Skripsi Siap
Skripsi Siap
SKRIPSI
Oleh:
FAUZIAH
1810611102
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2023
PENDAPAT KONSUMEN TENTANG PREDIKAT
AMAN SEHAT UTUH DAN HALAL (ASUH)
PADA OLAHAN ITIK LADO MUDO
DI KOTA BUKITTINGGI
(Studi Kasus Itik Lado Mudo Ngarai)
SKRIPSI
Oleh:
FAUZIAH
1810611102
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas
Peternakan
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2023
2
PENDAPAT KONSUMEN TENTANG PREDIKAT
AMAN SEHAT UTUH DAN HALAL (ASUH)
PADA OLAHAN ITIK LADO MUDO
DI KOTA BUKITTINGGI
(Studi Kasus Itik Lado Mudo Ngarai)
i
KATA PENGANTAR
Utuh dan Halal (ASUH) pada Olahan Itik Lado Mudo di Kota Bukittinggi
(Studi Kasus Itik Lado Mudo Ngarai)” sebagai syarat untuk memperoleh gelar
terimakasih kepada Dr. Ir. H. Fuad Madarisa, M.Sc selaku pembimbing 1 dan
Ediset S.Pt, M,Si selaku pembimbing 2 yang telah memberikan bimbingan, saran
kepada keluarga atas Do’a, motivasi dan bantuannya baik dari segi materil
ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan dalam
penulis mengharapkan saran dan kritikan dari semua pihak demi kesempurnaan
skripsi ini dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin
Fauziah
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR TABEL..................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................vii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
BAB II.....................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................5
2.1 Pendapat........................................................................................................5
2.2.1 Aman.......................................................................................................8
2.2.2 Sehat......................................................................................................13
2.2.3 Utuh.......................................................................................................14
2.2.4 Halal......................................................................................................16
2.3 Ternak Itik.............................................................................................26
2.6 Konsumen...............................................................................................32
BAB III...........................................................................................................................36
METODOLOGI PENELITIAN.........................................................................36
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian..................................................................36
a. Populasi......................................................................................................36
iii
b. Sampel....................................................................................................36
3.3 Jenis dan Sumber Data..............................................................................37
BAB IV..................................................................................................................42
HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................................42
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian........................................................42
4.3.1 Umur.....................................................................................................45
4.3.2 Jenis Kelamin.......................................................................................46
4.3.3 Pendidikan Formal Terakhir..............................................................47
4.3.4 Alamat...................................................................................................48
4.3.5 Pekerjaan..............................................................................................48
4.3.6 Pendapatan...........................................................................................49
4.4 Implementasi predikat ASUH pada usaha itik lado hijau di Kota
Bukittinggi.........................................................................................................50
BAB V....................................................................................................................66
KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................66
5.1 Kesimpulan.................................................................................................66
5.2 Saran............................................................................................................66
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................67
LAMPIRAN..........................................................................................................72
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
terletak di Provinsi Sumatera Barat. Bukittinggi menjadi salah satu daerah yang
memiliki banyak tempat wisata alam dan kuliner yang terkenal. Wisata kuliner
menjadi sebuah jenis wisata yang sangat banyak dampaknya bagi perkembangan
sebuah daerah dan dapat menjadi cara terbaik untuk mempromosikan dan
memasarkan suatu destinasi wisata. Selain itu yang menjadi nilai pentingnya
makanan kuliner yang berbahan dasar daging itik. Daging itik merupakan salah
satu sumber pangan asal hewani dari komoditas peternakan. Daging itik dikenal
sebagai salah satu jenis daging yang mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan daging ayam. Kelebihan berdasarkan sifat kimia daging itik
merupakan sumber protein bermutu tinggi dan mampu berproduksi dengan baik,
hal ini menandakan itik dapat berkembang pesat karena produksi yang tinggi dan
cepat sehingga dapat memenuhi permintaan konsumen. (Ali dan Febrianti, 2009).
Produk olahan dari daging itik yaitu yang dikenal dengan itik lado hijau atau
daging itik yang dibumbui dengan cabe hijau. Namun untuk mengolah Itik Lado
Mudo ini tidak mudah karena harus teliti dalam pembersihan dan pengolahannya,
jika tidak teliti maka akan mendapatkan rasa itik yang amis dan alot. Kegagalan
1
ini yang mengakibatkan kurangnya ketertarikan masyarakat dalam mengkonsumsi
daging itik. Permasalah lain yang sering didapatkan yaitu pada beberapa olahan
apa yang terkandung didalamnya. Olahan yang tidak memenuhi mutu dapat
finansial, olahan yang tidak memenuhi syarat mutu dapat pula mengancam
penyajian dari itik lado mudo, hal ini diakibatkan oleh kurangnya pengetahuan
kebutuhan hak asasi manusia, karena setiap manusia membutuhkan pangan untuk
kehalalannya. Hal ini sesuai dengan standar pemerintah yang telah menetapkan
standar ASUH terhadap pengolahan daging yang diatur dalam pasal 58 ayat (1)
Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan yang berbunyi,
“Dalam rangka menjamin produk hewan yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal,
produk hewan”.
2
kesehatan, keutuhan dan kehalalan pada daging itik di Bukittinggi. Dengan
Halal (ASUH) pada Olahan Itik Lado Mudo di Kota Bukittinggi (Studi
adalah:
Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH) pada olahan Itik Lado Mudo Ngarai
Bukittinggi
Berdasarkan uraian diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
3
baru dalam pengembangan ilmu mengenai predikat Aman, Sehat, Utuh
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pendapat
pikiran, atau pendirian. Pendapat merupakan suatu akumulasi citra yang tercipta
Pendapat secara umum juga dapat diartikan sebagai opini. Opini adalah
sebuah aktualisasi. Opini dapat dinyatakan secara aktif maupun pasif. Opini dapat
dinyatakan secara verbal, terbuka dengan kata-kata yang ditafsirkan secara jelas,
ataupun melalui pilihan-pilihan kata yang sangat halus dan tidak secara langsung
perilaku, bahasa tubuh, raut muka, simbol-simbol tertulis dan nilai-nilai (Rhenald
Kasali, 2003). Opini hanya dapat ditunjukkan jika ada suatu masalah yang
berarti situasi yang melekat atau menimpa dirinya. Misalnya situasi tertekan,
situasi marah dan tenang akan berbeda dalam aktualisasi opininya. (Nurudin,
2001).
satu sama lain. Dalam Zamroni (2013) berpendapat bahwa persepsi adalah proses
individu dapat mengenali objek atau fakta objektif dengan menggunakan alat
individu. Persepsi seseorang terhadap sesuatu objek tidak berdiri sendiri akan
tetapi dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dari dalam maupun dari luar dirinya.
5
Persepsi adalah suatu proses dimana individu mengorganisasikan dan
mereka. Apabila seseorang memiliki motivasi, maka orang tersebut sudah siap
untuk bertindak. Tindakan yang diambil ini akan dipengaruhi oleh persepsi dan
situasi yang dihadapinya. Dua orang dengan motivasi dan tujuan yang sama
mungkin akan bertindak secara berbeda karena mereka dalam situasi yang
2. Pandangan adalah suatu proses dimana menghimpun dari semua pendapat dan
dasar. Asumsi juga berarti landasan berpikir sebab suatu hal yang diasumsikan
2012, pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk
yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau
minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku
6
pangan, bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan,
mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang
yang aman serta bermutu dan bergizi tinggi sangat penting peranannya bagi
Pangan ASUH merupakan singkatan dari pangan yang Aman, Sehat, Utuh,
merekomendasikan daging yang ASUH, yaitu Aman, Sehat, Utuh dan Halal.
