
diubah dalam DSM-IV-TR (American Psychiatric Association, 2000). Dua kriteria “terus-
menerus mencari atau menuntut penentraman, persetujuan atau pujian” dan “berpusat pada
diri sendiri”, tindakan yang diarahkan untuk mendapatkan kepuasan segera; tidak ada
toleransi untuk frustasi akibat kepuasan yang tertunda” telah dihapus dan tidak lagi ada di
DSM-IV-TR. Mereka dihilangkan sebagai kriteria bukan karena fitur-fitur ini tidak lazim pada
pasien HPD tetapi karena mereka begitu sering hadir dalam gangguan kepribadian lainnya
sehingga kriteria tidak dapat membedakan HPD dengan gangguan kepribadian lainnya.
DSM-IV-TR memiliki kriteria tambahan yang tidak terdapat pada DSM-III-R. kriteria
“menganggap suatu hubungan itu lebih intim daripada yang terjadi sebenarnya” didasarkan
pada konsep-konsep dalam literatur sejarah dan dapat membantu jumlah kriteria yang sama
seperti pada DSM-III-R.10

10
Pasien dengan HPD telah dikonseptualisasikan sebagai gambaram dari apa yang
didefinisikan sebagai feminitas dalam budaya kita sebagai kesombongan, dangkal,
dramatisasi, ketidakdewasaan, terlalu bergantung dan egois. Ketika diminta untuk menilai
“wanita”, “pria”, “kepribadian histrionik”, “kepribadian antisosial”, dan ”kepribadian
kompulsif” menggunakan teknik diferensial semantik, residen psikiater dan psikiater
menunjukkan hubungan yang kuat antara makna konotatif dari konsep “wanita” dan
“kepribadian histrionik” daripada yang ditemukan antara konsep “pria” dan “kepribadian
antisosial” atau “kepribadian kompulsif”.9

Secara klinis, HPD paling sering didiagnosis pada wanita, dan ketika didiagnosis pada
pria itu sering dikaitkan dengan homoseksualitas. Perbedaan jenis kelamin ini,
bagaimanapun, mungkin merupakan hasil dari harapan masyarakat kita yang berbeda dengan
sebenarnya yang terjadi. Telah disarankan bahwa HPD lebih tepat dipandang sebagai
gambaran jenis kelamin pada umumnya, termasuk maskulinitas yang ekstrem (Kolb, 1968;
MacKinnon & Michaels, 1971; Malmquist, 1971). Feminitas yang ekstrem cukup umum
didiagnosis sebagai histrionik. Namun gambaran maskulinitas (laki-laki yang terlalu “macho”
yang dramatis, mencari sensasi, dangkal, sombong dan egosentris) jarang didiagnosis sebagai
HPD meskipun ia termasuk kategori DSM-IV-TR (Lihat tabel 10.1). Dan juga, pria seperti itu
tidak akan mencari pengobatan dan karena itu tidak akan terdiagnosis.3

Emosi individu dari histrionik diekspresikan secara intens, namun tampak berlebihan
atau tidak meyakinkan, seolah-olah pasien sedang bermain peran. Dalam penilaian HPD,
dokter dapat menggunakan reaksi nya sendiri sebagai indikator yang berguna kapan
mempertimbangkan gangguan ini. Jika pasien menunjukkan tekanan yang ekstrem, namun
dokter memiliki perasaan empati untuk individu, mungkin membantu untuk mengeksplorasi
lebih lanjut untuk kemungkinan HPD. Pasien-pasien ini tampak cukup hangat, menawan, dan
bahkan menggoda, namun kedalaman dan keaslian tampaknya hilang.3

Sesi terapi kelompok, salah satu terapis berkomentar tentang fakta bahwa Cathy selalu
membawa segelas besar air. Cathy menjawab sambil berkata, “air itu bukan apa-apa, lihat apa
lagi yang harus saya bawa!” dia kemudian secara dramatis meraih tas tangannya yang besar
dan mengeluarkan kitab injil, garam, handuk, kantong kertas, dan botol obat, menjelaskan
bagaimana dia akan menggunakan masing-masing barang tersebut jika terjadi serangan
panik. Meskipun dia menggambarkan betapa cemasnya dia, dan bagaimana dia tidak tahan

11
untuk pergi tanpa semua barang-barang ini, dia tampak bangga dengan perlengkapannya dan
sepertinya menikmati “tunjukkan dan ceritakan”.

Pasien-pasien ini sering menunjukkan gejala, pikiran, dan tindakan mereka seolah-
olah mereka adalah terdapat entitas eksternal yang dibebankan kepada mereka, mereka
cenderung menggunakan gerakan non verbal yang dramatis dan membuat pernyataan yang
inklusif seperti “hal-hal ini sepertinya selalu terjadi pada saya!” pidato mereka mungkin kuat
dan dramatis. Mereka cenderung menggunakan frasa yang tampak cukup kuat dan mencolok
pada saat itu, namun kemudian dokter menyadari bahwa dia tidak benar-benar tahu apa yang
dimaksud pasien. Mereka menggunakan intonasi teatrikal dengan gerakan non verbal dan
ekspresi wajah yang dramatis. Mereka sering berpakaian dengan cara yang cenderung
menarik perhatian, mengenakan gaya mencolok dan provokatif dalam warna-warna cerah,
dan terlalu sering menggunakan kosmetik dan pewarna rambut.

Meskipun penggambaran dramatis tentang diri dapat berfungsi sebagai isyarat yang
berguna dalam HPD, gaya dramatis atau pakaian yang tidak biasa saja tidak cukup untuk
menjadi dasar diagnostik. Untuk istilah “gangguan kepribadian histrionik” dengan semua
biasnya, dokter harus hati-hati dalam menggunakan kriteria diagostik DSM-IV-TR secara
penuh dan tidak mengklasifikasikan pasien sebagai histrionik hanya karena indikasi dramatis
(misalnya, gaun merah menunjukkan pasien histrionik). Namun, karakteristik ini dapat
menunjukkan kebutuhan penyelidikan lebih lanjut untuk informasi diagnostik. 3,10

Data dari hubungan interpersonal merupakan bagian integral dari penilaian HPD.
detail harus diperoleh tentang bagaimana hubungan dimulai, apa yang terjadi, dan bagaimana
mereka berakhir. Indikasi yang harus diperhatikan termasuk pandangan luar biasa tentang
hubungan yang segera hancur, hubungan yang dimulai sangat indah dan berakhir sebagai
bencana, dan hubungan yang penuh badai dengan akhir yang dramatis. Hal lain yang
ditanyakan adalah cara individu-individu ini menangani kemarahan, perkelahian, dan
ketidaksepakatan. Dokter harus meminta contoh spesifik dan mencari tanda-tanda ledakan
yang dramatis, amarah, dan penggunaan kemarahan secara manipulatif.

Cathy memiliki sejarah hubungan penuh liku dengan pria. Ketika dia masih remaja,
dia punya pacar yang cemburu dan mengikutinya tanpa sepengetahuannya. Meskipun
hubungan ini akhirnya berakhir dengan pertarungan benda tajam, Cathy masih menemui dia
pada saat Cathy memulai perawatan. Di awal usia 20-an, ketika pacarnya tiba-tiba berhenti
mencintainya, dia menemukan pacar lain yang dia "nikahi hanya karena dendam," Ketika

12
ditanya apa yang baik tentang pernikahan itu, dia mengatakan bahwa mereka cocok dengan
"kami berdua suka pakaian". Dia melaporkan bahwa hubungan itu hebat sebelum menikah
tetapi segera setelah pernikahan "dia mulai mengendalikan saya." Namun, laporan ini
bertentangan dengan deskripsi selanjutnya tentang bagaimana Cathy telah memohon untuk
tidak menikahinya pada malam sebelum pernikahan, tapi pacarnya mengancam akan
membunuhnya jika dia tidak melanjutkan pernikahan. Hanya ketika ditanya dengan hati-hati
tentang apa yang dimaksudnya dengan dikontrol olehnya, cathy secara khusus mengatakan
berupa alkoholik, perjudian, kekerasan fisik terhadap Cathy, dan perselingkuhan. Mereka
bercerai beberapa bulan kemudian.3

Banyak orang tidak akan dengan mudah mengakui memiliki sifat negatif HPD, tetapi
hal yang relevan dapat diperoleh dengan menanyakan kepada pasien bagaimana orang lain
melihatnya. Salah satu cara untuk mengutarakan kalimatnya adalah dengan mendiskusikan
hubungan sebelumnya yang tidak berjalan baik, menanyakan keluhan yang dibuat orang lain
tentang mereka. Setiap pasien harus dikumpulkan tentang ide bunuh diri, ancaman, dan
menentukan apakah saat ini ada upaya untuk bunuh diri. Dengan seseorang yang memiliki
potensi histrionik, informasi ini juga berguna untuk menentukan apakah ada dramatis atau
manipulatif terhadap ancaman atau upaya tersebut. Itu juga dapat digunakan untuk
menanyakan kegiatan apa yang paling pasien nikmati, untuk melihat apakah pasien
menikmati menjadi pusat perhatian atau menunjukkan keinginan untuk beraktifitas dan
melakukan kesenangan.

