Anda di halaman 1dari 4

BIOGRAFI THARIQ BIN ZIYAD

1. Tentang Keluarga Thariq bin Ziyad


Thariq bin Ziyad adalah seorang panglima perang terbesar dalam sejarah islam. Ia
merupakan prajurit kerajaan Umawiyyah (Bani Umayah). Ia dilahirkan pada tahun 50 H.
Atau 670 M di Kenchela, Aljazair, dari kabilah Nafzah. Ia bukanlah seorang Arab, akan
tetapi ia adalah seseorang yang berasal dari kabilah Berber yang tinggal di Maroko.

2. Beberapa Catatan Penting Dalam Khutbah Thariq bin Ziyad


Dalam kitab Wafayat Al-A’yan dan Al-Maqirri At-Tilmisany dalam Nafh Ath-Thib,
Ibnu Khillikan menyebutkan bahwa ketika pasukan Roderick semakin dekat dengan pasukan
islam, Thariq bin Ziyad berdiri di hadapan para pengikutnya. Ia kemudian memuji Allah,
kemudian mendorong kaum Muslimin untuk berjihad. Lalu ia mengatakan:

“Wahai sekalian pasukan kaum Muslimin! Ke mana kalian akan pergi? Lautan ada
di belakang dan musuh ada di hadapan kalian. Maka demi Allah kalian tidak punya pilihan
lain, kecuali bersungguh-sungguh dan bersabar!

Ketahuilah, bahwa kalian di pulau ini jauh lebih sebatang kara dari anak-anak
yatim. Musuh kalian telah menyambut dengan pasukan dan persenjataan serta bahan
makanan mereka yang lengkap. Sementara kalian sama sekali tidak mempunyai tempat
berlindung selain pada pedang-pedang kalian. Kalian tidak punya pembekalan kecuali dari
apa yang telah berhasil kalian rampas dari musuh-musuh kalian. Jika perang ini
berkepanjangan dan kalian tidak segera mengatasinya, maka kekuatan kalian akan binasa.
Berhati-hatilah, musuh kalian yang mulanya takut akan berganti dengan keberanian
menghadapi kalian. Rasa takut dalam hati mereka akan berganti dengan keberanian. Karena
itu, hilangkan dari hati-hati kalian rasa khawatir akan apa yang akan terjadi dengan
menghadapi sang taghut ini. Karena kotanya yang terbentengi itu telah menyerahkannya
kepada kalian.

Sesungguhnya sangat mungkin bagi kita untuk memanfaatkan kesempatan ini jika
kalian merelakan kematian. Dan aku, jika aku mengingatkan kalian terhadap suatu hal,
maka aku juga ikut menanggungnya. Aku juga tidak pernah membebani kalian untuk
mengorbankan nyawa kalian, kecuali aku sendiri telah memulainya.

Ketahuilah, jika kalian bersabar sedikit menghadapi hal yang paling berat, niscaya
kalian akan menikmati kenyamanan dan kelezatan dalam waktu yang sangat panjang. Jadi,
jangan memandang bahwa diri kalian telah berjasa kepadaku ketika kalian mendapatkan
bagian yang lebih banyak dari bagianku. Mungkin kalian telah mengetahui tentang wanita-
wanita cantik yang tumbuh dan lahir di pulau ini, yang berasal dari keturunan Yunani,
perhiasan-perhiasan yang terbuat dari emas murni, serta wanita-wanita pingitan yang
tinggal di dalam istana-istana yang bermahkota. Dan Al-Walid bin Abdul Malik telah
memilih kalian sebagai pahlawan-pahlawan, serta meridloi kalian menjadi ipar dan kerabat
para raja di pulau ini. Itu karena ia percaya bahwa kalian sangat tenang menghadapi
tikaman-tikaman prajurit musuh, kelapangan dada kalian menghadapi tekanan-tekanan
pasukan musuh yang berjalan kaki maupun berkuda; agar mendapatkan balasan dari Allah
karena telah menegakkan agama-Nya, menampakkan agama-Nya di pulau ini, sehingga
harta rampasan perangnya murni menjadi milik kalian, bukan miliknya (khalifah) dan kaum
Muslimin lain selain kalian. Dan Allah Ta’ala lah yang akan menolong hingga nama kalian
akan dikenang di dunia dan akhirat.

Ketahuilah oleh kalian, bahwa aku adalah orang pertama yang memenuhi apa yang
aku serukan kepada kalian. Dan, sungguh aku akan berada di tempat pertemuan kedua
pasukan, aku akan membawa diriku menghadapi taghut kaumnya itu; Roderick, dan
membunuhnya, InsyaAllah. Maka bertahanlah kalian bersamaku. Jika akhirnya aku gugur
menghadapinya, maka setidaknya aku telah meringankan kalian dari bebannya. Kalian tidak
akan kekurangan seorang pahlawan yang cerdas yang dapat kalian serahkan urusan kalian
kepadanya jika aku akhirnya gugur sebelum sampai ke sana. Maka (jika aku gugur),
segeralah angkat penggantiku untuk menyelesaikan misiku ini, dan sabarkanlah diri kalian
bersamanya. Cukupkanlah tekad kalian untuk menaklukkan pulau ini dengan membunuhnya
(Roderick), karena sepeninggalnya pastilah mereka akan segera dikalahkan. (Khillikan, 321-
322, hal:5)

