Anda di halaman 1dari 273

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/348590111

Pemasaran Syariah

Book · January 2021

CITATIONS READS

0 3,996

1 author:

Purnama Putra
Universitas Islam 45 Bekasi
36 PUBLICATIONS   214 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

The Analysis of Attitudes, Subjective Norms, and Behavioral Control on Muzakki's Intention to Pay Zakah View project

waqaf in Indonesia View project

All content following this page was uploaded by Purnama Putra on 19 January 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Teori dan Praktik
Pemasaran Syariah

Purnama Putra, M.Si.


Wiwik Hasbiyah AN, S.H.I., M.

RAJAWALI PERS
Divisi Buku Perguruan Tinggi
PT RajaGrafindo Persada
DEPOK
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Purnama Putra
Teori dan Praktik Pemasaran Syariah/Purnama Putra, Wiwik Hasbiyah AN.
— Ed. 1—Cet. 1.—Depok: Rajawali Pers, 2018.
xii, 260 hlm. 23 cm
ISBN 978-602-425-XXX-X

1. Teori dan Praktik Pemasaran Syariah. I. Judul


xxx

Hak cipta 2018, pada Penulis


Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara apa pun,
termasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit

2018.XXXX RAJ
Purnama Putra M.Si.
Wiwik Hasbiyah AN, S.H.I., M.
TEORI DAN PRAKTIK PEMASARAN SYARIAH

Cetakan ke-1, Mei 2018


Hak penerbitan pada PT RajaGrafindo Persada, Depok
Desain cover octiviena@gmail.com
Dicetak di Rajawali Printing

PT RAJAGRAFINDO PERSADA
Anggota IKAPI
Kantor Pusat:
Jl. Raya Leuwinanggung, No.112, Kel. Leuwinanggung, Kec. Tapos, Kota Depok 16956
Tel/Fax : (021) 84311162 – (021) 84311163
E-mail : rajapers@rajagrafindo.co.id http: // www.rajagrafindo.co.id

Perwakilan:
Jakarta-16956 Jl. Raya Leuwinanggung No. 112, Kel. Leuwinanggung, Kec. Tapos, Depok, Telp. (021)
84311162. Bandung-40243, Jl. H. Kurdi Timur No. 8 Komplek Kurdi, Telp. 022-5206202. Yogyakarta-
Perum. Pondok Soragan Indah Blok A1, Jl. Soragan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul, Telp. 0274-625093.
Surabaya-601 18, Jl. Rungkut Harapan Blok A No. 09, Telp. 031-8700819. Palembang-30137, Jl. Macan
Kumbang III No. 10/4459 RT 78 Kel. Demang Lebar Daun, Telp. 0711-445062. Pekanbaru-28294, Perum
De' Diandra Land Blok C 1 No. 1, Jl. Kartama Marpoyan Damai, Telp. 0761-65807. Medan-20144, Jl. Eka
Rasmi Gg. Eka Rossa No. 3A Blok A Komplek Johor Residence Kec. Medan Johor, Telp. 061-7871546.
Makassar-90221, Jl. Sultan Alauddin Komp. Bumi Permata Hijau Bumi 14 Blok A14 No. 3, Telp. 0411-
861618. Banjarmasin-701 14, Jl. Bali No. 31 Rt 05, Telp. 0511-3352060. Bali, Jl. Imam Bonjol Gg 100/V
No. 2, Denpasar Telp. (0361) 8607995. Bandar Lampung-35115, Jl. P. Kemerdekaan No. 94 LK I RT 005
Kel. Tanjung Raya Kec. Tanjung Karang Timur, Hp. 082181950029.
KATA PENGANTAR

Y
M
Persaingan dunia Bisnis saat ini berkambang sangatlah pesat,
Perusahaan-perusahaan dituntut untuk menempuh langkah-langkah
strategis agar mampu bersaing pada kondisi apapun. Selain tuntutan
M
akan kemampuan bersaing, perusahan juga dituntut untuk memiliki
keunggulan yang dapat membedakan yang satu dengan yang lain.
Kemajuan teknologi informasi menjadi sarana persaingan yng sangat
kompetitif bagi perusahaaan. Keuntungan kompetitif sangat diperlukan
agar perusahaan dapat bertahan dalam persaingan bisnis dalam jangka
U

panjang.
Perkembangan dunia bisnis pada lembaga keuangan berbasis syariah
seperti Bank bank syariah , asuransi syariah/takaful, pengadaian syariah
dan investasi syariah dari tahun ke tahun mengalami perkembangan
D

sangatlah pesat dan semakin kompetitif yang menyababkan perubahan


besar dalam persaingan bagaimana mengelola sumber daya manusia
dan menangani transaksi antara perusahaan dan konsumen, serta
perusahaan dengan perusahaan yang lainnya, sehingga perusahaan
tersebut mampu memuaskan dan memenuki kebutuhan konsumen
dan menghasilkan produk produk yang bermutu.
Berdasarkan kenyataaan seperti itu, maka mata kuliah Pemasaran
Syariah sangat diperlukan bagi mahasiswa untuk memahami pemasaran
syariah. Mata kuliah Pemasaran Syariah mempelajari tentang pengertian,

v
prinsip, nilai nilai dasar, sejarah dan perkembangannya, implementasi
pemasaran syariah, membangun bisnis dengan sustainable syariah
marketing dan studi kasus pada penerapan pemasaran syariah.
Buku ajar ini disusun untuk memudahkan mahasiswa dalam
mempelajari pemasaran syariah.

Y
M
M
U
D

vi Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


DAFTAR ISI

Y
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
M v
vii
DAFTAR GAMBAR xi
M
BAB 1 PENDAHULUAN KONSEP, PENGERTIAN
PEMASARAN KONVENSIONAL DAN
PEMASARAN SYARIAH 1
U

A.
Tujuan Pembelajaran 2
B. Uraian Materi 3
C.
Latihan Soal/Tugas 24
D

BAB 2 DASAR–DASAR PEMASARAN SYARIAH DARI


ERA RASIONAL KE EMOSIONAL KE SPRITUAL 25
A. Tujuan Pembelajaran 25
B. Uraian Materi 25
C.
Latihan Soal/Tugas 31
BAB 3 SPRITUAL MARKETING SEBAGAI JIWA BISNIS 33
A. Tujuan Pembelajaran 33
B. Uraian Materi 33
C.
Latihan Soal/Tugas 41

vii
BAB 4 KARAKTERISTIK MARKETING SYARIAH 43
A.
Tujuan Pembelajaran 43
B. Uraian Materi 43
C.
Latihan Soal/Tugas 49
BAB 5 CARA BERBISNIS NABI MUHAMMAD SAW. 51
A. Tujuan Pembelajaran 51
B. Uraian Materi 51
C.
Latihan Soal/Tugas 62

Y
BAB 6 SEMBILAN ETIKA PEMASARAN ISLAM 65
A.
Tujuan Pembelajaran 65
B. Uraian Materi 65
C.
Latihan Soal/Tugas M
BAB 7 MEMBANGUN BISNIS DENGAN NILAI-NILAI
SYARIAH DENGAN MENELADANI SIFAT
75

RASULULLAH 77
M
A.
Tujuan Pembelajaran 77
B. Uraian Materi 77
C.
Latihan Soal/Tugas 85
U

BAB 8 MEMBANGUN BISNIS DENGAN NILAI-NILAI


SYARIAH: KEADILAN VERSUS KESERAKAHAN 87
A. Tujuan Pembelajaran 87
B. Uraian Materi 87
D

C.
Latihan Soal/Tugas 103
BAB 9 ANALISIS LINGKUNGAN BISNIS DENGAN
PENDEKATAN 4C 105
A.
Tujuan Pembelajaran 105
B. Uraian Materi 105
C.
Latihan Soal/Tugas 121

viii Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


BAB 10 SYARIAH MARKETING STRATEGY
(SEGMENTATION, TARGETING, POSITIONING) 123
A.
Tujuan Pembelajaran 123
B. Uraian Materi 123
C.
Latihan Soal/Tugas 135
BAB 11 SYARIAH MARKETING TACTIC
(DIFFERENTIATION, MARKETING MIX, SELLING) 137
A. Tujuan Pembelajaran 137
B. Uraian Materi 137

Y
C.
Latihan Soal/Tugas 144
BAB 12 SYARIAH MARKETING VALUE (BRAND,
SERVICES, PROCESS) 145

B. Uraian Materi
M
A. Tujuan Pembelajaran 145
145
C.
Latihan Soal/Tugas 152
M
BAB 13 SYARIAH MARKETING SCORECARD
(CREATE A BALANCED VALUE TO YOUR
STAKEHOLDERS) 155
A. Tujuan Pembelajaran 155
U

B. Uraian Materi 155


C.
Latihan Soal/Tugas 160
BAB 14 SYARIAH MARKETING ENTERPRISE
D

(INSPIRATION, CULTURE, INSTITUTION) 161


A.
Tujuan Pembelajaran 161
B. Uraian Materi 161
C.
Latihan Soal/Tugas 166
BAB 15 PENERAPAN PEMASARAN SYARIAH PADA
STUDI KASUS PEMASARAN PRODUK
BANK SYARIAH 169
A. Tujuan Pembelajaran 169

Daftar Isi ix
B. Uraian Materi 169
C.
Latihan Soal/Tugas 182
BAB 16 PEMASARAN SYARIAH: STUDI KASUS
PEMASARAN ASURANSI SYARIAH (TAKAFUL) 185
A. Tujuan Pembelajaran 185
B. Uraian Materi 185
C.
Latihan Soal/Tugas 202
BAB 17 PEMASARAN SYARIAH: STUDI KASUS
PEMASARAN PEGADAIAN SYARIAH 205

Y
A. Tujuan Pembelajaran 205
B. Uraian Materi 205
C.
Latihan Soal/Tugas
M
BAB 18 PEMASARAN SYARIAH: STUDI KASUS
PEMASARAN INVESTASI SYARIAH PADA
BATASA CAPITAL
231

233
M
A.
Tujuan Pembelajaran 233
B. Uraian Materi 233
C.
Latihan Soal/Tugas 247

GLOSARIUM 249
U
D

x Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


DAFTAR GAMBAR

Y
M
Gambar 1. Fungsi Manajemen Pemasaran (Kottler, 2000)
Gambar 2. Proses Pengevaluasian Kegiatan Pemasaran
4
7
Gambar 3. Konsep Inti Pemasaran 12
M
Gambar 4. Perbandingan Konsep Penjualan Dan Konsep
Pemasaran 17
U
D

xi
Y
M
M
U
D

[Halaman ini sengaja dikosongkan]


BAB 1
KONSEP PEMASARAN
SYARIAH DAN PEMASARAN
KONVENSIONAL

Y
Pengantar
M
Seiring dengan sejarah manusia dalam memenuhi kebutuhannya,
ada pihak yang meminta dan ada yang menawarkan. Pemasaran menarik
M
perhatian yang sangat bessar baik dari perusahaan, lembaga maupun
antarbangsa. Bergesernya sifat baik dari perusahaan, lembaga maupun
antarbangsa. Berbagai organisasi dalam melaksanakan pemasaran
seperti lembaga-lembaga pemerintah, orgnisasi keagamaan dan lain-lain
U

memandang pemasaran sebagai suatu cara baru untuk berhubungan


dengan masyarakat umum. Pada awal sejarah bahwa pemasaran
dilakukan dengan cara pertukaran barang (Barter) dan terus berkembang
menjadi perekonomain dengan menggunakan uang sampai dengan
D

pemasaran yang modern.


Jika kita bandingkan masyarakat yang masih sederhana dan yang
sudah maju akan tampak bahwa ada perbedaan di antara keduanya,
terutama dalam sifat dan kemajuan perekonomian. Pada masyarakat
yang masih sederhana orang berusaha memproduksi apa yang menjadi
kebutuhannya dan keluarganya. Belum ada produksi untuk tujuan
memuaskan kebutuhan orang lain.
Pada suatu kenyataan, utamanya faktor alam, terdapat suatu jenis
barang dalam jumlah besar pada suatu tempat, sedangkan di tempat lain
hampir tidak didapat. Keadaan seperti ini menghendaki kecakapan orang

1
tertentu di tempat tertentu pula. Misalnya ikan di tepi pantai relatif banyak,
sedangkan buah-buahan di  pegunungan relatif  banyak. Untuk itu perlu
adanya kecakapan untuk memenuhi kebutuhan masing-masing, diperlukan
pemasaran di situ terlihat antara produsen dan konsumen dengan tempat
yang saling berjauhan dan produk yang berbeda pada tempat yang berbeda
pula. Pemasaran khusunya jual beli di lakukan dengan barter sudah sukar
dilakukan. Dengan demikian akan digunakan uang sebagai alat tukar atau
sebagai alat perantara. Orang yang melakukan kegiatan menyampaikan
barang dan jasa itu telah melakukan kegiatan pemasaran.
Pada umumnya pemasaran dianggap sebagi tempat bagi para

Y
penggeruk keuntungan, orang penuh muslihat, penjaja barang
yang menggoda keinginan orang. Oleh sebab itu banyak konsumen
yang ditelan oleh orang-orang jahat, tapi apabila kita menerapkan
sistem-sistem islam di pemasaran itu maka hal-hal seperti itu tidak
M
akan terjadi. Pada dasarnya, bagi umat islam Nabi Muhammad Saw.
telah mengajarkan kepada kita bagaiman sistem pemasaran islami.
Akan tetapi, karena di masyarakat sudah berakar sistem pemasaran
konvensional maka sistem pemasaran islam kurang dikenal. Hal ini
juga menjadi pelajaran untuk kita agar dapat mengenalkan kembali dan
M
menjadikan sistem pemasaran berkembang di kalangan masyarakat.

A. Tujuan Pembelajaran
U

Setelah mempelajari materi perkuliahan, mahasiswa mampu:


1. Menjelaskan konsep pemasaran secara konvensional.
2. Menjelaskan Konsep pemasaran syariah.
D

3. Menilai secara kritis teori pemasaran konvensional dan pemasaran


syariah.

B. Uraian Materi
1. Konsep Pemasaran Konvensional
a. Definisi Pemasaran
Pemasaran adalah suatu proses dan manajeral yang membuat
individu atau kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan

2 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan
produk yang bernilai kepada pihak lain atau segala kegiatan yang
menyangkut penyampaian produk atau jasa mulai dari produsen sampai
konsumen.

b. Peranan Pemasaran
Peranan pemasaran saat ini tidak hanya menyampaikan produk
atau jasa hingga tangan konsumen tetapi juga bagaimana produk atau
jasa tersebut dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan dengan
menghasilkan laba. Sasaran dari pemasaran adalah menarik pelanggan

Y
baru dengan menjanjikan nilai superior, menetapkan harga menarik,
mendistribusikan produk dengan mudah, mempromosikan secara
efektif serta mempertahankan pelanggan yang sudah ada dengan tetap
memegang prisip kepuasan pelanggan.
M
c. Arti Fungsi Manajemen Pemasaran
Manajemen pemasaran adalah suatu usaha untuk merencanakan,
mengimplementasikan(yang terdiri dari kegiatan mengorganisaikan,
M
mengarahkan, mengkoordinir) serta mengawasi atau mengendalikan
kegiatan pemasaran dalam suatu organisasi agar tercapai tujuan
organisasi secara efisien dan efektif. Di dalam fungsi manajemen
pemasaran ada kegiatan menganalisis yaitu analisis yang dilakukan
untuk mengetahui pasar dan lingkungan pemasarannya, sehingga dapat
U

diperoleh seberapa besar peluang untuk merebut pasar dan seberapa


besar ancaman yang harus dihadapi.
D

Bab 1 | Konsep Pemasaran Syariah dan Pemasaran Konvensional 3


ANALISIS

PLANNING IMPLEMENTASI PENGENDALIAN


- Mengembangkan - Menjalankan - Mengukur hasil
rencana strategik Rencana-rencana

- Mengevaluasi
- Mengembangkan hasil
rencana pemasaran
- Mengambil tindakan

Y
perbaikan

Gambar 1. Fungsi Manajemen Pemasaran (Kottler, 2000)


M
Penjelasan fungsi pemasaran yang merupakan kegiatan terpadu
dan saling mendukung, antara lain:
1) Perencanaan pemasaran
M
Penentuan segala sesuatu sebelum dilakukan kegiatan-kegiatan
pemasaran meliputi: tujuan, strategi, kebijaksanaan serta taktik
yang dijalankan.
Tujuan:
U

a) Meniadakan ketidakpastian masa datang bila ada perubahan-


perubahan karena situasi dan kondisi perusahaan maupun di
luar perusahaan maupun di luar perusahaan tidak menentu.
b) Karena tujuan organisasi sudah difokuskan maka dengan
D

perencanaan akan menghindari adanya penyimpangan tujuan.


c) Reancana walaupun mahal tetapi ekonomis karena segala
kegiatan telah terfokuskan dengan segala biaya- biayanya.
Rencana pemasaran terinci diperlukan untuk setiap bisnis, produk
atau merk. Sebagai syarat minimal perencanaan harus berisi bagian-
bagian sebagai berikut.

4 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


BAGIAN TUJUAN
1. Ringkasan bagi eksekutif: Menyajikan pandangan singkat
atas rencana yang diusulkan agar
dapat ditinjau dengan cepat oleh
manajemen.
2. Situasi pemasaran saat ini Menyajiakan data latar belakang yang
relevan mengenai pasar, produk,
persaingan dan distribusi.
3. Analisis ancaman dan peluang Mengidentifikasi ancaman dan
peluang utama yang mungkin
memengaruhi produk.

Y
4. Sasaran dan isu Menentukan sasaran perusahaan
untuk produk di bidang penjualan,
pangsa pasar, laba serta isu yang
akan memengaruhi sasaran ini.
5. Strategi pemasaran M Menyajikan pendekatan pemasaran
yang luas, yang akan digunakan
untuk mencapai sasaran dalam
rencana.
6. Program tindakan Menspesifikasikan apa yang
M
akan dilakukan, siapa yang akan
melakukannya, kapan dan berapa
biayanya.
7. Anggaran Laporan laba dan rugi yang di­
proyek­s ikan yang meramalkan
U

hasil keuangan yang diharapkan


dari rencana tadi.
8. Pengendalian Menunjukkan bagaimana kemajuan
rencana akan dipantau.
D

2) Implementasi pemasaran
Adalah Proses yang mengubah strategi dan rencana pemasaran
menjadi tindakan pemasaran untuk mencapai sasaran. Implementasi
mencakup aktivitas sehari-hari, dari bulan ke bulan yang secara
efektif melalsanakan rencana pemasaran. Kegiatan ini dibutuhkan
program tindakan yang menarik semua orang atau semua aktivitas
serta struktur organisasi formal yang dapat memainkan peranan
penting dalam mengimplementasikan strategi pemasaran.

Bab 1 | Konsep Pemasaran Syariah dan Pemasaran Konvensional 5


Implementasi yang sukses tergantung dari beberapa kegiatan kunci
yaitu:
a) Pengorganisasian kegiatan pemasaran, yaitu:
Proses menciptakan hubungan antara fungsi personalia dan
faktor fisik (sarana), agar kegiatan pemasaran yang harus
dilaksanakan bisa mancapai tujuan yang benar, meliputi:
pembagian kerja, wewenang, tanggung jawab dan pelaporan
kerja. Tujuan: setiap orang di dalam organisasi bertanggung
jawab dalam melaksanakan kegiatan pemasaran yang telah
dibebankan kepadanya sehingga tidak overlapping pekerjaan.

Y
b) Pengarahan kegiatan pemasaran, yaitu:
Usaha yang berhubungan dengan segala sesuatu kegiatan
pemasaran agar semuanya itu dapat dilakukan dengan baik,
meliputi: M
(1) Pemberian perintah secara baik, harus ada follow up-
nya, secara senderhana, perlu penjelasan sehingga ada
pengertian dan sifatnya harus konsultatif.
M
(2) Motivasi.
(3) Kepemimpinan.
Dengan pengarahan segala kegiatan yang menyimpang akan
terdeteksi dan pimpinan dapat memberikan motivasi untuk
U

menghasilkan sesuatu yang sesuai dengan harapan serta agar


terjadi harmonisasi antar anggota organisasi/firm.
c) Pengkoordinasian kegiatan pemasaran, yaitu:
Usaha mengsinkronkan dan menyatukan segala kegiatan
D

pemasaran dalam organisasi agar tercapai tujuan yang efektif


dan efisien.
Cara-cara menjalankan koordinasi yang efektif, dengan
berbagai cara, yaitu:
(1) Diadakan prosedur yang terang dan jelas dan ditentukan
tanggal penyelesaian (deadline)
(2) Koordinasi dilakukan secara formal melalui pimpinan staff
pembantu, penitia maupun pejabat penghubung tetap
dilakukan kontak tidak formal.

6 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


3) Pengendalian/Evaluasi kegiatan pemasaran, yaitu:
Usaha memberikan petunjuk pada para pelaksana agar mereka
selalu bertindak sesuai dengan rencana, meliputi:
a) Penentuan Standard
b) Supervisi kegiatan atau pemeriksaan
c) Perbandingan hasil dengan Standard
d) Kegiatan mengkoreksi Standard

Menetapkan Mengukur Mengevaluasi Mengambil sasaran kinerja-


kinerja tindakan perbaikan.

Y

Apa yang ingin Apa yang Apa yang
Mengapa
dicapai? terjadi?
M hal ini
terjadi
harus kita
lakukan
mengenai hal
tersebut

Gambar 2. Proses Pengevaluasian Kegiatan Pemasaran


M
Kegiatan pengendalian/evaluasi di atas dapat dikelompokkan dua
macam:
1) Pengendalian operasional termasuk memeriksa kinerja yang sedang
U

berlangsung terhadap rencana tahunan dan mengambil tindakan


perbaikan kalau perlu.
Tujuannya adalah memastikan bahwa perusahaan mencapai
penjualan, laba, dan sasaran lain yang ditetapkan dalam rencana
D

tahunannya. Kegiatan ini juga mencakup penentuan produk,


wilayah, pasar dan saluran yang berbeda yang dapat mendatangkan
laba.
2) Pengendalian strategik meliputi pengamatan apakah strategi
dasar perusahaan sesuai dengan peluang yang terbuka. Strategi
dan program pemasaran dapat ketinggalan zaman dalam waktu
singkat dan setiap perusahaan harus secara periodik menilai ulang
pendekatan terhadap pasar secara keseluruhan.

Bab 1 | Konsep Pemasaran Syariah dan Pemasaran Konvensional 7


d. Audit Pemasaran
Suatu alat utama untuk melakukan pengendalian strategik adalah
Audit Pemasaran. Audit pemasaran adalah pemeriksaan lingkungan,
sasaran, strategi dan aktivitas perusahaan secara lengkap, sistematik,
independen dan periodik untuk menentukan bidang masalah dan
peluang. Audit memberikan masukan yang baik untuk merencanakan
tindakan perbaikan presentasi kerja pemasaran.
Audit pemasaran mencakup seluruh bidang sasaran utama dari
suatu bisnis, bukan terbatas pada beberapa masalah yang muncul.
Biasanya audit pemasaran dilakukan oleh pihak lain yang objektif,

Y
berpengalaman dan independen terhadap departemen pemasaran.
Pada tabel di bawah akan disajikan bentuk pertanyaan yang mungkin
akan diajukan oleh auditor pemasaran. Hasil temuannya mungkin
mengherankan dan kadang-kadang mengejutkan manajemen.
M
Manajemen kemudian memutuskan tindakan-tindakan apa yang masuk
akal dan bagaimana serta kapan melaksanakannya.

1) Audit Lingkungan Pemasaran


M
Lingkungan Makro
1. Demografi, kecenderungan utama apa yang menimbulkan ancaman
dan peluang untuk perusahaan ini?
2. Ekonomi, perkembangan apa dalam pendapatan, harga tabungan
U

dan kredit akan berdampak pada perusahaan?


3. Alami, bagaimana perkiraan biaya dan ketersediaan sumber
daya alam dan energi? Apakah perusahaan bertanggung jawab
memelihara kelestarian lingkungan?
D

4. Teknologi, perubahan teknologi apa yang sedang berlangsung?


Bagaimana posisi perusahaan dalam teknologi?
5. Politik, undang-undang apa yang sudah berlaku dan sedang dibahas
akan memengaruhi strategi pemasaran?
6. Budaya, bagaimana sikap publik terhadap bisnis dari perusahaan?
Perubahan apa dalam gaya hidup konsumen yang mungkin
mempunyai dampak?

8 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


Lingkungan Mikro
1. Pasar. Apa yang sedang terjadi pada ukuran pasar, pertumbuhan,
distribusi geografi dan laba?
2. Pelanggan. Bagaimana pandangan pelanggan mengenai mutu
produk, jasa dan harga?
3. Pesaing. Siapa pesaing utama? Apa strategi yang dipakainya, berapa
pangsa pasarnya dan apa kekuatan serta kelemahannya?
4. Saluran distribusi. Saluran utama apa yang dipakai perusahaan untuk
mendistribusikan produk lepada pelanggan? Bagaimana presentasi
kerjanya?

Y
5. Pemasok. Kecenderungan apa yang memengaruhi pemasok?
Bagaimana perkiraan ketersediaan sumber daya kunci untuk
produksi?
M
6. Publik. Publik kunsi mana yang membawa masalah atau peluang?
Bagaimana perusahaan menghadapi publik ini?

2) Audit Pemasaran
M
1. Misi bisnis. Apakah misi diuraikan dengan jelas dan berorientasi
pada pasar?
2. Objektif pemasaran. Apakah perusahaan sudah menerapkan objektif
yang jelas sebagai pedoman perencanaan pemasaran dan mengukur
presentasi? Apakah objektif ini cocok dengan peluang perusahaan
U

dan sumber dayanya?


3. Strategi pemasaran. Apakah perusahaan mempunyai strategi
pemasaran yang mantap untuk mencapai objektifnya?
D

4. Anggaran. Apakah perusahaan menganggarkan sumber daya yang


cukup untuk segmen, produk, wilayah dan unsur-unsur eleven
bauran pemasaran?

3) Audit Organisasi Pemasaran


1. Struktur formal. Apakah kepala bagian pemasaran mempunyai
wewenang yang memadai atas aktivitas yang memengaruhi
kepuasan pelanggan? Apakah kegiatan pemasaran secara optimal
disusun sesuai dengan lini fungsi, produk, pasar dan teritori?

Bab 1 | Konsep Pemasaran Syariah dan Pemasaran Konvensional 9


2. Efisiensi fungsi. Apakah pemasaran dan penjualan berkomunikasi
secara efektif? Apakah staff pemasaran dilatih, disupervisi,
dimotivasi dan dievaluasi dengan baik.
3. Efisiensi antar bagian. Apakah staff pemasaran bekerja sama dengan
baik dengan bagian manufaktur, litbang, pembelian, sumber daya
manusia dan bidang-bidang non pemasaran yang lain?

4) Audit Sistem Pemasaran


1. Sistem informasi pemasaran. Apakah sistem intelijen pemasaran
menyediakan informasi akurat dan tepat waktu mengenai

Y
perkembangan pasar? Apakah pembuat keputusan perusahaan
menggunakan reset pemasaran dengan efektif?
2. Sitem perencanaan pemasaran. Apakah perusahaan menyiapkan
rencana tahunan, jangka panjang dan strategik? Apakah rencana
tersebut digunakan?
M
3. Sistem pengendalian pemasaran. Apakah objektif tahunan pemasaran
tercapai? Apakah manajemen secara periodik menganalisis
penjualan dan laba yang dihasilkan oleh produk, pasar, teritori,
M
dan saluran distribusi?
4. Pengembangan produk baru. Apakah perusahaan terorganisasi
dengan baik untuk mengumpulkan, menghasilkan, dan menyaring
ide produk baru? Apakah perusahaan melaksanakan pengujian
U

yang memadai menyangkut produk baru? Apakah perusahaan


melaksanakan pengujian terhadap produk dan pasar? Apakah
perusahaan berhasil dengan produk baru?
D

5) Audit Produktivitas Pemasaran


1. Analisis kemampuan menghasilkan laba. Seberapa besar laba yang
mampu dihasilkan dari berbagai produk, pasar, teritori dan saluran
distribusi yang berbeda?
2. Analisis efektivitas biaya. Apakah ada aktivitas pemasaran yang
menyerap biaya berlebihan? Bagaimana mengurangi biaya tadi?

6) Audit Fungsi Pemasaran


1. Produk. Apakah perusahaan mengembangkan objektif lini produk
yang mantap? Apakah beberapa produk sebaiknya ditarik? Apakah

10 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


ada produk baru yang perlu ditambahkan? Apakah ada produk yang
akan memperoleh manfaat dari perusahaan mutu, gaya atau sifat?
2. Harga. Apa yang menjadi objektif, strategi, kebijakan dan prosedur
penetapan harga yang dianut perusahaan? Apakah promosi harga
dipergunakan dengan tepat?
3. Distribusikan. Apa yang menjadi objektif dan strategi distribusi?
Apakah liputan dan pelayanan pasar memadai? Apakah saluran
distribusi yang sudah ada sekarang sebaiknya diubah atau ditambah
yang baru?
4. Iklan, promosi, penjualan dan publicitas. Apa yang menjadi objektif

Y
promosi perusahaan? Bagaimana anggaran ditetapkan? Apakah
anggaran mencukupi? Apakah pesan iklan dan media dikembangkan
dan diterima dengan baik? Apakah perusahaan mempunyai program
promosi penjualan dan hubungan masyarakat yang dikembangkan
dengan baik.
M
5. Tenaga penjualan. Apa yang menjadi objektif armada tenaga
penjualan perusahaan? Apakah jumlah tenaga penjualan cukup
besar? Apakah pengorganisasiannya sudah tepat? Apakah mereka
M
dilatih, disupervisi dan dimotifasi dengan baik? Bagaimana tenaga
penjualan ini kalau dibandingkan dengan armada milik pesaing?
(Disadur dari Kottler, 2000)
U

e. Konsep Inti Pemasaran


1) Kebutuhan
Konsep dasar yang melandasi pemasaran adalah kebutuhan
manusia. Kebutuhan manusia adalah pernyataan dari rasa kahilangan,
D

dan manusia mempunyai banyak kebutuhan yang kompleks. Kebutuhan


manusia yang kompleks tersebut karena ukan hanya fisik (makanan,
pakaian, perumahan dan lain-lain), tetapi juga rasa aman, aktualisasi
diri, sosialisasi, penghargaan, kepemilikan. Semua kebutuhan berasal
dari masyarakat konsumen, bila tidak puas consumen akan mencari
produk atau jasa yang dapat memuaskan kebutuhan tersebut.

2) Keinginan
Bentuk kebutuhan manusia yang dihasilkan oleh budaya dan
kepribadian individual dinamakan keinginan. Keinginan digambarkan

Bab 1 | Konsep Pemasaran Syariah dan Pemasaran Konvensional 11


dalam bentuk objek yang akan memuaskan kebutuhan mereka atau
keinginan adalah hasrat akan penawar kebutuhan yang spesifik.
Masyarakat yang semakin berkembang, keinginannya juga semakin
luas, tetapi ada keterbatasan dana, waktu, tenaga dan ruang, sehingga
dibutuhkan perusahaan yang bisa memuaskan keinginan sekaligus
memenuhi kebutuhan manusia dengan menenbus keterbatasan
tersebut, paling tidak meminimalisasi keterbatasan sumber daya.
Contoh: manusia butuh makan, tetapi keinginan untuk memuaskan
lapar tersebut terhgantung dari budayanya dan lingkungan tumbuhnya.
Orang Yogya akan memenuhi kebutuhan makannya dengan gudeg, orang
Jepang akan memuaskan keinginannya dengan makanan sukayaki dll.

Y
3) Permintaan
Dengan keinginan dan kebutuhan serta keterbatasan sumber daya
tersebut, akhirnya manusia menciptakan permintaan akan produk atau
M
jasa dengan manfaat yang paling memuaskan. Sehingga muncullah
istilah permintaan, yaitu keinginan menusia akan produk spesifik yang
didukung oleh kemampuan dan ketersediaan untuk membelinya.
M
Nilai kepuasan
Kebutuhan, Produk
pelanggan dan
keinginan dan permintaan (organisasi jasa dan ide)
mutu
U

Pemasaran dan Hubungan Pertukaran dan


calon pembeli Pasar dan jaringan transaksi

Gambar 3. Konsep Inti Pemasaran


D

4) Produk (Organisasi, Jasa, Ide)


Sejalan dengan munculnya kebutuhan, keinginan dan permintaan,
perusahaan berusaha keras untuk mempelajarinya, mereka melakukan
riset pemasaran, mengamati perilaku konsumen, menganalisis keluhan
yang dialami konsumen, mencari jawaban produk atau jasa apa yang
sedang disukai atau bahkan produk apa yang tidak disukai, dan lain-
lain. Dengan kegiatan di atas, akhirnya perusahaan dapat menawarkan
segala sesuatu kepada pasar untuk diperhatikan, untuk dimiliki atau
dikonsumsi sehingga konsumen dapat memuaskan kebutuhan sekaligus
keinginannya, sesuatu itu disebut produk. Produk tidak hanya mencakup

12 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


objek fisik, tetapi juga jasa, orang, tempat, organisasi ataupun gagasan.
Contoh: perusahaan manufaktur menyediakan: barang (komputer,
monitor, printer), jasa (pengiriman, pemasangan, pelatihan, perbaikan,
dan pemeliharaan), ide/gagasan (kekuatan/keunggulan jenis komputer)

5) Nilai Pelanggan
Karena semua perusahaan berusaha menwarkan produk dan jasa
yang superior, maka konsumen dihadapkan pada pilihan yang beraneka
ragam. Konsumen membuat pilihan pembeli berdasarkan pada persepsi
mereka mengenai nilai yang melekat pada berbagai produk dan jasa ini.
Nilai bagi pelanggan adalah selisih antara nilai total yang dinikmati

Y
pelanggan karen memiliki serta menggunakan suatu produk dan biaya
total yang menyertai produk tersebut. Nilai total antara lain nilai
dari produk, jasa, personil pemasar, biaya waktu, biaya energi yang
dikeluarkan, biaya psikis. Setelah pemberian nialai, konsumen akan
M
mengevaluasi dan hasil evaluasi ini akan memengaruhi kepuasan dan
peluang untuk membeli ulang produk tersebut.

6) Kepuasan Pelanggan
M
Kepuasan pelanggan tergangtung pada anggapan kinerja produk
dalam menyerahkan nilai relatif terhadap harapan pembeli. Bila kinerja
atau prestasi sesuai atau bahkan melebihi harapa, pembelinya merasa
puas. Perusahaan yang cerdik mempunyai tujuan membuat gembira
pelanggan dengan hanya menjanjikan apa yang dapat merekaserahkan,
U

kemudian menyerahkan lebih banyak dari yang mereka janjikan.

7) Mutu
Kepuasan pelanggan berkaitan erat dengan mutu, yang saat ini ada
D

istilah Total Quality Management (TQM) yaitu program yang dirancang


untuk memperbaiki mutu produk, jasa dan proses pemasaran secara
terus-menerus. TQM memiliki komitmen antara lain:
a) fokus terhadap pelanggan:
b) memiliki obsesi yang tinggi terhadap kualitas:
c) menggunakan pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan
dan pemecahan masalah:
d) memiliki komitmen jangka panjang, membutuhkan kerja sama tim,
memperbaiki proses:

Bab 1 | Konsep Pemasaran Syariah dan Pemasaran Konvensional 13


e) memperbaiki proses secara kesinambungan:
f) menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan untuk karyawan.

8) Pertukaran
Pertukaran adalah tindakan untuk memperoleh barang yang
dikehendaki dari seseorang dengan menawarkan sesuatu sebagai imbalan.
Ada 5 kondisi yang harus dipenuhi agar pertukaran dapat terjadi:
a) terdapat sedikitnya dua pihak:
b) masing-masing pihak memiliki sesuatu yang mungkin berharga
bagi pihak lain:

Y
c) masing-masing pihak mampu berkomunitas dan melakukan
penyerahan:
d) masing-masing pihak bebas menerima atau menolak tawaran
pertukaran: M
e) masing-masing pihak yakin bahwa berunding dengan pihak lain
adalah layak dan bermanfaat (negoisasi).
M
9) Transaksi
Transaksi adalah perdagangan antara dua pihak, yang paling sedikit
melibatkan dua macam nilai, persetujuan mengenai kondisi, waktu
dan tempat.
U

10) Hubungan
Proses menciptakan, memelihara, dan meningkatkan hubungan
erat yang semakin bernilai dengan pelanggan dan pihak-pihak yang
berkepentingan yang lain dengan kata lain hubungan adalah praktik
D

membangun hubungan jangka panjang yang memuaskan dengan pihak-


pihak pelanggan, pemasok (supplier), penyalur (distributor), guna
mempertahankan bisnis jangka panjang mereka. Agar hubungan dapat
tercipta dalam jangka panjang antara lain:
a) saling mempercayai, saling menguntungkan:
b) menjanjikan dan memberikan kualitas yang tinggi, pelayanan yang
baik, harga yang pantas antar pihak:
c) menghasilkan ikatan ekonomi, teknik dan sosial yang kuat antar
pihak yang berkepentingan:

14 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


d) menekan biaya transaksi dan waktu pencarian pelanggan.

11) Jaringan
Jaringan terdiri dari perusahaan dan semua pihak-pihak pendukung;
pelanggan, suplier, distributor, pengecer, agen iklan, ilmuwan dan pihak
lain yang bersama-sama dengan firm telah membangun hubungan bisnis
yang saling menguntungkan.

12) Pasar
Pasar terdiri dari semua pelanggan potensial yang memiliki
kebutuhan atau keinginan tertentu yang sama, yang mungkin bersedia

Y
dan mampu melaksanakan pertukaran untuk memuaskan kebutuhan
dan keinginan itu.

13) Pemasar dan Calon Pembeli


M
Seseorang yang mencari satu atau lebih calon pembeli yang akan
terlibat dalam pertukaran tersebut. Calon pembeli adalah seseorang
yang diidentifikasikan oleh pemasar sebagai orang yang mungkin
bersedia dan mampu terlibat dalam pertukaran tersebut.
M
Jadi konsep inti pemasaran adalah:
a) proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran:
b) penetapan harga, promosi:
c) penyaluran gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran
U

yang memuaskan tujuan-tujuan individu dan organisasi.

14) Filosofi Manajemen Pemasaran


Ada falsafah yang sebaiknya digunakan sebagai pedoman usaha
D

pemasaran ini untuk mencapai pertukaran yang didambakan dengan


pasar sasaran. Pemberian bobot yang harus diberikan pada organisasi,
pelanggan dan masyarakat yang berkepentingan sering kali saling
bertentangan. Sehingga perlu ada landasan dari aktivitas pemasaran
organisasi tersebut. Dalam Kottler (1997), landasan ini dikelompokkan
dalam lima konsep alternatif antara lain:
A) Konsep Produksi
Falsafah bahwa konsumen akan menyukai produk yang tersedia dan
harganya terjangkau serta manajemen harus berusaha keras untuk

Bab 1 | Konsep Pemasaran Syariah dan Pemasaran Konvensional 15


memperbaiki produksi dan efisiensi distribusi. Konsep ini adalah
falsafah paling tua digunakan dalam penjualan. Konsep ini masih
berlaku dan bermanfaat pada dua situasi, yaitu situasi pertama,
bila permintaan akan produk lebih besar dari penawannya ; situasi
kedua, terjadi kalau biaya produk terlalu tinggi dan perbaikan
produktifitas diperlukan untuk menurunkannya. Akan tetapi,
perusahaan yang bekerja dengan falsafah ini menghadapi risiko
tinggi dengan fokus terlalu sempit pada operasinya sendiri. Bila
perusahaan berusaha menurunkan harga, yang pasti dilupakan
adalah kualitas, padahal yang di inginkan konsumen adalah harga
rendah dengan barang yang menarik.

Y
B) Konsep Produk
Falsafah bahwa konsumen akan menyukai produk bermutu terbaik
dan sifat paling inovatif dan bahwa organisasi harus mencurahkan

C) Konsep Penjualan

M
energi untuk terus-menerus melakukan perbaikan produk.

Falsafah bahwa konsumen tidak akan membeli produk organisasi


dalam jumlah yang cukup kecuali organisasi mengadakan usaha
M
penjualan dan promosi berskala besar. Konsep ini biasanya
dilakukan pada barang yang tidak dicari, yaitu barang yang
mungkin tidak terpikirkan untuk dibeli oleh konsumen, contoh:
ensiklopedia, asuransi,dll. Industri ini harus mahir dalam melacak
calon pelanggan dan menjual manfaat produk kepada konsumen.
U

Tujuannya adalah menjual yang perusahaan buat, bukan produk


apa yang dibutuhkan masyarakat konsumen.
D) Konsep Pemasaran
D

Falsafah manajemen pemasaran ini berkeyakinan bahwa pencapaian


sasaran organisasi tergantung pada penentuan kebutuhan dan
keinginan pasar sasaran dan penyampaian kepuasan didambakan
itu lebih efektif dan efisien daripada pesaing. Kemungkinan konsep
ini membingungkan bila dibandingkan dengan konsep penjualan.
Perbandingan antara konsep penjualan dengan konsep pemasaran,
antara lain:

16 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


Titik awal Fokus Cara Akhir

Pabrik Produk yang Penjualan Laba lewat


Sudah ada dan promosi volume penjualan

(1) Konsep penjualan

Kebutuhan Pemasaran Laba lewat

Y
Pasar pelanggan terpadu kepuasan pelanggan

(2) Konsep pemasaran



M
Gambar 4. Perbandingan Konsep Penjualan dan Konsep Pemasaran

Keterangan: pemasaran terpadu terdiri dari kegiatan pemasaran


eksternal yaitu pemasaran yang ditujukan kepada orang-orang di
M
luar perusahaan dan kegiatan internal merupakan kegiatan mengenai
keberhasilan dalam menerima, melatih dan memotivasi karyawan yang
memiliki kemampuan dan ingin melayani pelanggan dengan baik.
Mengapa konsep pemasaran mulai diberlakukan?
U

a) Penjualan mulai turun


b) Pertumbuhan produk melambat
c) Pola pembelian yang berubah
D

d) Persaingan yang meningkat


e) Biaya penjualan meningkat. Perusahaan mandapati pengeluaran
mereka untuk iklan, promosi penjualan terasa lepas kendali
sehingga manajemen memutuskan untuk melakukan audit
pemasaran untuk menyempurnakan konsep mana yang akan
dipakai.


Bab 1 | Konsep Pemasaran Syariah dan Pemasaran Konvensional 17
1. Konsep Pemasaran Syariah
a.    Pengertian Pemasaran Syariah
Pemasaran syariah sendiri menurut definisi adalah adalah penerapan
suatu disiplin bisnis strategis yang sesuai dengan nilai dan prinsip syariah.
Jadi Pemasaran syariah dijalankan berdasarkan konsep keislaman yang
telah diajarkan Nabi Muhammad Saw. Menurut Hermawan Kartajaya,
nilai inti dari Pemasaran syariah adalah Integritas dan transparansi,
sehingga marketer tidak boleh bohong dan orang membeli karena butuh
dan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan, bukan karena diskonnya.

Y
Pemasaran adalah garis depan suatu bisnis, mereka adalah
orang-orang yang bertemu langsung dengan konsumen sehingga
setiap tindakan dan ucapannya berarti menunjukkan citra dari barang
dan perusahaan. Namun sayangnya pandangan masyarakat saat ini
M
menganggap pemasar diidentikkan dengan penjual yang dekat dengan
kecurangan, penipuan, paksaan dan lainnya yang telah memperburuk
citra seorang pemasar. Tidak terelakkan lagi banyak promosi usaha-
usaha yang kita lihat sehari-hari tidak menjelaskan secara detail tentang
produknya, yang mereka harapkan adalah konsumen membeli produk
M
mereka dan banyak dari konsumen merasa tertipu atau dibohongi ketika
mencoba produk yang dijual pemasar tersebut.

b.     Konsep Pemasaran syariah


U

Konsep Pemasaran syariah sendiri sebenarnya tidak berbeda jauh


dari konsep pemasaran yang kita kenal. Konsep pemasaran yang kita
kenal sekarang, pemasaran adalah sebuah ilmu dan seni yang mengarah
pada proses penciptaan, penyampaian, dan pengkomunikasian
D

values kepada para konsumen serta menjaga hubungan dengan para


stakeholdersnya. Namun pemasaran sekarang menurut Hermawan
juga ada sebuah kelirumologi yang diartikan untuk membujuk orang
belanja sebanyak-banyaknya atau pemasaran yang pada akhirnya
membuat kemasan sebaik-baiknya padahal produknya tidak bagus atau
membujuk dengan segala cara agar orang mau bergabung dan belanja.
Berbedanya adalah marketing syariah mengajarkan pemasar untuk jujur
pada konsumen atau orang lain. Nilai-nilai syariah mencegah pemasar
terperosok pada kelirumologi itu tadi karena ada nilai-nilai yang harus
dijunjung oleh seorang pemasar.

18 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


Pemasaran syariah bukan hanya sebuah pemasaran yang
ditambahkan syariah karena ada nilai-nilai lebih pada pemasaran
syariah saja, tetapi lebih jauhnya pemasaran berperan dalam syariah dan
syariah berperan dalam pemasaran. Pemasaran berperan dalam syariah
diartikan perusahaan yang berbasis syariah diharapkan dapat bekerja dan
bersikap profesional dalam dunia bisnis, karena dengan profesionalitas
dapat menumbuhkan kepercayaan kosumen. Syariah berperan dalam
pemasaran bermakna suatu pemahaman akan pentingnya nilai-nilai
etika dan moralitas pada pemasaran, sehingga diharapkan perusahaan
tidak akan serta merta menjalankan bisnisnya demi keuntungan pribadi
saja ia juga harus berusaha untuk menciptakan dan menawarkan

Y
bahkan dapat mengubah suatu values kepada para stakeholders sehingga
perusahaan tersebut dapat menjaga keseimbangan laju bisnisnya
sehingga menjadi bisnis yang sustainable.1
M
Dalam hal teknisnya pemasaran syariah, salah satunya terdapat
syariah marketing strategy untuk memenangkan mind-share dan syariah
marketing value untuk memenangkan heart-share. Syariah marketing
strategy melakukan segmenting, targeting dan positioning market
dengan melihat pertumbuhan pasar, keunggulan kompetitif, dan situasi
M
persaingan sehingga dapat melihat potensi pasar yang baik agar dapat
memenangkan mind-share. Selanjutnya syariah marketing value melihat
brand sebagai nama baik yang menjadi identitas seseorang atau
perusahaan, sehingga contohnya perusahaan yang mendapatkan best
U

customer service dalam bisnisnya sehingga mampu mendapatkan heart-


share. Konsep marketing syariah ini sendiri saat ini baru berkembang
seiring berkembangnya ekonomi syariah. Beberapa perusahaan dan bank
khususnya yang berbasis syariah telah menerapkan konsep ini dan telah
D

mendapatkan hasil yang positif. Kedepannya diprediksikan marketing


syariah ini akan terus berkembang dan dipercaya masyarakat karena
nilai-nilainya yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan masyarakat
yaitu kejujuran.2

1
http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/2011/04/11/manajemen-
pemasaran-dan-strategi-pemasaran/
2
http://abbelnbc2303.blog.com/2010/04/03/marketing-syariah/

Bab 1 | Konsep Pemasaran Syariah dan Pemasaran Konvensional 19


c.    Manajemen Pemasaran Syariah
Kata “syariah” (al-syari’ah) telah ada dalam bahasa Arab sebelum
turunnya Al-Quran. Kata yang semakna dengannya juga ada dalam
Taurat dan Injil. Kata syari’at dalam bahasa Ibrani disebutkan sebanyak
200 kali, yang selalu mengisyaratkan pada makna “kehendak Tuhan
yang diwahyukan sebagai wujud kekuasaan-Nya atas segala perbuatan
manusia.”
Dalam Al-Quran kata syari’ah disebutkan hanya sekali dalam
Surah Al-Jatsiyah, “Kemudian Kami Jadikan kamuberda di dalam suatu
syariat (peraturan) dari urusan (agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan

Y
janganlah kalu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui” (QS
Al-Jatsiyah: 18).
Kemudian kata itu muncul dalam bentuk kata kerja dan turunnya
sebanyak tiga kali; M
“Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah
diwasiatkan_Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan
kepadamu, dan apa yang telah kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan
Isa…” (QS As-Syura: 13)
M
“Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan (syi’ah) dan
jalan” (QS Al-Maidah: 48).
“Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang
mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah? Sekiranya
U

tak ada ketetapan yang menetuka (dari Allah), tentulah merteka telah
dibinasakan. Dan sesunggguhnya orang-orang yang zalim ituakan
memperoleh azab yang amat pedih” (QS As-Syur: 21).

Kata syariah berasal dari kata syara’a al-syai’a yang berarti


D

‘menerangkan’ atau ‘menjelaskan sesuatu’. Atau berasal dari kata syir’ah


dan syari’ah yang berarti ‘suatu tempat yang dijadikan sarana untuk
mengambil air secara langsung sehingga orang yang mengambilnya
tidal memerlukan bantuan alat lain’.
Syaikh Al-Qardhawi mengatakan, cakupan dari pengertian syariah
menurut pandangan Islam sangatlah luas dan komprehensif (al-syumul).
Di dalamnya mengandung makna mengatur seluruh aspek kehidupan,
mulai dari aspek ibadah (hubungan manusia dengan Tuhannya), aspek
keluarga (seperti nikah, talak, nafkah, wasiat, warisan), aspek bisnis

20 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


(perdagangan, industri, perbankan, asuransi, utang-piutang, pemasaran,
hibah), aspek ekonomi (permodalan, zakat, bait, al-maf, fa’I, ghanimah),
aspek hukum dan peradilan, aspek undang-undang hingga hubungan
antar Negara.
Pemasaran sendiri adalah bentuk muamalah yang dibenarkan dalam
Islam, sepanjang dalam segala proses transaksinya terpelihara dari hal-
hal terlarang oleh ketentuan syariah.
Maka, syariah marketing adalah sebuah disiplin bisnis strategis
yang mengarahkan proses penciptaan, penawaran dan perubahan value
dari suatu inisiator kepada stakeholders-nya, yang dalam keseluruhan

Y
prosesnya sesuai dengan akad dan prinsip-prinsip muamalah (bisnis)
dalam Islam.
Ini artinya bahwa dalam syariah marketing, seluruh proses, baik
proses penciptaan, proses penawaran, maupun proses perubahan
M
nilai (value), tidak boleh ada hal-hal yang bertentangan dengan akad
dan prinsip-prinsip muamalah yang Islami. Sepanjang hal tersebut
dapat dijamin, dan penyimoangan prinsip-prinsip muamalah islami
tidak terjadi dalam suatu transaksi apa pun dalam pemasaran dapat
M
dibolehkan.
Ada 4 karakteristik syariah marketing yang dapat menjadi panduan
bagi para pemasar sebagai berikut.
1.    Teistis (rabbaniyyah): Jiwa seorang syariah marketer meyakini
U

bahwa hokum-hukum syariat yang teistis atau bersifat ketuhanan


ini adalah yang paling adil, paling sempurna, paling selaras dengan
segala bentuk kebaikan, paling dapat mencegah segala bentuk
kerusakan, paling mampu mewujudkan kebenaran, memusnahkan
D

kebatilan dan menyebarluaskan kemaslahatan.


2.    Etis (akhlaqiyyah): Keistimewaan lain dari syariah marketer selain
karena teistis (rabbaniyyah) juga karena ia sangat mengedepankan
masalah akhlak (moral, etika) dalam seluruh aspek kegiatannya,
karena nilai-nilai moral dan etika adalah nilai yang bersifat
universalo, yang diajarkan oleh semua agama.
3.    Realistis (al-waqiyyah): Syariah marketer adalah konsep pemasaran
yang fleksibel, sebagaimana keluasan dan keluwesan syariah
islamiyah yang melandasinya. Syariah marketer adalah para

Bab 1 | Konsep Pemasaran Syariah dan Pemasaran Konvensional 21


pemasar profesional dengan penampilan yang bersih, rapi dan
bersahaja, apa pun model atau gaya berpakaian yang dikenakannya,
bekerja dengan mengedepankan nilai-nilai religius, kesalehan,
aspek moral dan kejujuran dalan segala aktivitas pemasarannya.
4.    Humanistis (insaniyyah): Keistimewaan syariah marketer yang
lain adalah sifatnya yang humanistis universal, yaitu bahwa
syariah diciptakan untuk manusia agar derajatnya terangkat,
sifat kemanusiaannya terjaga dan terpelihara, serta sifat-sifat
kehewanannya dapat terkekang dengan panduan syariah. Syariat
islam diciptakan untuk manusia sesuai dengan kapasitasnya tanpa

Y
menghiraukan ras, warna kulit, kebangsaan dan status. Hal inilah
yang membuat syariah memiliki sifat universal sehingga menjadi
syariah humanistis universal.3

Syariah
M
3. Perbandingan Konsep Pemasaran Konvensional dan

Perbandingan pemasaran syariah dengan pemasaran konvensional


dapat dijelaskan  beberapa hal antara lain:4
M
a) Konsep dan filosofi Dasar, Pemasaran konvensional merupakan
pemasaran yang bebas nilai dan tidak mendasarkan pada nilai-
nilai ilahiyah dalam segala aktivitas pemasarannya. Pemasar
hanya lebih fokus pada pencapaian target penjualan yang telah
U

ditetapkan perusahaan. Dalam pemasaran syariah seorang pemasar


harus merasakan bahwasanya setiap aktivitas pemasarannya ia
selalu diawasi oleh Allah Swt., sehingga sangat berhati-hati dalam
menjaga aktivitas pemasarannaya.
D

b) Etika pemasar, pemasar syariah sangat memegang teguh etika


dalam melakukan pemasaran kepada calon konsumennya. Sangat
menghindari  kebohongan, berlebihan dalam promosi, menjaga
kejujuran dan janji. Dibandingkan pemasaran konvensional
cenderung bebas nilai sehingga seorang pemasar bebas menggunakan
cara-cara meskipun bertentangan dengan syariah.

3
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=
http://monzer.kahf.com/papers/english/market_regulation.pdf
4
M. Nur Rianto Al Arif. Dasar-dasar Pemasaran Bank Syariah,  Alpabeta
Bandung, 2010

22 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


c) Pendekatan dengan konsumen, konsumen dalam pemasaran syariah
diletakkan sebagai mitra yang sejajar. Perusahaan tidak menjadikan
konsumen sebagai “sapi perah” untuk membeli produknya. Olehnya
tidak boleh melakukan aktivitas pemasaran yang merugikan
konsumen. Selalu berupaya  menciptakan nilai produk yang positif
dan umpan balik dari konsumennya. Sebaliknya pada pemasaran
konvensional cenderung konsumen diletakkan sebagai objek untuk
mencapai target penjualan  semata. Konsumen terkadang dirugikan
dengan dengan janji yang berbeda dengan realitas.
d) Cara pandang terhadap pesaing, dalam pemasaran syriah  setiap

Y
perusahaan dapat bersaing secara sehat dan masing-masing punya
peluang untuk berkembang dengan baik tanpa menjatuhkan
pesaingnya. Pesaing merupakan mitra  yang turut dalam
menyukseskan implementasi ekonomi syariah. Hal berbeda pada
M
pemasaran konvensional cenderung menganggap pesaing sebagai
pihak lawan yang harus dimatikan karena dapat menghambat laju
perusahaan.
e) Budaya kerja, budaya kerja yang harus diaplikasikan adalah
M
bagaimana budya kerja yang dituntunkan oleh Rasulullah Saw. yaitu
memiliki sifat kejujuran (shiddiq), cerdas atau kompeten (fathonah), 
bertanggung jawab (amanah) dan mampu menyebarluaskan dan
mengkomunikasikan aktivitas kerja yang baik (tabligh)
U

Penutup
Manajemen pemasaran Syari’ah adalah sebuah disiplin bisnis
strategis yang mengarahkan proses penciptaan, penawaran dan
D

perubahan value dari suatu inisiator kepada stakeholdersnya, yang


dalam keseluruhan prosesnya sesuai dengan akad dan prinsip-prinsip
muamalah (bisnis) dalam Islam.Ini artinya bahwa dalam syariah
marketing, seluruh proses, baik proses penciptaan, proses penawaran,
maupun proses perubahan nilai (value), tidak boleh ada hal-hal yang
bertentangan dengan akad dan prinsip-prinsip muamalah yang Islami.
Sepanjang hal tersebut dapat dijamin, dan penyimoangan prinsip-prinsip
muamalah islami tidak terjadi dalam suatu transaksi apapun dalam
pemasaran dapat dibolehkan.

Bab 1 | Konsep Pemasaran Syariah dan Pemasaran Konvensional 23


C. Latihan Soal
1. Uraikan definisi dan tujuan dari pemasaran konvensional dan
pamasaran Syariah
2. Mengapa konsep pemasaran sekarang lebih popular dibanding
konsep penjualan?
3. Jelaskan Perbedaan mendasar dari konsep pemasaran konvensional
dan pemasaran syariah serta bagaimana pandangan anda terhadap
kedua konsep pemasaran tersebut pada masa sekarang

Y
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahan, Lembaga Percetakan Al-Qur’an
Raja Fahd, 1418 H.

23 Pebruari 2005.
M
Budi Wisakseno, Rasionalitas Nasabah Perbankan Syariah, republika, Jumat,

David K. Hurst, Crisis &Renewal, 1955 Meeting the challenge of


organizational Change, Harvard Business Scool Press.
M
Didin Hafidhuddin & Hendri Tanjung, Manajemen Syariah Dalam Praktik.
Gema Insani, 2003.
Hermawan Kartajaya, Hermawan Kartajaya On Marketing, Gramedia,
Jakarta 2002.
U

Muhammad Sula dan Hermawan Kertajaya. Syariah Marketing, Jakarta.


Mizan. 2005.
Muhammad Husein Haekal, Hayat Muhammad  (Sejarah Hidup
D

Muhammad, Terj.), Timtamas, 1984.


M. Nur Rianto Al Arif. Dasar-dasar Pemasaran Bank Syariah,  Alpabeta
Bandung, 2010.
Philip Kotler dan Gary Armstrong, Principles Of Marketing, Ninth Edition,
Prentice Hall, Inc, 1980.

24 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


BAB 2
DASAR-DASAR MARKETING
SYARIAH: DARI ERA RASIONAL
KE EMOSIONAL KE SPIRITUAL

Y
A. Tujuan Pembelajaran
M
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai konsep pemasaran syariah
dan pemasaran konvensional serta perbandingan antara keduanya.
M
Melalui Risetasi, Anda harus mampu:
1. Menjelaskan konsep dasar pemasaran syariah.
2. Menjelaskan konsep pemasaran syariah dari era rasional ke era
emosional dan era spiritual.
U

3. Menilai secara kritis teori pemasaran pemasaran syariah.

B. Uraian Materi
D

1. Dasar-dasar Marketing Syariah


Banyak orang mengatakan, pasar syariah adalah pasar yang
emosional (emotional market), sedangkan pasar konvensional adalah
pasar yang rasional (rational market). Maksudnya, orang tertarik untuk
berbisnis pada pasar syariah karena alas an-alasan keagamaan (dalam
hal ini agama Islam) yang lebih bersifat emosional, bukan karena ingin
mendapatkan keuntungan finansial yang bersifat rasional. Sebaliknya
pada pasar konvensional, atau non-syariah, orang ingin mendapatkan
keuntungan finasial yang sebesar-besarnya, tanpa peduli apakah

25
bisnis yang digelutinya tersebut mungkin menyimpang atau malah
bertentangan dengan ajaran agama Islam, benarkah demikian?
Suatu saat, saya berdiskusi ringan dengan seorang kiai yang juga
pakar ekonomi syariah dan anggota Dewan Pengawas Syariah (DPS) dari
beberapa bank dan asuransi syariah, KH. Dr. Didin Hafidhuddin. Saya
bilang, “pak Kiai, apakah benar ada dikotomi antara pasar emosional
dan pasar rasional? Dan apakah pasar syariah itu pada awalnya hanyalah
pasar emosional, kemudian bergeser ke pasar rasional?” Jawab beliau
terus terang tidak saya duga, “kata siapa orang yang di pasar emosional
tidak rasional? Justru orang-orang yang ada di pasar emosional

Y
sebenarnya sangat rasional dalam menentukan pilihan.”
Beliau mengatakan, orang yang berada dalam kategori pasar
emosional biasanya lebih kritis, lebih teliti dan lebih cermat dalam
membandingkan dengan bank atau asuransi konvensional yang selama
M
ini digunakannya, sebelum menentukan pilihan ke pasar syariah. Sambil
bercanda beliau menambahkan. “Hitung-hitungan orang seperti ini
malah bisa sampai ke hitung-hitungan amal ke akhirat.”
Pernyataan ini ada benarnya. Coba kita tengok pendapat seorang
M
praktisi perbankan tentang dikotomo pasar emosional dan pasar rasional,
Budi Wisakseno. Beliau, yang mantan Direksi Bank Muamalat Indonesia
dan saat buku ini ditulis menjabat sebagai Direktur Utama Bank Syariah
Mega Indonesia, mengatakan bahwa pemahaman dikotomi antara
nasabah rasional dan nasabah emosional adalah keliru. Cara berpikir
U

seperti itu, katanya, dilandasi oleh teori pemasaran konvensional yang


berpaham sekuler; segala hal yang berlandaskan cara berpikir keagamaan
serta merta akan dianggap sebagai sesuatu yang tidak rasional.
Ketika seorang nasabah rasional mendapatkan informasi bahwa
D

suku bunga perbankan (konvensional) sedang tinggi, ia menarik


dananya dari bank syariah dan memindahkannya ke bank konvensional.
Teori pemasaran konvensional mengatakan ini adalah sikap yang
rasional, karena dia mencoba menghindar dari situasi yang kurang
mengutungkan. Namun, sebenarnya ini juga bisa dikatakan cara berpikir
emosional, karena hanya mempertimbangkan keuntungan dunia, tetapi
mengabaikan keuntungan akhirat.
Sebaliknya, seorang nasabah yang menurut sebagian pihak-emosional
karena mengedepankan nilai-nilai ajaran agamanya (Islam) dalam setiap

26 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


pengambilan keputusan investasi, sebenarnya mempunyai dua perspektif
waktu. Pertama, perspektif waktu sekarang, yaitu ketika ia hidup di dunia.
Kedua, perspektif waktu setelah mati, yaitu periode sejak nasabah meninggal
atau kehidupan alam kubur sampai dengan waktu saat manusia akan
dihitung amal baik dan buruknya selama hidup di dunia (dihisab).
Adanya perspektif waktu setelah mati pada nasabah muslim ini
dapat menjelaskan mengapa seorang nasabah bank syariah bahkan bisa
menerima keuntungan yang nilainya lebih kecil sepanjang itu halal.
Memang, praktik bisnis dan pemasaran sebenarnya bergeser
dan mengalami transformasi dari level intelektual (rasional), ke

Y
emosional, dan akhirnya ke spiritual. Pada akhirnya konsumen akan
mempertimbangkan kesesuaian produk dan jasa terhadap nilai-nilai
spiritual yang diyakininya. Di level intelektual, pemasaran memang
menjadi seperti “robot” dengan mengandalkan kekuatan logika dan
konsep-konsep keilmuan. M
Di level intelektual (rasional), pemasar menyikapi pemasaran secara
fungsional-teknikal dengan menggunakan sejumlah tools pemasaran,
seperti segmentasi, targeting, positioning, marketing mix, branding, dan
M
sebagainya. Kemudian di level emosional, kemampuan pemasar dalam
memahami emosi dan perasaan pelanggan menjadi penting. Di sini
pelanggan dilihat sebagai manusia seutuhnya, lengkap dengan emosi
dan perasaannya. Jika di level intelektual otak kiri si pemasar paling
berperan, di level emosional otak kananlah yang paling berperan. Jika di
U

level intelektual pemasaran layaknya sebuah “robot”, di level emosional


pemasaran menjadi seperti “manusia” yang berperasaan dan empatik.
Beberapa konsep pemasaran yang ada pada level emosional ini antara
lain experiential marketing dan emotional marketing.
D

Namun, saat ini dan di masa mendatang, apalagi setelah pecahnya


skandal keuangan di Amerika Serikat dengan tumbangnya perusahaan-
perusahaan raksasa, seperti Enron, WorlCom, atau Global Crossing, era
pemasaran telah bergeser lagi kea rah spiritual marketing.
Di level spiritual ini, pemasaran sudah disikapi sebagai “bisikan
nurani” dan “panggilan jiwa” (Calling). Disini praktik pemasaran
dikembalikan kepada fungsinya yang hakiki dan dijalankan dengan
moralitas yang kental. Prinsi-prinsip kejujuran, empati, cinta, dan
kepedulian terhadap sesame menjadi dominan.

Bab 2 | Dasar-Dasar Marketing Syariah 27


Jika di level intelektual bahasa yang digunakan adalah “bahasa logika”
dan di level emosional adalah “bahasa rasa”, maka di level spiritual
digunakan “bahasa hati”. Kata hati nurani adalah lentera penerang yang
akan menunjukkan ke mana arah yang akan dituju. Nurani adalah “senjata
pamungkas” anda untuk memenangkan persaingan.
Kasusu runtuhnya sejumlah perusahaan di atas menunjukkan
bahwa sehebat apa pun strategi bisnis Anda, secanggih apa pun Tools
pemasaran yang anda jalankan, semuanya tidak aka nada gunanya
kalau tidak dilandai nilai-nilai spiritual yang kokoh. Kasus manipulasi
akuntansi terbesar dalam sejarah bisnis Amerika Serikat tersebut

Y
menunjukkan betapa semakin tingginya kompleksitas bisnis, semakin
canggihnya tools manajemen, dan semakin majunya perangkat regulasi
ternyata tidak menjadikan praktik bisnis menjadi semakin dewasa dan
beradab, justru sebaliknya, ia semakin kebablasan tanpa etika, tanpa
M
nilai-nilai motal, dan tanpa pegangan.
Bumi sudah menjadi renta, carut marut, dan amburadul akibat
ulah manusia. Namun, manusia-manusia itu sendiri agaknya masih
saja sama, masih enggan bertobat dan kurang menyesali kesalahannya,
M
kata Andrias Harefa dalam buku Kepemimpinan Kristiani.
Praktik bisnis sakit yang selama puluhan tahum melingkupi
keseharian kita semakin menyadarkan kita bahwa kejujuran, etika, dan
moral dalam suatu bisnis menjadi suatu keharusan. Pada lingkungan
bisnis yang tidak jarang mengabaikan etika, kejujuran merupakan
U

resource yang semakin langka bagi perusahaan. Dan tidak hanya langka,
ia merupakan komponen penting daya saing suatu perusahaan. Dari
sinilah muncul paradigm baru dalam pemasaran, yang dilandasi oleh
kebutuhan yang paling pokok, yang paling dasar, yaitu kejujuran, moral,
D

dan etika dalam bisnis. Inilah Spiritual marketing.


Spiritual marketing merupakan tingkatan tertinggi. Orang tidak
semata-mata menghitung lagi untung atau rugi, tidak terpengaruh
lagi dengan hal-hal yang bersifat duniawi. Panggilan jiwalah yang
mendorongnya , karena didalamnya mengandung nilai-nilai spiritual.
Spiritual dalam pengertian kristiani, mungkin seperti yang dikatakan
Robert L. Wise dalam bukunya Spiritual Abundances, “ia adalah sesuatu
yang tidak bisa saya lihat dengan mata saya, dan hanya bisa saya rasakan
dalam hati saya, atau mungkin yang seperti itu.