Aman yaitu tidak mengandung bibit penyakit racun (toksin), residu obat dan
hormone, cemaran logam berat, cemaran peptisida, cemaran zat berbahaya serta
bahan-bahan atau unsur-unsur lain yang dapat menyebabkan penyakit dan akan
dibutuhkan serta berguna bagi kesehatan dan pertumbuhan manusia. Utuh yaitu
daging tidak tercampur dengan bagian lain dari hewan tersebut atau bagian dari
hewan lain yang tidak layak dikonsumsi. Halal yaitu daging sapi merupakan hasil
Makanan Aman Sehat Utuh dan Halal (ASUH) memiliki definisi bahwa
makanan tersebut harus bebas dari kontaminasi berbahaya, mempunyai nilai gizi
yang tinggi, tidak terpapar bahan lain dan diolah berdasarkan syariat islam
7
untuk memilih bahan baku hewan berupa daging segar. Dalam proses
penerapannya, tidak hanya bahan baku saja yang harus diperhatikan, namun
proses pengolahan bahan tersebut juga menjadi point penting. Hal ini dikarenakan
selama proses pengolahan nilai gizi bahan dapat berubah sehingga mempengaruhi
Sehat Utuh Halal) terhadap pengolahan daging yang diatur dalam pasal 58 ayat
undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan yang
berbunyi, “Dalam rangka menjamin produk hewan yang Aman, Sehat, Utuh dan
produk hewan”.
2.2.1 Aman
Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 tentang keamanan, mutu dan gizi pangan adalah
kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan
cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan
kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan
cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan
terbebasnya makanan dari zat atau bahan yang dapat membahayakan kesehatan
8
tubuh tanpa membedakan apakah zat itu secara alami terdapat dalam bahan
makanan yang digunakan atau tercampur secara sengaja atau tidak sengaja
kondisi yang menjamin bahwa pangan yang akan dikonsumsi tidak mengandung
kondisi yang akan menjamin bahwa pangan yang telah diproduksi sesuai tahapan
yang normal tidak mengalami kerusakan, bau busuk, kotor, menjijikkan, tercemar
digolongkan ke dalam dua kelompok utama yaitu infeksi dan intoksikasi. Istilah
9
masalah keamanan pangan di suatu daerah menjadi masalah internasional
mengingat saat ini produksi pangan telah menjadi industri yang diperjualbelikan
mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain
dunia sejak beberapa decade yang lalu. Kepedulian akan pengaturan pangan
dipicu oleh kebutuhan akan pangan yang utuh, aman, sehat dan bergizi. Tidak
dapat dipungkiri bahwa beberapa tahun terakhir ini semakin terasa terjadinya
Masyarakat saat ini memberi lebih banyak perhatian akan dampak produk pangan
mulai bersikap kritis untuk menilai pangan dan dikonsumsi dan semakin menuntut
melakukan pengawasan yang ketat akan adanya bahaya pangan atau isu isu
legislator bersama pihak produsen sebagai pelaksana bila berjalan dengan baik,
10
Menurut Tamaroh (2003), bahwa timbulnya gangguan keamanan pangan
2. Makanan menunggu dalam waktu yang lama dalam suhu ruang sebelum
makanan dikonsumsi
a. Kontaminasi
2. Kontaminasi fisik seperti rambut, debu, tanah, serangga dan kotoran lainnya
sebagainya
4. Kontaminasi radioaktif seperti radiasi, sinar alfa, sinar gamma, radio aktif,
potongan rambut masuk ke dalam nasi, penggunaan zat pewarna kain dan
sebagainya
11
2. Kontaminasi silang (Cross Contamination) yaitu kontaminasi yang terjadi
makanan yang telah dimasak sempurna. Contoh nasi yang tercemar debu atau
b. Keracunan
umumnya telah tercemar oleh unsur-unsur fisika, mikroba atau kimia dalam dosis
1. Bahan makanan alami yaitu bahan makanan yang secara alam telah
mengandung racun seperti jamur beracun, buntel, ketela hijau, umbi gadung
2. Infeksi mikroba yaitu bakteri pada makanan yang masuk ke dalam tubuh
diare, disentri
12
3. Racun/ toksin mikroba yaitu racun atau toksin yang dihasilkan oleh mikroba
(lethal dose)
4. Zat kimia yaitu bahan berbahaya dalam makanan yang masuk ke dalam tubuh
5. Alergi yaitu bahan allergen didalam makanan yang dapat menimbulkan reaksi
2.2.2 Sehat
tubuh. Makanan yang sehat yaitu makanan yang higienis dan bergizi. Hiegenis
dan sanitasi merupakan suatu tindakan atau upaya untuk meningkatkan kebersihan
dan kesehatan melalui pemeliharaan dini setiap individu dan faktor lingkungan
penyebab penyakit (Depkes RI, 1994). Makanan yang higienis adalah makanan
yang tidak mengandung kuman penyakit dan tidak mengandung racun yang dapat
membahayakan kesehatan.
makanan dan minuman dari segala bahaya yang dapat mengganggu atau merusak
tersebut siap untuk dikonsumsi kepada konsumen (Prabu, 2008). Salah satu
13
baik dan aman bila dikonsumsi, menurunnya kejadian resiko penularan penyakit
atau gangguan kesehatan melalui makanan serta terwujudnya perilaku kerja yang
2.2.3 Utuh
Utuh yaitu daging tidak tercampur dengan bagian lain dari hewan tersebut
atau bagian dari hewan lain yang tidak layak dikonsumsi (Direktorat Kesmavet,
2003). Makanan utuh atau “Whole Foods” adalah makanan yang berasal dari
bahan pangan alami yang mengandung semua bagian yang dapat dimakan dan
tidak mengalami pembuangan atau pengurangan dari bagian yang dapat dimakan
pengolahan yang berat, adalah memenuhi salah satu syarat makanan sehat yang
Daging itik utuh (karkas) adalah bagian tubuh ternak itik setelah dilakukan
For Use the Term “Halal”, pencabutan bulu dan pengeluaran jeroan, tanpa
kepala, leher, kaki, paru-paru dan atau ginjal, dapat berupa karkas segar, karkas
fisik dan kimiawi suatu bahan pangan yang tidak diinginkan atau penyimpangan
lemak, mineral, vitamin, pigmen dan sebagainya. Kerusakan bahan pangan dapat
menyebabkan kebusukan.
14
Ciri-ciri Kebusukan antara lain bau tidak sedap, perubahan bentuk secara
drastis, kehilangan daya tarik, dan perubahan nilai gizi yang merugikan. Apabila
ditinjau dari penyebabnya, kerusakan bahan pangan dapat dibagi beberapa jenis,
yaitu:
terjadinya kerusakan.
kerusakan fisik adalah Kerusakan warna dan tekstur pada daging yang
15
5. Kerusakan kimiawi adalah kerusakan yang terjadi karena reaksi kimia
proses rigor, dan reaksi reduksi dan oksidasi. Contoh dari kerusakan
2.2.4 Halal
Kata halal diambil dari bahasa arab yaitu “halal” yang memiliki arti
islam(QS 2:168). Halal berarti tidak mengandung unsur atau bahan haram atau
degan syarat islam. Beberapa proses yang terlibat dalam memenuhi daging halal
pelabelan dan pengangkutan ternak. Pada tahap pra pemotongan, hal-hal yang
menyangkut kehalalan antara lain adalah tata cara pemberian pakan dan
pembiakan. Bahan yang diharamkan Allah adalah bangkai, darah, babi dan hewan
yang disembelih dengan nama selain Allah (QS. Al Baqarah: 173). Pada tahap
16
1. Makanan nabati berupa tumbuh-tumbuhan, biji-bijian dan buah-buahan.
2. Minuman seperti air, susu (dari hewan yang boleh dimakan dagingnya), kopi,
coklat
3. Makanan hewani terdiri dari binatang darat dan air. Hukum binatang darat
baik liar maupun jinak adalah halal selain yang diharamkan syariat. Begitu
juga binatang air, dalam pendapat yang paling sahih adalah halal kecuali yang
(2004) adalah hal-hal yang boleh dan dapat dilakukan karena bebas dari atau tidak
dikonsumsi yang terlepas dari ikatan larangan dan diizinkan oleh pembuat syariah
untuk dilakukan.
Makanan halal menurut Quraish Shihab (2002) adalah makanan yang tidak
haram, yakni yang tidak dilarang oleh agama memakannya. Makanan haram ada 2
macam yaitu haram karena zatnya dan haram karena sesuatu bukan dari zatnya.
