Anda di halaman 1dari 4

Nama : drg.

Raden Revita Yosita Iyos

NIP : 199208182020122009

Latsar Angkatan 38 kelompok 4 Pemerintah Kabupaten Serang

Tugas Individu – Mencari Video dan menjelaskan intisari tentang Doxing, Hate Speech,
Misinformasi dan Catfishing

Link Contoh Video Doxing :

https://www.youtube.com/watch?v=IUfX32c8f74

Intisari Video :

Pada video di atas, menjelaskan tentang beredarnya informasi mengenai data pribadi dua orang
pasien yang dinyatakan positif tertular virus corona melalui pesan di grup Whatsapp
Messenger. Pemerintah menegaskan bahwa akan ada sanksi bagi pihak yang menyebarkan
identitas pasien yang tertular virus corona. Juru Bicara Pemerintah untuk penanganan virus
corona, Ahmad Yurianto juga menyampaikan riwayat kasus pasien terinfeksi tidak pernah
diungkap ke publik. Sementara itu, Komisi Informasi Pusat mengingatkan untuk tidak
menyebarluaskan identitas pasien yang terinfeksi virus corona karena pengungkapan identitas
pasien corona merupakan pelanggaran hak – hak pribadi sebagaimana diatur dalam Undang-
undang keterbukaan informasi publik. Informasi pribadi hanya bisa diungkap atas izin yang
bersangkutan. Perlindungan atas identitas pribadi telah dijamin pada pasal 29G ayat 1 Undang-
undang Dasar 1945.

Analisa :

Contoh Video di atas merupakan contoh kasus doxing. Seperti yang kita ketahui, doxing adalah
salah satu bentuk konten negatif cyberbullying yang memiliki arti yaitu membagikan data
personal seseorang ke dunia maya. Dalam kasus di atas, seseorang telah menyebarkan data
identitas pasien terinfeksi corona melalui sosial media. Sikap kita sebagai seorang ASN
hendaknya dapat bijak menyikapi hal tersebut dengan melawan setiap konten negatif dengan
cara memverifikasi informasi. Kita juga harus berpikir Apakah informasi ini bermanfaat bagi
keselamatan dan perbaikan situasi masyarakat jika disebarkan? Apabila mendapatkan situasi
yang serupa untuk tidak turut menyebarkan dan meneruskan konten tersebut karena penting
untuk menghormati privasi milik orang lain.
Link Contoh Video Hate Speech

https://www.youtube.com/watch?v=HG1xN8ZGl8A

Intisari Video :

Bareskrim Polri menetapkan pegiat media sosial yang juga mantan politisi Partai demokrat,
Ferdinand Hutahaean sebagai tersangka ujaran kebencian bermuatan SARA atas unggahannya
di media sosial Twitter. Polri melakukan penahanan terhadap Ferdinand setelah melakukan
pemeriksaan selama 11 jam yang dihasilkan pada bukti yang cukup dari gelar perkara. Ahmad
Ramadhan selaku karopenmas brigjen polri mengatakan alasan penahanan Ferdinand
Hutahaean terdapat alasan subjektif dan alasan objektif. Alasan subjektif adalah dikhawatirkan
yang bersangkutan melarikan diri dan dikhawatirkan mengulangi perbuatannya. Sedangkan
alasan objektifnya adalah karena ancaman pasal yang disangkakan kepada tersangka di atas 5
tahun. Kuasa hukum dari Ferdinand mengajukan penangguhan penahanan atas Ferdinand
dengan alasan kliennya memiliki riwayat sakit. Aksi ujaran kebencian Ferdinand sebelumnya
dilaporkan oleh DPP KNPI. Ferdinand kini harus menjalani proses hukum dijerat pasal 45
Undang-undang informasi dan transaksi elektronik.

Analisa :

Contoh Video di atas merupakan contoh kasus hate speech (Ujaran kebencian). Seperti yang
kita ketahui, hate speech adalah hate speech adalah ungkapan atau ekspresi yang menganjurkan
ajakan untuk mendiskreditkan, menyakiti seseorang atau sekelompok orang dengan tujuan
membangkitkan permusuhan, kekerasan, dan diskriminasi kepada orang atau kelompok. Dalam
kasus di atas, Ferdinand Hutahaean memposting ucapan di akun twitternya yaitu “Kasihan
sekali Allahmu ternyata lemah harus dibela. Kalau aku sih, Allahku luar biasa, maha segalanya.
DIA lah pembelaku selalu dan Allahku tak perlu dibela”. Dari ucapan tersebut termasuk ke
dalam hate speech yang menyinggung SARA. Sikap kita sebagai ASN apabila menemukan
ujaran kebencian di media sosial adalah mengingatkan pengunggah bawah hal tersebut dapat
memicu perselisihan dan dapat dijerat UU ITE. Selain itu kita juga sebaiknya tidak turut
menyebarkan atau meneruskan ujaran kebencian tersebut dikarenakan dapat menyebarluaskan
dan berujung pada pertikaian.
Link Contoh Video Misinformasi :

https://www.youtube.com/watch?v=ETgBLZ5NXpQ

Intisari Video :