28 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


Dalam bahasa syariah, Spiritual Marketing adalah tingkatan
“pemasaran langit”, yang karena di dalam keseluruhan prosesnya tidak
ada yang bertentangan dengan prinsip-prinsip muamalah (bisnis syariah),
ia mengandung nilai ibadah, yang menjadikannya berada pada puncak
tertinggi dalam pemasaran atau muamalah. Hal ini adalah refleksi dari ikrar
seorang muslim ketika ia beribadah. “inna shalati wa nusuki wa mahyaya wa
mamati lillahi rabbil-alamin, (Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku
dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan semesta alam).
Seorang muslim yang baik, dalam transaksi muamalahnya –
dalam hal ini pemasaran baik sebagai pemimpin perusahaan, pemilik,

Y
pemasar, pesaing maupun sebagai pelanggan- hendaklah prinsip-prinsip
keadilan, kejujuran, transparansi, etika, dan moralitas menjadi napas
dalam setiap bentuk transaksi bisnisnya. Karena itu, bagi seorang
muslim, setiap hari Jumat di Masjd ia selalu diingatkan khatib dalam
M
penutupan khutbahnya, agar senantiasa berbuat adil ketika melakukan
transaksi bisnis, senantiasa jujur, dan berbuat baik kepada siapa saja,
keluarga maupun orang lain, menghindari perbuatan tercela, apalagi
permusuhan, baik dalam pergaulan bisnis maupun bermasyarakat
secara umum.
M
Ayat yang tidak pernah luput dibacakan oleh khatib dalam khutbah
Jumat adalah sebagai berikut:
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat
kebajikan, member kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari
U

perbuatan keji, kemunkaran dan pemusuhan. Dia member pengajaran


kepadamu agar kamu mengambil pelajaran. (QS An-Nahl (16): 90)
Selain itu, dalam syariah marketing, bisnis yang disertai keikhlasan
semata-mata hanya untuk mencari keridhaan Allah, maka seluruh
D

bentuk transaksinya Insyaallah menjadi ibadah di hadapan Allah Swt.


Ini akan menjadi bibit dan modal dasar baginya untuk menjadi bisnis
yang besar, yang memiliki Spiritual Brand, yang memiliki karisma,
keunggulan, dan keunikan yang tak tertandingi. Seperti Firman Allah
“Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari
keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereke, seperti sebuah kebun yang
terletak didataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu akan
menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka
hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat.”

Bab 2 | Dasar-Dasar Marketing Syariah 29


2. Mengubah Pasar dari Rasional ke Emosional ke Spiritual
Ada anggapan sebagian orang bahwa pasar syariah adalah pasar
yang emosional (emotional market) karena ada alasan-alasan keagamaan
yang emosional dan tidak mementingkan keuntungan finansial yang
bersifat rasional, sedangkan pasar konvensional (non-syariah) dianggap
sebagai pasar yang rasional karena mengutamakan motif mendapatkan
keuntungan yang sebesar-besarnya tanpa memperdulikan usaha yang
dilakukan bertentangan atau tidak dengan ajaran agama. Ternyata hal
ini tidaklah tepat, pasar emosional sebenarnya sangat rasional karena
seperti kita ketahui bahwa setelah menjalani hidup di dunia, kelak kita

Y
juga akan menjalani kehidupan di akhirat, jadi berada di pasar emosional
akan lebih kritis dalam menentukan pilihan karena bukan sekadar
keuntungan duniawi saja yang dicari tapi juga bekal untuk di akhirat nanti,
di mana semua yang kita lakukan akan dimintai pertanggung jawabannya.
M
Berbeda dengan paham sekulerisme yang menganggap segala hal yang
berlandaskan cara berpikir keagamaan merupakan hal yang tidak rasional.
Pada saat ini, praktis bisnis dan pemasaran mengalami pergeseran
dan transformasi dari level rasional ke emosional dan pada akhirnya
M
ke level spiritual. Hal ini dapat dilihat dari perilaku konsumen yang
mempertimbangkan kesesuaian produk dan jasa terhadap nilai-nilai
spiritual yang diyakini.
Di level rasional (intelektual) mengandalkan kekuatan logika
dan konsep-konsep keilmuan dengan menggunakan sejumlah tools
U

pemasaran, seperti segmentasi, targeting, positioning, marketing-mix,


branding, dan sebagainya.
Sedangkan pada level emosional kemampuan pemasar dalam
D

memahami emosi dan perasaan pelanggan menjadi sangat penting.


Beberapa konsep pemasaran dalam level emosional antara lain
experiential marketing dan emotional branding.
Selanjutnya adalah level spiritual, di mana praktik pemasaran
dikembalikan kepada fungsi-fungsi yang hakiki dan dijalankan dengan
moralitas yang kental, di antaranya yaitu prinsip-prinsip kejujuran,
empati, cinta, dan kepedulian terhadap sesama. Jika di level rasional
yang digunakan adalah “bahasa logika”, lalu di level emosional
menggunakan “bahasa rasa”, maka pada level spiritual yang digunakan
adalah “bahasa hati.

30 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


Spiritual marketing merupakan tingkatan tertinggi karena di dalamnya
mengandung nilai-nilai spiritual yang tidak hanya mementingkan
keuntungan duniawi semata. Dalam bahasa syariah spiritual marketing
adalah tingkatan “pemasaran langit” karena di dalam keseluruhan
prosesnya tidak ada yang bertentangan dengan prinsip-prisip muamalah
yang mengandung nilai-nilai ibadah.

C. Latihan Soal
1. Jelaskan konsep pemasaran rasional, emosional dan spiritual!

Y
2. Umat Islam adalah mayoritas di Indonesia, namun pangsa pasar
lembaga keuangan syariah saat ini masih sangat kecil di bandingkan
dengan pasar lembaga keuangan konvensional. Menurut anda
apakah pemasaran emosional dan spiritual lembaga keuangan
M
syariah belum maksimal atau masyarakat Indonesia cenderung
rasional?

DAFTAR PUSTAKA
M
Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahan, Lembaga Percetakan Al-Qur’an
Raja Fahd, 1418 H.
Didin Hafidhuddin & Hendri Tanjung, Manajemen Syariah Dalam Praktik.
Gema Insani, 2003.
U

Hermawan Kartajaya, Hermawan Kartajaya On Marketing, Gramedia,


Jakarta 2002.
Muhammad Sula dan Hermawan Kertajaya. Syariah Marketing, Jakarta.
D

Mizan. 2005.
Muhammad Husein Haekal, Hayat Muhammad (Sejarah Hidup
Muhammad, Terj.), Timtamas, 1984.
Muhammad Abdul gani, The Spritualy In Business, Pena Pundi Aksara,
Jakarta, 2005.
M. Nur Rianto Al Arif. Dasar-dasar Pemasaran Bank Syariah,  Alpabeta
Bandung, 2010.

Bab 2 | Dasar-Dasar Marketing Syariah 31


Y
M
M
U
D

[Halaman ini sengaja dikosongkan]


BAB 3
SPIRITUAL MARKETING
SEBAGAI JIWA BISNIS

Y
A. Tujuan Pembelajaran
M
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai konsep pemasaran syariah
dan pemasaran konvensional serta perbandingan antara keduanya.
M
Melalui Risetasi, Anda harus mampu:
1. Menjelaskan konsep spiritual marketing.
2. Menjelaskan konsep spiritual marketing sebagai jiwa bisnis lembaga
keuangan syariah.
U

3. Menilai secara kritis konsep spiritual marketing.

B. Uraian Materi
D

1. Konsep Spiritual Marketing


Kejutan besar dilakukan oleh Stepen R. Covey, penulis buku
legendaries, The 7 Habit of Highly Effective People. Di penghujung puncak
karirnya sebagai konsultan kelas dunia, ia menerbitkan buku baru, The 8th
Habit: From Effectiveness to Greatnee. Covey akhirnya berkesimpulan bahwa
faktor spiritual merupakan faktor kunci terakhir yang harus dimiliki
seorang pemimpin dalam suatu perusahaan. Ia menyebutnya dengan
“Voice”. Seorang pemimpin harus memiliki empat style, “The 4 Roles
of Leadership”, yaitu Pathfinding (perintisan), Aligning (penyelarasan),

33
Empowering (pemberdayaan), dan Modeling (panutan). Pada bagian
akhir inilah Covey kemudian menyadari bahwa untuk menjadi seorang
pemimpin yang bisa jadi panutan (modeling), seorang pemimpin haruslah
memimpin berdasarkan prinsip-prinsip. “Building trust with others,”
begitu katanya. Pemimpin harus mampu menyatukan kata dengan
perbuatan, dan pemimpin adalah orang yang layak dipercaya. Kata kunci
untuk semua ini adalah kejujuran yang senantiasa menjadi bagian dari
nilai-nilai spiritual.
Kita perlukan kepemimpinan spiritual dalam mengelola suatu bisnis,
terlepas dari mana sumber spiritual tersebut. Seperti yang dikatakan

Y
Jonathan L. Parapak, “Apabila kita dalami elemen-elemen pokok dari
kepemimpinan, maka semua harus diwarnai, dicerahi, dan dilandasi
oleh ajaran, nilai, dan prinsip-prinsip agama (Kristen bagi penganut
agama Kristen). Visinya adalah visi penyelamat, visi transformasi,
M
visi pemeliharaan, visi pemberdayaan, dan visi kekekalan. Strateginya
adalah strategi pemberdayaan, penyelematan, dan pembaruan. Sistem
nilai, ajaran, dan prinsip-prinsip kristiani menjadi pegangan, landasan,
acuan, dan arahan utama dalam memilih pola komunikasi, skenario
yang akan digelar.1
M
Di sini Parapak ingin mengatakan bahwa kehidupan bermasyarakat,
dalam mengelola bisnis atau aktivitas apa saja dalam hubungannya
dengan berkomunikasi dengan sesama umat manusia, mestilah diwarnai
oleh nilai-nilai spiritual. Jadi, nilai-nilai spiritual tidak hanya hadir
U

ketika di geraja, ketika di masjid, ketika di wihara, atau ketika di pura,


tetapi menjadi napas dalam kehidupan sehari-hari termasuk dalam
dunia bisnis. Saya kutipkan beberapa ungkapan dari Al-Kitab dalam
kaitan kaitan dengan spiritual. Dalam Al-Kitab dikatakan, “Bangsa yang
D

tidak mendapat bimbingan dari Tuhan, menjadi bangsa yang penuh


kekacauan…” (Amsal 29: 18). Dan orang yang mengandaikan Tuhan…
akan terbang tinggi seperti burung rajawali” (Yesaya 40: 31). Kemudian
dalam kitab Ulangan dikatakan, “Ingat bahwa Tuhan Allah-mulah yang
memberi kekayaan itu kepadamu…”(Ulangan 8: 18).
Richard Gaylord Briley, dalam membahas bunyi Al-Kitab di atas,
ketika menjelaskan pentingnya spiritual dalam mewarnai segala

1
Jonatahan L. Parapak, Kepemimpinan Kristiani: Spiriyual, Etika dan Teknik-
teknik kepemimpinan dalam era Penuh Perubahan, UPI STT; Jakarta, 2001

34 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


macam kegiatan sehari-hari menuju kesuksesan mengatakan, “Tuhan
tidak menjalankan bisnis yang gagal. Kisah paling tua dalam Al-Kitab
adalah kisah sukses! Hanya sedikit orang pada zaman sekarang yang
mengetahui hal ini karena hanya sedikit orang yang memperlakukan
Al-Kitab seperti yang dilakukan orang tua kita, sebagai buku petunjuk
Tuhan untuk kehidupan sehari-hari. Al-kItab memberitahu kita
bagaimana caranya untuk hidup, bukan hanya bagaimana cara untuk
mati; menunjukkan bagaimana cara untuk makmur, bukan hanya
bagaimana cara mengatasi kemiskinan.”
Kehidupan yang spiritual adalah hidup dalam kelimpahan kasih,

Y
dengan cara yang membuat kehidupan semakin kaya bagi semua orang.
Bagaimana kita dapat hidup dalam suasana yang mampu meningkatkan
kesejahteraan dan pengembangan diri sendiri, dengan lingkungan
sekitar (masyarakat dan bisnis), jika kita tidak dapat menghayati sesama.
M
Spiritual kristen dan moral kristen menyatu dalam kehidupan yang
baik. Spiritual erat berkaitan dengan sumber tindakan-tindakan kita.
Jika kita memahami bahwa tujuan hidup adalah menjalin keakraban
dengan Tuhan, maka tak akan terjadi perpisahan yang sesungguhnya
antara kehidupan moral dan spiritual. Makna kehidupan yang kita cari,
M
rasa lapar kita akan kasih, serta keinginan untuk menjalin hubungan
atau mencari pemenuhan merupakan tanggapan terhadap Tuhan yang
memberikan diri-Nya.
Sendjaya, seorang pendeta yang juga seorang doktor di bidang
U

kepemimpinan, dalam bukunya, Konsep Karakter Kompetensi Kepemimpinan


Kristen, mengatakan bahwa berbagai masalah yang kompleks dan akut
dalam berbagai jenis organisasi bermuara pada absennya kepemimpinan
yang berlandaskan Al-Kitab.Tidak peduli apakah itu organisasi bisnis,
D

pemerintah, pendidikan, kemanusiaan, maupun gereja. Saya yakin


prinsip-prinsip kepemimpinan Bibikal bersifat universal dan relevan
dalam berbagai konteks kontemporer di era pasca modern ini. Bahkan
banyak perusahaan multinasional yang sukses di dunia ini tanpa sadar
sedang menerapkan prinsip dan pola yang berasal dari Al-Kitab.
Sendjaya juga mengatakan, riset menunjukkan bahwa etika bisnis
sering kali hanya menjadi retorika manis di bibir karena para pemimpin
perusahaan bertindak tidak etis dalam relasinya dengan para pegawai,
pelanggan, pemegang saham, dan publik secara luas. Karena itu,

Bab 3 | Spiritual Marketing Sebagai Jiwa Bisnis 35


sahabat saya, syafii Antonio, pakar Ekonomi Islam, ketika menjelaskan
makna keadilan dalam hubungannya dengan moralitas dalam bisnis,
mengatakan bahwa konsep keadilan dalam Islam berimplikasi kepada
keadilan sosial dan keadilan ekonomi (praktik bisnis).
Dalam konteks keadilan sosial, Islam menganggap umat manusia
sebagai suatu keluarga. Maka, semua anggota keluarga ini mempunyai
derajat yang sama di hadapan Allah. Hukum Allah tidak membedakan
yang kaya dan yang miskin, demikian juga tidak membedakan yang
warna kulitnya terang atau gelap. Secara sosial, nilai-nilai yang
membedakan satu dengan yang lain adalah ketakwaan, ketulusan hati,

Y
kemampuan, dan pelayanannya pada kemanusiaan. Rasulullah Saw.
bersabda: “ Sesungguhnya Allah tidak melihat pada wajah dan kekayaannu,
tetapi pada hati dan perbuatan (yang ikhlas). (HR Ibnu Majjah).
Sifat-sifat tersebut merupakan cermin dari ketakwaan seseorang.
M
Lebih tegas lagi, Rasulullah menekankan akibat buruk dari diskriminasi
hukum. Rasullah menekankan pentimhnya penegakan kesetaraan hukum
bagi siapa pun. Sehubungan dengan ini, Rasulullah bersabda:”Andaikan
Fatimah, anak perempuan Muhamad mencuri, sungguh aku sendiri yang akan
M
memotong tangannya.” (HR Nas’i).
Sedangkan keadilan ekonomi menurut Syafii Antonio, yaitu bahwa
konsep persaudaraan dan perlakuan yang sama bagi setiap individu
dalam masyarakat dan di hadapan hukum harus diimbangi dengan
keadilan ekonomi. Tanpa pengimbangan tersebut, keadilan sosial
U

akan kehilangan makna. Dengan keadilan ekonomi, setiap invidu akan


mendapatkan hak-haknya sesuai dengan kontribusi masing-masing
kepada masyarakat. Setiap invidupun harus terbebas dari eksploitasi
individu lainnya. Islam dengan tegas melarang seorang muslim
D

merugikan orang lain.


Allah berfirman, “Dan janganlah kalian merugikan manusia pada
hak-haknya dan janganlah kalian merajalela di muka bumi dengan membuat
kerusakan.”(QS Al-Syuara: 26, 183). Demikian pula kaidah dalam bisnis
syariah mengatakan: “La Dharara wal Dhirara.” (tidak boleh mendhalimi
dan tidak boleh didhalimi).
Konsep keadilan ekonomi dalam Islam mengharuskan setiap orang
mendapatkan haknya dan yidak mengambil hak atau bagian orang
lain. Rasulullah bersabda ; “Wahai manusia, takutlah akan kezaliman

36 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


(ketidakadilan), sebab sesungguhnya dia akan menjadi kegelapan pada
hari pembalasan nanti.” (HR Ahmad). Karena itu, pengelolaan bisnis yang
didasarkan pada semangat spiritual, di masa depan akan menjadi suatu
kebutuhan bagi para pelaku profesional. Kita tidak bisa lagi mengelola
perusahaan dengan hati yang kering dengan nilai-nilai spiritual, karena
ini telah terbukti hanya akan menjerumuskan perusahaan ke jurang
kehancuran dan kebangkrutan.

2. Spiritual Marketing Pada Lembaga Keuangan Syariah


Seperti yang dikatakan Ahmad Riawan Amin, CEO Bank Muamlat

Y
Indonesia, bahwa di bank yang dipimpinnya karyawan berkreasi
berdasarka “prinsip-prinsip langit” (celestial principle). Karyawan tidak
hanya dituntut menyelenggarakan prinsip pengelolaan usaha yang
sehat yang dikenal dengan Goog Corporate Governance, melainkan juga
M
melaksanakan prinsip God Corporate Governance dengan transparansi dan
akuntabilitas yang tinggi. Mereka bekerja tidak semata karena alasan
finasial, tetapi termotivasi pengabdian kepada Sang Maha Pencipta.
Mempersembahkan kinerja terbaik bagi perusahaan menjadi kunci
M
untuk memasuki pintu keabadian menuju-Nya.
Lebih lanjut, Riawan Amin mengatakan bahwa semestinya semua
aktivitas pengelolaan –apakah itu pengelolaan bisnis atau bahkan
pengelolaan negara- semestinya diwarnai semangat spiritual yang
menyebarkan kebaikan, bukan kejahatan; menumbuhkan kooperasi,
U

bukan monopoli; mengedepankan kebersihan dan kejujuran, dan bukan


ketamakan dan keangkuhan.
Takaful, perusahaan asuransi syariah pertama di Indonesia,
D

mencoba menerapkan nilai-nilai spiritual ini jauh-jauh hari si awal


berdirinya. Seperti dituturkan Agus Haryadi, salah seorang pendiri dan
sekaligus CEO Takaful Keluarga. Beliau mengatakan, Takaful adalah
salah satu dari institusi syariah dalam bidang Islamic Insurance yang
cukup ketat dalam membangun spiritual marketing. Karena itu, di
institusi ini benar-benar dibangun corporate culture yang islami. Misalnya,
membiasakan seluruh karyawan untuk shalat secara berjamaah untuk
membangun kebersamaan, membiasakan untuk shaum (puasa) senin
dan kamis untuk merangsang kepekaan hati merasakan suasana lapar
yang sehari-hari dirasakan orang-orang miskin, membiasakan ucapan

Bab 3 | Spiritual Marketing Sebagai Jiwa Bisnis 37


salam “Assalamu’alaikum” sebagai suatu ungkapan doa kepada pihak
lain agar senantiasa mendapat keselamatan dan keberkahan, dan lain
sebagainya.
Salah satu contoh spiritual marketing adalah yang dilakukan
Pondok Pesantren Daarut Tauhid pimpinan KH. Abdullah Gymnastiar
atau yang lebih dikenal dengan panggilan Aa Gym. Spiritual marketing
tidak berarti dia melakukan bisnis yang berhubungan dengan masalah
agama, atau yang berhubungan dengan ritual ibadah, tetapi spiritual
marketing yang dimaksud disini artinya kita mampu memberikan
kebahagiaan kepada setiap orang yang terlibat dalam berbisnis, baik

Y
diri kita sendiri, pelanggan, pemasok, distributor, pemilik modal, dan
bahkan para pesaing kita. Kita harus mencintai pelanggan dan sekaligus
juga menghargai para pesaing.
Bisnis berlandaskan syariah sangat mengedepankan sikap dan
M
perilaku yang simpatik, selalu bersikap bersahabat dengan orang lain,
dan orang lain pun dengan mudah bersahabat dan bermitra dengannya.
Rasulullah Saw. bersabda: “Semoga Allah memberikan rahmatNya kepada
orang yang murah hati (sopan) pada saat ia menjual, membeli, atau saat ia
M
menuntut haknya.”
Allah Swt. dalam Al-Qur’an mengajarkan untuk senantiasa rendah
hati, berwajah manis, bertutur kata baik, berperilaku sopan termasuk
dalam aktivitas berbisnis. Firman Allah, “Janganlah kamu memalngkan
mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka
U

bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak meyukai orang-orang yang


sombong lagi membanggakan diri. Sederhanakanlah kamu dalam berjalan, dan
lunakkanlah suaramu. Sungguh seburuk-buruk suara adalah suara keledai.”
(QS Luqman 31:18-19).
D

Suatu bisnis, sekalipun bergerak dalam bidang yang berhubungan


dengan agama, jika tidak mampu memberikan kebahagiaan kepada
semua pihak, berarti belum melaksanakan spiritual marketing.
Sebaliknya, jika dalam berbisnis kita sudah mampu memberikan
kebahagiaan, menjalankan kejujuran dan keadilan, sesungguhnya kita
telah menjalankan spiritual marketing, apa pun bidang yang kita geluti.
Dalam bisnis travel haji misalnya, sekalipun mengurudi orang yang
sedang menjalankan ibadah haji, jika dalam pengelolaannya terdapat
penyimpangan-penyimpangan dati segi fasilitas dan akomodasi setelah

38 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


di tanah Suci, tidak sesuai dengan yang dijanjikan dan dipromosikan
sebelumnya, berarti sesungguhnya bisnis ini tidak berjalan dengan
konsep bisnis sayiah. Ia pun belum menjalankan spiritual marketing.
Karena itu, Allah Swt. sangat menekankan kejujuran dan keadilan
dalam bisnis syariah. Dalam spiritual marketing, pesaing bukanlah
musuh, yang kepadanya kita mengarhkan mocong senjata, mencari
kelemahan, lalu mengangkat kelemahan tersebut untuk menyerangnya.
Spiritual marketing justru menjunjung tinggi nilai-nilai moral, dan
selalu menjaga hubungan baik dan kemitraan dengan pesaing.
Persaingan, dalam paradigma spiritual marketing, adalah hal-hal

Y
baik karena persaingan turut membesarkan pasar. Jika kita sukses,
berarti permintaan pasar terhadap penawaran kita juga akan membesar.
Tentu saja kita juga keterbatasan-keterbatasan, sehingga tidak semua
permintaan dapat kita penuhi. Nah permintaan pasar seperti inilah yang
M
nantinya akan dipenuhi para pesaing kita.
Karena itu, dalam spiritual marketing, kita lebih menempatkan
pesaing sebagai mitra ketimbang sebagai musuh yang harus dipukul,
diangkat kejelekannya atau kelemahannya, dihalang-halangi langkahnya,
M
Allah berfirman: “Tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan
dan takwa, janganlah tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.”
(QS Al-Maidah (5): 2)
Memang spiritual marketing bertujuan untuk mencapai suatu
solusi yang adil dan transparan bagi semua yang terlibat. Di dalmnya
U

terdapat nilai-nilai moral dan kejujuran. Tidak ada pihak yang merasa
dirugikan. Tidak akan pula pihak yang berburuk sangka (Su’udzan).
Nilai-nilai spiritual dalam berbisnis juga akan mampu memperbaiki inner-
side Sebaliknya, spiritual seseorang, ia pun akan mampu menjalankan
D

bisnisnya dengan lebih tenang dan dicintai oleh semua pihak.


Saya melihat untuk saat ini Aa Gym adalah salah satu contoh konkret
seorang spiritual marketer. Betapa tidak, ia telah mengelola 19 perusahaan
dalam bidang bisnisnya dengan sukses. Ketika orang sulit memasarkan
perumahan di Bandung misalnya, cukup dengan sekali himbauan oleh Aa
Gym dalam siaran radio di pagi hari, maka perumahan yang ditawarkan
habis terjual 400 unit hanya dalam waktu kurang dari satu bulan, bahkan
masih terdapat 200 orang yang dalam daftar tunggu.

Bab 3 | Spiritual Marketing Sebagai Jiwa Bisnis 39


Inilah kisah nyata spiritual marketing.spiritual marketing adalah
puncak dari marketing itu sendiri. Spiritual Marketing as the soul of bisnis
akan menjadi jiwa dari suatu bisnis. Ia bagai pelita yang menerangi
lingkungannya memancarkan cahaya keberana,di tengah-tengah
kegelapan. Meluruskan praktik-praktik pemasaran yang menyimpang
seperti kecurangan, kebohongan, propaganda, iklan palsu, penipuan,
kezaliman dan lain sebagainya. Karena itu nilai-nilai kebenaran
yang dianut seseorang akan selalu terpancar dalam praktik spiritual
marketingnya sehari-hari.
Bagi kaum muslimin, spiritual marketing sangat sarat dengan nilai-

Y
nilai sayariah dan dalam implementasinya selalu dijiwai oleh nilai-nilai
kebenaran yang terpancar dari Al-Qur’an dan sunnah Nabi. Memancarkan
cahaya untuk menerangi kegelapan yang pekat dalam dunia bisnis. Firman
Allah’ “Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpanaan cahaya
M
Allah adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang didalamnya ada pelita
besar. Pelita itu ada di dalam kaca dan kaca-kaca itu seakan-akan bintang (yang
bercahaya), seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak
berkahnya , yaitu pohon Zaitun yang tumbuh tidak disebelah timur dan tidak
pula sebelah barat. Yang minyak-minyaknya saja hampir-hambir menerangi
M
walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah
membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah
membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah maha
Mengetahui segala sesuatu” (QS An-Nur (24): 35)
U

Spiritual marketing adalah bentuk pemasaran yang dijiwai nilai-


nilai spiritual Islam dalam segala proses dan transaksinya, hingga ia
sampai pada sautu tingkat ketika semua stakeholder utama dalam bisnis
(penggan, karyawan, pemegang saham, dan bahkan para pesaing )
D

pemasok, distributor, dan bahkan pesaing sekalipun memperoleh


kebahagiaan . lebih dari itu, bagi seorang muslim, spiritual marketing
mengandung nilai-nilai ibadah dan diyakini mendapat ganjaran pahala
dari Allah Swt. di akhirat kelak.
Bagi seorang muslim dalam kaitan keyakinan di atas, Allh Swt.
Berfirman: “Hai orang-orang beriman sukakah kamu aku tunjukkan suatu
pernigaan (bisnis) yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih ? Yaitu,
kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan
harta dan jiwamu, itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahuinya.

40 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam
surga yang mengalir di bawahnya sungai-suanga, dan memasukkanmu ke tempat
tinggal yang baik di surga ‘And. Itulah keberuntungan yang besar. Dan ada lagi
karunia lain yang kamu sukai, yaitu pertolongan Allah dan kemenangan yang
dekat (waktunya). Sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang
beriman. (QS Ash-Shaf (61: 10-13)
Kemudian Rasulullah bersabda: “ ketahuilah bahwa surga adalh baranga
dagangan Allah, dan ketahuilah barang-barang dari surga mahal harganya.
(HR Tirmidzi).
Sebenarnya, spiritual marketing ini dapat kita laksanakan dengan

Y
optimal jika dalam segala hal aktivitas sehari-hari kita menempatkan
Tuhan sebagai Stakeholder utama. Inilah perbedaan pokok antara
pemasaran biasa dan spiritual marketing. Kita menempatkan Tuhan
sebagai satu-satunya pemilik kepentingan (The ultimate stakeholder).
M
Akuntabilitas dan responbilitas diterjemahkan sebagai pertanggung
jawaban di padang mahsyar (yaumul hisab).. kelak yang merupakan
pengadilan abadi terhadap sepak terjang manusia (termasuk para pelaku
bisnis), baik yang tersurat maupun yang tersirat. Allah Swt. berfirman:
M
”Aakah manusiamengira ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung
jawaban) (QS Qiyamah 75: 36)

C. Latihan Soal
U

1. Jelaskan konsep spiritual marketing dalam pemasaran syariah!


2. Jelaskan implikasi spiritual marketing bagi perkembangan bisnis
apabila dijalankan dengan maksimal!
D

DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahan, Lembaga Percetakan Al-Qur’an
Raja Fahd, 1418 H.
Didin Hafidhuddin & Hendri Tanjung, Manajemen Syariah Dalam Praktik.
Gema Insani, 2003.
Hermawan Kartajaya, Hermawan Kartajaya On Marketing, Gramedia,
Jakarta 2002.

Bab 3 | Spiritual Marketing Sebagai Jiwa Bisnis 41


Muhammad Sula dan Hermawan Kertajaya. Syariah Marketing, Jakarta.
Mizan. 2005.
Muhammad Husein Haekal, Hayat Muhammad  (Sejarah Hidup
Muhammad, Terj.), Timtamas, 1984.
Muhammad Abdul gani, The Spritualy In Business, Pena Pundi Aksara,
Jakarta, 2005.
M. Nur Rianto Al Arif. Dasar-dasar Pemasaran Bank Syariah,  Alpabeta
Bandung, 2010.
Philip Kotler dan Gary Armstrong, Principles Of Marketing, Ninth Edition,
Prentice Hall, Inc, 1980.

Y
M
M
U
D

42 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


BAB 4
KARAKTERISTIK
MARKETING SYARIAH

Y
A. Tujuan Pembelajaran
M
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai konsep dasar pemasaran
syariah dan Karakteristik Pemasaran Syariah. Melalui Risetasi, Anda
M
harus mampu:
1. Menjelaskan konsep dasar pemasaran syariah.
2. Menjelaskan karakteristik pemasaran syariah.
U

3. Menilai secara kritis konsep dasar dan karakteristik pemasaran


syariah.

B. Uraian Materi
D

1. Konsep Dasar Pemasaran Syariah


Banyak pendapat yang mengatakan bahwa pasar syariah adalah pasar
yang bersifat emosional sedangkan pasar konvensional adalah pasar yang
rasional. Maksud dari pertanyaan ini adalah orang tertarik untuk berbisnis
pada pasar syariah hanyalah karena alasan emosional keagamaan semata
dan bukan karena ingin mendapatkan keuntungan finansial –yang menurut
sebagian pihak- dikatakan sebagai sesuatu yang bersifat rasional. Sebaliknya
pada pasar konvensional, orang ingin mendapatkan keuntungan finansial
sebesar-besarnya tanpa terlalu peduli apakah bisnis yang digelutinya

43
mungkin menyimpang atau malah bertentangan dengan ajaran Islam atau
apakah cara yang dipergunakan apakah menggunakan cara-cara yang kotor
ataukah tidak. Benarkah telah terjadi dikotomi antara pasar emosional
dan pasar rasional? Dan apakah pasar syariah itu awalnya hanyalah pasar
emosional kemudian bergeser ke pasar rasional? Pakar ekonomi syariah
K.H. Didin Hafidhudin membantah argumentasi di atas, menurut beliau
orang-orang yang dikatakan selama ini berada di pasar emosional justru
sebenarnya sangat rasional dalam menentukan pilihan. Orang yang berada
dalam kategori pasar emosional biasanya lebih kritis, lebih teliti dan lebih
cermat dalam membandingkan dengan lembaga keuangan konvensional
yang selama ini digunakan sebelum menentukan pilihan ke pasar syariah.

Y
Pendapat ini diperkuat oleh salah seorang praktisi perbankan syariah
yang merupakan salah satu mantan direksi Bank Muamalat Indonesia
Budi Wisakseno yang mengatakan bahwa pemahaman dikotomi
M
antara nasabah rasional dan nasabah emosional adalah keliru. Cara
berpikir seperti itu, dilandasai oleh teori pemasaran konvensional
yang berpaham sekuler yang memisahkan kehidupan dunia dengan
kehidupan spiritual–di mana segala hal yang berlandaskan cara berpikir
keagamaan serta merta akan dianggap sebagai sesuatu yang tidak rasional.
M
Ketika seorang nasabah rasional mendapatkan informasi bahwa suku
bunga bank konvensional sedang tinggi, ia akan menarik dananya di
bank syariah dan memindahkannya ke bnak konvensional. Menurut
teori pemasaran konvensional ini adalah sikap yang rasional karena dia
mencoba menghindar dari situasi yang kurang menguntungkan. Namun
U

sebenarnya ini juga bisa dikatakan cara berpikir emosional, karena hanya
mempertimbangkan keuntungan dunia tetapi mengabaikan keuntungan
akhirat. Sebaliknya, seorang nasabah yang menurut sebagian pihak
dikatakan emosional karena mengedepankan nilai-nilai ajaran agama Islam
D

dalam setiap pengambilan keputusan investasi sebenarnya mempunyai


dua perspektif waktu. Pertama, perspektif waktu sekarang yaitu ketika ia
masih hidup di dunia. Kedua, perspektif waktu setelah mati, yaitu periode
sejak nasabah meninggal atau kehidupan alam kubur sampai dengan
waktu saat manusia akan dihitung amal baik dan buruknya selama hidup
di dunia (hisab).
Praktik bisnis dan pemasaran tengah mengalami pergeseran dan
mengalami transformasi dari level intelektual (rasional), ke emosional,
dan akhirnya ke spiritual. Di level intelektual (rasional), pemasar akan

44 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


menyikapi pemasaran secara fungsional-teknikal dengan menggunakan
sejumlah tools pemasaran, seperti segmentasi pasar, bauran pemasaran
(marketing mix), targeting, branding, positioning, dan sebagainya.
Kemudian di level emosional, kemampuan pemasar dalam
memahami emosi dan perasaan pelanggan menjadi penting. Di sini
pelanggan akan dilihat sebagai manusia seutuhnya, lengkap dengan
emosi dan perasaannya. Jika di level intelektual otak kiri si pemasar yang
paling berperan, di level emosional otak kananlah yang lebih dominan.
Jika di level emosional pemasaran layaknya sebuah robot untuk mencetak
penjualan. Di level emosional pemasaran menjadi seperti manusia yang

Y
berperasaan dan empatik. Pemasar menempatkan konsumen sebagai
subjek dan tidak hanya sebagai objek pembeli produk perusahaan,
sehingga kebutuhan konsumen akan didengarkan dan berusahan untuk
diwujudkan. Beberapa konsep pemasaran yang ada pada level emosional
M
antara lain experimental marketing dan emotional branding.
Di level spiritual, pemasaran sudah disikapi sebagai bisikan nurani dan
panggilan jiwa. Di sini praktik pemasaran dikembalikan kepada fungsinya
yang hakiki dan dijalankan dengan moralitas yang kental. Prinsip-prinsip
M
kejujuran, empati, cinta dan kepedulian terhadap sesama menjadi dominan.
Jika di level intelektual bahasa yang digunakan adalah “bahasa logika” dan
di level emosional adalah “bahasa rasa”, maka di level spiritual digunakan
“bahasa hati”. Kasus runtuhnya sejumlah perusahaan besar seperti Enron
dan World Com akibat pemalsuan laporan keuangan adalah menunjukkan
U

betapa hebatnya strategi pemasaran yang digunakan hanya dengan


menggunakan rasio tanpa mengindahkan bahasa hati –seperti kejujuran,
etika, dan moral- akan runtuh karena cenderung untuk menghalalkan
segala macam cara untuk meraihnya.
D

Spiritual marketing merupakan tingkatan tertingi. Orang tidak


semata-mata menghitung lagi untung atau rugi, tidak terpengaruh
lagi dengan hal-hal yang bersifat duniawi. Panggilan jiwalah yang
mendorongnya karena di dalamnya mengandung nilai-nilai spiritual.
Dalam bahasa syariah spiritual marketing adalah tingkatan “pemasaran
langit”, yang karena di dalam keseluruhan prosesnya tidak ada yang
bertentang prinsip dan aturan syariat. Setiap langkah, aktivitas dan
kegiatannya akan selalu seiring dengan bisikan nurani, tidak akan ada
lagi hal-hal yang berlawanan dengan hati nurani.

Bab 4 | Karakteristik Marketing Syariah 45


Selain itu, dalam syariah marketing, bisnis yang disertai dengan
keikhlasan semata-mata hanya untuk mencari keridhaan Allah, maka
seluruh bentuk transaksinya insya Allah menjadi ibadah di hadapan
Allah Swt. Ini akan menjadi bibit dan modal dasar baginya untuk
tumbuh menjadi bisnis yang besar, yang memiliki spiritual brand, yang
memiliki kharisma, keunggulan, dan keunikan yang tak tertandingi.
Dalam spiritual marketing, hal-hal yang sekiranya dapat merugikan
konsumen akan berusaha untuk dihindarkan.
Kejutan besar dilakukan Stephen R Covey di mana dia telah
menerbitkan buku baru yang menambahkan dari “The 7 Habit of Highly

Y
Effective People” menjadi “The 8th Habit: From Effectiveness to Greatness. Covey
akhirnya berkesimpulan bahwa faktor spiritual merupakan faktor kunci
terakhir yang harus dimiliki seorang pemimpin dalam suatu perusahaan,
ia menyebutnya dengan “Voice”. Seorang pemimpin harus memiliki empat
M
style, “The 4 Roles of Leadership” yaitu “Pathfinding (perintisan), Aligning
(penyelerasan), Empowering (pemberdayaan), dan Modeling (panutan). Pada
bagian akhir inilah Covey kemudian menyadari bahwa untuk menjadi
seorang pemimpin yang bisa jadi panutan, seorang pemimpin haruslah
memimpin berdasarkan prinsip. Pemimpin harus mampu menyatukan
M
apa yang diucapkan (kata) dengan perbuatan dan pemimpin adalah
seseorang yang layak dipercaya. Kata kunci untuk semua ini adalah
kejujuran yang senantiasa menjadi bagian dari nilai-nilai spiritual.
U

2. Karakteristik Pemasaran Syariah


Kata “syariah” (al-syari’ah) telah ada dalam bahasa arab sebelum
turunnya Al-Quran. Kata yang semakna dengannya juga ada dalam Taurat
dan Injil. Kata syari’at dalam bahasa Ibrani disebutkan sebanyak 200 kali,
D

yang selalu mengisyaratkan pada makna “kehendak Tuhan yang diwahyukan


sebagai wujud kekuasaan-Nya atas segala perbuatan manusia.”1
Dalam Al-Quran kata syari’ah disebutkan hanya sekali dalam
Surah Al-Jatsiyah, “Kemudian Kami Jadikan kamuberda didalam suatu syariat
(peraturan) dari urusan (agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah
kalu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui” (QS Al-
Jatsiyah: 18).

Steven R. Covey. The 7 Habits of Highly Effective People. Bainarupa Aksara,


1

1997. Jakarta

46 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


Kemudian kata itu muncul dalam bentuk kata kerja dan turunnya
sebanyak tiga kali:
“Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah
diwasiatkan_Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu,
dan apa yang telah kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa…” (QS As-
Syura: 13) “Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan
jalan” (QS Al-Maidah: 48).
“Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang
mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah? Sekiranya tak
ada ketetapan yang menentukan (dari Alllah), tentulah mereka telah dibinasakan.

Y
Dan sesunggguhnya orang-orang yang zalim itu akan memperoleh azabyang amat
pedih” (QS As-Syur: 21).
Kata syariah berasal dari kata syara’a  al-syai’a yang berarti
‘menerangkan’ atau ‘menjelaskan sesuatu’.2 Atau berasal dari kata
M
syir’ah dan syari’ah yang berarti ‘suatu tempat yang dijadikan
sarana untuk mengambil air secara langsung sehingga orang yang
mengambilnya tidal memerlukan bantuan alat lain.3.
Syaikh Al-Qardhawi44 mengatakan, cakupan dari pengertian syariah
M
menurut pandangan Islam sangatlah luas dan komprehensif (al-syumul).
Didalamnya mengandung makna mengatur seluruh aspek kehidupan, mulai
dari aspek ibadah (hubungan manusia dengan Tuhannya), aspek keluarga
(seperti nikah, talak, nafkah, wasiat, warisan), aspek bisnis (perdagangan,
industri, perbankan, asuransi, utang-piutang, pemasaran, hibah), aspek
U

ekonomi (permodalan, zakat, baitul Maal, fa’i, ghanimah), aspek hukum


dan peradilan, aspek undang-undang hingga hubungan antar Negara.
Pemasaran sendiri adalah bentuk muamalah yang dibenarkan dalam
D

Islam, sepanjang dalam segala proses transaksinya terpelihara dari hal-


hal terlarang oleh ketentuan syariah.
Philip Kotler  mendefinisikan pemasaran sebagai  “Sebuah proses
sosial dan manajerial di mana individu-individu dan kelompok-kelompok

2
2Encyclopedia Brittanica, X, (Micropeadia)). H. 49. Dikutip dari Hermawan
Kartajaya, Syariah marketing, ,Ushul Al-Syariah (Nalar Kritis Syariah). Kairo, Mesir, 1978
3
Lihat Mu’jam Alfazh Al-Qur’an Al-Karim, kairo: Majma’Al-Lughan Al’Arabiyah,
Jus 2, hlm. 13
4
Yusuf Qardawi, Madkhal Li Dirasah Al-Syaria’ah Al-Islamiyyah, Maktabah,
kairo, 1990 M.

Bab 4 | Karakteristik Marketing Syariah 47


mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan
penawaran, dan pertukaran produk-produk atau value dengan pihak
lainnya.  Definisi ini berdasarkan konsep-konsep inti,
seperti: kebutuhan, keinginan dan permintaan produk-produk
(barang, layanan, dan ide), value, biaya dan kepuasan, pertukaran dan
transaksi, hubungan dan jaringan, pasar dan pemasar serta prospek.  Ini
artinya bahwa dalam syariah marketing, seluruh  proses, baik proses
penciptaan, proses penawaran, maupun proses perubahan nilai (value),
tidak boleh ada hal-hal yang bertentangan dengan akad dan prinsip-
prinsip muamalah yang Islami. Sepanjang hal tersebut dapat dijamin,

Y
dan penyimpangan prinsip-prinsip muamalah islami tidak terjadi dalam
suatu transaksi apa pun dalam
pemasaran dapat dibolehkan. Dalam kaidah fiqh dikatakan, al
muslimuuna ala syurutihim illa syarthan harrama halalan aw ahalla haraman
M
(kaum muslimin terikat dengan kesepakatan-kesepakatan bisnis yang
mereka buat, kecuali kesepakatan yang mengharamkan yang halal
Ada 4 karakteristik syariah marketing yang dapat menjadi panduan
bagi para pemasar sebagai berikut:5
M
a. Teistis (rabbaniyyah): jiwa seorang syariah marketer meyakini
bahwa hukum-hukum syariat yang teistis atau bersifat ketuhanan
ini adalah yang paling adil, paling sempurna, paling selaras dengan
segala bentuk kebaikan, paling dapat mencegah segala bentuk
kerusakan, paling mampu mewujudkan kebenaran, memusnahkan
U

kebatilan dan menyebarluaskan kemaslahatan.


b. Etis (akhlaqiyyah): Keistimewaan lain dari syariah marketer selain
karena teistis (rabbaniyyah) juga karena ia sangat mengedepankan
D

masalah akhlak (moral, etika) dalam seluruh aspek kegiatannya,


karena nilai-nilai moral dan etika adalah nilai yang bersifat
universal, yang diajarkan oleh agama.
c. Realistis (al-waqiyyah): syariah marketer adalah konsep pemasaran
yang fleksibel, sebagaimana keluasan dan keluwesan syariah
islamiyah yang melandasinya. Syariah marketer adalah para
pemasar profesional dengan penampilan yang bersih, rapi dan

Muhammad Sula dan Hermawan Kertajaya. Syariah Marketing, Jakarta. Mizan.


5

2005

48 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


bersahaja, apa pun model atau gaya berpakaian yang dikenakannya,
bekerja dengan mengedepankan nilai-nilai religius, kesalehan,
aspek moral dan kejujuran dalan segala aktivitas pemasarannya.
d. Humanistis (insaniyyah): keistimewaan syariah marketer yang
lain adalah sifatnya yang humanistis universal, yaitu bahwa
syariah diciptakan untuk manusia agar derajatnya terangkat,
sifat kemanusiaannya terjaga dan terpelihara, serta sifat-sifat
kehewanannya dapat terkekang dengan panduan syariah. Syariat
Islam diciptakan untuk manusia sesuai dengan kapasitasnya tanpa
menghiraukan ras, jenis kelamin, warna kulit, kebangsaan dan

Y
status. Hal inilah yang membuat syariah memiliki sifat universal
sehingga menjadi syariah humanistis universal.

C. Latihan Soal
M
1. Jelaskan konsep dasar marketing syariah yang diajarkan dalam Al-
Qur’an!
2. Bagaimana implementasi dari karakteristik marketing syariah yang
M
berisi rabbaniyah, akhlakiyah, waqiiyyah dan insaniyyah apabila dibawa
kepada lingkungan bisnis?

DAFTAR PUSTAKA
U

Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahan, Lembaga Percetakan Al-Qur’an


Raja Fahd, 1418 H.
Budi Wisakseno, Rasionalitas Nasabah Perbankan Syariah, republika, Jumat,
23 Pebruari 2005.
D

Didin Hafidhuddin & Hendri Tanjung, Manajemen Syariah Dalam Praktik.


Gema Insani, 2003.
Hermawan Kartajaya, Aa Gym: A Spritual Marketer. Mark Plus & Co., 2005.
Hermawan Kartajaya, Hermawan Kartajaya On Marketing, Gramedia,
Jakarta 2002.
Muhammad Sula dan Hermawan Kertajaya. Syariah Marketing, Jakarta.
Mizan. 2005.

Bab 4 | Karakteristik Marketing Syariah 49


Muhammad Husein Haekal, Hayat Muhammad  (Sejarah Hidup
Muhammad, Terj.), Timtamas, 1984 .
Muhammad Abdul gani, The Spritualy In Business, Pena Pundi Aksara,
Jakarta, 2005.
M. Nur Rianto Al Arif. Dasar-dasar Pemasaran Bank Syariah,  Alpabeta
Bandung, 2010.
Philip Kotler dan Gary Armstrong, Principles Of Marketing, Ninth Edition,
Prentice Hall, Inc, 1980.

Y
M
M
U
D

50 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


BAB 5
CARA BERBISNIS NABI
MUHAMMAD SAW.

Y
A. Tujuan Pembelajaran
M
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai cara Nabi Muhammad
dalam menjalankan bisnis serta nilai-nilai etis yang harus dipegang oleh
M
seorang marketer. Melalui Risetasi, Anda harus mampu:
1. Menjelaskan sejarah perjalanan hidup Nabi Muhammad dalam
berbisnis.
2. Menjelaskan etika bisnis yang diajarkan Nabi Muhammad Saw.
U

3. Menilai secara kritis cara berbisnis Nabi Muhammad dan


konteksnya pada masa sekarang.
D

B. Uraian Materi
1. Cara Berbisnis Nabi Muhammad Saw.
Nabi Muhammad Saw. tercatat dalam sejarah adalah pembawa
kemaslahatan dan kebaikan yang tiada bandingan untuk seluruh umat
manusia. Bagaimana tidak karena Rasulullah Saw. telah membuka
zaman baru dalam pembangunan peradaban dunia. Beliaulah adalah
tokoh yang paling sukses dalam bidang agama (sebagai Rasul) sekaligus
dalam bidang duniawi (sebagai pemimpin negara dan peletak dasar
peradaban Islam yang gemilang selama 1000 tahun berikutnya).

51
Kesuksesan Rasulullah Saw. itu sudah banyak dibahas dan diulas
oleh para ahli sejarah Islam maupun Barat. Namun ada salah satu
sisi Muhammad Saw. ternyata jarang dibahas dan kurang mendapat
perhatian oleh para ahli sejarah maupun agama yaitu sisinya sebagai
seorang pebisnis ulung. Padahal manajemen bisnis yang dijalankan
Rasulullah Saw. hingga kini maupun di masa mendatang akan selalu
relevan diterapkan dalam bisnis modern. Setelah kakeknya yang
merawat Muhammad Saw. sejak bayi wafat, seorang pamannya yang
bernama Abu Thalib lalu memeliharanya.
Abu Thalib yang sangat menyayangi Muhammad Saw. sebagaimana

Y
anaknya sendiri adalah seorang pedagang. Sang paman kemudian
mengajari Rasulullah Saw. cara-cara berdagang (berbisnis) dan bahkan
mengajaknya pergi bersama untuk berdagang meninggalkan negerinya
(Makkah) ke negeri Syam (yang kini dikenal sebagai Suriah) pada saat
M
Rasulullah Saw. baru berusia 12 tahun. Tidak heran jika beliau telah
pandai berdagang sejak berusia belasan tahun. Kesuksesan Rasulullah
Saw. dalam berbisnis tidak terlepas dari kejujuran yang mendarah
daging dalam sosoknya.
M
Kejujuran itulah telah diakui oleh penduduk Makkah sehingga
beliau digelari Al-Shiddiq. Selain itu, Muhammad Saw. juga dikenal
sangat teguh memegang kepercayaan (amanah) dan tidak pernah
sekali-kali mengkhianati kepercayaan itu. Tidak heran jika beliau juga
mendapat julukan Al-Amin (Terpercaya). Menurut sejarah, telah tercatat
U

bahwa Muhammad Saw. melakukan lawatan bisnis ke luar negeri


sebanyak 6 kali di antaranya ke Syam (Suriah), Bahrain, Yordania dan
Yaman. Dalam semua lawatan bisnis, Muhammad selalu mendapatkan
kesuksesan besar dan tidak pernah mendapatkan kerugian.
D

Lima dari semua lawatan bisnis itu dilakukan oleh beliau atas nama
seorang wanita pebisnis terkemuka Makkah yang bernama Khadijah
binti Khuwailid. Khadijah yang kelak menjadi istri Muhammad Saw.,
telah lama mendengar reputasi Muhammad sebagai pebisnis ulung
yang jujur dan teguh memegang amanah. Lantaran itulah, Khadijah
lalu merekrut Muhammad sebagai manajer bisnisnya. Kurang lebih
selama 20 tahun sebelum diangkat menjadi Nabi pada usia 40 tahun,
Muhammad mengembangkan bisnis Khadijah sehingga sangat maju
pesat. Boleh dikatakan bisnis yang dilakukan Muhammad dan Khadijah

52 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


(yang menikahinya pada saat beliau berusia 25 tahun) hingga pada saat
pengangkatan kenabian Muhammad adalah bisnis konglomerat.
Pola manajemen bisnis apa yang dijalankan Muhammad Saw.
sehingga bisnis junjungan kita itu mendapatkan kesuksesan spektakuler
pada zamannya? Ternyata jauh sebelum para ahli bisnis modern seperti
Frederick W. Taylor dan Henry Fayol pada abad ke-19 mengangkat
prinsip manajemen sebagai sebuah disiplin ilmu, ternyata Rasulullah
Saw. telah mengimplementasikan nilai-nilai manajemen modern dalam
kehidupan dan praktik bisnis yang mendahului masanya. Berdasarkan
prinsip-prinsip manajemen modern, Rasulullah Saw. telah dengan

Y
sangat baik mengelola proses, transaksi, dan hubungan bisnis dengan
seluruh elemen bisnis serta pihak yang terlihat di dalamnya.
Seperti dikatakan oleh Prof. Aflazul Rahman dalam bukunya
“Muhammad: A Trader” bahwa Rasulullah Saw. adalah pebisnis
M
yang jujur dan adil dalam membuat perjanjian bisnis. Ia tidak pernah
membuat para pelanggannya mengeluh. Dia sering menjaga janjinya
dan menyerahkan barang-barang yang dipesan dengan tepat waktu.
Muhammad Saw. pun senantiasa menunjukkan rasa tanggung jawab
M
yang besar dan integritas yang tinggi dalam berbisnis. Dengan kata lain,
beliau melaksanakan prinsip manajemen bisnis modern yaitu kepuasan
pelanggan (customer satisfaction), pelayanan yang unggul (service exellence),
kemampuan, efisiensi, transparansi (kejujuran), persaingan yang sehat
dan kompetitif. Dalam menjalankan bisnis, Muhammad Saw. selalu
U

melaksanakan prinsip kejujuran (transparasi). Ketika sedang berbisnis,


beliau selalu jujur dalam menjelaskan keunggulan dan kelemahan
produk yang dijualnya.
Ternyata prinsip transparasi beliau itu menjadi pemasaran yang
D

efektif untuk menarik para pelanggan. Beliau juga mencintai para


pelanggannya seperti mencintai dirinya sehingga selalu melayani
mereka dengan sepenuh hatinya (melakukan service exellence) dan selalu
membuat mereka puas atas layanan beliau (melakukan prinsip customer
satisfaction).
Dalam melakukan bisnisnya, Muhammad Saw. tidak pernah
mengambil margin keuntungan sangat tinggi seperti yang biasa
dilakukan para pebisnis lainnya pada masanya. Beliau hanya mengambil
margin keuntungan secukupnya saja dalam menjual produknya. Ternyata

Bab 5 | Cara Berbisnis Nabi Muhammad Saw. 53


kiat mengambil margin keuntungan yang dilakukan beliau sangat efektif,
semua barang yang dijualnya selalu laku dibeli orang-orang lebih suka
membeli barang-barang jualan Muhammad daripada pedagang lain
karena bisa mendapatkan harga lebih murah dan berkualitas. Dalam
hal ini, beliau melakukan prinsip persaingan sehat dan kompetitif yang
mendorong bisnis semakin efisien dan efektif.
Boleh dikatakan Rasulullah Saw. adalah pelopor bisnis yang
berdasarkan prinsip kejujuran, transaksi bisnis yang adil dan sehat.
Beliau juga tidak segan mensosialisasikan prinsip-prinsip bisnisnya
dalam bentuk edukasi dan pernyataan tegas kepada para pebisnis lainnya.

Y
Ketika menjadi kepala negara, Rasulullah Saw. mentransformasikan
prinsip-prinsip bisnisnya menjadi pokok-pokok hukum. Berdasarkan
hal itu, beliau melakukan penegakan hukum pada para pebisnis yang
nakal. Beliau pula yang memperkenalkan asas “Facta Sur Servanda” yang
M
kita kenal sebagai asas utama dalam hukum perdata dan perjanjian. Di
tangan para pihaklah terdapat kekuasaan tertinggi untuk melakukan
transaksi bisnis yang dibangun atas dasar saling setuju.
Ketika Nabi Muhammad Saw., berusia 25 tahun, sebelum diangkat
M
menjadi seorang nabi dan rasul, beliau pernah menjalankan perniagaan
bersama Siti Khadijah ke negeri Syam. Pada waktu berdagang, ia
ditemani oleh Maisarah, budak Siti Khadijah.
Tips Berdagang Cara Nabi muhammad Saw.
• Kejujuran.
U

• keramahan.
• sopan santun yang ditunjukan oleh pemuda Muhammad dalam
berdagang membuat kagum Maisarah.
D

• Misalnya jika barang dagangannya dijual jelek maka dikatakan jelek.


Begitu pun sebaliknya, jika barang-barang itu baik dikatakan baik.
Beliau tidak menyembunyikan barang-barang yang jelek di balik
barang-barang yang baik.
• Harga yang ditawarkan kepada pembeli sesuai dengan yang
disepakati Siti Khadijah. Ia tidak mengambil untung di luar yang
disepakati. Oleh karena itu, banyak pembeli yang terkesan dan
tertarik cara berdagang beliau.

54 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


Keluhuran sifat beliau ini kemudian diceritakan oleh Maisarah
kepada majikannya. Khadijah pun merasa kagum dan terkesan dengan
sifat-sifat Nabi Muhammad Saw. Maka hubungan perdagangan antara
keduanya berlanjut ke jenjang perkawinan.

2. Etika Bisnis yang Diajarkan Rasulullah Saw.


Mau tau kunci sukses bisnis yang sudah di jalani oleh Rasul Allah
Muhammad Saw. yang selama masa Hidupnya pernah mengalami masa
kejayaan dan beliau adalah Seorang pebisnis Sukses. Beliau menjalani
hidup sebagai pebisnis sukses selama 28 Tahun, mulai dari usia 12

Y
tahun hingga 40 tahun. Dan selebihnya adalah masa keRasulan sebagai
suri teladan kita semua sebagai umat Muslim.
Apa saja Nilai warisan yang bisa kita Tiru dari Rasul yang bisa
M
kita ikuti sebagai pengikutnya, Khususnya untuk seorang Hambanya
yang menjadi Pengusaha sebagai Orang yang mencari Nafkah Semasa
Mudanya Rasul Allah ini sudah berkenalan dengan Bisnis dari Usia
Dini, Dimulai dari menggembala Kambing.
Lalu Bisnisnya ke-Level yang lebih tinggi, Pada waktu itu Beliau
M
masih berusia 12 Tahun dan Beliau di Ajak oleh pamannya Abu Thalib
untuk berdagang di Negeri Syam. Disitulah Awalannya Nabi Muhammad
Saw. mengenal Bisnis secara serius, dan menjadi Enterprenur Sejati.
Hingga beliau mendapat reputasi yang sangat baik bagi penduduk Negri
U

tersebut.
Reputasi-reputasinya adalah sebagai Orang yang Terpercaya (Al-
Amin) di dalam Perdagangannya maupun di Kehidupan sehariannya.
Pada usia 17 Tahun Nabi Muhammad Saw. sudah di beri mandat penuh
D

oleh pamannya untuk Berdagang dari dagangannya. Hingga usia 20


tahun beliau sudah hampir menguasai Pusat Bisnis Global di Jamannya.
Kalo sekarang (Irak, Yordania, Bahrain, Suriah, dan Yaman).
Rahasia-rahasia Bisnis Nabi Muhammad Saw. yang Hebat hingga
sekarang Masih di Gunakan dengan Prinsip-prinsip Bisnis Modern di
Dunia saat ini. Dan juga mengajarkan kita sebagai Umat Muslim untuk
menjadi seorang Enterprenur Sejati dan Berakhlak Sebagai Makhluk
Allah Swt. Dan menjauhkan Bisnis Kita hanya dari Keuntungan Semata

Bab 5 | Cara Berbisnis Nabi Muhammad Saw. 55


Ini adalah rahasia-rahasia berbisnis ala Nabi Muhammad Saw.:
Cara berpikir dan beretika di dalam bisnisnya:
1. Jujur di dalam Bisnisnya, Kejujuran adalah syarat fundamental
dalam berbisnis yang di lakukkan oleh Rasulullah Muhammad Saw.
Beliau pernah melarang para pedagang untuk meletakkan barang
busuk/jelek di dalam dagangannya. dan beliau selalu memberikan
barang sesuai dengan seadannya dan terbaik bagi konsumennya.
2. Berprinsip pada nilai Illahi, bisnis yang di lakukkan tidak terlepas
dari pengawasan Tuhan. Dan menyadarkan manusia sebagai makluk
Illahiyah (berTuhan).

Y
3. Prinsip kebebasan individu yang bertanggung jawab, bukan bisnis
hasil dari paksaan atau riba. yang menjerat kebebasan individu.
4. Bertanggung jawab, bertanggung jawab moral kepada tuhan atas

konsumennya.
M
perilaku bisnisnya maupun orang lain/partner bisnisnya maupun

5. Keadilan dan keseimbangan, keadilan dan keseimbangan sosial,


bukan hanya keuntungan semata tetapi kemitraan/bantu membantu
M
di dalam bisnisnya (Win-Win-Solution)
6. Tidak hanya mengejar keuntungan, dan berorientasi untuk
menolong orang lain, Atau Win Win Solution.
7. Berniat baik di Bisnisnya, berniat baik adalah Aset Paling berharga
U

oleh pelaku bisnis selain untuk menjadi terbaik tapi bermanfaat


bagi orang lain.
8. Berani mewujudkan Mimpi, Rasulullah dari seorang penggembala
Kambing, berniat untuk mengubah hidupnya menjadi lebih baik
D

lagi, menjadi pedagang, lalu manager hingga beliau mewujudkan


cita-citanya menjadi owner (Pemilik perusahaan) dengan menikahi
Siti Khadijah. Beliau adalah enterprenur cerdas.
9. Branding/menjaga nama baik, Rasulullah selalu menggunakan cara
ini sebagai Modal Utama, Track Record sebagai orang terpercaya
(Al-Amin), Justru paling di cari dan siapapun ingin bekerja sama
dengannya.

56 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


Cara Merintis Bisnis:
1) Fokus dan Konsentrasi, Rasulullah selalu Fokus terhadap
bisnis yang beliau tekuni, Tidak mengerjakan bisnis yang satu
ke satunya lagi sebelum beliau menyelesaikannya.
2) Mempunyai Goal dan rencana yang jelas.
3) Merintis Bisnis Dari NOL, kesuksesan beliau tidak datang
dalam satu malam walaupun seorang Rasulullah, tetapi harus
dimulai dari langkah-langkah kecil. Dari seorang Karyawan/
Salles hingga jadi Owner. Dan semua tanpa ada praktik KKN.
4) Tidak Mudah Putus Asa, beliau Berkata: Janganlah kamu

Y
berdua putus asa dari rizky selama kepalamu masih bergerak.
Karena manusia dilahirkan ibunya dalam keadaan merahtidak
mempunyai baju, Kemudian Allah Swt. memberikan rizky

Shahihnya).
M
kepadanya (HR Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dalam kitab

5) Berusaha menjadi trend center.


6) Inovatif, Semua barang yang di Jual Rasul selalu berbeda dari
M
kompetitornya, dengan harga murah tetapi Hight Quality.
7) Memahami kondisi dan analisis Pasar.
8) Kemampuan merespon strategi Pesaingnya.
9) Belajar menguasai pasar, Dikisahkan Ketika beliau di Mekkah
U

para pedagang dari kaum Quraisy yang ingin menjatuhkan


Bisnisnya, dengan menjatuhkan Harga dengan tidak Wajar.
Tetapi beliau menerapkan Hukum Suply&Demand, beliau
menyiasati dan bersabar. Hingga semua dagangan para
D

Kompetitornya habis semua. Rasul baru Menjual Dagangannya


karena Rasul Percaya kalau jumlah Permintaan (Demand)
jauh lebih tinggi dari jumlah Penawaran (Supply) di Kota itu.
Tak lama kemudian Rakyat Kota tersebut membeli Barang
Dagangan Rasul dengan Harga Normal, ketika rombongan
Pedagang itu pulang Mekkah gempar. Semua pedagang Rugi
akibat banting harga kecuali Nabi Muhammad Saw. yang
untung besar. Itulah kejelian melihat, menganalisis, dan
memahami Pasar. Hingga menguasai Pasar yang ada.

Bab 5 | Cara Berbisnis Nabi Muhammad Saw. 57


10) Mampu memanagement organisasi secara Efektif.
11) Bisa menghilangkan Mental Blocking, Atau juga yang di
sebut dengan Ketakutan yang Berlebihan dalam menghadapi
kegagalan usaha. Rasul selalu bisa mengalahkan diri sendiri
dari hal-hal Negatif (mujahadah).
12) Mampu menarik dan meyakinkan pemilik Modal untuk ikut
serta dalam bisnis yang dilaksanakannya.

Cara Menjalankan Bisnisnya:


1) Bekerja Sama (bersinergi), Beliau bersabda “Keberkahan

Y
sesungguhnya berada dalam Jamaah. Dan, tangan Allah
sesungguhnya bersama Jamaah”.
2) Kerja Pintar, Kreatif dan Visioner.

M
3) Menerapkan kesepakatan Win-Win-Solution (Saling
menguntungkan, dan tidak ada yang dirugikan).
4) Bekerja dengan Prioritas.
5) Tidak melakukan Monopoli.
M
6) Selalu berusaha dan Tawakal.
7) Tepat Waktu.
8) Berani ambil Risiko.
9) Tidak menimbun barang dagangan (ihtikar), Rasul melarang
U

Keras pelaku Bisnis dan menyimpan barang pada massa


tertentu, hanya untuk keuntungan semata. Rasul bersabda
bahwa pedagang yang mau menjual barang dagangannya
dengan spontan akan di beri kemudahan. Tapi penjual yang
D

sering menimbun dagangannya akan mendapat kesusahan


(Dalam HR Ibnu Majah dan Thusiy).
10) Profesional di Bisnis yang Di kelolannya.
11) Selalu Bersyukur di Segala Kondisi.
12) Berusaha dengan Mandiri, Tekun dan Tawakal.
13) Menjaga nilai-nilai harga diri, kehormatan, dan kemuliaan
dalam proses interaksi bisnis.
14) Melakukan bisnis berdasarkan Cinta (Passion).

58 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


15) Tidak Menzhalimi (Merugikan Orang lain).
16) Rajin Bersedekah.

Cara memasarkan Produk:


1. Memasarkan Produk yang Halal dan Suci
2. Tidak melakukan Sumpah Palsu,
3. Tidak merpura-pura menawar dengan harga tinggi, Agar orang
lain tertarik.
4. Melakukan timbangan dengan benar.

Y
5. Tidak menjelekkan bisnis Orang lain, Beliau bersabda”
Janganlah seseorang di antara kalian menjual dengan maksud
untuk menjelekkan apa yang dijual oleh orang lain” (HR.
Muttafaq ‘alaih).
M
6. Pintar beriklan/Promosi, Rasul hafal betul di mana ada Bazaar
di suatu tempat tertentu. Sehingga makin banyak orang
mengenal beliau dan barang dagangannya.
7. Transparansi (keterbukaan), Beliau bersabda “Tidak dibenarkan
M
seorang Muslimin menjual satu-satu jualannya yang mempunyai
aib, sebelum dia menjelaskan aibnya” (HR Al-Quzuwaini).
8. Mengutamakan pelanggan (Customer Satisfaction).
9. Networking (Jejaring) di wilayah lain.
U

10. Cakap dalam berkomunikasi dan bernegosiasi (tabligh).


11. Tidak mengambil Untung yang berlebihan.
12. Mengutamakan penawar pertama.
D

13. Menawar dengan harga yang di inginkan.


14. Melakukan perniagaan sepagi mungkin, Rasulullah mendoakan
orang-orang yang pagi-pagi dalam bekerja. “Ya Allah, berkahilah
umatku dalam berpagi-paginya mereka” (HR shahr Al Ghamidi).
15. Menjaga Kepercayaan pelanggan.
16. Mewujudkan Win-Win Solution.
17. Barang Niaga harus bermutu, Murah, Bermanfaat, Mutakhir
dan Berkualitas.

Bab 5 | Cara Berbisnis Nabi Muhammad Saw. 59


18. Kemudahan dalam hal transaksi dan pelayanan.
19. Menentukan Harga dengan jelas ketika akad (Deal).

Cara berhubungan dengan Karyawan:


1) Berbagi perhatian kepada karyawan, tidak memilih-milih
karyawan Istimewa semua sama.
2) Bermitra Bisnis, karyawan dan Majikan seperti hubungan
kekeluargan yang kental. Bukan seperti Tuan dan Budak.
3) Memberi gaji yang cukup kepada karyawannya.
4) Memberi gaji tepat waktu kepada karyawannya, sebelum

Y
keringat karyawan kering.
5) Tidak membebani Kar yawan dengan tugas di luar
kemampuannya.

kekuatannya.
M
6) Karyawan di Wajibkan kerja sungguh-sungguh dengan seluruh

7) Sering memberikan bonus-bonus tambahan di luar gaji pokok


M
Contoh di Atas adalah sebagian kecil dari sifat-sifat Suri
teladan Rasul Allah Muhammad Saw. yang bisa kita Contoh dalam
membangun Kerajaan Bisnis Kita, jauh lebih Sukses, berakhlak dan
membantu terhadap sesamanya.
U

Pendekatan Pemasaran Syariah


Berbisnis dengan Konsep Syariah
D

Bisnis merupakan kegiatan muamalah. Bisnis yang sehat adalah


bisnis yang berlandaskan pada etika. Oleh karena itu, pelaku bisnis
muslim hendaknya memiliki kerangka etika bisnis yang kuat, sehingga
dapat mengantarkan aktivitas bisnis yang nyaman dan berkah.
1.    Jujur
Sifat jujur merupakan sifat Rasulullah Saw. yang patut ditiru.
Rasulullah Saw. dalam berbisnis selalu mengedepankan sifat jujur.
Beliau selalu menjelaskan kualitas sebenarnya dari barang yang dijual
serta tidak pernah berbuat curang bahkan mempermainkan timbangan.