Makanan haram dari zatnya seperti babi, bangkai dan darah. Sedangkan makanan
yang haram karena sesuatu bukan dari zatnya seperti makanan yang tidak
diizinkan oleh pemiliknya untuk dimakan atau digunakan. Makanan yang halal
Halal merupakan istilah dari bahasa arab yang artinya diperbolehkan, legal
dan sesuai hukum islam atau syariah. Jika dikaitkan dengan produk farmasetik,
makanan dan minuman, maka halal dapat dimaknai sebagai produk yang
17
diperbolehkan untuk dikonsumsi oleh umat muslim (Abdul Rohman, 2012).
No. 518 Tahun 2001 tentang Pemeriksaan dan Penerapan Pangan. Halal adalah
tidak mengandung unsur atau bahan haram atau dilarang untuk dikonsumsi untuk
mengandung unsur atau bahan yang haram atau dilarang untuk dikonsumsi oleh
umat islam, baik yang menyangkut bahan baku pangan, bahan tumbuhan pangan,
bahan bantu dan bahan penolong lainnya termasuk bahan pangan dan yang
2013)
Kriteria halal pada makanan yang ditetapkan oleh para ahli Lembaga
(LPPOM MUI) bersifat umum dan sangat berkaitan dengan persoalan teknis
dari bahan baku yang digunakan, bahan tambahan, bahan penolong, proses
berasal dari babi atau bukan, tetapi juga meliputi cara penyembelihan, cara
1. Tidak mengandung bagian dari binatang atau sesuatu yang dilarang oleh
18
2. Tidak mengandung sesuatu yang digolongkan sebagai najis menurut ajaran
a. Bangkai hewan darat yang berdarah, bagian dari tubuh hewan yang
b. Darah
e. Nanah
Tahun 2001 Tanggal 30 November 2001 Pasal 1 tentang Pedoman dan Tata Cara
Pemeriksaan dan Penetapan Pangan Halal, yaitu pangan halal adalah pangan yang
tidak mengandung unsur atau bahan haram atau dilarang untuk dikonsumsi umat
islam dan pengolahannya tidak bertantangan degan syariat islam. Pasal 1 angka 2
Halal yang menyatakan bahwa: 1) Bahan yang berasal dari hewan yang
19
Darah, c. babi dan/atau d. hewan yang disembelih tidak sesuai dengan syariat. 2)
Bahan yang berasal dari hewan yang diharamkan selain sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri berdasarkan fatwa Majelis Ulama Indonesia
baik dalam produk makanan, minuman, obat, kosmetik, produk kimiawi, produk
biologi, produk rekayasa genetik, serta barang gunaan yang dipakai, digunakan,
Sertifikat halal dapat menjamin bahwa produk tertentu telah dikaji secara
menyeluruh, tidak adanya kontaminasi bahan non halal dan najis sehingga sesuai
tersebut.
23000, HAS 23000 adalah dokumen yang berisi persyaratan sertifikasi halal pada
Indonesia (LPOOM MUI). HAS 23000 terdiri dari 2 bagian, yaitu Bagian I
20
tentang Persyaratan Sertifikasi Halal : Kriteria Sistem Jaminan Halal (HAS
23000:2)
a. Kebijakan Halal
ditempat lain)
dari manual sistem yang lain sedangkan prosedur, intruksi kerja dan
mencakup semua bagian yang terlibat dalam aktivitas kritis serta memiliki tugas,
tanggung jawab dan wewenang yang jelas. Tim Manajemen Halal ini dibetuk dari
berbagai bagian yang terkait dalam aktivitas kritis seperti bagian pembelian, riset
dan pengembangan, quality control, produksi dan lainnya. Semua tim yang
terlibat dalam aktivitas kritis wajib memiliki kompetensi yang dibutuhkan dalam
menjalankan tugas nya untuk menjaga kehalalan bahan maupun proses produksi
21
dan fasilitas yang digunakan agar produk akhirnya berstatus halal sebagaimana
d. Bahan
boleh berasal dari bahan yang haram atau najis. Perusahan harus mempunyai
dokumen pendukung untuk semua bahan yang digunakan, kecuali bahan tidak
1. Semua bahan (bahan baku, bahan pembantu dan bahan penolong) yang
digunakan harus halal. Bahan halal adalah bahan yang bersertifikasi halal
Majelis Ulama Indonesia atau lembaga lain yang diakui Majelis Ulama
2. Bahan yang berupa intermediet atau raw product tidak boleh dihasilkan dari
harus dapat menajamin masih dapat ditelusuri dengan jelas baik terhadap
22
bahan yang digunakan, produsen maupun status halal dari masing-masing
bahan. Pengkodean harus juga menjamin barang dengan kode yang sama
Adapun pengertian bahan baku adalah bahan utama yang digunakan dalam
membantu proses produksi tetapi bahan tersebut tidak bagian dari ingridien
e. Produk
produk tidak boleh memiliki kecenderungan bau atau rasa yang mengarah kepada
produk haram atau yang telah dinyatakan haram berdasarkan fatwa Majelis Ulama
menggunakan nama yang mengarah pada sesuatu yang diharamkan atau ibadah
yang tidak sesuai dengan syariah islam. Produk pangan eceran (retail) dengan
23
sertifikasi, tidak boleh jika hanya didaftarkan sebagian. Terkhusus untuk restoran
f. Fasilitas Produksi
1. Industry pengolahan:
(LPPOM MUI) persyaratan yang harus dipenuhi dalam fasilitas produksi bahwa
lini produksi dan peralatan pembantu yang pernah digunakan untuk menghasilkan
produk babi dan turunannya, jika akan digunakan untuk menghasilkan produk
halal, maka harus dicuci tujuh kali dengan air dan salah satunya dengan tanah atau
bahan lain yang dapat menghilangkan rasa, bau dan warna. Selain itu seluruh
harus didaftarkan
2. Restoran/catering/dapur :
24
3. Rumah potong hewan (RPH)
halal
ii. Lokasi RPH harus terpisah secara nyata dari RPH/peternakan babi
iii. Jika proses deboning dilakukan diluar RPH tersebut, maka harus
prosedur aktivitas yang kirtis. Prosedur tertulis aktivitas kritis dapat dibuat
terintegrasi dengan prosedur sistem yang lain. Aktivitas kritis ini melingkupi
seleksi bahan yang baru, pemerikasaan fasilitas produksi dan peralatan pembantu,
kemampuan telusur produk yang akan sertifikasi berasal dari bahan yang
produk yang tidak memenuhi kriteria produk halal, yaitu tidak dijual ke konsumen
25
yang mempersyaratkan produk halal dan jika terlanjur dijual maka seharusnya
j. Audit Internal
Sistem Jaminan Halal. Audit internal dilakukan setidaknya enam bulan sekali oleh
auditor halal internal dan dilaksanakan oleh auditor halal internal yang kompeten
manajemen minimal satu kali dalam satu tahun, dengan tujuan untuk menilai
berkelanjutan.
pada setiap rantai usaha. Ketiga, penyediaan, distribusi dan akses pada bahan
pangan asal hewan yang aman, sehat, utuh dan halal (ASUH). Keempat,
dukungan kebijakan yang ramah dan melayani kepentingan pelaku utama dan
26
pelaku usaha. Kelima, persiapan dan perbaikan kompetensi sumber daya manusia
sosial budaya dan ekonomi) dari kehidupan kita (Suhubdy, dkk 2018).
lapisan masyarakat karena rasanya lezat dan mengandung nilai gizi yang tinggi.