Periode hipomanik dapat ditemukan pada pasien dengan HPD serta pada pasien
dengan sindrom Axis I dari gangguan cyclothymic atau gangguan bipolar. Millon (1996)
menggambarkan urgensi, kegelisahan, dan intensitas tentang fase hipomanik dari siklotimia
yang tidak khas pada pasien histrionik. Meskipun perilaku pasien histrionik kadang-kadang
tidak sesuai, pasien histrionik umumnya telah mempelajari tingkat-tingkat keterampilan
sosial dan dapat mengalami beberapa hipomania tanpa gangguan serius pada fungsi sosial
dan fungsi peran, yang dimana periode hipomanik lebih mengganggu untuk pasien dengan
siklotimik.3

Mungkin ada tumpang tindih antara histrionik dan gangguan kepribadian lainnya.
Baik histrionik maupun narsistik ingin menjadi pusat perhatian. Namun, histrionik lebih
bersedia untuk bertindak tunduk untuk mempertahankan perhatian, tetapi narsistik akan
merelakan perhatian untuk mempertahankan superioritas mereka. Baik borderline maupun

13
histrionik menunjukkan emosi yang labil dan dramatis; namun, borderline cenderung
menunjukkan perilaku merusak diri sendiri dan ketidaknyamanan yang ekstrem dengan afek
yang kuat.3

KONSEPTUALISASI

Saphiro (1965) menulis tentang mode umum kognisi pada histeria sebagai suatu yang global,
difus, dan impresionistik terlepas dari kontennya. Di antara teori kognitif dan perilaku, Beck
(1976) menyajikan konsep kognitif histeria tetapi meneliti histeria dalam arti konversi
histeria daripada HPD. Millon (1996) mempresentasikan apa yang ia sebut sebagai
pandangan teori pembelajaran biososial tentang HPD, melihat gangguan ini dalam pola
kepribadian yang bergantung pada aktivitas. Gambar 10.1 secara grafik menguraikan
konseptualisasi kognitif-perilaku HPD menggabungkan beberapa ide Millon dan Shapiro
dengan teori kognitif Beck.

Salah satu asumsi mendasar dari individu dengan HPD adalah "Saya tidak cukup mampu
menangani hidup sendiri." Individu dengan gangguan lain dapat memiliki asumsi yang sama.
Namun, cara orang tersebut mengatasi asumsi ini adalah apa yang membedakan di antara
kelainan. Misalnya, depresi dengan keyakinan dasar ini memikirkan aspek negatif dari diri
mereka sendiri, merasa tidak berharga dan tanpa harapan. Individu dengan gangguan

14
kepribadian dependan lebih memilih memperlihatkan ketidakberdayaan mereka dan secara
pasif berharap seseorang akan merawat mereka. Namun, orang-orang histrionik cenderung
lebih pragmatis. Mereka menyimpulkan bahwa karena mereka tidak mampu merawat diri
mereka sendiri, mereka perlu menemukan cara untuk membuat orang lain merawat mereka.
Kemudian mereka secara aktif mencari perhatian dan persetujuan untuk memastikan bahwa
kebutuhan mereka cukup dipenuhi oleh orang lain.

Mengingat bahwa orang lain memegang kunci untuk bertahan hidup di dunia, pasien
histrionik cenderung juga memegang kepercayaan dasar bahwa mereka perlu dicintai oleh
semua orang, ini menuntun ke arah ketakutan akan penolakan yang sangat kuat. Bahkan
gagasan penolakan dimungkinkan sangat mengancam pada individu-individu ini, karena ini
mengingatkan mereka betapa lemahnya posisi mereka di dunia. Setiap indikasi penolakan
menghancurkan bagi mereka, bahkan ketika orang yang melakukan penolakan tersebut
sebenarnya tidak terlalu penting bagi pasien. Perasaan tidak cukup mumpuni namun secara
putus asa ingin diakui merupakan satu-satunya yang menyelamatkan bagi mereka, orang
dengan HPD tidak dapat bersikap bersantai. Sebaliknya, mereka merasakan tekanan yang
terus-menerus untuk mendapatkan perhatian ini dengan cara yang telah mereka pelajari
secara efektif, seringkali dengan memenuhi peran ekstrem stereotip jenis kelamin mereka.
Perempuan histrionik (baik beberapa laki-laki) tampaknya telah dihargai sejak usia dini untuk
kelucuan, daya tarik fisik, dan pesona daripada untuk kompetensi atau untuk upaya apa pun
yang membutuhkan pemikiran dan perencanaan, semakin "macho" seorang histrionik mereka
akan mempelajari peran maskulin yang ekstrem, mereka sering di cap sebagai orang yang
tangguh, jantang dan kuat daripada kemampuan interpersonal atau kemampuan pemecahan
masalah. Maka, pria dan wanita histrionik belajar untuk memfokuskan perhatian pada peran
dan "tampil" untuk orang lain. 3

Orang tua Cathy bercerai ketika dia masih bayi, setelah itu ayahnya pindah ke New
York dan mulai menekuni bisnis pertunjukan. Sebagai seorang anak, Cathy menengok
ayahnya setahun sekali dan merasa bahwa dia harus bersaing dengan semua teman bisnis
pertunjukan ayahnya dan semua wanita di sekeliling ayahnya. Cathy melaporkan bahwa
ayahnya selalu menginginkan anaknya menjadi "gadis yang sempurna” dan Cathy terus-
menerus khawatir bahwa dia akan membuat ayahnya sedih.

Dalam diskusi tentang satu kasus HPD, Turkat dan Maisto (1985) memformulasikan
masalahnya sebagai "kebutuhan berlebihan untuk mencari perhatian dan kegagalan untuk

15
menggunakan keterampilan sosial yang sesuai untuk mencapai perhatian dari orang lain. (hal.
530). Dengan demikian, walaupun mendapat pengakuan dari orang lain mungkin merupakan
tujuan utama, orang-orang ini belum belajar cara yang efektif untuk mencapainya. Alih-alih
belajar untuk mengamati dan menganalisis dengan hati-hati reaksi orang lain dan secara
sistematis merencanakan cara untuk menyenangkan atau mengesankan mereka, orang dengan
histrionik lebih sering dihargai atas peran-peran tertentu yang berlaku secara global,
walaupun hanya dengan peran-peran inilah mereka belajar untuk unggul. Orang dengan
histrionik, bagaimanapun, begitu terlibat dalam strategi ini sehingga mereka jauh melampaui
apa yang dikatakan efektif. Mereka kehilangan pandangan terhadap tujuan sebenarnya karena
terlena dengan usaha menarik perhatian dan stimulasi untuk kepentingan mereka sendiri.