60 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


2.    Amanah
Amanah dalam bahasa Indonesia adalah dapat dipercaya. Dalam
transaksi jual beli, sifat amanah sangatlah diperlukan karena dengan
amanah maka semua akan berjalan dengan lancar. Dengan sifat amanah,
para penjual dan pembeli akan memiliki sifat tidak saling mencurigai
bahkan tidak khawatir walau barangnya di tangan orang. Memulai
bisnis biasanya atas dasar kepercayaan. Oleh karena itu, amanah adalah
komponen penting dalam transaksi jual beli.
3.    Ramah
Banyak orang yang susah untuk berperilaku ramah antar sesama.

Y
Sering kali bermuka masam ketika bertemu dengan orang atau bahkan
memilah milih untuk berperilaku ramah. Padahal, ramah merupakan
sifat terpuji yang dianjurkan oleh agama Islam untuk siapa saja dan
kepada siapa saja. Dengan ramah, maka banyak orang yang suka, dengan
M
ramah banyak pula orang yang senang. Karena sifat ramah merupakan
bentuk aplikasi dari kerendahan hati seseorang. Murah hati, tidak
merasa sombong, mau menghormati dan menyayangi merupakan inti
dari sifat ramah. Oleh karena itu, bersikap ramahlah dalam transaksi
M
jual beli karena dapat membuat konsumen senang sehingga betah atau
bahkan merasa tentram jika bertransaksi.
4.    Adil
Adil merupakan sifat Allah Swt. dan Rasulullah Saw. merupakan
U

contoh sosok manusia yang berlaku adil. Dengan adil, tidak ada yang
dirugikan. Bersikap tidak membeda-bedakan kepada semua konsumen
merupakan salah satu bentuk aplikasi dari sifat adil. Oleh karena itu,
bagi para penjual semestinya bersikap adil dalam transaksi jual beli
D

karena akan berdampak kepada hasil jualannya. Para konsumen akan


merasakan kenyamanan karena merasa tidak ada yang dilebihkan dan
dikurangkan.

Berbisnis dengan Qalbu


Konsep pemasaran inilah yang merupakan “inti” dari konsep
pemasaran syariah. Muncul aspek kejujuran, empati, cinta, dan
kepedulian terhadap sesama yang merupakan berbisnis dengan qalbu
(hati). Inti dari spiritual marketing ini adalah kejujuran yang dilandasi

Bab 5 | Cara Berbisnis Nabi Muhammad Saw. 61


dengan keyakinan akan Maha Agungnya, Maha kuasa, Maha Melihat,
Maha Mendengar dan Maha Besarnya Allah Swt., yang akan mengawasi
setiap perbuatan manusia. Keyakinan inilah yang menuntun umat Islam,
agar selalu berperilaku jujur dan baik dalam segala kegiatan kehidupan
ini. Semua perilaku kegiatan kembali kepada hati.

C. Latihan Soal
1. Jelaskan sejarah hidup Nabi Muhammad sebagai seorang pedagang!
2. Jelaskan Kiat-kiat berbisnis yang diajarkan oleh Nabi Muhammad

Y
Saw.!
3. Jelaskan etika bisnis Islami yang diajarkan oleh Nabi Muhammad
Saw. dan bagaimana dampak positifnya apabila dijalankan pada
masa sekarang!
M
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahan, Lembaga Percetakan Al-Qur’an
M
Raja Fahd, 1418 H.
Budi Wisakseno, Rasionalitas Nasabah Perbankan Syariah, republika, Jumat,
23 Pebruari 2005.
Didin Hafidhuddin & Hendri Tanjung, Manajemen Syariah Dalam Praktik.
U

Gema Insani, 2003.


Hermawan Kartajaya, Aa Gym: A Spritual Marketer. Mark Plus & Co., 2005.
Hermawan Kartajaya, Hermawan Kartajaya On Marketing, Gramedia,
Jakarta 2002.
D

Muhammad Sula dan Hermawan Kertajaya. Syariah Marketing, Jakarta.


Mizan. 2005.
Muhammad Husein Haekal, Hayat Muhammad  (Sejarah Hidup
Muhammad, Terj.),Timtamas, 1984.
Muhammad Abdul gani, The Spritualy In Business, Pena Pundi Aksara,
Jakarta, 2005.
M. Nur Rianto Al Arif. Dasar-dasar Pemasaran Bank Syariah,  Alpabeta
Bandung, 2010.
http://www.academia.edu/9920201/Marketing_Syariah.

62 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


http://books.google.co.id/books/about/Syariah_Marketing.
html?hl=id&id=zo9N4Z64TywC.
https://elqorni.wordpress.com/category/manajemen-islam/marketing-
syariah/.
http://www.academia.edu/8671507/MENCIPTAKAN_NILAI_
KEPUASAN_DAN_KESETIAAN_PELANGGAN.
http://ariefmuliadi30.blogspot.com/2013/04/perencanaan-strategis-
dan-proses.html.
http://arinioktaviani.tumblr.com/post/20774164692/lingkungan-
mikro-perusahaan.

Y
http://thecitysasuke.blogspot.com/2013/03/konsep-dasar-dasar-
bisnis-islam.html.

M
M
U
D

Bab 5 | Cara Berbisnis Nabi Muhammad Saw. 63


Y
M
M
U
D

[Halaman ini sengaja dikosongkan]


BAB 6
SEMBILAN ETIKA
PEMASARAN ISLAM

Y
A. Tujuan Pembelajaran
M
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai Etika Pemasaran yang harus
ditatati dan dijalankan oleh seorang Marketer. Melalui Risetasi, Anda
M
harus mampu:
1. Menjelaskan Tuntunan Islam dalam kegiatan pemasaran.
2. Menjelaskan sembilan etika bisnis yang harus ditatai oleh seorang
Marketer.
U

3. Menilai secara kritis etika bisnis dalam Islam dan implementasinya


pada masa modern.
D

B. Uraian Materi
1. Tuntunan Islam dalam Pemasaran
Menurut prinsip syariah, kegiatan pemasaran harus dilandasi
semangat beribadah kepada  Tuhan Sang Maha Pencipta, berusaha
semaksimal mungkin untuk kesejahteraan bersama, bukan untuk
kepentingan golongan apalagi kepentingan sendiri.
Islam agama yang sangat luar biasa. Islam agama yang lengkap,
yang berarti mengurusi semua hal dalam hidup manusia. Islam agama

65
yang mampu menyeimbangkan dunia dan akhirat;  antara hablum
minallah (hubungan dengan Allah) dan hablum minannas (hubungan
sesama manusia). Ajaran Islam lengkap karena Islam agama terakhir
sehingga harus mampu memecahkan berbagai masalah besar manusia.
Islam menghalalkan umatnya berniaga. Bahkan Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam seorang saudagar – sangat terpandang pada zamannya.
Sejak muda beliau dikenal sebagai pedagang jujur. “Sepanjang perjalanan
sejarah, kaum Muslimin merupakan simbol sebuah amanah dan di
bidang perdagangan, mereka berjalan di atas adab islamiah,” ungkap
Syekh Abdul Aziz bin Fathi as-Sayyid Nada dalam Ensiklopedi Adab

Y
Islam Menurut Alquran dan Assunnah.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengajarkan pada
umatnya untuk berdagang dengan menjunjung tinggi etika keislaman.
Dalam beraktivitas ekonomi, umat Islam dilarang melakukan
M
tindakan bathil. Namun harus melakukan kegiatan ekonomi yang
dilakukan saling ridho, sebagaimana firman Allah Ta’ala, yang
artinya, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku
M
dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu;
sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (QS An-Nisaa: 29)
Berdagang penting dalam Islam. Begitu pentingnya, hingga
Allah Subhanahu wa ta’ala menunjuk Muhammad sebagai seorang
pedagang sangat sukses sebelum beliau diangkat menjadi nabi. Ini
U

menunjukkan Allah Subhanahu wa ta’ala mengajarkan dengan kejujuran


yang dilakukan oleh Muhammad bin Abdullah saat beliau menjadi
pedagang bahwa dagangnya tidak merugi, namun malah menjadikan
beliau pengusaha sukses. Oleh karena itu, umat Islam (khususnya
D

pedagang) hendaknya mencontoh beliau saat beliau berdagang.


Dalam berdagang, pemasaran adalah disipilin bisnis strategi yang
mengarahkan proses penciptaan, penawaran dan perubahan values dari
satu inisiator kepada stakeholder-nya. Menurut prinsip syariah, kegiatan
pemasaran harus dilandasi semangat beribadah kepada  Tuhan Sang
Maha Pencipta, berusaha semaksimal mungkin untuk kesejahteraan
bersama, bukan untuk kepentingan golongan apalagi kepentingan
sendiri.

66 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


Al-Quran juga mengatur kegiatan kehidupan atau muamalah.
Juga etika perdagangan, penjualan atau pemasaran. Salah satu ayat
Al-Quran yang dipedomani sebagai etika marketing adalah QS. Al-
Baqarah. Surat kedua dalam Al-Quran ini terdiri atas 286 ayat, 6.221
kata dan 25.500 huruf, dan tergolong surat Madaniyah. Sebagian
besar ayat dalam surat ini diturunkan pada permulaan hijrah, kecuali
ayat 281 yang diturunkan di Mina saat peristiwa Haji Wada’. Surat
ini yang terpanjang dalam Al-Quran. Dinamakan Al-Baqarah yang
artinya sapi betina karena di dalamnya terdapat kisah penyembelihan
sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil (ayat 67-74).
Surat ini juga dinamakan Fustatul Qur’an (Puncak Al-Quran) karena

Y
memuat beberapa hukum yang tidak disebutkan dalam surat yang
lain. Dinamakan juga surat Alif Lam Mim karena dimulai dengan
huruf Arab Alif Lam dan Mim. Ayat 1-2 Al-Baqarah berarti: “Kitab ini

bertakwa.”
M
(Al-Quran) tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang

Ayat tersebut sangat relevan untuk dipedomani dalam pelaksanaan


tugas marketing, sebab marketing merupakan bagian sangat penting dari
mesin perusahaan. Dari ayat tersebut dapat kita ketahui pula, pertama,
M
perusahaan harus dapat menjamin produknya. Jaminan yang dimaksud
mencakup dua aspek – materiil, yaitu mutu bahan, mutu pengolahan,
dan mutu penyajian; aspek non-materiil mencakup kehalalan dan
keislaman dalam penyajian.
U

Kedua, yang dijelaskan Allah adalah manfaat produk. Produk


bermanfaat apabila proses produksinya benar dan baik. Ada pun
metode yang dapat digunakan agar proses produksi benar dan baik,
menurut Al-Quran, sesuai petunjuk dalam QS Al-An’am: 143, yang
D

artinya, “Beritahukanlah kepadaku (berdasarkan pengetahuan) jika kamu


memang orang-orang yang benar.” Ayat ini mengajarkan kepada kita,
untuk meyakinkan seseorang terhadap kebaikan haruslah berdasarkan
ilmu pengetahuan, data, dan fakta. Jadi, dalam menjelaskan manfaat
produk, tampaknya peranan data dan fakta sangat penting. Bahkan
sering data dan fakta jauh lebih berpengaruh dibanding penjelasan.
Ketiga, penjelasan mengenai sasaran atau customer dari produk
yang dimiliki oleh perusahaan. Makanan yang halal dan baik yang
menjadi darah dan daging manusia akan membuat kita menjadi taat

Bab 6 | Sembilan Etika Pemasaran Islam 67


kepada Allah. Sebab konsumsi yang dapat menghantarkan manusia
kepada ketakwaan harus memenuhi tiga syarat: (1) Materi yang halal,
(b) Proses pengolahan yang bersih (thaharah), dan (3) Penyajian yang
islami.

2. Sembilan Etika Pemasaran


Dewasa ini sering kita jumpai cara pemasaran yang tidak etis,
curang dan tidak profesional. Kiranya perlu dikaji bagaimana akhlak
kita dalam kegiatan ekonomi secara keseluruhan. Atau lebih khusus
lagi akhlak dalam pemasaran kepada masyarakat dari sudut pandangan

Y
Islam. Kegiatan pemasaran seharusnya dikembalikan pada karakteristik
yang sebenarnya. Yakni religius, beretika, realistis dan menjunjung tinggi
nilai-nilai kemanusiaan. Inilah yang dinamakan marketing syariah, dan
inilah konsep terbaikmarketing untuk hari ini dan masa depan.
M
Prinsip marketing yang berakhlak seharusnya kita terapkan.
Apalagi nilai-nilai akhlak, moral dan etika sudah diabaikan. Sangat
dikhawatirkan bila menjadi kultur masyarakat. Perpektif pemasaran
dalam Islam adalah ekonomi Rabbani (divinity), realistis, humanis dan
M
keseimbangan. Inilah yang membedakan sistem ekonomi Islam dengan
sistem ekonomi konvensional. Marketing menurut Islam memiliki nilai
dan karakteristik yang menarik. Pemasaran syariah meyakini, perbuatan
seseorang akan dimintai pertanggung jawabannya kelak. Selain
itu, marketing syariah mengutamakan nilai-nilai akhlak dan etika moral
U

dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu, marketing syariah menjadi


penting bagi para tenaga pemasaran untuk melakukan penetrasi pasar.
Dalam Islam terdapat sembilan macam etika (akhlak) yang harus
D

dimiliki seorang tenaga pemasaran. Yaitu: (1) Memiliki kepribadian


spiritual (taqwa); (2) Berkepribadian baik dan simpatik (shiddiq); (3)
Berlaku adil dalam berbisnis (al-’adl); (4) Melayani nasabah dengan
rendah hati (khitmah); (5) Selalu menepati janji dan tidak curang (tahfif);
(6) Jujur dan terpercaya (amanah); (7) Tidak suka berburuk sangka; (8)
Tidak suka menjelek-jelekkan; dan (9) Tidak melakukan suap (risywah).
Selain sembilan etika tersebut, marketer syariah harus menghindari
hal-hal sebagai berikut: (1) Tidak adil dalam penentuan tarif dan
uang pertanggungan; (2) Melakukan transaksi terhadap produk yang
mengandung unsur  maisar, gharar, dan  riba maisar; transaksi tadlis;

68 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


(3) Khianat atau tidak menepati janji; (4) Menimbun barang untuk
menaikkan harga; (5) Menjual barang hasil curian dan korupsi; (6)
Sering melakukan sumpah palsu atau sering berdusta; (7) Melakukan
penekanan dan pemaksaan terhadap pelanggan; (8) Mempermainkan
harga; (9) Mematikan pedagang kecil; (10) Melakukan monopoli’s
rent seeking atau ikhtikar; (11) Tallaqi rukban; (12) Melakukan
suap atau sogok untuk melancarkan kegiatan bisnis (riswah); dan
(13) Melakukan tindakan korupsi ataupun money laundry.
Jika para pemasar menjalankan aktivitas pemasaran yang
diperintahkan dan meninggalkan larangan yang dilarang, pemasaran

Y
tersebut menjadi suatu aktivitas diperbolehkan dalam Islam. Oleh
karena itu, dalam perspektif syariah pemasaran adalah segala aktivitas
yang dijalankan dalam kegiatan bisnis berbentuk kegiatan penciptaan
nilai (value creating activities) yang memungkinkan siapa pun yang
M
melakukannya bertumbuh serta mendayagunakan kemanfaatannya
yang dilandasi atas kejujuran, keadilan, keterbukaan, dan keikhlasan
sesuai dengan proses yang berprinsip pada akad bermuamalah islami
atau perjanjian transaksi bisnis dalam Islam.
M
Strategi Pemasaran dalam Islam
Semua aktivitas kehidupan perlu dilakukan berdasarkan
perencanaan yang baik. Islam agama yang memberikan sintesis dan
rencana yang dapat direalisasikan melalui rangsangan dan bimbingan.
U

Perencanaan tidak lain memanfaatkan “karunia Allah” secara sistematik


untuk mencapai tujuan tertentu, dengan memerhatikan kebutuhan
masyarakat dan nilai kehidupan yang berubah-ubah. Dalam arti
lebih luas, perencanaan menyangkut persiapan menyusun rancangan
D

untuk setiap kegiatan ekonomi. Konsep modern tentang perencanaan,


yang harus dipahami dalam arti terbatas, diakui dalam Islam. Karena
perencanaan seperti itu mencakup pemanfaatan sumber yang disediakan
oleh Allah Subhanahu wa ta’ala dengan sebaik-baiknya untuk kehidupan
dan kesenangan manusia.
Meski belum diperoleh bukti adanya sesuatu pembahasan
sistematik tentang masalah tersebut, namun berbagai perintah dalam
Al-Quran dan Sunnah menegaskannya. Dalam Al-Quran tercantum: QS
Al-Jumu‘ah: 10, yang artinya, “Apabila telah ditunaikan sembahyang
maka bertebaranlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia Allah dan

Bab 6 | Sembilan Etika Pemasaran Islam 69


ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” Berdasarkan
ayat ini dapat dijelaskan makna dalam kata “carilah karunia Allah” yang
digunakan di dalamnya dimaksudkan untuk segala usaha halal yang
melibatkan orang untuk memenuhi kebutuhannya.
Di samping itu, pelaksanaan rencana pemasaran dalam Islam,
kita tergantung pada prinsip syarikat (kerja sama) yang telah diakui
secara universal. Hal ini berarti pelaksanaan perencanaan dilaksanakan
melalui partisipasi sektor pemerintah dan swasta atas dasar kemitraan.
Yakni terlaksana melalui prinsip abadi mudharabah, yakni tenaga kerja
dan pemilik modal dapat disatukan sebagai mitra. Dalam arti, dengan

Y
mempraktikkan prinsip mudharabah dan dengan mengkombinasikan
berbagai unit produksi, proyek industri, perdagangan dan pertanian
dalam kerangka perencanaan dapat diterapkan atas dasar prinsip
tersebut. Pendapatan yang dihasilkan oleh usaha seperti itu dapat dibagi
M
secara sebanding setelah dikurangi segala pengeluaran yang sah.
Dalam sistem perencanaan Islam, kemungkinan rugi sangat kecil
karena merupakan hasil kerja sama antara sektor pemerintahan dan
swasta. Investasi yang sehat akan mendorong kelancaran arus kemajuan
M
ekonomi menjadi lebih banyak. Dalam kegiatan pemasaran, tentu
lebih dahulu menyusun perencanaan strategis untuk memberi arah
terhadap kegiatan perusahaan yang menyeluruh, yang harus didukung
rencana pelaksanaan lebih rinci di bidang-bidang kegiatan perusahaan.
Dalam Islam, bukanlah suatu larangan bila seorang hamba mempunyai
U

rencana atau keinginan untuk berhasil dalam usahanya. Namun dengan


syarat, rencana itu tidak bertentangan dengan ajaran (syariat) Islam.
Ditandaskan dalam Al-Quran, yang artinya, “Atau apakah manusia akan
mendapat segala yang diciptakannya? Tidak, maka hanya bagi Allah kehidupan
D

akhirat dan kehidupan dunia.” (QS An-Najm: 24-25)


Dari kedua ayat tersebut, bila dihubungkan dengan strategi
pemasaran, kegiatan strategi (rencana) pemasaran merupakan suatu
interaksi yang berusaha untuk menciptakan atau mencapai sasaran
pemasaran seperti yang diharapkan untuk mencapai keberhasilan.
Dan sudah menjadi sunnatullah bahwa apa pun yang sudah kita
rencanakan, berhasil atau tidaknya, ada pada ketentuan Tuhan (Allah).
Dalam pelaksanaan suatu perencanaan dalam Islam haruslah bergerak
ke arah suatu sintesis yang wajar antara pertumbuhan ekonomi dan
keadilan sosial melalui penetapan kebijaksanaan yang pragmatik, namun

70 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


konsisten dengan jiwa Islam yang tidak terlepas dengan tuntunan Al-
Quran dan Hadis, juga sesuai dengan kode etik ekonomi Islam.
Selain itu, dalam kegiatan perdagangan (muamalah), Islam
melarang adanya unsur manipulasi (penipuan), sebagaimana hadis
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

”Jauhkanlah dirimu dari banyak bersumpah dalam penjualan, karena


sesungguhnya ía memanipulasi (iklan dagang) kemudian menghilangkan
keberkahan.” (HR Muslim, An-Nasa’i dan lbnu Majah). Islam
menganjurkan umatnya untuk memasarkan atau mempromosikan
produk dan menetapkan harga yang tidak berbohong, alias harus

Y
berkata jujur (benar). Oleh sebab itu, salah satu karakter berdagang
yang terpenting dan diridhoi oleh Allah Subhanahu wa ta’ala adalah
kebenaran. Sebagaimana dituangkan dalam hadis: “Pedagang
yang benar dan terpercaya bergabung dengan para nabi, orang-orang
M
benar (siddiqin), dan para syuhada di surga.” (HR Turmudzi).

Pada dasarnya ada tiga unsur etika yang harus dilaksanakan oleh
seorang produsen Muslim. Yakni bersifat jujur, amanat dan nasihat.
Jujur artinya tidak ada unsur penipuan. Misal dalam promosi/harga.
Amanat dan nasihat bahwa seorang produsen dipercaya memberi
M
yang terbaik dalam produksinya, sehingga membawa kebaikan dalam
penggunaannya.
Saat ini semakin banyak masyarakat dunia yang sadar tentang
kegiatan bermuamalah secara Islam. Salah satu buktinya adalah pesatnya
U

perkembangan minat masyarakat dunia terhadap ekonomi Islam dalam


dua dekade terakhir, Indonesia sebagai negara berpenduduk Muslim
terbesar di dunia juga mengalami hal yang sama. Hal ini dibuktikan
dengan semakin bermunculan berbagai produk syariah (Islam). Saat ini
D

perkembangan yang menyolok adalah produk yang bersentuhan dengan


bidang lembaga keuangan. Namun pesatnya perkembangan produk
ekonomi Islam belum bisa diimbangi oleh pesatnya perkembangan dari
sisi keilmuan yang lebih luas. Jika hal ini terjadi secara terus-menerus,
akan terjadi ketimpangan perkembangan ekonomi Islam ke depan.
Untuk itu pengembangan ekonomi Islam dari sisi keilmuan menjadi
hal mutlak, untuk menjadi penyeimbang pesatnya perkembangan yang
terjadi saat ini.

Bab 6 | Sembilan Etika Pemasaran Islam 71


Pemasaran adalah suatu aktivitas yang selalu dikaitkan dengan
perdagangan. Jika meneladani Rasulullah saat melakukan perdagangan,
maka beliau sangat mengedepankan adab dan etika dagang yang
luar biasa. Etika dan adab perdagangan inilah yang dapat disebut
sebagai strategi dalam berdagang. Oleh karena itu, Seykh Sayyid
Nada membeberkan sejumlah adab yang harus dijunjung pedagang
Muslim dalam menjalankan aktivitas jual-beli, berdasarkan hadis-hadis
Rasulullah, sebagai berikut:
1. Tidak menjual sesuatu yang haram. Umat Islam dilarang menjual
sesuatu yang haram seperti minuman keras dan memabukkan,

Y
narkotika dan barang-barang yang diharamkan Allah Subhanahu
wa ta’ala. “Hasil penjualan barang-barang itu hukumnya haram
dan kotor,”.
2. Tidak melakukan sistem perdagangan terlarang. Contohnya menjual
M
yang tidak dimiliki. Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Jangan kamu menjual sesuatu yang tidak engkau miliki.” (HR Ahmad,
Abu Daud, an-Nasa’i). Selain itu Islam juga melarang umatnya
menjual buah-buahan yang belum jelas hasilnya serta sistem
M
perdagangan terlarang lainnya.
3. Tidak terlalu banyak mengambil untung.
4. Tidak membiasakan bersumpah ketika berdagang. Hal ini sesuai
dengan hadist Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Janganlah
kalian banyak bersumpah ketika berdagang, sebab cara seperti itu melariskan
U

dagangan lalu menghilangkan keberkahannya.” (HR Muslim).


5. Tidak berbohong ketika berdagang. Salah satu perbuatan berbohong
adalah menjual barang yang cacat namun tidak diberitahukan
D

kepada pembelinya.
6. Penjual harus melebihkan timbangan. Seorang pedagang sangat
dilarang mengurangi timbangan.
7. Pemaaf, mempermudah dan lemah lembut dalam berjual beli.
8. Tidak boleh memakan dan memonopoli barang dagangan tertentu.
Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Tidaklah seorang menimbun
barang melainkan pelaku maksiat.” (HR Muslim).

72 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


Lantas, bagaimana dengan sistem pemasaran? Tentu punya strategi.
Strategi pemasaran sebenarnya dapat dijelaskan sebagai cara melakukan
segmentasi pasar dan tempat pembidikan pasar, strategi produk, strategi
harga, tempat dan strategi promosi. Pasar yang menonjol pada masa
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah pasar konsumen.
Berikut penjabarannya.
Segmentasi pasar dan pembidikan pasar. Terdiri atas segmentasi
geografis, demografis, psikografi; segmentasi perilaku dan segmentasi
manfaat. Segmentasi geografis membagi pasar menjadi unit-unit
geografis berbeda. Misal wilayah, negara, provinsi, kota, kepulauan dan

Y
berdasarkan musim. Allah berfirman, yang artinya, “Karena kebiasaan
orang-orang Quraisy (yaitu) kebiasaan mereka bepergian (berdagang) pada
musim dingin dan musim panas.” (QS Al-Quraisy: 1-2). Pada musim panas
biasanya mereka berdagang sampai Busra (Syria). Pada musim dingin
M
mereka berdagang sampai Yaman. Demikian pula yang dilakukan Nabi
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, terutama sebelum pada masa
kenabian. Pasar yang terkenal pada masa jahiliyah yang terletak di utara
kota Mekkah meliputi Busra, Dumatul Jandal dan Nazat. Pasar yang
terletak di Selatan kota Mekkah mencakup Mina, Majinna, Ukaz, San’a,
M
Aden, Shihr, Rabiyah, Sohar dan Doba. Sedangkan pasar yang di Timur
kota Mekkah terdiri dari Musyaqqar, Sofa dan Hijar.
Segmentasi demografi yang dilakukan Muhammad adalah pasar
yang dikelompokkan berdasarkan keluarga, kewarganegaraan dan kelas
U

sosial. Untuk keluarga, Muhammad menyediakan produk peralatan


rumah tangga. Sedangkan produk yang dijual Nabi untuk warga negara
asing di Busra terdiri dari kismis, parfum, kurma kering, barang tenunan,
batangan perak dan ramuan.
D

Segmentasi psikografi yang dilakukan Nabi Muhammad Shallallahu


‘alaihi wa sallam adalah mengelompokkan pasar dalam gaya hidup, nilai
dan kepribadian. Gaya hidup ditunjukkan oleh orang yang menonjol
daripada kelas sosial. Minat terhadap suatu produk dipengaruhi oleh
gaya hidup, maka barang yang dibeli oleh orang-orang tersebut untuk
menunjukkan gaya hidupnya. Nabi mengetahui kebiasaan orang Bahrain,
cara hidup penduduknya, mereka minum dan cara mereka makan.
Segmentasi perilaku yang dilakukan Nabi Muhammad Shallallahu
‘alaihi wa sallam adalah dengan membagi kelompok berdasarkan status

Bab 6 | Sembilan Etika Pemasaran Islam 73


pemakai, kejadian, tingkat penggunaan, status kesetiaan, tahap kesiapan
pembeli dan sikap.
Pasar dikelompokkan menjadi bukan pemakai, bekas pemakai,
pemakai potensial, pemakai pertama kali dan pemakai tetap dari suatu
produk,atau manfaat yang terkandung dalam suatu produk.
Berangkat dari kajian sebelumnya, kiranya perlu kajian mendalam
terkait dengan bagaimana seharusnya aktivitas pemasaran dapat dibenarkan
oleh syariah atau kita memformulasikan konsep pemasaran syariah secara
benar. Kajian tentang pemasaran syariah belum banyak dilakukan. Di sisi
lain, lembaga berbasis syariah dan produk sudah berkembang dan beredar

Y
di sekitar kita. Di sisi lain, kondisi masyarakat dalam mensikapi lahirnya dan
beroperasinya lembaga syariah dapat dikelompokkan ke dalam masyarakat
yang mengedepankan pada emosional keagamaan dan masyarakat yang
mengedepankan rasional ekonomi.
M
Oleh karena itu, dari titik tolak yang terjadi ini, perlu dilakukan
kajian tentang–kalau meminjam istilah pemasaran konvensional–
konsep marketing mix yang sesuai dengan tuntunan syariah.
Dengan kata lain, konsep marketing mix ini akan dianalisis dan dikaji
M
secara mendetail dengan menggunakan rujukan dari Al-Quran, Al-
Hadis, ijma’ dan qiyas. Dengan harapan hasilnya dapat ditemukan
konsep marketing mix berdasarkan tuntunan ajaran Islam.
Pengertian “marketing mix  is the set of marketing tools that the firm uses
to pursuit its marketing objectives in the target market”. Oleh karena dalam
U

menggagas bisnis islami haruslah memerhatikan implementasi syariat


pada marketing mix. Implementasi syariat dapat diterapkan dalam
variabel-variabel marketing mix yakni product, price, place, dan promotion.
D

Berdasar pembahasan kajian di atas pemasaran dalam Islam, penulis


berkesimpulan, konsep pemasaran, yang dalam hal ini difokuskan
pada tinjauan marketing mix, sebenarnya telah ada sejak lebih dari
1.400 tahun lalu. Penemuan-penemuan ahli pemasaran dunia tentang
konsep marketing mix seperti Neil Borden pada 1953, Rasmussen (1955),
McCharthy (1960) dan Kotler (1967), sebenarnya sudah dipraktikkan
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam beserta para sahabat
dan tabi’in sejak ribuan tahun lalu. Namun memang jarang bahkan
mungkin belum ada yang mendefinisikan itu sebagai konsep marketing
mix. 

74 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


Di dalam konsep marketing mix islami ternyata didapat bahwasannya
dalam melakukan suatu pemasaran, baik barang maupun jasa, tidaklah
bebas nilai. Sebagai seorang khalifah di muka bumi, manusia juga
dituntut untuk menjaga kesejahteraan masyarakat secara umum,
dengan berdagang menggunakan cara yang halal dan diridhoi oleh
Allah Subhanahu wa ta’ala. Kajian lanjutan dapat dilakukan dengan
mengkaji lebih dalam dan lebih luas lagi tentang manajemen pemasaran
dalam Islam. Sehingga nantinya akan didapat suatu konsep manajemen
pemasaran syariah yang kompleks dan komprehensif, yang nantinya
dapat digunakan untuk memperkaya khasanah manajemen pemasaran
syariah.

Y
Berkaitan dengan bauran pemasaran konvensional, maka penerapan
dalam syariah akan merujuk pada konsep dasar kaidah fikih. Yakni: Al-
ashlu fil-muamalah al-ibahah illa ayyadulla dalilun ’ala tahrimiha, yang
M
artinya, “Pada dasarnya semua bentuk muamalah boleh dilakukan
kecuali ada dalil yang mengharamkannya.” 

C. Latihan Soal
M
1. Jelaskan sembilan etika pemasaran yang diajarkan oleh Islam!
2. Bagaimana tanggapan anda mengenai model pemasaran bisnis
MLM, apakah sudah sesuai dengan etika pemasaran Islam ?
U

DAFTAR PUSTAKA
Al Qur’an al Karim, Departemen Agama RI.
Adiwarman Karim,Ekonomi Mikro Islam, Jakarta: Karim Bisnis
D

Konsulting, 2005.
Hermawan Kertajaya dan Muhammad Syakir Sula, Syariah Marketing,
Cetakan I, 2006, Mizan Pustaka.
Philip Kotler dan Gary Amstrong, 2003, Dasar-dasar Pemasaran, Edisi 9,
Jilid 1 dan 2, PT. Indeks Kelompok Gramedia, Jakarta.
Philip Kotler, 2002, Manajemen Pemasaran, Edisi Milenium, Jilid 1 dan
2, Penerbit Prehallindo, Jakarta.

Bab 6 | Sembilan Etika Pemasaran Islam 75


Basu Swastha, 1996, Asas-asas Marketing, Edisi Ketiga, Penerbit Liberty,
Yogyakarta.
M. Amin Suma, Asuansi syari’ah dan Asuransi Konvensinal: Tori, system,
aplikasi dan pemasaran, Kholam Publishing, Ciputat, 2006.
Muhammad Syafii Antonio, bank Syariah dari Teori ke Praktik, Jakarta:
Gema Insani Press, 2001.

Y
M
M
U
D

76 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


BAB 7
MEMBANGUN BISNIS DENGAN
NILAI-NILAI SYARIAH
DENGAN MENELADANI SIFAT
RASULULLAH

Y
A. Tujuan Pembelajaran
M
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai Membangun Bisnis dengan
Nilai-nilai Syariah sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Muhammad
M
Saw. Melalui Risetasi, Anda harus mampu:
1. Menjelaskan tentang bagaimana Nabi Muhammad membangun
bisnisnya.
2. Menjelaskan tentang sifat-sifat Nabi Muhammad yang bisa
U

diteladani dalam berbisnis.


3. Menilai secara kritis etika bisnis dalam Islam dan implementasinya
pada masa modern.
D

B. Uraian Materi
1. Cara Nabi Muhammad Membangun Bisnis
Kelahiran Nabi Muhammad merupakan peristiwa yang tiada
bandingnya dalam sejarah umat manusia, karena kehadirannya telah
membuka zaman baru dalam pembangunan peradaban dunia bahkan
alam semesta (rahmatul-lillamin 21: 107) beliau adalah utusan Allah
Swt. yang terakhir sebagai pembawa kebaikan dan kemaslahatan bagi
seluruh umat manusia. Michael Hart dalam bukunya, menempatkan

77
beliau sebagai orang nomor satu dalam daftar seratus orang yang memiliki
pengaruh yang sangat besar dalam sejarah. Kata Hart, Muhammad Saw.
terpilih untuk menempati posisi pertama dalam urutan seratus tokoh
dunia yang paling berpengaruh, karena beliau merupakan satu-satunya
manusia yang memiliki kesuksesan yang paling hebat di dalam kedua
bidang-bidang sekaligus: agama dan bidang duniawi.
Kesuksesan Nabi Muhammad Saw. telah banyak dibahas para ahli
sejarah, baik sejarawan Islam maupun sejarawan Barat. Salah satu
sisi kesuksesan Nabi Muhammad adalah kiprahnya sebagai seorang
padagang (wirausahawan). Namun, sisi kehidupan Nabi Muhammad

Y
sebagai pedagang dan pengusaha kurang mendapat perhatian dari
kalangan ulama pada momentum peringatan maulid Nabi. Karena itu,
dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad Saw. di tahun
1427 H ini, kita perlu merekonstruksi sisi tijarah Nabi Muhammad Saw.,

sukses spektakuler di zamannya.

a. Aktivitas Bisnis Muhammad


M
khususnya manajemen bisnis yang beliau terapkan sehingga mencapai
M
Reputasi Nabi Muhammad dalam dunia bisnis dilaporkan antara
lain oleh Muhaddits Abdul Razzaq. Ketika mencapai usia dewasa
beliau memilih perkerjaan sebagai pedagang/wirausaha. Pada saat
belum memiliki modal, beliau menjadi manajer perdagangan para
investor (shohibul mal) berdasarkan bagi hasil. Seorang investor
U

besar Makkah, Khadijah, mengangkatnya sebagai manajer ke pusat


perdagangan Habshah di Yaman. Kecakapannya sebagai wirausaha telah
mendatangkan keuntungan besar baginya dan investornya.Tidak satu
pun jenis bisnis yang ia tangani mendapat kerugian. Ia juga empat kali
D

memimpin ekspedisi perdagangan untuk Khadijah ke Syiria, Jorash,


dan Bahrain di sebelah timur Semenanjung Arab.
Dalam literatur sejarah disebutkan bahwa di sekitar masa mudanya,
Nabi Saw. banyak dilukiskan sebagai Al-Amin atau Ash-Shiddiq dan bahkan
pernah mengikuti pamannya berdagang ke Syiria pada usia anak-anak,
12 tahun. Lebih dari dua puluh tahun Nabi Muhammad Saw. berkiprah
di bidang wirausaha (perdagangan), sehingga beliau dikenal di Yaman,
Syiria, Basrah, Iraq, Yordania, dan kota-kota perdagangan di Jazirah Arab.
Namun demikian, uraian mendalam tentang pengalaman dan keterampilan
dagangnya kurang memperoleh pengamatan selama ini.

78 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


Sejak sebelum menjadi mudharib (fund manager) dari harta Khadijah,
ia kerap melakukan lawatan bisnis, seperti ke kota Busrah di Syiria
dan Yaman. Dalam Sirah Halabiyah dikisahkan, ia sempat melakukan
empat lawatan dagang untuk Khadijah, dua ke Habsyah dan dua lagi ke
Jorasy, serta ke Yaman bersama Maisarah. Ia juga melakukan beberapa
perlawatan ke Bahrain dan Abisinia. Perjalanan dagang ke Syiria adalah
perjalanan atas nama Khadijah yang kelima, di samping perjalanannya
sendiri- yang keenam-termasuk perjalanan yang dilakukan bersama
pamannya ketika Nabi berusia 12 tahun.
Di pertengahan usia 30-an, ia banyak terlibat dalam bidang

Y
perdagangan seperti kebanyakan pedagang-pedagang lainnya. Tiga dari
perjalanan dagang Nabi setelah menikah, telah dicatat dalam sejarah:
pertama, perjalanan dagang ke Yaman, kedua, ke Najd, dan ketiga ke
Najran. Diceritakan juga bahwa di samping perjalanan-perjalanan
M
tersebut, Nabi terlibat dalam urusan dagang yang besar, selama musim-
musim haji, di festival dagang Ukaz dan Dzul Majaz. Sedangkan musim
lain, Nabi sibuk mengurus perdagangan grosir pasar-pasar kota Makkah.
Dalam menjalankan bisnisnya Nabi Muhammad jelas menerapkan
prinsip-prinsip manajemen yang jitu dan handal sehingga bisnisnya
M
tetap untung dan tidak pernah merugi.

b. Implementasi manajemen bisnis


Jauh sebelum Frederick W. Taylor (1856-1915) dan Henry Fayol
U

mengangkat prinsip manajemen sebagai suatu disiplin ilmu, Nabi


Muhammad Saw. Sudah mengimplementasikan nilai-nilai manajemen
dalam kehidupan dan praktik bisnisnya. Ia telah dengan sangat baik
mengelola proses, transaksi, dan hubungan bisnis dengan seluruh
D

elemen bisnis serta pihak yang terlihat di dalamnya. Bagaimana


gambaran beliau mengelola bisnisnya, Prof. Afzalul Rahman dalam
buku Muhammad A Trader, mengungkapkan:

Muhammad did his dealing honestly and fairly and never gave his customers
to complain. He always kept his promise and delivered on time the goods
of quality mutually agreed between the parties. He always showed a gread
sense of responsibility and integrity in dealing with other people. Bahkan
dia mengatakan: His reputation as an honest and truthful trader was well
established while he was still in his early youth.

Bab 7 | Membangun Bisnis dengan Nilai-nilai Syariah 79


Berdasarkan tulisan Afzalurrahman di atas, dapat diketahui bahwa
Nabi Muhammad adalah seorang pedagang yang jujur dan adil dalam
membuat perjanjian bisnis. Ia tidak pernah membuat para pelanggannya
komplen. Dia sering menjaga janjinya dan menyerahkan barang-barang
yang di pesan dengan tepat waktu. Dia senantiasa menunjukkan rasa
tanggung jawab yang besar dan integritas yang tinggi dengan siapa
pun. Reputasinya sebagai seorang pedagang yang jujur dan benar telah
dikenal luas sejak beliau berusia muda.
Dasar-dasar etika dan menejemen bisnis tersebut, telah mendapat
legitimasi keagamaan setelah beliau diangkat menjadi Nabi. Prinsip-

Y
prinsip etika bisnis yang diwariskan semakin mendapat pembenaran
akademis di penghujung abad ke-20 atau awal abad ke- 21. Prinsip bisnis
modern, seperti tujuan pelanggan dan kepuasan konsumen (costumer
satisfaction), pelayanan yang unggul (service exellence), kompetensi,
M
efisiensi, transparansi, persaingan yang sehat dan kompetitif, semuanya
telah menjadi gambaran pribadi, dan etika bisnis Muhammad Saw.
ketika ia masih muda.
Pada zamannya, ia menjadi pelopor perdagangan berdasarkan
M
prinsip kejujuran, transaksi bisnis yang fair, dan sehat. Ia tak segan-
segan mensosialisasikannya dalam bentuk edukasi langsung dan
statemen yang tegas kepada para pedagang. Pada saat beliau menjadi
kepala negara, law enforcement benar-benar ditegakkan kepada para pelaku
bisnis nakal. Beliau pula yang memperkenalkan asas Pacta Sur Servanda
U

yang kita kenal sebagai asas utama dalam hukum perdata dan perjanjian.
Di tangan para pihaklah terdapat kekuasaan tertinggi untuk melakukan
transaksi, yang dibangun atas dasar saling setuju. “Sesungguhnya
transaksi jual-beli itu (wajib) didasarkan atas saling setuju (ridla)”. Terhadap
D

tindakan penimbunan barang, beliau dengan tegas menyatakan:


“Tidaklah orang yang menimbun barang (ihtikar) itu, kecuali pasti pembuat
kesalahan (dosa)”
Sebagai debitur, Nabi Muhammad tidak pernah menun­­jukkan
wanprestasi (default) kepada krediturnya. Ia kerap membayar sebelum
jatuh tempo seperti yang di­tun­juk­kannya atas pinjaman 40 dirham dari
Abdullah Ibn Abi Rabi. Bahkan kerap pengembalian yang diberikan
lebih besar nilainya dari pokok pinjaman, sebagai penghargaan kepada
kreditur. Suatu saat ia pernah meminjam seekor unta yang masih muda,

80 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


kemudian menyuruh Abu Rafi mengembalikannnya dengan seekor unta
bagus yang umurnya tujuh tahun. Berikan padanya unta tersebut, sebab
orang yang paling utama adalah orang yang menebus utangnya dengan cara yang
paling baik (HR Muslim).
Sebagaimana disebut diawal, bahwa penduduk Makkah sendiri
memanggilnya dengan sebutan Al-Shiddiq (jujur) dan Al-Amin
(terpercaya). Sebutan Al-Amin ini diberikan kepada beliau dalam
kapasitasnya sebagai pedagang. Tidak heran jika Khadijah pun
menganggapnya sebagai mitra yang dapat dipercaya dan menguntungkan,
sehingga ia mengutusnya dalam beberapa perjalanan dagang ke berbagai

Y
pasar di Utara dan Selatan dengan modalnya. Ini dilakukan kadang-
kadang dengan kontrak biaya (upah), modal perdagangan, dan kontrak
bagi hasil.
Dalam dunia manajemen, kata benar digunakan oleh Peter Drucker
M
untuk merumuskan makna efisiensi dan efektivitas. Efisiensi berarti
melakukan sesuatu secara benar (do thing right), sedangkan efektivitas
adalah melakukan sesuatu yang benar (do the right thing).
Efisiensi ditekankan pada penghematan dalam penggunaan input
M
untuk menghasilkan suatu output tertentu. Upaya ini diwujudkan melalui
penerapan konsep dan teori manajemen yang tepat. Sedangkan efektivitas
ditekankan pada tingkat pencapaian atas tujuan yang diwujudkan melalui
penerapan leadership dan pemilihan strategi yang tepat
Prinsip efisiensi dan efektivitas ini digunakan untuk mengukur
U

tingkat keberhasilan suatu bisnis. Prinsip ini mendorong para akademisi


dan praktisi untuk mencari berbagai cara, teknik dan metoda yang dapat
mewujudkan tingkat efisiensi dan efektivitas yang setinggi-tingginya.
Semakin efisien dan efektif suatu perusahaan, maka semakin kompetitif
D

perusahaan tersebut. Dengan kata lain, agar sukses dalam menjalankan


binis maka sifat shiddiq dapat dijadikan sebagai modal dasar untk
menerapkan prinsip efisiensi dan efektivitas.

2. Sifat-sifat Nabi Muhammad dan Aplikasinya dalam


Berbisnis
Nabi Muhammad adalah seorang utusan Allah yang menjadi
rahmatan lil’alamin, maka pada diri beliau terdapat sifat-sifat yang

Bab 7 | Membangun Bisnis dengan Nilai-nilai Syariah 81


bisa menjadi suri teladan bagi seluruh umat manusia. Allah telah jelas
menyebutkan keabikan sifat nabi muhammad ini dalam Al-Qur’an:

“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan
hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”(QS Al-Ahzab:21)

Beliau adalah sosok ideal sebagai manusia yang menjalankan


tugasnya sebagai khalifatullah di muka bumi ini. Sifat-sifat yang kita
kenal selama ini yaitu sidiq yang berarti jujur, amanah yang berarti
dapat dipercaya, fathonah yang berarti cerdas, dan tabligh yang berarti
menyampaikan. Di samping itu ada sifat yang menjadi kunci kesuksesan

Y
beliau dalam berdakwah, yaitu istiqomah. Istiqomah berarti keajegan
dalam berusaha, atau dengan kata lain kontinuitas dalam menjalankan
sesuatu.  Berkaitan dengan sifat-sifat terpuji Nabi Muhammad dalam
M
kehiudpan sehari-hari, beliau menerapkannya dalam setiap sisi
kehidupan, dalam pergaulan dengan kaum muslimin dan sahabat
maupun dengan orang-orang kafir. Dalam berdagang maupun dalam
berdakwah sifat-sifat tersebut melekat erat dan tercermin dalam sikap
beliau.
M
Berkaitan dengan sifat mulia dan terpuji nabi Muhammad,
sifat-sifat terebut dapt diterapkan dalam kehidupan berbisnis atau
bermuamalah di jaman sekarang. Karena dilihat dari manapun semua
etika bisnis ataupun aturan bermula dan berakar dari 5 hal yang menjadi
U

merupakan sifat terpuji Nabi Muhammad, yang seharusnya diterapkan


tanpa banyak pertimbangan dan modifikasi sehingga menjadi semakin
rumit. Sifat-sifat itu berlaku universal, selalu relevan dengan tuntutan
dan kebutuhan zaman. Kapan pun manusia membutuhkan orang yang
D

memiliki sifat-sifat mulia itu. Seluruh bangsa dan umat manusia di


muka bumi ini memerlukan pemimpin yang adil, jujur, bisa berkata
yang berbuat secara sama. Satu persatu akan dibahas sifat-sifat terpuji
dari Rasulullah Saw. yang bisa diterapkan dalam kehidupan berbisnis.

1. Fathonah
Kecerdasan menjadi kunci dasar dalam dakwah Rasulullah, karena
untuk menyampaikan 6.236 ayat Al-Qur’an kemudian menjelaskannya
dalam puluhan ribu hadits membutuhkan kecerdasan yang luar biasa.
Selain itu menerpkan dan menerjemahkan dalam kejadian sehari-hari juga

82 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


memerlukan tingkat pengamatan dan analisis yang tidak biasa. Sehingga
musatahil bila ada yang mengatakan nabi Muhammad Saw. jahil. 
Terapannya dalam berbisnis, jika mengacu bagaimana cerdasnya
Rasulullah mengatur bangsa arab yang pada saat itu dalam keadaan
bodoh dan terpecah belah kemudian menyatukannya dalam satu
bangsa yang besar yang berbudaya, maka kemampuan dalam analisis,
manajemen, dan evaluasi serta komunikasi yang ‘cerdas’ harusnya
dilakukan dengan totalitas dalam bisnis. Cerdas dalam melakukan
perncanaan, mengorganisir, menerapkan strategi-strategi bisnis, dan
cerdas dalam semua hal. Dengan memiliki sifat fathonah seseoranag

Y
akan menguasai bidangnya, menjadi seorang profesional, dan mampu
menghasilkan keputusan yang cepat dan tepat.

2.  Amanah
M
Amanah berarti dapat dipercaya. Seperti diketahui, nabi Muhammad
mendapat gelar al-amin dari suku Quraisy. Apa pun yang beliau ucapkan,
dipercayai dan diyakini penduduk Makkah kerana beliau terkenal sebagai
seorang yang tidak pernah berdusta. Sekalipun seorang kafir Quraisy
lebih mempercayai Nabi Muhammad daripada rekan se-sukunya.
M
Kaitannya dalam sebuah bisnis, sifat amanah adalah salah “alat”
untuk menjalin komunikasi bisnis dan mendapatkan kepercayaan dari
rekan bisnis. Pada dasarnya hal terpenting dalam urusan bisnis dan
peradagangan adalah trust, yang mencerminkan integritas seseorang
U

dalam bekerja. Integritas seseorang akan terbentuk dari sejauh mana


orang tersebut dapat memelihara amanah yang diberikan kepadanya.
Pebisnis yang baik adalah yang mampu memelihara integritasnya.
Integritas yang terpelihara akan menimbulkan kepercayaan (trust) bagi
D

nasabah, mitra bisnis, dan bahkan semua stakeholder dalam suatu


bisnis. Integritas akan menjadi sebuah “jaminan mutu” dalam berbisnis.
Selain itu dalam praktik perdagangan yang Islami, dikenal adanya
istilah “perdagangan atas dasar amanah”. Akad-akad tijarah yang diterapkan
pada prinsipnya menggunakan prinsip mudharabah, murabahah, syirkah,
dan wakalah, diperlukan komitmen semua pihak atas amanah yang
diberikan kepadanya. Adanya salah satu pihak yang khianat atas amanah
yang dipercayakan kepadanya bisa mengakibatkan pembatalan akad
perjanjian.

Bab 7 | Membangun Bisnis dengan Nilai-nilai Syariah 83


3. Sidiq
Makna sifat sidiq adalah jujur. Sifat jujur berarti tidak ada
pertentangan antara perkataan dan perbuatan. Kejujuran Nabi
Muhammad Saw. telah terbukti dengan gelar al-amiin yang melekat
pada beliau. Pada awal kerasulannya, Muhammad Saw. pernah bertanya
kepada kaum Quraisy, “Bagaimana pendapatmu sekalian kalau kukatakan
bahwa di balik bukit ini ada pasukan berkuda? Percayakah kalian?”Jawab
mereka, “Ya, engkau tidak pernah disangsikan. Belum pernah kami melihat
engkau berdusta”. Kejujuran Nabi Muhammad tidak luntur meskippun
disekitar lingkungannya di Mekah yang jahil.

Y
Dalam berbisnis, kejujuran adalah kunci untuk mendapatkan trust
dari rekan, konsumen maupun manager. Bisnis dengan sifat shiddiq
adalah bisnis yang dijalankan secara jujur, adil, bersaing sehat dan tidak
sampai merugikan pelanggan Kejujuran dalam bisnis bisa diwujudkan
M
dalam bentuk kesungguhan dan ketepatan, misalnya tepat waktu,
menepati janji, tidak menutupi keburukan, melayani dengan totalitas,
dan pelaporan yang sesuai  fakta. Orang yang bersifat sidiq dalam bisnis,
akan melakukan dengan sebenar-benarnya dalam membuat perencanaan,
M
keputusan dan efisien serta efektif dalam implementasi di lapangan.  

4. Tabligh
Tabligh berarti menyampaikan. Segala firman Allah yang ditujukan
oleh manusia, disampaikan oleh Nabi. Tidak ada yang disembunyikan
U

meski itu menyinggung beliau. Sudah menjadi tugas beliau sebagai


nabi dan rasul untuk menyampaikan fiman Allah dan segala petunjuk
untuk membimbing manusia. Namun, satu hal yang pasti, dalam
menyampaikan segala firman Allah pastilah diperlukan kemampuan
D

komunikasi. Karena mengkomunikasikan segala firman Allah dalam


kondisi dan lingkungan masyarakat jahiliyah tentu diperlukan teknik yang
tepat dan visi yang kuat. Bagaimanapun pesan yang disampaikan Allah
untuk umat manusia, nabi Muhammad mengkomunikasikan semuanya
walaupun satu atau beberapa ayat menyinggung dan mengkritik beliau.
Orang yang memiliki sifat tabligh, akan menyampaikan sesuatu dengan
benar (berbobot) dan dengan tutur kata yang tepat (bi al-hikmah).
Apabila sifat tabligh diterapkan dalam berbisnis, bisa di derivasikan
menjadi kemampuan komunikasi dan argumentasi dalam menyampaikan

84 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


sesuatu. Namun dalam terapannya, menyampaikan bukan berarti asal
menyampaikan, namun dikemas dengan cara yang komunikatif dan
argumentatif sehingga inti dari pesan yang ingin disampaikan bisa
tersampaikan. Apa pun yang menjadi keunggulan dan kelemahan produk
misalnya, harus disampaikan pada pelanggan atau konsumen. Begitu
juga dalam pelaporan dan presentasi, semua dilakukan dengan teknik
yang benar-benar bertujuan agar maksud dan tujuan serta segala sesuatu
tersampaikan dengan benar, bukan hanya sekadar tersampaikan.  

5. Istiqomah   
Sifat istiqomah berarti melakukan sesuatu secara terus-menerus,

Y
sikap mantap, tegak, konsisten, atau lebih simpel dikatakan sebagai
kontinuitas. Keistiqomahan nabi Muhammad tidak perlu diragukan
lagi dalam berdakwah menyebarkan ajaran islam. Islam yang menyebar
M
sampai ke seluruh pelosok dunia adalah bukti keitiqomahan beliau.
Apabila beliau tidak istiqomah dalam berdakwah pastilah islam tidak akan
menjadi agama mayoritas penduduk dunia dan sebagai rahmatan lil ‘alamin.
Dalam lingkungan bisnis, orang yang istiqamah dalam kebaikan
akan mendapatkan ketenangan sekaligus mendapatkan solusi serta
M
jalan keluar dari persoalan yang ada. Istiqomah dalam bisnis berarti
konsisten dalam melakukan usaha dan tahan godaan yang mungkin
menjadi penghambat sampai tujuannya tercapai.
U

C. Latihan Soal
1. Jelaskan Empat sifat Nabi Muhammad dan aplikasinya dalam dunia
bisnis modern!
D

2. Bagaimana sistem perekonomian di negara kita apabila keseluruhan


sifat-sifat Nabi Muhammad Saw. tersebut diterapkan oleh para
pelaku bisnis?

DAFTAR PUSTAKA
Al Qur’an al Karim, Departemen Agama RI.
Adiwarman Karim,Ekonomi Mikro Islam, Jakarta: Karim Bisnis
Konsulting, 2005.

Bab 7 | Membangun Bisnis dengan Nilai-nilai Syariah 85


Hermawan Kertajaya dan Muhammad Syakir Sula, Syariah Marketing,
Cetakan I, 2006, Mizan Pustaka.
Philip Kotler dan Gary Amstrong, 2003, Dasar-dasar Pemasaran, Edisi 9,
Jilid 1 dan 2, PT. Indeks Kelompok Gramedia, Jakarta.
Philip Kotler, 2002, Manajemen Pemasaran, Edisi Milenium, Jilid 1 dan
2, Penerbit Prehallindo, Jakarta.
Basu Swastha, 1996, Asas-asas Marketing, Edisi Ketiga, Penerbit Liberty,
Yogyakarta.
M. Amin Suma, Asuansi syari’ah dan Asuransi Konvensinal: Tori, system,
aplikasi dan pemasaran, Kholam Publishing, Ciputat, 2006.

Y
Muhammad Syafii Antonio, bank Syariah dari Teori ke Praktik, Jakarta:
Gema Insani Press, 2001.

M
M
U
D

86 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


BAB 8
MEMBANGUN BISNIS
DENGAN NILAI-NILAI
SYARIAH: KEADILAN VERSUS
KESERAKAHAN

Y
A. Tujuan Pembelajaran
M
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai Membangun Bisnis dengan
Nilai-nilai Syariah terutama nilai-nilai keadilan dalam berbisnis. Melalui
M
Risetasi, Anda harus mampu:
1. Menjelaskan tentang bagaimana konsep keadilan dalam berbisnis.
2. Menjelaskan tentang keadilan versus keserakahan dan nilai-nilai
syariah dalam bisnis.
U

3. Menilai secara kritis etika bisnis dalam Islam dan implementasinya


pada masa modern.
D

B. Uraian Materi
1. Konsep Keadilan dalam Bisnis
Dalam kaitan dengan keterlibatan sosial, tanggung jawab sosial
perusahaan berkaitan langsung dengan penciptaan atau perbaikan
kondisi sosial ekonomi yang semakin sejahtera dan merata. Tidak
hanya dalam pengertian bahwa terwujudnya keadilan akan menciptakan
stabilitas sosial yang akan menunjang kegiatan bisnis, melainkan juga
dalam pengertian bahwa sejauh prinsip keadilan dijalankan akan lahir
wajah bisnis yang lebih baik dan etis. Tidak mengherankan bahwa

87
hingga sekarang keadilan selalu menjadi salah satu topic penting dalam
etika bisnis.

a. Teori Keadilan Aristoteles Atas Pengaruh Aristoteles Secara


Tradisional Keadilan Dibagi Menjadi Tiga:
1. Keadilan Legal
Keadilan legal yaitu perlakuan yang sama terhadap semua orang
sesuai dengan hukum yang berlaku. Itu berarti semua orang harus
dilindungi dan tunduk pada hukum yang ada secara tanpa pandang
bulu. Keadilan legal menyangkut hubungan antara individu atau

Y
kelompok masyarakat dengan negara. Intinya adalah semua orang atau
kelompok masyarakat diperlakukan secara sama oleh negara dihadapan
dan berdasarkan hukum yang berlaku. Semua pihak dijamin untuk
mendapatkan perlakuan yang sama sesuai dengan hukum yang berlaku.

2. Keadilan Komutatif
M
Keadilan ini mengatur hubungan yang adil antara orang yang
satu dan yan lain atau antara warganegara yang satu dengan warga
M
negara lainnya. Keadilan komutatif menyangkut hubungan horizontal
antara warga yang satu dengan warga yang lain. Dalam bisnis, keadilan
komutatif juga disebut atau berlaku sebagai keadilan tukar. Dengan kata
lain, keadilan komutatif menyangkut pertukaran yang adil antara pihak-
pihak yang terlibat. Prinsip keadilan komutatif menuntut agar semua
U

orang menepati apa yang telah dijanjikannya, mengembalikan pinjaman,


memberi ganti rugi yang seimbang, memberi imbalan atau gaji yang
pantas, dan menjual barang dengan mutu dan harga yang seimbang.
D

3. Keadilan Distributif
Prinsip dasar keadilan distributif yang dikenal sebagai keadilan
ekonomi adalah distribusi ekonomi yang merata atau yang dianggap
adil bagi semua warga negara. Keadilan distributif punya relevansi
dalam dunia bisnis, khususnya dalam perusahaan. Berdasarkan
prinsip keadilan ala Aristoteles, setiap karyawan harus digaji sesuai
dengan prestasi, tugas, dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Pandangan-pandangan Aristoteles tentang keadilan bisa kita dapatkan
dalam karyanya nichomachean ethics, politics, dan rethoric. Lebih khususnya,
dalam buku nicomachean ethics, buku itu sepenuhnya ditujukan bagi

88 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


keadilan yang berdasarkan filsafat umum Aristoteles, mesti dianggap
sebagai inti dari filsafat hukumnya, “karena hukum hanya bisa
ditetapkan dalam kaitannya dengan keadilan”. Yang sangat penting dari
pandanganya ialah pendapat bahwa keadilan mesti dipahami dalam
pengertian kesamaan. Namun Aristoteles membuat pembedaan penting
antara kesamaan numerik dan kesamaan proporsional. Kesamaan
numerik mempersamakan setiap manusia sebagai satu unit. Inilah yang
sekarang biasa kita pahami tentang kesamaan dan yang kita maksudkan
ketika kita mengatakan bahwa semua warga adalah sama di depan
hukum. Kesamaan proporsional memberi tiap orang apa yang menjadi
haknya sesuai dengan kemampuannya, prestasinya, dan sebagainya.

Y
Dari pembedaan ini Aristoteles menghadirkan banyak kontroversi
dan perdebatan seputar keadilan. Lebih lanjut, dia membedakan
keadilan menjadi jenis keadilan distributif dan keadilan korektif. Yang
M
pertama berlaku dalam hukum publik, yang kedua dalam hukum perdata
dan pidana. Kedailan distributif dan korektif sama-sama rentan terhadap
problema kesamaan atau kesetaraan dan hanya bisa dipahami dalam
kerangkanya. Dalam wilayah keadilan distributif, hal yang penting ialah
bahwa imbalan yang sama-rata diberikan atas pencapaian yang sama rata.
M
Pada yang kedua, yang menjadi persoalan ialah bahwa ketidaksetaraan
yang disebabkan oleh, misalnya, pelanggaran kesepakatan, dikoreksi
dan dihilangkan.
Keadilan distributif menurut Aristoteles berfokus pada distribusi,
U

honor, kekayaan, dan barang-barang lain yang sama-sama bisa


didapatkan dalam masyarakat. Dengan mengesampingkan “pembuktian”
matematis, jelaslah bahwa apa yang ada dibenak Aristoteles ialah
distribusi kekayaan dan barang berharga lain berdasarkan nilai yang
D

berlaku dikalangan warga. Distribusi yang adil boleh jadi merupakan


distribusi yang sesuai dengan nilai kebaikannya, yakni nilainya bagi
masyarakat.
Di sisi lain, keadilan korektif berfokus pada pembetulan sesuatu yang
salah. Jika suatu pelanggaran dilanggar atau kesalahan dilakukan, maka
keadilan korektif berusaha memberikan kompensasi yang memadai bagi
pihak yang dirugikan jika suatu kejahatan telah dilakukan, maka hukuman
yang sepantasnya perlu diberikan kepada si pelaku. Bagaimanapun,
ketidakadilan akan mengakibatkan terganggunya “kesetaraan” yang sudah
mapan atau telah terbentuk. Keadilan korektif bertugas membangun

Bab 8 | Membangun Bisnis dengan Nilai-nilai Syariah 89


kembali kesetaraan tersebut. Dari uraian ini tampak bahwa keadilan
korektif merupakan wilayah peradilan sedangkan keadilan distributif
merupakan bidangnya pemerintah.
Dalam membangun argumennya, Aristoteles menekankan perlunya
dilakukan pembedaan antara vonis yang mendasarkan keadilan pada sifat
kasus dan yang didasarkan pada watak manusia yang umum dan lazim,
dengan vonis yang berlandaskan pandangan tertentu dari komunitas
hukum tertentu. Pembedaan ini jangan dicampuradukkan dengan
pembedaan antara hukum positif yang ditetapkan dalam undang-undang
dan hukum adat. Karena, berdasarkan pembedaan Aristoteles, dua peni

Y
laian yang terakhir itu dapat menjadi sumber pertimbangan yang hanya
mengacu pada komunitas tertentu, sedangkan keputusan serupa yang
lain, kendati diwujudkan dalam bentuk perundang-undangan, tetap
merupakan hukum alamjika bisa didapatkan dari fitrah umum manusia.

b. Teori Keadilan Adam Smith


M
Pada teori keadilan Aristoteles, Adam Smith hanya menerima satu
konsep atau teori keadilan yaitu keadilan komutatif. Alasannya, yang
M
disebut keadilan sesungguhnya hanya punya satu arti yaitu keadilan
komutatif yang menyangkut kesetaraan, keseimbangan, keharmonisan
hubungan antara satu orang atau pihak dengan orang atau pihak lain.

1. Prinsip No Harm
U

Prinsip keadilan komutatif menurut Adam Smith adalah no harm,


yaitu tidak merugikan dan melukai orang lain baik sebagai manusia,
anggota keluarga atau anggota masyarakat baik menyangkut pribadinya,
miliknya atau reputasinya. Pertama, keadilan tidak hanya menyangkut
D

pemulihan kerugian, tetapi juga menyangkut pencegahan terhadap


pelanggaran hak dan kepentingan pihak lain. Kedua, pemerintah dan
rakyat sama-sama mempunyai hak sesuai dengan status sosialnya
yang tidak boleh dilanggar oleh kedua belah pihak. Pemerintah wajib
menahan diri untuk tidak melanggar hak rakyat dan rakyat sendiri
wajib menaati pemerintah selama pemerintah berlaku adil, maka
hanya dengan inilah dapat diharapkan akan tercipta dan terjamin suatu
tatanan sosial yang harmonis. Ketiga, keadilan berkaitan dengan prinsip
ketidakberpihakan (impartiality), yaitu prinsip perlakuan yang sama
didepan hukum bagi setiap anggota masyarakat.

90 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


2. Prinsip Non-Intervention
Di samping prinsip no harm, juga terdapat prinsip no intervention
atau tidak ikut campur dan prinsip perdagangan yang adil dalam
kehidupan ekonomi. Prinsip ini menuntut agar demi jaminan dan
penghargaan atas hak dan kepentingan setiap orang, tidak seorangpun
diperkenankan untuk ikut campur tangan dalam kehidupan dan kegiatan
orang lain.campur tangan dalam bentuk apa pun akan merupakan
pelanggaran terhadap hak orang tertentu yang merupakan suatu harm
(kerugian) dan itu berarti telah terjadi ketidakadilan.

3. Prinsip Keadilan Tukar

Y
Prinsip keadilan tukar atau prinsip pertukaran dagang yang fair,
terutama terwujud dan terungkap dalam mekanisme harga dalam
pasar. Dalam keadilan tukar ini, Adam Smith membedakan antara
M
harga alamiah dan harga pasar atau harga aktual. Harga alamiah adalah
harga yang mencerminkan biaya produksi yang telah dikeluarkan oleh
produsen, yaitu terdiri dari tiga komponen biaya produksi berupa upah
buruh, keuntungan untuk pemilik modal, dan sewa. Sedangkan harga
pasar atau harga aktual adalah harga yang aktual ditawarkan dan dibayar
M
dalam transaksi dagang didalam pasar.

c. Keadilan sosial ala John Rawls


John Rawls dalam bukunya a theory of justice menjelaskan teori
U

keadilan sosial sebagai the difference principle dan the principle of fair equality
of opportunity. Inti the difference principle, adalah bahwa perbedaan sosial
dan ekonomis harus diatur agar memberika manfaat yang paling besar
bagi mereka yang paling kurang beruntung. Istilah perbedaan sosil-
D

ekonomis dalam prinsip perbedaan menuju pada ketidaksamaan dalam


prospek seorang untuk mendapatkan unsur pokok kesejahteraan,
pendapatan, dan otoritas. Sementara itu, the principle of fair equality of
opportunity menunjukkan pada mereka yang paling kurang mempunyai
peluang untuk mencapai prospek kesejahteraan, pendapat dan otoritas.
Mereka inilah yang harus diberi perlindungan khusus.
Rawls mengerjakan teori mengenai prinsip-prinsip keadilan
terutama sebagai alternatif bagi teori utilitarisme sebagaimana
dikemukakan Hume, Bentham dan Mill. Rawls berpendapat bahwa

Bab 8 | Membangun Bisnis dengan Nilai-nilai Syariah 91


dalam masyarakat yang diatur menurut prinsip-prinsip utilitarisme,
orang-orang akan kehilangan harga diri, lagi pula bahwa pelayanan demi
perkembangan bersama akan lenyap. Rawls juga berpendapat bahwa
sebenarnya teori ini lebih keras dari apa yang dianggap normal oleh
masyarakat. Memang boleh jadi diminta pengorbanan demi kepentingan
umum, tetapi tidak dapat dibenarkan bahwa pengorbanan ini pertama-
tama diminta dari orang-orang yang sudah kurang beruntung dalam
masyarakat.
Menurut Rawls, situasi ketidaksamaan harus diberikan aturan yang
sedemikian rupa sehingga paling menguntungkan golongan masyarakat

Y
yang paling lemah. Hal ini terjadi kalau dua syarat dipenuhi. Pertama,
situasi ketidaksamaan menjamin maximum minimorum bagi golongan
orang yang paling lemah. Artinya situasi masyarakat harus sedemikian
rupa sehingga dihasilkan untung yang paling tinggi yang mungkin
M
dihasilkan bagi golongan orang-orang kecil. Kedua, ketidaksamaan diikat
pada jabatan-jabatan yang terbuka bagi semua orang. Maksudnya supaya
kepada semua orang diberikan peluang yang sama besar dalam hidup.
Berdasarkan pedoman ini semua perbedaan antara orang
M
berdasarkan ras, kulit, agama dan perbedaan lain yang bersifat
primordial, harus ditolak. Lebih lanjut John Rawls menegaskan bahwa
maka program penegakan keadilan yang berdimensi kerakyatan haruslah
memerhatikan dua prinsip keadilan, yaitu, pertama, memberi hak dan
kesempatan yang sama atas kebebasan dasar yang paling luas seluas
U

kebebasan yang sama bagi setiap orang. Kedua, mampu mengatur


kembali kesenjangan sosial ekonomi yang terjadi sehingga dapat
memberi keuntungan yang bersifat timbal balik (reciprocal benefits)
bagi setiap orang, baik mereka yang berasal dari kelompok beruntung
D

maupun tidak beruntung.