Daging mengandung asam asam amino yang esensial yang lengkap dan seimbang,
daging merupakan sumber protein yang baik bagi tubuh dibandingkan sumber
protein nabati karena mengandung asam-asam amino esensial yang lengkap dan
seimbang serta mudah dicerna. Daging juga merupakan sumber lemak yang asam
lemaknya dapat merangsang sekresi dari kelenjar perut untuk aktivitas pencernaan
manusia dan mengandung mineral zat besi yang sangat dibutuhkan tubuh untuk
mencegah anemia. Menurut Suryana, 2007 daging yang baik dan sehat untuk
dikonsumsi yaitu daging yang aman dan halal dengan tanda-tanda: bersih/terang,
lapisan luar kering, berasal dari rumah potong hewan (RPH/RPA) dengan sistem
pemotongan yang halal, sudah ditiriskan, aroma tidak amis dan tidak bau asam,
serabut otot merah, sedangkan ayam serabut ototnya putih. Perbedaan macam
serabut otot penyusun daging merah dan putih akan berpengaruh pada komposisi
daging, sifat biokimiawi dan karakteristik sensori serta nilai ekonomis. Daging
yang sebagian besar terdiri atas serabut merah mempunyai kadar protein lebih
27
rendah dan kadar lemak lebih tinggi dibandingkan dengan ayam tersusun serabut
putih. Daging itik merupakan salah satu sumber pangan asal hewani dari
komoditas peternakan. Daging itik dikenal sebagai salah satu jenis daging yang
mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan daging ayam.
Kelebihan berdasarkan sifat kimia daging itik merupakan sumber protein bermutu
tinggi dan mampu berproduksi dengan baik, hal ini menandakan itik dapat
berkembang pesat karena produksi yang tinggi dan cepat sehingga dapat
memenuhi permintaan konsumen (Ali dan Febriati, 2009). Berdasarkan dari segi
gizi bahwa daging itik memiliki kadar protein 18,6 – 20,1% dan kadar lemak
berkisar antara 2,7 – 6,8 % protein pada itik lebih tinggi pada daging sapi 18,7 –
19% namun sedikit lebih rendah pada protein ayam 21,4 – 22,6 % (Matitaputty
Daging itik afkir memilki tekstur yang liat dan kadar lemak yang lebih
keempukan yang lebih rendah karena struktur daging nya tersusun banyak
jaringan ikat. Tingkat keempukan pada daging dinilai dari tiga aspek yaitu
kemudahan saat menggigit dan jumlah residu tersisa setelah mengunyah. Struktur
dan myosin), kontribusi jaringan ikat (kolagen dan elastin) serta kandungan lemak
Itik afkir memiliki kelebihan pada kandungan protein yang lebih tinggi dan
rendah kandungan kalori. Namun juga mempunyai kelemahan seperti bau yang
amis, daging yang alot dan kadar lemak yang lebih tinggi. Menurut (Oteku et al,
2006) kendala yang dihadapi dalam pengembangan daging itik adalah berstruktur
28
liat, memiliki kadar lemak lebih tinggi dari ayam pedaging, kadar asam lemak tak
jenuh (ALTJ) sekitar 60% dari total asam lemak (AL) dan serabut daging warna
terhadap komposisi asam lemak, prooksidan dan oksigen pada daging serta proses
pengolahan pangan.
Gulai Itik Lado Mudo adalah kuliner yang memakai itik belia (muda)
menjadi bahan dasar lantaran dagingnya yang masih empuk dan memudahkan
dalam proses pengolahannya. Itik Lado Mudo menggunakan bumbu primer yaitu
cabe hijau. Itik Lado Mudo menggunakan banyak porsi cabai, seolah daging itik
itu “berendam” dalam cabai. Gulai Itik Lado Mudo ini berbeda dengan gulai pada
umumnya lantaran kuah gulai ini berwarna hijau. Sajian dari Gulai Itik Lado
Mudo ini menurut segi pengolahannya membutuhkan waktu yang relative lama
yakni enam sampai delapan jam. Proses pembuatan yang lama ini akan
Gulai Itik Lado Mudo menjadi sebuah identitas yang tidak terlepas dari
kebudayaan masyarakat Nagari Koto Gadang yang berfungsi tidak hanya sebagai
pemenuhan gizi saja melainkan didalamnya terdapat nilai, fungsi bagi suatu
dan budaya masyarakat Nagari Koto Gadang. Kebiasaan mengkonsumsi Gulai Itik
Koto Gadang baik dari segi produksi, distribusi, dan konsumsi yang juga tidak
terlepas dari pandangan dan kepercayaan mengenai Gulai Itik Lado Mudo bagi
29
masyarakat Koto Gadang yang membuat mereka bangga dengan makanan khas
daerahnya.
penyesuaian diri yang lebih baik (Wibowo ,1984). Lebih lanjut Arikunto (1986)
mengemukakan bahwa “metode studi kasus sebagai salah satu jenis pendekatan
(Yin, 2008) “Penelitian ini menggunakan desain studi kasus karena desain
ini merupakan strategi yang lebih cocok bila pokok pertanyaan suatu penelitian
berkenaan dengan how atau why, bila peneliti hanya memiliki sedikit peluang
(Alsa, 2007) “Studi kasus juga dilakukan untuk memperoleh pengertian yang
mendalam mengenai situasi dan makna sesuatu atau subjek yang diteliti”. Selain
itu, Menurut (Poerwandri, 2009) “Studi kasus juga dapat membuat peneliti
memiliki pemahaman yang utuh dan terintegrasi berbagai fakta dan dimensi dari
30
menyajikan pandangan subjek yang diteliti
atau transferabilitas
6. Studi kasus terbuka bagi penilaian atas konteks yang turut berperan
Dilihat dari kasus yang diteliti, menurut Endaswara (2012), Studi kasus
dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu Studi kasus berupa penyimpangan
dari kewajaran dan studi kasus ke arah perkembangan yang positif. Studi kasus
dilakukan oleh peneliti, tetapi oleh orang lain yang kompeten. Peneliti hanya
Studi Kasus Prospektif (Prospective Case Study). Jenis Studi Kasus ini
kasus.
31
2.6 Konsumen
Perlindungan Konsumen dalam pasa 1 angka (2) yaitu setiap orang pemakai
barang barang/jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri
sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk
produk. Istilah konsumen berasal dari bahasa asing, consumer (Inggris) dan
dan jasa , baik untuk kepentingan diri sendiri maupun untuk kepentingan orang
lain.
sebagai “orang atau perusahaan ang membeli barang tertentu atau menggunakan
jasa tertentu” atau “sesuatu atau seseorang yang menggunakan suatu persediaan
dapat juga diartikan lebih luas lagi sebagai “korban pemakaian produk yang
catat”, baik korban tersebut pembeli, bukan pembeli tetapi pemakai, bahkan
korban yang bukan pemakai, karena perlindungan hukum dapat dinikmati pula
oleh korban yang bukan pemakai (Kristiyanti, 2008). India juga mendefinisikan
32
disepakati, menyangkut harga dan cara pembayarannya, tetapi tidak termasuk
yakni:
jasa untuk digunakan dengan tujuan membuat barang dan/ atau jasa
rumah tangga yang membeli atau memperoleh barang atau jasa untuk dikonsumsi
pribadi. Pada intinya setiap orang yang memakai barang atau jasa yang tersedia
adalah proses dimana seseorang mengorganisir dan mengartikan kesan dari panca
33
indera dalam tujuan untuk memberi arti dalam lingkungan mereka (Robbins,
1998). Persepsi konsumen ini sangat penting dipelajari karena perilaku konsumen
didasarkan oleh persepsi mereka tentang apa itu kenyataan dan bukan kenyataan
itu sendiri.
