Anda di halaman 1dari 34

Counseling in Context

Konseling
dalam Konteks
Kelompok 1

Alvina Arifah Mayani 1106620060


Arif Rahmad Setiawan 1106620071
Ferlam Prihnas Ananju 1106619058
Seva Anjoe Baihaqi 1106620014
Tamara Kiran Viendy Churun In 1106620028
Kerangka Kerja Konseling
model RESPECTFUL

1. Mengakui multidimensi
2. Sifat pembangunan manusia
3. Mengatasi kebutuhan yang komprehensif
4. Model keragaman manusia yang memiliki kegunaan
praktis untuk pekerjaan kesehatan mental profesional

(D'Andrea & Daniels, 1997, 2001)


IDENTITAS AGAMA/SPIRITUAL

Agama dan spiritualitas umumnya mengacu pada keyakinan seseorang pada


realitas yang melampaui sifat fisik dan memberi individu makna hidup yang "luar
biasa" secara umum dan pengalaman manusia pada khususnya.

Karena identitas religius/spiritual klien dapat memainkan


peran penting dalam cara mereka membangun
pengalaman makna hidup, menafsirkan kesulitan pribadi
yang mereka hadapi dalam hidup, dan mengatasi situasi
stres, penting bagi konselor untuk menilai sejauh mana
faktor ini memengaruhi perkembangan psikologis klien
di awal proses konseling.
Individu yang menunjukkan identitas agama/spiritual yang berbeda
(misalnya, orang-orang yang menganut keyakinan Yahudi atau Muslim)
sering distereotipkan, didiskriminasi, dan ditindas oleh orang-orang yang
mengidentifikasi diri dengan berbagai kelompok Kristen dalam masyarakat
Amerika.

Karena stereotip, diskriminasi, dan penindasan ini sering


mengakibatkan stresor unik yang berpotensi berdampak
buruk pada kesejahteraan psikologis orang-orang yang
mengidentifikasi diri dengan kelompok agama/spiritual ini
dan lainnya, penting untuk menggunakan strategi
intervensi yang sengaja dirancang untuk mempromosikan
perubahan ekologis yang mendorong perubahan positif di
antara lebih banyak orang di masyarakat kita.
LATAR BELAKANG KELAS EKONOMI

Kelas ekonomi merupakan salah satu


pengaruh bagaimana seorang individu
bersikap, nilai, pandangan hidup, dan
perilaku.
Identitas Seksual
Istilah identitas seksual berhubungan dengan identitas gender seseorang, jenis
kelaminn, dan orientasi seksual. Istilah identitas gender mengacu secara khusus
pada perasaan subjektif seseorang tentang apa artinya menjadi laki-laki atau
perempuan. Jenis kelamin identitas seseorang jelas dipengaruhi oleh perbedaan
peran laki-laki dan perempuan yang disosialisasikan untuk dimainkanan dalam
konteks budaya/etnis tertentu.

Identitas seksual seseorang juga dipengaruhi oleh orientasi seksual seseorang


istilah identitas seksual berhubungan dengan identitas gender seseorang, jenis
kelamin peran, dan orientasi seksual.
KEMATANGAN PSIKOLOGIS

Konselor sering bekerja dengan klien yang memiliki kesamaan identitas


(misalnya, identitas agama/spiritual, etnis/ras, dan seksual) dan karakteristik
demografis (misalnya, usia, jenis kelamin, dan kelas ekonomi) tetapi tampak
sangat berbeda secara psikologis. Dalam situasi ini, kita mungkin menyebut satu
klien sebagai "lebih dewasa secara psikologis" daripada klien lain yang seumuran.

Teori struktural-perkembangan memandang perkembangan psikologis


sebagai proses di mana individu berpindah dari cara berpikir yang
sederhana ke cara berpikir yang lebih kompleks tentang diri mereka dan
pengalaman hidup mereka.
Saat menilai tingkat kedewasaan psikologis klien, konselor
berada pada posisi yang lebih baik untuk merancang strategi
intervensi yang lebih disesuaikan untuk memenuhi kekuatan dan
kebutuhan psikologis mereka yang unik.

