Anda di halaman 1dari 3

Nama : CHAISAR RAFAEL PASARIBU

NPM : 4322600149

Kelas : Akutansi 1A

BAB VI
PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

Pada Bab ini akan dibahas tentang Pancasila dilihat dari pendekatan Ketatanegaraan republic
Indonesia.
Oleh karena itu setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan dapat memahami dan
menjelaskan hal-hal sebagai berikut:

1. Kedudukan Pancasila sebagia sumber hukum dasar negara RI


2. Makna isi Pembukaan UUD45 dan Kedudukanya dalam tertib hukum Indonesia
3. Sistem ketatanegaraan Indonesia Dalam UUD45 sebelum dan sesudah amandemen

6.1 KEDUDUKAN PANCASILA SEBAGAI SUMBER TERRTIB HUKUM KETATANEGARAAN RI


Menurut Notonagoro (1959;26) yang dimaksud dengan tertib hukum adalah kesluruhan
peraturan-peraturan hukum yang memenuhi 4 syarat yaitu adanya kesatuan subjek yang
mengadakan peraturan-peraturan hukum, adanya asas kerohanian yang meliputi keseluruhan
peraturan-peraturan hukum itu, adanya kesatuan waktu yang didalamnya peraturan-peraturan
hukum hukum itu berlaku. Terdapat 2 aspek utama dalam mewujudkan adanya terib hukum yaitu:

1. Adanya tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, haruslah memiliki


ketentuan hukum yang jelas dan mengandung kepastian hukum.
2. keseluruhan Tindakan dlam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara benar-benar
dilaksanakan atas dasar ketentuan-ketentuan hukum.

6.2 PEMBUKAAN UUD 45 DAN KEDUDUKANYA DALAM TERTIB HUKUM INDONESIA


Apabila Undang-undang dasar itu merupakan sumber hukum tertinggi dari hukum yang berlaku
di Indonesia, maka Pembukaan uud 45 Merupakan sumber dari motivasi dan aspirasi perjuangan
dan tekad bangsa Indonesia yang merupakan sumber dari cita hukum dan cita moral yang ingin
ditegakkan lebih baik dalam lingkungan nasional maupun dalam hubungan pergaulan bangsa bangsa
dunia . pembukaan telah dirumuskan secara padat dan khidmat dalam (4) Alinea itu setiap Alinea
dan kata-katanya mengandung arti dan makna yang sangat dalam, mempunyai nilai-nilai yang
universal dan lestari.