Orang dengan HPD memandang diri mereka sebagai orang yang bersosialisasi,
ramah, dan menyenangkan, dan, pada kenyataannya, mereka sering dianggap sangat
memesona pada awal suatu hubungan. Ketika hubungan berlanjut, daya tarik itu tampaknya
semakin tipis dan mereka secara berangsur-angsur dianggap terlalu menuntut dan
membutuhkan kepastian yang konstan. Mengingat bahwa perintah langsung terdapat risiko
penolakan, mereka sering menggunakan pendekatan manipulatif yang tidak langsung untuk
mencoba mendapatkan perhatian tetapi akan menggunakan ancaman, paksaan, amarah, dan
ancaman bunuh diri jika metode yang lebih halus tampaknya gagal.

Orang dengan histrionik sangat berfokus tentang memperoleh pengakuan dari luar
yang dimana mereka lebih belajar dalam menilai peristiwa luar dibandingkan pengalaman
mereka sendiri. Dengan sedikit fokus pada kehidupan internal mereka sendiri, mereka
membiarkan diri mereka sendiri tanpa identitas yang jelas berbeda dengan orang lain dan
melihat diri mereka sendiri terutama dalam kaitannya dengan orang lain. Faktanya,
pengalaman internal sangat asing dan tidak nyaman bagi mereka dan mereka kadang-kadang
menghindari pengetahuan akan diri sendiri, tidak mengetahui cara menghadapinya. Memiliki
perasaan samar-samar tentang tentang sifat dangkal mereka mendorong mereka untuk
menjauh dari keintiman sejati dengan orang lain karena takut “ketahuan”. Karena mereka
kurang memperhatikan sumber daya internal mereka sendiri, mereka tidak tahu bagaimana
caranya merespons ketika keintiman diperlukan dalam suatu hubungan. Dengan demikian,
hubungan mereka cenderung dangkal, dan hanya didasarkan pada permainan peran saja. 3

Kognisi HPD bersifat umum dan kurang detail, mengarah pada perasaan diri yang
ekspresionis. Jika seseorang tidak dapat melihat perasaan sendiri dalam cara yang cukup

16
rinci, sulit untuk mempertahankan kesan asli dalam diri sendiri. Selain itu, mengingat bahwa
teori kognitif bahwa pikiran mempunyai pengaruh yang kuat pada emosi, Pikiran ini bisa
menyeluruh dan emosi yang berlebihan. Emosi menyeluruh ini sangat intens dan labil
sehingga pasien histrionik bisa terpengaruh walaupun itu sepenuhnya tidak ada kaitannya
dengan pasien3

Gaya berpikir karakteristik pasien histrionik mengarah ke beberapa distorsi kognitif


yang diuraikan J. Beck (1995), terutama pemikiran bercabang. Pasien histrionik bereaksi
dengan kuat dan tiba-tiba, melompat ke kesimpulan ekstrem apakah positif atau negatif.
Dengan demikian, satu orang langsung dilihat sebagai sesuatu yang luar biasa sementara
orang lain dilihat sebagai sesuatu yang benar-benar mengerikan. Pasien seperti itu merasakan
emosinya sangat kuat dan kurang perhatian terhadap detail dan logika, Jika mereka ditolak
sekali, mereka secara dramatis menyimpulkan bahwa mereka selalu ditolak dan akan selalu
begitu. Tidak seperti depresi, bagaimanapun, pasien histrionik dapat secara ekstrim dalam
menyimpulkan kesan positif mereka tentang orang dan hubungan dan dapat dengan mudah
beralih di antara kedua pikiran ekstrem tersebut. Jadi, individu histrionik cenderung
berasumsi bahwa jika mereka merasa tidak cukup, mereka harus tidak cukup, jika mereka
merasa bodoh, mereka pasti bodoh.3

PENDEKATAN TERAPI
Teknik perilaku kognitif dalam jarak yang luas jelas dapat memberikan manfaat
untuk menangani masalah yang spesifik (JJ. Beck, 1995). Berdasarkan tujuan pasien,
menggunakan berbagai teknik yang spesifik dapat bermanfaat seperti menjelaskan sesuatu
dengan jelas dan menantang pemikiran otomatis pasien, termasuk melakukan eksperimen
perilaku untuk menilai pemikiran, penjadwalan aktivitas, dan melatih pasien untuk relaks,
memecahkan masalah, dan melakukan penilaian. Konseptualisasi HPD akan menyarankan
strategi terapi yang mengintegrasikan pekerjaan yang bisa mengubah perilaku interpersonal
pasien dan cara berpikir untuk dapat mencapai tujuan pasien secara cepat. Pada akhirnya,
asumsi yang mendasari. "Aku tidak memadai dan tidak mampu menangani hidupku sendiri"
dan "perlu dicintai (oleh semua orang, setiap saat)" perlu diubah untuk membuat perubahan
yang akan bertahan lama setelah pengobatan berakhir.3

Strategi Kolaborasi
Cara berpikir yang saling bertentangan antara pasien histrionik dan terapis yang
berorientasi kognitif dapat membuat pengobatan cukup sulit dan membuat frustrasi pada

17
awalnya. Namun, jika konflik dalam ini dapat secara bertahap diselesaikan, perubahan
kognitif yang difasilitasi oleh terapi dapat memediasi kesulitan emosional pada pasien. Terapi
dengan pasien histrionik adalah agar pasien tetap stabil, upaya yang konsisten dan cukup
fleksibel memungkinkan pasien secara bertahap menerima pendekatan yang awalnya tidak
biasa bagi mereka. Terapi yang berfokus pada masalah, menghadapkan pasien histrionik pada
hal yang baru dalam memahami dan memproses pengalaman. Dengan demikian, proses
belajar terapi kognitif lebih dari hanya sarana untuk mencapai tujuan; keterampilan yang
diperoleh dengan berpartisipasi aktif dalam terapi kognitif mungkin merupakan bagian
terpenting dari pengobatan.3
Pada awal terapi, pasien cenderung melihat terapis sebagai penyelamat yang akan
membuat segalanya menjadi lebih baik. Hal ini dapat terasa lebih baik, namun dapat
mengganggu efektifitas terapi. Semakin aktif peran pasien dalam terapi, maka semakin
sedikit pandangan pasien terhadap terapis ini akan bertahan. Setiap kali pasien meminta
bantuan terapis, terapis perlu melakukannya berhati-hatilah untuk tidak tergoda ke dalam
peran penyelamat (terkadang menggoda).3
Ini mungkin menyebabkan terapis merasa dimanipulasi, marah, dan tertipu oleh
pasien histrionik. Seorang terapis yang sangat ingin membantu orang lain mungkin secara
tidak sengaja memperkuat perasaan tak berdaya. Ketika terapis menemukan dirinya memiliki
reaksi emosional yang kuat kepada pasien histrionik dan kurang konsisten dalam memperkuat
respons yang tegas dan kompeten. 3
Terapis Cathy memiliki perasaan yang campur aduk terhadapnya. Di sisi lain, dia
menganggap Cathy cukup menyenangkan dan beranggapan bahwa akan menyenangkan
mengenalnya sebagai teman, namun di sisi lainnya terapis merasa frustasi dengan cathy
sebagai pasien. Misalnya saja ketika dia akan mencoba menggali pikiran dan perasaan
sebelumnya. atau selama serangan panik baru-baru ini, yang bisa ia dapatkan hanyalah
pengulangan dari pikiran dangkal "Aku akan pingsan" berulang-ulang. Dia memiliki
pemikiran seperti, “Mengapa repot-repot dengan ini? Tidak ada yang meresap tidak akan ada
bedanya. Lagipula tidak ada yang akan berubah. ” saat-saat seperti ini, ia perlu menantang
beberapa pemikirannya dengan berpikir, "Saya tidak bisa memastikan efek dari apa yang
kami lakukan. Dia mulai lebih baik, jadi semuanya sebenarnya mengalami kemajuan. Ini
hanya sebuah tantangan. 3
Penting untuk memperkuat pasien dengan HPD untuk kompetensi dan
memperhatikan hal-hal spesifik dalam sesi terapi. Mempelajari bahwa perhatian terhadap
detail dan penilaian adalah langkah pertama dalam mengajari orang-orang ini agar bersikap