Ada beberapa pelajaran yang dapat kita ambil dalam khutbah ini, diantaranya yaitu:

1. Para ahli sejarah yang mengulas kisah penaklukan Andalusia, baik sejarawan
terdahulu maupun kontemporer, sama sekali tidak pernah menyinggung tentang
khutbah ini. Ini menunjukkan bahwa khutbah ini tidak popular dan tidak diketahui
oleh para ahli sejarah. Dan, ini tentu saja mengurangi atau menghilangkan
kepercayaan terhadap kebenarannya.
2. Khutbah ini sama sekali tidak disampaikan dengan pola bersajak sebagaimana yang
umumnya digunakan pada masa tersebut (abad 1 H). Tidak pernah dibayangkan ada
seorang panglima pasukan yang menggunakan pola seperti ini.
3. Di dalam khutbah ini disebutkan bahwa, “Dan Al-Walid bin Abdul Malik telah
memilih kalian sebagai pahlawan-pahlawan.” Padahal yang memilih mereka adalah
Musa bin Nushair yang merupakan gubernur di Afrika, dan bukan Al-Walid bin
Abdul Malik.
4. Seharusnya dapat diduga bahwa khutbah ini akan memuat ayat-ayat Al-Qur’an dan
hadis-hadis Rasulullah SAW, atau pesan, kejadian dan nilai-nilai keislaman yang
sesuai dengan kondisi saat itu.
5. Thariq dan mayoritas prajurit saat itu, berasal dari kalangan Berber. Tentu sangat
tepat jika ia berbicara dengan menggunakan bahasa mereka, sebab sangat kecil
kemungkinan kemampuan bahasa Arab pasukan itu telah sampai pada level yang
tinggi. (As-sirjani, 2013. Hal, 63)
3. Thariq bin Ziyad dan Peristiwa Pembakaran Perahu

Peristiwa pembakaran perahu oleh Thariq bin Ziyad yang digunakan menyeberangi
laut menuju Andalusia ini adalah peristiwa yang sangat terkenal dan popular kejadiannya
dalam sejarah islam secara umum, dan dalam sejarah Eropa khususnya. Namun sejauh
manakah peristiwa yang menyebutkan bahwa Thariq bin Ziyad membakar semua perahu
yang ia gunakan untuk menyeberangi lautan, dengan tujuan memberikan semangat kepada
pasukannya untuk berperang. Sembari mengatakan, “Lautan di belakang kalian dan musuh di
depan kalian, maka kalian tidak akan mungkin selamat kecuali dengan pedang-pedang
kalian.”

Pada kenyataaannya, ada ahli sejarah yang membenarkan kisah ini, namun ada pula
yang tidak membenarkan kisah tersebut. Alasannya yaitu disebabkan beberapa faktor:

1. Kisah ini sama sekali tidak memiliki sanad yang shohih dalam sejarah islam.
2. Bahwa jika saja pembakaran perahu yang dilakukan oleh Thariq itu benar-benar
terjadi, maka itu pasti akan menimbulkan reaksi dari Musa bin Nushair atau Al-
Walid bin Abdul Malik , yang setidaknya mempertanyakan tentang kejadian itu.
Hal ini menimbulkan keraguan yang besar terhadap terjadinya peristiwa
pembakaran ini.
3. Bahwa sumber-sumber Eropa telah mempopularkan hal ini, karena mereka tidak
mampu menjelaskan atau memberikan penafsiran tentang bagaimana 12.000
orang prajurit kaum muslimin yang berjalan kaki dapat mengalahkan 100.000
pasukan berkuda dari pihak Gothik Kristen di negeri mereka sendiri.
4. Lagipula sejak kapan kaum muslimin membutuhkan gaya semangat seperti ini
sampai-sampai harus membakar perahu-perahu mereka?! Lalu apa yang mereka
lakukan dalam situasi seperti ini jika mereka sama sekali tidak menggunakan
perahu dan ada laut di belakang mereka? Jadi kaum muslimin tidak datang ke
pulau ini kecuali karena ingin berjihad, dan mencari kematian di jalan Allah.
5. Sama sekali tidak masuk akal bahwa panglima setangguh Thoriq bin Ziyad akan
melakukan pembakaran perahu-perahunya dan memutuskan jalan pulang bagi
pasukannya.
6. Dan, poin terakhir dalam membantah periwayatan kisah ini adalah, Thoriq bin
Ziyad tidak memiliki semua perahu yang berada dalam kepemimpinannya.
Sebagian perahu itu adalah pemberian dari Julian, Si penguasa Sabtah yang
digunakan untuk menyeberangi laut menuju Andalusia untuk kemudian
dikembalikan lagi kepada Julian. Jadi Thoriq bin Ziyad tidak memiliki hak atas
perahu-perahu tersebut. (As-Sirjani, 2013. Hal, 64-68)

Anda mungkin juga menyukai