Dengan demikian, prisip berbedaan menuntut diaturnya
struktur dasar masyarakat sedemikian rupa sehingga kesenjangan
prospek mendapat hal-hal utama kesejahteraan, pendapatan, otoritas
diperuntukkan bagi keuntungan orang-orang yang paling kurang
beruntung. Ini berarti keadilan sosial harus diperjuangkan untuk
dua hal: Pertama, melakukan koreksi dan perbaikan terhadap kondisi
ketimpangan yang dialami kaum lemah dengan menghadirkan
institusi-institusi sosial, ekonomi, dan politik yang memberdayakan.

92 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


Kedua, setiap aturan harus memosisikan diri sebagai pemandu untuk
mengembangkan kebijakan-kebijakan untuk mengoreksi ketidak-adilan
yang dialami kaum lemah.

d. Prinsip Keadilan Distributif Rawls


Rawls merumuskan dua prinsip keadilan distributif, sebagai
berikut:
a. the greatest equal principle, bahwa setiap orang harus memiliki hak
yang sama atas kebebasan dasar yang paling luas, seluas kebebasan
yang sama bagi semua orang. Ini merupakan hal yang paling

Y
mendasar (hak asasi) yang harus dimiliki semua orang. Dengan
kata lain, hanya dengan adanya jaminan kebebasan yang sama bagi
semua orang maka keadilan akan terwujud (Prinsip Kesamaan Hak).
Prinsip the greatest equal principle, menurut penulis, tidak lain adalah
M
“prinsip kesamaan hak” merupakan prinsip yang memberikan
kesetaraan hak dan tentunya berbanding terbalik dengan beban
kewajiban yang dimiliki setiap orang (i.c. para kontraktan). Prinsip
ini merupakan ruh dari asas kebebasan berkontrak.
M
b. ketidaksamaan sosial dan ekonomi harus diatur sedemikian rupa
sehingga perlu diperhatikan asas atau prinsip berikut: (1) the different
principle, dan (2) the principle of fair equality of opportunity. Prinsip ini
diharapkan memberikan keuntungan terbesar bagi orang-orang yang
kurang beruntung, serta memberikan penegasan bahwa dengan
U

kondisi dan kesempatan yang sama, semua posisi dan jabatan harus
terbuka bagi semua orang (Prinsip Perbedaan Objektif). Prinsip
kedua, yaitu “the different principle” dan ”the principle of (fair) equality
of opportunity”, menurut penulis merupakan “prinsip perbedaan
D

objektif”, artinya prinsip kedua tersebut menjamin terwujudnya


proporsionalitas pertukaran hak dan kewajiban para pihak, sehingga
secara wajar (objektif) diterima adanya perbedaan pertukaran asalkan
memenuhi syarat good faith and fairness (redelijkheid en billijkheid).
Dengan demikian, prinsip pertama dan prinsip kedua tidak dapat
dipisahkan satu dengan lainnya. Sesuai dengan asas proprosionalitas,
keadilan Rawls ini akan terwujud apabila kedua syarat tersebut
diterapkan secara komprehensif. Dengan penekanannya yang begitu
kuat pada pentingnya memberi peluang yang sama bagi semua

Bab 8 | Membangun Bisnis dengan Nilai-nilai Syariah 93


pihak, Rawls berusaha agar keadilan tidak terjebak dalam ekstrem
kapitalisme di satu pihak dan sosialisme di lain pihak. Rawls
mengatakan bahwa prinsip (1) yaitu the greatest equal principle, harus
lebih diprioritaskan dari prinsip (2) apabila keduanya berkonflik.
Sedang prinsip (2), bagian b yaitu the principle of (fair) equality of
opportunity harus lebih diprioritaskan dari bagian a yaitu the different
principle. Keadilan harus dipahami sebagai fairness, dalam arti bahwa
tidak hanya mereka yang memiliki bakat dan kemampuan yang
lebih baik saja yang berhak menikmati pelbagai manfaat sosial lebih
banyak, tetapi keuntungan tersebut juga harus membuka peluang
bagi mereka yang kurang beruntung untuk meningkatkan prospek

Y
hidupnya. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, pertanggung
jawaban moralitas ”kelebihan” dari mereka yang beruntung harus
ditempatkan pada ”bingkai kepentingan” kelompok mereka yang
M
kurang beruntung. “The different principle” tidak menuntut manfaat
yang sama (equal benefits) bagi semua orang, melainkan manfaat yang
sifatnya timbal balik (reciprocal benefits), misalnya, seorang pekerja
yang terampil tentunya akan lebih dihargai dibandingkan dengan
pekerja yang tidak terampil. Disini keadilan sebagai fairness sangat
M
menekankan asas resiprositas, namun bukan berarti sekadar ”simply
reciprocity”, di mana distribusi kekayaan dilakukan tanpa melihat
perbedaan-perbedaaan objektif di antara anggota masyarakat. Oleh
karenanya, agar terjamin suatu aturan main yang objektif maka
keadilan yang dapat diterima sebagai fairness adalah pure procedural
U

justice, artinya keadilan sebagai fairness harus berproses sekaligus


terefleksi melalui suatu prosedur yang adil untuk menjamin hasil
yang adil pula. Terkait dengan kompleksitas hubungan kontraktual
dalam dunia bisnis, khususnya terkait dengan keadilan dalam kontrak,
D

maka berdasarkan pikiran-pikiran tersebut di atas kita tidak boleh


terpaku pada pembedaan keadilan klasik. Artinya analisis keadilan
dalam kontrak harus memadukan konsep kesamaan hak dalam
pertukaran (prestasi – kontraprestasi) sebagaimana dipahami dalam
konteks keadilan komutatif maupun konsep keadilan distributif
sebagai landasan hubungan kontraktual. Memahami keadilan dalam
kontrak tidak boleh membawa kita kepada sikap monistic (paham
tunggal), namun lebih dari itu harus bersikap komprehensif. Dalam
keadilan komutatif yang menjadi landasan hubungan antara person,

94 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


termasuk kontrak, hendaknya tidak dipahami sebagai kesamaan
semata karena pandangan ini akan membawa ketidakadilan ketika
dihadapkan dengan ketidakseimbangan para pihak yang berkontrak.
Dalam keadilan komutatif didalamnya terkandung pula makna
distribusi-proporsional. Demikian pula dalam keadilan distributif
yang dipolakan dalam hubungan negara dengan warga negara, konsep
distribusi-proporsional yang terkandung didalamnya dapat ditarik
ke perspektif hubungan kontraktual para pihak.

e. Jalan Keluar atas Masalah Ketimpangan Ekonomi

Y
Jalan keluar untuk memecahkan persoalan perbedaan dan
ketimpangan ekonomi dan sosial yang antara lain disebabkan oleh
pasar adalah bahwa di samping menjamin kebebasan yang sama bagi
semua, negara dituntut untuk mengambil langkah dan kebijaksanaan
M
khusus tertentu yang secara khusus dimaksudkan untuk membantu
memperbaiki keadaan sosial dan ekonomi kelompok yang secara objektif
tidak beruntung bukan karena kesalahan mereka sendiri. Langkah atau
kebijaksanaan khusus ini memang hanya dimaksudkan untuk kelompok
yang memang atas kemampuan mereka sendiri tidak bisa memperbaiki
M
kondisi sosial dan ekonomi mereka. Jadi jalan keluar yang diajukan
atas ketimpangan ekonomi adalah dengan mengandalkan kombinasi
mekanisme pasar dan kebijaksanaan selektif pemerintah yang khusus
ditujukan untuk membantu kelompok yang secara objektif tidak mampu
U

memanfaatkan peluang pasar secara maksimal.


Contoh keadilan dalam bisnis yaitu:

Keadilan terhadap Karyawan


D

Perlakuan yang adil oleh manajemen perusahaan terhadap karyawan


akan menumbuhkan sikap positif dalam perusahaan maupun bekerja.
Semakin adil perusahaan memperlakukan karyawan, komitmen dan
kinerja karyawan semakin tinggi.
Karyawan menghendaki perlakuan adil baik dari sisi distribusi
dan prosedur atau dikenal keadilan distributif dan keadilan prosedural.
Ketika para karyawan merasa diperlakukan adil, dalam jiwa mereka akan
tumbuh dua jenis outcomes berupa kepuasaan dan komitmen kerja.

Bab 8 | Membangun Bisnis dengan Nilai-nilai Syariah 95


Apabila para karyawan menilai perlakuan yang mereka terima
adil, maka hal ini akan berpengaruh pada dua jenis hasil, yaitu
kepuasan karyawan dan komitmen karyawan. Semakin tinggi mereka
mempersepsikan keadilan suatu kebijakan atau praktik manajemen,
maka ini akan berdampak pada peningkatan kepuasan dan komitmen
karyawan (Heru Kurnianto Tjahjono: Pikiran Rakyat, 14 Juli 2009).
Perusahaan atau organisasi yang baik akan mengeluarkan kebijakan
yang mendorong karyawan berkomitmen dan merasa dalam lingkungan
yang diperlakukan secara adil oleh manajemen perusahaan atau organisasi
tersebut. Heru Kurnianto menyatakan, karyawan menghendaki perlakuan

Y
adil, baik dari sisi distribusi dan prosedur atau dikenal keadilan distributif
dan keadilan prosedural. Ketika para karyawan merasa diperlakukan adil,
dalam jiwa mereka akan tumbuh dua jenis outcome berupa kepuasan
dan komitmen kerja.
M
Keadilan terhadap karyawan bukan berarti tidak boleh menurunkan
gaji karyawan. Hal itu boleh saja dilakukan asal dilakukan dengan
seadil-adilnya. Pemimpin perusahaan KLA Instrumen, Ken Levy
menggunakan prinsip keadilan yang saya maksud, ketika perusahaan
M
tersebut mengalami kesulitan. Ia mengatakan dalam suatu rapat ”Pada
hari ini saya menghendaki gaji karyawan dipotong 10%, tetapi karena
saya mendapat gaji myang paling besar, maka saya mohon dipotong 20%”.
Di luar dugaan, orang yang menghadiri rapat tersebut bukannya menjadi
kesal karena pemotongan itu, tetapi mereka sepakat dan karyawan tetap
U

bekerja keras. Moral karyawan bukan menurun, tetapi justru meningkat


tajam, karena pemimpinnya menggunakan prinsip keadilan.

Keadilan terhadap Masyarakat


D

Berdirinya perusahaan apalagi yang berupa manufaktur tentu akan


memberikan dampak terhadap kepada masyarakat sekitar. Baik itu
positif atau negatif. Contohnya lalu larang kendaraan perusahaan dan
bahan baku tentu akan mengganggu masyarakat yang biasa tenang dan
nyaman. Tentu masyarakat merasa tidak adil terhadap hal ini.
Disinilah fungsi perusahaan sebagai pihak yang memiliki
tanggung jawab sosial diharapkan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
menyediakan sarana kesehatan bagi masyarakat sekitar, menyediakan
kuota karyawan yang berasal dari daerah sekitar perusahaan, dan terlibat
dalam kegiatan sosial kemasyarakatan lainnya.

96 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


Dengan begini tanpa disadari umpan balik dari perlakuan ini tentu
juga akan dirasakan oleh perusahaan.

Keadilan terhadap Pesaing


Tidak dapat dipungkiri bahwa dengan adanya pesaing kita akan
terhambat dalam melakukan kegiatan bisnis. Tapi disisi lain dengan
adanya pesaing perusahaan kita akan tumbuh menjadi perusahaan yang
kreatif dan selalu menciptakan inovasi agar menang dalam persaingan
merebut pelanggan.
Persaingan adalah “adrenalin” -nya bisnis. Ia menghasilkan dunia

Y
usaha yang dinamis dan terus berusaha menghasilkan yang terbaik.
Namun persaingan haruslah adil dengan aturan-aturan yang jelas dan
berlaku bagi semua orang. Memenangkan persaingan bukan berarti
mematikan saingan atau pesaing. Dengan demikian persaingan harus

kurang lebih seimbang.

Keadilan terhadap Pelanggan


M
diatur agar selalu ada, dan dilakukan di antara kekuatan-kekuatan yang

Dapat ditunjukkan dengan layanan purna jual yang baik, kualitas


M
produk yang terjamin, dan adanya perlindungan terhadap hak-hak
pelanggan. Banyak kasus yang terjadi yang termasuk tindakan yang tidak
menunjukkan keadilan terhadap pelanggan. Kasus Tylenol Johnson &
Johnson salah satunya, kasus penarikan Tylenol oleh Johnson & Johnson
U

dapat dilihat sebagai bagian dari etika perusahaan yang menjunjung


tinggi keselamatan konsumen di atas segalanya, termasuk keuntungan
perusahaan. Johnson & Johnson segera mengambil tindakan intuk
mengatasi masalahnya. Dengan bertindak cepat dan melindungi
D

kepentingan konsumennya, berarti perusahaan telah menjaga trustnya.


Berbeda dengan kasus obat anti nyamuk Hit. Pada kasus Hit, meskipun
perusahaan telah meminta maaf dan berjanji untuk menarik produknya, ada
kesan permintaan maaf itu klise. Penarikan produk yang kandungannya bisa
menyebabkan kanker tersebut terkesan tidak sungguh-sungguh dilakukan.
Produk berbahaya itu masih beredar di pasaran.
Hit merupakan contoh yang kurang baik dalam menangani
masalahnya. Paradigma yang benar yaitu seharusnya perusahaan
memerhatikan adanya hubungan sinergi antara etika dan laba. Di era

Bab 8 | Membangun Bisnis dengan Nilai-nilai Syariah 97


kompetisi yang ketat ini, reputasi baik merupakan sebuah manfaat
kompetitif yang harus dipertahankan. Dalam jangka panjang, apabila
perusahaan meletakkan keselamatan konsumen di atas kepentingan
perusahaan maka akan berbuah keuntungan yang lebih besar bagi
perusahaan.

Keadilan terhadap Pemegang Saham dan Pemerintah


Skandal Enron, Worldcom dan perusahaan-perusahaan besar di
AS, Worldcom terlibat rekayasa laporan keuangan milyaran dollar AS.
Dalam pembukuannya Worldcom mengumumkan laba sebesar USD 3,8
milyar antara Januari 2001 dan Maret 2002. Hal itu bisa terjadi karena

Y
rekayasa akuntansi. Penipuan ini telah menenggelamkan kepercayaan
investor terhadap korporasi AS dan menyebabkan harga saham dunia
menurun serentak di akhir Juni 2002. Dalam perkembangannya, Scott
M
Sullifan (CFO) dituduh telah melakukan tindakan kriminal di bidang
keuangan dengan kemungkinan hukuman 10 tahun penjara. Pada saat
itu, para investor memilih untuk menghentikan atau mengurangi
aktivitasnya di bursa saham.
Dugaan penggelapan pajak IM3 diduga melakukan penggelapan
M
pajak dengan cara memanipulasi Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Pertambahan Nilai ( SPT Masa PPN) ke kantor pajak untuk tahun buku
Desember 2001 dan Desember 2002. Jika pajak masukan lebih besar
dari pajak keluaran, dapat direstitusi atau ditarik kembali. Karena itu,
U

IM3 melakukan restitusi sebesar Rp65,7 miliar. 750 penanam modal


asing (PMA) terindikasi tidak membayar pajak dengan cara melaporkan
rugi selama lima tahun terakhir secara berturut-turut. Hal tersebut
merugikan banyak pihak dan pemerintah. Korporasi multinasional yang
D

secara sengaja terbukti tidak memenuhi kewajiban ekonomi, hukum,


dan sosialnya bisa dicabut izin operasinya dan dilarang beroperasi di
negara berkembang.
Tindakan yang awalnya bertujuan untuk meraup keuntungan
lebih yang dilakukan tanpa pertimbangan dan melanggar etika akan
berdampak besar terhadap keberlangsungan perusahaan.

98 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


2. Keadilan Versus Keserakahan dalam Bisnis
Salah satu dari prinsip dalam bermuamalah yang harus menjadi
akhlak yang harus tertanam dalam diri pemasar adalah sikap adil(al-
`adl). Cukuplah bagi kita bahwa Al-Quran telah menjadikan tujuan
semua risalah langit adalah melaksanakan keadilan. Al-Adl (yang
mahaadil) adalah termaksud di antara nama-nama Allah (Asmaul
Husnah). Lawan kata dari keadilan adalah kezalimaman (al-dzulm),
yaitu sesuatu yang telah diharamkan Allah atas diri-Nya sebagaimana
telah diharamkan-Nya atas hamba-hamba-Nya, “Wahai hamba-hamba-
ku, sesungguhnya aku telah mengharamkan kezaliman atas diriku dan

Y
aku telah menjadikannya di antara kamu sekalian sebagai hal yang di
haramkan, maka janganlah kamu saling mengzalimi.”
Allah mencintai orang-orang yang adil dan membeci orang-orang
yang berbuat zalim, bahkan melaknat mereka. Firman-Nya, “Ingatlah,
M
kutukan Allah (ditimpakan) atas orang-orang yang zalim” (QS Hud: 18).
Keserakahan dalam mengumpulkan harta merupakan bagian dari
bentuk kezaliman.
Syaik Al-Qaradhawi mengatakan, sesungguhnya pilar penyangga
M
kebebasan ekonnomi yang berdiri di atas pemuliaan fitrah dan harkat
manusia disempurnakan dan ditentukan oleh pilar penyangga yang lain,
yaitu keadilan. Keadilan dalam islam bukanlah prinsip yang sekunder.
Ia adalah dasar dan fondasi kokoh yang memasuki semua ajaran dan
hukum islam berupah akidah,syariah, dan akhlak (moral).
U

“Ketika Allah memerintahkan tiga hal, keadilan merupakan hal pertama


yang disebutkan. memberi kepada kaum kerabat...” (Al-Nahl: 90).
Ketika Allah memerintakan dua hal, keadilan merupakan salah satu
D

hal yang disebutkan. Firman allah, “Sesungguhnya Allah menyuruh


kamu menyampaikan amanat yang berhak menerimanya, dan
(menyuruh kamu) apabila menetapkan dengan adil” (Annisa [4]:58).
Ketika Allah memerintahkan satu hal, keadilan merupakan hal yang
diperintahkan tersebut. Allah berfirman, “Katakanlah: Tuhanku menyuruh
menjalankan keadilan” (Al-A’raf: 29).
Sesungguhnya tauhid sendiri-yang merupakan inti Islam dan
fondasi bangunannya merupakan makna dari keadilan, sebagaimana
kemusyrikan merupakan suatu bentuk kezaliman. Seperti firman Allah

Bab 8 | Membangun Bisnis dengan Nilai-nilai Syariah 99


Ta’ala, “Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman
yang besar” (QS Luqman: 13).
Implementasi sikap adil dalam bisnis merupakan hal yang sangat
berat, baik dalam industri perbankan, asuransi, maupun dalam bentuk-
bentuk perdagangan dan bisnis lainnya. Mungkin karena itulah, Allah
Swt. demikian sering menekankan sikap adil ini ketika berbicara
muamalah (bisnis), demikian pula dalam hadis-hadis Nabi Muhammad.
Allah Swt. berfirman, “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil
dan berbuat kebijakan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang
dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran

Y
kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran” (QS Al-Nahl: 90).
Sikap adil, misalnya, dibutuhkan ketika seseorang praktisi
perbankan syariah menentukan nisbah mudharabah, musyarakah, wakalah,
wadiah, dan sebagainya. Sikap adil juga diperlukan ketika asuransi
M
syariah menentukan bagi hasil dalam surplus underwriting, penentuan
bunga teknik (bunga teknik tidak ada dalam asuransi syariah), dan
bagi hasil investasi antara perusahaan dan peserta. Begitu juga ketika
para pemasar melakukan penjualan produk-produk konsumsi, haruslah
M
selalu menjaga nilai-nilai keadilan. Karena itu, transparansi dalam bisnis
perbankan, asuransi, leasing, obligasi, pasar modal, dan perdagangan
menjadi sangat penting.
Islam secara jelas menjelaskan ketulusan dan transparansi dalam
bermuamalah (berbisnis). Al-Quran dengan tegas menekankan perlunya
U

hal ini dalam nilai semua ukuran. Allah berfirman, “ Dan berikanlah
ukuran yang penuh dengan timbangan dengan adil” (QS Al-An’am: 152).
Dalam ayat lain dikatakan, “Maka berikanlah ukuran dan timbangan
D

sepenuhnya tanpa merampas apa yang telah menjadi hak mereka, dan jangan
membuat kerusakan di bumi setelah diperbaiki. Hal ini baik bagimu jika kamu
sekalian beriman” (QS Ali Imran: 85).
Termasuk dalam prinsip keadilan adalah memenuhi hak pekerja
atau buruh. Dalam prinsip keadilan Islam, seorang pekerja yang
mencurahkan jerih payah dan keringatnya tidak boleh dikurangi atau
ditunda-tunda gaji atau upahnya. Allah Swt. berfirman, “sesungguhnya
Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalnya
dengan baik” (QS Al-Kahfi: 30).

100 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


“Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang
shaleh, maka Allah akan memberikan mereka dengan sempurna pahala amalan-
amalan mereka, dan Allah tidak menyukai orang-orang zalim” (QS Ali Imran:
57).
Ayat ini mengisyaratkan bahwa tidak memenuhi upah bagi para
pekerja adalah suatu kezaliman yang tidak dicintai-Nya. Kewajiban
seorang Mukmin adalah menggunakan keadilan Allah sebagai tolok
ukurnya.
Berkaitan dengan prinsip keadilan ini, Sayyid Quthb dalam kitabnya
yang sangat mahsyur mengatakan, “Kita tidak akan dapat menghayati

Y
bentuk keadilan sosial dalam Islam tentang alam, kehidupan, dan
manusia. Keadilan sosial tidak lain hanyalah cabang dari prinsip besar,
di mana seluruh pembahasan Islam harus dirujukkan kepadanya.”
Islam adalah suatu undang-undang yang mengatur semua sistem
M
kehidupan manusia secara keseluruhan, tidak memecahkan persoalan-
persoalan yang ada di dalamnya secara acak, tidak pula menghadapinya
sebagai bagian-bagian yang terpisah satu sama lain. Hal ini karena
islam memiliki konsep yang menyeluruh dan lengkap tentang
M
alam,kehiudupan, dan manusia. Kepadanya berpangkal semua persoalan
cabang dan yang bersifat perincian; semuanya diikat dalam teori-teori,
kaidah-kaidah, syariat-syariat secara keseluruhan baik ibadah khusus
(ibadah mahdhah) maupun ibadah muamalahnya. Semua keluar dari
konsep yang lengkap, sempurna dan terpadu.
U

Sedangkan agama islam mengajak pemeluknya agar selalu berada


di depan, menjadi umat yang terbaik, yang dapat memberi manfaat
sebesar-besarnya bagi umat manusia.” Kamu adalah umat yang terbaik,
yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada mereka yang ma’ruf,
D

mencega dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah...” (QS Ali
Imran: 110). “dan demikian pula kami telah menjadikan kamu sekalian
umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas perbuatan
manusia dan agar Rasul menjadi saksi pula atas perbuatanmu...” (QS
Al-Baqarah: 143).
Dr. Mustaq Ahmad mengatakan, para pelaku bisnis muslim
diharuskan berhati-hati agar jangan sampai melakukan tindakan yang
merugikan dan membahayakan orang lain atau malah merugikan dirinya
sendiri akibat tindakan-tindakannya dalam dunia bisnis.

Bab 8 | Membangun Bisnis dengan Nilai-nilai Syariah 101


Al-Quran memperingatkan para pelaku bisnis yang tidak
memerhatikan kepentingan orang lain, sebagaimana islam juga
memperingatkan sesuatu yang akan menimbulkan kerugian pada
orang lain; dan bahwa itu bukan hanya tidak disetujui tetapi lebih
dari itu, perilaku demikian sangatlah dikutuk. Dalam hubungannya
dengan masalah yang telah yang telah disebutkan di atas, Al-Quran
telah menemukan dalam beberapa ayat berikut “Dan janganlah kamu
menukarkan ayat-ayat-Ku dengan harga-harga yang rendah dan hanya
kepada akulah kamu bertaqwa” (QS Al-Baqarah: 41). “Alangkah buruknya
(perbuatan) mereka yang menjual dirinya sendiri dengan kekafiran kepada yang
telah diturunkan Allah”. (QS Al-Baqarah [2]: 90)

Y
“Dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau
mereka mengetahui” (QS Al-Baqarah: 102).
“Wahai orang-orang yang beriman, makanlah yang halal lagi baik dari
M
apa yang terdapat di dalam bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-
langkah setan karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata
bagimu” (QS Al-Baqarah:168). Mehalalkan segala cara dalam rangka
untuk meraup keuntungan yang sebesar-besarnya, sekalipun
mengorbankan hak-hak orang lain adalah manifsetasi sifat
M
keserakahan yang muncul karena banyak mengikuti nafsu setan.
“Dan sesungguhnya orang-orang yang menukar janjinya dengan Allah
dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit, mereka itu tidak
mendapat bagian (pahala) di akhirat, dah Allah tidak akan berkata-kata
dengan mereka dan tidak akan melihat mereka pada hari kiamat, dan tidak
U

(pula) akan menyucikan mereka. Bagi mereka, azab yang pedih” (QS Ali
Imran: 77).
“Kamu menghendaki harta benda dunia, sedangkan Allah menghendaki
(pahala) akhirat (untukmu). Dan Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana”
D

(QS Al-Anfal: 67).

Singkatnya, seorang pelaku bisnis hendaknya menghindari dan


menahan diri dari bisnis yang tidak menguntungkan dan jangan sampai
melakukan sebuah bentuk kezaliman atau perampasan hak orang lain,
sebab tindakan ini hanya akan menimbulkan kerugian yang pasti.
Al-Quran juga tidak mengizinkan semua bentuk perilaku yang akan
menimbulkan kerusakan, keserakaan, dan kezaliman. “Dan persaksikanlah
apabila kamu berjual beli, dan janganlah penuhi dengan saksi saling menyulitkan.

102 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


Jika kamu melakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu
kefasikan pada dirimu” (QS Al-Baqarah: 282).

“Dan sesungguhnya kebijakan dari orang-orang yang bersyarikat itu


sebagian dari mereka berbuat zalim kepada sebagian lain, kecuali orang-
orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; dan amat sedikitlah
mereka ini...”(QS Shad: 24)

Maka, bisnis syariah adalah bisnis yang mengandung keadilan dan


prinsip-prinsip etika yang tinggi. Allah Swt. dengan tegas mengatakan
bahwa dalam bisnis syariah haram hukumnya menzalimi satu sama lain.

Y
“... Kamu tidak (boleh) menzalimi dan pula dizalimi...” (QS Al-Baqarah:
279)
“...Dan Allah tidak menyukai mereka yang berbuat zalim ....” “... Dan
Allah tidak menyukai mereka yang berbuat kerusakan...” 

C. Latihan Soal
M
1. Jelaskan Jenis keadilan dalam berbisnis!
M
2. Islam mengajarkan nilai-nilai keadilan dalam aktivitas bisnis
umatnya, bagaimana aplikasi konsep keadilan apabila diterapkan
pada lembaga keuangan syariah?
U

DAFTAR PUSTAKA
Al Qur’an al Karim, Departemen Agama RI.
Adiwarman Karim,Ekonomi Mikro Islam, Jakarta: Karim Bisnis
D

Konsulting, 2005.
Hermawan Kertajaya dan Muhammad Syakir Sula, Syariah Marketing,
Cetakan I, 2006, Mizan Pustaka.
Philip Kotler dan Gary Amstrong, 2003, Dasar-dasar Pemasaran, Edisi 9,
Jilid 1 dan 2, PT. Indeks Kelompok Gramedia, Jakarta.
Philip Kotler, 2002, Manajemen Pemasaran, Edisi Milenium, Jilid 1 dan
2, Penerbit Prehallindo, Jakarta.

Bab 8 | Membangun Bisnis dengan Nilai-nilai Syariah 103


Basu Swastha, 1996, Asas-asas Marketing, Edisi Ketiga, Penerbit Liberty,
Yogyakarta.
M. Amin Suma, Asuansi syari’ah dan Asuransi Konvensinal: Tori, system,
aplikasi dan pemasaran, Kholam Publishing, Ciputat, 2006.
Muhammad Syafii Antonio, bank Syariah dari Teori ke Praktik, Jakarta:
Gema Insani Press, 2001.

Y
M
M
U
D

104 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


BAB 9
ANALISIS LINGKUNGAN BISNIS
DENGAN PENDEKATAN 4C

Y
A. Tujuan Pembelajaran
M
Pada Bab ini akan dijelaskan Analisis Lingkungan Bisnis dengan
Pendekatan 4C (Change, Competitor, Customers dan Company): Setelah
M
mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan mampu:
1. Menjelaskan pengunaan 4C (change, competitor, customer dan company).
2. Menggambarkan bisnis di masa mendatang dengan menggunakan
analisis (change, competitor, customer dan company).
U

B. Uraian Materi
1. Change, Competitor, Customer dan Company
D

Perubahan dalam lingkungan bisnis yang semakin cepat dan sulit


diramalkan menyebabkan persaingan semakin terbuka (free market)
dan jumlah pesaing yang semakin meningkat, keadaan ini membuat
pelanggan semakin teredukasi dan semakin tinggi tingkat sofistikasinya,
dan loyalitas pelanggan semakin sulit didapatkan. oleh sebab itu
konsep pemasaran tidak hanya lagi sebatas selling atau 4P’s saja, tetapi
merupakan suatu yang strategi bagi perusahaan. Marketing merupakan
suatu strategi bisnis yang secara langsung membuat, menawarkan,
menukarkan nilai dari suatu inisiator ke stakeholder. Dalam menghadapi

105
kondisi pasar yang dinamis, Hermawan Kartajaya (Pakar Marketing)
mengembangkan konsep Sustainable Marketing Enterprise (SME) di
mana dalam konsep tersebut terdapat Marketing-in sub Model terdiri
dari Outlook, Architecture, dan Scorecard.

a. Business Landscape Analisys


Sebelum merancang suatu strategi bisnis, perlu dilakukan
peninjauan terhadap situasi bisnis di masa mendatang , situasi ini
dalam konsep SME dikenal dengan 4C Diamond (outlook) yang terdiri
dari Change, Customer, Company dan Competitor.

Y
1. Analisis Perubahan yang terjadi (Change/Value Migrator). Ada
beberapa aspek yang memengaruhi terjadinya perubahan, antara
lain teknologi, politik-hukum, sosial budaya, ekonomi dan pasar.
Perubahan ini mencakup seberapa pasti/tidak pasti perubahan
M
tersebut, seberapa penting atau tidak penting perubahan tersebut.
contoh dampak Perubahan teknologi saat ini dapat kita lihat pada
penggunaan internet, twitter, facebook. Bahkan saat ini perubahan
sosial juga merambah ke dunia online. Perusahaan-perusahaan saat
M
ini juga berlomba-lomba memperbaiki teknologi, terutama industri
perbankan yang banyak menawarkan fitur-fitur layanan ATM dan
kemudahan lain yang berhubungan dengan teknologi.
2. Analisis Customer (Value Demander). Customer merupakan value
demander, yang mana kebutuhan daya beli, keputusan merupakan di
U

tangan customer. Akibat perubahan yang terjadi (change), customer


bisa menjadi customer yang loyal, customer yang hilang, atau bisa
juga adanya customer yang baru.
D

3. Analisis Competitor (Value-Supplier). Persaingan membuat market


berubah. Competitor dalam hal ini adalah sebagai value-supplier.
Analisis kompetitor untuk mengetahui market competiviness. Akibat
persaingan, kompetitor bisa menjadi kuat, atau sebaliknya dan bisa
juga terjadi potential competitor.
4. Analisis Company (Value- Decider). Company merupakan Value Decider,
untuk mengidentifikasi efeknya terhadap perusahaan, 3C yang lain
harus dianalisis secara baik.

106 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


Dalam menganalisis aspek 4 C terutama dalam industri perbankan,
analisis yang lebih ideal digunakan saat ini adalah analisis TWOS
(Threatmen, Weakness, Opportunity, dan Srength). Analisis ini cenderung
mengamati peluang dan tantangan di luar terlebih dahulu, baru melihat
potensi internal.

b. Definisi Lingkungan Bisnis


Lingkungan merupakan segala sesuatu yang berada di luar
organisasi (Robbins 1994: 226). Selanjutnya Miles (1980: 195) dalam
Robbins (1994) menyatakan bahwa untuk memastikan lingkungan

Y
organisasi cukup mudah, “ambil saja alam semesta, kurangi bagian yang
mewakili organisasi, sisanya adalah lingkungan”. Namun lingkungan
tidaklah sesederhana itu definisinya. Menurut Smircich and Stubbart,
(1985); Mansfield, (1990) dalam Brooks and Weatherston (1997: 4),
M
definisi lingkungan memiliki masalah intelektual, sehingga para peneliti
mengkategori-kannya dengan pendekatan yang berbeda. Dalam konteks
manajemen strategi lingkungan didefinisikan berdasarkan dekat dan
jauhnya lingkungan dari organisasi atau langsung dan tidak langsungnya
lingkungan memengaruhi organisasi. Lingkungan yang paling dekat
M
dengan organisasi atau disebut juga task environment, industry environment
(Hitt 1997: 22; Pearce & Robinson, 2000: 71), specific environment
(Robbins, 1994:231) yaitu lingkungan yang langsung memengaruhi
strategi, mencakup pesaing, pemasok, pelanggan dan serikat dagang.
U

Selanjutnya lingkungan yang secara tidak langsung memengaruhi


strategi atau disebut juga general environment (Hitt, 1997; Robbins,
1994), remote environment (Pearce and Robinson, 2000). Lebih lanjut
Robbins (1994:226-228) membedakan lingkungan organisasi atas
D

lingkungan umum versus lingkungan khusus dan lingkungan aktual


versus lingkungan yang dipersepsikan. Burns and Stalkers, (1961) dalam
Robbins (1994:231) membedakan lingkungan organisasi berdasarkan
sumber informasi yang dapat diberikannya yaitu, yang stabil dan pasti
dengan lingkungan yang berubah secara cepat dan dinamis. Emery and
Trist (1965) dalam Robbins (1994:232) mengidentifikasi 4 macam
lingkungan yang mungkin dihadapi organisasi, yaitu placid-randomized,
placid-clustered, disturbed-reactive dan turbulent field. Pearce and Robinson
(2000:71) membedakan lingkungan atas lingkungan jauh (remote
environment), lingkungan industri dan lingkungan operasional. Wheleen

Bab 9 | Analisis Lingkungan Bisnis dengan Pendekatan 4C 107


and Hunger (2000:9) membedakannya atas lingkungan eksternal
(external environment) dan lingkungan internal (internal environment).
Lingkungan bisnis merupakan lingkungan yang dihadapi organisasi
dan harus dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan bisnis
(perusahaan). Aktivitas keseharian organisasi mencakup interaksi
dengan lingkungan kerja (Dill, 1958 dalam Brooks 1997: 5). Hal ini
termasuk hubungannya dengan pelanggan, supliers, serikat dagang dan
pemegang saham. Lingkungan bisnis berperan dalam memengaruhi
penetapan strategi organisasi.

c. Lingkungan Internal Versus Lingkungan Eksternal

Y
Lingkungan organisasi dapat dibedakan atas lingkungan internal
(internal environment) dan lingkungan eksternal (external environment)
(Wheleen and Hunger, 2000: 8; Hitt, 1997: 6). Lingkungan internal
M
terdiri dari struktur (structure), budaya (culture), sumber daya (resources)
(Wheelen & Hunger, 2000: 10). Lingkungan internal perlu dianalisis
untuk mengetahui kekuatan (strength) dan kelemahan (weaknesses)
yang ada dalam perusahaan. Struktur adalah bagaimana perusahaan di
M
organisasikan yang berkenaan dengan komunikasi, wewenang dan arus
kerja. Struktur sering juga disebut rantai perintah dan digambarkan
secara grafis dengan menggunakan bagan organisasi. Budaya merupakan
pola keyakinan, pengharapan, dan nilai-nilai yang dibagikan oleh
anggota organisasi.
U

Norma-norma organisasi secara khusus memunculkan dan


mendefinisikan perilaku yang dapat diterima anggota dari manajemen
puncak sampai karyawan operatif. Sumber daya adalah aset yang
merupakan bahan baku bagi produksi barang dan jasa organisasi. Aset
D

ini dapat meliputi keahlian seseorang, kemampuan, dan bakat manajerial


seperti aset keuangan dan fasilitas pabrik dalam wilayah fungsional.
Peter et al., (1996:52) menjelaskan bahwa: “A firm’s resources constitute
its strengths and weaknesses. They include human resources (the experience,
capabilities, knowledge, skills, and judgment of all the firm’s employees)
organizational resources (the firm’s systems and processes, including its strategies,
structure, culture, puchasing/materiils management, production/operations,
financial base, research and development, marketing, information system, and
control systems), and physical resources (plant and equipment, geographic
locations, access to raw materiils, distribution network, and technology).”

108 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


Menurut Peter et al., lingkungan internal perusahaan merupakan
sumber daya perusahaan (the firm’s resources) yang akan menentukan
kekuatan dan kelemah-an perusahaan. Sumber daya perusahaan ini
meliputi sumber daya manusia (human resources) seperti pengalaman
(experiences), kemampuan (capabilities), pengetahuan (knowledge),
keahlian (skill), dan pertimbangan (judgment) dari seluruh pegawai
perusahaan, sumber daya perusahaan (organizational resources) seperti
proses dan sistem perusahaan, termasuk strategi perusahaan, struktur,
budaya, manajemen pembelian materiil, produksi/operasi, keuangan,
riset dan pengembangan, pemasaran, sistem informasi, dan sistem
pengendalian), dan sumber daya phisik seperti (pabrik dan peralatan,

Y
lokasi geograpis, akses terhadap materiil, jaringan distribusi dan
teknologi). Jika perusahaan dapat mengoptimalkan penggunaan sumber
daya tersebut maka, ketiga sumber daya di atas memberikan perusahaan
M
sustained competitive advantage.
Lingkungan eksternal adalah lingkungan yang berada di luar organisasi
dan perlu dianalisis untuk menentukan kesempatan (opportunities) dan
ancaman (threath) yang akan dihadapi perusahaan. Terdapat dua perspektif
untuk mengkonseptualisasilkan lingkungan eksternal.
M
Pertama, perspektif yang memandang lingkungan eksternal sebagai
wahana yang menyediakan sumber daya (resources). Kedua, perspektif
yang memandang lingkungan eksternal sebagai sumber informasi.
Perspektif pertama berdasar pada premis bahwa lingkungan eksternal
U

merupakan wahana yang menyediakan sumber daya yang kritikal bagi


kelangsungan hidup perusahaan.
Perspektif ini juga mengandung makna potensi eksternal dalam
mengancam sumber daya internal yang dimiliki perusahaan. Pemogokan,
D

deregulasi, perubahan undang-undang, misalnya, berpotensi


merusak sumber daya internal yang dimiliki perusahaan. Perspektif
kedua mengaitkan informasi dengan ketidakpastian lingkungan
(environmental uncertainty). Ketidakpastian lingkungan mengacu pada
kondisi lingkungan eksternal yang sulit diramalkan perubahannya.
Hal ini berhubungan dengan kemampuan anggota organisasi dalam
pengambilan keputusan (decision making).

Bab 9 | Analisis Lingkungan Bisnis dengan Pendekatan 4C 109


d. Teori-teori tentang Lingkungan Bisnis Eksternal
Kaitan lingkungan eksternal dengan organisasi dapat dijelaskan
dengan teori-teori seperti, teori ekologi-populasi (population ecology
theory), teori kontinjensi (contingency theory), dan teori ketergantungan
pada sumber daya (resource dependence theory). Teori pendekatan ekologi
populasi menjelaskan bahwa kelangsungan hidup dan keberhasilan
perusahaan ditentukan oleh karakteristik lingkungan di mana
perusahaan berada. Model pendekatan ini membawa implikasi bahwa
lingkungan eksternal mempunyai pengaruh langsung (direct effect)
terhadap keberlangsungan hidup perusahaan tanpa memandang pilihan

Y
strategi yang dijalankan perusahaan.
Teori kontinjensi (contingency theory) menyatakan bahwa
keselarasan antara strategi dengan lingkungan bisnis eksternal
menentukan kelangsungan hidup perusahaan. Teori kontijensi juga
M
bermakna bagaimana perencanaan strategi mampu memenuhi
tuntutan lingkungan, yang mana jika tidak tercipta keselarasan antara
perencanaan strategi dengan lingkungan bisnis eksternal dapat berakibat
munculnya krisis organisasi atau perusahaan. Keselarasan antara
M
strategi organisasi dengan lingkungan eksternalnya merupakan fokus
kajian manajemen stratejik. Pendekatan dengan menggunakan teori
kontijensi ini mendapat dukungan dari banyak pakar. Bukti empiris
yang ada pada umumnya menunjukkan bahwa perusahaan yang
berhasil menyelaraskan strateginya dengan lingkungan eksternal yang
U

dihadapinya akan memperlihatkan kinerja yang lebih baik dibandingkan


perusahaan-perusahaan yang kurang berhasil menyelaraskan strateginya.

e. Ketidakpastian dan Perubahan


D

Merujuk pada kritikan Mintzberg, tentang perencanaan yang harus


bisa menjawab tantangan masa depan, perusahaan perlu memahami
konsep ketidakpastian. Menurut Miliken (1987), ada tiga kondisi dan
respon pelaku atas ketidakpastian. Yang pertama adalah state uncertainty.
Ini adalah kondisi di mana pelaku tidak memiliki kemampuan untuk
memahami atau memprediksi kondisi lingkungan karenaa kurangnya
informasi atau kemampuan untuk memahami keterkaitan elemen-
elemen lingkungan tersebut. Para pelaku ini selalu mempertanyakan
“apa yang kini atau mungkin akan terjadi”. Pada situasi lain, perusahaan

110 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


menghadapi kondisi Effect uncertainty. Ini adalah kondisi di mana
pelaku menghadapi ketidakpastian konsekuensi perubahan perusahaan
lingkungan pada perusahaan. Dalam hal ini, pelaku memiliki pertanyaan
“apa dampaknya pada perusahaan bila perubahan-perubahan terjadi.
Atau seperti apa pengaruhnya pada perusahaan?”. Yang terakhir,
perusahaan menghadapi kondisi ketidakpastian, yang disebut response
uncertainty. Pada situasi ini, para pengambil keputusan memang tahu
apa yang terjadi pada lingkungan. Mereka juga tahu, kira-kira dampak
apa yang akan terjadi pada perusahaan. Namun demikian, perusahaan
ini tidak tahu sebaiknya respon apa yang akan dilakukan atas berbagai
dampak tadi. Pertanyaan yang relevan pada kondisi ini adalah

Y
“Bagaimana respon yang tepat yang akan saya lakukan atas perubahan
yang sudah saya perkirakan”.
Riset yang dilakukan Coourtney, Kirkland, dan Viguere (1997),
M
agaknya mendukung apa yang ditemukan Miliken. Menurut para
konsultan dari McKinsey ini, ada dua kategori informasi yang
menentukan ketidakpastian. Kategori pertama, apakah informasi
tersebut dapat mengidentifikasi trend yang jelas, seperti misalnya
informasi tentang demografi yang dapat menggambarkan permintaan
M
potensial. Untuk ketidaktahuan informasi kategori ini, tingkat
ketidakpastian yang dihadapi perusahaan adalah tingkat pertama. Pada
tingkat ini, ketidakpastian bisa dipecahkan dengan analisis sederhana
dengan satu prediksi saja. Analisis yang kita lakukan misalnya dengan
U

riset pasar, analisis 5 (lima) kekuatan Porter, analisis rantai nilai atau
penggunaan analisis arus kas diskonto.
Kategori kedua adalah, informasi yang tadinya tidak dikenal yang
didekati dan diketahui dengan analisis yang lebih mendalam. Pada
D

situasi ini, perusahaan berada pada ketidakpastian tingkat kedua, pada


tingkat ini pelaku bisnis mempersiapkan beberapa alternatif strategi.
Perusahaan mempunyai perkiraan kuat atas keefektifan strateginya,
namun langkahnya sangat tergantung pada gerakan pihak lain, seperti
pesaing dan pemerintah.
Bila informasi yan didapat dengan melakukan analisis yang jauh
lebih mendalam dari tingkat kedua, maka perusahaan berada pada
ketidakpastian tingkat ketiga. Masa depan yang diperkirakan, bukan
dengan 1 atau 2 skenario tertentu. Karena itu pilihan strateginya juga

Bab 9 | Analisis Lingkungan Bisnis dengan Pendekatan 4C 111


memiliki rentang tertentu. Perubahan-perubahan elemen lingkungan
akan membuat pilihan-pilihan strategi juga berbeda. Ketidakpastian
tingkat 3 ini, dapat terjadi saat perusahaan memasuki pasar yang
baru atau menciptakan produk baru. Dengan situasi yang dihadapi,
perusahaan hanya dapat menduga rentang penetrasi (misalnya dalam
%) yang bisa diraih. Dari segi analisis, ketidakpastian tingkat ketiga
pada dasarnya sama dengan tingkat kedua, yakni melalui pengembangan
skenario. Namun, skenario disini jauh lebih luas, meskipun tetap ada
batasnya.
Selanjutnya, perusahaan berada pada ketidakpastian tingkat 4.

Y
Pada ketidakpastian tingkat ini, sejumlah elemen ketidakpastian saling
berinteraksi. Lingkungan sudah sulit untuk diprediksi arahnya, karena
itu sulit pula menentukan rentang hasil yang akan diperoleh dengan
menjalankan strategi. Karena rentang hasilnya sulit didapatkan, maka
M
rentang pilihan skenario yang bisa dibuat pada tingkat 3 dan tingkat 2
sudah tidak dapat dilakukan lagi pada tahap ini. Analisis lebih banyak
dilakukan pada aspek kualitatif ketimbang kuantitatif. Namun demikian,
tetap dianjurkan untuk tidak terlalu mengandalkan intuisi karena
ketidakpastian mungkin bisa dipecahkan dengan memerhatikan kejadian
M
yang lama, atau kasus tertentu pada perusahaan sejenis.
Dengan berbagai tantangan ketidakpastian di atas perusahaan harus
selalu siap untuk berubah. Bahkan, kenyataan ini membuat banyak
pihak menjadi skeptis dengan proses perencanaan strategis. Kantor
U

konsultan Arthur D. Little (1998), dalam sebuah laporannya, mengutip


ungkapan kliennya: “apa benar perencanaan strategis ada manfaatnya?
Seberapa besar manfaat perencanaan strategis, yang butuh waktu untuk
menganalisis posisi persaingan, menentukan sasaran dan taktik, padahal
D

ketika proses tersebut berakhir dunia sudah berubah dan akan terus
berubah? Jadi, apakah strategi masih relevan?”.
Apa yang dikemukakan oleh Miliken, maupun laporan dari Courtney,
Kirkland dan Viguere, mengkaitkan informasi sebagai sumber utama
ketidakpastian. Dalam hubungan itu, ada beberapa hal dilingkungan
perusahaan yang memberikan ketidakpastian. Duncan (1972),
menyebutkan bahwa ada 5 (lima) faktor yang terlibat, antara lain:
1. Pemerintah sebagai regulator
2. Pelanggan

112 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


3. Tekhnologi
4. Publik
5. Pemasok

Dengan menambah 2 (dua) faktor lagi, yakni tekhnologi dan


lembaga keuangan (financial services), Matthews (1995) melakukan
analisis faktor. Dengan analisis tersebut, ia mengembangkan dan
mengelompokkan faktor-faktor penyebab ketidakpastian itu menjadi
sebagai berikut.
1. Sumber daya (bahan baku, modal kerja, dan lain-lain)

Y
2. Perilaku distributor
3. Perilaku konsumen
4. Persaingan
M
5. Dampak peraturan pemerintah
6. Dampak perkembangan tekhnologi
7. Jasa lembaha keuangan
M
Faktor-faktor di atas kerap menjadi bagian dalam proses analisis
eksternal oleh perusahaan-perusahaan yang sedang mengembangkan
perencanaan strategis.

3. Lanskap Bisnis Syariah Marketing


U

a. Information Technology Allows Us to be Transparent (Change)


Perubahan aadalah sautu hal yang pasti. Oleh karena itu perubahan
D

perlu disikapi dengan cermat. Kekuatan perubahan terdiri dari lima


unsur yaitu; perubahan teknogi, perubahan politik-legal, perubahan
sosio-kultural, perubahan ekonomi, dan perubahan pasar. Dalam
prinsip yang membahas perubahan (change) ini, hanya ditekankan pada
perubahan teknologi. Perubahan dibidang lain seperti politik legal,
sosial-budaya, ekonomi dan pasar walaupun berperan penting dalam
syariah marketing, sudah banyak dibahas oleh pihak lain, misalnya
peraturan-peraturan yang menyangkut perbankan syariah atau tentang
perkembangan industri perbankan syariah dan asuransi syariah di
Indonesia.

Bab 9 | Analisis Lingkungan Bisnis dengan Pendekatan 4C 113


Teknologi merupakan penggerak utama perubahan. Akar segala
terjadinya perubahan baik sosial, politik, maupun ekonomi adalah
karena adanya inonasi terus-menerus di bidang teknologi. Jika kita
lihat hampir di semua sektor industri, perkembangan teknologi
sangat membantu melakukan usaha secara lebih efisien dan efektif.
Tuntutan perkembangan zaman yang diiringi kemampuan manusia
untuk melakukan penemuan-penemuan teknologi terbaru membuat
perubahan yang terjadi semakin cepat. Seperti yang dikatan Alvin
Toffler dalam buku klasiknya, The third Wave, kemunculan atau kemajuan
teknologi entah yang berbasis pertanian, industri, atau informasi selalu
saja memengaruhi cara hidup manusia secara fundamental.

Y
Pada pertengahan tahun 1990-an misalnya, penggunaan telepon
selular masih sangat terbatas. Namun sekarang bisa kita lihat, bahkan
anak sekolah Dasr pun punya telepon selular. Dengan sangat mudah,
M
kita berkomunikasi dan juga menerima informasi. Hal inilah yang
akhirnya menciptakan peluang-peluang baru. Maka, seiring dengan
kemajuan teknologi dan tuntutan dari pasar, bermunculan produk baru
seperti MP3 player, PDA phone, camera phone, handycam, digital camera, dan
lain sebagainya.
M
Dalam buku Beyond Mobile; People, Communications, and Marekting
in Mobilized World, karya Mats Lindgren, Jorgrn Jedbratt, dan Erika
Svensson, diterangkan bahwa mobile marketplace menjadi ancaman dan
sekaligus peluang bagi setiap perusahaan. Setiap konsumen menjadi raja
U

karena mereka semakin mudah mendapatkan informasi; cukup dengan


memijit tombol telepon selular, mereka dapat mengakses informasi yang
dibutuhkan secepat mungkin, membandingkannya dengan informasi dan
sumber lain, dan akhirnya memilih produk atau jasa yang mereka inginkan.
D

Dalam bisnis korporasi, perkembangan teknologi memudahkan


perusahaan untuk membangun standar layanan terbaik dengan biaya
yang rendah. Perkembangan perangkat lunak untuk bisnis seperti
Enterprise Resource Planning (ERP), Customer Relationship Management
(CRM), Supply Chain Management (SCM), dan lainnya sangat membantu
perusahaan untuk mengontrol kegiatan operasionalnya. Terutama bagi
kalangan perbankan, penerapan teknologi sangat penting. Contohnya
adalah penerapan electronic banking (e-banking), dan mobile banking
(m-banking). Teknologi digunakan bukan hanya sebagai alat untuk

114 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


menyediakan informasi dan mempercepat komunikasi, melainkan juga
untuk mempermudah dan memperlancar terjadinya transaksi.
Perkembangan teknologi ini tentu saja memberikan kesempatan
emas bagi perusahaan yang menggunakan prinsip-prinsip syariah. Selain
sebagai penunjang untuk kegiatan operasional dan standar pelayanan,
teknologi juga membantu menunjukkan kesungguhan perusahaan
dalam melaksanakan prinsip-prinsip syariah marketing. Kemudahan
bagi konsumen untuk mendapatkan informasi dan melakukan
komunikasi menjadi kunci bagi perusahaan syariah menunjukkan
kejujuran secara transparan.

Y
b. Be Respectful to Your Competitors (Competitor)
Dalam menjalankan syariah marketing, perusahaan harus
memerhatian cara mereka menghadapi menghadapi persaingan usaha
M
yang serba dinamis. Globalisasi dan perubahan teknologi mencipatkan
persaingan usaha yang ketat. Pasar menjadi semakin kompleks dan tidak
mudah ditebak. Informasi yang didapat menjadikan perusahaan dengan
mudahnya mengakses info mengenai pesaing dan persaingan. Perang
M
yang terjadi di pasar menjadi semakin terbuka akibat pengaruh dari
perkembangan komunikasi, seperti yang disebut dalam buku Wharton
on Dynamic Competition Stategys, “As market boundaries become more blurred,
bringing new outsiders into once stable industries, competition has become more
complex and multidimentional.” Karena itu, persaingan usaha yang terjadi
U

harus disikapi dengan pandangan dan cara-cara positif.


Persaingan antara dua pihak atau lebih tidak akan bisa dihindari
karena memang sudah merupakan sifat manusia untuk berupaya
menjadi dan mendapatkan yang terbaik dalam kehidupannya. Kitab-
D

kitab suci menceritakan bahwa persaingan ini sudah terjadi sejak nabi
Adam, yaitu ketika terjadi pertikaian antara kedua putra beliau ; Habil
dan Qabil, yang mengakibatkan Habil meninggal ditangan Qabil.
Dalam konteks kehidupan saat ini, semakin banyaknya manusia yang
memiliki sifat seperti Qabil, mereka selalu tidak puas, tidak mau kalah dan
selalu iri terhadap keberhasilan orang lain. Seperti kata pepatah, “Rumput
tetangga lebih hijau daripada rumput sendiri”. Banyak perusahaan besar
yang arogan, tidak mau kalah, dan selalu merasa benar sendiri, sehingga
akhirnya perusahaan itu hancur dengan sendirinya.

Bab 9 | Analisis Lingkungan Bisnis dengan Pendekatan 4C 115


Dalam menghadapi persaingan yang semakin kompleks saat ini,
dibutuhkan kebesaran jiwa untuk menerima persaingan dengan senang
hati yang tulus dan terbuka. Perusahaan sebisa mungkin menciptakan
win-win solution antara perusahaan dan pesaingnya, karena yang
memegang kendali terhadap pasar bukanlah anda ataupun pesaing
anda, melainkan masyarakat luas sebagai konsumen. Berkomunikasi
secara jujur dan adil, maka akan memberikan pendangan positif dari
masyarakat terhadap perusahaan anda.
Jadi, ketika persaingan usaha yang dihadapi semakin ketat dan
kadang bersifat kotor, perusahaan anda harus punya kekuatan moral

Y
untuk tidak terpengaruh oleh permainan bisnis seperti itu. Jika anda
mempunyai emotional intellegence (EQ) yang baik dan menerapkan praktik
bisnis yang baik, ketika pesaing menyerang anda dengan serangan yang
tidak etis, yang anda harus lakukan adalah dengan tidak melakukan
M
apa-apa. Ya, tidak usah membalas perlakuan pesaing anda tadi. Cepat
atau lambat pesaing anda akan merasakan bahwa tindakan mereka yang
tidak adil justru akan membawa dampak negatif pada mereka.

c. The Emergency of Customers Global Paradox (Customer)


M
Pengaruh inovasi teknologi mendasari terjadinya perubahan
sosial budaya. Hal ini bisa kita lihat dari lahirnya revolusi dalam
bidang teknologi informasi dan telekomunikasi yang mengubah cara
pandang dan perilaku masyarkat. Contoh yang paling nyata adalah
U

kehadiran internet yang membawa perubahan pada segala sektor


kehidupan manusia. Maka, pelanggan saat ini tidak saja membeli apa
yang dibutukan, melainkan juga memiliki keinginan dan harapan atas
suatu produk atau jasa yang akan mereka beli. Hal ini dibebakan oleh
D

semakin banyaknya akses informasi dan makin beragamnya pilihan


produk, sehingga membuat pelanggan akan mempunyai keinginan yang
semakin spesifik dan harapan yang semakin tinggi.
Dalam bukunya, New Consumer Marketing, Susan Baker menerangkan
bahwa dalam era ekonomi konsumsi seperti saat ini, menggunakan 4P
atau maketing mix sebagai basis strategi pemasaran tidaklah cukup. Hal
ini dikarenakan 4P atau tersebut mengabaikan hal penting yang sangat
fundamental, yaitu bahwa produk dan servis sebenarnya ditujukan untuk
kepentingan masyarakat yang membeli produk atau jasa (konsumen).

116 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


Sehingga, situasi dan kondisi masyarkat harus menjadi fokus utama
dalam pembentukan strategi pemasaran. Dalam menjalankan suatu
bisnis, tidak cukup hanya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat,
tetapi juga untuk memuaskan masyarkat dengan memenuhi kebutuhan
yang mereka inginkan.
Teknologi membuat dunia menjadi satu sehingga tercipta era
globalisasi yang tidak dapat dihindari. Perbedaan antarnegara di
dunia telah lenyap serta menghasilkan suatu masyarakat baru dalam
kehidupan. Era globalisasi abad ke-21 ini sedikit banyak mengingatkan
kita pada era awal peradaban Islam di mana pada masa itu dunia

Y
seakan menjadi satu juga ketika bangsa Arab memerintah di wilayah
Timur Tengah, Afrika Utara, Portugis, Spanyol, Perancis, dan wilayah
Eropa lainnya. Perekonmian dan pemerintahan Islam dijalankan,
penemuan-penemuan di berbagai bidang ilmu dilahirkan, dan kehidupan
M
berjalan dengan makmurnya. Di abad ke-21 ini kita disatukan dengan
perkembangan teknologi yang menyatukan bangsa-bangsa di dunia.
Di era glonalisasi seperti sekarang, masyarakat menjalani
kehidupannya secara paradoks. Sebagai contoh, internet mempermudah
M
kita memperoleh informasi global secara massal. Namun, dilain pihak,
terlalu banyak informasi yang ada membuat kita menjadi kebingungan,
mana informasi yang benar atau mana informasi yang sebenarnya
dibutuhkan. Banyaknya pilihan yang ada justru membuat kita semakin
sulit memilih. Paradoks yang terjadi ini mengharuskan kita untuk
U

fokus terhadap apa yang terpenting dalam hidup dan dalam aktivitas
sehari-hari.
Derasnya arus informasi serta tuntutan masyarkat dunia terhadap
globalisasi mendorong terjadinya paradoks di masyarkat. Di satu sisi,
D

globalisasi mendorong sistem nilai, perilaku, dan gaya hidup yang


semakin universal dan modern. Sementara di sisi lain, ada kekhawatiran
bahwa dengan semakin majunya zaman, nilai-nilai budaya dan agama
akan luntur. Meskipun demikian, bagi Islam dan juga agama lainnya,
nilai-nilai yang terkandung di dalamnya bersifat akomodatif terhadap
perkembangan zaman, dengan aspek-aspek fundamental yang tetap
teguh dan tidak berubah.
Dan jika kita lihat sekarang, di tengah arus globalisasi dan
modernisasi, ada kerinduan manusia untuk kembali ke kehidupan

Bab 9 | Analisis Lingkungan Bisnis dengan Pendekatan 4C 117


yang penuh kedamaian dan ketentraman. Kehidupan yang serta tidak
menentu membuat manusia kembali ke akar fundamental agamanya.
Mereka meyakini bahwa dengan mengikuti peraturan-peraturan agama,
kehidupan mereka akan lebih tentram.
John Naisbitt dalam bukunya Megatrends 2000, pernah
mengungkapkan bahwa abad ke-21 merupakan abad kebangkitan
agama milenium baru (The Age of Relegion). Berikut ini kutipan dari
John Naisbitt:

“In turbulent time, in time of great change, people head for two extremes;
fundamentalism and personal, spiritual experience…with no membership

Y
lists or even a coherent philosophy or dogma, it is difficult to efine or
measure the unorganized New Age movement. But, in every major U.S.
and European city, thousand who seek insight and personal growth cluster
around a metaphysical bookstore, a spiritual teacher, or an education center.”
M
Bagi umat beragama, globalisasi membawa banyak manfaat dan
peluang. Karena itu kita mesti belajar satu sama lain tanpa meninggalkan
jati diri kita. Karena itulah, kita lihat umat Islam mulai menerapkan
perekonomian secara syariah.
M
Perekonomian Islam dimulai dengan kehadiran perbankan syariah
sebagai lembaga keuangan yang berlandaskan etika, dengan dasar Al-
Qur’an dan Hadis. Salah satu tonggak utama berdirinya perbankan
syariah ini adalah dengan beroperasinya Mit Ghamr Local Saving ank
U

pada tahun 1963 di Kairo, Mesir. Dan sekarang perkembangan lembaga


atau institusi keuangan syariah di dunia maju dengan pesatnya, bahkan
lembaga keuangan konvensional yang notabene mengadopsi sistem
kapitalisme juga mengakui sistem syariah dan menerapkannya dengan
D

membuka unit-unit syariah.


Dalam perkembangannya di Indonesia, lahirnya lembaga syariah
diawali dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia ditahun 1992.
Dan pada tahun 2005, hanya dalam kurun waktu 13 tahun, lembaga
keuangan syariah di Indonesia tumbuh dengan pesat. Lembaga-lembaga
itu adalah perbankan syariah, Asuransi syariah, Reksadana Syariah,
Pegadaian Syariah, serta bahkan properti dan hotel syariah.
Perkembangan pesat sistem ekonomi Islam berdasarkan syariah ini
menjadi bukti bahwa masyarakat yang hidup di era globalisasi sekarang
rindu akan ketentraman dalam menjalani kegiatan ekonomi yang sesuai

118 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


dengan prinsip syariah. Dengan menjalankan kegiatan ekonomi yang
berdasarkan syariah, masyarakat meyakini bahwa kegiatannya sudah
sesuai dengan etika dan nilai-nilai agama. Sehingga dapat kita lihat
perubahan di era globalisasi dan modernisasi pada abad ke-21 membawa
masyarakat untuk kembali pada nilai-nilai etika, yang dalam hal ini
menimbulkan paradoks antara kehidupan dunia dan kehidupan akhirat.

d. Develop A Spiritual-Based Organization (Company)


Dalam era globalisasi dan di tengah situasi serta kondisi persaingan
usaha yang semakin ketat, perusahaan harus mampu merenungkan

Y
kembali prinsip-prinsip dasar perusahaannya. Perusahaan-perusahaan
besar yang sukses di abad ke-21 ini umumnya dapat mendeteksi
perubahan yang terjadi di pasar dan bagaimana mereka tetap konsisten
menjalankan nilai-nilai dan prinsip dasar perusahaannya. General
M
Electris, di bawah kepemimpinan Jack Welch, berhasil menorehkan
sejarah sebagai salah satu perusahaan yang sukses karena prinsip dasar
perusahaan yang dianutnya. Prinsip mereka terkenal dengan nama “GE
WAY”, dengan nilai-nilai sebagai berikut.
M
GE VALUES
GE Leaders… Always with Unyielding Integrity:
1) Have a Passion for Excellence and Hate Bureaucracy
2) Are Open to Ideas from Anywhere.. and Comitted to Work-Out
U

3) Live Quality… and Drive Cost and Speed for Competitive Edge
4) Have the Self-Confidence to Involve Everyone and Behave in a
Boundaryless Fashion
D

5) Create a Clear, Simple, Reality-Based Vision… and Communicate it


to All Constituencies
6) Have Enormous Enegy and the Ability to energize Others
7) Stretch… Set Aggressive Goals…Reward
8) Progress… Yet Understand Accountabity and Commitment
9) See Change as Apportunity… Not Threat
10) Have Global Brains…and Build Diverse and Global Teams.
(dikutip dari buku: The GE Way Fieldbook, Karya Robert Slater)

Bab 9 | Analisis Lingkungan Bisnis dengan Pendekatan 4C 119


Pesan-pesan dari visi dan misi Jack Welch disampaikan di setiap
kesempatan; di dalam laporan tahunan perusahaan untuk para pemegang
saham, pidato-pidato di depan dewan komisaris dan direksi dan bahkan
disetiap pembicaraannya. Namun, yang menjadi kunci utama adalah
ketika ia membuat buku GE Values yang berukuran kecil sebesar dompet
sehingga setiap karyawan dapat membawanya kemanapun ia pergi.
Jack Welch berkata. “There isn’t a human being in GE that wouldn’t have the
values Guide with them. In their wallet, in their purse. It means everything and
we live it. And we remove people who don’t have those values, even when they
post great result.”

Y
Dengan menerapkan GE Values secara konsisten dan menyeluruh
di perusahaannya, Jack Welch telah berhasil membawa perusahaannya
mencapai kejayaan. Ia berhasil menjadi pemimpin yang dikagumi
si seluruh dunia dan kepemimpinannya dijadikan contoh bagi para
M
pemimpin perusahaan besar. Bagi Jack Welch, perubahan yang terjadi
dalam kehidupan bukanlah sesuatu yang harus ditakuti. Tetapi
kenyataannya banyk manajer perusahaan yang takut akan perubahan
dan merasa aman dengan kondisi di mana mereka merasa nyaman.
M
Change is a big part of reality of business. Teke the business environment it’s
constantly changing. New competitors. New products. Any business that ignores
these facts is doomed to collapse.
The Body Shop, sebuah perusahaan kosmetik yang pernah terpilih
sebagai Company of the year pada 1987, merupakan salah satu
U

perusahaan yang sukses berkat nilai dan prinsip dasar yang dianut
perusahaannya. Sebagai aktivitas lingkungan hidup dan hak asazi
manusia (HAM) Yang gemar melakukan perjalanan ke negara-negara
dunia .
D

Ketuga, Anita Roddick, Sang pendri The Body Shop, mempunyai


visi dalam hidup untuk menjadi manusia yang berguna bagi masyarakat.
Karena itulah, ketika memulai bisnis The Body Shop, ia memegang
teguh prinsip kejujuran, yang ditunjukan dengan memberikan value
yang sesuai kepada pelanggan dari produk produk yang dihasilkan.
Sejak awal membangun The Body shop berdasarkan ajaran ibunya
tentang Kehematan Anita Roddick mengunakan konsep refiling, reusing,
dan recycling untuk produk-produk yang dihasilkan. Konsep refiling, reusing,
dan recycling ini akhirnya menjadi diferensiasi bagi perusahaannya. Namun,

120 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


dalam perjalanannya mengembangakan bisnis The Body Shop, Ia sempat
dilanda Frustrasi karena beberapa Kalangan media dan masyarakat masih
menilai bisnisnya dari keuntungan yang di dapat dan banyak nya produk
yang dijual. Padahal ia ingin dinialui berdasarkan usaha usha positifnya
untuk membantu masyarakat dunia. Ia mengatakan” The Shaping Force For
Us From The Start has not been our products, but our Principles.”
Beberapa prinsip The Body Shop yang selalu dikomunikasikan
melalui tokohnya, produk, ataupun materi materi point of sales-nya
adalah sebagai berikut.
1. Against Animal Testing

Y
2. Support Community Trade
3. Activate Self Esteem
4. Defend Human Rights
5. Protect Our Planet
M
Berikut Kutipan dari perkataan Anita Roddick:

“None of our Products are a matter of life and death, So Camaigning for
M
me became the method by which we could introduce values into a non valuie
industry.”