18
tegas dan melakukan pemecahan masalah sendiri lebih baik dari memanipulasi dan
pergolakan emosional dalam dunia di luar sesi terapi. Ini bisa menjadi tantangan yang cukup
berat bahkan bagi terapis yang berpengalaman, karena gaya pasien histrionik bisa sangat
menarik.3
Cathy mencoba berbulan-bulan untuk mendapatkan biaya khusus dari berbagai
macam cara, kadang-kadang mencoba untuk "mempengaruhi pikiran" terapis dan
menghubungi administrator di seluruh rumah sakit untuk membuat "penawaran" khusus tanpa
sepengetahuan terapis. Untungnya, semua upaya tersebut segera diketahui terapis sehingga ia
dapat dengan jelas dan berulang kali menegakkan biaya yang sama untuk Cathy seperti untuk
pasien lain. Ketika dia melihat penolakan dalam permintaannya, tidak ada kesepakatan biaya
yang dibuat. Dia bersikeras bahwa dia perlu menjadwalkan janji temu hanya setiap 2 minggu
karena dia tidak mampu membayar biaya terapi dan terkejut dan marah ketika terapis setuju
untuk itu tanpa membut pengecualian, sehingga dia bisa datang setiap 2 minggu. Setelah
datang ke terapi setiap dua minggu selama beberapa minggu dan melihat tidak ada perlakuan
khusus, ia kembali ke terapi mingguan. Kemudian, setelah pendapatannya bertambah dan
tuntutannnya disetujui oleh terapis dan biaya yang sesuai dibuat.3

Intervensi Khusus
Individu dengan HPD perlu belajar bagaimana memusatkan perhatian pada satu
masalah pada satu waktu. Mengatur jadwal sesi adalah hal yang sangat baik untuk mulai
mengajarkan pasien untuk memusatkan perhatian pada hal-hal yang spesifik. Kecenderungan
alami dari pasien histrionik adalah untuk menghabiskan sebagian besar sesi terapi secara
dramatis menghubungkan semua peristiwa yang menarik dan traumatis yang terjadi
sepanjang minggu. Daripada melawan kecenderungan ini, mungkin penting untuk
menjadwalkan bagian dari setiap sesi untuk tujuan itu. Dengan demikian, salah satu item
agenda dapat meninjau bagaimana hal-hal berjalan selama seminggu (dengan batas waktu
yang jelas) sehingga terapis dapat mendukung dan pasien dapat merasa dipahami; maka sisa
sesi dapat dihabiskan untuk bekerja menuju tujuan lain.
Salah satu masalah terbesar dalam perawatan individu dengan HPD adalah bahwa
mereka biasanya tidak bertahan dalam pengobatan yang cukup lama sampai muncul
perubahan yang signifikan. Kunci untuk menjaga pasien histrionik dalam pengobatan adalah
menetapkan tujuan yang benar-benar bermakna dan dianggap penting bagi mereka, dan yang
menyajikan kemungkinan mendapatkan beberapa manfaat jangka pendek serta jangka
panjang. Mereka memiliki kecenderungan untuk menetapkan tujuan yang luas dan tidak jelas

19
yang sesuai dengan citra mereka yang diharapkan dari pasien terapi tetapi tampaknya tidak
terlalu benar. Bagaimanapun, sangat penting, tujuan tersebut harus spesifik, jelas dan sangat
penting untuk pasien (dan bukan gambaran dari apa yang mereka inginkan). Terapis dapat
membantu mereka untuk mengatur tujuan mereka dengan mengajukan pertanyaan seperti,
“Bagaimana Anda dapat mengetahui apakah Anda telah mencapai tujuan Anda ?,” “Apa yang
sebenarnya akan terlihat dan terasa berbeda, dengan cara apa?”, Dan “Mengapa Anda ingin
mencapainya? ”, Mungkin bermanfaat untuk membuat pasien berfikir dalam sesi tentang
bagaimana rasanya mengubah hidup mereka, untuk membantu mereka mulai menyatukan
ide-ide mereka bersama-sama menjadi model sementara tentang siapa yang mereka inginkan.
Setelah tujuan telah ditetapkan, tujuan tersebut dapat digunakan sebagai bantuan untuk
membantu mengajar pasien untuk memusatkan perhatian selama sesi. Ketika pasien bertanya
atau memikirkan topik-topik luar, terapis dapat dengan lembut menanyakan bagaimana topik
luar tersebut berhubungan dengan tujuan utama yang disetujui bersama.
Awalnya Cathy datang berobat dengan tujuan yang sangat praktis seperti kembali
bekerja, bisa mengemudi sendiri, dan tinggal sendirian di apartemennya sendiri. Namun,
Cathy jauh lebih bisa bersemangat tentang pengobatan ketika tujuannya diperluas mencakup
ke situasi yang segera memberi penghargaan atau hadiah kepadanya. Mengerjakan tujuan
seperti pergi ke pusat perbelanjaan ("terutama untuk membeli sepatu!"), Pergi ke konser rock,
makan di restoran, dan pergi ke gereja (jemaat yang karismatik) menjaga minatnya lebih lama
daripada tujuan pragmatisnya. Salah satu motivasi paling kuat untuk Cathy datang ketika dia
memiliki kesempatan untuk pergi berlibur. Ini adalah tujuan yang sangat menarik sehingga
dia membuat kemajuan pesat dalam periode singkat.
Setelah tahap awal pengobatan, intervensi yang sebenarnya akan tergantung sampai
batas tertentu pada masalah dan tujuan khusus pasien. Namun, penting untuk membahas
masing-masing dari berbagai elemen konseptualisasi kognitif HPD untuk membuat
perubahan yang lama dalam keseluruhan sindrom.
Karena masalah pasien histrionik diperburuk oleh cara berpikir global,
impresionistik (yang meliputi kegagalan untuk fokus pada hal-hal spesifik), mengajar pasien
untuk memantau dan menentukan pikiran tertentu merupakan bagian penting dari pengobatan
terlepas dari masalah yang muncul. Dalam mengajar pasien ini untuk memantau pemikiran
menggunakan Disfunctional Thought Record (DTR), ada kemungkinan bahwa banyak waktu
harus yang dihabiskan untuk menentukan peristiwa, pikiran, dan perasaan dalam tiga kolom
pertama. Meskipun banyak jenis pasien lain mungkin bisa pulang dan memantau pikiran
secara akurat setelah penjelasan dan demonstrasi sederhana dalam sesi, harapan itu tidak

20
realistis untuk pasien histrionik. Sangat mungkin bahwa pasien histrionik akan melupakan
tujuan memantau pikiran dan sebagai gantinya akan membawa narasi panjang tentang apa
yang terjadi pada mereka sepanjang minggu. Terapis perlu memberi penghargaan kepada
mereka untuk semua upaya untuk melakukan pekerjaan rumah; Namun, DTR mungkin akan
perlu dijelaskan beberapa kali sebelum pasien sepenuhnya memahami bahwa tujuannya
adalah tidak hanya untuk berkomunikasi dengan terapis. Mereka perlu diingatkan bahwa
tujuan utama DTR adalah untuk mempelajari keterampilan mengidentifikasi dan merubah
pikiran untuk mengubah emosi pada saat itu. Beberapa pasien histrionik sangat merasa perlu
untuk mengkomunikasikan semua pikiran dan perasaan mereka kepada terapis dan, jika
demikian, dapat disarankan agar mereka menulis prosa yang tidak terstruktur sebagai
tambahan di lembar pemikiran (tetapi bukan sebagai pengganti). DTR dapat sangat berguna
dalam membantu pasien untuk membedakan kenyataan dari fantasi dan membuat atribusi
yang lebih akurat mengenai sebab dan akibat.
Cathy akan mengkaitkan sedikit perubahan pada kondisi fisiknya dengan penyakit
yang mengerikan dan segera menyimpulkan bahwa dia menderita kanker atau AIDS dan
hampir mati. Tidak ada beda baginya apakah dia menjadi pusing dan kesulitan bernapas
karena ruangan itu panas dan ramai atau karena dia mengalami serangan panik. Apa pun
penyebab pusingnya yang sebenarnya, ia segera menyimpulkan bahwa ia akan pingsan atau
mati. Terapis mengajari Cathy untuk berhenti dan mengeksplorasi kemungkinan penyebab
alternatif untuk gejala fisiknya, membantunya dalam membuat penyabab terkait yang lebih
tepat dan memutus siklus kepanikannya.
Tugas pekerjaan rumah tertulis kemungkinan akan dipandang membosankan dan
menjemukan, jadi dibutuhkan waktu ekstra untuk mengubah pemikiran ini dengan potensi
manfaat. Alih-alih melawan rasa drama pasien, imajinasi mereka yang jelas dapat digunakan
dalam tugas terapi. Misalnya, pasien dapat didorong untuk menjadi dramatis ketika menulis
respons secara rasional, membuat respons secara rasional lebih menarik dan kuat daripada
pikiran otomatis. Kognisi lebih sering diambil dalam bentuk imajiner hidup dibandingkan
dengan pemikiran verbal; walaupun imajiner hidup tersebut menantang pemikiran otomatis,
seperti suara eksternalisasi, dimana terapis bermain peran dengan pemikiran otomatis pasien
dan respon pasien dalam permainan peran menjadi lebih adaptif, sehingga dapat meyakinkan
pasien histrionik.
Terapis Cathy menemukan bahwa Cathy lebih memperhatikan ketika dia
menggunakan kata-katanya sendiri yang dramatis ketika mengejarkan pekerjaan rumah.
Karena itu Cathy berakhir dengan tugas-tugas yang terdengar tidak biasa, seperti "bertemu