34
2.5 Kerangka Berpikir
Pendapat konsumen tentang predikat Aman Sehat Utuh dan Halal (ASUH)
konsumen terhadap suatu produk olahan apakah sudah memenuhi kriteria ASUH
jawabannya sebagai gambaran dari kelompok yang lebih luas. Tujuan dari
predikat ASUH pada pengolahan ini didasari oleh beberapa kejadian yang sering
terjadi seperti maraknya isu pelanggaran keamanan pangan dan banyaknya kasus
baku makanan maupun makanan jadi. Kelalaian tersebut dapat terjadi karena
Sehingga dengan adanya predikat ini masyarakat akan paham mengenai konsep
ASUH dan dapat memberikan dampak kesehatan bagi masyarakat serta berguna
ASUH
1. Aman
2. Sehat
3. Utuh
4. Halal
PENDAPAT
KONSUMEN
PREDIKAT ASUH
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus 2022. Lokasi
penelitian di Rumah Makan Itik Lado Mudo Ngarai Bukittinggi, dengan objek
Objek penelitian ini adalah konsumen dan produsen Itik Lado Mudo Ngarai.
situasi dan makna sesuatu atau subjek yang diteliti (Alsa, 2007). Kriteria
responden yang diambil pada penelitian ini adalah konsumen Itik Lado Mudo
a. Populasi
orang, objek, transaksi atau kejadian dimana kita tertarik untuk mempelajari objek
penelitian Kuncoro (2001). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
b. Sampel
Sampel adalah suatu himpunan bagian (subset) dari unit populasi. Sampel
adalah bagian dari populasi yang diharapkan dapat mewakili populasi penelitian
Kuncoro (2013). Dalam hal ini, peneliti menggunakan desain non probability
36
sampling. Teknik sampel yang digunakan adalah insidental yaitu pengambilan
bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang
yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2017)). Jadi teknik
insidental yang peneliti lakukan ini yaitu dengan cara menanyakan serangkaian
pernyataan yang ada di dalam kuesioner kepada konsumen yang sedang berada
dan mengkonsumsi Itik Lado Mudo Ngarai. Jumlah sampel yang diambil disini
adalah 50 responden seperti yang sesuai dengan anjuran (Santoso, 2002) bahwa
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah primer dan sekunder.
Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan
memerlukannya. Data primer didapat dari sumber informan yaitu individu atau
perorangan seperti wawancara yang dilakukan oleh peneliti (Hasan, 2002). Data
primer didapat dari hasil wawancara dengan konsumen yang mengolah dan
oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada (Hasan
Sumber data sekunder yang akan digunakan yaitu dari BPS, buku teks dan
37
3.4 Variabel Penelitian
38
3.5 Analisis Data
produk olahan Itik Lado Mudo dan mengetahui pendapat konsumen tentang
tingkat keamanan, kesehatan, keutuhan dan kehalalan olahan Itik Lado Mudo,
Kategori Skor
keseluruhan terhadap predikat Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH) pada olahan
Itik Lado Mudo Ngarai dapat ditentukan dengan menggunakan rumus Suparman
(1990), yaitu:
Xn− Xi
C=
K
Keterangan :
C = Interval kelas
39
Xn = Skor maksimum
Xi = Skor Minimun
K = Jumlah Kelas
Jadi, panjang kelas interval untuk komponen ASUH pada olahan Itik Lado
150−50
C= =33,3
3
keamanan pangan berdasarkan predikat ASUH pada olahan Itik Lado Mudo
manusia
2) Sehat yaitu mengandung zat zat yang berguna bagi kesehatan (baik untuk
kesehatan manusia)
3) Utuh yaitu tidak bercampur dengan bagian-bagian yang tidak layak untuk
dikonsumsi dan mengandung semua bagian yang dapat dimakan dan tidak
40
4) Halal adalah hewan atau daging nya ditangani sesuai dengan syariat islam
5) Predikat ASUH adalah setiap yang diolah dan dikonsumsi telah sesuai
6) Itik Lado Mudo yaitu olahan yang dibuat dengan berbahan dasar daging itik
konsumen
8) Konsumen yaitu orang yang menciptakan pandangan tentang baik atau buruk
sesuatu
publik ditetapkan, untuk mencapai tujuan ataupun sasaran yang ingin dicapai
41
BAB IV
Barat, secara atronomis terletak antara 00o16’ – 00o20 LS dan 100o20 – 100o25’
Luas kota Bukittinggi adalah 25,24 Km2 dan ketinggian dari permukaan
laut sekitar 780-950 meter. Kota Bukittinggi terdiri atas 3 kecamatan yaitu
Mandiangin Koto Selayan, Guguak Panjang dan Aur Birugo Tigo Baleh. Kota
Bukittinggi dikenal sebagai kota wisata dan tepat wisata yang wajib untuk
dan menarik. Tidak heran rasanya jika banyak wisatawan yang berkunjung untuk
pemandangan alam yang indah di Kota Bukittingi dan masih kurang rasa nya
apabila tidak mencoba makanan khas dari kota Bukittinggi, salah satunya yang
menarik untuk dicoba yaitu gulai Itik Lado Mudo Ngarai yang beralamat di jalan
Ngarai Binuang No 41 Bukittinggi, Sumatera Barat. Itik lado hijau atau Itik Lado
Mudo adalah gulai itik yang dilumuri cabe hijau, ini merupakan masakan
tradisional dari Ngarai Sianok dan Koto Gadang yang berada di kawasan lembah
42
4.2 Profil Usaha
Rumah Makan (RM) Gulai Itik Lado Mudo Ngarai ini berdiri sejak tahun
1980 yang dipimpin oleh ibu Nurani dan sekarang dilanjutkan oleh anak-anak nya
sebagai penerus usaha ini. Usaha rumah makan ini khusus menyediakan masakan
gulai Itik Lado Mudo. Usaha rumah makan itik lado mudo ini sepenuhnya
dikelola oleh keluarga saja dan tidak bekerja sama dengan pihak manapun. Usaha
rumah makan itik lado mudo Ngarai ini juga tidak memiliki cabang ditempat lain.
Rumah Makan Itik Lado Mudo Ngarai ini buka mulai dari pukul 09.00 sampai
pukul 16.00. Itik Lado Mudo ini dijual dengan harga per potong Rp. 40.000 dan
Rp. 45.000 sudah dengan nasi. Lokasi rumah makan Itik Lado Mudo Ngarai ini
terletak di salah satu tempat wisata yang ada di Kota Bukittinggi yaitu di Ngarai
Sumatera Barat.
yaitu umur, jenis kelamin, pendidikan formal terakhir, alamat, pekerjaan dan
strategi pemasaran.
pada Tabel 5.
43
Tabel 5. Karakteristik Masyarakat (Konsumen)
No Karakteristik Jumlah responden Persentase
1 Umur (tahun)
0 – 14 0 0%
15 – 64 49 98%
>65 1 2%
Jumlah 50 100%
2 Jenis kelamin
Laki-laki 20 40%
Perempuan 30 60%
Jumlah 50 100%
4 Alamat
Bukittinggi 16 32%
Agam 9 18%
Padang 6 12%
Solok 2 4%
Payakumbuh 1 2%
Pekanbaru 6 12%
Tenggerang 3 6%
Jakarta 4 8%
Bekasi 3 6%
Jumlah 50 100%
5 Pekerjaan
Pelajar/Mahasiswa 5 10%
Pegawai/PNS 3 6%
Honorrer/Kontrak 5 10%
Karyawanswasta 24 48%
Pedagang 3 6%
Ibu Rumah Tangga 10 20%
Jumlah 50 100%
6 Penghasilan
≤ 1.400.000 16 32%
1.500.000 - 2.400.000 2 4%
2.500.000 - 3.400.000 6 12%
≥3.500.000 26 52%
Jumlah 50 100%
Sumber: Hasil Penelitian (2022)
44
4.3.1 Umur
tahun (98%). Masyarakat dengan umur ini berjumlah 49 orang, termasuk dengan
kategori umur produktif yakni 15-64 tahun. Badan Pusat Statistik (BPS)
penduduk yang belum produktif secara ekonomis, kelompok penduduk umur 15-
umur 65 tahun keatas sebagai kelompok yang tidak lagi produktif. Dengan
penelitian ini berada pada usia produktif. Masyarakat umur produktif akan lebih
memiliki tingkat aman sehat utuh dan halal untuk untuk tubuh jika dikonsumsi.
terhadap beberapa barang dan jasa. Secara umum masyarakat usia produktif
cenderung memiliki semangat untuk ingin tahu hal yang belum diketahui,
dengan pengetahuan Ibu Rumah Tangga mengenai daging sapi yang Aman Sehat
Utuh dan Halal. Analisis data menunjukkan bahwa skor pengetahuan responden
yang berusia lebih muda lebih tinggi dibandingkan responden berusia lebih lanjut.