Apa yang dilakukan Jack Welch dan Anita Roddick ini pada
dasarnya adalah penerapan nilai-nilai spiritual dalam perusahaan.
U

Dengan menerapkan Spritual-Based organization, pesen-pesen di atas


terus diampsikan untuk menjadikan dunia sebagai tempat yang lebih
baik dengan mengedepankan kerendahan hati dan kejujuran, bahkan
ketika mereka telah menjadi pengusaha yang sukses.
D

C. Latihan Soal
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan 4C (Change, Competitor,
Customer dan Company)?
2. Jelaskan masing masing contoh dalam pengunaan 4C (Change,
Competitor, Customer dan Company) dalam Implementasi pemasaran
syariah dalam Bisnis?

Bab 9 | Analisis Lingkungan Bisnis dengan Pendekatan 4C 121


DAFTAR PUSTAKA
Al Qur’an al Karim, Departemen Agama RI.
Basu Swastha, 1996, Asas-asas Marketing, Edisi Ketiga, Penerbit Liberty,
Yogyakarta.
Hermawan Kertajaya dan Muhammad Syakir Sula, Syariah Marketing,
Cetakan I, 2006, Mizan Pustaka.
Hitt, Michael A., R. Duane Ireland dan Robert E. Hoskisson. (1997).
Manajemen Strategis: Menyongsong Era Persaingan Bebas dan Globalisasi.
Terjemahan Armand Hediyanto, Jakarta: Erlangga.

Y
M. Amin Suma, Asuansi syari’ah dan Asuransi Konvensinal: Tori, system,
aplikasi dan pemasaran, Kholam Publishing, Ciputat, 2006.
Mulyadi. (2001). Balanced Scorecard; Alat Manajemen Kontemporer Untuk
M
Pelipat Ganda Kinerja Keuangan Perusahaan. Jakarta: Salemba Empat.
M
U
D

122 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


BAB 10
SHARIA MARKETING STRATEGY
(SEGMENTATION, TARGETING,
POSITIONING)
Mata Kuliah Pemasaran Syariah
Dosen Pengampu: Wiwik Hasbiyah AN, S.H.I., MA.

Y
A. Tujuan Pembelajaran
M
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai Pengertian, Tujuan Syariah
Marketing Strategy Melalui Risetasi, Anda harus mampu:
M
1. Mendefinisikan pengertian Sharia Marketing Strategy.
2. Mendefinisikan tujuan Sharia Marketing Strategy.
U

B. Uraian Materi
1. Mendefinisikan pengertian Sharia Marketing Strategy
Ketertarikan untuk membahas syariah marketing ini adalah karena
D

adanya perubahan lanskap perekonomian dunia. Selama puluhan tahun,


dunia hanya mengenal sistem ekonomi kapitalisme. Namun pada akhir
1970-an dan awal 1980-an, sistem ekonomi Islam atau yang dikenal juga
sebagi sistem ekonomi syariah mulai bermunculan di Negara-negara
Timur Tengah.
Dalam model SME, konsep pemasaran disini tidaklah berarti
pemasaran sebagi sebuah fungsiatau departemen dalam perusahaan,
tetapi bagaimana kita bisa melihat pasar secara kreatif dan inovatif.
Pemasaran bukanlah hanya seperti anggapan orang, yaitu study untuk
menjual. Atau seperti yang dipahami beberapa kalangan hanyalah

123
marketing mix semata, yaitu pembuatan strategi untuk produk
(product), harga (price), tempat (place) atau promosi (promotion). Namun
pengertian terhadap pemasaran itui sendiri cakupannya lebih luas.
Pemasaran saya definisikan sebagai sebuah disiplin bisnis strategis yang
mengarahkan proses penciptaan, penawaran, dan perubahan values dari
satu inisiator kepada stakeholdersnya. Seperti yang saya tukis dalam
buku Rethinking Marketing: Sustainable Marketing Enterprise in
Asia, inspirasi menyangkut sebuah mimpi (dream), kultur menyangkut
keptribadian (personality), dan institusi menyangkut aktivitas (activity).
Nah agar sukses kita harus mempunyai impian yang akan menjadi driver
dan konsisten dalam melakukan aktivitas.

Y
Ada 17 prinsip syariah marketing sebagai berikut.
Prinsip 1: Information Technology Allows Us to be Transparent (change)
Prinsip 2: Be Respectful to your Competitors (Competitor)
M
Prinsip 3: The Emergence of Customers Global Paradox (Cuctomer)
Prinsip 4: Develop A Spiritual-Based Organization (Company)
Prinsip 5: View Market Universally (Segmentation)
M
Prinsip 6: Target Costumer’s Heart and Soul (Targeting)
Prinsip 7: Build A Belief System (Positioning)
Prinsip 8: Differ Yourself with A Good Package of Content and Context
(Differentiation)
U

Prinsip 9: Be Honest with Your 4 Ps (Marketing-mix)


Prinsip 10: Practice A Relationship-based Selling (Selling)
Prinsip 11: Use A spiritual Barand Character (Brand)
D

Prinsip 12: Services Should Have the Ability to Transform (Service)


Prinsip 13: Practice A reliable Business Process (Process)
Prinsip 14: Create Value to Your Stakeholders (Scorecard)
Prinsip 15: Create A Noble Cause (Inspiration)
Prinsip 16: Develop An Ethical Corporate Culture (Culture)
Prinsip 17: Measurement Must Be Clear and Transparent (Institution)

Ketujuh belas prinsip tersebut dibuat berdasarkan pengamatan


penulis terhadap peran pemasaran untuk pasar syariah.

124 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


Keempat prinsip pertama menjelaskan lanskap bisnis syariah
(4C-Diamond) yang terdiri dari change, competitor, customer dan company.
Ketiga elemen utama adalah elemen utama dari lanskap bisnis,
sedangkan factor terakhitr, company adalah berbagai faktor internal
yang penting dalam proses pembuatan strategi.
Sembilan prinsip berikutnya (prinsip 5 – prinsip13) menerangkan
sembilan elemen dari Arsitektur Bisnis Strategis. Yang dibagi menjadi
tiga paradigma, yaitu:
1. Syariah Marketing Strategy untuk memenangkan mind-share
2. Syariah Marketing Tactic unutuk memenangkan market-share

Y
3. Syariah Marketing Value untuk memenangkan heart–share

Dalam syariah marketing strategy yang pertama harus dilakukan


dalam mengeksplorasi pasar. Besarnya ukuran pasar (market size),
M
pertumbuhan pasar (market growth), keungguklan kompetitif (competitive
advantages) dan situasi persaingan (competitive situation).
Setelah menyusun strategi, kita harus menyusun taktik untuk
memenangkan market-share yang disebut Syariah Marketing Tactic.
M
Pertama-tama, setelah mempunyai positiong yang jelas di benak
masyarakat, perusahaan harus membedakan diri dari perusahaan lain
yang sejenis. Untuk itu diperlukan differensiasi sebagai core tactic dalam
segi content (apa yang ditawarkan), context (bagaimana menawarkannya)
dan infrastruktur (yang mencakup karyawan, faslitas dan teknologi).
U

Kemudian menerapkan differensiasi secara kreatif pada marketing mix


(product, price, place, promotion). Karena itu marketing-mix disebut sebagai
creation tactic. Walaupun bergitu selling yang memegang peranan penting
sebagai capture tactic juga harus diperhatikan karena merupakan elemen
D

penting yang berhubungan dengan kegiatan transaksi dan langsung


mampu menghasilkan pendapatan.

2. Mendefinisikan tujuan Sharia Marketing Strategy


a. Sharia Marketing Strategy pada View Market Univeraslly
(Segmentation)
Segmentasi adalah seni mengidentifikasikan serta memanfaatkan
peluang-peluang yang muncul dipasar. Dalam melihat pasar,  perusahaan

Bab 10 | Sharia Marketing Strategy (Segmentation, Targeting, Positioning) 125


harus kreatif dan inovatif menyikapi perkembangan yang terjadi, karena
segmentasi langkah awal yang menentukan keseluruhan aktivitas
perusahaan
Segmentasi pasar merupakan pembagian kelompok pembeli yang
memiliki perbedaan kebutuhan, karakteristik, ataupun perilaku yang
berbeda di dalam suatu pasar tertentu. Segmentasi pasar bisa juga diartikan
sebagai pengidentifikasian analisis perbedaan para pembeli di pasar.
Segmentasi pasar menurut Philip Kotler dan Gary Amstrong adalah
pembagian sebuah pasar menjadi beberapa kelompok pembeli yang
berbeda. Segmentasi pasar dapat dimaksudkan sebagai pembagian

Y
pasar yang berbeda-beda (heterogen) menjadi kelompok-kelompok
pasar yang homogen, di mana setiap kelompoknya bisa ditargetkan
untuk memasarkan suatu produk sesuai dengan kebutuhan, keinginan,
ataupun karakteristik pembeli yang ada di pasar tersebut.

• Dapat diukur (measurable)


M
Ada beberapa syarat segmentasi yang efektif, yaitu:

Ukuran, daya beli, dan profil pasar harus dapat diukur dengan
tingkat tertentu.
M
• Dapat dijangkau (accessible)
Segmen pasar dapat dijangkau dan dilayani secara efektif.
• Cukup besar (substantial)
U

Segmentasi pasar cukup besar atau cukup memberi laba yang dapat
dilayani. Suatu segmen merupakan kelompok homogen yang cukup
bernilai untuk dilayani oleh progam pemasaran yang sesuai.
• Dapat dibedakan (differentiable)
D

Differentiable berarti segmen tersebut dapat dibedakan dengan jelas.


• Dapat dilaksanakan (actionable)
Actionable berarti segmen tersebut dapat dijangkau atau dilayani
dengan sumber daya yang dimiliki perusahaan.

1) Tujuan Manfaat Segmentasi Pasar


Begitu luasnya karakteristik yang terdapat di pasar, maka
segmentasi pasar perlu dilakukan, berikut adalah manfaat dan tujuan
secara lebih detail:

126 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


1. Pasar lebih mudah dibedakan
Sangat sulit bagi perusahaan untuk terus-menerus mengikuti
selera konsumen yang selalu berkembang di keadaan pasar yang
heterogen. Oleh karenanya, perusahaan cenderung mencari
kelompok konsumen yang sifatnya homogen agar lebih mudah
untuk memahami selera konsumen, agar produk yang dihasilkan
perusahaan tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan
konsumen sehingga produk yang dibuat pun dapat diterima dengan
baik oleh konsumen.
2. Pelayanan lebih baik

Y
Ada empat hal penting yang diinginkan oleh konsumen dalam
memenuhi kebutuhannya, yaitu kualitas, harga, pelayanan, dan
ketepatan waktu. Namun dari keempat hal penting itu, pelayanan
merupakan hal yang paling dominan. Sedang harga dan kualitas
M
sering kali menjadi nomor dua dibanding pelayanan. Oleh karena
itu segmentasi pasar harus dilakukan agar bisa memberikan
pelayanan yang mengarah dan tepat kepada pasarnya.
3. Strategi pemasaran lebih terarah
M
Dengan melayani pasar yang sifatnya homogen, maka dalam
merencanakan strategi pemasaran, penyusunan bauran pemasaran
(marketing mix) yang meliputi produk, harga, distribusi, dan
promosinya dapat lebih terarah dan lebih tajam.
U

4. Menemukan peluang baru


Perusahaan yang memiliki pemahaman atas segmen pasar yang baik
tentunya akan sampai pada titik di mana ia menemukan peluang,
meski peluang yang ditemukan tidak selalu besar.
D

5. Faktor penentu desain


Dengan adanya pemahaman terhadap kebutuhan segmen-segmen
pasar, maka pemasar dapat mendesain produk sesuai dengan
kebutuhan segmen tersebut dan desain yang dibuat pun lebih
responsif terhadap kebutuhan pasar.
6. Strategi komunikasi lebih efektif
Komunikasi bisa menjadi efektif apabila komunikator tahu persis
siapa komunikan yang diajak berkomunikasi olehnya; apa kesukaan,

Bab 10 | Sharia Marketing Strategy (Segmentation, Targeting, Positioning) 127


kebiasaan, latar belakang, dan lain sebagainya. Dalam hal ini
perusahaan sebagai komunikator akan berkomunikasi dengan
cara yang berbeda-beda dan melalui media yang berbeda pula yang
disesuaikan kepada segmen pasar yang ditergetnya.
7. Melihat kompetitor dengan segmen yang sama
Dengan mengetahui siapa yang menjadi segmen bagi sebuah
perusahaan, tentunya perusahaan itu juga bisa melihat apabila
ada perusahaan-perusahaan lain (perusahaan kompetitor) yang
menawarkan produk/jasa yang sama, yang juga menargetkan
segmen pasar yang sama dengan yang ditargetnya, dan kegiatan

Y
apa saja yang dilakukan perusahaan-perusahaan kompetitor itu
untuk merebut perhatian pasar dalam usaha memenuhi kebutuhan
segmen pasar tersebut.
8. Evaluasi target dan rencana bisnis

M
Setelah mengetahui siapa dan bagaimana karakteristik segmen
pasar yang ditarget, maka perusahaan bisa melakukan evaluasi atas
efektif tidaknya kegiatan pemasaran yang sudah dilakukan selama
periode tertentu, apakah sudah sesuai dengan karakteristik pasar
M
yang ditargetnya, dan juga perusahaan bisa mempelajari apa yang
lebih dan kurang dari strategi yang sudah berjalan, untuk dibuat
perencanaan bisnis selanjutnya di depan.

2) Prosedur melakukan Segmentasi Pasar


U

Dalam mengidentifikasi segmen pasar, ada tiga tahap prosedur


yang harus dilakukan, yakni:
1. Tahap Survei
D

Pada tahap ini dilakukan wawancara kepada target segmen pasar


untuk mendapatkan pemahaman terhadap sikap, motivasi, dan
perilaku konsumen. Wawancara bisa dalam bentuk kuesioner, di
mana data kuesioner yang terkumpul bisa dijadikan informasi atas
atribut-atribut yang dibutuhkan.
2. Tahap Analisis
Di tahap ini, data yang mengandung variabel-variabel berkorelasi
tinggi dibuang, kemudian dilakukan analisis kelompok untuk
menghasilkan jumlah maksimum segmen yang berbeda.

128 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


3. Tahap Pembentukan
Di tahap ini dibentuklah kelompok berdasarkan perbedaan sikap,
perilaku, demografis, psikologis, psikografis, dan pola media.
Dari sifat dominan yang ditemukan pada kelompok tersebut,
diberikanlah nama profil pada kelompok segmen itu.

3) Jenis-jenis Segmentasi Pasar


Dalam pengadaan segmentasi pasar, maka pembagiannya dibagi
berdasarkan sembilan kategori:
1. Segmentasi Pasar berdasarkan Geografi

Y
Pada segmentasi ini, pasar dibagi ke dalam beberapa bagian
geografi seperti negara, wilayah, kota, dan desa. Daerah geografi
yang dipandang potensial dan menguntungkan akan menjadi target
operasi perusahaan.


M
2. Segmentasi Pasar berdasarkan Demografi
Pada segmentasi ini pasar dibagi menjadi kelompok-kelompok
dengan dasar pembagian usia, jenis kelamin, tingkat ekonomi, dan
tingkat pendidikan.
M
3. Segmentasi Pasar berdasarkan Psikografi
Segmentasi psikografi menelaah bagaimana konsumen dengan
segmen demografi tertentu merespon suatu stimuli pemasaran.
U

4. Segmentasi Pasar berdasarkan Sociocultural


Sebagai dasar lebih lanjut untuk segmentasi pasar, segmentasi
sosiokultural yang memiliki variabel sosiologis (kelompok) dan
antropologis (budaya) dibagi dalam segmen yang sesuai tahap pada:
D

• Daur hidup keluarga


• Kelas sosial
• Budaya dan sub budaya
• Lintas budaya atau segmentasi pemasaran global
5. Segmentasi Pasar berdasarkan hubungan secara ekstrim
Merupakan bentuk efektif segmentasi bagi penggunaan merek,
seperti:

Bab 10 | Sharia Marketing Strategy (Segmentation, Targeting, Positioning) 129


• Tingkat penggunaan: beda segmentasi terletak pada pengguna
berat, pengguna sedang, dan pengguna ringan. Bukan pengguna
sebuah produk, jasa, atau merek khusus.
• Tingkat kesadaran: kesadaran konsumen pada produk, kesiapan
membeli produk, atau apakah konsumen membutuhkan
informasi tentang produk tersebut.
• Loyalitas merek: Loyalitas konsumen pada merek dijadikan
perusahaan sebagai identifikasi karakteristik konsumen di
mana mereka bisa langsung menjadi pendukung promosi ke
orang dengan karakteristik yang sama namun dengan populasi

Y
yang lebih besar.
6. Segmentasi berdasarkan situasi penggunaan
Kesempatan atau situasi bisa menentukan apakah konsumen

7.
M
akan membeli atau mengkonsumsi. Segmentasi ini dibuat untuk
membantu perusahaan memperluas penggunaan produk.
Segmentasi berdasarkan benefit
Bentuk segmentasi yang mengklasifikasikan pembeli sesuai dengan
M
menfaat berbeda yang mereka cari dari produk merupakan bentuk
segmentasi yang kuat. Sebuah studi yang melakukan pengujian
apakah yang mengendalikan preferensi konsumen terhadap micro
atau craft beer, teridentifikasi lima keuntungan strategic brand, yaitu:
• Fungsional (contoh kualitas)
U

• Nilai uang
• Manfaat sosial
• Manfaat emosi positif
D

• Manfaat emosi negatif


8. Segmentasi hybrid
Segmen ini dibentuk berdasarkan kombinasi beberapa variabel
segmen yang membentuk sebuah segmen tunggal. Sebagai contoh
segmen geodemografis, sangat berguna untuk menemukan prospek
terbaik bagi seorang pengiklan atau pemasar dalam menemukan
kepribadian, tujuan, dan ketertarikan dan diisolasikan di mana
mereka hidup.

130 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


9. Segmentasi Pasar berdasar Tingkah Laku
Segmentasi ini dikelompokkan berdasarkan pengetahuan, sikap,
penggunaan, atau reaksi pembeli terhadap suatu produk.

4) Contoh Segmentasi Pasar


a. Segmentasi pasar Aqua
Di segmentasi geografisnya, Aqua menujukan semua pasar yang
ada di wilayah Indonesia. Tidak hanya di perkotaan, tapi kita juga bisa
menemukan produk Aqua di pinggiran kota, bahkan pedesaan.
Secara demografis, Aqua menargetkan orang-orang di semua

Y
kalangan dan jenis kelamin. Produk Aqua diproduksi untuk semua
kalangan dan untuk dikonsumsi siapa saja.
Secara psikografis, Aqua ditujukan untuk kalangan kelas sosial
M
menengah. Tapi bisa juga untuk kelas kalangan bawah mengingat
ada harga kemasan yang bisa dijangkau kelas kalangan bawah dengan
harga pasar Rp500,- dan Rp3000,- Selain itu Aqua diperuntukkan bagi
orang-orang dengan gaya hidup praktis dan sehat dengan kemasan
yang mudah didapat dan dibawa, sehingga Aqua cocok bagi orang aktif
M
dengan mobilitas yang tinggi.

b. Segmentasi pasar Coca-cola


Secara geografis, Coca-cola menjual produk minuman tertentu
U

yang hanya ada di Jepang, yaitu Sokembicha (non-karbonat, ginseng,


dan teh), Lactia (fermentasi susu).
Pada segi segmentasi psikografi, Coca-cola memiliki jenis varian
yang berbeda; Coca-cola Zero yang diproduksi tanpa gula yang rendah
D

kalori, diperuntukkan bagi konsumen dengan gaya hidup sehat.


Coca-cola juga membagi segmentasi pasarnya ke dalam segmentasi
demografis, yaitu remaja baik itu laki-laki maupun perempuan dengan
usia 15-21 tahun.

c. Segmentasi pasar Samsung Galaxy Young


Sesuai dengan namanya, Samsung Galaxy Young ditujukan bagi
mereka yang berjiwa muda, khususnya pelajar dan mahasiswa. Didukung
dengan desain yang tipis dan pilihan warna yang cukup banyak, ponsel ini

Bab 10 | Sharia Marketing Strategy (Segmentation, Targeting, Positioning) 131


ditujukan bukan hanya untuk kaum wanita saja, tapi juga untuk kaum laki-
laki. Dengan dilengkapi kamera sebesar 2MP ponsel ini mengincar mereka
yang senang berfoto. Selain itu browser HTML dan jaringan 3G network
dan datanya diciptakan agar pengguna bisa terus up-to-date dengan dunia
internet yang terus membooming dan tidak ketinggalan berita. Dan dari
harganya yang hanya satu jutaan, secara demografis, ponsel ini mengincar
pasar kelas menengah ke bawah. Namun juga tidak menutup kemungkinan
bagi kelas di atasnya karena desainnya yang mewah.
Pada segi geografis, produk Samsung ini sudah di seluruh Indonesia
dan juga di beberapa berkembang lainnya sepeti Malaysia, Singapura,

Y
India, dan negara lainnya.
Secara psikografis, ponsel ini ditujukan bagi orang-orang yang
selalu ingin terhubung dengan internet dengan kecepatan tinggi, gemar
berfoto dan multimedia, juga untuk kebutuhan kerja karena dapat
membuka file dokumen.

d. Segmentasi pasar Honda Beat


M
Honda Beat merupakan jenis kendaraan bertipe skuter otomatis,
M
berada di harga Rp12,5 juta. Secara demografis, Honda Beat menargetkan
pelajar dan mahasiswa sebagai segmen pasarnya. Secara psikografis,
Honda Beat ditujukan untuk anak muda yang senang kenyamanan dan
praktis, serta bergaya hidup trendi dan modern. Dan secara geografis,
Honda Beat yang berada pada segmen 110 CC memiliki konsentrasi
U

pemasaran di kota-kota besar di Indonesia dan di daerah-daerah, di


mana di daerah perkotaan cenderung menggunakan velg racing dan
sedangkan di daerah cenderung menggunakan velg jari-jari.
Pada dasarnya dalam melihat pasar, pendekatan segmentasi bisa
D

melalui dua sisi, taitu: mass marketing dan niche marketing. Menurut
karakteristiknya, pendekatan sejatinya bisa dikelompokkan menjadi
tiga, yaitu: static attribute segmentation, dynamic attribute segmentation, dan
individual segmentation. Dalam segmentasi static attribute pendekatan yang
dilakukan adalah dengan membagi pasar berdasarkan atribut-atribut
yang statis sifatnya, seperti geografis atau demografis. Segmentasi
geografis membagi pasar berdasarkan negara, kawasan, provinsi, atau
kota. Segmentasi demografis membagi pasar berdasarkan umur, jenis
kelamin, pekerjaan, jumlah pendapatan, agama, dan pendidikan. Dalam
dynamic attribute segmentation pendekatan yang dilakukan adalah dengan

132 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


memerhatikan atribut-atribut yang dinamis, seperti psikografis dan
perilaku (behaviour). Segmentasi psikografis membagi pasar berdasarkan
gaya hidup dan kepribadian. Sedangkan segmentasi perilaku berdasarkan
sikap, penggunaan, dan respon. Segmentasi terakhir, yaitu individual
segmentation dilakukan atas unit terkecil pasar yaitu individu perseorangan.

b. Sharia Marketing Strategy Target Customer’s Heart and Soul


(Targeting) Target Customer’s Heart and Soul (Targeting)
Targeting adalah strategi mengalokasikan sumber daya perusahaan
secara efektif, karena sumber daya yang dumiliki terbatas. Dengan

Y
menentukan target yang akan dibidik usaha kita akan lebih terarah.
Olehnya itu perusahaan harus membidik pasar yang akan dimasuki
sesuai daya saing yang dimiliki (competitive advantage).
Menurut warren dalam bukunya, Global marketing managemen7.
M
kriteria target market adalah market zise dengan potential competition,
dan compatibility dengan feasibility. Tentunya untuk bersaing perusahaan
harus memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif sesuai resources
yang dimiliki. Ada tiga hal yang dibutuhkan dalam segmentasi
M
pasar. Pertama bahwa segmen pasar yang dipilih cukup besar dan
menguntungkan (market zise).
Kedua strategi targeting harus didasarkan pada keunggulan daya saing
perusahaan (competitive advantage). Keunggulan daya saing merupakan
cara untuk mengukur apakah perusahaan itu memiliki kekuatan dan
U

keahlian yang memadai untuk mendominasi segmen pasar yang dipilih


Ketiga situasi persaingan (competitive situation) yang terjadi. Semakin
tinggi tingkat persaingan, perusahaan perlu mengoptimalkan segala
D

usaha yang ada secara efektif dan efisien sehingga targeting yang
dilakukan akan sesuai dengan keadaan di pasar.
Di tengah situasi persaingan yang semakin crowded ini, perusahaan
tidak bisa lagi sekadar membidik rasio atau benak konsumen. Jika
hanya membidik benak konsumen ini, niscaya konsumen tidak bisa
membedakan keunggulan masing-masing produk, karena sudah terlalu
banyak dan relatif tidak berbeda satu sama lain dari sisi fungsionalnya.
Olehnya itu perusahaan syariah harus mampu membidik hati dan
jiwa konsumennya. Baik yang jangka lama (long-term) maupun yang
bersiifat  singkat (short-term)

Bab 10 | Sharia Marketing Strategy (Segmentation, Targeting, Positioning) 133


c. Sharia Marketing Strategy pada Build A Belief System
(Positioning)
Posititioning adalah strategi untuk merebut posisi dibenak
konsumen, sehingga strategi ini terkait begaimana membangun
kepercayaan, keyakinan, dan kompetensi bagi pelanggan. Positioning
ini menetapkan bagaimana identitas produk atau perusahaan
tertanam dibenak konsumen yang mempunyai kesesuaian dengan
kompetensi yang dimiliki perusahaan untuk mendapatkan kepercayaan,
kredibilitas dan pengakuan dari konsumen. Positioning harus sustainable
terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dipasar yang harus terus

Y
dikomunikasikan secara konsisten dan tidak berubah-ubah. Perusahaan
syariah harus membangun positioning yang kuat dan positip sangatlah
penting, citra syariah harus bisa dipertahankan dengan menawarkan
value-value yang sesuai prinsip syariah.
M
Saat ini, konsumen memegang peranan kunci untuk pembelian
dan pemakaian produk-produk. Tersedianya berbagai pilihan yang
masing-masing mempunyai sisi positif dan negatifnya, membuat
konsumen selalu membanding-bandingkan produk yang ditawarkan
M
satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Untuk itulah positioning
diperlukan agar citra terhadap suatu produk atau perusahaan dapat
terbentuk sesuai dengan niat dan tujuan dari perusahaan.
Menurut Philip Kotler, positioning adalah proses mendesain citra
dari apa yang ditawarkan perusahaan sehingga mempunyai arti dan
U

memposisikan diri di benak konsumen. Sedangkan bagi Yoram Wind,


seorang professor strategi pemasaran, positioning adalah bagaimana
mendefinisikan identitas dan kepribadian perusahaan di benak pelanggan.
D

Jadi positioning adalah suatu pernyataan mengenai bagaimana


identitas produk atau perusahaan tertanam di benak konsumen yang
mempunyai kesesuaian dengan kompetensi yang dimiliki perusahaan untuk
mendapatkan kepercayaan, kredibilitas, dan pengakuan dari konsumen.
Dalam menetukan positioning sebelum produk diluncurkan,
perusahaan sudah berusaha untuk menjadi perusahaan yang customer-
centris. Sebab, positioning adalah apa yang ada di benak konsumen.
Bagi perusahaan syariah, membangun positioning yang kuat dan positif
sangatlah penting. Citra syariah yang dengan sendirinya akan terbentuk

134 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


harus bisa dipertahankan dengan menawarkan nilai-nilai yang sesuai
dengan prinsip syariah. Pemenuhan terhadap prinsip-prinsip syariah
merupakan hal generic yang wajib dan harus dijalankan berdasarkan
kompetensi yang dimiliki perusahaan. Sehingga dalam menentukan
positioningnya perusahaan bisa menampilkan keunggulan komparatif dan
kompetitif yang dimiliki perusahaan tersebut berdasarkan prinsip syariah.     

C. Latihan Soal
1. Jelaskan maksud dari segmentasi, targeting dan positioning dalam
strategy marketing?

Y
2. Bagaimana pola segmentasi, targeting dan positioning yang harus
diterapkan pada perusahaan perbankan syariah?

M
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahan, Lembaga Percetakan Al-Qur’an
Raja Fahd, 1418 H.
M
Budi Wisakseno, Rasionalitas Nasabah Perbankan Syariah, republika, Jumat,
23 Peb 2005.
Didin Hafidhuddin & Hendri Tanjung, Manajemen Syariah Dalam Praktik.
Gema Insani, 2003.
U

Hermawan Kartajaya, Syariah marketing, ,Ushul Al-Syariah (Nalar Kritis


Syariah). Kairo, Mesir, 1978.
Hermawan Kartajaya, Hermawan Kartajaya On Marketing, Gramedia,
Jakarta 2002.
D

Muhammad Sula dan Hermawan Kertajaya. Syariah Marketing, Jakarta.


Mizan. 2005.
Muhammad Husein Haekal, Hayat Muhammad (Sejarah Hidup
Muhammad, Terj.),Timtamas, 1984.
M. Nur Rianto Al Arif. Dasar-dasar Pemasaran Bank Syariah,  Alpabeta
Bandung, 2010.
 Yusuf Qardawi, Madkhal Li Dirasah Al-Syaria’ah Al-Islamiyyah, Maktabah,
Kairo, 1990 M.

Bab 10 | Sharia Marketing Strategy (Segmentation, Targeting, Positioning) 135


Y
M
M
U
D

[Halaman ini sengaja dikosongkan]


BAB 11
SHARIA MARKETING TACTIC
(DEFFERENTIATION,
MARKETING MIX, SELLING)

Y
A. Tujuan Pembelajaran
M
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai Pengertian, Tujuan Syariah
Marketing Tactic Melalui Risetasi, Anda harus mampu:
M
1. Mendefinisikan pengertian Sharia Marketing Tactic.
2. Mendefinisikan tujuan Sharia marketing Tactic.
3. Mampu mengkritisi konsep Sharia Marketing Tactic.
U

B. Uraian Materi
1. Mendefinisikan Pengertian Sharia Marketing Tactic
D

Ketertarikan untuk membahas syariah marketing ini adalah karena


adanya perubahan lanskap perekonomian dunia. Selama puluhan tahun,
dunia hanya mengenal sistem ekonomi kapitalisme. Namun pada akhir
1970-an dan wal 1980-an, sistem ekonomi Islam atau yang dikenal juga
sebagi sistem ekonomi syariah mulai bermunculan di Negara-negara
Timur Tengah.
Dalam model SME, konsep pemasaran disini tidaklah berarti
pemasaran sebagi sebuah fungsiatau departemen dalam perusahaan,
tetapi bagaimana kita bisa melihat pasar secara kreatif dan inovatif.

137
Pemasaran bukanlah hanya seperti anggapan orang, yaitu study untuk
menjual. Atau seperti yang dipahami beberapa kalangan hanyalah
marketing mix semata, yaitu pembuatan strategi untuk produk
(product), harga (price), tempat (place) atau promosi (promotion).
Namun pengertian terhadap pemasaran itui sendiri cakupannya lebih
luas. Pemasaran saya definisikan sebagai sebuah disiplin bisnis strategis
yang mengarahkan proses penciptaan, penawaran, dan perubahan values
dari satu inisiator kepada stakeholdersnya. Seperti yang saya tukis
dalam buku Rethinking Marketing: Sustainable Marketing Enterprise in
Asia, inspirasi menyangkut sebuah mimpi (dream), kultur menyangkut
keptribadian (personality), dan institusi menyangkut aktivitas (activity).

Y
Nah agar sukses kita harus mempunyai impian yang akan menjadi driver
dan konsisten dalam melakukan aktivitas.
Ada 17 prinsip syariah marketing sebagai berikut.
M
Prinsip 1: Information Technology Allows Us to be Transparent (change)
Prinsip 2: Be Respectful to your Competitors (Competitor)
Prinsip 3: The Emergence of Customers Global Paradox (Cuctomer)
Prinsip 4: Develop A Spiritual-Based Organization (Company)
M
Prinsip 5: View Market Universally (Segmentation)
Prinsip 6: Target Costumer’s Heart and Soul (Targeting)
Prinsip 7: Build A Belief System (Positioning)
U

Prinsip 8: Differ Yourself with A Good Package of Content and Context


(Differentiation)
Prinsip 9: Be Honest with Your 4 Ps (Marketing-mix)
D

Prinsip 10: Practice A Relationship-based Selling (Selling)


Prinsip 11: Use A spiritual Barand Character (Brand)
Prinsip 12: Services Should Have the Ability to Transform (Service)
Prinsip 13: Practice A reliable Business Process (Process)
Prinsip 14: Create Value to Your Stakeholders (Scorecard)
Prinsip 15: Create A Noble Cause (Inspiration)
Prinsip 16: Develop An Ethical Corporate Culture (Culture)
Prinsip 17: Measurement Must Be Clear and Transparent (Institution)

138 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


Ketujuh belas prinsip tersebut dibuat berdasarkan pengamatan
penulis terhadap peran pemasaran untuk pasar syariah.
Keempat prinsip pertama menjelaskan lanskap bisnis syariah
(4C-Diamond) yang terdiri dari change, competitor, customer dan company.
Ketiga elemen utama adalah elemen utama dari lanskap bisnis,
sedangkan faktor terakhir, company adalah berbagai factor internal yang
penting dalam proses pembuatan strategi.
Sembilan prinsip berikutnya (prinsip 5 – prinsip 13) menerangkan
sembilan elemen dari Arsitektur Bisnis Strategis. Yang dibagi menjadi
tiga paradigma, yaitu:

Y
1. Sharia Marketing Strategy untuk memenangkan mind-share
2. Sharia Marketing Tactic unutuk memenangkan market-share
3. Sharia Marketing Value untuk memenangkan heart–share
M
Dalam syariah marketing strategy yang pertama harus dilakukan
dalam mengeksplorasi pasar. Besarnya ukuran pasar (market size),
pertumbuhan pasar (market growth), keungguklan kompetitif (competitive
advantages) dan situasi persaingan (competitive situation).
M
Setelah menyusun strategi, kita harus menyusun taktik untuk
memenangkan Sharia yang disebut Sharia Marketing Tactic. Pertama-
tama, setelah mempunyai positiong yang jelas di benak masyarakat,
perusahaan harus membedakan diri dari perusahaan lain yang sejenis.
U

Untuk itu diperlukan differensiasi sebagai core tactic dalam segi


content (apa yang ditawarkan), context (bagaimana menawarkannya)
dan infrastruktur (yang mencakup karyawan, faslitas dan teknologi).
Kemudian menerapkan differensiasi secara kreatif pada marketing mix
D

(product, price, place, promotion). Karena itu marketing-mix disebut sebagai


creation tactic. Walaupun bergitu selling yang memegang peranan penting
sebagai capture tactic juga harus diperhatikan karena merupakan elemen
penting yang berhubungan dengan kegiatan transaksi dan langsung
mampu menghasilkan pendapatan.

Bab 11 | Sharia Marketing Tactic (Defferentiation, Marketing Mix, Selling) 139


2. Mendefinisikan Tujuan Sharia marketing Tactic
Dalam Sharia Marketing Value, bahwa strategi dan taktik yang sudah
dirancang dengan penuh perhitungan tidaklah berjalan dengan baik
bila tidak disertai dengan value dari produk atau jasa yang ditawarkan.
Pelanggan biasanya mementingkan manfaat atau value apa yang didapat
jika ia diharuskan berkorban sekian rupiah. Untuk itu, membangun
value preposition bagi produk atau jasa kita sangatlah penting.
Rumusan value preposition ini adalah sebagai berikut.
Value preposition = Total Get Functional Benefit (Fb)+Emotional
Benefit (Eb) + Total Give Price (P) + Other Expenses (Oe)

Y
Pada dasarnya terdapat lima generic value strategy:
1. “More for more” adalah formula value yang menawarkan total get
M
(Fb+Eb) dan total give (P+Oe) yang lebih tinggi dibandingkan
value yang ditawarkan pesaing.
2. “More for same” menawarkan total get yang lebih tinggi dan total
give yang sama.
M
3. “More for less” menawarkan total get yang lebih tinggi dan total give
yang lebih rendah.
4. “Same for less” menawarkan total get yang samadan total give yang
lebih rendah.
U

5. “Less for less” menawarkan total get dan total give yang lebih rendah
dibandingkan pesaing.

Prinsip selanjutnya, Prinsip 14, menjelaskan Syariah Scored


yang bermakna bahwa anda harus terus-menerus menyeimbangkan
D

proposisi-proposisi nilai anda yang sesuai dengan prinsip-prinsip


syariah tadi kepada tiga stakeholders utama yaitu karyawan (people),
pelanggan (customer), dan pemegang saham (shareholders). Itulah maka
penulis menyebutkan PCS-Circle.
Kemudian tiga prinsip terakhir (prinsip 15 sampai prinsip 17)
adalah prinsip-prinsip yang membahas tentang inspirasi (inspiration),
Buday (culture), dan institusi (institution. Ketiganya disebut sebagai
Syariah Enterprise. Inspirasi menyangkut impian: sebuah perusahaan
harus memiliki sebuah impian yang akan memberikan inspiras,

140 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


membimbing dan merangsang semua orang yang ada didalamnya.
Budaya menyangkut kepribadian; sebuah perusahaan harus memiliki
kepribadian yang kuat, yang memberikan “perekat” yang menyatukan
organisasi itu pada saat tumbuh dan berkembang. Akhirnya, institusi
adalah tentang aktivitas: sebuah perusahaan harus mampu mengelola
aktivitas-aktivitasnya dengan efisien dan efektif untuk merealisasikan
visi serta sasaran-sasarannya.
Tentu saja, ketiga elemen Syariah Enterprise ini juga harus
berlandaskan nilai-nilai syariah. Sebuah perusahaan tidaklah bisa
memiliki inspirasi untuk menjadi economic animal semata tanpa peduli

Y
nilai-nilai lingkungan dan pemberdayaan komunitas disekitarnya.
Budaya perusahaanpun harus dilandasi syariah; dengan menerapkan
nilai-nilai luhur yang mesti dianut setiap karyawannya.

(Differentiation)
M
a. Differ Youself With A Good Pacpage of Content and Context 

Diferensisi adalah tindakan merancang seperangkat perbedaan


yang bermakna dalam tawaran perusahaan. Differensiasi ini bisa
M
berupa content (what of offer) dan context (how to offer) dan infrastructure
(capability to offer). Content adalah dimensi differensiasi yang merujuk
pada value yang ditawarkan kepada pelanggan anda. Context merupakan
dimensi yang merujuk pada cara anda menawarkan produk. Sedangkan
infrastructure merujuk pada teknologi, SDM (people) dan fasilitas
U

(facility) yang digunakan untuk menciptakan diferensiasi content dan


context.
Content adalah dimensi diferensiasi yang menunjuk pada value
yang ditawarkan pada pelanggan ini merupakan bagian tangible dari
D

diferensiasi. Context merupakan dimensi yang merujuk pada cara


menawarkan produk. Ini merupakan bagian intangible dari diferensiasi
dan berhubungan dengan usaha-usaha suatu perusahaan untuk
membantu pelanggan dalam “mempersepsi” tawaran perusahaan
dengan cara yang berbeda dibandingkan dengan tawaran pesaing.
dimensi terakhir, infrastruktur, merujuk pada teknologi, SDM, dan
fasilitas yang digunakann untuk menciptakan diferensiasi content dan
context di atas.

Bab 11 | Sharia Marketing Tactic (Defferentiation, Marketing Mix, Selling) 141


Sebuah perusahaan dapat melakukan diferensiasi pada produk
atau cara penawarannya. Tetapi yang paling efektif adalah dengan
mengintegrasikan keduanya sehingga diferensiasi yang ditawarkan
menjadi kuat, apalgi didukung oleh infrastruktur yang kompeten.
Gabungan antara ketiganya haruslah menjadi kekuatan bagi perusahaan
untuk selanjutnya melanjutkan aktivitasnya.
Dalam perusahaan syariah, sudah pasti diferensiasi yang terbentuk
adalah dari content prinsip-prinsip syariah. Memang, dengan menawarkan
produk syariah, perusahaan harus meng-customized infrastruktur yang
diperlukan. Contohnya untuk mendukung transparansi dan kejujuran,

Y
perusahaan syariah dapat mengimplementasikan perangkat lunak yang
mendukung operasional perusahaannya, dan menjalankan reward dan
punishment dengan benar terhadap sumber daya manusianya. Tetapi,
hal ini tidaklah cukup. Perusahaan syariah harus mengidentifikasikan
M
kembali perbedaan yang bisa di-leverage dari content yang ditawarkan
sehingga memberi value added bagi konsumen. Untuk itu, perlu dikaji
bentuk-bentuk penawaran produk-produk syariah dengan cara-cara yang
berbeda atau bahkan unconventional, yang tentunya tanpa mengindahkan
prinsip-prinsip syariah marketing tersebut.
M
b.  Be Honest With Your 4 Ps  (Marketing Mix)
Marketing mix dikenal dengan 4P dengan elemen-elemennya
adalah Product (produk), price (harga), Place (tempat/distribusi), dan
U

promotion (promosi). Product dan price adalah komponen dari tawaran


(offers),  sedangkan place  dan promotion adalah komponen dari akses
(access). Marketing mix dimaksudkan begaimana mengintegrasikan
tawaran dari perusahaan (company of offers) dengan akses yang tersedia
D

(company access). Proses pengintegrasian ini menjadi kunci suksesnya


usaha pemasaran dari perusahaan. Model ini disebut juga dengan creation
tactic karena marketing mix haruslah berdasarkan penciptaan diferensiasi
dari sisi content, context, dan infrastructure.
Bagi perusahaan syariah, untuk komponen tawaran (offer), produk dan
harga haruslah didasari dengan nilai kejujuran dan keadilan sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah. Kualitas produk yang diberikan harus sesuai
dengan yang ditawarkan. Jadi dilarang perusahaan menyembunyikan
kecacatan dari produk yang ditawarkan. Sedangkan dalam menentukan

142 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


harga, perusahaan haruslah mengutamakan nilai keadilan. Jika kualitas
produknya bagus harganya bisa tinggi, sebaliknya jika produknya tidak
berkualitas harus disesuaikan dengan kualitas tersebut.
Komponen akses berupa promosi bagi perusahaan syariah
haruslah menggambarkan secara riil apa yang ditawarkan dari produk-
produk atau servis perusahaan tersebut. Promosi tidak boleh terlalu
menampilkan imajinasi yang terlalu tinggi bagi konsumennya karena ini
termasuk penipuan dan kebohongan. Dalam menentukan places atau
saluran distribusi, perusahaan harus mengutamakan tempat-tempat
yang sesuai dengan target market sehingga dapat efektif dan efisien.

Y
Proses integrasi terhadap offer dan access harus didasari oleh prinsip-
prinsip keadilan dan kejujuran.

c.   Practice A Relationship- Based Selling (Selling)


M
Selling adalah penyerahan barang atau jasa dari penjual kepada
pembeli dengan harga yang disepakati atas dasar sukarela. Pengertian
secara luas bahwa  selling adalah memaksimalkan kegiatan penjualan
sehingga dapat menciptakan situasi yang win-win solution bagi si penjual
M
dan si pembeli. Bagi perusahaan syariah  harus menjadikan konsumen
sebagai teman dengan sikap tolong menolong dan kejujuran sebagai
landasan utama serta membangun keharmonisan dengan konsumen.
Dalam melakukan selling, perusahaan tidak hanya menyampaikan
fitur-fitur dari produk dan jasa yang ditawarkan saja, melainkan juga
U

keuntungan bahkan solusi dari produk atau jasa tersebut. Begitu


juga dengan perusahaan berbasis syariah. Perusahaan ini harus bisa
memberikan solusi bagi konsumennya sehingga konsumen akan semakin
loyal terhadap produk atau jasa perusahaan itu. Salah satu caranya adalah
D

dengan menciptakan hubungan jangka panjang dengan konsumen.


Dalam melakukan aktivitas penjualan, jangalah berfikir jangka
pendek, tetapi harus jangka panjang. Tidak boleh misalnya, menawarkan
produk dengan harga rendah untuk memikat konsumen, tetapi
kualitasnya diturunkan secara diam-diam. Konsumen mungkin akan
tertarik pada awalnya. Namun, begitu mengetahui telah dikelabui,
mereka pasti akan pergi meninggalkan perusahaan yang curang itu.
Paradigma lama bahwa konsumen hanyalah pembeli, haruslah
diubah. Perusahaan atau penjual harus menganggap konsumen sebagai

Bab 11 | Sharia Marketing Tactic (Defferentiation, Marketing Mix, Selling) 143


teman dengan sikap saling tolong menolong dan kejujuran sebagai
landasan utamanya. Dengan menjalin persaudaraan dengan konsumen
hubungan jangka panjang akan tercipta secara harmonis. Sehingga, pada
akhirnya konsumen akan menjadi pendukung dan pembela perusahaan
dikala produk atau perusahaan mengalami masalah atau krisis.

C. Latihan Soal
1. Jelaskan pengertiandan tujuan differentiation, marketing mix dan selling
dalam Sharia Marketing Tactic?

Y
2. Jelaskan apakah lembaga keuangan syariah di Indonesia sudah
menggunakan differentiation, marketing mix dan selling dan bagaimana
tanggapan masyarkat terhadap langkah-langkah Sharia Marketing
Tactic lembaga keuangan Syariah?
M
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahan, Lembaga Percetakan Al-Qur’an
Raja Fahd, 1418 H.
M
Adiwarman karim, ekonomi mikro Islam, the international institute of
Islamic though Indonesia (IIITI), Jakarta, 2002.
Ali Mustafa ya’qub. Pengelolaaan dana asuransi syariah, 2001.
U

AMMAI, buku panduan Ujian Gelar Profesional keanggotaan asosiasi


ahli manajemen asuransi Indonesia, sector jiwa, AMMAI, 2000.
Budi Wisakseno, Rasionalitas Nasabah Perbankan Syariah, republika, Jumat,
23 Peb 2005.
D

Didin Hafidhuddin & Hendri Tanjung, Manajemen Syariah Dalam Praktik.


Gema Insani, 2003.
Hermawan Kartajaya, Hermawan Kartajaya On Marketing, Gramedia, Jakarta
2002.
Hermawan Kartajaya, Syariah marketing, Ushul Al-Syariah (Nalar Kritis
Syariah). Kairo, Mesir, 1978
Muhammad Sula dan Hermawan Kertajaya. Syariah Marketing, Jakarta.
Mizan. Abbas salim, Asuransi dan manajemen risiko, Grafindo Persada,
Jakarta, 2000.

144 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


BAB 12
SHARIA MARKETING VALUE
(BRAND, SERVICES, PROCESS)

Y
A. Tujuan Pembelajaran
M
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai Pengertian, Tujuan Sharia
Marketing Value Melalui Risetasi, Anda harus mampu:
M
1. Mendefinisikan pengertian Sharia Marketing value.
2. Mendefinisikan tujuan Sharia Marketing value.
3. Menjelaskan Bagaimana Brand dapat menjadi value indicator yang
U

mencerminkan fungsional benefit, emosional benefit, price dan other


expenses dalam Sharia marketing.
4. Menjelaskan Bagaimana Servce s dapat menjadi value indicator yang
mencerminkan dalam Service Should Have The Ability to Transform (service).
D

5. Menjelaskan Bagaimana Process dapat menjadi value indicator yang


mencerminkan dalam Practice a Realible Business Process (Proses).

B. Uraian Materi
1. Mendefinisikan Pengertian Sharia Marketing value
Ketertarikan untuk membahas syariah marketing ini adalah karena
adanya perubahan lanskap perekonomian dunia. Selama puluhan tahun,
dunia hanya mengenal sistem ekonomi kapitalisme. Namun pada akhir

145
1970-an dan wal 1980-an, sistem ekonomi Islam atau yang dikenal juga
sebagi sistem ekonomi syariah mulai bermunculan di Negara-negara
Timur Tengah.
Dalam model SME, konsep pemasaran disini tidaklah berarti
pemasaran sebagi sebuah fungsiatau departemen dalam perusahaan, tetapi
bagaimana kita bisa melihat pasar secara kreatif dan inovatif. Pemasaran
bukanlah hanya seperti anggapan orang, yaitu study untuk menjual.
Atau seperti yang dipahami beberapa kalangan hanyalah marketing mix
semata, yaitu pembuatan strategi untuk produk (product), harga (price),
tempat (place) atau promosi (promotion). Namun pengertian terhadap

Y
pemasaran itui sendiri cakupannya lebih luas. Pemasaran saya definisikan
sebagai sebuah disiplin bisnis strategis yang mengarahkan proses
penciptaan, penawaran, dan perubahan values dari satu inisiator kepada
stakeholdersnya. Seperti yang saya tukis dalam buku Rethinking Marketing:
M
Sustainable Marketing Enterprise in Asia, inspirasi menyangkut sebuah
mimpi (dream), kultur menyangkut keptribadian (personality), dan institusi
menyangkut aktivitas (activity). Nah agar sukses kita harus mempunyai
impian yang akan menjadi driver dan konsisten dalam melakukan aktivitas.
M
Ada 17 prinsip syariah marketing sebagai berikut.
Prinsip 1: Information Technology Allows Us to be Transparent (change)
Prinsip 2: Be Respectful to your Competitors (Competitor)
Prinsip 3: The Emergence of Customers Global Paradox (Cuctomer)
U

Prinsip 4: Develop A Spiritual-Based Organization (Company)


Prinsip 5: View Market Universally (Segmentation)
Prinsip 6: Target Costumer’s Heart and Soul (Targeting)
D

Prinsip 7: Build A Belief System (Positioning)


Prinsip 8: Differ Yourself with A Good Package of Content and Context
(Differentiation)
Prinsip 9: Be Honest with Your 4 Ps (Marketing-mix)
Prinsip 10: Practice A Relationship-based Selling (Selling)
Prinsip 11: Use A spiritual Barand Character (Brand)
Prinsip 12: Services Should Have the Ability to Transform (Service)
Prinsip 13: Practice A reliable Business Process (Process)

146 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


Prinsip 14: Create Value to Your Stakeholders (Scorecard)
Prinsip 15: Create A Noble Cause (Inspiration)
Prinsip 16: Develop An Ethical Corporate Culture (Culture)
Prinsip 17: Measurement Must Be Clear and Transparent (Institution)

Ketujuh belas prinsip tersebut dibuat berdasarkan pengamatan


penulis terhadap peran pemasaran untuk pasar syariah.
Keempat prinsip pertama menjelaskan lanskap bisnis syariah
(4C-Diamond) yang terdiri dari change, competitor, customer dan company.
Ketiga elemen utama adalah elemen utama dari lanskap bisnis,

Y
sedangkan faKtor terakhir, company adalah berbagai factor internal
yang penting dalam proses pembuatan strategi.
Sembilan prinsip berikutnya (prinsip 5 – prinsip 13) menerangkan

tiga paradigma, yaitu:


M
sembilan elemen dari Arsitektur Bisnis Strategis. Yang dibagi menjadi

1. Sharia Marketing Strategy untuk memenangkan mind-share


2. Sharia Marketing Tactic unutuk memenangkan market-share
M
3. Sharia Marketing Value untuk memenangkan heart–share

Dalam syariah marketing strategy yang pertama harus dilakukan


dalam mengeksplorasi pasar. Besarnya ukuran pasar (market size),
pertumbuhan pasar (market growth), keungguklan kompetitif (competitive
U

advantages) dan situasi persaingan (competitive situation).


Setelah menyusun strategi, kita harus menyusun taktik untuk
memenangkan market-share yang disebut Syariah Marketing Tactic.
Pertama-tama, setelah mempunyai positiong yang jelas di benak
D

masyarakat, perusahaan harus membedakan diri dari perusahaan lain


yang sejenis. Untuk itu diperlukan differensiasi sebagai core tactic dalam
segi content (apa yang ditawarkan), context (bagaimana menawarkannya)
dan infrastruktur (yang mencakup karyawan, faslitas dan teknologi).
Kemudian menerapkan differensiasi secara kreatif pada marketing mix
(product, price, place, promotion). Karena itu marketing-mix disebut sebagai
creation tactic. Walaupun bergitu selling yang memegang peranan penting
sebagai capture tactic juga harus diperhatikan karena merupakan elemen
penting yang berhubungan dengan kegiatan transaksi dan langsung
mampu menghasilkan pendapatan.

Bab 12 | Sharia Marketing Value (Brand, Services, Process) 147


2. Mendefinisikan Tujuan Sharia marketing value
Dalam Sharia Marketing Value, bahwa strategi dan taktik yang sudah
dirancang dengan penuh perhitungan tidaklah berjalan dengan baik
bila tidak disertai dengan value dari produk atau jasa yang ditawarkan.
Pelanggan biasanya mementingkan manfaat atau value apa yang didapat
jika ia diharuskan berkorban sekian rupiah. Untuk itu, membangun value
preposition bagi produk atau jasa kita sangatlah penting.
Rumusan value preposition ini adalah sebagai berikut.
Value preposition = Total GetFunctional Benefit (Fb)+Emotional
Benefit (Eb) + Total GivePrice (P) + Other Expenses (Oe)

Y
Pada dasarnya terdapat lima generic value strategy:
1. “More for more” adalah formula value yang menawarkan total get
M
(Fb+Eb) dan total give (P+Oe) yang lebih tinggi dibandingkan
value yang ditawarkan pesaing.
2. “More for same” menawarkan total get yang lebih tinggi dan total
give yang sama.
M
3. “More for less” menawarkan total get yang lebih tinggi dan total give
yang lebih rendah.
4. “Same for less” menawarkan total get yang samadan total give yang
lebih rendah.
U

5. “ ” menawarkan total get dan total give yang lebih rendah


dibandingkan pesaing.

Prinsip selanjutnya, Prinsip 14, menjelaskan Syariah Scored


yang bermakna bahwa anda harus terus-menerus menyeimbangkan
D

proposisi-proposisi nilai anda yang sesuai dengan prinsip-prinsip


syariah tadi kepada tiga stakeholders utama yaitu karyawan (people),
pelanggan (customer), dan pemegang saham (shareholders). Itulah maka
penulis menyebutkan PCS-Circle.
Kemudian tiga prinsip terakhir (prinsip 15 sampai prinsip 17)
adalah prinsip-prinsip yang membahas tentang inspirasi (inspiration),
Budaya (culture), dan institusi (institution). Ketiganya disebut sebagai
Syariah Enterprise. Inspirasi menyangkut impian: sebuah perusahaan
harus memiliki sebuah impian yang akan memberikan inspiras,

148 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


membimbing dan merangsang semua orang yang ada didalamnya.
Budaya menyangkut kepribadian; sebuah perusahaan harus memiliki
kepribadian yang kuat, yang memberikan “perekat”yang menyatukan
organisasi itu pada saat tumbuh dan berkembang. Akhirnya, institusi
adalah tentang aktivitas: sebuah perusahaan harus mampu mengelola
aktivitas-aktivitasnya dengan efisien dan efektif untuk merealisasikan
visi serta sasaran-sasarannya.
Tentu saja, ketiga elemen Syariah Enterprise ini juga harus
berlandaskan nilai-nilai syariah. Sebuah perusahaan tidaklah bisa
memiliki inspirasi untuk menjadi economic animal semata tanpa peduli

Y
nilai-nilai lingkungan dan pemberdayaan komunitas disekitarnya.
Budaya perusahaanpun harus dilandasi syariah; dengan menerapkan
nilai-nilai luhur yang mesti dianut setiap karyawannya.

M
3. Brand Menjadi Value Indicator yang Mencerminkan
Fungsional Benefit, Emosional Benefit, Price dan Other
Expenses dalam Syariah Marketing .
Brand atau merek adalah suatu identitas terhadap produk atau jasa
M
perusahaan anda. Brand mencermnkan nilai (value) yang anda berikan
kepada konsumen. Value didefinisikan sebagai Total Get dibagi Total Give
di mana Total Get terdiri dari komponen functional benefit dan Emotional
benefit, sedangkan Total Give terdiri dari komponen Price dan other expenses.
U

Brand sebagai value indicator harus mencerminkan keempat


komponen di atas. Biasanya jika perusahaan mempunyai Total Get
yang lebih tinggi dibandingkan dengan Total Give, Brand yang dimiliki
mempunyai nilai ekuitas yang kuat. Berkaitan dengan positioning dan
D

differentiation yang telah terbentuk, brand akan menambah value bagi


produk dan jasa yang ditawarkan.
Dalam pandangan syariah marketing, brand adalah nama baik yang
menjadi identitas seseorang atau perusahaan. Nabi Muhammad Saw.
misalnya memiliki reputasi sebagai seseorang yang terpercaya sehingga
mendapat julukan al-amin. Membangun Brand yang kuat adalah penting,
tetapi dengan jalan yang tidak bertentangan dengan ketentian prinsip-
prinsip syariah marketing.

Bab 12 | Sharia Marketing Value (Brand, Services, Process) 149


Salah satu hal penting yang membedakan produk anda dengan
produk lainnya adalah karakter brand yang merupakan value indicator
bagi konsumen. Brand yang baik adalag brand yang mempunyai karakter
yang kuat, dan bagi perusahaan atau produk yang menerapkan syariah
marketing, suatu brand harus mencerminkan karakter-karakter yang
tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah atau nilai-nilai
spiritual.
Mungkin anda bertanya, seperti apakah brand yang mencerminkan
karakter yang sesuai dengan prinsip syariah dan nilai spiritual? yaitu
brand yang tidak mengandung unsur judi, penipuan, riba, tidak

Y
mengandung unsur kezaliman, dan tidak membahayakan pihak
sendiri ataupun orang lain. Dan value dalam brand yang anda tawarkan
dalam brand haruslah sama dengan yang anda deliver. Untuk itu, anda
harus membangun brand dengan membangun nilai-nilai spiritualitas
M
yang didukung pengimplementasiannya dalam aktivitas sehari-hari
perusahaan anda. Pengimplementasian ini ditujukan untuk menjaga
kepercayaan konsumen dengan sepenuh hati.
Beberapa karakter yang bisa dibangun untuk menunjukkan
M
nilai spiritual ini bisa digambarkan dengan nilai kejujuran, keadilan,
kemitraan, kebersamaan, keterbukaan, dan universalitas. Dengan
membangun karakter brand anda pun akan semakin kuat sehingga
menjadi brand syariah yang kuat.
U

4. Service Should Have The Ability to Transform (Service)


Untuk menjadi perusahaan yang besar dan suistainable, perusahaan
berbasis syariah marketing harus memerhatikan servis yang ditawarkan
D

untuk menjaga kepuasan pelanggannya. Perusahaan harus menjadi


pelayan bagi pelanggannya. Apalagi perusahaan itu sudah semakin
besar, filosofi padi sepatutnya diterapkan, semakin tinggi harus semakin
merunduk.
Berkaitan dalam hal kehidupan bermasyarakat, sebenarnya sudah
merupakan kewajiban seseorang untuk berbuat baik kepada sesama,
termasuk di dalamnya memberikan pelayanan. Dalam melakukan
pelayananyang baik, biasanya digambarkan seseorang melalui sikap,
pembicaraan, bahkan dari bahasa tubuh (body language) yang bersifat
simpatik, lembut, sopan, hormat, dan penuh kasih sayang.

150 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


Dalam melakukan hubungan masyarakat. Sudah menjadi
kewajiban kita untuk menjaga segala perkataan, baik perkataan melalui
sikap, pembicaraan maupun gerak langkah. Hal ini bertujuan untuk
menghindarkan kita dari segala macam perselisihan di antara anggota
masyarakat sehingga tercipta kehidupan yang penuh kedamaian.
Hal ini memperkuat pengertian, bahwa “evry business is a service
business”. Baik perusahaan minyak, pabrik sepatu, restoran, maupun
hotel, semua harus memiliki paradigma sebagai pelayan bagi seluruh
stakeholdersnya. Stakeholders yang dimaksud disini mempunyai
pengertian luas dan tidak hanya konsumen saja, tetapi juga pemegang

Y
saham, pemerintah, dan para karyawan sendiri.
Mungkin timbul pertanyaan, mengapa servis itu menjadi sedemikian
pentingnya bagi perusahaan? sebenarnya jawabannya mudah. Sebagai
manusia, kita suka diperhatikan dan dilayani karena memang sudah nature
M
manusia sejak kecil diperhatikan dan dilayani oleh orang tua dan keluarga
dekatnya lainnya. Begitu manusia terjun ke dalam lingkungan masyarakat
yang lebih luas, rasa haus akan kekeluargaan pun muncul sehingga mereka
berusaha mencari tempat di masyarakat yang memungkinkan diri mereka
M
dengan nyaman dan damai.
Oleh karena itu perusahaan berbasis syariah marketing, harus
berupaya menjadi yang terbaik dalam pelayanan kepada konsumen.
Penjaga harus menjaga dan terus-menerus memperkuat servis yang
diberikan. Servis yang dimaksud disini bukan lagi layanan purnajual,
U

prajual, ataupun selama penjualan semata. Namun, bagaimana servis


yang ditawarkan perusahaan dapat membentu dan mentransformasi
semua stakeholders perusahaan.
D

5. Practice a Realible Business Process (Proses)


Proses mencerminkan quality, cost dan delivery (QCD). Kualitas sautu
produk ataupun service tergambar dari proses yang baik, dari proses
produksi sampai delivery kepada konsumen secara tepat dan dengan
biaya yang efektif  dan  efisien.
Proses dalam konteks  kualitas adalah bagaimana menciptakan
proses yang mempunyai nilai lebih untuk konsumen. Dalam hal
ini, perusahaan harus memerhatikan proses Supply Chain dalam
perusahaannya, bagaimana proses produksi yang dimulai dari bahan

Bab 12 | Sharia Marketing Value (Brand, Services, Process) 151


mentah sampai ke barang jadi dijalankan secara teliti dan efektif, tanpa
mengurangi value yang ditawarkan. Kualitas ini juga bisa tercermin
dari sisi riset dan pengembangan terhadap produk atau servis baru
yang dapat menambah value bagi konsumen. Karena itu, dibutuhkan
komitmen dan disiplin yang kuat dari perusahaan untuk menciptakan
yang terbaik.
Proses dalam konteks cost adalah bagaimana menciptakan proses
yang efisien yang tidak membutuhkan biaya yang banyak, tetapi kualitas
terjamin. Yang dimaksud konteks cost disini adalah bagaimana menjaga
efisiensi dengan strategic alliance, baik dengan departemen lain, pemasok,

Y
mitra atau bahkan dengan pesaing dengan tujuan untuk menciptakan
kemaslahatan bersama.
Sedangkan proses dalam konteks delivery adalah bagaimana proses
pengiriman atau penyampaian produk atau servis yang ditawarkan
M
perusahaan kepada konsumen. Proses delivery cukup penting. Karena
merupakan contact poin yang memungkinkan konsumen langsung
bisa merasakan kepuasan atau tidak terhadap layanan perusahaan.
Proses delivery yang tepat waktu pasti akan membawa nilai lebih bagi
M
konsumen. Selain itu, proses delivery ini juga mempunyai makna bahwa
nilai yang ditawarkan dalam sebuah produk atau servis harus sesuai
dengan yang disampaikan. Disinilah kejujuran dan tanggung jawab dari
perusahaan harus disampaikan sehingga dapat memberikan nilai lebih
kepada konsumen.
U

C. Latihan Soal
1. Jelaskan pengertian dan tujuan Syariah Marketing Value ?
D

2. Bagaimana Brand dapat menjadi value indicator yang mencerminkan


fungsional benefit, emosional benefit, price dan other expenses dalam syariah
marketing?
3. Bagaimana Servces dapat menjadi value indicator yang mencerminkan
dalam Service Should Have The Ability to Transform (service) ?
4. Bagaimana Process dapat menjadi value indicator yang mencerminkan
dalam Practice a Realible Business Process (Proses)?

152 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


5. Menurut pandangan anda apakah lembaga keuangan syariah sudah
memberikan service exelent kepada masyarakat dibandingkan dengan
lembaga keuangan konvensional?

DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahan, Lembaga Percetakan Al-Qur’an
Raja Fahd, 1418 H.
Adiwarman karim, ekonomi mikro Islam, the international institute of
Islamic though Indonesia (IIITI), Jakarta, 2002.

Y
Ali Mustafa ya’qub. Pengelolaaan dana asuransi syariah, 2001.
AMMAI, buku panduan Ujian Gelar Profesional keanggotaan asosiasi
ahli manajemen asuransi Indonesia, sector jiwa, AMMAI, 2000.

23 Feb 2005.
M
Budi Wisakseno, Rasionalitas Nasabah Perbankan Syariah, republika, Jumat,

Didin Hafidhuddin & Hendri Tanjung, Manajemen Syariah Dalam Praktik.


Gema Insani, 2003.
M
Hermawan Kartajaya, Hermawan Kartajaya On Marketing, Gramedia,
Jakarta 2002.
Hermawan Kartajaya, Syariah marketing, ,Ushul Al-Syariah (Nalar Kritis
Syariah). Kairo, Mesir, 1978.
U

Muhammad Sula dan Hermawan Kertajaya. Syariah Marketing, Jakarta.


Mizan. Abbas salim, Asuransi dan manajemen risiko, Grafindo
Persada, Jakarta, 2000.
D

Bab 12 | Sharia Marketing Value (Brand, Services, Process) 153


Y
M
M
U
D

[Halaman ini sengaja dikosongkan]


BAB 13
SHARIA MARKETING SCORECARD
Mata Kuliah Pemasaran Syariah
Dosen Pengampu: Wiwik Hasbiyah AN,SHi,MA

Y
A. Tujuan Pembelajaran
M
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai Pengertian, Tujuan Syariah
marketing Scorecard Melalui Risetasi, Anda harus mampu:
M
1. Mendefinisikan pengertian Sharia Marketing Scorecard.
2. Mendefinisikan tujuan Sharia marketing Scorecard.
3. Menjelaskan Sharia pentingnya people, customers dan shareholder bagi
U

perusahaan.

B. Uraian Materi
1. Mendefinisikan Pengertian Sharia Marketing Scorecard
D

a. Create A Balanced Value to Your Stakeholders (Scorecard)


Banyak yang mengatakan pasar syariah adalah pasar yang emosional
(emotional market) sedangkan pasar konvensional adalah pasar yang
rasional (rational market). Maksudnya orang tertarik untuk berbisnis
pada pasar syariah karena alasan-alasan keagamaan (dalam hal ini agama
Islam) yang lebih bersifat emosional, bukan karena ingin mendapatkan
keuntungan finansial yang bersifat rasional. Sebaliknya, pada pasar
konvensional atau non-syariah, orang ingin mendapatkan keuntungan

155
yang sebesar-besarnya, tanpa terlalu peduli apakah bisnis yang
digelutinya dan cara mendapatkan hasil  tersebut mungkin menyimpang
atau malah bertentangan dengan prinsip syariah.
Seorang pakar ekonomi syariah Didin Hafidhudin mengatakan
bahwa orang-orang yang ada dipasar syariah justru sebenarnya sangat
rasional dalam menentukan pilihan. Beliau juga mengatakan, orang
yang berada dalam kategori pasar emosional biasanya lebih kritis,
lebih teliti dan sangat cermat dalam membandingkan dengan bank
atau asuransi konvensional yang selama ini digunakannya sebelum
menentukan pilihannya ke pasar syariah. Pernyataan ini ada benarnya

Y
melihat pendapat seorang praktisi perbankan syariah tentang dikotomi
pasar emosional dan pasar rasional, Budi Wicakseno mengatakan,
bahwa pemahaman dikotomi antara nasabah rasional dan nasabah
emosional adalah keliru. Cara berpikir seperti itu, katanya, dilandasi
M
oleh teori pemasaran konvensional yang berpaham sekuler, segala hal
yang berlandaskan cara berpikir keagamaan serta-merta akan dianggap
sebagai sesuatu yang tidak rasional.
Memang praktisi bisnis dan pemasaran sebenarnya bergeser dan
M
mengalami transformasi dari level intelektual (rasional) ke emosional
dan akhirnya ke pasar spiritual. Pada akhirnya konsumen akan
mempertimbangkan kesesuaian produk dan jasa terhadap nilai-nilai
spiritual yang diyakininya. Dilevel Intelektual (rasional), pemasar
menyikapi pemasaran secara fungsional-teknikal dengan menggunakan
U

sejumlah tools pemasaran, seperti segmentasi, targeting, positioning,


marketing-mix, branding dan sebagainya. Kemudian di level emosional,
kemampuan pemasar dalam memahami emosi dan perasaan pelanggan
menjadi penting. Disini pelanggan dilihat sebagai  manusia seutuhnya,
D

lengkap dengan emosi dan perasaannya. Spiritual marketing merupakan


tingkatan tertinggi. Orang tidak semata-mata menghitung untung atau
rugi, tidak terpengaruh lagi dengan hal yang bersifat duniawi. Panggilan
jiwalah yang mendorongnya, karena didalamnya terkandung nilai-nilai
spiritual.
Prinsip dalam syariah marketing adalah menciptakan value bagi
para stakeholders-nya. Kemampuan perusahaan untuk menciptakan value
bagi para stakeholders-nya ini akan menentukan kelangsungan hidup
perusahaan.