Penting juga bahwa profesional kesehatan mental meluangkan


waktu untuk merenungkan perkembangan mereka sendiri,
karena proses bantuan dapat dengan mudah dirusak ketika
praktisi dipasangkan dengan orang yang berfungsi pada tingkat
kematangan psikologis yang lebih tinggi daripada diri mereka
sendiri.
IDENTITAS ETNIS/RAS

Terdapat perbedaan psikologis pada setiap individu dari


kelompok etnis/ras yang sama. Untuk itu, penting bagi konselor
untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan untuk
menilai dengan efektif secara akurat perbedaan-perbedaan
yang ada pada antar individu dalam suatu etnis/ras yang sama.
Juga penting bagi konselor memahami bagaimana pengalaman
etnis/ras pada setiap individu berpengaruh terhadap
perkembangan individu, cara individu mengambil makna dari
kehidupan mereka, juga bias yang mereka peroleh terhadap
orang lain.
TANTANGAN KRONOLOGI
PERKEMBANGAN
Tantangan bagi konselor sekarang ini berkaitan dengan setiap fase
perkembangan manusia. Karena fase perkembangan manusia sangat
kompleks, tidak hanya perubahan pada bagian fisik, tetapi juga pada kognitif
dan emosional individu. Hal tersebut membuat individu (baik anak muda
ataupun orang dewasa) mengalami berbagai jenis tekanan dari lingkungan.
Dijelaskan oleh penulis bahwa konselor akan menghadapi tantangan yang
lebih besar jika klien berusia jauh lebih dewasa daripada konselor, karena
bagi konselor akan lebih sulit untuk mendapatkan kepercayaan, rasa hormat,
dan validasi keprofesionalannya. Konselor perlu mengenali hambatan-
hambatan dalam menangani tantangan yang ada, juga berinovasi terkait
program yang efektif yang secara khusus ditujukan untuk meningkatkan
kesehatan, kesejahteraan, dan kehormatan seluruh manusia dari segala usia
terkait kondisi lingkungan yang menekan.
Trauma dan Ancaman lain
bagi Kesejahteraan
Seseorang
Model ini menekankan cara berpikir kompleks sebuah
situasi stres dapat menjadi risiko yang berbahaya bagi
psikologis.

Bahaya ini biasanya terjadi ketika stresor yang dialami


individu dalam hidupnya melebihi kemampuan mereka
untuk mengatasinya dengan cara yang konstruktif.

Individu yang mengalami stres dalam waktu yang lama,


akan rentan terhadap kesehatan mental di masa depan.
Konselor sering dipanggil untuk bekerja dengan orang-
orang dalam berbagai kelompok rentan seperti orang
miskin, tunawisma, pengangguran, broken home,
pengguna NAPZA, dan individu lainnya yang menjadi
korban dari berbagai bentuk rasisme, seksisme, dan
penindasan budaya.

Konselor yang kompeten secara multikultur sadar akan


cara stresor lingkungan mengancam kesejahteraan
pribadi, sehingga konselor dapat menerapkan strategi
intervensi yang dapat membantu memperbaiki
masalah ini.

Penting juga bagi konselor untuk merefleksikan


berbagai pengalaman yang menyebabkan stres dan
kejadian traumatis pada kehidupannya yang
berdampak pada perkembangan psikologis konselor
sendiri.
Riwayat Latar
Belakang Keluarga
Berbagai jenis keluarga (misalnya, keluarga orang
tua tunggal, keluarga campuran, keluarga besar,
dan keluarga dikepalai oleh orang tua gay dan
lesbian)
CIRI FISIK YANG UNIK

Cara pandang seorang individu


memandang dirinya sendiri dapat
menentukan self-worth.
LOKASI TEMPAT TINGGAL &
BAHASA BERBEDA

Perbedaan letak geografis tempat tinggal dan


perbedaan bahasa (verbal maupun non-
verbal)
Relevansi Kerangka
RESPECTFUL
Terdapat 3 aspek yang secara khusus relevan untuk
kerangka konseling komunitas, yaitu:

Konselor perlu untuk mengatasi sifat


multidimensi dari perkembangan manusia
dalam pekerjaan mereka.