Sedangkan Ahmadi (2004) menyatakan bahwa usia merupakan salah satu factor
45
yang mempengaruhi kapasitas daya ingat. Daya ingat dipengaruhi oleh faktor
individu seperti sifat, keadaan jasmani, keadaan rohani dan usia. Pada usia lanjut,
daya ingat merupakan salah satu fungsi kognitif yang sering kali mengalami
penurunan.
berjenis kelamin laki laki sebanyak 20 orang (40%) dan responden yang berjenis
rumah makan (RM) Itik Lado Mudo ngarai mayoritas dengan jenis kelamin
signifikan antara minat laki- laki dan perempuan dalam mengisi waktu luang.
Salah satu cara mengisi waktu luang perempuan saat ini adalah dengan
sama. Sesuai dengan pendapat Wardle, et al, 2004 menyatakan bahwa kalangan
pengontrolan berat badan dan menjaga tubuh agar tetap ramping. Jenis kelamin
laki-laki lebih banyak yang memiliki perilaku tidak baik dalam memilih makanan
46
Aman Sehat Utuh Dan Halal dengan tujuan yang bermanfaat bagi tubuh. Hal ini
terhadap kesehatan dan keamanan pangan, perempuan lebih teliti dalam memilih
SMA sebanyak 30 orang (60%), hal ini menyatakan bahwa tingkat pendidikan
pengetahuan yang lebih tinggi cenderung untuk memilih pangan yang lebih baik
pendidikan memberikan pengaruh nyata terhadap pengaruh ibu rumah tangga. Hal
ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan ibu rumah tangga maka akan
tentang kualitas pangan dan pengetahuan gizi. Pernyataan diatas juga didukung
erat dengan pendapatan dan pengetahuan tentang pangan dan gizi. Semakin tinggi
47
informasi, baik dari orang lain meupun dari media massa, semakin banyak pula
(Grunert, 2005)
4.3.4 Alamat
berasal dari luar Kota Bukittinggi. Hal ini karena banyaknya wisatawan luar kota
Bukittinggi yang datang berkunjung dan mengkonsumsi itik lado mudo ngarai
serta hal ini juga yang membuktikan bahwasanya kuliner khas Kota Bukittinggi
banyak disukai oleh wisatawan. Selain itu masyarakat asal kota Bukittinggi pun
banyak datang dan mengkonsumsi itik lado mudo Ngarai, hal ini sebagai upaya
untuk meningkatkan rasa cinta dan minat masyarakat terhadap kuliner khas
Bukittinggi salah satu nya Itik Lado Mudo Ngarai ke wisatawan-wisatawan lain
4.3.5 Pekerjaan
hal ini karena masyarakat sebagai pegawai swasta memiliki waktu yang terikat
sehingga mereka saat mempunyai waktu yang bebas akan digunakan untuk
berwisata dan berkumpul. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Kotler (1997)
48
4.3.6 Pendapatan
pendapatan yang dimaksud adalah uang saku. Berdasarkan karakeristik pada table
mengkonsumsi makanan yang lebih mahal. Hal ini sesuai dengan pendapat
pendapatan akan menurunkan daya beli konsumen terhadap suatu produk yang
dianggap mempunyai kualitas rendah atau tidak sesuai dengan pendapatan saat
mempengaruhi banyak nya barang yang dikonsumsi bukan saja bertambah akan
Bahan pangan yang bekualitas dan bernilai gizi tinggi pada umumnya
memiliki harga yang mahal, sehingga hal ini merupakan kendala yang sering kali
adalah dalam mementingkan kualitas makanan yang akan dibeli. Dimana yang
kualitas dari makanan tersebut, dikarenakan mereka merasa tidak mampu untuk
membeli bahan pangan yang memiliki harga mahal. Sedangkan pada mereka yang
49
berpendapatan tinggi akan lebih mementingkan kualitas dari nilai gizi dari jumlah
bahan makanannya.
4.4 Implementasi predikat ASUH pada usaha itik lado hijau di Kota
Bukittinggi
ditetapkan, untuk mencapai tujuan ataupun sasaran yang ingin dicapai. Tujuannya
untuk memberikan kepastian hukum aman, sehat, utuh dan halal pada olahan Itik
Sertifikasi halal merupakan salah satu solusi bagi konsumen muslim untuk
perkara mutlak yang tidak bisa ditawar menurut ajaran islam. Dengan
mengkonsumsi atau menggunakan barang yang halal maka akan menjamin mutu
Faktor pendukung implementasi Aman Sehat Utuh dan Halal pada olahan
Itik Lado Mudo Ngarai ini yaitu produsen itu sendiri beragama islam yang secara
otomatis mengerti akan pentingnya pangan yang Aman, Sehat, Utuh Dan Halal
dan bagaimana yang telah diterapkan oleh pemilik usaha Itik Lado Mudo Ngarai
ini bahwasanya usaha mereka sudah berada pada tingkatan aman sehat utuh dan
halal tersebut, sebagaimana diungkapkan oleh pimpinan Rumah Makan Itik Lado
pangan yang halal sehingga ini menjadi alasa kuat kami menyajikan pangan yang
halal untuk dikonsumsi oleh konusmen, oleh karena itu sudah memilii sertifikasi
penunjang yang membuktikan bahwa usaha kami ini sudah bersertifikat halal,
50
namun untuk sertifikas ini kami tidak menempelkannya di dinding namun hanya
RM itik Lado Mudo Ngarai, didapatkan pengakuan dari produsen bahwa usaha
mereka ini sudah memiliki sertifikat halal untuk mendukung usaha mereka,
penting tidak hanya untuk konsumen, tapi juga untuk produsen, selain label halal
sertifikasi halal MUI gunanya memberikan rasa aman bagi para konsumen dan
sebagai jaminan untuk mereka bahwa produk yang mereka konsumsi tersebut
aman dari unsur yang tidak halal untuk diproduksi dengan cara halal dan beretika.
bahwa produk memang sesuai dengan apa yang dijanjikan sehingga meningkatkan
Produk yang memiliki sertifikasi pada produknya akan memiliki daya saing yang
lebih tinggi dibandingkan dengan poduk yang tidak memiliki sertifikasi. Adanya
sertifikasi dalam suatu produk membuat ketenangan bagi para produsen dan
Dalam implementasi halal pada olahan Itik Lado Mudo Ngarai belum
beberapa faktor pendukung yang nantinya akan menjadi pendorong bagi produsen
51
Itik Lado Mudo Ngarai untuk mengurus sertfikat halal. Untuk lebih jelasnya dapat
sertifikat halal.
Selain konsumen Itik Lado Mudo Ngarai mayoritas beragama islam, yang
adalah produsen itu sendiri yang beragama islam yang secara otomatis
akan mengerti akan pentingnya pangan halal, oleh karena itu harapannya
52
3. Bahan dan Proses Pembuatan
Ditinjau dari pemilihan bahan baku yang digunakan pada olahan Itik
Lado Mudo ini telah sesuai dengan standar BPOM yaitu menggunakan
dari alat yang digunakan dalam proses pengolahan itik lado mudo ini telah
sesuai dengan kunci standarisari Food Safety BPOM, alat yang digunakan
keadaan sekitar dalam pembuatan dan penyajian itik lado mudo tidak
cara pengolahan yang benar, telah menggunakan alat dan bahan yang
aman dan bersih sesuai dengan standarisasi Food Safety BPOM dan dalam
proses pengolahannya usaha ini telah menerapkan cara yang benar sesuai
dengan tingkat ASUH yaitu keadaan sekitar pengolahan yang bersih dari
menggunakan itik yang telah disembelih sesuai syariat islam dan diolah
dengan cara yang benar sehingga menghasilkan daging itik lado mudo
53
Gambar 2. Diagram Alir Itik Lado Mudo Ngarai
a. Kebijakan Halal
dengan syariat islam, baik itu dari segi penyembelihan, proses, alat dan
Mudo Ngarai ini memiliki semua tenaga kerja yang muslim dan memiliki
54
karyawan yang tetap. Selain itu memiliki tim manajemen yang kompeten
saja usaha RM Itik Lado Mudo Ngarai ini belum melaporkan status
sertifikat halal.