21
dengan penipu," alih-alih menggunakan terminologi yang lebih masuk akal seperti "bertemu
dengan bos saya." Cathy menemukan suara eksternalisasi terdengar dramatis dan karena itu,
ini merupakan metode yang kuat dalam merespon secara rasional terhadap pikiran pasien.
Setelah selesai dengan sesi mendengar suara eksternal yang dramatis, Cathy lebih mudah
untuk pulang ke rumah dan merubah pikiran otomatisnya dalam tulisan ia sendiri.
Melakukan eksperimen tentang perilaku dramatis dapat menjadi metode kuat lain
untuk melawan pikiran otomatis. Misalnya, setiap kali Cathy merasa pusing, dia memiliki
pikiran seperti, "Aku akan pingsan dan membuat diriku benar-benar terlihat bodoh." Untuk
merubah pikiran-pikiran ini, penting untuk membuat pemaparan isyarat intersepsi dari
pusing, yang dapat dilakukan dengan cara dramatis dalam terapi kelompok.
TERAPIS: Cathy, sepertinya gejala utama yang membuatmu takut adalah pusing.
CATHY: Ya, saya benci itu. Mengerikan, bukan?
TERAPIS: Ya, saya tahu rasanya seperti itu bagi Anda. Tetapi saya tidak dapat membantu
selain bertanya-tanya apakah Anda meyakinkan diri sendiri bahwa itu mengerikan padahal itu
hanya perasaan yang tidak nyaman. Bisakah Anda memberi tahu kami apa yang membuat
perasaan pusing tampak mengerikan?
CATHY: Hanya mengerikan. Anda tahu, saya akan pingsan dan saya akan mempermalukan
diri sendiri.

TERAPIS: Jadi Anda percaya bahwa jika Anda pusing, Anda akan pingsan. Dan jika Anda
pingsan, apa yang Anda temukan tentang hal itu?

CATHY: Saya hanya melihat diri saya bangun dan pingsan lagi dan lagi, selamanya.

TERAPIS: Anda membayangkan itu terjadi terus menerus? Untuk berapa lama?

CATHY: Hanya selamanya, seperti Saya tidak akan pernah berhenti. (Tertawa.)

TERAPIS: Anda tertawa ketika mengatakan itu. Apakah Anda meragukan prediksi Anda?

CATHY: Ya, saya tahu ini kedengarannya agak konyol, tetapi itulah yang saya rasakan saat
itu.

TERAPIS: Jadi Anda membuat prediksi berdasarkan perasaan Anda saat itu. Dan berapa kali
Anda merasa pusing?

CATHY: Oh, ribuan kali. Anda tahu saya selalu membicarakannya.

22
TERAPIS: Lalu, berapa banyak dari ribuan kali yang Anda rasakan pusing, dan berasumsi
bahwa Anda akan pingsan, apakah Anda benar-benar pingsan?

CATHY: Tidak ada. Tapi itu hanya karena saya melawan rasa pusing. Saya yakin jika saya
tidak melawannya maka Saya akan pingsan.

TERAPIS: Itulah yang perlu kita uji. Seperti yang saya lihat, masalahnya di sini bukanlah
pusing semata, melainkan rasa takut bahwa Anda datang untuk mengaitkannya dengan
pusing. Semakin Anda menerima pusing dan semakin sedikit kejadian itu, semakin sedikit
hidup Anda akan merasa dipengaruhi oleh agorafobia. Jadi pekerjaan yang kami miliki
adalah membuat Anda menjadi lebih nyaman dengan pusing. Apakah itu masuk akal?

CATHY: Ya, saya rasa itu masuk akal. Tapi saya tidak tau bagaimana melakukan hal itu.
Kita berbicara tentang hal itu tetapi tampaknya seperti menakutkan bagi saya.

TERAPIS: Itu benar, dan bahwa karena Anda perlu bukti nyata bahwa tidak ada hal yang
akan terjadi jika Anda menjadi pusing. Bukti yang kita miliki pada saat ini terlalu lemah.
Apakah Anda bersedia untuk mencoba sebuah eksperimen yang akan berguna untuk Anda?

CATHY: Tidak jika Anda akan menyuruh saya melakukan sesuatu yang konyol.

TERAPIS: Apakah Anda setuju dengan semua yang saya katakan sejauh ini?

CATHY: Saya kira.

TERAPIS: Lalu, apa yang akan saya minta Anda lakukan mungkin tampak sedikit canggung,
tapi itu sesuai dengan apa yang sudah Anda katakan masuk akal. Saya ingin Anda pergi ke
pusat grup dan berputar sampai Anda menjadi sangat pusing.

CATHY: Saya tidak ingin melakukan itu.

TERAPIS: Saya akan menunjukkan. (Bangkit dan berputar beberapa kali.) seperti itu. Saya
bisa pusing dengan cepat. Saya biasa melakukan itu sepanjang waktu ketika saya masih kecil.
Bukan?

CATHY: Ya. Kecuali sekarang berbeda. Saat itu menyenangkan dan sekarang membuatku
takut.

TERAPIS: Jika Anda tidak ingin berputar sampai Anda menjadi sangat pusing,

apakah Anda bersedia melakukannya dalam jumlah yang lebih terbatas?

23
CATHY: Saya akan berkeliling dua kali. Tidak lagi.

TERAPIS: Hebat!

CATHY: (Dengan enggan bangun dan dengan ragu-ragu berputar dua kali.) Aku benci
perasaan itu!

TERAPIS: Ketika Anda secara langsung menghadapi perasaan itu, daripada mencoba
menghindarinya, saya berharap Anda pada akhirnya akan menjadi lebih menerimanya. Apa
yang kamu temukan hari ini?

CATHY: Saya tidak pingsan. Tapi itu mungkin hanya karena saya tahu saya ada di rumah
sakit dan bantuan ada di ujung jalan. (Tertawa.)

TERAPIS: Itu sebabnya saya akan meminta Anda berlatih memutar setiap hari, pertama di
rumah, sehingga Anda dapat menghadapi pusing Anda.Kita akan melihat apakah Anda dapat
memutar sedikit lebih lama.

CATHY: Maksud Anda saya harus melakukan ini lagi?

TERAPIS: Saya pikir ini adalah cara tercepat untuk mengatasi masalah Anda. Keraguan
Anda memberikan indikasi yang lebih kuat bahwa kami berada di jalur yang benar. Tapi
kami bisa mengatasinya dengan kecepatan yang bisa Anda toleransi.

CATHY: Sepertinya mustahil, tapi saya rasa itu masuk akal.

Keuntungan lain dari belajar untuk menentukan pikiran adalah bahwa proses tersebut
dapat digunakan untuk mengurangi impulsifitas. Dengan belajar berhenti sebelum bereaksi
cukup lama terhadap pikirannya, pasien telah mengambil langkah besar menuju pengendalian
diri.