Menggunakan beberapa pendekatan untuk


mempromosikan kesehatan psikologis dan
kesejahteraan pribadi sejumlah besar orang
dari berbagai konseli yang beragam.

Konselor perlu untuk menilai diri mereka


sendiri pada setiap faktor yang membentuk
model ini.
MODEL KONSELING RESPECTFUL DAN
ASESMEN DIRI KONSELOR
Model konseling RESPECTFUL memengaruhi cara kita
membangun makna tentang diri kita sendiri, tentang orang
lain dalam hidup kita, juga tentang dunia tempat kita hidup.
Oleh karena itu, penting bagi konselor untuk merenungkan
dan meluruskan asumsi serta bias yang muncul dari orang
lain/klien yang berbeda dengan konselor. Dalam beberapa
kasus, asumsi dan bias yang muncul atau dikembangkan
oleh konselor mungkin dapat berguna dalam berproses
dengan klien yang berasal dari berbagai kelompok dengan
latar belakang yang berbeda. Namun di sisi lain, ada juga
kemungkinan bahwa asumsi dan bias yang muncul atau
konselor peroleh dapat mengakibatkan hasil yang tidak
efektif dan bahkan bisa berbahaya dalam berproses dengan
klien.
ASESMEN

Konselor dapat membantu mengidentifikasi


area masalah dan menyarankan soiusi yang
memungkinkan. Namun, agar paling efektif,
proses penilaian harus mendapatkan
partisipasi aktif klien.
Pendekatan Kolaboratif untuk Asesmen

Asesmen dalam konteks konseling komunitas adalah upaya bersama di mana


konselor dan klien berusaha untuk mengidentifikasi hambatan yang dapat diatasi.
Melalui proses kolaboratif ini, klien dapat memanfaatkan sumber daya pribadi
mereka dengan lebih baik dan meningkatkan rasa pemberdayaan mereka.
PENILAIAN BERBASIS
KEKUATAN

Penilaian berbasis kekuatan didasarkan pada membangun


hubungan saling percaya, bekerja secara kolaboratif, dan
memanfaatkan kekuatan individu (dapat berupa motivasi pribadi).
Penilaian berbasis kekuatan adalah pengukuran keterampilan,
kompetensi, serta karakteristik emosional dan perilaku individu yang
dapat menciptakan rasa percaya diri individu (menumbuhkan
personal achievement dan kemampuan problem solving). Juga
individu diharapkan dapat berkontribusi terhadap lingkungan di
sekitarnya (team work, empati, konsep dan peran diri yang baik)
MENYEIMBANGKAN TUNTUTAN
DAN SUMBER DAYA

Konselor dan klien dapat menggunakan proses asesmen untuk


berfokus pada tuntutan dan sumber daya, penyebab stress, dan
kekuatan. Melihat situasi mereka dengan cara ini dapat
membantu klien untuk memahami bahwa mereka dapat
mengambil langkah-langkah untuk mengurangi stres dan/atau
memperkuat sumber daya dan kekuatan pribadi mereka. Mereka
kemudian dapat merencanakan strategi tindakan dengan lebih
bertanggung jawab untuk mengatasi masalah yang terungkap
selama penilaian.
Oleh karena itu, konselor dalam kerangka konseling komunitas harus
membantu klien melakukan hal-hal berikut:
- Mengidentifikasi dan memiliki kekuatan dan sumber daya mereka.
- Buat rencana untuk meningkatkan sumber daya jika perlu.
- Mengidentifikasi dan menarik sumber bantuan di lingkungan.
- Buat rencana untuk mengurangi unsur-unsur stres di lingkungan, baik
dengan menghindarinya atau langsung menghadapi dan mengubahnya

Konselor dan klien harus bersama-sama mengidentifikasi


kemungkinan sumber dukungan yang berasal dari lingkungan. (jika
lingkungan baik, maka klien akan memiliki sumber dukungan yang
baik, begitupun sebaliknya)
KONSEPTUALISASI KLIEN

Bagaimana konselor memandang konselinya.