Pelatihan dan edukasi pada usaha RM Itik Lado Mudo ini tidak
sesuai dengan SOP yang telah dibentuk dari awal RM Itik Lado Mudo
berdiri.
d. Bahan
ini telah sesuai dengan standar BPOM yaitu menggunakan cabai, bawang
islam.
e. Produk
kecenderungan bau atau rasa yang mengarah ke pada produk yang haram.
Untuk merk/nama produk usaha ini adalah “Gulai Itiak Lado Mudo
55
Ngarai” dan tentunya nama/merk ini tidak mengarah ke sesuatu yang
f. Fasilitas Produksi
haram dan najis, dikarenakan dalam proses pengolahan itiak lado mudo ini
merubah status kehalalan suatu produk. Pada RM Itik Lado Mudo Ngarai
ini belum menjalankan aktivitas kritis dan belum diperiksa oleh lembaga
terkait, namun jika telah mempunyai prosedur tertulis tentang aktivis kritis
dan diperiksa sesuai dengan prosedur maka usaha Itik Lado Mudo Ngarai
h. Kemampuan Telusur
56
apa bahan baku untuk memproduksi produk tersebut. Namun, RM Itik
Lado Mudo Ngarai ini belum memiliki prosedur tertulis untuk menjamin
produk yang sudah disertifikasi halal yang terlanjur diproduksi dari bahan
yang tidak disetujui kehalalannya dan atau dari fasilitas yang tidak
memenuhi kriteria sistem jamina halal. Namun pada RM Itik Lado Mudo
Halal
j. Audit Internal
enam bulan sekali oleh auditor halal internal, namun pada usaha RM Itik
Lado Mudo Ngarai ini belum memiliki prosedur tertulis audit internal,
sehingga belum bisa dievaluasi oleh auditor halal dan belum dapat
tertulis dan bahan kaji ulang sebelumnya. Sedangkan penerapan sistem ini
57
di RM Itik Lado Mudo Ngarai belum terjalankan, karena usaha ini belum
4.6.1 Aman
Pada variable aman yang diamati dalam penelitian terkait dengan pendapat
konsumen yang mengkonsumsi Itik Lado Mudo Ngarai apakah yang mereka
konsumsi sudah sesuai dengan kriteria aman. Pada variable aman, untuk
Dari table 5 diatas menunjukkan bahwa rata-rata untuk Aman pada itik
lado hijau adalah 144,5 dengan kriteria sesuai. Tanggapan responden tertinggi
adalah pada indikator bahan baku yang digunakan pada pembuatan olahan Itik
Lado Mudo yaitu dengan skor 150 atau 100% responden menjawab setuju. Bahan
baku yang digunakan dalam pembuatan kuah gulai Itik Lado Mudo yaitu dari
bahan – bahan alami seperti bawang merah, bawang putih dan langkok-langkok
sebagai bahan baku dalam pembuatan kuah gulai itik ini termasuk dalam rempah
rempah yang aman untuk dikonsumsi. Hal ini yang membuktikan bahwa
58
konsumen setuju dan yakin dengan makanan yang mereka konsumsi berasal dari
Indikator kedua yaitu cuci dan sanitasi alat dan bahan dengan skor 143
dari tanggapan responden menjawab setuju. Hal ini menyatakan bahwa konsumen
setuju dan yakin dengan pernyataan tersebut. Sesuai dengan kunci keamanan
dengan mencuci dan sanitasi seluruh permukaan yang kontak dengan pangan dan
Indikator ketiga yaitu lingkungan hiegenis dengan skor 137 dari tanggapan
responden yang menjawab setuju. Hal ini menujukkan bahwa sebagian besar
responden yakin dan setuju terhadap pernyataan tersebut. Sesuai dengan Peraturan
Pemerintah RI Nomor 28 Tahun 2004 tentang keamanan, mutu dan gizi pangan
adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari
Indikator keempat yaitu kematangan pada daging itik dengan skor 148
atau 99% responden menjawab setuju. Hal ini menujukkan bahwa Itik Lado Mudo
yang dikonsumsi oleh konsumen sudah matang dan aman dikonsumsi sesuai
dengan kunci standarisi Badan POM yang menyatakan masak dengan benar
terutama pada daging sapi, daging unggas, telur dan pangan hasil laut dengan
tujuan pangan yang diolah dapat memberi kepastian aman untuk dikonsumsi.
4.5.2 Sehat
Pada variable Sehat yang diamati dalam penelitian ini terkait dengan
pendapat konsumen yang mengkonsumsi Itik Lado Mudo Ngarai apakah yang
59
mereka konsumsi sudah sesuai dengan kriteria sehat. Pada variable sehat, untuk
pada itik lado hijau adalah 141 dengan kriteria sesuai. Tanggapan responden
tertinggi adalah pada indikator kedua yaitu bahan baku yang digunakan aman dan
bergizi untuk dikonsumsi dengan skor 147. Hal ini menyatakan bahwa dari 50
responden 47 orang responden menjawab setuju dengan pernyataan ini, hal ini
membuktikan bahwa olahan Itik Lado Mudo Ngarai ini sehat untuk dikonsumsi.
Hal ini menyatakan bahwa sesuai dengan standar BPOM yang menjelaskan
tentang makanan yang sehat adalah makanan yang aman, bermutu dan memiliki
nilai gizi.
Pada indikator Itik yang digunakan itik sehat dan tidak mengandung bibit
penyakit mendapatkan skor 138 responden menjawab setuju. Hal ini menyatakan
bahwa dari 38 orang responden menjawab setuju dengan pernyataan in, hal ini
membukitikan bahwa Itik Lado Mudo Ngarai yang dikonsumsi sudah berada pada
kriteria sehat sesuai standar BPOM. Makanan sehat sehat adalah makanan
hiegenis yang berarti makanan yang tidak mengandung kuman penyakit dan tidak
60
Indikator selanjutnya yaitu penyimpanan mendapat skor 138 dari
responden. Hal ini membuktikan bahwa 38 responden menjawab setuju dan yakin
bahwa Itik Lado Mudo Ngarai yang mereka konsumsi sudah berada pada tingkat
aman. Sesuai hasil perhitungan dengan rumus Suparman (1990) pernyataan ini
diangap sesuai. Hal ini membuktikan bahwa tempat penyimpanan bebas dari
Indikator selanjutnya yaitu rasa dan aroma mendapatkan skor 141 dari
setuju dengan pernyataan ini. Sesuai hasil perhitungan dengan rumus Suparman
(1990) pernyataan ini dianggap sesuai bahwa Itik Lado Mudo Ngarai sudah
berada pada tingkat sehat untuk dikonsumsi. Aroma sangat mempengaruhi tingkat
kesukaan konsumen dalam memilih makanan, jika suatu produk memiliki aroma
khas yang baik, sehingga dapat mendorong konsumen untuk menyukai suatu
produk, namun jiika aroma pada makanan tidak sesuai dengan keinginan
konsumen maka mungkin saja konsumen tidak akan tertarik terhadap suatu
produk tersebut.