Video tentang uang logam yang menempel pada lengan orang yang sudah mendapatkan vaksin
covid-19 menjadi viral di media sosial. Dalam video tampak uang logam yang menempel pada
bekas suntikan vaksin. Video serupa tentang bekas vaksin bermagnet juga banyak beredar di
media sosial. Dalam unggahan tersebut kemudian berkembang narasi adanya microchip
magnetis dalam vaksin covid-19. Microchip magnetis ini yang kemudian dianggap
menyebabkan tubuh bereaksi seperti magnet. Namun, kementerian komunikasi dan
informatika mengeluarkan rilis resminya memastikan bahwa hal ini merupakan hoax atau
berita yang tidak benar. Siti Nadia Tarmizi, Juru Bicara Vaksin Kemenkes mengatakan bahwa
pecahan uang seribu rupiah terbuat dari bahan nikel, dan nikel bukan logam yang bisa
menempel karena adanya daya magnet.

Analisa :

Contoh Video di atas merupakan contoh kasus misinformasi. Seperti yang kita ketahui
misinformasi adalah informasi yang tidak benar Namun, orang yang menyebarkannya percaya
bahwa informasi tersebut adalah benar tanpa bermaksud membahayakan orang lain. Dalam
kasus di atas, uang logam yang menempel pada lengan setelah vaksin bisa disebabkan karena
adanya keringat pada lengan dan bukan disebabkan karena adanya efek magnetis dari
microchip. Sikap kita sebagai ASN apabila menemukan misinformasi seperti ini adalah
mengingatkan kepada penyebar berita bahwa hal tersebut adalah hoax yang bisa menyebabkan
kesalahpahaman di masyarakat dan juga berhenti menyebarkan berita tersebut di media sosial.

Link Contoh Video Catfishing :

https://www.youtube.com/watch?v=WEaGY_gosMA

Intisari Video :

Seorang pria berusia 29 tahun asal kota Zhuzhou, Provinsi Hunan merasa tertipu saat bertemu
langsung dengan seorang wanita yang ia kenal sebelumnya dari game online. Pria yang
bernama Liu ini masih lajang dan keluarganya mendesak supaya Ia segera mencari pasangan.
Pada november 2019, Liu berkenalan dengan seorang gamer wanita bernama Chang kemudian
menjadi pasangan di dalam game dan berteman di aplikasi weChat. Foto-foto Chang yang
cantik dan kulit putih membuat Liu tertarik. Selama mereka berhubungan, Chang sering
meminta uang kepada Liu dengan berbagai alasan. Selang beberapa bulan, Liu ingin bertemu
dengan Chang tetapi Chang seringkali menolak untuk bertemu secara langsung. Hingga
akhirnya pada bulan maret 2020, Liu memutuskan mendatangi tempat tinggal Chang tetapi Liu
sangat terkejut karena ternyata Chang sangat berbeda dengan yang selama ini Ia lihat di foto.
Sampai pada akhirnya, Liu mengetahui bawah apa yang diceritakan Chang selama ini
mengenai dirinya dan latar belakangnya hanyalah kebohongan belaka. Liu mengatakan selama
berkenalan dengan Chang Ia telah memberikan uang sebanyak 320 ribu Yuen atau sekitar 686
juta rupiah namun Chang menolak untuk mngembalikannya sehingga Liu memutuskan untuk
melaporkannya ke polisi. Dari hasil investigasi polisi,wanita berusia 22 tahun ini ternyata
mencuri foto-foto wanita cantik yang Ia gunakan untuk menipu secara online.

Analisa :

Contoh Video di atas merupakan contoh kasus Catfishing. Seperti yang kita ketahui catfishing
adalah suatu kondisi dimana seseorang berpura–pura menjadi orang lain dengan menciptakan
identitas baru di internet. Sikap kita sebagai seorang ASN adalah wajib untuk berhati-hati
apabila mengenal seseorang lewat media sosial. Sangat penting untuk mencari informasi
mengenai siapa orang yang kita kenal lewat media sosial dan jangan mudah percaya sampai
betul-betul mengetahui informasi yang valid. Pada saat kita menggunakan media sosial, sangat
penting untuk tidak menyebarkan atau menampilkan informasi pribadi yang terlalu mendetail
karena berisiko memancing orang yang tidak bertanggungjawab untuk melakukan tindakan
yang tidak benar.

Anda mungkin juga menyukai