Salah satu teknik kognitif yang berharga dalam meningkatkan keterampilan individu
dengan HPD adalah membuat daftar kelebihan dan kekurangan. Teknik ini paling baik
diperkenalkan pada awal pengobatan, sesegera mungkin setelah pasien menolak upaya untuk
fokus pada topik yang disepakati. Jika terapis hanya menegaskan bahwa pasien memfokuskan
perhatiannya pada tujuan, mungkin pasien akan memutuskan bahwa terapis itu “jahat” dan
“tidak mengerti.” Di sisi lain, jika terapis secara konsisten menunjukkan bahwa itu adalah
pilihan pasien untuk menghabiskan waktu terapi, tetapi keuntungan dari fokus pada tujuan
adalah bahwa akan ada beberapa peluang untuk mencapai tujuan yang diinginkan, pasien
dibiarkan membuat keputusan sendiri. Apa pun yang dipilih kemudian terasa lebih seperti

24
berasal dari pasien daripada dari terapis. Membantu pasien untuk membuat pilihan sendiri
dalam sesi terapi dengan memeriksa “pro dan kontra” berbagai tindakan yang berguna untuk
belajar membuat pilihan dan melakukan pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Meskipun Cathy telah membuat "bisa tinggal sendirian di apartemen saya sendiri"
sebagai salah satu tujuan utamanya, ia sepertinya tidak pernah melanjutkan tugas-tugas
pekerjaan rumah yang melibatkan waktu singkat di apartemennya (mis., 5 menit). Alih-alih
mencoba mendorongnya untuk meningkatkan kepatuhan, terapisnya menegaskan apakah
Cathy benar-benar ingin mencapai ini sebagai tujuan. Menulis daftar keuntungan dan
kerugian tinggal di rumah ibunya dengan tinggal di apartemennya sendiri membantunya
membuat keputusan sendiri bahwa dia memang ingin mencapai tujuan ini (lihat Tabel 10.2).
setalah Cathy membuat keputusan, dia mulai lebih konsisten untuk megerjakan pekerjaan
rumahnya agar mecapai tujuannya.

TABLE 10.2. Analisis Cathy tentang Pro dan Kontra untuk Tetap Sendiri di Apartemennya

manfaat kerugian

Menginap di Rumah Ibu


”Banyak hal yang dilakukan untuk saya "Nenek saya suka hangat dan saya suka
(makan, membersihkan). " dingin, jadi tidak nyaman bagi saya."
"Ada seseorang di sini untuk berteman." “Saya tidak memiliki kebebasan. "
“Kami telah melakukan banyak pekerjaan "Aku punya tempat sendiri."
kerajinan bersama-sama.”
"Ibuku kadang-kadang bisa mengomel
"Aku tidak takut ketika aku di sini (menurunkan berat badan, merokok)."
daripada aku sendirian.”
‘ Ibuku orang yang sangat menyenangkan” "Aku merasa gagal jika tidak berada di
apartemenku sendiri."

“Tidak ada stereo”


Menginap di apartemen sendiri

"Semua pakaian dan barang-barang saya "Aku tidak merasa nyaman di apartemenku
ada di sana." sekarang."
"Aku punya panggilan yang "Sewanya tinggi dan saya tidak
menungguku." menggunakannya sekarang."
"TV atau stereo saya bisa sekencang yang "Aku memikirkan bagaimana aku sebelum
saya mau." agorafobia dan aku merasa tidak enak
karena aku tidak menikmatinya sekarang.”
"Aku bisa menjaga apartemenku tetap
dingin."

25
Selain strategi kognitif ini, pasien ini juga dapat memperoleh manfaat dari
keterampilan pemecahan masalah khusus. Mengingat bahwa mereka jarang
mempertimbangkan konsekuensi sebelum tindakannya, hal ini membantu untuk
memperkenalkan "cara berpikir" (Spivack & Shure, 1974). Prosedur penyelesaian
masalah adalah mengajarkan pasien untuk menghasilkan berbagai solusi yang
disarankan untuk masalah dan secara akurat mengevaluasi kemungkinan konsekuensi
dari berbagai pilihannya.

Perawatan individu dengan HPD jarang selesai tanpa memperhatikan


hubungan interpersonal yang bermasalah. Metode yang paling umum mereka
gunakan untuk memanipulasi hubungan termasuk mendorong krisis emosional,
memprovokasi kecemburuan, menggunakan daya tarik mereka dan sifat
menggodanya, menahan seks, mengomel, memarahi, dan mengeluh. Meskipun
perilaku ini dapat dengan mudah untuk diatur, tetapi untuk jangka panjang seringkali
tidak efesien bagi pasien karena fokus mereka adalah pada keuntungan jangka
pendek. Merubah pemikiran langsung tidak cukup, namun, karena pasien histrionick
sangat sering menggunakan ledakan emosinya untuk memanipulasi situasi. Jadi, jika
seorang pasien marah karena suaminya pulang terlambat dari pekerjaan, pikirannya
langsung seperti, “Bagaimana dia bisa melakukan ini padaku? Dia tidak mencintaiku
lagi! Aku akan mati jika dia meninggalkanku!” Namun, sebagai akibat dari
amarahnya, dia mungkin menerima protes keras tentang cintanya yang tak
berkesudahan untuknya. Jadi, selain secara langsung merubah pikirannya ketika dia
menjadi marah secara emosional, dia juga perlu belajar untuk bertanya pada dirinya
sendiri, "Apa yang sebenarnya saya inginkan sekarang?" Dan mencari pilihan
alternatif untuk mencapai ini.

Ketika pasien telah belajar untuk menunjukkan dengan tepat apa yang mereka
inginkan dari suatu situasi (dengan pasien histrionik, ketentraman hati dan perhatian),
keterampilan pemecahan masalah dapat diterapkan. Jadi, daripada marah-marah,
mereka dihadapkan dengan pilihan antara marah-marah dan mencoba alternatif lain.

26
Daripada meminta mereka untuk membuat perubahan permanen dalam perilaku
mereka (seperti melepaskan amarah sepenuhnya), terapis dapat menyarankan agar
mereka membuat eksperimen perilaku secara singkat untuk menguji metode mana
yang paling efektif dengan biaya jangka panjang yang paling rendah. Eksperimen
singkat biasanya jauh lebih tidak berat daripada gagasan untuk membuat perubahan
perilaku yang bertahan lama dan dapat membantu mendorong terciptanya perilaku
baru.

Setelah menghabiskan begitu banyak waktu untuk berfokus pada cara


mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang lain, pasien histrionik biasanya
memiliki sedikit rasa kebutuhan, keinginan, atau identitas mereka sendiri. Dengan
demikian, upaya terapi perlu fokus untuk membantu mereka memperhatikan apa yang
mereka inginkan. Maka, akan sangat membantu untuk mempertimbangkan
keuntungan dari ketegasan, termasuk tentang pengertian hak pribadi untuk memenuhi
kebutuhan. Sebelum pasien dapat belajar untuk mengomunikasikan keinginan mereka
dengan lebih jelas dan efektif kepada orang lain, mereka harus terlebih dahulu
berkomunikasi dengan diri mereka sendiri.

Dalam satu sesi terapi kelompok, pemimpin kelompok mendorong Cathy


untuk mengambil tugas pekerjaan rumah yang sulit. Dia setuju dengan tugas itu tetapi
kemudian melewatkan sesi kelompok berikutnya dan duduk cemberut di sesi setelah
itu. Ketika anggota kelompok lain mengkonfrontasi terhadap perilakunya, dia
menjadi sangat cemas dan mengalami serangan panik. Pada awalnya, dia tidak dapat
mengidentifikasi apa yang dia pikirkan dan rasakan dan hanya melaporkan perasaan
samar-samar karena tidak suka berada dalam kelompok lagi. Akhirnya dia dapat
mengidentifikasi pikirannya dan dengan tegas memberi tahu pemimpin kelompok
bahwa dia merasa dia mendorongnya terlalu keras dan telah menetapkan tugas
pekerjaan rumah terlalu sulit. Dia sangat dihargai atas pernyataannya oleh anggota
kelompok lain serta oleh para pemimpin kelompok.