156 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


Tiga stakeholders utama dari suatu perusahaan adalah people, customers,
dan shareholders. Mengapa ketiga stakeholders ini penting ? karena people,
customers, dan shareholders adalah orang-orang yang sangat berperan dalam
menjalankan suatu usaha. Dalam pasar komersial (commercial market),
perusahaan harus bisa mengakuisisi dan meretensi pelanggannya. Dalam
pasar kompetensi (competency market), perusahaan harus bisa memilih dan
mempertahankan orang-orang yang tepat. Dan dalam pasar modal (capital
market), perusahaan harus bisa mendapatkan dan menjaga para pemegang
saham yang tepat. Dalam menjaga keseimbangan ini, perusahaan harus
bisa menciptakan value yang unggul bagi ketiga stakeholders utama tersebut
dengan ukuran dan bobot yang sama.

Y
2. Mendefinisikan Tujuan Sharia marketing Scorecard
Dalam kehidupan manusia, ada hubungan horizontal dan ada
M
pula hubungan vertikal. Hubungan secara horizontal adalah hubungan
antar-sesama manusia, sedangkan hubungan secara vertikal adalah
hubungan antara manusia dengan Sang Pencipta. Maka, Sang Pencipta
sesungguhnya juga erupakan stakeholders yang paling utama. Dengan
M
tekad untuk melayani Sang Pencipta ini, kita akan menghindari dalam
melakukan hal-hal tercela atau hal-hal yang dilarang oleh agama.
Sehingga prinsip-prinsip syariah marketing akan tetap terjaga dalam
perusahaan tersebut. Penciptaan value terhadap para stakeholdesr ini akan
membawa perusahaan untuk tetap menjadi perusahaan yang sustainable.
U

3. Menjelaskan Bagaimana Pentingnya People, Customers


dan Shareholder Bagi Perusahaan
D

Menurut Ahmed dan Rafiq dalam bukunya Internal Marketing:


Tools and Concepts for Customer -focused Management (2002), terdapat tiga
hal yang terpisah namun berdekatan dalam pengembangan konsep
internal marketing, yaitu:
1. Employees motivation and satisfaction Hampir keseluruhan dari artikel
yang memfokuskan kepada internal marketing berdasarkan pada
persepsi bahwa untuk memuaskan pelanggan, sebuah organisasi
harus terlebih dulu memuaskan para pekerjanya (George, 1997;
Stershic, 1990). Untuk mendapatkan hal tersebut, organisasi harus
mengatur para karyawannya sebagai internal customers.

Bab 13 | Sharia Marketing Scorecard 157


2. Customer orientation Jika sebuah organisasi mengadopsi internal
marketing, maka para pekerjanya dapat terpengaruhi dan akan
dapat bekerja secara lebih efektif dan tentunya akan meningkatkan
motivasi karywan untuk lebih memuaskan pelanggan, market
orienta tion dan sales mindedness (Gronroos, 1985).
3. Broadening the internal marketing concept – strategy implementation and
change management beberapa tahun terakhir ini, peneliti telah mulai
mengakui bahwa internal marketing dapat membantu sebuah
organisasi untuk mengimplementasikan strategi nya, dan dapat
digunakan sebagai mekanisme untuk mengurangi departement

Y
isolation dan interdepartemental frictions juga untuk mengurangi
perlawanan terhadap sebuah perubahan

a.  Berbisnis Cara Nabi Muhammad Saw.


M
Muhammad adalah Rasulullah, Nabi terakhir yang diturunkan
untuk menyempurnakan ajaran-ajaran Tuhan yang menjadi suri teladan
umat-Nya. Akan tetapi disisi lain Nabi Muhammad Saw. juga manusia
biasa; beliau makan, minum, berkeluarga dan bertetangga, berbisnis
M
dan berpolitik, serta sekaligus memimpin umat.
Nabi Muhammad sebagi seorang pedagang memberikan contoh
yang baik dalam setiap transaksi bisnisnya. Beliau melakukan transaksi
secara jujur, adil dan tidak pernah membuat pelanggannya mengeluh,
apalagi kecewa. Beliau selalu menepati janji dan mengantarkan barang
U

dagangannya dengan standar kualitas sesuai dengan permintaan


pelanggan. Reputasinya sebagai pedagang yang benar dan jujur telah
tertanam dengan baik sejak muda. Beliau selalu memperlihatkan rasa
tanggung jawab terhadap setiap transaksi yang dilakukan.
D

b. Muhammad sebagai Syariah Marketer


Muhammad bukan saja sebagai seorang pedagang, beliau adalah
seorang nabi dengan segala kebesaran dan kemuliannya. Nabi
Muhammad sangat menganjurkan umatnya berbisnis (berdagang),
karena berbisnis dapat menimbulkan kemandirian dan kesejahteraan
bagi keluarga tanpa tergantung atau menjadi beban orang lain. Beliau
pernah berkata, “Berdaganglah kamu, sebab dari sepuluh bagian

158 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


penghidupan, sembilan di antaranya dihasilkan dari berdagang.” Al-
Quran juga memberi motivasi untuk berbisnis pada ayat berikut:

“Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil perniagaan)
dari Tuhanmu.” (QS Al-Baqarah: 198)
“Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” (QS Al-Baqarah:
275)

c. Muhammad Sebagai Pedagang Profesional


Dalam transaksi bisnisnya sebagai pedagang profesional tidak

Y
ada tawar menawar dan pertengkaran antara Muhammad dan para
pelanggannya, sebagaimana sering disaksikan pada waktu itu di pasar-
pasar sepanjang jazirah Arab. Segala permasalahan antara Muhammad
dengan pelanggannya selalu diselesaikan dengan adil dan jujur, tetapi

yang adil dan jujur tersebut.


M
bahkan tetap meletakkan prinsip-prinsip dasar untuk hubungan dagang

Disini terlihat bahwa beliau tidak hanya bekerja secara profesional,


tetapi sikap profesionalisme beliau praktikkan pula ketika telah dilantik
M
menjadi Nabi. Beliau memimpin sahabat-sahabatnya dengan prinsip-
prinsip profesionalisme; memberinya tugas sesuai dengan kemampuan
dan kapasitas yang dimiliki. Semuanya berjalan dengan profesional dan
tentunya dengan tuntunan Allah.
U

4. Muhammad Sebagai Pebisnis yang Jujur


Muhammad benar-benar mengikuti prinsip-prinsip perdagangan yang
adil dalam transaksi-transaksinya. Beliau telah mengikis habis transaksi-
transaksi dagang dari segala macam praktik yang mengandung unsur
D

penipuan, riba, judi, gharar, keraguan, eksploitasi, pengambilan untung


yang berlebihan dan pasar gelap. Beliau juga melakukan standardisasi
timbangan dan ukuran, serta melarang orang-orang menggunakan
timbangan dan ukuran lain yang tidak dapat dijadikan pegangan standar.
Nabi Muhammad juga mengatakan, “pedagang, pada hari kebangkitan
akan dibangkitkan sebagai pelaku kejahatan, kecuali mereka yang bertakwa
kepada Allah, jujur, dan selalu berkata benar” (HR Al Tirmidzi, Ibn Majah,
dan Al Darimi).

Bab 13 | Sharia Marketing Scorecard 159


5. Muhammad Menghindari Bisnis Haram
Nabi Muhammad melarang beberapa jenis perdagangan, baik
karena sistemnya maupun karena ada unsur-unsur yang diharamkan
didalamnya. Memperjual-belikan benda-benda yang dilarang dalam
Al-Quran adalah haram. Al-Quran, misalnya, melarang mengkonsumsi
daging babi, darah, bangkai dan alkohol, sebagaimana yang tercantum
dalam QS Al-Baqarah: 175.

C. Latihan Soal

Y
1. Jelaskan pengertian Sharia Marketing Scorecard?
2. Jelaskan tujuan Sharia marketing Scorecard?
3. Jelaskan bagaimana hubungan Horizontal dan hubungan vertikal
M
bisa memengaruhi kinerja perusahaan dalam perspektif syariah
marketing?

DAFTAR PUSTAKA
M
Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahan, Lembaga Percetakan Al-Qur’an
Raja Fahd.
Budi Wisakseno, Rasionalitas Nasabah Perbankan Syariah, republika, Jumat, 23.
Didin Hafidhuddin & Hendri Tanjung, Manajemen Syariah Dalam Praktik.
U

Encyclopedia Brittanica, X, (Micropeadia)). H. 49. Dikutip dari Hermawan


Kartajaya, Gema Insani, 2003.
Hermawan Kartajaya, Aa Gym: A Spritual Marketer. Mark Plus & Co., 2005.
D

Hermawan Kartajaya, Hermawan Kartajaya On Marketing, Gramedia, Jakarta


2002.
M. Nur Rianto Al Arif. Dasar-dasar Pemasaran Bank Syariah,  Alpabeta
Bandung,
Muhammad Husein Haekal, Hayat Muhammad  (Sejarah Hidup Muhammad.
Muhammad Sula dan Hermawan Kertajaya. Syariah Marketing, Jakarta.
Mizan. 2005.

160 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


BAB 14
SHARIA MARKETING
ENTERPRISE (INSPIRATION,
CULTURE, INSTITUTION)

Y
A. Tujuan Pembelajaran
M
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai Pengertian, Tujuan Syariah
marketing Enterprise Melalui Risetasi, Anda harus mampu:
M
1. Mendefinisikan pengertian definisi dan tujuan Sharia Marketing
Enterprise.
2. Menjelaskan Bagaimana Menerapkan Sharia Marketing Enterprise
dalam pemasaran syariah.
U

B. Uraian Materi
1. Mendefinisikan Pengertian Sharia Marketing Enterprise
D

Suatu pekerjaan pasti di dasari oleh niat dan tujuan yang ingin di
capai.ketika perusahaan melakukan kegiatan pemasaranya, niat yang
ada adalah mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin. Namun,
dalam prinsipnya syariah, kegiatan pemasaran ini harus di landasi
dengan semangat ibadah kepada tuhan sang maha pencipta, berusaha
semaksimal mungkin dengau tujuan untuk kesejahteraan bersama,
bukan untuk kepentingan golongan apalagi kepentingan sendiri.

161
Pengertian enterprise. Saya mendefinisikan enterprise ini sebagai
komponen-komponen inspirasi, kultur, dan institusi dari sebuah
perusahaan. Ketiga komponen ini saling berhubungan dan harus
berjalan secara terintegrasi. Seperti yang saya tulis dalam buku
rethinking marketing: sustainable marketing enterprise in asia, inspirasi
menyangkut kepribadian (personality) dan institusi menyangkut aktivitas
(activity). Nah, agar sukses, kita harus memiliki impian yang akan
menjadi driver dan konsisten dalam melakukan aktivitas inspirasi
merupakan “otak” sebagai-sebagai sumber ide, budaya merupakan
“hati” yang akan membentuk sikap dan perilaku, sedangkan institusi
adalah “tangan dan kaki” kita dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.

Y
Untuk menjadi perusahaan berbaris syariah , budaya perusahaaan
tentulah harus berdasarkan nilai-nilai islam. Institusinya pun harus
mengimplementasikan prinsip-prinsip syariah. Values atau nilai-nilai
M
islam ini memegang peranan penting untuk membentuk kepribadian
suatu institusi.

2. Menjelaskan Bagaimana Menerapkan Sharia Marketing


Enterprise dalam Pemasaran Syariah
M
a. Create A Noble Cause (Inspiration)
Perusahaan hendaknya memiliki impian (dream) untuk mencapai
kesuksesan, karena impian ini akan mengantar seseorang dalam
U

mewujudkan tujuan perusahaannya. Olehnya itu perusahaan  berbasisi


syariah marketing, penentuan visi dan misi tidak bisa terlepas dari
makna syariah itu sendiri serta tujuan akhir yang ingin dicapai. Tujuan
akhir ini harus bersifat mulia, lebih dari sekadar financial semata. Impian
D

inilah yang akan membimbing perusahaan sepanjang perjalanan untuk


mewujudkan goals/tujuannya.
Inspirasi tentang Impian yang hendak dicapai inilah akan
membimbing manusia dan perusahaan sepanjang perjalannya. Sebuah
perusahaan harus mampu menggabungkan antara idealism dan
pragmatism. Perusahaan harus mempu idealistic sekaligus pragmatis,
dan mampu mengimplementasikan kedua hal ini sekaligus dan secara
simultan, tanpa adanya trade-off.

162 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


Sebagai contoh, pada era 1960-an, sebuah maskapai penerbangan
regional kecil yang bernama Singapore Airlines punya mimpi untuk
menjadi maskapai penerbangan kelas dunia. Sekarang bisa kita lihat,
Singapore Airlines sudah identik dengan penerbangan kelas satu yang
selalu memberikan layanan terdepan. Impian ini memberikan inspirasi,
motivasi, energi, dan panduan bagi perusahaan untuk mencapai goals-
nya di masa depan.
Memang benar bahwa suatu perusahaan merupakan entitas
ekonomi yang aktivitasnya terfokus pada penciptaan profitabilitas
dan shareholders value. Namun, hal ini jangan diterjemahkan sebagai

Y
keuntungan yang bersifat materiil atau finansial semata. Sebuah
perusahaan berbasis syariah marketing harus bisa menentukan tujuan
akhirnya yang bersifat spiritual-universal. Charoen Pokphand dari
Thailand, misalnya sebenarnya sudah menerapkan syariah marketing,
M
paling tidak dalam inspirasi, karena mempunyai goal untuk menjadi
“sumber energi manusia” (The source of human energy).
Maka, dalam perusahaan berbasis syariah marketing, penetuan visi
dan misi tidak bisa terlepas dari makna syariah itu sendiri, dan tujuan
M
akhir yang ingin dicapai. Tujuan ini harus bersifat mulia, lebih dari
sekadar keuntungan finansial.

b. Develop An Ethical Corporate Culture (Culture)


Pada perusahaan berbasis syariah, budaya perusahaan yang
U

berkembang dalam perusahaannya sudah pasti berbeda dengan


perusahaan konvensional. Para karyawan wajib menjaga hubungan
antar-sesama, dari mulai tingkat paling atas (manajerial) sampai tingkat
paling bawah (staf). Seluruh pola, perilaku, sikap, dan aturan-aturan
D

dalam perusahaan tersebut harus mampu mencerminkan nilai-nilai


syariah.
Budaya perusahaan menggambarkan jati diri perusahaan tersebut;
who we are dan how we do the business. Hal ini tercermin dari nilai-nilai
yang dianut oleh setiap individu di perusahaandan perilakunya ketika
menjalankan proses bisnisnya. Budaya perusahaan yang sehat adalah
budaya yang diekspresikan oleh setiap karyawannya dengan hati terbuka
dan sesuai dengan nilai-nilai etika.

Bab 14 | Sharia Marketing Enterprise (Inspiration, Culture, Institution) 163


Berikut adalah beberapa hal penting yang selayaknya menjadi
budaya dasar sebuah perusahaan berbasis syariah.
1. Budaya mengucapkan salam
Mengucapkan salam dengan senyuman adalah hal termudah yang
bisa dilakukan. Namun, masih banyak yang enggan atau lupa untuk
mengucapkan salam dengan berbagai alasan; terburu-buru, merasa
hanya membuang waktu, atau merasa gengsi.
2. Murah hati, bersikap ramah, dan melayani
Bersikap rendah hati, sopan, dan ramah dalam melayani adalah
hal penting yang harus dijaga dalam menjalankan hubungan

Y
antarsesama manusia, khususnya dengan sesama rekan di
lingkungan kerja. Sikap bersahabat dan murah hati akan mencairkan
suasana dan akan memberikan ketentraman dalam melakukan
pekerjaan sehari-hari.
3. Cara berbusana

M
Pada dasarnya, bagi perusahaan yang berbasis syariah, busana
karyawan yang bekerja di perusahaannya haruslah mampu
M
metampakkan nuansa syariah. Karena hal ini adalah aspek
paling tangible yang membedakan antara perusahaan syariah dan
perusahaan non-syariah. Cara berbusana ini juga menjadi kontrol
bagi karyawan yang bersangkutan dalam pergaulan sehari-hari.
Dengan mengenakan busana rapi yang sesuai dengan prinsip-prinsip
U

syariah, niscaya kerapian dan keanggunan yang tercermin dari diri


setiap karyawan pun dapat memperkuat jati diri perusahaan.
4. Lingkungan kerja yang bersih
D

Karakteristik lain yang tercermin dari perusahaan berbasis syariah


yaitu lingkungan kerjanya yang bersih. Karena lingkungan kerja
yang bersih melambangkan kebersihan hati orang-orang yang
ada di lingkungan tersebut. Selain itu, lingkungan yang bersih
juga akan menghadirkan suasana hati yang bersih dan bersahaja
serta memudahkan pikiran dalam melakukan pekerjaan serta
menjauhkan suasana hati yang kalut.

164 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


c. Measurement Must Be Clear And Tranparent (Institution)
Prinsip yang terakhir dan terpenting adalah bagaimana membangun
organisasi/institusi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Organisasi
sebagai “kendaraan” dalam menunaikan visi dan misi yang telah
ditetapkan harus memiliki struktur yang baik dan target yang jelas untuk
setiap milestone dari sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Jika
organisasi kuat, koordinasi kerja dalam organisasi akan lebih efektif dan
efisien. Bahkan oragnisasi akan lebih cepat dalam merespon perubahan
yang terjadi di lingkungan bisnis.
Dalam perusahaan yang menerapkan prinsip-prinsip syariah,

Y
perusahaan tersebut harus mempunyai sistem umpan balik yang baik
dan bersifat transparan. Sistem umpan balik ini untuk memeriksa
apakah ketiha stakeholders utama yaitu; pelanggan, karyawan, dan
pemegang saham, sudah merasa terpenuhi kebutuhannya. Jika salah
M
satu saja dari ketiga stakeholders utama ini merasa tidak puas, akibatnya
akan sangat fatal bagi keberlangsungan hidup perusahaan.
Selanjutnya transparansi berarti bahwa ketiga stakeholders utama
harus mendapatkan informasi yang jelas dan jujur dari perusahaan.
M
Tidak boleh ada yang ditutup-tutupi. Dengan demikian, mereka pun
akan merasa punya sense of ownership, bukan hanya sense of belonging
terhadap perusahaannya.
Dengan adanya sistem umpan balik dan transparansi ini,
U

manajemen dan pengukuran (measurement) hasil perusahaan akan


berjalan secara lebih baik. Intinya adalah bagaimana perusahaan
mampu membangun kepercayaan terhadap ketiga stakeholders utama.
Begitu pula sebaliknya, bagaimana ketiga stakeholders utama itu mampu
D

mempercayai perusahaan dengan sepenuh hati.


Dalam perusahaan berbasis syariah, pengukuran yang jelas dan
transparan merupakan suatu hal yang penting. Karena prinsip-prinsip
syariah mengajarkan mengenai keadilan dan kejujuran. Pengukuran
yang jelas mengandung pengertian keadilan, yakni setiap pengukuran
yang dilakukan memiliki komponen-komponen pengukuran yang
terukur. Sedangkan transparan mengandung pengertian bahwa
komponen-komponen pengukuran ini dikomunikasikan kepada semua
yang bersangkutan. Perusahaan yang bersandar pada pengukuran
yang jelas dan transparan, selain mencegah kemungkinan timbulnya

Bab 14 | Sharia Marketing Enterprise (Inspiration, Culture, Institution) 165


kesalahpahaman di kemudian hari, akan miningkatkan keharmonisan
perusahaan dengan stakeholders dan meningkatkan kredibilitasnya
mereka di mata para stakeholders.

C. Latihan Soal
1. Jelaskan pengertian Syariah Marketing Enterprise?
2. Jelaskan tujuan budaya yang harus dibangun oleh perusahaan
dengan prinsip syariah ?
3. Menurut anda apakah nilai-nilai spiritual dan simbol-simbol

Y
keagamaan yang dipakai oleh perusahaan syariah berpengaruh
secara signifikan terhadap pemasaran perusahaan?
4. Jelaskan ajaran Islam yang mengajarkan keadilan dan transparansi
dalam bisnis!
M
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahan, Lembaga Percetakan Al-Qur’an Raja
M
Fahd, 1418 H.
Budi Wisakseno, Rasionalitas Nasabah Perbankan Syariah, republika, Jumat,
23 Pebruari 2005.
David K. Hurst, Crisis &Renewal, 1955 Meeting the challenge of organizational
U

Change, Harvard Business Scool Press.


Didin Hafidhuddin & Hendri Tanjung, Manajemen Syariah Dalam Praktik.
Gema Insani, 2003.
D

Encyclopedia Brittanica, X, (Micropeadia)). H. 49. Dikutip dari Hermawan


Kartajaya, Syariah marketing, ,Ushul Al-Syariah (Nalar Kritis Syariah).
Kairo, Mesir, 1978.
Muhammad Sula dan Hermawan Kertajaya. Syariah Marketing, Jakarta.
Mizan. 2005.
Muhammad Husein Haekal, Hayat Muhammad  (Sejarah Hidup Muhammad,
Terj.),Timtamas, 1984

166 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


Muhammad Abdul gani, The Spritualy In Business, Pena Pundi Aksara,
Jakarta, 2005.
M. Nur Rianto Al Arif. Dasar-dasar Pemasaran Bank Syariah,  Alpabeta
Bandung, 2010.

Y
M
M
U
D

Bab 14 | Sharia Marketing Enterprise (Inspiration, Culture, Institution) 167


Y
M
M
U
D

[Halaman ini sengaja dikosongkan]


BAB 15
PEMASARAN SYARIAH PADA:
STUDI KASUS PEMASARAN
PRODUK BANK SYARIAH PADA BMI
Mata Kuliah Pemasaran Syariah
Dosen Pengampu: Wiwik Hasbiyah AN, S.H.I., M.A.

Y
A. Tujuan Pembelajaran
M
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai Pengertian, Tujuan Syariah
Pemasaran dalam produk bank syariah Melalui Risetasi, Anda harus
M
mampu:
1. Sistem Bank Syariah.
2. Konsep Pemasaran Bank Syariah.
U

3. Penerapan pemasaran syariah: Studi Kasus Bank muamalat


Indonesia (BMI).

B. Uraian Materi
D

1. Sistem Bank Syariah


Pengertian Bank Syariah menurut Ensiklopedia bebas adalah
(Arab: ‫اﳌﺼﺮﻓﻴﺔ اﻹﺳﻼﻣﻴﺔ‬ al-Mashrafiyah al-Islamiyah) suatu sistem
perbankan yang pelaksanaannya berdasarkan hukum Islam (syariah).
Pembentukan sistem ini berdasarkan adanya larangan dalam agama
Islam untuk meminjamkan atau memungut pinjaman dengan
mengenakan bunga pinjaman (riba), serta larangan untuk berinvestasi
pada usaha-usaha berkategori terlarang (haram). Sistem perbankan
konvensional tidak dapat menjamin absennya hal-hal tersebut dalam

169
investasinya, misalnya dalam usaha yang berkaitan dengan produksi
makanan atau minuman haram, usaha media atau hiburan yang tidak
Islami, dan lain-lain.
Sejarah dari Bank Syariah di Indonesia itu sendiri karena masyarakat
Indonesia yang mayoritas Islam, namun belum ada Bank yang tercermin
pada bank-bank Timur Tengah, bank di Indonesia mayoritas Merupakan
bank cerminan barat (Amerika dan Eropa), yang lebih dikenal bank
konvensional, dan sebenarnya kajian tentang perbankan syariah sudah
muncul sejak tahun 1980-an namun realisasinya berdiri tahun 1991,
oleh Bank Muamalat Indonesia. Bank ini diprakarsai oleh Majelis

Y
Ulama Indonesia (MUI) dan pemerintah serta dukungan dari Ikatan
Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha
muslim. Bank ini awalnya Memiliki landasan hukum yang lemah UU
No. 7 Tahun 1992 belum dijelaskan tentang bank syariah, namun
M
setelah terjadi revisi muncul UU No. 10 Tahun 1998 dan dengan revisi
UU tersebut maka status bank syariah semakin kuat Bank Muamalat
Indonesia juga sempat terimbas oleh krisis moneter pada akhir tahun
1990-an sehingga ekuitasnya hanya tersisa sepertiga dari modal awal.
IDB kemudian memberikan suntikan dana kepada bank ini dan pada
M
periode 1999-2002 dapat bangkit dan menghasilkan laba. Saat ini
keberadaan bank syariah di Indonesia telah diatur dalam undang-undang
yaitu UU No. 10 tahun 1998 tentang Perubahan UU No. 7 Tahun 1997
tentang Perbankan.
U

Hingga tahun 2007 terdapat 3 institusi bank syariah di Indonesia


yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri dan Bank Mega
Syariah. Sementara itu bank umum yang telah memiliki unit usaha
syariah adalah 19 bank di antaranya merupakan bank besar seperti
D

Bank Negeri Indonesia (Persero) dan Bank Rakyat Indonesia (Persero).


Sistem syariah juga telah digunakan oleh Bank Perkreditan Rakyat, saat
ini telah berkembang 104 BPR Syariah.
Dengan telah diberlakukannya Undang-Undang No. 21 Tahun
2008 tentang Perbankan Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008, maka
perkembangan industri perbankan syariah nasional semakin Memiliki
landasan hukum yang memadai dan akan mendorong pertumbuhannya
secara lebih cepat lagi. Dengan progres perkembangannya yang impresif,
yang mencapai rata-rata pertumbuhan asset lebih dari 65% per tahun

170 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


dalam lima tahun terakhir, maka diharapkan peran industri perbankan
syariah dalam mendukung perekonomian akan semakin signifikan.
Perkembangan perbankan syariah di Indonesia telah menjadi tolak
ukur keberhasilan eksistensi ekonomi syariah. Bank muamalat sebagai
bank syariah pertama dan menjadi pioneer bagi bank syariah lainnya
telah lebih dahulu menerapkan sistem ini di tengah menjamurnya
bank-bank konvensional. Krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998
telah menenggelamkan bank-bank konvensional dan banyak yang
dilikuidasi karena kegagalan sistem bunganya. Sementara perbankan
yang menerapkan sistem syariah dapat tetap eksis dan mampu bertahan.

Y
Tidak hanya itu, di tengah-tengah krisis keuangan global yang melanda
dunia pada penghujung akhir tahun 2008, lembaga keuangan syariah
kembali membuktikan daya tahannya dari terpaan krisis. Lembaga-
lembaga keuangan syariah tetap stabil dan memberikan keuntungan,
M
kenyamanan serta keamanan bagi para pemegang sahamnya, pemegang
surat berharga, peminjam dan para penyimpan dana di bank-bank
syariah. Hal ini dapat dibuktikan dari keberhasilan bank Muamalat
melewati krisis yang terjadi pada tahun 1998 dengan menunjukkan
kinerja yang semakin meningkat dan tidak menerima sepeser pun
M
bantuan dari pemerintah dan pada krisis keuangan tahun 2008, bank
Muamalat bahkan mampu memperoleh laba Rp300 miliar lebih.
Perbankan syariah sebenarnya dapat menggunakan momentum ini
untuk menunjukkan bahwa perbankan syariah benar-benar tahan dan
U

kebal krisis dan mampu tumbuh dengan signifikan. Oleh karena itu perlu
langkah-langkah strategis untuk merealisasikannya. Langkah strategis
pengembangan perbankan syariah yang telah di upayakan adalah
pemberian izin kepada bank umum konvensional untuk membuka
D

kantor cabang Unit Usaha Syariah (UUS) atau konversi sebuah bank
konvensional menjadi bank syariah. Langkah strategis ini merupakan
respon dan inisiatif dari perubahan Undang-Undang perbankan No. 10
tahun 1998. Undang-undang pengganti UU No. 7 tahun 1992 tersebut
mengatur dengan jelas landasan hukum dan jenis-jenis usaha yang dapat
dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah.
Berikut adalah daftar Bank Umum Syariah (UUS), Bank
Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS), dan Unit Usaha Syariah (UUS)
yang ada di Indonesia sampai akhir tahun 2015:

Bab 15 | Pemasaran Syariah pada: Studi Kasus Pemasaran Produk 171


1. Bank Umum Syariah (BUS):
o PT Bank Muamalat Indonesia
o PT Bank Syariah Mandiri
o PT Bank BRISyariah
o PT Bank BNI Syariah
o PT Bank Mega Syariah
o PT Bank Panin Syariah
o PT BCA Syariah

Y
o PT Bank Victoria Syariah
o PT Bank Syariah Bukopin
o PT Bank Maybank Indonesia Syariah
o
2. Unit Usaha Syariah (UUS):
o
M
PT Bank Jabar Banten Syariah

PT Bank Tabungan Negara (BTN)


o PT Bank CIMB Niaga
M
o PT Bank Danamon Indonesia
o PT Bank IFI
o PT Bank Internasional Indonesia
U

o PT Bank OCBC NISP
o PT Bank Permata
o PT Bank Sinarmas
D

o PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN)


o The Hongkong and Shanghai Banking Corp. (HSBC)
o PT Bank Aceh
o PT BPD Jambi
o PT BPD Riau Kepri
o PT BPD Sumatera Barat
o PT BPD Sumatera Utara
o PT BPD Sumatera Selatan dan Bangka Belitung

172 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


o PT Bank DKI
o PT BPD Jawa Tengah
o PT BPD Jawa Timur
o PT BPD Yogyakarta
o PT BPD Kalimantan Timur
o PT BPD Kalimantan Barat
o PT BPD Kalimantan Selatan
o PT BPD Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat

Y
o PT BPD Nusa Tenggara Barat

2. Konsep Pemasaran Bank Syariah


a. Pemasaran Bank M
Bagi dunia perbankkan yang merupakan badan usaha yang
berorientasi profit, kegiatan pemasaran sudah merupakan suatu
kebutuhan utama dan sudah merupakan suatu keharusan untuk
dijalankan. tanpa kegiatan pemasaran jangan diharapkan kebutuhan dan
M
keinginan pelanggannya terpenuhi. Karena itu, bagi dunia usaha apalagi
seperti usaha perbankkan perlu mengemas kegiatan pemasarannya
secara terpadu dan terus-menerus melakukan riset pasar, karena dengan
melakukan riset pemasaran bisa diketahui keinginan dan kebutuhan
U

konsumen atau nasabah sebenarnya. Dalam praktiknya kebutuhan


konsumen atau nasabah adalah sebagai berikut.
1) Kebutuhan akan produk dan jasa.
2) Kebutuhan rasa aman dalam mengguanakan produk atau jasa
D

tersebut.
3) Kebutuhan kenyamanan menggunakan produk atau jasa.
4) Kebutuhan untuk dihormati dan dihargai.
5) Kebutuhan untuk persahabatan.
6) Kebutuhan untuk diberi perhatian.
7) Kebutuhan status (prestise) dan kebutuhan aktualisasi diri.

Bab 15 | Pemasaran Syariah pada: Studi Kasus Pemasaran Produk 173


Keinginan konsumen atau nasabah adalah merupakan kebutuhan
yang dibentuk oleh kultur dan kepribadian individu. Contoh keinginan
konsumen adalah sebagai berikut.
a) Ingin memperoleh pelayanan yang cepat.
b) Ingin agar bank bisa menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi.
c) Ingin memperoleh komitmen bank.
d) Ingin memperoleh pelayanan yang bermutu (cepat dan memuaskan)
dan lain-lain.
e) Ingin memperoleh keamanan dari setiap transaksi yang

Y
berhubungan dengan bank.
f) Ingin memperoleh perhatian oleh seluruh karyawan bank.

b. Tujuan Pemasaran Bank


M
Dalam praktiknya tujuan suatu perusahaan dapat bersifat jangka
pendek maupun jangka panjang. Dalam jangka pendek biasanya
hanya bersifat sementara dan juga dilakukan sebagai langkah untuk
mencapaitujuan jangka panjang. Demikian pula dalam hal menjalankan
M
kegiatan pemasaran suatu bank memiliki banyak kepentingan untuk
mencapai tujuan yang diharapkan.
Secara umum tujuan pemasaran bank adalah:
1) Memaksimumkan konsumsi, atau dengan kata lain memudahkan
U

dan merangsang konsumsi sehingga dapat menarik nasabah untuk


membeli produk yang ditawarkan bank secara berulang-ulang.
2) Memaksimumkan kepuasan pelanggan melalui berbagai pelayanan
yang diinginkan nasabah. Nasabah yang puas akan menjadi ujung
D

tombak pemasaran selanjutnya, karena kepuasan ini akan ditularkan


kepada nasabah lainnya melalui ceritanya (personal selling).
3) Memaksimumkan pilihan ragam produk dalam arti bank
menyediakan berbagai jenis produk bank sehingga nasabah
memiliki beragam pilihan pula.
4) Memaksimumkan mutu hidup dengan memberikan berbagai
kemudahan kepada nasabah dan menciptakan iklim yang efisien.

174 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


Strategi merupakan pendekatan (approach) secara keseluruhan
yang berkaitan dengan pelaksanaan ide atau gagasan, perencanaan, dan
eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu. Strategi yang
baik terletak pada koordinasi tim kerja, memiliki tema, mengindetifikasi
faktor pendukung yang sesuai dengan prinsip-prinsip pelaksanaan ide
atau gagasan secara rasional, efisien dan efektif.  Menurut Muhammad,
bahwa untuk menentukan strategi pemasaran yang dapat dilakukan oleh
pemasar agar tepat dalam pecampaian tujuan, diperlukan mengetahui
sasaran yang dituju, yaitu dengan mengetahui dan mengukur
kemampuan dan kelemahan Bank Syariah untuk mendapatkan peluang
dan meminimalisir ancaman, malalui analisis swot.

Y
Pemasar mempunyai tugas yang tidak mudah, karena diharuskan
untuk memahami kebutuhan pelanggan. Bahwa empat C pelanggan
tersebut, yaitu memberi solusi kepada pelanggan apa yang menjadi
M
kebutuhan dan keinginan pelanggan, menjelaskan apa yang menjadi
biaya pelanggan, menjaga kenyamanan pelanggan, dan menjaga
komunikasi dengan pelanggan dengan baik. Apabila pelanggan merasa
sudah mendapatkan empat C, bisa dipastikan kepauasan dari pelanggan,
dan mendapatkan mafaat dari produk yang telah ditawarkan kepadanya
M
3. Segmentasi Pasar, Sasaran dan Posisi Bank Syariah
a. Segmentasi pasar bank syariah
Segmentasi pasar merupakan kegiatan membagi suatu pasar
U

menjadi kelompok-kelompok pembeli yang berbeda yang mungkin


memerlukan produk atau jasa. Segmentasi pasar bank syariah secara
demografik yaitu:
1. Berdasarkan golongan umur yaitu masyarakat berumur produktif.
D

2. Berdasarkan agama lebih diutamakan yang beragama islam.


3. Berdasarkan pendapatan, masyarakat yang memiliki pendapatan
yang lebih dari kebutuhannya.

Berdasarkan aspek perilaku bank syariah menetapkan segmen pada


masyarakat yang ingin transaksi cepat dan instan, masyarakat yang
sibuk dengan pekerjaannya.

Bab 15 | Pemasaran Syariah pada: Studi Kasus Pemasaran Produk 175


b. Pasar sasaran (Targeting)
Setelah selesai melakukan segmentasi pasar, maka diperoleh
beberapa segmen yang diinginkan bank syariah. Segmen yang akan
menjadi sasaran bank syariah adalah melayani semua pasar dan tawaran
pasar dalam arti tidak ada perbedaan. Mencari apa yang sama dalam
kebutuhan konsumen. Biasanya untuk produk massal seperti tabungan
untuk semua kalangan usia, pendapatan dan wilayah. Keuntungan pasar
serbasama adalah hemat biaya.

c. Posisi pasar (Positioning)

Y
Penentuan posisi pasar bagi produk atau jasa bagi suatu bank
sangat penting. Menentukan posisi pasar yaitu menentukan posisi yang
kompetitif untuk produk atau suatu pasar. Produk atau jasa diposisikan
pada posisi yang diinginkan oleh nasabah, sehingga dapat menarik minat
M
nasabah untuk membeli produk atau jasa ditawarkan.
Posisi produk adalah bagaimana suatu produk yang didefinisikan
oleh nasabah atau konsumenatas dasar atributnya misalnya:
1. Simpanan giro (mudharabah dan wadiah) diposisikan sebagai
M
kantongnya pengusaha.
2. Simpanan tabungan (mudharabah dan wadiah) diposisikan sebagai
kantongnya keluarga.
3. Simpanan deposito (mudharabah) diposisikan sebagai kantong
U

sekaligus sebagai tempat investasi para investor.


1. Marketing Mix (bauran pemasaran)
2. Strategi produk bank (product)
D

Produk adalah sesuatu yang memberikan manfaat baik dalam hal


memenuhi kebutuhan sehari-hari atau sesuatu yang diinginkan oleh
nasabah atau konsumen. Dalam hal dunia perbankkan di mana produk
yang dihasilkan berbentuk jasa. Agar produk yang dibuat laku dipasaran,
maka penciptaan produk harusah memerhatikan tingkat kualitas yang
sesuai dengan keinginan nasabahnya. Ada banyak keuntungan atau
manfaat yang dipetik dari produk berkualitas, misalnya:
1. Untuk meningkatkan penjualan, dalam hal ini produk yang
memiliki nilai lebih akan menjadi pembicaraan dari mulut ke mulut

176 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


antar nasabah. Setiap kelebihan produk tersebut akan dibandingkan
dengan produk pesaing, sehingga berpotensi untuk menarik
nasabah lain dan nasabah lama untuk menambah konsumsi produk
tersebut, misalnya untuk deposito nasabah menambah jumlah
depositonya atau keluarganya membuka tabungan baru di bank
2. Menimbulkan rasa bangga bagi nasabah karena disebabkan produk
yang dijual memiliki keunggulan dibandingkan produk pesaing.
3. Menimbulkan kepercayaan karena produk memberikan keyakinan
kepada nasabah dan kesenangan dari fasilitas yang diberikan
sehingga nasabah semakin percaya kepada produk yang dibelinya.

Y
4. Menimbulkan kepuasan.

Jenis-jenis produk bank syariah adalah sebagai berikut.


1. Produk penghimpun dana.
M
2. Tabungan mudharabah dan tabungan wadiah.
3. Deposito mudharabah.
4. Giro mudharabah dan giro wadiah.
M
5. Produk penyaluran dan.
6. Prinsip jual beli (tijarah).
• Pembiayaan mudharabah
• Bai salam
U

• Bai istisna’
7. Prinsip sewa (ijarah)
• Ijarah muntahia bithamlik
D

• Ijaraha ghairu muntahia bithamlik


8. Prinsip bagi hasil (syirkah)
• Musyarakah
• Mudharabah
• Mudharabah muqayadah
9. Produk jasa.

Bab 15 | Pemasaran Syariah pada: Studi Kasus Pemasaran Produk 177


Berdasarkan produk jasa:
1. Alih utang-piutang (al-hiwalah)
2. Gadai (rahn)
3. Al-qardh
4. Wakalah
5. Kafalah
6. dan lain-lain

Strategi pemasaran bank syariah merupakan suatu langkah yang

Y
harus ditempuh dalam memasarkan produk atau jasa perbankan yang
ditunjukan pada peningkatan penjualan. Peningkatan penjualan tersebut
diorientasikan pada:
1.      Produk funding (pengumpulan data)
2.      Orientasi pada pelanggan
3.      Peningkatan mutu layanan
M
4.      Meningkatkan fee based income
M
Dengan demikian, strategi pasar merupakan hal penting dalam
pemasaran bank syariah. Yang dimaksud dengan strategi pasar adalah
penetapan secara jelas pasar bank syariah sehingga menjadi kunci utama
untuk menerapkan elemen-elemen strategi lainnya. Strategi pasar dapat
U

dilakukan dengan memerhatikan aspek-aspek berikut:


1.      Pelangganatau fokus pada segmen bank syariah
2.      Prioritas layanan dan penentuan harga barang/jasa
3.      Preferensi wilayah pasar
D

4.      Saluran distribusi


5.      Image dan kondisi perusahaan bank syariah

Keterampilan pelayanan dengan kualitas total dapat diwujudkan


jika memperlihatkan aspek-aspek berikut ini:
1. Memberikan penghargaan kepada nasabah, hal-hal yang perlu
diwujudkan adalah:
a)      Hargai nasabah

178 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


b)      Alasannya apa
c)      Tanyakan tentang yang kita hargai
d)     Inspirasikan
2. Menggali informasi, dapat dilakukan dengan:
a)      Kreatif dan terarah dalam bertanya
b)      Menjadi pendengan yang baik
c)      Konfirmasi kembali
3. Pembukaan, dilakukan dengan:

Y
a)      Berikan pertanyaan tentang kebutuhan nasabah secara umum
b)      Jelaskan keuntungan produk /pelayanan secara umum
4. Memberikan informasi, dilakukan dengan:
a)      Menyamakan persepsi
b)      Jelas dan relevan
M
c)      Perhatian level nasabah
d)     Konfirmasi kembali (memahamkan nasabah)
M
5. Probing, dapat dilakukan dengan:
a)      Open probes, artinya merangsang nasabah untuk berbicara
b)      Close probes, artinya mengarahkan nasabah yang pendiam.
U

Adapun strategi yang dapat dilakukan oleh perbankan syariah, adalah:


1) Strategi pertama yang harus ditempuh perbankan syariah adalah
komunikasi eksternal baik dalam rangka edukasi prinsip syariah
maupun produk-produk yang ditawarkan.
D

2) Menciptakan efisiensi melalui inovasi produk dan inovasi proses.


Tidak seperti perbankan konvensional yang didukung oleh banyak
instrumen keuangan, produk-produk syariah cenderung terbatas
mengingat belum lengkapnya instrumen keuangan syariah. Dengan
diberlakukannya UU No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan
syariah semakin memperkuat basis perbankan syariah di indonesia.
Tingginya bagi hasil yang ditawarkan saat ini (relatif terhadap bunga
perbankan konvensional) menjadikan perbankan syariah cenderung
mengalami excess funding.

Bab 15 | Pemasaran Syariah pada: Studi Kasus Pemasaran Produk 179


Untuk itu perlu dilakukan inovasi produk pembiayaan dengan skim
yang menarik untuk menjaga agar tingkat bagi hasil yang ditawarkan
tetap bersaing. Inovasi proses untuk efisiensi dapat dilakukan dengan
cara menyederhanakan adopsi proses kredit perbankan konvensional
untuk proses pembiayaan perbankan syariah.
3) Mengembangan budaya syariah sebagia salah satu usaha menuju
good corporate governance. Diperlikan komitmen yang kuat untuk
menciptakan budaya syariah yang berbeda dengan budaya
perbankan konvensional.
4) Penawaran berbagai produk perbankan syariah.

Y
5) Jaminan keamanan. Semua nasabah pasti sangat menginginkan
jaminan keamanan dalam penyimpanan dananya di sebuah bank.
Dengan memberikan jaminan keamanan, nasabah akan lebih
percaya akan kenyamanan dan keamanan dalam menyimpan uang
M
tidak kalah dengan bank konvensional.

3. Studi Kasus pada Bank Syariah BMI


Era perbankan syariah di Indonesia dimulai pada 1992 dengan
M
berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) sebagai lembaga perbankan
syariah yang pertama. Sejak saat itu, tingkat pertumbuhan perbankan
syariah di Indonesia sangat signifikan rata-rata mencapai 70% setiap
tahun. Pada tahun 2005 telah hadir 3 bank umum syariah, 17 unit usaha
U

syariah dari bank umum konvensional dan 90 Bank Perkreditan Rakyat


Syariah (BPRS) yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia.
Pesatnya perkembangan sector bisnis ini terutama terjadi sejak
dikeluarkannya UU No. 10 tahun 1998 yang memungkinkan para
D

pemain di dunia perbankan untuk mengimplementasikan dual banking


bisnis. Selain itu situasi situasi nasional, pada tahun 1998 ketika industry
perbankan nasional mengalami krisis kepercayaan dari nasabahnya
sendiri yaitu masyarakat Indonesia turut mendorong perbankan nasional
untuk terjun ke bisnis perbankan syariah sebagai salah satu alternatif
rehabilitasi dunia perbankan.
Pada posisi Oktober 2005 pangsa pasar perbankan syariah di
Indonesia sebesar 1,32% dari total industry perbankan nasional, dengan
total asset 18,73 triliun. Sementara itu, estimasi total asset perbankan

180 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


syariah di dunia adalah sebesar Rp2.000 triliun atau 200 miliar dolar
AS yang berasal dari 180-200 institusi perbankan syariah di dunia. Dan
diharapkan pada tahun 2009 mencapai 40-50% dari total asset pasar
muslim di dunia. Sebagai informasi total populasi umat muslim adalah
20% dari total populasi di dunia.
Pertumbuhan pesat perbankan syariah, baik di Indonesia maupun
di dunia mendorong lahirnya inisiatif-inisiatif strategis, mulai kebijakan
untuk penerapan profesionalisme di bidang syariah hingga ke penerapan
prinsip-prinsip syariah di dunia perbankan. Hal ini juga ditunjang oleh
semakin berkembangnya komunitas-komunitas masyarakat syariah di

Y
Indonesia yang memacu terus inovasi dalam pengembangan produk-
produk syariah yang baru.
Dalam dunia perbankan, teknologi informasi tentu memainkan
peranan sangat penting, adanya ATM, SMS center, Internet Banking, 24
M
hour hotline, merupakan kunci sukses perusahaan dalam memberikan
pelayana terbaik. Infrastruktur sebuah bank harus didukung oelh
investasi teknologi informasi yang kuat. Berdasarkan hasil survei yang
dilakukan Bank Indonesia tahun 2001, hal pertama yang merupakan
M
pertimbangan konsumen dalam memilih suatu bank baik bank
konvensional maupun bank syariah adalah masalah aksesibilitas.
Sejak berdirinya, BMI terus-menerus mengembangkan
infrstrukturnya, terutama untuk perkembangan teknologi informasi,
jaringan, dan Sumber Daya Manusia. Selain itu, sebagai upaya untuk
U

meningkatkan servis, beberapa aliansi strategis telah dilakukan. Di


antara aliansi strategis yang dilakukan adalah: bergabung dengan ATM
bersama dan ATM BCA yang memungkinkan nasabah BMI untuk
mengakses di lebih dari 9000 ATM di seluruh wilayah Indonesia, serta
D

sekitar 1300 cabang kantor pos di tanah air. Hal ini tentunya akan
memperluas jaringan dan mempermudah nasabah untuk mengakses
BMI.
Sebagai lembaga perbankan syariah yang pertama hadir di Indonesia,
BMI memiliki visi untuk menjadi bank syariah yang utama di Indonesia,
yang didominasi di pasar emosional dan dikagumi dipasar rasional.
Melalui visi ini BMI tetap ingin menjadi pioner bagi masyarakat syariah
yang ada di pasar emosional. Dengan munculnya bank-bank syariah baru
di Indonesia, BMI tetap ingin menjaga kualitasnya sehingga dipercaya

Bab 15 | Pemasaran Syariah pada: Studi Kasus Pemasaran Produk 181


oleh pasar rasional. Pada tahun 2005 oleh SWA, BMI dinobatkan sebagai
pemenang Innovation award 2005, terutama dengan produk inovatifnya,
Shar’e. Inovasi produk ini sekaligus mengubah eksklusivitas produk
perbankan yang formal menjadi consumer product yang bisa diperoleh
dengan mudah di mana-mana. Misi Shar’e menurut A. Riawan Amin
(Dirut BMI), adalah to serve the unserved people atau melayani mereka
yang belum terlayani diwilayahnya, sekaligus membuka pintu hijrah
atau tobat bagi umat Islam yang selama ini merasa terganggu karena
belum bertransaksi sesuai dengan syariah (Syar’e).
Untuk mencapai visinya, BMI juga terus-menerus berupaya untuk

Y
memperbaiki diri, terutama dalam hal kualitas sumber daya manusia.
Untuk itu, dibentuklah Muamalat Institute, sebagai lembaga pendidikan
khusus untuk karyawan BMI. Di tempat ini para karyawan BMI diajari
penggunaan prinsip-prinsip syariah dalam dunia perbankan agar mereka
M
dapat menjadi karyawan BMI yang profesional dalam melakukan
pekerjaannya.

C. Latihan Soal
M
1. Jelaskan Sistem Bank Syariah?
2. Jelaskan Konsep dan Tujuan Pemasaran Bank Syariah?
3. Jelaskan Segmentasi Pasar, Sasaran dan Posisi Bank Syariah?
U

DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahan, Lembaga Percetakan Al-Qur’an
Raja Fahd, 1418 H.
D

Arthur andersen, Islamic Banking-Market study, 1999.


Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, Stasitistik perbankan
syariah, Agustus 2016.
Kasmir, pemasaran bank, edisi revisi, Jakarta: Kencana prenada media
group, 2008.
Majalah SWA No. 22/xxi/24-9 November 2005.

182 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


Muhammad Sula dan Hermawan Kertajaya. Syariah Marketing, Jakarta.
Mizan. 2005.
Muhammad, Managemen Bank Syari’ah, edisi revisi cet. ke-2, Yogyakarta:
UPP STIM YKPN, 2011.

Y
M
M
U
D

Bab 15 | Pemasaran Syariah pada: Studi Kasus Pemasaran Produk 183


Y
M
M
U
D

[Halaman ini sengaja dikosongkan]


BAB 16
PEMASARAN SYARIAH: STUDI
KASUS PEMASARAN ASURANSI
SYARIAH (TAKAFUL)
Mata Kuliah Pemasaran Syariah
Dosen Pengampu: Wiwik Hasbiyah AN, S.H.I., M.A.

Y
A. Tujuan Pembelajaran
M
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai Pengertian, Tujuan Syariah
marketing studi kasus pemasaran Takaful Melalui Risetasi, Anda harus
M
mampu:
1. Sistem Asuransi syariah
2. Konsep dan Mekanisme Asuransi syariah
U

3. Strategi Pemasaran syariah pada Asuransi syariah (Takaful)


4. Pemasaran syariah: Studi Kasus Asuransi Syariah (Takaful)

B. Uraian Materi
D

1. Sistem Asuransi syariah


Asuransi sebagai lembaga keuangan non bank, terorganisir secara
rapi dalam bentuk sebuah perusahaan yang berorientasi pada aspek
bisnis kelihatan secara nyata pada era modern. Bersamaan dengan
booming-nya semangat revolusi industri dikalangan masyarakat Barat,
banyak tuntutan untuk mengadakan sebuah langkah proteksi terhadap
kegiatan atau aktivitas ekonomi. Buruh pabrik misalnya, yang menjadi
instrument dalam pertumbuhan industri merasa bahwa aktivitas di

185
pabrik tidak hanya sekadar untuk kepentingan ekonomi tanpa risiko.
Tetapi, sebaliknya mereka merasakan bahwa selama melakukan aktivitas
di pabrik, keselamatan jiwanya benar-benar membutuhkan sebuah
lembaga yang bisa memberikan proteksi terhadap jiwanya. Sehingga
secara psikologi, ketenangan dan ketentraman dapat dinikmati selama
melakukan aktivitas ekonominya, di samping risiko yang selama ini
dikhawatirkan dapat dihindari atau paling tidak diminimalisir menjadi
sesuatu yang tidak memberatkan jika suatu hari nantinya mendapatkan
kerugian dalam aktivitas ekonomi. Maka pilihan yang tepat terdapat
pada institusi yang bernama asuransi.

Y
Fungsi asuransi dewasa ini tidak dibatasi sebagai instrument untuk
melindungi harta (sektor usaha) dan keluarga (jiwa), melainkan juga
mengandung investasi (asuransi dwiguna). Selama ini asuransi konvensional
meninvestasikan dana yang didapatnya tanpa mempertimbangkan etika
M
halal-haram, sehingga uang hasil investasi yang diterima nasabah juga
tidak terjaga kehalalannya. Ketidakhalalan tersebut mencakup unsur-
unsur maysir (perjudian, untung-untungan), gharar (ketidakjelasan,
ketidakpastian) dan riba (bunga) baik pada akad maupun operasionalnya.
M
Kehadiran asuransi syari’ah yang di desain untuk menghapuskan
unsur maysir, gharar dan riba tersebut diharapkan menjadi salah satu
alternative yang cukup menarik bagi umat muslim khususnya dan umat
manusia seluruhnya dalam menginvestasikan dananya dan melindungi
harta dan keluarganya secara aman dan halal.
U

Definisi dan Unsur Asuransi Asuransi adalah serapan dari kata


“assurantie” (Belanda), atau assurance/insurance (Inggris). Paling tidak
menurut sebagian ahli, kata istilah assurantie itu sendiri sesungguhnya
bukanlah istilah asli Bahasa Belanda, melainkan berasal dari bahasa
D

Latin yang kemudian diserap ke dalam bahasa Belanda yaitu assecurare


yang berarti “meyakinkan orang.” Kata ini kemudian dikenal dalam
bahasa Perancis sebagai assurance.
Lepas dari perbedaan pegerian harfiah kata assurance dan insurance
di ataas, secara sederhana, asuransi berarti pertanggungan atau
perlindungan atas suatu objek dari ancaman bahaya yang menimbulkann
kerugian. Istilah asuransi, menurut pengertian riilnya adalah iurn
bersama untuk meringankan beban individu, kalau-kalau beban tersebut
menghancurkannya.

186 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


2. Konsep dan Mekanisme Operasiaonal pada Asuransi
syariah
Konsep asuransi yang paling sederhana dan umum adalah suatu
peersediaan yang disiapkan oleh sekelompok orang, yang bisa tertimpa
kerugian, guna menghadapi kejadian yang tidak dapat diramalkan,
sehingga bila kerugian tersebut menimpa salah seorang di antara mereka
maka beban kerugian tersebut akan disebarkan ke seluruh kelompok.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992,
Tentang Usaha Perasuransian, dikemukakan bahwa yang dimaksud
dengan “Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak

Y
atau lebih dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada
tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan
penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau
M
kehilangan keuntungann yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum
kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang
timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti atau untuk memberikan
suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya
seseorang yang dipertanggungkan. Menurut Ketentuan Pasal 246
M
KUHD, Asuransi atau Pertanggungan adalah Perjanjian dengan mana
penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima
premi untuk memberikan penggantian kepadanya karena kerugian,
kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin
dideritanya akibat dari suatu evenemen (peristiwa tidak pasti).
U

Sementara definisi asuransi syariah menurut definisi Dewan Syariah


Nasional adalah usaha untuk saling melindungi dan tolong-menolong
di antara sejumlah orang melalui investasi dalam bentuk asset dan atau
D

taba’ru yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko/


bahaya tertentu melalui akad yang sesuai dengan syariah. Pengertian
Asuransi Syariah Asuransi syariah memiliki beberapa padanan kata
dalam bahasa Arab, di antaranya, yaitu takaful ta’min, dan tadhamun.
Ketiga kata ini merupakan padanan dari pengertian asuransi syariah
yang mempunyai makna saling menanggung, saling menolong.
1. Takaful Secara bahasa, takaful berarti menolong, mengasuh,
memelihara, memberi nafkah, dan mengambil alih perkara,
seseorang. Takaful dalam pengertian fiqh muamalah adalah saling
memikul risiko di antara sesama muslim sehingga satu dengan yang

Bab 16 | Pemasaran Syariah: Studi Kasus Pemasaran Asuransi Syariah 187


lainnya menjadi penanggung atas risiko yang lainnya. Saling pikul
risiko yang dimaksud adalah dilakukan atas dasar saling menolong
dalam kebaikan dengan cara seorang mengelularkan dana kebajikan
yang ditujukan untk menanggung risiko tersebut. Takaful dalam
pengertian yang dimaksud, sejalan dengan firman Allah Swt. dalam
(QS Al-Maidah: 2)
Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan
dan taqwa, dan jangan tolong memnolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah.. sesunggguhnya
siksa Allah amat pedih.

Y
2. At-Ta’min At-Ta’min, berasal dari kata amana yang mempunyai
makna memberi perlindungan, ketenangan, rasa aman, dan
bebas dari rasa takut. Tujuan pelaksanaan kesepakatan ta’min yag
dimaksud adalah menghilangkan rasa takut atau was-was dari
M
sesuatu kejadian yang tidak dikehendaki yang akan menimpanya,
sehingga dari adanya jaminan yang dimaksud, maka rasa takutnya
hilang dan merasa terlindungi.
3. At-Tadhamun At-Tadhamun berasal dari ikata dhamana yang
M
berarti saling menanggung. Hal ini bertujuan untuk menutupi
kerugian atas suatu peristiwa dan musibah yang dialami oleh
seseorang. Hal ini dilakukan oleh seseorang yang menanggng
untuk memberikan sesuatu kepada orang yag ditanggung berupa
pengganti (sejumlah uang atau barang) karena adanya musibah
U

yang menimpa tertanggung.

Dari beberapa arti padanan kata asuransi syariah, maka dapat


disimpulkan bahwa asuransi syariah dilaksanakan oleh seorang atau lebih
D

untuk memperkuat ikatan solidaritas dan tanggung jawab sosial bagi


kaum muslimin melalui mekanisme saling menolong untuk menciptakan
keharmonisan dan stabilitas dalam kehidupan sosial masyarakat.
Dasar Hukum Asuransi Syariah Landasan dasar asuransi syariah
adalah sumber dari pengambilan hukum praktik asuransi syariah.
Karena sejak awal asuransi syariah dimaknai sebagai wujud dari bisnis
pertanggungan yang didasarkan pada nilai-nilai yang ada dalam ajaran
Islam, yaitu Al-Quran dan sunnah Rasul, maka landasan yang dipakai
dalam hal ini tidak jauh berbeda dengan metodologi yang dipakai oleh
sebagian ahli hukum Islam (QS Al-Maidah: 2)

188 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


“Dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebaikan dan taqwa,
dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran” (QS
Al-Hasyr: 18)
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar” (QS An-Nisaa: 29)
Lebih baik kamu meninggalkan keturunanmu kekayaan daripada
meninggalkan mereka miskin memohon pertolongan orang lain.(HR
Bukhari)

Y
Sesungguhnya orang yang beriman ialah siapa yang memberikan keselamatan
dan perlindungan terhadap harta dan jiwa manusia. (HR Ibnu Majah)

Sejarah Asuransi Syariah Praktik asuransi syariah sekarang berasal


M
dari budaya suku arab sebelum zaman Rasulullah yang disebut dengan
aqilah, menurut Thomas Patrick dalam bukunya Dictionary Of Islam,
menerangkan bahwa jika salah satu anggota suku yang terbunuh oleh
anggota suku lain, keluarga korban akan dibayar sejumlah uang darah
(diyat) sebagai kompensasi oleh saudara terdekat dari pembunuh.
M
Saudara terdekat pembunuh tersebut yang disebut aqilah, harus
membayar uang darah atas nama pembunuh. Praktik aqilah pada zaman
Rasulullah tetap diterima dan menjadi bagian dari Hukum Islam, hal
tersebut dapat dilihat dari hadist Nabi Muhammad Saw.:
U

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, dia berkata: Berselisih dua


orang wanita dari suku Huzail, kemudian salah satu wanita tersebut
melempar batu ke wanita yang lain sehingga mengakibatkan kematian
wanita tersebut beserta janin yang dikandungnya. Maka ahli waris
D

dari wanita yang meninggal tersebut mengadukan peristiwa tersebut


kepada Rasulullah Saw., maka Rasulullah Saw. memutuskan ganti
rugi dari pembunuhan terhadap janin tersebut dengan pembebasan
seorang budak laki-laki atau perempuan, dan memutuskan ganti rugi
kematian wanita tersebut dengan uang darah (diyat) yang dibayarkan
oleh aqilahnya (kerabat dari orang tua laki-laki). (HR Bukhari)
Selain hadist di atas, ada pasal khusus dalam konstitusi Madinah
yang memuat semangat untuk saling menanggung bersama, yaitu pasal
3 yang isinya sebagai berikut.

Bab 16 | Pemasaran Syariah: Studi Kasus Pemasaran Asuransi Syariah 189


Orang Quraisy yang melakukan perpindahan (ke Madinah)
melakukan pertanggungan bersama dan akan saling bekerja sama
membayar uang darah di antara mereka. Aqilah merupakan praktik yang
biasa terjadi pada suku Arab kuno. Jika seorang anggota suku melakukan
pembunuhan terhadap anggota suku yang lain, maka ahli waris korban
akan memperoleh bayaran sejumlah uang darah sebagai kompensasi
oleh penutupan keluarga pembunuh. Penutupan yang dilakukan oleh
keluarga pembunuh itulah yang disebut sebagai aqilah.
Pada tahap selanjutnya, perkembangan asuransi syariah selain
mengembangkan praktik tolong menolong melalui dana tabarru’ juga

Y
memasukan unsur investasi (khususnya pada asuransi jiwa) baik dengan
akad bagi hasil (mudharabah) maupun fee (wakalah).
Sedangkan di Indonesia, sejarah asuransi jiwa mengalami tiga masa
yang dikenal sebagai masa pendudukan Belanda, masa pendudukan
M
jepang, dan masa Indonesia merdeka. Pada masa pendudukan Belanda
(sampai Maret 1942). Maskapai-maskapai yang tercatat dalam riwayat
sejarah asuransi jiwa di Indonesia pada waktu itu mencapai 36 buah.
Pada masa pendudukan Jepang (sampai 17 Agustus 1945). Pada zaman
M
pendudukan Jepang, selama tiga setengah tahun banyak maskapai-
maskapai asuransi yang ditutup dan gulung tikar. Ketika Indonesia telah
merdeka (17 Agustus 1945 sampai saat ini). Dalam masa ini tercatat
pula mulai bermunculannya beberapa perusahaan swasta nasional. Pada
masa ini juga tercatat dalam sejarah, peleburan perusahaan-perusahaan
U

asuransi jiwa milik Belanda ke dalam perusahaan negara yang dikuasai


pemerintah.

Prinsip Dasar dan Operasionalisasi Konsep Asuransi Syariah


D

Prinsip dasar yang ada dalam asuransi syariah tidaklah jauh berbeda
dengan prinsip dasar yang berlaku pada konsep ekonomika islami secara
komprehensif dan bersifat major. Hal ini disebabkan karena kajian
asuransi syariah merupakan turunan (minor) dari konsep ekonomika
islami. Asuransi harus dibangun atas dasar fondasi dan prinsip dasar
yang kuat serta kokoh. Dalam hal ini prinsip dasar asuransi syariah ada
sembilan macam, yaitu:
1. Tauhid (Unity)
2. Keadilan (Justice)

190 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


3. Tolong Menolong (Ta’awun)
4. Kerja Sama (Cooperation)
5. Amananh (Trustworthy)
6. Kerelaan (al-Ridha)
7. Larangan Riba
8. Larangan Maysir
9. Larangan gharar (ketidakpastian)

Prinsip dasar asuransi syariah adalah harus terbebas dari unsur

Y
maysir, gharar, dan riba. Untuk mengatasi masalah gharar dalam
asuransi konvensional maka sistem yang ditawarkan asuransi syariah
adalah dengan menukar akad tadabbuli (jual beli) dengan bentuk
akad takafuli (tolong menolong) atau akad tabarru (dana kebajikan)
M
dan akad mudharabah (bagi hasil). Dengan akad takafuli atau tabarru
maka sebagian dana premi dicadangkan untuk membantu para peserta
asuransi. Dana yang lainnya diinvestasikan oleh perusahaan pada
kegiatan usaha yang produktif atas nama atau sebagai wakil dari
peserta atau anggota asuransi. Keuntungan dari investasi tersebut
M
akan didistribusikan kepada para peserta dan perusahaan berdasarkan
kesepakatan kedua belah pihak.
Sementara itu untuk mengatasi terjadinya unsur maysir pada
asuransi konvensional dapat dilakukan dengan cara reserving period
U

sejak awal akad sehingga tidak ada uang anggota asuransi yang hangus.
Artinya semua anggota asuransi syariah berhak memperoleh kembali
seluruh dana premi yang telah disetor atau cash value kapan saja
diperlukan, kecuali dana tabarru yang telah diniatkan dan diikhlaskan
D

untuk membantu sesama anggota lain yang terkena musibah.


Pembayaran klaim pengambilan uang nasabah dan pembagian
keuntungan yang diberikan oleh perusahaan asuransi bersumber dari
dana tabarru, hasil kegiatan investasi yang dilakukan perusahaan
dengan skim mudharabah, atau musyarakah atau skim syariah lainnya.
Dengan demikian bagi peserta ataupun nasabah maupun perusahaan
baik sumber, pemanfaatan maupun hasil yang diperoleh kedua belah
pihak menjadi serba jelas dan transparan.

Bab 16 | Pemasaran Syariah: Studi Kasus Pemasaran Asuransi Syariah 191


Adapun cara menghilangkan unsur riba dilakukan dengan tidak
memasukkan unsur perhitungan teknik dalam perhitungan besaran
premi. Demikian pula investasi yang dilakukan perusahaan tidak dengan
cara menerapkan unsur bunga melainkan dengan cara mudharabah,
musyarakah mutanaqisah, tijarah, murabahah, atau dengan skim syariah
lainnya.

Perbedaan Asuransi Syari’ah  dan Asuransi Konvensional


Dibanding asuransi konvensional asuransi syariah memiliki
perbedaan mendasar dalam beberpa hal, yaitu:

Y
1) Keberadaan Dewan Pengawas Syariah dalam perusahaan asuransi
syariah merupakan suatu keharusan.
2) Prinsip akad asuransi syariah adalah takafuli (tolong menolong).
Sedangkan akad asuransi konvensional bersifat tabaduli (jual beli
M
antara nasabah dengan perusahaan)
3) Dana yang terkumpul dari nasabah perusahaan asuransi syariah
(premi) diinvestasikan berdasarkan dengan sistem bagi hasil
(mudharabah). Sedangkan pada asuransi konvensional investasi
M
dana dilakukan pada sembarang sektor dengan sistem bunga.
4) Premi yang terkumpul diperlukan tetap sebagai dana milik nasabah.
Sedangkan asuransi konvensional premi menjadi milik perusahaan
dan perusahaanlah yang memilik otoritas penuh.
U

5) Untuk kepentingan pembayaran klaim nasabah, dana diambil


dari rekening tabarru’ (dana sosial) seluruh peserta yang sudah
diikhlaskan untuk keperluan tolong menolong bila ada peserta
yang terkena musibah. Sedangakn dalam asuransi konvensional
D

dana pembayaran klaim diambil dari rekening milik perusashaan.


6) Keuntungan investasi dibagi dua antara nasabah selaku pemilik
dana dengan selaku pengelola, dengan prinsip bagi hasil.
Sedangkan dalam suransi konvensional, keuntungan sepenuhnya
menjadi milik perusahaan. Jika tak ada klaim, nasabah tak
memperoleh apa-apa.