Kesadaran dari konselor bahwa setiap konseli


merupakan individu yang unik, serta memiliki
sumber daya yang berbeda. Isu bisa saja sama,
namun bagaimana lingkungan konseli
tersebut melihat isu tersebut bisa sangat
berbeda.
PERKEMBANGAN
IDENTITAS MINORITAS
Model Minority Identity Development (MID) (Atkinson et al., 1998) memberikan
penjelasan yang menarik tentang bagaimana orang-orang dari kelompok minoritas
bukan kulit putih mengembangkan rasa identitas pribadi dalam konteks lingkungan
sosial yang sering meremehkan latar belakang budaya, etnis, dan ras mereka.

Model MID “berlabuh pada keyakinan bahwa semua kelompok


minoritas mengalami kekuatan penindasan yang sama, dan
sebagai hasilnya, semua akan menghasilkan rasa identitas diri
dan kelompok yang kuat terlepas dari kondisi penindasan
mereka” (Ponterotto & Pedersen, 1993, hal. 45)
Model MID berfungsi sebagai kerangka kerja untuk membantu konselor
memahami sikap dan perilaku klien minoritas. Model tersebut dapat membantu
konselor menjadi lebih peka terhadap hal-hal berikut:
1. Penindasan memainkan peran dalam perkembangan psikologis orang minoritas
2. Perbedaan yang bisa ada di antara anggota kelompok minoritas yang sama
sehubungan dengan identitas budaya mereka
3. Perubahan perkembangan potensial yang mungkin terjadi pada orang-orang
dari berbagai kelompok budaya, etnis, dan ras selama masa hidup mereka.

Perubahan perkembangan ini telah dijelaskan dalam tahapan berikut:


1. Tahap Konformis
2. Tahap Disonansi
3. Tahap Perlawanan dan Pencelupan
4. Tahap Introspeksi
5. Artikulasi Sinergis dan Tahap Kesadaran
PENDEKATAN KONSELING DENGAN
ORIENTASI KEADILAN SOSIAL

Konselor berperan sebagai advokasi dan aktivis


sosial.

Perlunya konselor memahami situasi konseli


dengan seluas-luasnya konseli juga harus sadar
akan hal tersebut bekerja dalam perspektif
strength-based.
Konseling yang Berfokus
pada Pemberdayaan

Dahulu, konselor dilatih untuk menyampaikan kepada


konseli bahwa penyebab masalah dan solusinya terletak
pada individu, namun terdapat beberapa kekuatan
eksternal (rasisme dan penindasan) yang menciptakan
stresor dan ketidakberdayaan.

Salah satunya yaitu penindasan terinternalisasi yang


merupakan penerimaan, sering tidak disadari, mitos,
informasi yang salah, dan stereotip yang dibangun budaya
tentang kelompok seseorang. Seseorang mengambil nilai
nilai dan norma kelompok dominan dan mengeluarkan
anggapan tentang pengalaman dan nilai kelompok
mereka sendiri.
Penyuluhan Ekologi

Perilaku klien (atau pemikiran atau perasaan) tampaknya


membuat dia ke dalam beberapa jenis masalah. Solusi yang
jelas adalah membantu klien mengubah masalah ini sehingga
kesulitan menjadi mudah.Perilaku klien (atau pemikiran atau
perasaan) tampaknya membuat dia ke dalam beberapa jenis
masalah. Solusi yang jelas adalah membantu klien mengubah
masalah ini sehingga kesulitan menjadi mudah.
KONSELING DAN TERAPI
FEMINIS
Banyak perempuan mulai menyadari bahwa masalah yang mereka anggap
sebagai masalah mereka sebenarnya bersifat sistemik. Mereka mulai menyadari
bahwa apa yang mereka anggap sebagai kekurangan pribadi sebenarnya
berakar pada realitas sosial/politik.