Konsep "identitas" atau "rasa diri" cenderung menjadi sumber dari banyak
pemikiran disfungsional untuk pasien histrionik. Pasien-pasien ini cenderung melihat

27
identitas sebagai hal besar, hal ajaib yang entah bagaimana dimiliki orang lain tetapi
tidak mereka miliki. Gagasan untuk mengeksplorasi perasaan diri mereka tampaknya
benar-benar luar biasa, dan mereka cenderung melihat identitas sebagai sesuatu yang
sudah dimiliki atau tidak. Setelah pasien mulai menggunakan beberapa teknik
kognitif yang didiskusikan sebelumnya, pasien sudah menaruh perhatian pada
emosinya, keinginan, dan preferensi, tetapi pasien mungkin tidak melihatnya sebagai
bagian penting dari suatu identitas. Akan sangat membantu untuk menggambarkan
perkembangan rasa diri, beragam hal yang diketahui seseorang tentang dirinya sendiri
dan mulai melihat beberapa di antaranya dalam sesi terapi, dimulai dengan hal-hal
biasa, benda-benda konkret seperti warna, jenis favorit. makanan, dan sebagainya.
Penjabaran daftar ini dapat menjadi tugas pekerjaan rumah yang sedang berlangsung
selama sisa terapi, dan setiap kali pasien membuat pernyataan tentang dirinya sendiri
selama sesi (seperti “Saya sangat membencinya ketika orang membuat saya
menunggu”), terapis dapat menunjukkannya dan menambahkannya ke daftar.

Penting untuk akhirnya merubah keyakinan bahwa kehilangan suatu


hubungan adalah bencana. Bahkan jika hubungan pasien tampak baik-baik saja, akan
sulit untuk mengambil risiko jika pasien masih percaya bahwa dia tidak dapat
bertahan hidup jika hubungan berakhir. Berfantasi tentang kenyataan apa yang akan
terjadi jika hubungan itu harus berakhir dan mengingat kembali kehidupan sebelum
hubungan dimulai adalah dua cara untuk mulai membantu pasien untuk
"mendekatastrofikasi" gagasan penolakan. Metode lain yang bermanfaat adalah
merancang eksperimen perilaku yang dengan sengaja membuat "penolakan" kecil
(misalnya, dengan orang asing) sehingga pasien dapat benar-benar berlatih ditolak
tanpa menjadi hancur.

Pada akhirnya, pasien dengan HPD harus merubah asumsi dasar: keyakinan
bahwa "Saya tidak dapat dan harus bergantung pada orang lain untuk bertahan
hidup." Banyak prosedur yang dibahas sebelumnya (termasuk pernyataan, pemecahan
masalah, dan eksperimen perilaku) dirancang untuk meningkatkan kemampuan
pasien untuk mengatasinya, sehingga meningkatkan kemampuan diri pasien. Namun,

28
mengingat kesulitan yang dialami pasien ini dalam menarik kesimpulan logis, penting
untuk secara sistematis menunjukkan kepada mereka bagaimana setiap tugas yang
mereka selesaikan merubah gagasan bahwa mereka tidak kompeten. Ini juga dapat
berguna untuk membuat percobaan perilaku kecil dan spesifik yang dirancang dengan
tujuan eksplisit menguji gagasan independensi mereka yang memadai.

MENPERTAHANKAN PROGRES

Orang-orang histrionik dapat hidup, energik, merasa bahagia dan jika mereka
menyerah terhadap keadaan emosionalnya secara penuh mereka akan kehilangan hal-
hal itu. Mereka mungkin takut menjadi menjemukan, dan membosankan kepada
orang lain. Karena itu penting untuk memperjelas selama perawatan bahwa tujuannya
bukan untuk menghilangkan emosi, tetapi untuk menggunakannya secara lebih
konstruktif. Faktanya, terapis dapat mendorong penggunaan adaptif dari imajinasi
mereka yang hidup dan rasa drama selama perawatan, dengan membantu mereka
menggunakan cara yang dramatis dan meyakinkan untuk menantang pikiran otomatis.
Jalan konstruktif lain untuk mencari sensasi dapat didorong, termasuk keterlibatan
dalam teater dan drama, berpartisipasi dalam kegiatan menarik dan olahraga
kompetitif, dan sesekali sastra, film, dan televisi. Bagi Cathy, agama Kristen yang
baru ditemukannya memberikan jalan yang lebih konstruktif untuk mencari sensasi,
dan dia bisa sangat asyik dengan drama pembaptisannya yang merupakan bagian dari
gerejanya.

Bagi pasien yang merasa enggan untuk melepaskan trauma emosional dalam
hidup mereka dan bersikeras bahwa mereka tidak punya pilihan selain menjadi sangat
tertekan dan kesal, akan bermanfaat untuk membantu mereka mendapatkan
setidaknya beberapa kontrol dengan belajar untuk "menjadwalkan trauma." Pasien
dapat memilih waktu tertentu setiap hari (atau minggu) di mana mereka akan
menyerah pada perasaan kuat mereka (depresi, kemarahan, amarah, dll.) Tetapi
bukannya kewalahan ketika perasaan tersebut terjadi, mereka belajar untuk menunda
perasaan ke waktu yang nyaman dan menjaga mereka dalam kerangka waktu yang
disepakati. Ini dapat memiliki efek paradoks. Ketika pasien mengetahui bahwa

29
mereka memang dapat "menjadwalkan depresi" pada batas waktu tertentu tanpa
membiarkannya mengganggu hidup mereka, mereka mungkin tidak merasa perlu
menjadwalkan waktu secara teratur. Namun, hal itu selalu menjadi pilihan bagi
mereka, sehingga setelah terapi lama dihentikan, jika mereka meyakinkan diri mereka
bahwa mereka hanya harus "mengeluarkannya dari sistem mereka," mereka telah
belajar cara yang kurang desktruktif untuk mencapai hal ini.

Pasien histrionik banyak yang ditanamkan untuk menerima persetujuan dan


perhatian dari orang lain, terapi kelompok kognitif terstruktur dapat menjadi cara
pengobatan yang sangat efektif. Kass et al. (1972) menunjukkan bahwa anggota
kelompok dapat diminta untuk membantu memperkuat penegasan dan pemusnahan
respon emosi yang disfungsional. Seperti dalam terapi kognitif pada sebagian besar
gangguan kepribadian, perawatan secara keseluruhan cenderung lebih lama durasinya
dibandingkan dengan diagnosa Axis I.

Pengobatan Cathy dimulai dengan terapi individual. Seperti konsep dasar


terapi kognitif, ia pindah ke terapi kelompok kognitif sebagai satu langkah menuju
akhir pengobatan. Menjadi anggota paling histrionik dalam grup, dia dengan cepat
mengambil peran "direktur sosial" dan mengatur tatanan secara dramatisir pada
paparan hirarki. Dengan dorongan Cathy, anggota kelompok bertepuk tangan dan,
kadang-kadang, saling memberikan tepuk tangan meriah untuk menyelesaikan hal-hal
yang sulit. Kelompok ini menyediakan arena yang ideal baginya untuk bekerja
dengan tegas dan kebutuhannya untuk menghibur dan menyenangkan kelompok.
Misalnya, dalam satu sesi, Cathy membuat lelucon yang tidak mendapatkan respons
yang diharapkannya. Pada sesi berikutnya, kelompok memutuskan bahwa mereka
ingin meluangkan waktu untuk membahasnya. Cathy menjawab, "Yah, karena kita
berbicara tentang ketegasan, saya ingin berbagi bagaimana perasaan saya pada sesi
terakhir." Dia dapat menunjukkan dengan tepat pikiran seperti, "Saya mengatakan
sesuatu yang lucu, jadi sekarang mereka akan mengusir saya," " Saya melakukan
sesuatu yang salah,” dan “Orang-orang ingin saya berbeda dari saya sebenarnya.”
Dalam membahas hal ini, ia dapat mengklarifikasi untuk dirinya sendiri bahwa ia

30
khawatir terutama tentang bagaimana pemimpin kelompok laki-laki akan bereaksi.
Diskusi ini, dan tantangan dari pemikiran-pemikiran ini, membuatnya bekerja untuk
beberapa sesi berikutnya dengan tujuan menentukan apa yang diinginkannya dan apa
yang terbaik untuknya, terpisah dari orang lain, termasuk para pria yang berkuasa.