6.2.2 Makna Alinea – Alinea pembukaan UUD 1945


Alinea pertama dari pembukaan uud 1945 yang berbunyi: “Bahwa sesungguhnya
Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajajhan diatas dunia
harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan Dan perikeadilan”
menunjukan keteguhan dan kuatnya pendirian bangsa Indonesia menghadapi masalah
kemerdekaan lawan penjajahan. Nilai-nilai itulah yang selalu menjiwai segenap bangsa
Indonesia dan terus berusaha untuk mewujudkanya. Alinea Ini menunjukan adanya ketepatan dan
ketajaman nilai yaitu:
A. Bahwa perjuangan pergerakan di Indonesia telah sampai kepada tingkat yang menentukan.
B. bahwa momentum yang telah dicapai tersebut harus dimanfaatkan untuk menyatukan
Kemerdekaan.
C. Bahwa kemerdekaan tersebut bukan merupakan tujuan akhir tetapi masih harus diisi dengan
Mewujudkan negara Indonesia yang merdeka, Bersatu,berdaulat, adil dan makmur.
6.3 SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA SESUDAH AMANDEMEN UUD 1945
Kurun waktu 1998-2002 dalam era reformasi ketatanegaraan republic Indonesia, terjadi pergeseran
dari system ketatanegaraan berkarakter otoritarian menuju perwujudan system ketatanegaraan
berkarakter otoritan menuju perwujudan system ketatanegaraan yang demokratis. Perubahan
pertama, kedua dan ketiga UUD 1945 telah menghasilkan perubahan dan penambahan jumlah pasal
dan ayat yang melebihi jumlah pasal dan ayat UUD aslinya. Tetaoi perubahan itu belum tuntas dan
belum menampakan struktur atau system ketatanegaraan yang jelas. Akhirnya, bangsa Indonesia
wajib bersyukur bahwa perubahan keempat yang terjadi dibulan agustus 2002, telah berhasil
menuntaskan perubahan perubahan itu secara bulat melengkapi dan menutupi hal-hal yang belom
disepakati oleh kekuatan-kekuatan sosial politik yang ada di MPR pada siding Tahunan tahun 2001
(Amandemen Ketiga). Perubahan Undang Undang Dasar 1945 yang terjadi pada SidangTahunan
tahun 2002 berhasil memutuskan hal-ha1 sebagai berikut : Susunan keanggota MPR dan cara
mengisiannya melalui Pemilu (Pasal 2 (I), melengkapi proses pengisian jabatan presiden (Pasal 6 a
(4), keadaan presiden dan wakil presiden berhalangan tetap secara bersamaan (Pasal 8 (3),
pernyataan perang, persetujuan perdamaian perjanjian yang dilakukan oleh presiden harus dengan
persetujuan DPR (Pasal 11) (I), penghapusan DPA sebagai Lembaga Tinggi Negara menjadi lembaga
yang merupakan bagian dari kekuasaan eksekutif (Pasal 16) penegasan secara eksplisit didalam
konstitusi adanya Bank Sentral (Pasal23 d), menyangkut badan-badan yang berkait dengan
kekuasaan kehakiman (Pasal 24 (3) menyangkut pendidikan dan kebudayaan (Pasal 31, 32),
perekonomian nasional (Pasal 33 (4,5) kesejahtenaan sosial (Pasal 34), tata cara perubahan Undang
Undang Dasar (Pasal 37), menyangkut aturan peralihan dan aturan tambahan. Telaah terhadap
Constitutional Reform dapat dilakukan
dari beberapa segi, yaitu (1) menyangkut sistem perubahan dan prosedur/mekanisme
perubahannya, (2) bentuk hukum perubahannya, dan (3) substansi/materi yang diubah. Bahkan
dapat juga dianalisis suasana latar belakang yang terjadi dan mempengaruhi perubahan-perubahan
itu, baik suasana
Ketiga, substansi/materi perubahan yang dilakukan amandemen 1, 2, 3, dan 4 merupakan bentuk
perubahan konstitusi yang sifatnya sangat mendasar dan menyangkut hampir seluruh substansi yang
diatur dalam teks aslinya, sehingga dapat dikatakan bahwa perubahan itu mengubah sistematika dan
kerangka acuan konstitusional yang diatur dalam Undang Undang Dasar 1945. Banyak substansi yang
berupa kerangka pokok (frame work) yang diubah. Hal ini membawa konsekuensi dan implikasi
hams adanya perubahan pada pasal dan ayat yang mengatur penjabarannya. Misalnya substansi
yang mengubah kedudukan, kewenangan dan fungsi MPR, sistem parlemen, pemilihan presiden
dan pembentukan lembaga-lembaga baru. Perubahan mendasar tersebut juga membawa
konsekuensi baru dalam hubungannya dengan Penjelasan Undang Undang Dasar 1945.
Timbul pertanyaan, bagaimanakah kedudukan Penjelasan Undang Undang Dasar 1945 sekarang
Penjelasan Undang Undang Dasar 1945 kiranya dengan perubahan yang mendasar itu menjadi sudah
tidak relevan lagi. Memang seyogyanya Penjelasan Undang Undang Dasar sudah tidak dianut lagi
karena hal tersebut
Ada beberapa hal yang sangat menggembirakan yaitu disepakatinya dalam amandemen keempat
dan hal itu bersifat sangat fundamental, yaitu:
1. Bahwa selamanya pembukaan undang-undang dasar 1945 tidak akan dirubah atau diganti karena
yang dapat dirubah atau diganti hanyalah pasal-pasal undang undang dasar tersebut (Pasal 37 Ayat 1
2. Bahwa bentuk negara kesatuan republic Indonesia adalah merupakan bentuk final susunan negeri
ini (Pasal 37 ayat 5)

Secara obyektif harus diakui bahwa setelah dihasilkanya amandemen keempat, undang-undang
dasar 1945 dengan segala perubahanya itu sudah cukup untuk mengatur pelaksanaan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Yang menjadi masalah sekarang adalah kemampuan dari
bangs aini untuk menindaklanjuti dan menjabarkanya dalam praktek ketatanegaraan dengan melalui
penyusunan aturan pelaksanaan yang dimulai dari produk hukum yang disebut undang- undang
sampai bentuk yang terbawah yaitu peraturan daerah. Hal yang sulit adalah menjaga agar supaya
terdapat konsistensi dan harmonisasi baik secara vertical maupun horizontal semua produk hukum
tersebut .

Anda mungkin juga menyukai