Perbedaan antara asuransi konvensional dan asuransi syariah dapat


ditunjukan dalam tabel berikut ini:

192 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


Keterangan Asuransi Syariah Asuransi Konvensional
Pengawasan dewan Adanya Dewan Pengawas Tidak ada
Syariah Syariah.
Fungsinya mengawasi
produk yang dipasarkan
dan investasi dana.
Akad Tolong-menolong (tafakul) Jual beli
Investasi Dana Investasi dana Investasi dana berdasarkan
berdasarkan syariah bunga
dengan sistembagi hasil
(mudharabah).
Kepemilikan Dana Dana yang terkumpul dari Dana yang terkumpul dari
nasabah (premi) meru­ nasabah (premi) menjadi milik

Y
pakan milik peserta. perusahaan bebas mentukan
Perusahaan hanya sebagai investasinya
pemegang amanah untuk
mengelola.
Pembayaran Klaim
M
Dari rekening tabarru’
(dana kebijakan) seluruh
peserta yang sejak awal
sudah diikhlaskan oleh
peserta untuk keperluan
Dari rekening dana perusahaan.

tolong-menolong bila
M
terjadi musibah.
Keuntungan (profit) Dibagi antara perusahaan Seluruhnya menjadi milik
dengan peserta sesuai perusahaan
dengan prinsip bagi hasil
(mudharabah)
U

Mekanisme Operasional Asuransi Syariah (Aliran Dana) Jenis-jenis


Asuransi Syariah
Secara garis besar ada tiga jenis asuransi syariah dan beberapa
produk turunannya, yakni:
D

1. Takaful Individu yang dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu


produk-produk tabungan (takaful dana investasi, takaful dana
haji, takaful dana siswa, dan takaful jabatan) dan produk-produk
non tabungan (takaful al-khairat individu, takaful kecelakaan
diri individu, dan takaful kesehatan individu). Pada takaful
ini ditunjukkan bagi individu atau perorangan yang ingin
mengumpulkan dana, baik dalam bentuk rupiah mauoun dollar AS
sebagai dana investasi untuk bekal hari tuanya atau ahli warisnya
jika yang bersangkutan meninggal dunia lebih awal.

Bab 16 | Pemasaran Syariah: Studi Kasus Pemasaran Asuransi Syariah 193


2. Takaful group atau kelompok, yaitu: takaful al-khairat dan tabungan
haji; takaful kecelakaan siswa; takaful wisata dan perjalanan;
takaful kecelakaan diri kumpulan; takaful majelis ta’lim dan takaful
pembiayaan.
3. Takaful Umum terdiri dari takaful kebakaran, takaful kendaraan
bermotor, takaful rekayasa, takaful pengangkutan, takaful rangka
kapal, dan asuransi takaful aneka.

Jenis-jenis Akad pada Asuransi Syariah


Akad dalam asuransi syariah takaful menurut Ahmad Salim

Y
1. Asuransi konvensional (ta’min taqlidi atau tijari). Hal seperti
ini mempunyai akad muawwadah yang mengandung unsur
gharar. Gharar yang dimaksud termasuk fahisy. Ta’min tijari ini
mengandung unsur riba nasi’ah dan fadhl, ia juga mengandung
M
maysir dan memakan harta manusia dengan cara yang bathil.
2. Ta’min ta’awuni al-basit. Ta’min dimaksud, dihalalkan oleh
ketentuan syariah islam. Sebab ia bersifat tolong menolong, yaitu
peserta memberikan hartanya tanpa ditentukan jmlahnya untuk
M
kepentingan orang yang menjadi peserta atau bukan peserta
dan sifatnya bukan dalm jumlah yang besar, hal ini bias diatur
dengan manajemen yang rapi dan boleh juga dilaksanakan tanpa
manajemen yang baik. Prinsip yang dijalankannya adalah ta’awun
atau tabarru’ dengan awad hibah atau shodaqoh.
U

3. Ta’min ta’wuni murakkab, secara prinsip hampir sama dengan ta’min


jenis kedua; tetapi jumlahnya yang banyak dan dikendalikan oleh
perusahaan dengan manajemen yang rapi dan berbadan hukum.
D

Akad asuransi syariah yang diatur dalam fatwa DSN-MUI adalah


meliputi hal-hal berikut:
1. Jenis akad
1) Akad yang dilakukan antara peserta dengan perusahaan terdiri
atas akad tijarah dan atau akad tabarru;
2) Akad tijarah yang dimaksud dalam ayat (1)adalah mudharabah.
Sedangkan akad tabarru adalah hibah;
3) Dalam akad, sekurang-kurangnya harus disebutkan:

194 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


a. Hak dak kewajiban peserta dan perusahaan.
b. Cara dan waktu pembayaran premi.
c. Jenis akad tijarah dan atau akad tabarru serta syarat-
syarat yang disepakati, sesuai dengan jenis asuransi yang
diakadkan.

Prinsip-Prinsip Asuransi
Prinsip-prinsip asuransi adalah sebagai berikut.
1. Insurable Interest
Merupakan hal berdasarkan hukum untuk mempertanggung

Y
suatu risiko berkaitan dengan keuangan, yang diakui sah secara
hukum antara tertanggung dan suatu yang dipertanggungkan dan
dapat menimbulkan hak dan kewajiban keuangan secara hukum.
M
Semua ini tergambar dari kontrak asuransi. Kemudian dalam hal
ini perlu menyebutkan adanya kepentingan terhadap barang yang
dipertanggungkan.
2. Utmost  Good Faith
M
Dalam penetapan setiap suatu kontrak haruslah didasarkan kepada
itikad baik antara tertanggung dengan penanggung mengenai
seluruh informasi baik materiil maupun immateriil.
3. Idemnity
U

Mengendalikan posisi keuangan tertanggung setelah terjadi


kerugian seperti pada posisi sebelum terjadinya kerugian tersebut.
Dalam hal ini tidak berlaku begi kontrak asuransi jiwa dan asuransi
kecelakaan karena setiap prinsi ini didasarka kepada kerugian yang
D

bersifat keuangan.
4. Proximate Cause
Suatu sebab aktif, efisien yang mengakibatkan terjadinya suatu
peristiwa secara berantai atau berurutan dan intervensi kekuatan
lain, diawali dan bekerja dengan aktif dari suatu sumber baru dan
independen.
5. Subrogation
Hak penanggung yang telah memberikan ganti rugi kepada
tertanggung untuk menuntut pihak lain yang mengakibatkan

Bab 16 | Pemasaran Syariah: Studi Kasus Pemasaran Asuransi Syariah 195


kepentingan asuransinya mengalami suatu peristiwa kerugian.
Artinya pengganti kerugian tidak mungkin lebih besar dari kerugian
yang benar-benar dideritanya.
6. Contribution
Di mana penanggung berhak mengajak penanggung-penanggung
lain yang memeliki kepentingan yang sama untuk ikut bersama
membayar ganti rugi kepada seseorang tertanggung. Meskipun
jumlah tanggungan masing-masing penanggung belum tentu sama
besarnya

Y
3. Strategi Pemasaran pada Asuransi Syariah (Takaful)
• Metode pemasaran asuransi jiwa
Beberapa perusahaan asuransi menggunakan metode dengan
M
mengadopsi sistem field development system (FDS) dengan 4 pola
pengembangan (agen) financial consulting, yaitu:
1. performance review & planning
2. individual instruction and drill
M
3. field observation & demonstration
4. group instruction & drill

• Sistem penjualan pada asuransi kerugian


U

Agen asuransi kerugian dituntut untuk memiliki kemampuan


dibidang underwriter, kemampuan yang harus dimiliki agen
1. pengetahuan akan produk
D

2. keterampilanm dan kemampuan lobi


3. penampilan
4. jaringan bisnis

• Akhlak dan kepribadian


Seorang agen yang memiliki akhlak dan kepribadian yang baik
akan menjaga segala perbuatan dan tindakan yang dapat merusak
integritasnya.

196 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


• persiapan dalam menjual
Untuk mencapai kesuksesan menurut pendapat Mustiko Djati
dalam bukunya Manajemen asuransi syariah yaitu:
1. persiapan Internal
2. persiapan eksternal
3. persiapan spiritual

Saluran Distribusi Produk Asuransi

• Distribusi

Y
1. Saluran distribusi sistem keagenan (Agency Distribution System)
2. Saluran distribusi melalui broker asuransi
3. Saluran distribusi melalui retail outlet
M
4. Saluran distribusi melalui penjualan langsung (Direct Selling)
5. Saluran distribusi melalui pengiriman surat (Direct Mailing)
6. Saluran distribusi melalui market afiliasi
M
• pola kerja agen
1. Prospekting
2. pendekatan
3. pencarian Fakta
U

4. Presentasi produk
5. penutupan (Closing)
6. layanan purna jual
D

Menjadi Agen Syariah Yang Berkwalitas Profil dan Etika Agen


Lembaga Keuangan Syariah

• Sikap Agen Syariah


1. Bertanggung Jawab
2. Mandiri
3. Kreatif
4. Selalu Optimis Dan Tidak Mudah Putus Asa

Bab 16 | Pemasaran Syariah: Studi Kasus Pemasaran Asuransi Syariah 197


5. Jujur dan Dapat Dipercaya
6. Sabar dan Tidak Panik Ketika Mengalami Kegagalan

• Menghindari Empat Penyakit Hati


1. Berburuk Sangka (Su’uzhan)
2. Menjelek-Jelekkan/Menggunjing (Ghibah)
3. Memata-Matai (Tajassus)
4. Mengadu Domba (Namimah)

• Sikap Profesional yang Harus Tercermin

Y
1. Jujur dan Tidak Curang
2. Menentukan Harga (Rate) secara Adil
3. Berperilaku Baik dan Simpatik
4. Rabbaniyyah
M
5. Bersikap Adil terhadap Semua Stakeholders
6. Bersikap Melayani dan Mempermudah
M
7. Bersaing Secara Sehat (Fastabiqul Khairat)
8. Mendahulukan Sikap Tolong Menolong (Ta’awun)
9. Terpercaya (Amanah)
10. Bekerja Secara Profesional
U

11. Saling Menghormati dan Tidak Berburuk Sangka


12. Senang Memberi Hadiah
13. Sabar dalam Menghadapi Customer dan Competitor
D

Hal-hal yang Harus Dihindari Marketer Lembaga Keuangan Syariah


1. Tidak Adil dalam Penentuan Tarif dan Uang Pertanggungan
2. Melakukan Transaksi terhadap Produk yang Mengandung Unsur
Maisar, Gharar, dan Riba Maisar
3. Transaksi Tadlis
4. Khianat atau Tidak Menepati Janji
5. Menimbun Barang untuk Menaikkan Harga

198 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


6. Menjual Barang Hasil Curian dan Korupsi
7. Sering Melakukan Sumpah Palsu atau Sering Berdusta
8. Melakukan Penekanan dan Pemaksaan terhadap Pelanggan
9. Mempermainkan Harga
10. Mematikan Pedagang Kecil
11. Melakukan Monopoli’s rent seeking atau ikhtikar
12.  Tallaqi Rukban
13. Melakukan Suap atau Sogok untuk Melancarkan Kegiatan Bisnis (riswah)

Y
14. Melakukan Tindakan Korupsi ataupun Money Laundri

Kode Etik Agen Asuransi Jiwa


1. menjunjung tinggi kepercayaan yang diberikan perusahaan

asuransi jiwa lainnya
M
2. berjanji tidak melakukan pekerjaan/tugas rangkap untuk peruahaan

3. mengutamakan kepentingan para pemegang polis


4. menggunakan cara yg etis dan tidak melanggar kode etik untuk
M
mendapatkan calon pemegang polis
5. berusaha meningkatkan kemahiran sebagai seorang agen
6. memberikan keterangan yang benar dan lengkap serta tepat untuk
pemegang polis
U

7. berusaha menjadi suri teladan dalam tugas maupun sikap sehari-


hari, serta senantiasa memupuk kerja sama konstruktif dengan
rekan-rekan seprofesi
D

8. menyadari bahwa apabila melanggar kode etik dapat dikenakan


sanksi pencabutan izin usaha/lisensi keagenan

Pemberian gaji/honor dengan sistem syariah

• Sistem pengupahan
1. memperlakukan kewajiban dan Hak antara buruh dan majikan
dengan sistem ekonomi syariah.
2. kewajiban pimpinan perusahaan terhadap buruh
• Menentukan standar UMR (Upah Minimum Regional)

Bab 16 | Pemasaran Syariah: Studi Kasus Pemasaran Asuransi Syariah 199


4. Studi Kasus pada Asuransi Syariah (Takaful)
Dari pertumbuhannya selama periode 1994-2005, perkembangan
asuransi syariah sangatlah menggembirakan. Dibandingkan dengan
asuransi konvensional yang hanya mencapai rata-rata 20%, pertumbuhan
asuransi syariah bisa mencapai rata-rata 40% dalam 5 tahun terakhir.
Hal ini cukup menggambarkan bahwa peminat asuransi syariah semakin
bertambah setiaap tahunnya, walaupun pada akhir 2005 pangsa pasar
asuransi syariah baru mencapai 1,5% dari total pasar asuransi konvensional.
Melihat prospek yang sangat cerah ini, tak heran jika terutama
sejak tahun 2003 banyak perusahaan asuransi konvensional yang

Y
membuka cabang syariah. Situasi ini juga didorong oleh keluarnya KMK
(keputusan Menteri Keuangan) terbaru tahun 2003 yang mengatur
regulasi asuransi syariah, serta semakin berkembangnya lembaga
keuangan syariah lainnya di Indonesia. Selain itu, adanya otonomi
M
daerah yang semakin kuat, tingkat kesadaran masyarakat terhadap
produk-produk asuransi yang semakin meningkat, dan juga tentunya
agama Islam yang dianut mayoritas penduduk Indonesia merupakan
faktor-faktor pendukung yang penting dalam perkembangan asuransi
M
syariah di Indonesia.
Namun, yang menjadi kendala dalam perkembangan industri
asuransi syariah ini adalah belum adanya regulasi yang dikeluarkan
oleh pemerintah yang berupa UU Asuransi. Sampai saat ini, teknis dan
operasi lembaga asuransi syariah hanya diatur melalui surat keputusan
U

Menteri Keuangan. Penggodokan regulasi yang dilakukan saat ini


diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan sebagaimana
kontribusi yang diberikan UU Perbankan tahun 1998 tentang Perbankan
Syariah di Indonesia.
D

Sampai akhir tahun 2005, sudah ada 30 perusahaan asuransi syariah


di Indonesia yang pada mulanya diprakarsai dengan berdirinya PT
Syarikat Takaful Indonesia, sebagai lembaga asuransi syariah pertama
di Indonesia. Perusahaan asuransi syariah yang dimaksud antara lain,
adalah Mubarakah Syariah, Tripakarta Cabang Syariah, Great Eastern
Cabang syariah, MAA cabang syariah, Bumi Putera cabang syariah,
Jasindo cabang syariah, BSAM cabang syariah, Bringin Life cabang
syariah, Central Asiaayriah cabang syariah, Adira Insurance cabang
syariah, dan lain-lain.

200 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


PT Syarikat Takaful dibentuk pada 24 Februari 1994 sebagai
holding company dari dua perusahaan, yaitu PT Auransi Takaful Keluarga
(berdiri 25 Agustus 1994) dan PT Asuransi Takaful Umum (berdiri
pada 2 Juni 1995). Konsep dan filosofi dasar ang melandasi berdirinya
lembaga ini adalah bahwa segala musibah dan bencana merupakan
qadla dan qadar dari Allah Swt. Selain bertawakkal terhadap apa yang
sudah digariskan oleh Allah Swt., kita sebagai manusia juga wajib
berikhtiar untuk memperkecil risiko-risiko yang kemungkinan akan
muncul. Untuk itu, Takaful sebagai asuransi syariah yang berdasarkan
pada konsep tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan,
menjadikan semua anggotanya sebagai suatu keluarga besar untuk

Y
saling melindungi dan menggung risiko dari segi keuangan yang
terjadi di antara mereka.
Seperti yang berlaku pada lembaga keuangan perbankan syariah,
M
teknologi informasi memegang peranan penting dalam bisnis asuransi
syariah Takaful. Teknologi Informasi sangat menunjang servis yang
diberikan dan juga dapat memberikan informasi yang akurat, transparan,
dan up to date terhadap penyelesaian suatu klaim.
M
Asuransi Takaful Indonesia mempunyai visi sebagai lembaga
keuangan yang konsisten menjalankan transaksi asuransi secara Islami.
Operasional perusahaan dilaksanakan atas dasar prinsip-prinsip syariah
yang bertujuan memberikan fasilitas dan layanan terbaik bagi umat
Islam khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Selain itu,
U

Asuransi Takaful juga mempunyai tujuan sebagai lembaga keuangan


syariah yang memberikan pelayanan terbaik, amanah, dan profesional
kepada umat Islam dan bangsa Indonesia.
Ada perbedaan yang cukup mendasar antara asuransi konvensional
D

dan asuransi syariah. Pada asuransi konvensional, dana yang terkumpul


menjadi milik perusahaan asuransi konvensional di mana pengelolaan
dana menjadi hak dan tanggung jawab perusahaan. Pada Asuransi Takaful,
dana yang terkumpul merupakan milik seluruh peserta. Perusahaan
asuransi syariah hanyalah sebagai pengelola dana titipan para nasabah,
yang nantinya akan diinvestasikan dalam berbagai jenis investasi yang
sesuai dengan syariah. Pada Asuransi Takaful ini terdapat pos rekening
yang disebut rekening tabarru’ (dana kebajikan) seluruh peserta. Rekening
ini merupakan sebagian premi dari nasabah yang sejak awal diikhlaskan

Bab 16 | Pemasaran Syariah: Studi Kasus Pemasaran Asuransi Syariah 201


oleh peserta untuk keperluan tolong menolong jika terjadi musibah.
Sedangkan dalam asuransi konvensional, untuk pembayaran klaim
diambil dari rekening dana perusahaan asuransi konvensional.
Menurut UU nomor 2 tahun 1992 tentang usaha perasuransian.
Perusahaan asuransi jiwa dan kerugian tidak dapat dikelola oleh satu
perusahaan dan harus didirikan secra terpisah. Untuk itulah, Asuransi
Takaful memiliki dua anak perusahaan yang masing-masing bergerak
di bidang asuransi jiwa dan asuransi kerugian. Secara operasional,
keduanya memakai prinsip syariah. Untuk menjaga agar opeasional
dari kedua perusahaan ini tetap sesusai dan berdasarka pada prinsip

Y
syariah, pihak manajemen menyadari bahwa pengetahuan sumber
daya manusia (SDM) dalam prinsip-prinsip syariah, khususnya untuk
lembaga keuangan syariah, perlu sewaktu-waktu ditimgkatkan. Karena
itulah, pelatihan-pelatiham untuk SDM mereka selalu dilaksanakan
M
secara rutin. Selain itu, manajemen juga sering mengirimkan SDM-
nya ke Malaysia untuk mempelajari konsep-konsep baru serta inovasi-
inovasi produk yang cukup dinamis dan berkembang pesat di sana.
M
C. Latihan Soal
1. Jelaskan perbedaan Asuransi Konvensional dan Asuransi Syariah?
2. Jelaskan Sistem dan Konsep Pemasaran Takaful/Asuransi Syariah?
3. Mengapa Pemasaran sangat penting dalam mendapatkan suatu
U

Peserta Asuransi Syariah, Jelaskan Argumentasi anda?

DAFTAR PUSTAKA
D

Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahan, Lembaga Percetakan Al-Qur’an


Raja Fahd, 1418 H.
Abbas salim, Asuransi dan manajemen risiko,Grafindo Persada,Jakarta,
2000.
Adiwarman karim, ekonomi mikro Islam, the international institute of
Islamic though Indonesia (IIITI), Jakarta, 2002.
Ali Mustafa ya’qub. Pengelolaaan dana asuransi syariah, 2001.

202 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


AMMAI, buku panduan Ujian Gelar Profesional keanggotaan asosiasi
ahli manajemen asuransi Indonesia, sector jiwa, AMMAI, 2000
Muhammad Sula dan Hermawan Kertajaya. Syariah Marketing, Jakarta.
Mizan. 2005

Y
M
M
U
D

Bab 16 | Pemasaran Syariah: Studi Kasus Pemasaran Asuransi Syariah 203


Y
M
M
U
D

[Halaman ini sengaja dikosongkan]


BAB 17
PEMASARAN SYARIAH:
STUDI KASUS PEMASARAN
PEGADAIAN SYARIAH
Mata Kuliah Pemasaran Syariah
Dosen Pengampu: Wiwik Hasbiyah AN, S.H.I., M.A.

Y
A. Tujuan Pembelajaran
M
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai Pengertian, Tujuan Syariah
marketing Studi kasus pemasaran pegadaian syariah Melalui Risetasi,
M
Anda harus mampu:
1. Sistem Pengadaian Syariah
2. Konsep dan Mekanisme Pengadaian syariah
U

3. Strategi Pemasaran syariah pada Pengadaian Syariah


4. Penerapan pemasaran syariah pada Studi Kasus pengadaian syariah

B. Uraian Materi
D

1. Sistem Pengadaian syariah


Perkembangan produk-produk berbasis syariah kian marak di
Indonesia, tidak terkecuali pegadaian. Perum pegadaian mengeluarkan
produk berbasis syariah yang disebut dengan pegadaian syariah. Pada
dasarnya, produk-produk berbasis syariah memiliki karakteristik seperti,
tidak memungut bunga dalam berbagai bentuk karena riba, menetapkan
uang sebagai alat tukar bukan sebagai komoditas yang diperdagangkan,
dan melakukan bisnis untuk memperoleh imbalan atas jasa dan atau

205
bagI hasil. Pegadaian syariah atau dikenal dengan istilah rahn, dalam
pengoperasiannya menggunakan metode Fee Based Income (FBI) atau
Mudharobah (bagi hasil). Karena nasabah dalam mempergunakan
marhumbih (UP) mempunyai tujuan yang berbeda-beda misalnya
untuk konsumsi, membayar uang sekolah atau tambahan modal kerja,
penggunaan metode Mudharobah belum tepat pemakaiannya. Oleh
karenanya, pegadaian menggunakan metode Fee Based Income (FBI).
Sebagai penerima gadai atau disebut Mutahim, penggadaian akan
mendapatkan Surat Bukti Rahn (gadai) berikut dengan akad pinjam-
meminjam yang disebut Akad Gadai Syariah dan Akad Sewa Tempat

Y
(Ijarah). Dalam akad gadai syariah disebutkan bila jangka waktu akad
tidak diperpanjang maka penggadai menyetujui agunan (marhun)
miliknya dijual oleh murtahin guna melunasi pinjaman. Sedangkan
Akad Sewa Tempat (ijarah) merupakan kesepakatan antara penggadai
M
dengan penerima gadai untuk menyewa tempat untuk penyimpanan
dan penerima gadai akan mengenakan jasa simpan.
Salah satu inovasi produk yang diluncurkan oleh pagadaian adalah
Program Kredit Tunda Jual Komoditas Pertanian yang saat ini lebih
M
dikenal dengan sebutan Gadai Gabah. Program ini diluncurkan atas
landasan pemikiran bahwa dalam rangka mengurangi kerugian petani
akibat perbedaan harga jual gabah pada saat panen raya. Sasaran
utama program ini adalah membantu petani agar bisa menjual gabah
yang dimilikinya sesuai dengan harga dasar yang ditetapkan oleh
U

pemerintah. Pengalaman selama ini ketika terjadi panen raya, petani


selalu menjadi pihak yang dirugikan. Untuk mencegah kerugian yang
diderita oleh petani pada saat musim panen akibat anjloknya harga
gabah, Perum Pegadaian meluncurkan gadai gabah. Dengan sistem ini,
D

petani menggadaikan gabahnya pada musim panen, untuk ditebus dan


dijual ketika harga gabah kembali normal. Dengan adanya gadai gabah,
petani bisa tidak menjual semua gabahnya pada saat musim panen
(harga murah) melainkan menyimpannya dulu di gudang milik agen
yang menjadi mitra pegadaian. Petani menggadaikan sebagian gabahnya
pada musim panen pada Perum Pegadaian dengan harga yang berlaku
saat itu. Setelah harga gabah kembali normal, petani dapat menebusnya
dengan harga yang sarna ketika menggadaikan gabahnya ditambah
dengan sewa modal sebesar 3,5% per bulan. Jika selama batas waktu
empat bulan (masa jatuh tempo kredit) petani tidak dapat menebusnya,

206 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


gabah akan dilelang oleh Perum Pegadaian. Kelebihan harga gabah akan
diberikan kepada petani. Gabah yang diterima sebagai barang jaminan
adalah Gabah Kering Giling (GKG). Bila gabah petani bukan gabah
kering giling maka petani akan dikenakan proses penanganan (handling)
sebesar Rp 10 per kg.
Seiring dengan kegiatan ekonomi tersebut, kebutuhan akan
pendanaan pun semakin meningkat. Kebutuhan pendanaan tersebut
sebagian besar dapat dipenuhi melalui kegiatan pinjam meminjam.
Kegiatan pinjam meminjam ini dilakukan oleh perseorangan atau
badan hukum dengan suatu lembaga, baik lembaga informal maupun

Y
formal. Indonesia yang sebagian masyarakatnya masih berada di garis
kemiskinan cenderung memilih melakukan kegiatan pinjam meminjam
kepada lembaga informal seperti rentenir. Kecenderungan ini dilakukan
karena mudahnya persyaratan yang harus dipenuhi, mudah diakses dan
M
dapat dilakukan dengan relatif singkat.
Namun, di balik kemudahan tersebut, rentenir atau sejenisnya
menekan masyarakat dengan meninggikan bunga. Jika masyarakat
melihat keadaan lembaga formal yang dapat dipergunakan untuk
M
melakukan pinjam meminjam, mungkin masyarakat akan cenderung
memilih lembaga formal tersebut untuk memenuhi kebutuhan dananya.
Lembaga formal tersebut dibagi menjadi dua yaitu Lembaga Bank dan
Lembaga Keuangan Bukan Bank.
Saat ini masih terdapat kesan terhadap masyarakat bahwa
U

meminjam ke bank adalah suatu hal yang lebih membanggakan


dibandingkan dengan lembaga formal lain, padahal dalam prosesnya
memerlukan waktu yang cukup lama dan cukup rumit.
Pegadaiaan syariah sebagai lembaga keuangan alternatif dalam
D

memperoleh pembiayaan secara cepat dan mudah. Biasanya masyarakat


yang berhubungan dengan pegadaiaan adalah masyayarat golongan
ekonomi menengah kebawah yang membutuhkan pembiayaan dalam
jangka waktu relatif pendek dengan margin yang rendah. Oleh karena
itu, barang pegadaiaan dari masyarakat ini memiliki karakteristik barang
sehari-hari yang nilainya relatif rendah. Hal ininlah yang menyebabkan
rrendahnya pendanaan yang mereka terima.
Sebagai lembaga bisnis berbasis syariah maka pegadaiaan syariah
berbeda dengan pegadaian konvensional pada umumnya. Pada

Bab 17 | Pemasaran Syariah: Studi Kasus Pemasaran Pegadaian Syariah 207


pegadaaian syariah, dalam menjalankan kegiatannya harus sesuai dengan
syariat islam sebagai landasan dalam menjalnkan operasoinalnya. Dan
juga dalam pegadaian konvensional, barang yang dapat dijadikan sebagai
brang gadian adalah barabg-barang bergerak, sedangkan pada konsep
islam seluruh barang dapat dijadikan sebagai barang gadaiaan baik yang
bergerak maupun yang tidak bergerak.
Pegadaian menurut Susilo (1999) adalah suatu hak yang diperoleh
oleh seseorang yang mempunyai piutang atas suatu barang bergerak.
Barang bergerak tersebut diserahkan kepada orang yang berpiutang
oleh seorang yang mempunyai utang atau oleh oarang lain atas nama

Y
orang yang mempunyai utang atau oleh oarang lain atas nama orang
yang mempunyai utang. Seorang yang berutang tersebut memberikan
kekuasaan kepada orang lain yang berpiutang untuk menggunakan barang
bergerak yang telah diserahkan untuk melunasi utang apabila ihak yang
M
berutang tidak dapat melunasi kewajibannya pada saat jatuh tempo.
Pegadaian syariah adalah pegadaian yang dalam menjalankan
operasionalnya berpegang kepada prinsip syariah. Payung gadai syariah
dalm hal pemenuhan prinsip-prinsip syariah berpegang pada fatwa DSN-
M
MUI No. 25/DSN-MUI/III/2002 tanggal 26 Juni 2002 yang menyatakan
bahwa pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai jaminan utang
dalam bentuk rahn diperbolehkan. Sedangkan dalam aspek kelembagaan
tetap menginduk kepada Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1990
tanggal 10 April 1990.
U

2. Konsep dan Mekanisme Pengadaian syariah


Konsep pengadaian Aspek syariah tidak hanya menyentuh bagian
D

operasionalnya saja, pembiayaan kegiatan dan pendanaan bagi nasabah,


harus diperoleh dari sumber-sumber dana yang terbebas dari segala
unsur riba. Dalam hal ini, seluruh kegiatan pegaadaian syariah termasuk
dana yang kemudian disalurkan kepada nasabah, murni berasal dari
modal sendiri ditambah dari dana pihak ketiga dari sumber yang dapat
dipertanggung jawabkan.
Implementasi operasi Pegadaian Syariah hampir bermiripan dengan
Pegadaian konvensional. Seperti halnya Pegadaian konvensional ,
Pegadaian Syariah juga menyalurkan uang pinjaman dengan jaminan
barang bergerak. Prosedur untuk memperoleh kredit gadai syariah sangat

208 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


sederhana, masyarakat hanya menunjukkan bukti identitas diri dan
barang bergerak sebagai jaminan, uang pinjaman dapat diperoleh dalam
waktu yang tidak relatif lama (kurang lebih 15 menit saja). Begitupun
untuk melunasi pinjaman, nasabah cukup dengan menyerahkan sejumlah
uang dan surat bukti rahn saja dengan waktu proses yang juga singkat.
Mekanisme operasional pegadaian syariah sangat penting untuk
diperhatikan karena jangan sampai operasional pegadaian syariah tidak
efektif dan tidak efisien. Mekanisme operasional pegadaian syariah
haruslah tidak menyulitkan calon nasabah yang akan meminjam uang
atau akan melakukan akad utang-piutang. Akad yang dijalankan yaitu

Y
dengan tidak melakukan kegiatan usaha yang mengandung unsur riba,
maisir dan gharar.
Oleh karena itu, pengawasan harus melekat, baik internal terutama
keberadaan Dewan Pengawas Syariah sebagai penanggung jawab yang
M
berhubungan dengan aturan syariahnya dan eksternal pegadaian
syariah, yaitu masyarakat muslim utamnya, serta adanya perasaan
selalu mendapatkan pengawasan dari yang membuat aturan syariah
itu sendiri, yaitu Allah Swt.
M
Operasionalisasi pegadaian syariah menggambarkan hubungan
antara nasabah dan lembaga pegadaian syariah. Yang secara singkat
dan sederhana digambarkan sebagai berikut.
1. Nasabah menjaminkan barang yang dimilikinya kepada pihak
pegadaian untuk mendapatkan pembiayaan, kemudian pegadaian
U

menaksir barang jaminan untuk dijadikan dasar dalam memberikan


pembiayaan.
2. Pegadaian syariah dan nasabah melaksanakan akad gadai, dalam
D

hal ini di sepakati mengenai beberapa hal yaitu, kesepakatan biaya


pegadaian, jatuh tempo gadai, dan lain-lain.
3. Pegadaian syariah menerima biaya gadai seperti, biaya penitipan,
biaya pemeliharaan, penjagaan, dan biaya penaksiran yang dibayar
pada awal transaksi oleh nasabah.
4. Nasabah menebus barang setelah jatuh tempo.

Perbedaan utama antara biaya gadai dan bunga pegadaian adalah,


dari sifat bunga yang dapat berakumulasi dan berlipat ganda sedangkan
biaya gadai hanya sekali dan ditetapkan dimuka.

Bab 17 | Pemasaran Syariah: Studi Kasus Pemasaran Pegadaian Syariah 209


a. Pengertian Pegadaian Syariah
Gadai dalam bahasa Arab disebut rahn, yang berarti tetap, kekal,
dan jaminan. Secara syara, rahn adalah menyandera sejumlah harta yang
diserahkan sebagai jaminan secara hak, tetapi dapat diambil kembali
sebagai tebusan.
Gadai merupakan salah satu kategori dari perjanjian utang piutang,
yang mana untuk suatu kepercayaan dari orang yang berpiutang, maka
orang yang berutang menggadaikan barangnya sebagai jaminan terhadap
utangnya itu. Barang jaminan tetap milik orang yang menggadaikan
(orang yang berutang) tetapi dikuasai oleh penerima gadai (yang

Y
berpiutang). Konsep tersebut dalam fiqh Islam dikenal  dengan istilah
rahn atau gadai.1
Ar-rahn adalah menahan salah  satu harta milik si peminjam sebagai
M
jaminan atas pinjaman yang dipinjamnya. Barang yang ditahan tersebut
memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian, pihak yang menahan
memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau
sebagian piutangnya. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa rahn
adalah semacam jaminan utang atau gadai.
M
Rahn adalah penyerahan barang yang dilakukan oleh muqtaridh (orang
yang berutang) sebagai jaminan atas utang yang diterimanya. Dengan
demikian, pihak yang memberi utang memperoleh jaminan untuk
mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya apabila peminjam
U

tidak mampu membayar utangnya, dengan beberapa ketentuan.


Pegadaian menurut kitab Undang-undang Hukum Perdata Pasal
1150 disebutkan: “Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seseorang
yang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya
D

oleh seorang berutang atau oleh orang lain atas namanya, dan yang
memberikan kekuasaan kepada orang yang berpiutang itu untuk
mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan daripada
orang yang berpiutang lainnya, dengan pengecualian biaya untuk
melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk
menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya mana
harus didahulukan.”

Dr. Muhammad Firdaus NH, dkk. Fatwa-Fatwa Ekonomi Syariah


1

kontemporer. Jakarta: RENAISAN, 2005. Cet 1. hlm 68

210 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


Pegadaian syariah adalah pegadaian yang dalam menjalankan
oprasionalnya berpegang kepada prinsip syariah.

b. Sejarah Pegadaian Syariah


Terbitnya PP/10 tanggal 1 April 1990 dapat dikatakan menjadi
tonggak awal kebangkitan Pegadaian, satu hal yang perlu dicermati
bahwa PP10 menegaskan misi yang harus diemban oleh Pegadaian
untuk mencegah praktik riba, misi ini tidak berubah hingga terbitnya
PP103/2000 yang dijadikan sebagai landasan kegiatan usaha Perum
Pegadaian sampai sekarang. Banyak pihak berpendapat bahwa

Y
operasionalisasi Pegadaian pra Fatwa MUI tanggal 16 Desember 2003 
tentang Bunga Bank, telah sesuai dengan konsep syariah meskipun
harus diakui belakangan bahwa terdapat beberapa aspek yang menepis
anggapan itu. Berkat Rahmat Allah Swt. dan setelah melalui kajian
M
panjang, akhirnya disusunlah suatu konsep pendirian unit Layanan
Gadai Syariah  sebagai langkah awal pembentukan divisi khusus yang
menangani kegiatan usaha syariah.
Konsep operasi Pegadaian syariah mengacu pada sistem
M
administrasi modern yaitu asas rasionalitas, efisiensi dan efektivitas
yang diselaraskan dengan nilai Islam. Fungsi operasi Pegadaian Syariah
itu sendiri dijalankan oleh kantor-kantor Cabang Pegadaian Syariah/
Unit Layanan Gadai Syariah (ULGS) sebagai satu unit organisasi di
bawah binaan Divisi Usaha Lain Perum Pegadaian. ULGS ini merupakan
U

unit bisnis mandiri yang secara struktural terpisah pengelolaannya dari


usaha gadai konvensional. Pegadaian Syariah pertama kali berdiri  di
Jakarta dengan nama Unit Layanan Gadai Syariah ( ULGS) Cabang Dewi
Sartika di bulan Januari tahun 2003. Menyusul kemudian pendirian
D

ULGS di Surabaya, Makasar, Semarang, Surakarta, dan Yogyakarta di


tahun yang sama hingga September 2003. Masih di tahun yang sama
pula, 4 Kantor Cabang Pegadaian di Aceh dikonversi menjadi Pegadaian
Syariah. 

c. Perkembangan Pegadaian Syariah di Indonesia


Berdirinya pegadaian syariah, berawal pada tahun 1998 ketika
beberapa General Manager melakukan studi banding ke Malaysia.
Setelah melakukan studi banding, mulai dilakukan penggodokan

Bab 17 | Pemasaran Syariah: Studi Kasus Pemasaran Pegadaian Syariah 211


rencana pendirian pegadaian syariah. Tapi ketika itu ada sedikit masalah
internal sehingga hasil studi banding itu pun hanya ditumpuk.
Pada tahun 2000 konsep bank syariah mulai marak. Saat itu, Bank
Muamalat Indonesia (BMI) menawarkan kejasama dan membantu segi
pembiayaan dan pengembangan. Tahun 2002 mulai diterapkan sistem
pegadaiaan syariah dan pada tahun 2003 pegadaian syariah resmi
dioperasikan dan pegadaian cabang Dewi Sartika menjadi kantor cabang
pegadaian pertama yang menerapkan sistem pegadaian syariah.
Prospek pegadaian syariah di masa depan sangat luar biasa. Respon
masyarakat terhadap pegadaian syariah ternyata jauh lebih baik dari

Y
yang diperkirakan. Menurut survei BMI, dari target operasional tahun
2003 sebesar 1,55 milyar rupiah pegadaian syariah cabang Dewi Sartika
mampu mencapai target 5 milyar rupiah.
Pegadaian syariah tidak menekankan pada pemberian bunga dari
M
barang yang digadaikan. Meski tanpa bunga, pegadaian syariah tetap
memperoleh keuntungan seperti yang sudah diatur oleh Dewan Syariah
Nasional, yaitu memberlakukan biaya pemeliharaan dari barang yang
digadaikan. Biaya itu dihitung dari nilai barang, bukan dari jumlah
M
pinjaman. Sedangkan pada pegadaian konvensional, biaya yang harus
dibayar sejumlah dari yang dipinjamkan.
Program Syariah Perum Pegadaian mendapat sambutan positif dari
masyarakat. Dari target omzet tahun 2006 sebesar Rp323 miliar, hingga
September 2006 ini sudah tercapai Rp420 miliar dan pada akhir tahun
U

2006 ini diprediksi omzet bisa mencapai Rp450 miliar. Bahkan Perum
Pegadaian Pusat menurut rencana akan menerbitkan produk baru,
gadai saham di Bursa Efek Jakarta (BEJ), paling lambat Maret 2007.
Manajemen Pegadaian melihat adanya prospek pasar yang cukup bagus
D

saat ini untuk gadai saham.


Bisnis pegadaian syariah tahun 2007 ini cukup cerah, karena minta
masyarakat yang memanfaatkan jasa pegadaian ini cukup besar. Itu
terbukti penyaluran kredit tahun 2006 melampaui target.
Pegadaian cabang Majapahit Semarang misalnya, tahun 2006
mencapai 18,2 miliar. Lebih besar dari target yang ditetapkan sebanyak
11,5 miliar. Jumlah nasabah yang dihimpun sekitar 6 ribu orang dan
barang jaminannya sebanyak 16.855 potong.

212 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


Penyaluran kredit  pegadaian  syariah Semarang ini berdiri tahun
2003, setiap tahunnya meningkat cukup signifikan dari Rp525 juta
tahun 2004 meningkat menjadi Rp5,1 miliar dan tahun 2006 mencapai
Rp18,4 miliar. Mengenai permodalan hingga saat ini tidak ada masalah.
Berapa pun permintaan nasabah asal ada barang jaminan akan dipenuhi
saat itu pula bisa dicairkan sesuai taksiran barang jaminan tersebut.
Demikian prospek pegadaian syariah ke depan, cukup cerah.

d. Landasan Hukum
Sebagaimana halnya instritusi yang berlabel syariah, maka landasan

Y
hukum pegadaian Syariah juga mengacu kepada syariah Islam yang
bersumber dari Al Quran dan Hadist Nabi Saw. Adapun landasan yang
dipakai adalah: 
Quran Surat Al Baqarah: 283
M
Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu’amalah tidak secara tunai)
sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada
barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi
jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah
M
yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (utangnya) dan hendaklah
ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi)
menyembunyikan persaksian. Dan barang siapa yang menyembunyikannya,
maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan
U

Hadist

Aisyah berkata bahwa Rasul bersabda: Rasulullah membeli makanan dari


seorang yahudi dan meminjamkan kepadanya baju besi. HR Bukhari dan
D

Muslim 
Dari Abu Hurairah r.a. Nabi Saw. bersabda: Tidak terlepas kepemilikan
barang gadai dari pemilik yang menggadaikannya. Ia memperoleh manfaat
dan menanggung risikonya. HR Asy’Syafii, al Daraquthni dan Ibnu
Majah 
Nabi Bersabda: Tunggangan (kendaraan) yang digadaikan boleh dinaiki
dengan menanggung biayanya dan bintanag ternak yang digadaikan dapat
diperah susunya dengan menanggung biayanya. Bagi yang menggunakan
kendaraan dan memerah susu wajib menyediakan biaya perawatan dan
pemeliharaan. HR Jamaah, kecuali Muslim dan An Nasai 

Bab 17 | Pemasaran Syariah: Studi Kasus Pemasaran Pegadaian Syariah 213


Dari Abi Hurairah r.a. Rasulullah bersabda: Apabila ada ternak
digadaikan, maka punggungnya boleh dinaiki (oleh yang menerima
gadai), karena ia telah mengeluarkan biaya (menjaga)nya. Apabila
ternak itu digadaikan, maka air susunya yang deras boleh diminum
(oleh orang yang menerima gadai) karena ia telah mengeluarkan
biaya (menjaga)nya. Kepada orang yang naik dan minum, maka
ia harus mengeluarkan biaya (perawatan)nya. HR Jemaah kecuali
Muslim dan Nasai-Bukhari 

e. Rukun dan Syarat Gadai Syariah


Rukun gadai:

Y
• Ijab Qobul
• Pihak yang menggadaikan (rahn)
• Yang menerima gadai (murtahin)


Jaminan (marhun)
Utang (marhun bih)
M
Syarat sah gadai:
M
• Rahn dan murtahin dengan syarat-syarat: kemampuan juga berarti
kelayakan seseorang untuk melakukan transaksi pemilikan, setiap
orang yang sah melakukan jual beli sah melakukan gadai.
• Sighat dengan syarat tidak boleh terkait dengan masa yang akan
U

datang dan syarat-syarat tertentu.


• Utang (marhun bih) dengan syarat harus merupakan hak yang wajib
diberikan atau diserahkan kepada pemiliknya, memungkinkan
pemanfaatannya bila sesuatu yang menjadi utang itu tidak bias
D

dimanfaatkan maka tidak sah, harus dikuantifikasi atau dapat


dihitung jumlahnya bila tidak dapat diukur atau tidak dikuantifikasi,
rahn itu tidak sah.
• Barang (marhun) dengan syarat harus bias diperjualbelikan, harus
berupa harta yang bernilai, marhun harus bias dimanfaatkan secara
syariah, harus diketahui keadaan fisiknya, harus dimiliki oleh rahn
setidaknya harus seizin pemiliknya.

Ketentuan Gadai Menurut Fatwa DSN-MUI No. 25/DSN-MUI/


III/2002:

214 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


1. Murtahin (penerima gadai) mempunyai hak untuk menahan
marhun (barang gadaian) sampai semua utang rahn dilunasi.
2. Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik rahn. Pada prinsipnya,
marhun tidak boleh dimanfaatkan oleh murtahin kecuali seizin
rahn, dengan tidak mengurangi nilai marhun dan pemanfaatannya
itu sekadar pengganti biaya pemeliharaan dan perawatannya.
3. Pemeliharaan dan penyimpanan marhun pada dasaranya menjadi
kewajiban rahn, namun dapat dilakukan juga oleh murtahin,
sedangkan biaya dan pemeliharaan penyimpanan tetap menjadi
kewajiban rahn.

Y
4. Besar biaya pemeliharaan dan penyimpanan marhun tidak boleh
ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman.

Penjualan marhun:


segera melunasi utangnya.
M
Apabila jatuh tempo, murtahin harus memperingatkan rahn untuk

Apabila rahn tetap tidak dapat melunasi utangnya, maka marhun


dijual paksa/ dieksekusi melalui lelang sesuai syariah.
M
• Hasil penjualan marhun digunakan untuk melunasi utang, biaya
pemeliharaan dan penyimpanan yang belum dibayar serta biaya
penjualan.
• Kelebihan hasil penjualan menjadi milik rahn dan kekurangannya
U

menjadi kewajiban rahn. 

f. Teknik Transaksi
Sesuai dengan landasan konsep di atas, pada dasarnya Pegadaian
D

Syariah berjalan di atas dua akad transaksi Syariah yaitu. 


1. Akad Rahn. Rahn yang dimaksud adalah menahan harta milik si
peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya, pihak
yang menahan memperoleh jaminan untuk mengambil kembali
seluruh atau sebagian piutangnya. Dengan akad ini Pegadaian
menahan barang bergerak sebagai jaminan atas utang nasabah.
2. Akad Ijarah. Yaitu  akad pemindahan hak guna atas barang dan
atau jasa melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan atas barangnya sendri. Melalui akad

Bab 17 | Pemasaran Syariah: Studi Kasus Pemasaran Pegadaian Syariah 215


ini dimungkinkan bagi Pegadaian untuk menarik sewa atas
penyimpanan barang bergerak milik nasabah yang telah melakukad
akad

Adapun ketentuan atau persyaratan yang menyertai akad tersebut


meliputi: 
1. Akad. Akad tidak mengandung syarat fasik/bathil seperti murtahin
mensyaratkan barang jaminan dapat dimanfaatkan tanpa batas.
2. Marhun Bih (Pinjaman). Pinjaman merupakan hak yang wajib
dikembalikan kepada murtahin dan bisa dilunasi dengan barang
yang diarahnkan tersebut. Serta, pinjaman itu jelas dan tertentu.

Y
3. Marhun (barang yang dirahnkan). Marhun bisa dijual dan nilainya
seimbang dengan pinjaman, memiliki nilai, jelas ukurannya,milik
sah penuh dari rahn, tidak terkait dengan hak orang lain, dan bisa
M
diserahkan baik materi maupun manfaatnya.
4. Jumlah maksimum dana rahn dan nilai likuidasi barang yang
dirahnkan serta jangka waktu rahn ditetapkan dalam prosedur.
5. Rahn dibebani jasa manajemen atas barang berupa: biaya asuransi,
M
biaya penyimpanan, biaya keamanan, dan biaya pengelolaan serta
administrasi.

Untuk dapat memperoleh layanan dari Pegadaian Syariah,


masyarakat hanya cukup menyerahkan harta geraknya (emas, berlian,
U

kendaraan, dan lain-lain) untuk dititipkan disertai dengan copy tanda


pengenal. Kemudian staf Penaksir akan menentukan nilai taksiran barang
bergerak tersebut yang akan dijadikan sebagai patokan perhitungan
pengenaan sewa simpanan (jasa simpan) dan plafon uang pinjaman
D

yang dapat diberikan. Taksiran barang ditentukan berdasarkan nilai


intrinsik dan harga pasar yang telah ditetapkan oleh Perum Pegadaian.
Maksimum uang pinjaman yang dapat diberikan adalah sebesar 90%
dari nilai taksiran barang.
Setelah melalui tahapan ini, Pegadaian Syariah dan nasabah
melakukan akad dengan kesepakatan:
1. Jangka waktu penyimpanan barang dan pinjaman ditetapkan selama
maksimum empat bulan.

216 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


2. Nasabah bersedia membayar jasa simpan sebesar Rp90,- (sembilan
puluh rupiah ) dari kelipatan taksiran Rp10.000,- per 10 hari yang
dibayar bersamaan pada saat melunasi pinjaman.
3. Membayar biaya administrasi yang besarnya ditetapkan oleh
Pegadaian pada saat pencairan uang pinjaman.

Nasabah dalam hal ini diberikan kelonggaran untuk:


• Melakukan penebusan barang/pelunasan pinjaman kapan pun
sebelum jangka waktu empat bulan,
• Mengangsur uang pinjaman dengan membayar terlebih dahulu jasa

Y
simpan yang sudah berjalan ditambah bea administrasi,
• Atau hanya membayar jasa simpannya saja terlebih dahulu jika
pada saat jatuh tempo nasabah belum mampu melunasi pinjaman
uangnya.
M
Jika nasabah sudah tidak mampu melunasi utang atau hanya
membayar jasa simpan, maka Pegadaian Syarian melakukan eksekusi
barang jaminan dengan cara dijual, selisih antara nilai penjualan dengan
pokok pinjaman, jasa simpan dan pajak merupakan uang kelebihan yang
M
menjadi hak nasabah. Nasabah diberi kesempatan selama satu tahun
untuk mengambil Uang kelebihan, dan jika dalam satu tahun ternyata
nasabah tidak mengambil uang tersebut, Pegadaian Syariah akan
menyerahkan uang kelebihan kepada Badan Amil Zakat sebagai ZIS. 
U

g. Kegiatan Usaha
Produk gadai yang diterbitkan oleh perum pegadaian antara lain:
1. Kredit KCA
D

2. Kreasi (kredit angsuran fiduasi)


3. Kreasida
4. Jasa taksiran
5. Jasa titipan
6. Gadai gabah
7. Gadai investa
8. KRISTA

Bab 17 | Pemasaran Syariah: Studi Kasus Pemasaran Pegadaian Syariah 217


9. Gadai syariah
10. ARRUM (Ar-rahn untuk usaha Mikro Kecil)

h. Mekanisme Pegadaian Syariah


Mekanisme operasional Pegadaian Syariah dapat digambarkan
sebagai berikut: Melalui akad rahn, nasabah menyerahkan barang
bergerak dan kemudian Pegadaian menyimpan dan merawatnya di
tempat yang telah disediakan oleh Pegadaian. Akibat yang timbul dari
proses penyimpanan adalah timbulnya biaya-biaya yang meliputi nilai
investasi tempat penyimpanan, biaya perawatan dan keseluruhan proses

Y
kegiatannya. Atas dasar ini dibenarkan bagi Pegadaian mengenakan
biaya sewa kepada nasabah sesuai jumlah yang disepakati oleh kedua
belah pihak.

M
Pegadaian Syariah akan memperoleh keutungan hanya dari bea
sewa tempat yang dipungut bukan tambahan berupa bunga atau sewa
modal yang diperhitungkan dari uang pinjaman. Sehingga di sini dapat
dikatakan proses pinjam meminjam uang hanya sebagai ‘lipstick’
yang akan menarik minat konsumen untuk menyimpan barangnya di
M
Pegadaian. 
Mekanisme perjanjian gadai ditentukan oleh banyak hal, di
antaranya yaitu subyek dan objek perjanjian gadai. Subyek perjanjian
adalah rahn, sedangkan objeknya adalah marhun, serta murtahin adalah
U

yang menahan barang gadi tersebut. Perjanjian gadai dapat dirumuskan


dan dilakukan apabila telah diketahui:
a) Syarat rahn dan murtahin,
b) Syarat marhun dan utang,
D

c) Kedudukan marhun,
d) Risiko atas kerusakan marhun dan pemindahan milik marhun,
e) Pungutan hasil marhun,
f) Biaya pemeliharaan marhun,
g) Pembayaran utang dari marhun,
h) Hak murtahin atas harta peniggalan, setelah semua jelas dan, maka
dapat dilakukan perjanjian pegadaian di antara kedua belah pihak.

218 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


i. Akad Perjanjian Gadai
Pada dasarnya Pegadaian Syariah berjalan di atas dua akad transaksi
Syariah yaitu:
1. Akad Rahn. Rahn yang dimaksud adalah menahan harta milik si
peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya, pihak
yang menahan memperoleh jaminan untuk mengambil kembali
seluruh atau sebagian piutangnya. Dengan akad ini Pegadaian
menahan barang bergerak sebagai jaminan atas utang nasabah.
2. Akad Ijarah.Yaitu akad pemindahan hak guna atas barang dan atau jasa
melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan

Y
kepemilikan atas barangnya sendri. Melalui akad ini dimungkinkan
bagi Pegadaian untuk menarik sewa atas penyimpanan barang
bergerak milik nasabah yang telah melakukan akad.
M
j. Operasionalisasi Pegadaian Syariah
Implementasi operasi Pegadaian Syariah hampir bermiripan dengan
Pegadaian konvensional. Seperti halnya Pegadaian konvensional ,
Pegadaian Syariah juga menyalurkan uang pinjaman dengan jaminan
M
barang bergerak. Prosedur untuk memperoleh kredit gadai syariah
sangat sederhana, masyarakat hanya menunjukkan bukti identitas
diri dan barang bergerak sebagai jaminan, uang pinjaman dapat
diperoleh dalam waktu yang tidak relatif lama (kurang lebih 15 menit
U

saja). Begitupun untuk melunasi pinjaman, nasabah cukup dengan


menyerahkan sejumlah uang dan surat bukti rahn saja dengan waktu
proses yang juga singkat.

1.    Jenis barang yang digadaikan


D

Prinsip utama barang yang digunakan untuk menjamin adalah


barang yang dihasilkan secara halal tidak melanggar syariat islam,
Adapun barang barang yang biasa digunakan sebagai jaminan yaitu:
a. Barang perhiasan
b. Barang elektronik
c. Brang rumah tangga
d. Kendaraan
e. Barang-barang lain yang mempunyai nilai

Bab 17 | Pemasaran Syariah: Studi Kasus Pemasaran Pegadaian Syariah 219


2.    Penaksiran barang gadai
Besarnya dana yang diperoleh nasabah dari pegadaiaan yaitu
tergantung dari besarnya nilai dari barang yang digadaikan. Barang
yang diterima dari calaon nasabah terlbih dahulu ditaksir oleh pertugas
penaksiruntuk menentukan nilai barang tersebut.
Dalam melaksanakan penaksiran terhadap nilai dari suatu barang,
pihak pegadaiaan memiliki petugas penaksir tersendiri, yaiu yang
memiliki criteria:
a. Memiliki pengetahuan tentang jenis barang gadai yang sesuai
dengan syariat dan yang bertentangan dengan syariat.

Y
b. Mampu memberikan penaksiran secara akurat atas nilai barang
gadai sehingga tidak merugikan salah satu dari kedua belah pihak.
c. Memiliki sarana dan prasarana penunjang dalam memperoleh
M
keakuratan penilaian barang gadai.

Dalam hal penaksiaran terhadap barang gadai pada pegadaian


syariah terbagi menjadi tiga level tanggung jawab penentuan taksiran.
a) Golongan A dilakukan oleh penaksir yunior, dengan besaran
M
taksiran antara 100.000-500.000.
b) Golongan B dan C dilaksanakan oleh penaksir madya, untuk
golongan B, besarnya taksiran antara 510.000-1.000.000. dan untuk
golonagn D, 1.050.000-5.000.000.
U

c) Golongan D dan E penaksiaran dilakukan oleh penaksir senior,


untuk golongan D, besarnya taksiran yaitu 5.050.000-10.000.000.
sedangkan untuk golongan E yaitu lebih dari 10.000.000.
D

3.    Pelunasan
Pelunasan dilakuakan dengan cara nasabah membayar pokok
pinjaman dan jasa simpanan sesuai dengan tarif yang telah ditentukan.
Macam-macam jenis pelunasan pada pegadaian syariah terdiri dari,
pelunasan penuh, ulang gadai, tebus sebagian. Namum pada dasarnya
nasabah dapat melunasi kewajibannya setiap waktu tanpa harus
menunggu waktu jatuh tempo. Setelah melakuakan pelunasan terhadap
kewajibannya nasabah dapat menganbil kembalai barang yang telah
diserahkan sebagai barang gadaian.

220 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


4.    Penjualan barang gadai
Penjualan barang gadai adalah uapaya pepengembalian uang
pinjaman beserta jasa simpanan yang tidak dilunasi sampai batas waktu
yang telah di tentukan. Penjualan barang gadaian dilakukan setelah
pemberitahuan dilakukan.
Apabila setelah dilakukan penjualan barang gadaian oeleh pihak
pegadaiaan ternyaata masih ada kelebihan uang, setelah dikurangi
dengan pinjaman dan biaya simpanan, maka kelebihan tadi dikembalikan
kepada pemilik barang gadaian atau nasabah. Namun apabila dalam
jangka waktu satu tahun tidak dilakukan pengambilan maka akan

Y
disalurkan kepada lembaga ZIZ.

5.    Pemanfaatan barang gadai


Dalam hal pemanfaatan barang gadaianoleh pihak pemegang barang
M
gadai, di antara ulama terdapat perebedaan pendapat.
Menurut ulam Mazhab Hanafi dan Hambali, penerima barang
gadaian boleh memanfaatkan barang gadai atas utang dengan seizing
dari pemilik barang tersebut, karena pemilik barang tersebut berhak
M
mengizinkan kepada siapa saja yang dikehendakiuntuk mengunakan
hak miliknya.
Menurut Imam Malaik dan Imam Syafi’I, manfaat dari barang
jaminan secara mutlak adalah hak dari yang menggadaikan barang,
demikian pula biaya pengurusan terhadap barang jaminan adalah
U

kewajiban dari yang menggadaikan barang.


Adapun ketentuan ketentuan operasional dari pegadaian syariah,
pihak pegadaian dilarang untuk memanfaatkan barang gadaian
D

sekalipun diizinkan olah pemilik barang. Hal ini dikarenakan, tindakan


pemanfatan barang gadaian adalah tak ubahnya qiradh, dan setiap qiradh
yang mengalir manfaat adalah riba.

k.  Tujuan dan Manfaat Pegadaian


Sifat usaha pegadaian pada prinsipnya menyediakan pelayanan bagi
kemanfaatan masyarakat umum dan sekaligus memupuk keuntungan
berdasarkan prinsip pengelolaan yang baik. Oleh karena itu Perum
Pegadaian bertujuan sebagai berikut.

Bab 17 | Pemasaran Syariah: Studi Kasus Pemasaran Pegadaian Syariah 221


• Turut melaksanakan dan menunjang pelaksanaan kebijaksanaan
dan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan
nasional pada umumnya melalui penyaluran uang pembiayaan/
pinjaman atas dasar hokum gadai.
• Pencegahan praktik ijon, pegadaian gelap, dan pinjaman tidak wajar
lainnya.
• Pemanfaatan gadai bebas bunga pada gadai syariah memiliki efek
jarring pengaman social karena masyarakat yang butuh dana
mendesak tidak lagi dijerat pinjaman/pembiayaan berbasis bunga.
• Membantu orang-orang yang membutuhkan pinjaman dengan

Y
syarat mudah.

Adapun manfaat pegadaian antara lain:


• Bagi nasabah: tersedianya dana dengan prosedur yang relative
M
lebih sederhana dan dalam waktu yang lebih cepat dibandingkan
dengan pembiayaan/kredit perbankan. Di samping itu, nasabah juga
mendapat manfaat penaksiran nilai suatu barang bergerak secara
profesional. Mendapatkan fasilitas penitipan barang bergerak yang
M
aman dan dapat dipercaya.
• Bagi perusahaan pegadaian:
1) Penghasilan yang bersumber dari sewa modal yang dibayarkan
oleh peminjam dana.
U

2) Penghasilan yang bersumber dari ongkos yang dibayarkan


oleh nasabah memperoleh jasa tertentu. Bagi bank syariah
yang mengeluarkan produk gadai syariah dapat mendapat
keuntungan dari pembebanan biaya administrasi dan biaya
D

sewa tempat penyimpanan emas.


3) Pelaksanaan misi perum pegadaian sebagai BUMN yang
bergerak di bidang pembiayaan berupa pemberian bantuan
kepada masyarakat yang memerlukan dana dengan prosedur
yang relative sederhana.
4) Berdasarkan PP No. 10 Tahun 1990, Laba yang diperoleh
digunakan untuk:
a. Dana pembangunan semesta (55%)
b. Cadangan umum (20%)

222 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


c. Cadangan tujuan (5%)
d. Dana social (20%)

3. Strategi Pemasaran Syariah pada Pengadaian


a. Prospek Pegadaian Syariah
Dengan asumsi bahwa pemerintah mengizinkan berdirinya perusahaan
gadai syariah maka yang dikehendaki adalah perusahaan yang cukup besar
yaitu yang mempunyai persyaratan dua kali modal disetor setara dengan
perusahaan asuransi (minimum dua kali lima belas milyar rupiah atau sama

Y
dengan tiga puluh milyar rupiah), maka untuk mendirikan perusahaan
seperti ini perlu pengkajian kelayakan usaha yang hati-hati dan aman.
Prospek suatu perusahaan secara relatif dapat dilihat dari suatu
analisis yang disebut SWOT atau dengan meneliti kekuatan (Strength),
M
kelemahannya (Weakness), peluangnya (Oportunity), dan ancamannya
(Threat), sebagai berikut.

1) Kekuatan (Strength) dari sistem gadai syariah


M
1. Dukungan umat Islam yang merupakan mayoritas penduduk.
Perusahaan gadai syariah telah lama menjadi dambaan umat
Islam di Indonesia, bahkan sejak masa Kebangkitan Nasional yang
pertama. Hal ini menunjukkan besarnya harapan dan dukungan
umat Islam terhadap adanya pegadaian syariah.  
U

2. Dukungan dari lembaga keuangan Islam di seluruh dunia


Adanya pegadaian syariah yang sesuai dengan prinsip-prinsip
syariah Islam adalah sangat penting untuk menghindarkan umat
D

Islam dari kemungkinan terjerumus kepada yang haram. Oleh


karena itu pada konferensi ke 2 Menteri-menteri Luar Negeri
negara muslim di seluruh dunia bulan Desember 1970 di Karachi,
Pakistan telah sepakat untuk pada tahap pertama mendirikan
Islamic Development Bank (IDB) yang dioperasikan sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah Islam.
3. Pemberian pinjaman lunak al-qardhul hassan dan pinjaman
mudharabah dengan sistem bagi hasil pada pegadaian syariah
sangat sesuai dengan kebutuhan pembangunan.

Bab 17 | Pemasaran Syariah: Studi Kasus Pemasaran Pegadaian Syariah 223


• Penyediaan pinjaman murah bebas bunga disebut al-
qardhul hassan adalah jenis pinjaman lunak yang diperlukan
masyarakat saat ini mengingat semakin tingginya tingkat bunga.
Penyetaraannya dengan perusahaan asuransi karena pada usaha
gadai tidak diperkenankan menghimpun dana masyarakat dalam
bentuk simpanan (giro, tabungan, deposito). Selain daripada
itu perusahaan asuransi juga memeberikan pinjaman kepada
pemegang polis dengan agunan polis.
• Penyediaan pinjaman mudharabah mendorong terjalinnya
kebersamaan antara pegadaian dan nasabahnya dalam

Y
menghadapi risiko usaha dan membagi keuntungan /kerugian
secara adil.
• Pada pinjaman mudharabah, pegadaian syariah dengan
sendirinya tidak akan membebani nasabahnya dengan biaya-
M
biaya tetap yang berada di luar jangkauannya. Nasabah hanya
diwajibkan membagihasil usahanya sesuai dengan perjanjian
yang telah ditetapkan sebelumnya. Bagi hasil kecil kalau
keuntungan usahanya kecil dan bagi hasil besar kalau hasil
M
usahanya besar.
•  Investasi yang dilakukan nasabah pinjaman mudharabah tidak
tergantung kepada tinggi rendahnya tingkat bunga karena
tidak ada biaya uang (biaya bunga pinjaman) yang harus
diperhitungkan.
U

• Pegadaian syariah bersifat mandiri dan tidak terpengaruh


secara langsung oleh gejolak moneter baik dalam negeri
maupun internasional karena kegiatan operasional bank ini
tidak menggunakan perangkat bunga.
D

Dengan mengenali kekuatan dari pegadaian syariah, maka


kewajiban kita semua untuk terus mengembangkan kekuatan yang
dimiliki perusahaan gadai dengan sistem ini. 

2) Kelemahan (weakness) dari sistem mudharabah


1) Berprasangka baik kepada semua nasabahnya dan berasumsi
bahwa semua orang yang terlibat dalam perjanjian bagi hasil
adalah jujur dapat menjadi bumerang karena pegadaian syariah
akan menjadi sasaran empuk bagi mereka yang beritikad tidak

224 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


baik. Contoh: Pinjaman mudharabah yang diberikan dengan
sistem bagi hasil akan sangat bergantung kepada kejujuran dan
itikad baik nasabahnya.
2) Bisa saja terjadi nasabah melaporkan keadaan usaha yang tidak
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Misalnya suatu usaha
yang untung dilaporkan rugi sehingga pegadaian tidak memperoleh
bagian laba.
3) Memerlukan perhitungan-perhitungan yang rumit terutama dalam
menghitung biaya yang dibolehkan dan bagian laba nasabah yang
kecil-kecil. Dengan demikian kemungkinan salah hitung setiap saat

Y
bisa terjadi sehingga diperlukan kecermatan yang lebih besar.
4) Karena membawa misi bagihasil yang adil, maka pegadaian syariah
lebi banyak memerlukan tenaga-tenaga profesional yang andal.
Kekeliruan dalam menilai kelayakan proyek yang akan dibiayai
M
dengan sistem bagi hasil mungkin akan membawa akibat yang lebih
berat daripada yang dihadapi dengan cara konvensional yang hasl
pendapatannya sudah tetap dari bunga.
5) Karena pegadaian syariah belum dioperasikan di Indonesia, maka
M
kemungkinan disana-sini masih diperlukan perangkat peraturan
pelaksanaan untuk pembinaan dan pengawasannya. Masalah adaptasi
sistem pembukuan dan akuntansi pegadaian syariah terhadap sistem
pembukuan dan akuntansi yang telah baku, tremasuk hal yang perlu
dibahas dan diperoleh kesepakatan bersama.
U

6) Dengan mengenali kelemahan-kelemahan ini maka adalah


kewajiban kita semua untuk memikirkan bagaimana mengatasinya
dan menemukan penangkalnya.
D

3) Peluang (Opportunity) dari Pegadaian Syariah 


Bagaimana peluang dapat didirikannya pegadaian syariah dan
kemungkinannya untuk tumbuh dan berkembang di Indonesia dapat
dilihat dari pelbagai pertimbangan yang membentuk peluang-peluang
di bawah ini:
1.    Peluang karena pertimbangan kepercayaan agama
• Adalah merupakan hal yang nyata didalam masyarakat
Indonesia khususnya yang beragama Islam, masih banyak
yang menganggap bahwa menerima dan/atau membayar

Bab 17 | Pemasaran Syariah: Studi Kasus Pemasaran Pegadaian Syariah 225


bunga adalah termasuk menghidup suburkan riba. Karena
riba dalam agama Islam jelas-jelas dilarang maka masih
banyak masyarakat Islam yang tidak mau memanfaatkan jasa
pegadaian yang telah ada sekarang.
• Meningkatnya kesadaran beragama yang merupakan hasil
pembagunan di sektor agama memperbanyak jumlah perorangan,
yayasan-yayasan, pondok-pondok pesantren, sekolah-sekolah
agama, masjid-masjid, baitul-mal, dan sebagainya yang belum
memanfaatkan jasa pegadaian yang sudah ada.
• Sistem pengenaan biaya uang/sewa modal dalam sistem

Y
pegadaian yang berlaku sekarang dikhawatirkan mengandung
unsur-unsur yang tidak sejalan dengan syariah Islam, yaitu
antara lain:
a. Biaya ditetapkan dimuka secara pasti (fixed), dianggap
M
mendahului takdir karena seolah-olah peminjam uang
dipastikan akan memperoleh keuntungan sehingga
mampu membayar pokok pinjaman dan bunganya pada
waktu yang telah ditetapkan (lihat surat Luqman ayat 34).
M
b. Biaya ditetapkan dalam bentuk prosentase (%) sehingga
apabila dipadukan dengan unsur ketidakpastian yang
dihadapi manusia, secara matematis dengan berjalannya
waktu akan bisa menjadikan utang berlipat ganda (lihat
surat Al-Imran ayat 130).
U

c. Memperdagangkan/menyewakan barang yang sama


dan sejenis (misalnya rupiah dengan rupiah yang masih
berlaku, dll) dengan memperoleh keuntungan/kelebihan
D

kualitas dan kuantitas, hukumnya adalah riba (lihat


terjemah Hadits Shahih Muslim oleh Ma’mur Daud, bab
Riba no. 1551 s/d 1567).
d. Membayar utang dengan lebih baik (yaitu diberikan
tambahan) seperti yang dicontohkan dalam Al-Hadits,
harus ada dasar sukarela dan inisiatifnya harus datang dari
yang punya utang pada waktu jatuh tempo, bukan karena
ditetapkan dimuka dan dalam jumlah yang pasti (fixed)
(periksa terjemah Hadis Shahih Muslim oleh Ma’mur
Daud, bab Riba no.1569 s/d 1572) 

226 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


Unsur-unsur yang dikhawatirkan tidak sejalan dengan syariat Islam
tersebut di ataslah yang ingin dihindari dalam mengelola pegadaian
syariah.
2. Adanya peluang ekonomi dari berkembangnya pegadaian syariah
• Selama Pronas (dulu, Repelita) diperlukan pembiayaan
pembangunan yang seluruhnya diperkirakan akan mencapai
jumlah yang sangat besar. Dari jumlah tersebut diharpkan
sebagian besar dapat disediakan dari tabungan dalam negeri
dan dari dana luar negeri sebagai pelengkap saja. Dari tabungan
dalam negeri diharapkan dapat dibentuk melalui tabungan

Y
pemerintah yang kemampuannya semakin kecil dibandingkan
melalui tabungan masyarakat yang melalui sektor perbankan
dan lembaga keuangan lainnya.
• Mengingat demikian besarnya peranan yang diharapkan dari
M
tabungan masyarakat melalui sektor perbankan maka perlu
dicarikan berbagai jalan dan peluang untuk mengerahkan dana
dari masyarakat. Pegadaian berfungsi mencairkan (dishoarding)
simpanan-simpanan berupa perhiasan dan barang tidak
M
produktif yang kemudian diinvestasikan melalui mekanisme
pinjaman mudharabah.
• Adanya pegadaian syariah yang telah disesuaikan agar tidak
menyimpang dari ketentuan yang berlaku akan memperkaya
khasanah lembaga keuangan di Indonesia. Iklim baru ini
U

akan menarik penanaman modal di sektor lembaga keuangan


khususnya IDB dan pemodal dari negara-negara penghasil
minyak di Timur Tengah.
D

• Konsep pegadaian syariah yang lebih mengutamakan kegiatan


produksi dan perdagangan serta kebersamaan dalam hal
investasi, menghadapi risiko usaha dan membagi hasil usaha,
akan memberikan sumbangan yang besar kepada perekonomian
Indonesia khususnya dalam menggiatkan investasi, penyediaan
kesempatan kerja, dan pemerataan pendapatan.