Untuk pasien yang saat ini terlibat dalam hubungan yang signifikan, terapi
pasangan juga bisa sangat berguna. Dalam perawatan pasangan, kedua pasangan
dapat dibantu untuk mengenali pola-pola dalam hubungannya dan cara-cara di mana
mereka masing-masing memfasilitasi satu sama lain dalam mempertahankan pola-
pola tersebut.

Cathy mengikuti total 101 sesi selama 3 tahun. Ketika Cathy mulai terapi, dia
tidak dapat bekerja karena agorafobia dan memiliki skor Beck Depression Inventory
24. Setelah enam sesi, dia kembali bekerja dan skor Beck Depression Inventory-nya
telah turun menjadi 11 (dalam kisaran normal). Meskipun ia menunjukkan perbaikan
gejala yang cepat pada tahap awal terapi, butuh waktu yang jauh lebih lama untuk
membuat perubahan yang bertahan lama tidak hanya pada agorafobia dan depresi,
tetapi juga HPD-nya. Dua tahun setelah dia menyelesaikan terapi, Cathy melaporkan
bahwa dia belum pernah mengalami agorafobia atau depresi berat, meskipun harus
melalui beberapa krisis besar termasuk putusnya hubungan, dan penyakit serius
ibunya. Ketika menghadapi tekanan besar ini, dia melaporkan bahwa dia terus-
menerus berkata pada dirinya sendiri, "Jika saya bisa mengatasi fobia, saya bisa
menghadapi apa pun."

31
BAB III
KESIMPULAN

Meskipun 101 sesi selama periode hampir 3 tahun terapi jangka pendek, perlu
dicatat bahwa Cathy diobati untuk agorafobia dan depresi berulang selain HPD.
Meski perubahan di Axis I gejala dapat dicapai dalam periode yang jauh lebih
singkat, pengalaman penulis adalah mengubah karakteristik HPD sendiri sering
membutuhkan 1 sampai 3 tahun. Penelitian empiris diperlukan untuk membuktikan
keefektifan perawatan ini dengan populasi ini, untuk mengklarifikasi yang diperlukan
komponen pengobatan, dan akhirnya untuk menentukan jenisnya pasien paling tepat
untuk variasi pengobatan.

32
DAFTAR PUSTAKA

1. Novais F, Araújo A, Godinho P. Historical roots of histrionic personality


disorder. Front Psychol. 2015;6:1–5.

2. Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. Synopsis of Psychiatry: Behavioral Science/


Clinical Psychiatry 11Th Edition. Synopsis of Psychiatry: Behavioral Science/
Clinical Psychiatry 11Th Edition. 2015.

3. Beck AT, Freeman A, Davis DD. Cognitive therapy for personality disorders.
The Oxford handbook of personality disorders. 2004.

4. Cale EM, Lilienfeld SO. Histrionic personality disorder and antisocial


personality disorder: Sex-differentiated manifestations of psychopathy? J Pers
Disord. 2002;

5. Bornstein RF. Histrionic personality disorder, physical attractiveness, and


social adjustment. J Psychopathol Behav Assess. 1999;

6. Nakao K, Gunderson JG, Phillips KA, Tanaka N, Yorifuji K, Takaishi J, et al.


Functional impairment in personality disorders. J Pers Disord. 1992;

7. Baker JD, Capron EW, Azorlosa J. Family environment characteristics of


persons with histrionic and dependent personality disorders. J Pers Disord.
1996;

8. Maslim R. DIAGNOSIS GANGGUAN JIWA RUJUKAN RINGKAS dari


PPDGJ - III dan DSM - 5. In: DIAGNOSIS GANGGUAN JIWA RUJUKAN
RINGKAS dari PPDGJ - III dan DSM - 5. 2013.

9. Slavney PR. Histrionic Personality and Antisocial Personality: Caricatures of


stereotypes? Compr Psychiatry. 1984;

10. American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of


Mental Disorders, 4th Ed. DSM-IV-TR. American Journal of Critical Care.
2000.

33
TUGAS
1) Hubungan antara pandangan terapi sebagai penyelamat dengan keberhasilan
terapi?
Jawaban:

Pada awal terapi, pasien cenderung melihat terapis sebagai penyelamat


yang akan membuat segalanya menjadi lebih baik. Hal ini dapat terasa lebih
baik, namun dapat mengganggu efektifitas terapi. Semakin aktif peran pasien
dalam terapi, maka semakin sedikit pandangan pasien terhadap terapis ini akan
bertahan. Setiap kali pasien meminta bantuan terapis, terapis perlu
melakukannya berhati-hatilah untuk tidak tergoda ke dalam peran penyelamat
(terkadang menggoda).
Ini mungkin menyebabkan terapis merasa dimanipulasi, marah, dan
tertipu oleh pasien histrionik. Seorang terapis yang sangat ingin membantu
orang lain mungkin secara tidak sengaja memperkuat perasaan tak berdaya.
Ketika terapis menemukan dirinya memiliki reaksi emosional yang kuat
kepada pasien histrionik dan kurang konsisten dalam memperkuat respons
yang tegas dan kompeten.

2) Psikodinamika pasien histrionik ini rumit? Bagaimana kaitan dengan


prognosisnya? Hambatannya secara global?
Jawaban:

Cathy menjalani 101 sesi selama periode hampir 3 tahun terapi jangka
pendek, perlu dicatat bahwa Cathy diobati untuk agorafobia dan depresi
berulang selain HPD. Meski perubahan di Axis I gejala dapat dicapai dalam
periode yang jauh lebih singkat, pengalaman penulis adalah mengubah
karakteristik HPD sendiri sering membutuhkan 1 sampai 3 tahun.

Hambatannya yaitu pada pasien histrionik memiliki kebutuhan


berlebihan untuk mencari perhatian. Saat asyik mencari perhatian mereka

34
sering kehilangan pandangan terhadap tujuan mereka yang sebenarnya karena
terlena dengan usaha menarik perhatian.
Salah satu masalah terbesar dalam perawatan individu dengan
HPD adalah bahwa mereka biasanya tidak bertahan dalam pengobatan yang
cukup lama. Kunci untuk menjaga pasien histrionik dalam pengobatan adalah
menetapkan tujuan yang benar-benar bermakna dan dianggap penting bagi
mereka, dan kemungkinan mendapatkan beberapa manfaat jangka pendek
serta jangka panjang. Mereka memiliki kecenderungan untuk menetapkan
tujuan yang luas dan tidak jelas yang sesuai dengan citra mereka.
Bagaimanapun, sangat penting, tujuan tersebut harus spesifik, jelas dan sangat
penting untuk pasien (dan bukan gambaran dari apa yang mereka inginkan).
Terapis dapat membantu mereka untuk mengatur tujuan mereka dengan
mengajukan pertanyaan seperti, “Bagaimana Anda dapat mengetahui apakah
Anda telah mencapai tujuan Anda ?,” “Apa yang sebenarnya akan terlihat dan
terasa berbeda, dengan cara apa?”, Dan “Mengapa Anda ingin mencapainya?
”, Mungkin bermanfaat untuk membuat pasien berfikir dalam sesi tentang
bagaimana rasanya mengubah hidup mereka, untuk membantu mereka mulai
menyatukan ide-ide mereka bersama-sama menjadi model sementara tentang
siapa yang mereka inginkan. Setelah tujuan telah ditetapkan, tujuan tersebut
dapat digunakan sebagai bantuan untuk membantu mengajar pasien untuk
memusatkan perhatian selama sesi. Ketika pasien bertanya atau memikirkan
topik-topik luar, terapis dapat dengan lembut menanyakan bagaimana topik
luar tersebut berhubungan dengan tujuan utama yang disetujui bersama.

35

Anda mungkin juga menyukai