Sarana untuk mengeksplorasi konsep ini melibatkan


jaringan kelompok “peningkatan kesadaran” di mana kisah-
kisah perempuan dapat diekspresikan—dan dibandingkan.

Kelompok-kelompok peningkatan kesadaran mengikuti


model egaliter dan tidak memanfaatkan para profesional
sebagai pemimpin dan tidak terjadi dalam pengaturan
institusional.
Banyak konselor dan terapis memandang model feminis cocok untuk pria
maupun wanita dan menggunakannya untuk meningkatkan pemahaman
mereka tentang semua bentuk penindasan.

Kehadiran rasisme yang luar biasa memengaruhi hubungan pria-wanita dan


mengharuskan para konselor—terutama konselor keluarga—untuk memahami
realitas berbagai penindasan.

Konselor perlu menyadari aspek-aspek penting dari dinamika yang


mempengaruhi hubungan laki-laki-perempuan, termasuk:
(a) hambatan rasial yang menghalangi laki-laki kulit berwarna untuk
melakukan peran penyedia
(b) perasaan takut, dan protektif terhadap, pria kulit berwarna yang
telah ditanamkan pada wanita kulit berwarna.
Feminis, sebagian besar, mengakui bahwa semua laki-laki tidak sama kuatnya
dalam masyarakat ini mengingat perbedaan ras dan kelas. Namun, banyak
konselor keluarga feminis yang tidak memahami kekhawatiran wanita kulit
berwarna terkait keselamatan dan perlindungan pria dalam hidup mereka.

Konselor dapat membantu klien mereka dengan baik jika mereka mengenali
kompleksitas hubungan yang dipengaruhi oleh persaingan penindasan. Proses ini
termasuk "menganggap yang terbaik tentang setiap klien dan tidak menyalahkan
klien atas ikatan ganda yang mereka temukan dengan pasangan intim karena
rasisme dan seksisme"

Kaum wanita berpartisipasi dalam memerangi


penindasan ras, gender, heteroseksual, dan kelas
secara bersamaan sehingga mereka dapat
menghormati dan menghadapi berbagai
penindasan yang dihadapi oleh wanita kulit
berwarna.
TERAPI RELASIONAL
BUDAYA
Terapi ini terfokus dan memberikan perhatian khusus pada kasus yang berkaitan
dengan relasional-budaya, seperti : efek hak istimewa, rasisme, seksisme (prasangka
yang didasarkan pada gender), dan heteroseksisme (diskriminasi dan/atau
kebencian terhadap individu yang bergantung pada homoseksualitas). Terapi ini
diberikan pada individu/komunitas yang mengalami opresi kultural/tekanan dalam
suatu konflik yang diakibatkan oleh komunitas lain. Konselor dalam praktiknya,
terapi relasional-budaya tidak hanya menekankan budaya pada klien tetapi juga
hubungan konselor-klien dalam konteks budaya dan psikologi. Penting bagi kita
memutus hubungan secara fisik juga perasaan dengan orang-orang yang membuat
kita merasa tertekan dalam kondisi buatannya. Namun jika kita dapat
mengungkapkan perasaan kita lalu orang lain merespons dengan hati-hati maka
menunjukkan bahwa kita telah berpengaruh dan dapat membangun hubungan
baik dengan orang lain.
Daftar Pustaka

Lewis, J. A., Lewis, M. D., Daniels, J. A., & D’andrea, M. J. (2011). Community
Counseling: A Multicultural-Social Justice Perspective. Belmont: Brooks/Cole
Cengage Learning.
Kita tidak dapat memperoleh pikiran yang damai kecuali kita dapat
berhubungan dengan sumber kedamaian yang yang ada di dalam diri kita.
Damai yang kamu miliki ada di dalam dirimu, dan jika kamu mencarinya di luar,
kamu tidak akan pernah menemukannya.
- Maha Guru Ching Hai

Terima Kasih!

Anda mungkin juga menyukai