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa mengingat


pegadaian syariah adalah sesuai dengan prinsip-prinsip syariat Islam,
maka perusahaan gadai dengan sistem ini akan mempunyai segmentasi

Bab 17 | Pemasaran Syariah: Studi Kasus Pemasaran Pegadaian Syariah 227


dan pangsa pasar yang baik sekali di Indonesia. Dengan sedikit
modifikasi dan disesuaikan dengan ketentuan umum yang berlaku,
peluang untuk dapat dikembangkannya pegadaian syariah cukup besar. 

4) Ancaman (threat) dari pegadaian syariah


Ancaman yang paling berbahaya ialah apabila keinginan akan
adanya pegadaian syariah itu dianggap berkaitan dengan fanatisme
agama. Akan ada pihak-pihak yang akan menghalangi berkembangnya
pegadaian syariah ini semata-mata hanya karena tidak suka apabila
umat Islam bangkit dari keterbelakangan ekonominya. Mereka tidak
mau tahu bahwa pegadaian syariah itu jelas-jelas bermanfaat untuk

Y
semua orang tanpa pandang suku, agama, ras, dan adat istiadat. Isu
primordial, eksklusivisme atau sara mungkin akan ilontarkan untuk
mencegah berdirinya pegadaian syariah.
M
Ancaman berikutnya adalah dari mereka yang merasa terusik
kenikmatannya mengeruk kekayaan rakyat Indonesia yang sebagian
terbesar beragama Islam melalaui sistem bunga yang sudah ada.
Munculnya pegadaian syariah yang menuntut pemerataan pendapatan
yang lebih adil akan dirasakan oleh mereka sebagai ancaman terhadap
M
status quo yang telah dinikmatinya selama puluhan tahun. Isu tentang
ketidakcocokan dengan sistem internasional berlaku di seluruh dunia
mungkin akan dilontarkan untuk mencegah berkembangnya di tengah-
tengah mereka pegadaian syariah.
U

Dengan mengenali ancaman-ancaman terhadap dikembangkannya


pegadaian syariah ini maka diharapkan para cendekiawan muslim dapat
berjaga-jaga dan mengupayakan penangkalnya.
Dari analisis SWOT tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
D

pegadaian syariah mempunyai prospek yang cukup cerah, baik itu adalah
Perum Pegadaian yang telah mengoperasikan sistem syariah maupun
pegadaian syariah yang baru. Prospek ini akan lebih cerah lagi apabila
kelemahan (weakness) sistem mudharabah dapat dikurangi dan ancaman
(threat) dapat di atasi.

4. Studi Kasus pada Pegadaian Syariah


Perkembangan dunia pegadaian syariah di Indonesia juga
mengalami pertumbuhan yang signifikan. Jika perbankan syariah

228 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


mengalami pertumbuhan rata- rata 70% setiap tahunnya dan asuransi
syariah rata–rata 40%, pegadaian syariah mengalami pertumbuhan
rata–rata 30% setiap tahunnya.
Dalam perkembangannya, Pegadaian Syariah adalah unit syariah
dari perum pegadaian, suatu lembaga keuangan milik pemerintah
yang menjalankan usahanya dengan sistem gadai, Lembaga gadai ini
pertama kali didirikan di Sukabumi, Jawa Barat, pada 1 April 1901.
Nama perusahaannya adalah pegadaian, dengan Wolf Von Westerode
sebagai kepala pegadaian negeri pertama. Pada Masa itu, Pegadaian
didirikan untuk membantu masyarakat dari jeratan lintah darat melalui

Y
pemberian pinjaman dengan hukum gadai. Nama pegadaian ini, lalu
dijadikan sebagai merek dari lembaga keuangan ini.
Pada tahun 1901, pegadaian berubah status menjadi Perusahaan
Jawatan (perjan). Kemudian pada tahun 1928 berubah menjadi
M
perusahaan di bawah IBW. Selanjutnya, pada tahun 1960 berubah
menjadi Perusahaan Negara dan pada tahun 1969 berubah kembali
menjadi Perusahaan Jawatan (perjan). Pada tahun 1990 berubah status
menjadi Perusahaan Umum (perum), ditandai dengan lahirnya PP
M
10/1990 tanggal 10 April 1990 dan PP 103 tahun 2000. Saat ini, Perum
pegadaian merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
dalam lingkungan Kementerian BUMN.
Dengan menggunakan nama pegadaian, perum pegadaian adalah
satu-satunya perusahaan yang menggunakan sistem gadai. Lembaga
U

ini merupakan sarana pendanaan alternatif yang sudah ada sejak 100
tahun lalu dan sudah banyak dikenal masyarakat Indonesia, terutama di
kota-kota kecil. Kegiatan usahanya terutama untuk menyalurkan uang
pinjaman atas dasar hukum gadai serta menjalankan usaha lain seperti
D

penyaluran uang, pinjaman berdasarkan perjanjian fidusia, layanan jasa


titipan, sertifikasi uang logam dan batu adi, toko emas, industri emas,
dan usaha lainnya.
Lahirnya pegadaian syariah sebenarnya berawal dari hadirnya
fatwa MUI tanggal 16 Desember 2003 mengenai bunga Bank. Fatwa
ini memperkuat terbitnya PP 10/1990 yang menerangkan bahwa misi
yang diemban oleh pegadaian adalah untuk mencegah praktik riba. Dan
misi ini tidak berubah hingga diterbitkannya PP No 103/2000 yang
dijadikan landasan kegiatan usaha perum pegadaian hingga sekarang.

Bab 17 | Pemasaran Syariah: Studi Kasus Pemasaran Pegadaian Syariah 229


Secara operasional, konsep pegadaian syariah mengacu pada sistem
administrasi modern, yaitu asas rasionalitas, efisiensi, dan efektivitas
yang diselaraskan dengan nilai-nilai Islam dan berada dalam binaan
Divisi usaha lain perum pegadaian. Pegadaian syariah didirikan pada
tahun 2003 di Jakarta dengan nama unit layanan Gadai Syariah. Sampai
akhir Desember 2004, pegadaian syariah telah melakukan ekpansi
sehingga mempunyai 27 cabang yang tersebar di seluruh Indonesia,
yaitu di Medan, Padang, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogjakarta,
Surakarta, Surabaya, Makasar, Manado, dan Balikpapan.
Nasabah Pegadaian Syariah juga berasal dari berbagai kalangan,

Y
termasuk kalangan non-muslim. Pada awalnya Pegadaian Syariah
ditargetkan untuk konsumen muslim yang ingin bertransaksi sesuai
dengan prinsip syariah dan juga mementingkan rasionalitas dari
pelayanan yang diberikan. Sebagai catatat, selain pegadaian syariah,
M
pemain dalam bidang ini adalah perbankan syariah yang memiliki
produk gadai syariah atau disebut rahn, sebagai alternatif layanan
perbankan syariah.
Sampai saat ini, beberapa perbankan syariah juga menawarkan
M
produk gadai syariah antara lain; Bank Syariah Mandiri, Bank
Muamalat Indonesia, Bank Danamon Syariah, dan lain-lain. Namun,
dalam perjalanannya, pegadaian syariah tidak terlalu terpengaruh oleh
beroperasinya sistem gadai syariah pada perbankan syariah. Buktinya,
pegadaian syariah pada tahun 2004 mengalami pertumbuhan yang
U

signifikan dari segi omzet. Kenaikan tersebut adalah sebesar 123,84%


dari Rp19 miliar pada Desember 2003 menjadi Rp179,68 miliar pada
Desember 2004.
Kenaikan omzet yang sangat signifikan ini tidak hanya berasal dari
D

kontribusi cabang syariah saja, tetapi dari semua cabang syariah yang
dibuka tahun 2004. Hal yang menjadi kekuatan adalah karena merek
yang digunakan tetap pegadaian syariah, yang langsung mempunyai
asosiasi langsung dengan sistem gadai syariah. Selain itu, mereka
pun berusaha untuk melakukan sosialisasi secara langsung ke daerah-
daerah sesuai dengan target market-nya yang berasal dari segmen
masyarakat menengah ke bawah. Dengan tagline yang sederhana,
gampang dimengerti, dan sekaligus sangat kuat, “Mengatasi Masalah
Tanpa Masalah”, mereka berusaha mengkomunikasikan bahwa dengan

230 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


bertransaksi di pegadaian syariah akan menghindarkan masyarakat dari
segala masalah, sehingga mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat.
Berbagai cara dilakukan untuk proses sosialisasi, sperti menyebar
brosur, pamflet, poster, dan juga melakukan penyuluhan (terutama
untuk sosialisasi ke petani).
Seperti lembaga keuangan lainnya, perum pegadaian juga menyadari
pentingnya teknologi informasi dalam kegiatan operasional mereka. Hal
ini merupakan upaya mereka untuk selalu memberikan pelayanan yang
lebih cepat, lebih praktis, dan juga lebih mudah di akses.

Y
C. Latihan Soal
1. Jelaskan perbedaan Pegadaian Konvensianal dan Syariah?
2. Jelaskan Sistem dan Konsep Pemasaran Pegadaian Syariah?
M
3. Bagaimana perkembangan Pegadaian syariah sekarang di Indonesia,
Jelaskan Argumentasi anda?

DAFTAR PUSTAKA
M
Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahan, Lembaga Percetakan Al-Qur’an
Raja Fahd, 1418 H.
Budi santoso, Totok. Nuritomo. Bank dan Lembaga Keungan Lainya, Jakarta
U

Salemba Emapat. 2014.


Hermawan Kartajaya, Hermawan Kartajaya On Marketing, Gramedia,
Jakarta 2002.
Kamir, Bank & Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: RajaGrafindo
D

Persada, 2002.
Kasmir, pemasaran bank, edisi revisi, Jakarta: Kencana prenada media
group, 2008.
Muhammad Sula dan Hermawan Kertajaya. Syariah Marketing, Jakarta.
Mizan. 2005.
Zahra Laila, Strategi Pemasaran Produk Gadai Emas Syariah Perum Pegadaian
Syariah, Bogor: 2006.

Bab 17 | Pemasaran Syariah: Studi Kasus Pemasaran Pegadaian Syariah 231


Y
M
M
U
D

[Halaman ini sengaja dikosongkan]


BAB 18
PEMASARAN SYARIAH: STUDI
KASUS PEMASARAN INVESTASI
SYARIAH PADA BATASA CAPITAL
Mata Kuliah Pemasaran Syariah
Dosen Pengampu: Wiwik Hasbiyah AN, S.H.I., M.A.

Y
A. Tujuan Pembelajaran
M
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai Pengertian, Tujuan
Pemasaran Syariah pada Investasi syariah Melalui Risetasi, Anda harus
M
mampu:
1. Menjelaskan pengertian dan tujuan Investasi syariah
2. Menjelaskan norma dan etika Investasi syariah
U

3. Menjelaskan Instrumen-instrumen dalam Investasi syariah


4. Stratrgi Pemasaran syariah pada investasi Syariah
5. Penerapan pemasaran syariah Studi Kasus Batasa Capital
D

B. Uraian Materi
Produk investasi syariah seperti reksadana dan saham memiliki
prospek cerah. Setidaknya hal itu bisa dilihat dari beberapa data
yang ada. Menyangkut kinerja portofolio saham syariah, berdasarkan
penelitian yang dilakukan Farida Rachmawati (2002) kinerja portofolio
saham syariah memiliki prospek yang tidak mengecewakan. Selama
tahun 2001-2002, kinerja portofolio saham syariah tengah mengungguli
kinerja saham konvensional untuk kriteria Sharpe Index dan Treynor

233
Index. Portofolio saham konvensional hanya unggul pada pengukuran
dengan Jenshen’s Alpha. Dalam hal ini portofolio saham syariah unggul
pada kriteria return dan risk (level total risiko dan risiko pasar).
Hasil penelitian tersebut juga menunjukkan proses screening
berdasarkan syariah memberikan pengaruh positif terhadap kinerja
portofolio saham syariah. Dari penelitian terlihat, kinerja portofolio
22 saham syariah mampu mengungguli kinerja 23 saham konvensional
selama periode 2001-2002.

1. Pengertian dan Tujuan Investasi

Y
Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana
pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa
mendatang. Kata investasi merupakan kata adopsi dari bahasa inggris,

M
yaitu investment. Kata invest sebagai kata dasar dari investment
memiliki arti menanam. Dalam kamus istilah Pasar Modal dan keuangan
kata invesment diartikan sebagai penanaman uang atau modal dalam
suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan.
Sedangkan dalam kamus Lengkap Ekonomi, Investasi didefinisikan
M
sebagai saham penukaran uang dengan bentuk-bentuk kekayaan lain
seperti saham atau harta tidak bergerak yang di harapkan dapat di tahan
selama periode waktu tertentu supaya menghasilkan pendapatan.
Secara umum investasi berarti penundaan konsumsi saat ini untuk
U

konsumsi di masa yang akan datang. Dengan pengertian bahwa investasi


adalah menempatkan modal atau dana pada suatu asset yang diharapkan
akan memberikan hasil atau akan meningkatkan nilainya di masa yang
akan datang. Dari sini, investasi berarti diawali dengan mengorbankan
D

potensi konsumsi saat ini untuk mendapatkan peluang yang lebih baik
atau besar di masa yang akan datang.
Berikut karakteristik investasi:
1. Modal sebagai penentu keputusan
2. Waktu yang tepat untuk mengambil keputusan

Karena investasi adalah hubungan keputusan pada pilihan keuangan


atas modal/dana dengan waktu.

234 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


Macam-macam Investasi
Investasi secara umum dapat dibagi menjadi dua macam:  
1. Real Investment
Real investment adalah investasi yang berhubungan dengan bisnis
di sektor riil. Di mana aspek ini lebih didominasi oleh industri
perbankan.
2. Financial Investment
Sementara Financial Investment adalah investasi yang dilakukan
pada aspek keuangan, seperti obligasi, saham, reksadana, dan pasar

Y
modal.

Konsep Dasar Investasi


 Sementara itu konsep dasar investasi adalah hal-hal berikut ini.
1. Pengaruh Waktu dan Pilihan

M
Hasil investasi merupakan akibat dari pilihan investasi atau jenis
atas modal yang diinvestasikan dan jangka waktu investasinya.
2. Prinsip Compounding
M
Compounding adalah menempatkan kembali hasil investasi ke dalam
pokok untuk mendapatkan hasil ganda.
3. Risk – Return Trade Off
U

Keuntungan dari cash flows dan atau hasil penjualan harta atau
aset investasi adalah merupakan hasil investasi. Di mana risikonya
terletak pada deviasi antara hasil yang diharapkan dengan kenyataan
yang terjadi. Hal inilah yang kemudian menjadikan konsep dasar
D

investasi. Yaitu semakin tinggi keuntungan berarti semakin tinggi


risiko yang mungkin akan dihadapi. Yang menjadikan investasi
harus menentukan langkah memaksimalkan keuntungan dengan
menekan risiko serendah-rendahnya.
4. Pilihan yang Rasional
Dalam menentukan pilihan rasional seorang investor harus mencari
hasil terbaik dengan risiko terendah.

Bab 18 | Pemasaran Syariah: Studi Kasus Pemasaran Investasi Syariah 235


5. Diversifikasi
Pemikiran ini didasarkan pada prinsip peluang bisnis, yang
menjelaskan bahwa setiap usaha mempunyai peluang bisnis yang
berbeda-beda.
6. Waktu Investasi
Penentuan waktu investasi adalah elemen yang paling kritis
terhadap keberhasilan investasi.

Praktik penentuan waktu ada beberapa teori:


a. Waktu memulai investasi

Y
b. Masa investasi
c. Waktu mengalihkan investasi

M
Strategi mengatasi permasalahan waktu adalah dengan melakukan
investasi secara berkala dengan nilai tertentu.

Investasi dalam Perspektif Islam


Investasi merupakan bentuk aktif dari ekonomi syariah. Sebab
M
setiap harta ada zakatnya, jika harta tersebut didiamkan maka lambat
laun akan termakan oleh zakatnya. Salah satu hikmah dari zakat ini
adalah mendorong untuk setiap muslim menginvestasikan hartanya.
Harta yang diinvestasikan tidak akan termakan oleh zakat, kecuali
keuntungannya saja.
U

Dalam investasi kita mengenal harga. Harga adalah nilai jual atau
beli dari sesuatu yang diperdagangkan. Selisih harga beli terhadap
harga jual disebut profit margin. Harga terbentuk setelah terjadinya
D

mekanisme pasar.
Suatu pernyataan penting yang disampaikan oleh seorang ulama
besar al-Ghozali adalah keuntungan merupakan kompensasi dari
kepayahan perjalanan, risiko bisnis dan ancaman keselamatan diri
pengusaha. Sehingga sangat wajar seseorang memperoleh keuntungan
yang merupakan kompensasi dari risiko yang ditanggungnya.
Ibnu Taimiah berpendapat bahwa penawaran bisa datang dari
produk domestik dan impor. Perubahan dalam penawaran digambarkan
sebagai peningkatan atau penurunan dalam jumlah barang yang

236 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


ditawarkan, sedangkan permintaan sangat ditentukan harapan dan
pendapatan. Besar kecilnya kenaikan harga tergantung besarnya
perubahan penawaran dan atau permintaan. Bila seluruh transaksi
sudah sesuai dengan aturan, kenaikan harga yang terjadi merupakan
kehendak Allah Swt.
Dalam Islam investasi merupakan bentuk aktif dari ekonomi
syariah. Sebab setiap harta ada zakatnya, jika harta tersebut didiamkan
maka lambat laun akan termakan oleh zakatnya. Salah satu hikmah dari
zakat ini adalah mendorong untuk setiap muslim menginvestasikan
hartanya. Harta yang diinvestasikan tidak akan termakan oleh zakat,

Y
kecuali keuntungannya saja. Dalam investasi mengenal harga. Harga
adalah nilai jual atau beli dari sesuatu yang diperdagangkan. Selisih
harga beli terhadap harga jual disebut profit margin. Harga terbentuk
setelah terjadinya mekanisme pasar.
M
Maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud investasi dalam
Islam adalah melakukan usaha secara aktif terhadap harta atau sumber
daya yang ia miliki melalui cara-cara yang sesuai dengan prinsip syariah.
Penanaman modal merupakan langkah awal kegiatan produksi.
M
Dengan posisi semacam itu, investasi pada hakekatnya juga merupakan
langkah awal pembangunan kegiatan ekonomi. Dinamika penanaman
modal memengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi dan
mencerminkan marak lesunya pembangunan.
Sedangkan tujuan investasi adalah mendapatkan sejumlah
U

pendapatan keuntungan. Dalam konteks perekonomian, menurut


Tandelilin (2001) ada beberapa motif mengapa seseorang melakukan
investasi, antara lain adalah:
D

a) Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa yang akan


datang.
b) Mengurangi tekanan inflasi.
c) Sebagai usaha untuk menghemat pajak.

2. Etika dan Norma dalam Investasi Syariah


Prinsip dasar Investasi atau bisnis yang dilakukan seseorang dalam
Islam, motivasinya sangatlah didominasi tujuan yang antara lain adalah:

Bab 18 | Pemasaran Syariah: Studi Kasus Pemasaran Investasi Syariah 237


a. Bertujuan mencari ridha Allah
b. Plesure of Allah (kebahagiaan)
c. Mercy of Allah (Mencari Rahmat Allah)
d. Memperoleh Pahala dari Allah dan Niat Berdimensi Dunia Akhirat

Dengan menjalankan bisnis didasari motivasi bisnis dalam Islam


di atas maka tentunya seorang pebisnis Islam tentu akan menjalankan
bisnisnya sesuai dengan prinsip-prinsip Islam dalam muamalah yang
di antaranya adalah:
1. Tidak mencari rizki pada hal yang haram, baik dari segi zatnya

Y
maupun cara mendapatkannya, serta tidak menggunakannya untuk
hal-hal yang haram.
2. Tidak mendzalimi dan tidak didzalimi.
M
3. Keadilan pendistribusian kemakmuran.
4. Transaksi dilakukan atas dasar ridha sama ridha.
5. Tidak ada unsur riba, maysir (perjudian/spekulasi), dan gharar
(ketidakjelasan/samar-samar).
M
6. Manajemen yang diterapkan adalah manajemen islami yang tidak
mengandung unsur dan menghormati hak asasi manusia serta
menjaga kelestarian lingkungan hidup.

Menurut Islam harta pada hakekatnya adalah milik Allah. Namun


U

karena Allah telah menyerahkan kekuasaan-Nya tersebut kepada


manusia, maka perolehan seseorang terhadap harta itu sama dengan
kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk memanfaatkan serta
mengembangkan harta, maka esensinya dia memiliki harta tersebut
D

hanya untuk dimanfaatkan. Dengan demikian, mengelola harta dalam


pandangan Islam sama dengan mengelola dan memanfaatkan zat benda.
Harta sebagai perantara manusia dalam kehidupan manusia dalam
kehidupan manusia. Manusia harus bekerja untuk mendapatkannya,
tanpa menimbulkan penderitaan pada pihak lain.
Firman Allah:

“Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, Maka berjalanlah
di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. dan hanya

238 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan. (QS Al-Mulk:15).”

Berdasarkan penjelasan dan dalil-dalil di atas, dapat kita simpilkan


bahwa harta yang kita miliki seyogyanya hanyalah titipan.Oleh karena
itu, dalam penggunaannya, haruslah diputar dalam sector industri di
mana dalam hal ini dimaksudkan utuk diinvestassikan.

3. Menjelaskan Instrumen-instrumen dalam Investasi Syariah


Investasi yang aman secara duniawi belum tentu aman secara
akhiratnya. Maksudnya investasi yang sangan menguntungkan

Y
sekalipun dan tidak melanggar hukum positif yang berlaku, belum
tentu aman kalau dilihat dari sisi syariat Islam. Investasi hanya dapat
dilakukan pada instrumen keuangan yang sesuai  dengan syariat Islam
dan tidak mengandung riba. Untuk sistem perekonomian di Indonesia
M
pada saat ini, berdasarkan UU pasar modal hanya meliputi beberapa
hal, yaitu instrumen saham yang sudah melalui penawaran umum dan
pembagian dividen berdasarkan pada tingkat laba usaha, penempatan
dalam deposito pada bank umum syariah, surat utang jangka panjang,
baik berupa obligasi maupun surat utang jangka pendek yang telah lazim
M
diperdagangkan di antara lembaga keuangan syariah yaitu termasuk jual
beli utang dengan segala kontroversinya.
Dalam hal menerbitkan saham maupun melakukan investasi, OIC
Academy menyetujui perusahaan saham selama mereka tidak didirikan
U

untuk tujuan yang tidak sah secara Islam (diharamkan), seperti


produksi minuman keras. Hal ini menunjukkan bahwa dalam investasi
bisnis syariah ada beberapa kriteria tertentu agar suatu investasi dapat
diperbolehkan, misalnya apakah sekuritas tersebut memuat presentase
D

tertentu aktivanya. Apakah pendapatan dari bunga yang mereka terima


di bawah prosentasi tertentu  dari seluruh pendapatannya, dan apakah
sekuritas tersebut di investasikan pada kegiatan yang dilarang seperti
perjudian, produksi miniman keras, daging babi dan lain-lain.
Singkatnya, pilihan investasi yang dapat dikatakan sesuai dengan
prinsip syariah di antaranya adalah:

1. Tabungan Bagi Hasil (Mudharabah)


Tabungan bagi hasil adalah tabungan yang berdasarkan prinsip
mudharabah mutlaqah. Dalam hal ini bank syariah mengelola dana yang

Bab 18 | Pemasaran Syariah: Studi Kasus Pemasaran Investasi Syariah 239


diinvestasikan oleh penabung secara produktif, menguntungkan dan
memenuhi prinsip-prinsip syariah Islam. Hasil keuntungannya akan
dibagikan kepada penabung dan bank, sesuai perbandingan bagi hasil
atau nisbah yang disepakati bersama.

2. Deposito Bagi Hasil (Mudharabah)


Deposito Bagi Hasil merupakan produk investasi jangka waktu
tertentu. Nasabahnya bisa perorangan maupun badan. Produk ini
menggunakan prinsip mudharabah muthlaqah. Dengan prinsip ini bank
akan mengelola dana yang diinvestasikan nasabah secara produktif,
menguntungkan dan memenuhi prinsip-prinsip hukum Islam. Hasil

Y
keuntungannya akan dibagikan kepada nasabah dan bank sesuai nisbah
yang disepakati bersama sebelumnya.

3. Investasi Khusus (Mudharabah Muqayyadah)


M
Investasi khusus adalah suatu bentuk investasi nasabah yang
disalurkan langsung kepada pembiayaan tertentu sesuai dengan
keinginan nasabah. Perbandingan atau nisbah bagi hasil yang ditetapkan
berdasarkan kesepatan antara bank, nasabah serta penasihat keuangan
M
jika diperlukan (dapat dinegosiasikan). Dana akan diinvestasikan kepada
sektor riil yang menguntungkan sesuai keinginan nasabah.

4. Investasi Saham Sesuai Syariah di Pasar Modal


Salah satu bentuk investasi yang sesuai dengan syariah adalah
U

membeli saham perusahaan, baik perusahaan non publik (private


equity) maupun perusahaan publik/terbuka. Cara paling mudah dalam
melakukan investasi saham sesuai syariah di BEJ adalah memilih dan
membeli jenis saham-saham yang dimasukkan dalam Jakarta Islamic
D

Index (JII).

5. Reksadana Syariah
Dalam reksadana konvensional, pengaturan atau penempatan
portofolio investasi hanya menggunakan pertimbangan tingkat
keuntungan. Sedangkan reksadana syariah selain mempertimbangkan
tingkat keuntungan juga harus mempertimbangkan kehalalan suatu
produk keuangan. Sebagai contoh bila reksadana syariah ingin
menempatkan salah satu jenis investasinya dalam saham, maka saham
yang dibeli tersebut harus termasuk perusahaan yang sudah dibolehkan

240 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


secara syariah. Lebih mudahnya sudah termasuk dalam jenis saham
yang ada dalam daftar JII (Jakarta Islamic Index). Demikian juga
jenis investasi lainnya seperti obligasi, harus yang menganut sistem
syariah. Manajer investasi reksadana syariah harus memahami investasi
dan mampu melakukan kegiatan pengelolan yang sesuai dengan syariah.
Untuk itu diperlukan adanya panduan mengenai norma-norma yang
harus dipenuhi Manajer Investasi agar investasi dan hasilnya tidak
melanggar ketentuan syariah, termasuk ketentuan yang berkaitan
dengan praktik riba, gharar dan maysir. Dalam praktik syariah maka
Manajer Investasi bertindak sesuai dengan perjanjian atau aqad wakalah.
Manajer investasi akan menjadi wakil dari investor untuk kepentingan

Y
dan atas nama investor. Sebagai bukti penyertaan dalam reksadana
syariah maka investor akan mendapat unit penyertaan dari reksadana
syariah.
M
4. Pemasaran Syariah pada Investasi Syariah
a. Pengertian strategi
Ada beberapa definisi strategi yang dikemukakan oleh para ahli,
M
berikut beberapa definisi dari para ahli tersebut:
1) Menurut Benyamin Molan, strategi adalah program luas untuk
menentukan dan mencapai tujuan organisasi, tanggapan organisasi
pada lingkungannya sepanjang waktu.
U

2) Menurut Prof Onong Uchyana Effendi, MA. Strategi pada


hakekatnya (planning dan menejemen untuk mencapai tujuan
tersebut. Strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya
Benyamin Molan, memberi arah saja, melainkan harus mampu
D

menunjukan bagaimana taktik oprasionalnya.

b. Pengertian pemasaran
Beberapa pengertian pemasaran oleh beberapa para ahli, antara lain:
1) Menurut William J. Staton pemasaran adalah suatu sistem
keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk
merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan
mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan
baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.

Bab 18 | Pemasaran Syariah: Studi Kasus Pemasaran Investasi Syariah 241


2) Menurut Philip Kotler, pemasaran adalah suatu proses dan
manajerial yang didalamnya individu dan kelompok untuk
mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui
penciptaan, penawaran, dan pertukaran produk dan nilai.

c. Strategi pemasaran
Menurut Nugroho J. Setiadi, strategi pemasaran (marketing strategi)
adalah suatu rencana yang didesain untuk memengaruhi pertukaran
dalam mencapai tujuan organisasi. pemasaran adalah pengambilan
keputusan-keputusan tentang biaya pemasaran, bauran pemasaran,

Y
alokasi pemasaran dalam hubungan dengan keadaan lingkungan yang
diharapkan dan kondisi persaingan. Dalam strategi pemasaran, ada dua
faktor utama yang menyebabkan terjadinya perubahan strategi dalam
pemasaran yaitu:
M
1) Daur hidup produk, Strategi harus disesuaikan dengan tahap-tahap
daur hidup, yaitu tahap perkenalan, tahap pertumbuhan, tahap
kedewasaan dan tahap kemunduran.
2) Posisi persaingan perusahaan di pasar Strategi pemasaran harus
M
disesuaikan dengan posisi perusahaan dalam persaingan, apakah
memimpin, menantang, mengikuti atau hanya mengambil sebagian
kecil dari pasar

d. Pemasaran perusahaan berbasis syariah


U

Syariah berasal dari kata ayara’a al syai’a yang berarti menerangkan


atau menjelaskan sesuatu. Atau berasal dari kata syir’ah yang berarti
suatu tempat yang dijadikan sarana untuk mengambil air secara
D

langsung sehingga orang yang mengambilnya tidak memerlukan


bantuan alat lain.
Pengertian syariah sendiri menurut pandangan Islam amatlah
luas dan komperehensif. Di dalamnya mengandung makna mengatur
seluruh aspek kehidupan, mulai dari aspek hubungan manusia dengan
Tuhannya, aspek keluarga, aspek bisnis, aspek hukum dan peradilan
hingga ke aspek ekonomi. Sementara tujuan pemasaran dalam islam
yang terutama adalah mencari keberkahannya.

242 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


Pemasaran sendiri adalah salah satu bentuk muamalah yang
dibenarkan dalam Islam, sepanjang segala proses transaksinya
terpelihara dari hal-hal yang terlarang oleh ketentuan syariah.
Oleh karena itu syariah marketing merupakan sebuah disiplin
bisnis strategis yang mengarahkan proses pencitraan, penawaran, dan
perubahan value dari suatu inisiator kepada stakeholders-nya, yang dalam
seluruh prosesnya mengandung akad dan prinsip-prinsip muamalah
dalam Islam.
Sepanjang hal tersebut dapat dijamin dan penyimpangan prinsip-
prinsip muamalah islami tidak terjadi dalam suatu transaksi atau dalam

Y
prosses suatu bisnis, maka semua bentuk transaksi apa pun dalam
pemasaran dibolehkan.
Pemasaran menurut perspektif syariah adalah segala aktivitas
yang dijalankan dalam kegiatan bisnis berbentuk kegiatan penciptaan
M
nilai (value creating activities) yang memungkinkan siapa pun yang
melakukannya bertumbuh serta mendayagunakan kemanfaatannya yang
dilandasi atas kejujuran,keadilan,keterbukaan,dan keikhlasan sesuai
dengan proses yang berprinsip pada akad bermuamalah islami atau
M
perjanjian transaksi bisnis dalam Islam.
Kotler (1997) mendefinisikan pemasaran adalah suatu proses sosial
dan manajerial yang didalamnya terdiri dari individu dan kelompok
dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan
menciptakan,menawarkan,dan mempetukarkan produk yang bernilai
U

dengan pihak lain.


Pemasaran dalam fiqih Islam disebut wakalah atau perwakilan.
Wakalah atau wikalah yang berarti penyerahan,pendelegasian,atau
D

pemberian mandat.atau didefinisikan sebagai penyerahan dari seseorang


(pihak pertama) dan dapat diwakilkannya kepada yang lain (pihak
kedua) untuk melakukannya semasa Ia (pihak pertama) masih hidup.
Beberapa hal terkait dengan wakalah dalam Islam antara lain:
a. landasan hukum pemasaran (wakalah)
1. landasan hukum wakalah berdasarkan Al-qur’an (surat An-
Nisaa: 35), (Al-Baqarah: 283) dan (Al-Maidah: 2)
2. landasan berdasarkan hadis Nabi.

Bab 18 | Pemasaran Syariah: Studi Kasus Pemasaran Investasi Syariah 243


3. landasan ijma atau mufakat adalah sunnah.
4. landasan fiqih adalah segala sesuatu muamalah boleh dilakukan
selama tidak ada  suatu dalil yang mengharamkannya.
b. Rukun Wakalah
1. adanya penjual dan pembeli.
2.  adanya produk/jasa yang diperjualbelikan.
3. adanya ijab dan qabul.
c. kegiatan yang dilarang dalam mencari keuntungan
1. Menipu dan menyembunyikan cacat dan segala bentuk

Y
kelemahan dari suatu  produk atau jasa yang akan dijual.
2. Memanfaatkan keadaan dan kondisi orang yang tampak sangat
membutuhkan
M
3. Tidak memenuhi syarat-syarat dari suatu perjanjian.

5. Studi Kasus Investasi Syariah


M
Batasan Capital
Perkembangan yang pesat dalam industry keuangan syariah,
khususnya perbankan dan asuransi, juga membawa dampak pada
perkembangan instrument keuangan lainnya, contohnya adalah
pengelolaan instrument fund dan investasi yang berupa reksadana
U

syariah dan obligasi syariah yang baru sejak tahun 2000 ada di Indonesia.
Pada akhir 2002 (November) muncul obligasi syariah dari Indosat,
dan sejak saat itulah obligasi-obligasi syariah bermunculan dan menjadi
D

sarana alternatif untuk berinvestasi. Saat ini (akhir 2005), ada 16


obligasi syariah dengan total nilai sebesar Rp2,009 triliun.
Sedangkan perkembangan reksadana, pada tahun 2000 baru ada
dua perusahaan yang mengeluarkan reksadana syariah, yaitu PNM dan
Danareksa. Namun, sejak 2003, pertumbuhan reksadana sangat pesat.
Pada tahun 2005, pengelola reksadana syariah sudah lebih dari lima
perusahaan, taitu PNM, Danareksa, Bhakti Asset Management, AAA,
BNI Sekuritas, Batasa (BTS) Capital, dan lain-lain.

244 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


BTS Capital sendiri berdiri pada tahun 2001 sebagai perusahaan
yang bergerak di bidang asset management untuk produk konvensional.
Pada tahun 2003 Batasa Capital mengeluarkan produk fund management
yang langsung berupa fund syariah.
Perkembangan produk-produk syariah kemudian meningkat pesat.
Pada tahun 2005, dana kelolaan BTS Capital sudah mencapai Rp150
miliar, sebuah prestasi yang tentu sangat luar biasa karena dicapai
hanya dalam waktu dua tahun. Hal ini antara lain karena pengaruh dari
keluarnya fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) menganai bunga bank
yang haram sehingga membawa dampak positif bagi perkembangan

Y
reksadana syariah juga. BTS pun fokus pada fund management syariah
sehingga mempunyai nilai lebih dibandingkan dengan PNM yang
menggunakan instrumen campuran dengan saham dan juga Danareksa
yang hanya bermain di saham.
M
Untuk reksadana, perkembangan teknologi informasi (TI) tidak
terlalu berpengaruh karena sebenarnya penggunaan TI ini sama saja,
baik pada produk konvensional maupun syariah. Mungkin juga karena
belum tersedianya perangkat lunak yang telah disesuaikan (customized)
M
dengan reksadana syariah di Indonesia. Saat ini, perusahaan-perusahaan
perangkat lunak yang ada baru mengembangkan TI untuk dunia
perbankan syariah karena memang perhitungan di bank syariah jauh
berbeda dengan bank konvensional dan juga memang diwajibkan oleh
bank Indonesia. Untuk reksadana, sementara ini ada pengelola yang
U

menentukan accrued interest di awal dengan adanya indikasi yang tentunya


diterangkan terlebih dahulu kepada nasabah, tetapi akan dijustifikasi
begitu pendapatan riil tercapai. Ada juga pengelola yang belum
menentukan accrued interest menunggu sampai tercapainya pendapatan
D

riil. Perbedaan ini wajar, karena industri reksadana syariah masih relatif
baru sehingga membutuhkan pembelajaran terlebih dahulu.
Pada mid 2003 ketika reksadana Batasa Syariah diluncurkan,
masyarakat tertarik untuk berinvestasi di produk syariah karena adanya
faktor fatwa MUI tadi. Namun, lama kelamaan, selain karena fatwa MUI,
konsumen menjadi tertarik berinvestasi pada reksadaana syariah ini
karena faktor return-nya yang cukup memikat. Hal ini terlihat dari profil
konsumen BTS Capital saat ini, yang separuhnya adalah non-muslim.
Mereka mengetahui bahwa instrumen syariah ini memberikan return

Bab 18 | Pemasaran Syariah: Studi Kasus Pemasaran Investasi Syariah 245


lebih tinggi dibandingkan dengan instrumen reksadana konvensional.
Memang, saat ini return dari reksadana syariah lebih tinggi
dibandingkan reksadana konvensional. Sebagai perbandingan, return
pendapatan tetap konvensional saat ini sebesar 10-11%, sedangkan
reksadana syariah bisa mencapai 12-13%. Hal ini karena instrumen
syariah memakai skema bagi hasil sehingga dapat memberikan rerurn
yang lebih tinggi. Bahkan, pemegang obligasi syariah Indosat dapat
menerima return sampai 22% dengan sistem bagi hasil.
Pengaruh lainnya adalah terjadinya redemption besar-besaran
reksadana yang terjadi pada pertengahan 2005 karena diterapkannya

Y
sistem market-to market. Redemption ini tidak berpengaruh pada reksadana
syariah karena jika ingin mencairkan dana, harus dengan cara menjual
reksadana syariah tersebut terlebih dahulu, dan benchmark reksadana
syariah bukanlah Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
M
Hal-hal tersebut membawa migrasi besar-besaran dari asabah
reksadana konvensional ke reksadana syariah. Selain return nya lebih
besar, risiko juga lebih kecil. Berdasarkan keterangan dari Agus
Syabaruddin, kepala Divisi Pengembangan Produk Bank Syariah Mandiri
M
(BSM), setiap harinya ada migrasi dari reksadana konvensional ke
reksadana syariah sebesar Rp200-Rp500 juta.
Faktor lainnya yang mendukung perkembangan reksadana syariah
adalah tidak adanya trader atau spekulan untuk obligasi syariah.
Sebagian besar nasabah memang memegang obligasi syariah untuk
U

berinvestasi. Bank-bank syariah sendiri sudah mengawasi dengan


ketat investasi obligasi syariah dan reksadana syariah. Pemasarannnya
sendiri menggunakan metode, yaitu melalui selling agent dari bank-bank
syariah ataupun asuransi syariah, dan melalui tenaga penjualan sendiri
D

walaupun tidak terlalu besar. Selama ini, komunikasi dengan nasabah


langsung ditangani oleh para agen yang tersebar di bank-bank syariah,
seperti para financial advisor bank-bank tersebut. Sosialisasinya pun
dilakukan secara bersama-sama, baik dengan agen-agen yang ada di
bank syariah maupun asuransi syariah, dan juga para pemain lainnya.
Kerja sama dengan para pesaing (co-operation) ini perlu dilakukan untuk
edukasi konsumen karena pasar reksadana syariah ini memang relatif
masih baru.

246 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


C. Latihan Soal
1. Jelaskan instrumen-instrumen investasi syariah di Pasar modal?
2. Jelaskan Kriteria efek-efek syariah menurut Dewan Syariah Nasional
dan bagaimana perbedaannya dengan efek konvensional?
3. Jelaskan Prinsip prinsip pemasaran syariah dan Bagaimana cara
Mengimplementasikan pada budaya kerja?

DAFTAR PUSTAKA

Y
Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahan, Lembaga Percetakan Al-Qur’an
Raja Fahd, 1418 H.

Media Group: 2009.


M
Andri soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Kencana Prenada

Budi santoso, Totok. Nuritomo. Bank dan Lembaga Keungan Lainya, Jakarta
Salemba Emapat. 2014.
M
Didin Hafidhuddin, Islam aplikatif (gema insani press, 2003).
Hermawan Kartajaya, Hermawan Kartajaya On Marketing, Gramedia,
Jakarta 2002.
Kasmir, Pemasaran Bank, edisi revisi, Jakarta: Kencana prenada media
U

group, 2008.
Muhammad Sula dan Hermawan Kertajaya. Syariah Marketing, Jakarta.
Mizan. 2005.
Tempo Interasktif, Jakarta., Sabtu, 30 April 2005.
D

Wawancara dengan libra utama manajer asset management division


BTS capital.

Bab 18 | Pemasaran Syariah: Studi Kasus Pemasaran Investasi Syariah 247


Y
M
M
U
D

[Halaman ini sengaja dikosongkan]


GLOSARIUM

Y
M
‘Iwad : Merupakan equivalent countervalue yang berupa risiko
(Ghurmi),kerja dan usaha (Kasb), dan tanggung jawab (Daman).
Akad : (ikatan, keputusan, atau penguatan) atau perjanjian atau
M
kesepakatan atau transaksi dapat diartikan sebagai komitmenyang
terbingkai dengan nilai-nilai Syariah. Dalam istilah Fiqih,secara
umum akad berarti sesuatu yang menjadi tekad seseorang
untuk melaksanakan, baik yang muncul dari satu pihak, seperti
wakaf, talak, dan sumpah, maupun yang muncul dari dua pihak,
U

seperti jual beli, sewa, wakalah, dan gadai. Secara khusus akad
berarti keterkaitan antara ijab (pernyataan penawaran/pemindahan
kepemilikan) dan qabul (pernyataan penerimaan kepemilikan)
dalam lingkup yang disyariatkan danberpengaruh pada sesuatu.
D

Bai’ al-Dayn : Akad jual beli ketika yang diperjual belikan adalah
Dayn atau utang. Dayn dapat diperjual belikan dengan harga
yang sama,tetapi sebagian besar ulama Fiqih (Fuqaha) sepakat
bahwa jual beli Dayn atau utang dengan diskon tidak dibolehkan
secaraSyariah.
Bai’ al-Inah : Akad jual beli ketika penjual menjual asetnya kepada
pembeli dengan janji untuk dibeli kembali (sale and buy back)
dengan pihak yang sama. Bai’ al-Inah adalah penjualan tunai
(cash sale)dilanjutkan dengan pembelian kembali dengan tangguh

249
(deferredpayment sale/BBA). Sebagian besar ulama Fiqih sepakat
bahwaBai’ al-Inah tidak dibolehkan secara Syariah, kecuali madzhab
Syafi’i dan Zahiri.
‘Iwad : Merupakan equivalent countervalue yang berupa risiko
(Ghurmi),kerja dan usaha (Kasb), dan tanggung jawab (Daman).
Akad : (ikatan, keputusan, atau penguatan) atau perjanjian
ataukesepakatan atau transaksi dapat diartikan sebagai komitmenyang
terbingkai dengan nilai-nilai Syariah. Dalam istilah Fiqih,secara
umum akad berarti sesuatu yang menjadi tekad seseoranguntuk
melaksanakan, baik yang muncul dari satu pihak, sepertiwakaf,

Y
talak, dan sumpah, maupun yang muncul dari dua pihak,
seperti jual beli, sewa, wakalah, dan gadai. Secara khusus
akadberarti keterkaitan antara ijab (pernyataanpenawaran/
pemindahan kepemilikan) dan qabul (pernyataanpenerimaan

pada sesuatu.
M
kepemilikan) dalam lingkup yang disyariatkan danberpengaruh

Bai’ al-Dayn : Akad jual beli ketika yang diperjualbelikan adalah


Dayn atauutang. Dayn dapat diperjualbelikan dengan harga
M
yang sama,tetapi sebagian besar ulama Fiqih (Fuqaha) sepakat
bahwa jualbeli Dayn atau utang dengan diskon tidak dibolehkan
secaraSyariah.
Bai’ al-Inah : Akad jual beli ketika penjual menjual asetnya kepada
pembelidengan janji untuk dibeli kembali (sale and buy back)
U

denganpihak yang sama. Bai’ al-Inah adalah penjualan tunai (cash


sale)dilanjutkan dengan pembelian kembali dengan tangguh
(deferredpayment sale/BBA). Sebagian besar ulama Fiqih sepakat
bahwaBai’ al-Inah tidak dibolehkan secara Syariah, kecuali madzhab
D

Syafi’i dan Zahiri.


Bai’ Bithaman Ajil atau BBA adalah akad jual beli murabahah (cost
+ margin) ketikapembayaran dilakukan secara tangguh dan
dicicil dalam jangkawaktu panjang sehingga disebut juga credit
murabahah jangkapanjang.
Barang konsumen : barang yang di konsumsi untuk kepentingan
konsumen akhir sendiri (individu dan rumah tangga), bukan untuk
tujuan bisnis.

250 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


Barang tahan lama : merupakan barang berwujud yang biasanya bisa
bertahan lama dengan banyak pemakaian (umur ekonomisnya
untuk pemakaian normal adalah satu tahun atau lebih).
Basis Data Pelanggan : kumpulan data komprehensif yang terorganisasi
tentang pelanggan dan calon pembeli individual yang terkini,
terjangkau, dan dapat dilaksanakan untuk mencapai tujuantujuan
pemasaran seperti produksi unggulan, kualitas unggulan, penjualan
produk atau jasa, atau pemeliharaan hubungan pelanggan.
Basis Data Pemasaran : proses pembentukan, pemeliharaan, dan
pemakaian basis data pelanggan dan basis data lain (produk,

Y
pemasok, pedagang/ reseller) untuk berhubungan dan bertransaksi.
Brand label : nama merek yang diberikan pada produk atau dicantumkan
pada kemasan.
M
Broker : perantara yang fungsi utamanya adalah mempertemukan
penjual dan pembeli serta membantu kelancaran proses negosiasi.
Bursa : gedung atau ruangan yang ditetapkan secara resmi sebagai
tempat penyelenggaraan transaksi efek.
M
Buyer’s market : artinya pasar milik konsumen.
Calon pembeli : seseorang yang diidentifikasi oleh pemasar sebagai
orang yang mungkin bersedia dan mampu terlibat dalam pertukaran
nilai.
U

Capital items : barang-barang tahan lama (long-lasting) yang memberi


kemudahan dalam mengembangkan dan/atau mengelola produk
jadi.
Competence : kemampuan melakukan proses pemberian nilai tambah
D

kepada pelanggan dengan menghasilkan standar kompetensi yang


semakin meningkat
Concept : kemampuan perusahaan dalam menghasilkan ide dan inovasi
karena adanya upaya inovasi yang berkelanjutan
Conection : kemampuan dalam menjalin kerja sama dengan partner
atau asosiasi
Convenience goods : merupakan barang yang pada umumnya memiliki
frekuensi pembelian tinggi (sering dibeli), dibutuhkan dalam waktu

Glosarium 251
segera, dan hanya memerlukan usaha yang minimum (sangat kecil)
dalam pembandingan dan pembeliannya.
Corporate chain : suatu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih
usaha/bisnis yang saling berkaitan atau berhubungan dalam satu
manajemen dan dimiliki oleh suatu kelompok pemegang saham.
Customer Delight : adalah usaha/upaya bagaimana membuat
pelanggan terkesan dan senang
Customer self-service : merupakan pelayan diri sendiri (konsumen)
Daya tarik emosional : daya tarik yang mencoba membangkitkan emosi
positif atau negatif yang dapat memotivasi pembelian.

Y
Daya tarik moral : daya tarik yang diarahkan pada perasaan audiens
tentang apa yang benar dan tepat. Biasanya digunakan untuk
mendorong orang mendukung masalah-masalah sosial.
M
Daya tarik rasional : daya tarik yang didasarkan pada kualitas, nilai
ekonomis, manfaat, atau kinerja suatu produk dalam memotivasi
pembelian.
Defensive strategy : strategi mempertahankan pangsa pasar dari pesaing
M
dan menjaga kelompok produk dari serangan produk substitusi.
Direct marketing : sistem pemasaran interaktif yang menggunakan
satu atau lebih media iklan untuk menghasilkan tanggapan dan/
atau transaksi yang dapat diukur pada suatu lokasi.
U

Direct selling : merupakan penjualan barang-barang konsumsi


langsung ke perorangan, di rumah-rumah maupun di tempat kerja
mereka, melalui transaksi yang diawali dan diselesaikan oleh tenaga
penjualnya.
D

Discount store : toko yang menjual barang-barang yang dibutuhkan


konsumen rumah tangga dengan harga serba didiskon.
Display : tata letak barang dengan memerhatikan unsur pengelompokan
jenis dan kegunaan barang, kerapihan dan keindahan agar terkesan
menarik dan mengarahkan konsumen untuk melihat, mendorong,
dan memutuskan untuk membeli.
Distribusi fisik : segala kegiatan untuk memindahkan barang dalam
kuantitas tertentu, ke suatu tempat tertentu, dan dalam jangka
waktu tertentu.

252 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


Distribusi : kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar dan
mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen kepada
konsumen, sehingga penggunaannya sesuai dengan yang diperlukan
(jenis, jumlah, harga, tempat, dan saat dibutuhkan).
Emiten : perusahaan yang menerbitkan efek untuk mendapatkan dana
guna pembiayaan perusahaan atau lembaga
Emotional Branding (EB) : yakni upaya mengembangkan merek
dengan menonjolkan benefit emosional ketimbang benefit
fungsional (fitur) dan rasional (harga)
Expected service : jasa yang diharapkan konsumen.

Y
Frekuensi (frequency) : Banyaknya rata-rata orang atau rumah tangga
melihat paparan pesan tersebut dalam suatu periode tertentu.
Frekuensi pembelian : berapa kali pembeli rata-rata membeli produk
M
tersebut dalam suatu periode.
Frekuensi periklanan : Jumlah pengulangan yang diperlukan untuk
menyampaikan pesan ke konsumen.
Full-service wholesaler : merchant wholesaler yang memberikan jasa
M
penyimpanan, memiliki armada penjual, menjual secara kredit,
rnengirimkan barang, dan bantuan manajemen.
Ghost Shopping : orang berpura-pura menjadi pelanggan dan
melaporkan titik-titik kuat maupun titik-titik lemah yang dialami
U

waktu membeli produk dari industri sendiri maupun industri


saingannya.
Grade label : label yang mengidentifikasi penilaian kualitas produk
(product’s judged quality) dengan suatu huruf, angka, atau kata.
D

Hiwalah : Akad pemindahan piutang nasabah (muhil) kepada bank


(muhal‘alaih) dari nasabah lain (muhal). Muhil meminta muhal
‘alaihuntuk membayarkan terlebih dahulu piutang yang timbul
dari jualbeli. Pada saat piutang tersebut jatuh tempo muhal akan
membayar kepada muhal ‘alaih. Muhal ‘alaihmemperolehimbalan
sebagai jasa pemindahan.
Ijarah wa iqtina : Akad sewa menyewa barang antara bank (muaajir)
denganpenyewa (mustajir) yang diikuti janji bahwa pada saat
yangditentukan kepemilikan barang sewaan akan berpindah

Glosarium 253
kepadamustajir. Skim ini sering juga disebut ijarah muntahiya
bittamlik.
Ijarah : Akad sewa menyewa barang antara bank (muaajir)
denganpenyewa (mustajir). Setelah masa sewa berakhir, barang
sewaandikembalikan kepada muaajir.
Iklan pengingat : periklanan yang bertujuan untuk mengingatkan suatu
merek tertentu agar dibeli konsumen.
Iklan penguat : periklanan yang bertujuan meyakinkan pembeli
sekarang bahwa mereka telah melakukan pilihan yang benar.
Impulse goods : merupakan barang yang dibeli tanpa perencanaan

Y
terlebih dahulu ataupun usaha-usaha mencarinya.
Independent retail firm : suatu outlet pengecer yang dimiliki dan
dioperasikan secara independen dan tanpa afiliasi (penggabungan).
M
Informercial : iklan TV yang tampak seperti acara televisi selama
30 menit, tetapi sebenarnya adalah iklan produk atau pemacu
penjualan awal.
Intangible : merupakan sesuatu yang tidak dapat disentuh dan
M
tidak dapat dirasa, atau sesuatu yang tidak dapat dengan mudah
didefinisikan, diformulasikan, atau dipahami secara rohaniah.
Istishna : Akad jual-beli barang (mashnu’) antara pemesan
(mustashni’)dengan penerima pesanan (shani’). Spesifikasi
U

dan harga barangpesanan disepakati pada awal akad dengan


pembayarandilakukan secara bertahap sesuai kesepakatan. Apabila
bankbertindak sebagai shani’ kemudian menunjuk pihak lain untuk
membuat barang (mashnu’), maka hal ini disebut istishna paralel.
D

Jaminan : janji yang merupakan kewajiban produsen atas produknya


kepada konsumen, di mana para konsumen akan diberi ganti
rugi bila produk ternyata tidak bisa berfungsi sebagaimana yang
diharapkan atau dijanjikan.
Jasa : merupakan setiap tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan
oleh suatu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya bersifat
intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak menghasilkan
kepemilikan sesuatu.

254 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


Kafalah : Akad pemberian jaminan (makful ‘alaih) yang diberikan
satupihak kepada pihak lain ketika pemberi jaminan (kafiil)
bertanggung jawab atas pembayaran kembali suatu utang
yangmenjadi hak penerima jaminan (makful).
Kebutuhan manusia : ketidakberadaan beberapa pemuas dasar.
Keinginan (wants) : hasrat akan pemuas kebutuhan yang spesifik.
Kepuasan pelanggan : merupakan suatu perasaan atau penilaian
emosional dari pelanggan atas penggunaan suatu produk barang
atau jasa di mana harapan dan kebutuhan mereka terpenuhi
Kepuasan : adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan

Y
kinerja (atau hasil) yang dirasakan dibandingkan dengan harapannya
Komunikasi Pemasaran Terintegrasi (Integrated Marketing
Communication-IMC) : suatu konsep perencanaan komunikasi
M
pemasaran yang menyadari nilai tambah dari suatu rencana
komprehensif yang mengevaluasi peran strategis dari berbagai
disiplin komunikasi, misalnya, periklanan umum, tanggapan
langsung, promosi penjualan, dan hubungan masyarakat dan
menggabungkan berbagai disiplin ini untuk memberikan kejelasan,
M
konsistensi, dan pengaruh komunikasi yang maksimum melalui
integrasi menyeluruh dari pesan-pesan yang berlainan.
Konsumen Banyak Uang : Konsumen yang memiliki banyak uang dan
merupakan konsumen dengan daya beli yang aktual
U

Konsumen Curiga : konsumen yang datang dengan rasa curiga bahwa


tentang barang yang dijual apakah barang gelap atau tidak, biasanya
menawar harga di bawah harga kepantasan.
D

Konsumen follower : adalah orang-orang yang terimbas efek dari


konsumen trend setter
Konsumen Kumuh : konsumen yang berpenampilan sederhana atau
apa adanya.
Konsumen Pemula : adalah pelanggan yang datang banyak bertanya
dan merupakan calon pelanggan dimasa yang akan datang.
Konsumen Pengadu Domba : Konsumen yang suka mengatakan bahwa
harga di tempat lain lebih murah daripada barang yang tawarkan.

Glosarium 255
Konsumen Pengutil : konsumen yang suka mengambil barang dengan
tanpa sepengetahuan.
Konsumen trend setter : konsumen selalu suka akan sesuatu yang
baru, dan dia mendedikasikan dirinya untuk menjadi bagian dari
gelombang pertama yang memiliki atau memanfaatkan teknologi
terbaru
Konsumen Value seeker : adalah mereka yang memiliki pertimbangan
dan pendirian sendiri
Media : sarana/alat yang digunakan untuk mengkomunikasikan pesan.
Media terdiri atas media cetak (koran, majalah, surat langsung),

Y
media penyiaran (radio, televisi), media elektronik (pita audio, pita
video, videodisk, CD-ROM), dan media display (papan reklame,
tanda reklame, poster).

M
Merek (brand) : nama yang dapat dihubungkan/diasosiasikan dengan
satu atau lebih item dalam lini produk yang digunakan untuk
mengidentifikasi sumber atau karakter item tersebut.
Mudharabah muqayyadah : Akad mudharabah ketika shahibul maal
menetapkan syarattertentu yang harus dipatuhi mudharib, baik
M
mengenai tempat, tujuan, maupun jenisusahanya. Dalam skim ini
mudharib tidakdiperkenankan untuk mencampurkan dengan modal
atau danalain. Pembiayaan mudharabah muqayyadah antara lain
digunakanuntuk investasi khusus dan reksadana.
U

Mudharabah mutlaqah : Akad mudharabah ketika kepada mudharib


diberikankekuasaan penuh untuk mengelola modal. Mudharib
tidakdibatasi baik mengenai tempat, tujuan, maupun jenis
usahanya.
D

Mudharabah wal murabahah : Akad mudharabah muqayyadah


executing ketika banksyariah sebagai shahibul maal memberikan
pembiayaan kepadamudharib-antara,yaitu lembaga keuangan
syariah atau LKS(BPRS, BMT, atau Koperasi Syariah), yang
kemudian menyalurkanpembiayaan (aneka barang) dengan akad
murabahah kepadanasabah.
Mudharabah : Akad antara pihak pemilik modal (shahibul maal)
denganpengelola (mudharib) untuk memperoleh pendapatan
ataukeuntungan. Pendapatan atau keuntungan tersebut dibagi

256 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


berdasarkan nisbah yang telah disepakati pada awal akad. Berdasarkan
kewenangan yang diberikan kepada mudharib,mudharabah dibagi
menjadi mudharabah mutlaqah danmudharabah muqyyadah.
Murabahah sederhana : Akad murabahah ketika bank (yang memiliki
stok barang)langsung memasarkan barangnya kepada pembeli
dengan harga sesuai harga perolehan ditambah marjin keuntungan
yangdiinginkan.
Murabahah : Akad jual-beli antara bank dengan nasabah. Bank
membeli barangyang diperlukan nasabah dan menjual kepada
nasabah yangbersangkutan sebesar harga pokok ditambah

Y
dengankeuntungan yang disepakati.
Musyarakah Menurun : Akad berpola bagi hasil ketika dua pihak
bermitra untukkepemilikan bersama suatu aset dalam bentuk
properti,peralatan, perusahaan, atau lainnya.Bagian aset pihak
M
pertama,sebagai pemodal, kemudian dibagi ke dalambeberapa unit
dandisepakati bahwa pihak kedua, sebagai klien, akan membelibagian
aset pihak pertama unit demi unit secara periodik,sehingga akan
meningkatkan bagian aset pihak kedua sampaisemua unit milik
M
pihak pertamaterbeli semua dan asetsepenuhnya milik pihak kedua.
Keuntungan yangdihasilkan padatiap-tiap periode dibagi sesuai
porsi kepemilikan aset masing-masing pihak saat itu.
Musyarakah Mutanaqisah : Akad bagi hasil yang merupakan
penyertaan modal secara terbatasdari satu mitra usaha kepada mitra
U

usaha yang lainuntuk jangka waktu tertentu. Akad Musyarakah


Mutanaqisah digunakan untuk pembiayaan perumahan dan
properti ketika bank dan nasabah bersama-sama membeli rumah
atau properti. Aset tersebut kemudian disewakan kepada nasabah
D

dengan biayasewa bulanan. Bagian pendapatan sewa nasabah


digunakan sebagai penambahan kepemilikan, sehingga pada waktu
tertentu(saat jatuh tempo), rumah atau properti tersebut menjadi
miliknasabah sepenuhnya
Musyarakah wal murabahah : Akad musyarakah dua pihak antara satu
LKS dan LKS lain yang usahanya dilakukan oleh LKS kedua untuk
memberikan pembiayaan (aneka barang atau perumahan) dengan
akadmurabahah kepada nasabahnya.

Glosarium 257
Qardh : Akad pinjaman dari bank (muqridh) kepada pihak
tertentu(muqtaridh) yang wajib dikembalikan dengan jumlah
yang sama sesuai pinjaman. Muqridh dapat meminta jaminan
atas pinjaman kepada muqtaridh. Pengembalian pinjaman dapat
dilakukan secara angsuran atau sekaligus.
Musyarakah : Akad kerja sama usaha patungan antara dua pihak atau
lebih pemilik modal untuk membiayai suatu jenis usaha yang halal
dan produktif. Pendapatan atau keuntungan dibagi sesuai dengan
nisbah yang telah disepakati.
Pemasaran : suatu proses sosial dan manajerial yang di dalamnya

Y
individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan
inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan
produk yang bernilai dengan pihak lain.
Positioning : segala upaya untuk mendesain produk dan merek kita
M
agar dapat menempati sebuah posisi yang unik dibenak pelanggan.
Product Life Cycle (PLC) : suatu grafik yang menggambarkan riwayat
suatu produk sejak diperkenalkan ke pasar sampai dengan ditarik
dari pasar.
M
Qard-ul Hasan : Akad pinjaman dari bank (muqridh) kepada pihak
tertentu(muqtaridh) untuk tujuan sosial yang wajib dikembalikan
dengan jumlah yang sama sesuai pinjaman.
Rahn : Akad penyerahan barang/harta (marhun) dari nasabah (rahin)
U

kepada bank (murtahin) sebagai jaminan sebagian atau seluruh utang.


Riset pemasaran : suatu penelitian yang dilakukan oleh perusahaan
untuk memperoleh data atau keterangan yang dapat diperunakan
untuk pengambilan keputusan secara tepat guna memecahkan
D

masalah-masalah dalam pemasaran


Salam : Akad jual-beli barang pesanan (muslam fiih) antara
pembeli(muslam) dan penjual (muslam ilaih). Spesifikasi dan
harga barang pesanan disepakati pada awal akad, dan pembayaran
dilakukandi muka secara penuh. Apabila bank bertindak sebagai
muslam kemudian memesan kepada pihak lain untuk menyediakan
barang (muslam fiih), maka hal ini disebut salam paralel.
Segmentasi pasar : pembagian suatu pasar yang heterogen kedalam
satuan-satuan pembeli yang homogen, di mana kepada setiap

258 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


satuan pembeli yang homogen tersebut dijadikan sasaran pasar
yang dicapai dengan marketing mix tersendiri. Seller’s market,
artinya pasar milik penjual/ produsen karena setiap barang yang
dihasilkan selalu laku terjual
Service Quality : adalah pelayanan yang baik dan diharapkan oleh
pelanggan meliputi lima dimensi : reliabilitas, respon, jaminan,
empati dan tangible
Sharf : Akad jual-beli suatu valuta dengan valuta lainnya.
Supplies and Services : merupakan barang yang tidak tahan lama
(short-lasting) dan jasa yang memberi kemudahan dalam

Y
mengembangkan dan/atau mengelola keseluruhan produk jadi.
Tabarru’ : Transaksi tidak untuk mencari keuntungan materiil dunia
melainkan untuk tolong-menolong dan mengharapkan keuntungan
di akhirat (pahala). M
Target market : sekelompok konsumen yang akan dijadikan pasar
sasarannya, dengan mengembangkan metode penilaian atas daya
tarik segmen serta memilih segmen yang akan dimasuki.
M
Tawarruq : Akad jual beli yang melibatkan tiga pihak, ketika pemilik
barang menjual barangnya kepada pembeli pertama dengan harga
dan pembayaran tunda, dan kemudian pembeli pertama menjual
kembali barang tersebut kepada pembeli akhir dengan harga dan
pembayaran tunai. Harga tunda lebih tinggi daripada harga tunai
U

sehingga pembeli pertama seperti mendapatkan pinjaman uang


dengan pembayaran tunda. Tawarruq disebut juga credit murabaha.
Teori EM (Emotional Market) : teori yang menggunakan pendekatan
holistik dari seluruh pengalaman : indra (sense), perasaan/afeksi
D

(feel), kognitif (think), fisik dan gaya hidup (act), serta hubungan
dengan kultur atau referensi tertentu (relate) yang akhirnya mampu
memberikan dimensi/imajinasi terhadap satu produk.
Tijarah : Transaksi untuk mencari keuntungan materiil.
Total customer cost : terdiri dari harga yang dibayarkan, biaya waktu,   
biaya tenaga, dan biaya psikis.
Total customer value : sekumpulan manfaat yang diharapkan pelanggan
dari produk dan jasa, meliputi product value (misalnya keandalan,

Glosarium 259
daya tahan/keawetan, unjuk kerja), service value (penyerahan
barang, pelatihan, instalasi, perawatan, reparasi), personnel value
(kompeten, responsif, empati, dapat dipercaya), dan image value
(citra perusahaan).
Ujr : Imbalan yang diberikan atau yang diminta atas suatu pekerjaan
yang dilakukan.
Wadi’ah yad amanah : Akad penitipan barang/uang ketika pihak
penerima titipan tidak diperkenankan menggunakan barang/uang
yang dititipkan dan tidak bertanggung jawab atas kerusakan atau
kehilangan barang titipan yang bukan diakibatkan perbuatan atau

Y
kelalaian penerima titipan.
Wadi’ah yad dhamanah : Akad penitipan barang/uang ketika pihak
penerima titipan dengan atau tanpa izin pemilik barang/uang dapat
memanfaatkan barang/uang titipan, dan harus bertanggung jawab
M
terhadap kehilangan atau kerusakan barang/uang titipan. Semua
manfaat dan keuntungan yang diperoleh dalam penggunaan barang/
uang tersebut menjadi hak penerima titipan.
Wadi’ah : Akad penitipan barang/uang antara pihak yang mempunyai
M
barang/uang dan pihak yang diberi kepercayaan dengan tujuan
untuk menjaga keselamatan, keamanan, serta keutuhan barang/
uang. Berdasarkan jenisnya, wadi’ah terdiri dari wadi’ah yad
amanahdan wadi’ah yad dhamanah.
U

Wakalah : Akad pemberian kuasa dari pemberi kuasa (muwakkil)


kepada penerima kuasa (wakil) untuk melaksanakan suatu tugas
(taukil)atas nama pemberi kuasa.
D

260 Teori dan Praktik Pemasaran Syariah


View publication stats

Anda mungkin juga menyukai