4.5.3 Utuh
Pada variable Utuh yang diamati dalam penelitian terkait dengan pendapat
konsumen yang mengkonsumsi Itik Lado Mudo Ngarai apakah yang mereka
konsumsi sudah sesuai dengan kriteria utuh. Pada variable utuh, untuk mengetahui
61
Table 7. Pendapat masyarakat tentang variable Utuh
Pernyataan N Skor total Kategori
Daging itik utuh 50 149 Sesuai
Daging tidak bercampur 50 150 Sesuai
Daging tidak rusak dan hancur 50 146 Sesuai
Daging tidak dipalsukan 50 150 Sesuai
Rata-rata 50 148,75 Sesuai
Sumber: Hasil Penelitian, 2022
Dari table diatas menunjukkan bahwa rata-rata untuk Utuh pada itik lado
hijau adalah 148,75 dengan kriteria sesuai. Tanggapan responden tertinggi berada
pada indikator ke 2 dan ke 4 yang mendaptkan skor 150. Hal ini membuktikan
bahwa olahan Itik Lado Mudo Ngarai yang mereka konsumsi sudah berada pada
tingkat utuh. Utuh berarti tidak bercampur dengan bagian bagian yang tidak layak
untuk dikonsumsi dan mengandung semua bagian yang dapat untuk dimakan dan
tidak bercampur juga degan jenis lain atau dipalsukan. Sesuai dengan rumus
Suparman (1990) pernyataan ini dianggap sesuai pada kriteria utuh pada Itik Lado
Pada indikator daging itik utuh mendapatkan skor 149 dari tanggapan
Itik Lado Mudo Ngarai yang mereka konsumsi adalah daging itik yang utuh. Pada
indikator daging itik tidak rusak dan hancur mendapatkan skor 146 dari tanggapan
Itik Lado Mudo Ngarai yang mereka konsumsi adalah daging itik yang tidak rusak
dan hancur. Sebanyak 4 orang responden menyatakan bahwa daging itik yang
mereka konsumsi mengalami rusak dan hancur sehingga 4 dari 50 responden tidak
mendapatkan keutuhan dari daging itik yang mereka konsumsi. Sesuai dengan
rumus Suparman (1990), Itik Lado Mudo Ngarai ini mendapatkan skor 146 yang
62
4.5.4 Halal
Pada variable Halal yang diamati dalam penelitian terkait dengan pendapat
konsumen yang mengkonsumsi Itik Lado Mudo Ngarai apakah yang mereka
konsumsi sudah sesuai dengan kriteria halal. Pada variable halal, untuk
Dari table diatas menunjukkan bahwa rata-rata untuk Halal pada itik lado
mudo adalah 139,5 dengan kriteria sesuai. Tanggapan responden tertinggi adalah
pada indikator kedua yaitu bahan baku halal dengan skor 149 responden
responden menjawab setuju dengan pernyataan ini, hal ini membuktikan bahwa
haram adalah makanan yang tidak dilarang oleh agama memakannya. Makanan
haram ada 2 macam yaitu haram karena zatnya dan haram karena sesuatu bukan
dari zatnya. Makanan haram dari zatnya seperti babi, bangkai dan darah.
Sedangkan makanan yang haram karena sesuatu bukan dari zatnya seperti
makanan yang tidak diizinkan oleh pemiliknya untuk dimakan atau digunakan.
Makanan yang halal adalah makanan yang bukan termasuk kedua macam ini.
63
Untuk indikator selanjutnya yaitu dalam penyembelihan sesuai syariat
islam mendapatkan skor 129 yang artinya 29 dari 50 orang responden setuju
dengan pernyataan ini. Sesuai dengan rumus Suparman (1990), pernyataan ini
berada pada kriteria sesuai dan halal untuk dikonsumsi. Sebagaimana dijelaskan
“dan jangan lah kamu mamakan bintang-binaang yang tidak disebut nama Allah
Indikator selanjutnya yaitu alat steril dan hiegenis mendapakan skor 148
yang artinya 48 dari 50 orang responden setuju dengan pernyataan ini. Sesuai
dengan rumus Suparman (1990), pernyataan ini berada pada kriteria sesuai dan
memenuhi persyaratan atau benda yang dihukumkan sebagai najis menurut agama
islam
Untuk indikator sertifikasi dengan skor 129 yang artinya 29 dari 50 orang
respon menyatakan setuju dengan pernyataan ini sesuai dengan rumus Suparman
(1990) pernyataan ini berada pada kriteria sesuai dan halal untuk dikonsumsi.
pencantuman sertifikasi halal dari MUI sangat penting untuk konsumen maupun
produsen. Pencantuman setifikasi halal ini berguna untuk memberikan rasa aman
bagi para konsumen maupun dan sebagai jaminan untuk mereka bahwa produk
yang mereka konsumsi tersebut aman dari unsur yang tidak halal dan diproduksi
dengan cara halal dan beretika. Adanya sertifikasi halal membuat ketenangan bagi
64
4.6 Total Pendapat Secara Keseluruhan
tentang predikat Aman Sehat Utuh dan Halal pada Olahan Itik Lado Hijau (Studi
Kasus Itik Lado Mudo Ngarai) diperoleh total rata-rata 143,43, ini menunjukkan
sesuai dengan interval (116 – 150) artinya penilaian konsumen secara totalitas
adalah merasa sesuai dengan Aman Sehat Utuh dan Halal pada olahan Itik Lado
Mudo Ngarai. Penilaian tersebut meliputi aman pada kategori sesuai dengan skor
144,5, variable sehat berada pada kategori sesuai dengan skor 141, variable utuh
berada pada kategori sesuai dengan skor 148,75 dan variable halal berada pada
65
BAB V
5.1 Kesimpulan
pada olahan Itik Lado Mudo Ngarai mendapatkan total skor rata rata
5.2 Saran
sertifikasi. Pertama yang menunjang aman sehat utuh dan halal (ASUH)
untuk memberikan rasa aman bagi para konsumen. Kedua sebagai jaminan
untuk mereka bahwa produk yang mereka konsumsi tersebut aman. Ketiga
supaya usaha Itik Lado Mudo Ngarai ini lebih dipercaya kedepannya.
66
DAFTAR PUSTAKA
Ali, A.N. Febrianti. 2009. Performans Itik Pedaging (Local × Peking) Fase Starter
Pada Tingkat Kepadatan Kandang Yang Berbeda Di Desa Jaya
Kabupaten Kampar. Jurnal Peternakan Vol 6. No 1 Februari 2009 (29-35)
Issn 1829-8729. Pekanbaru.
Anwar, F. 2004. Keamanan Pangan Dalam Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta:
Penebar Swadaya
Asri. 2016. Perlindungan Hukum Bagi Konsumen terhadap Produk Pangan yang
Tidak Bersertifikat Hlmal. Jurnal IuS Vol IV Nomor 2 Agustus 2016
Badan Pengawasan Obat dan Makanan. 2015. Pedoman Gerakan Nasional Peduli
dan Pangan Aman untuk Dewasa. Badan POM, Jakarta.
Celina Tri Siwi Kristiyanti. 2008. Hukum Perindungan Konsumen. Jakarta. Sinar
Grafika
67
Dirjen Pengawasan Obat dan Makanan (2008).Cara Produksi Makanan yang Baik
Direktorat Kesmavet. 2003. Kiat Memilih Daging yang Aman dan Sehat.
Direktorat Kesmavet. Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan.
Departemen Pertanian. Jakarta
Endang Sri Astuti. 2010. Pengertian Motivasi Belajar. Bandung: Nusa Media
Grunert K. 2005. Food Quality and Safety: Consumer Perception and Demand.
European Jurnal of Agricultural Economics 32 (2) : 369-391
Kementrian Agama Pasal 1 huruf a Nomor 518. Pedoman dan Tata Cara
Pemeriksaan dan Penetapan Pangan Halal
Kotler, Philip. 2002. Manajemen Pemasaran. Jilid II. Jakarta (ID). Prenhallindo
68
Kotler, Philip. 2000. Manajemen Pemasaran. Edisi Mileinium. Jakarta: PT. Indeks
Kelompok Gramedia
Kuncoro, M., 2001. Metode Kuantitatif: Teori dan aplikasi untuk bisnis dan
ekonomi. Yogyakarta: UPP-AMP YKPN
Kuncoro, M., 2013.Metode Riset untuk bisnis dan ekonomi. 4 ed. Jakarta : PT.
Erlangga
Mudhafier, Fadhlan, H.A.F Wibisono. 2004. Makanan Halal Kebutuhan Umat dan
Kepentingan Pengusaha. Jakarta : Zakia Press
Oteku IT, Igene JO, Yessuf IM. 2006. An assessment of the factors influencing the
consumption of duck meat in Southern Nigeria. Pakistan J. Nutrition 5 (5) :
474- 477.
Pramono. 2002. Penanganan dan Pengolahan Daging. PT. Balai Pustaka. Jakarta
Qardhawi, Yusuf. 2000. Halal dan Haram. Penj. Abu Sa’id Al Falahi, Aunur
Rafiq Shaleh Tamhid Lc. Jakarta: Robbani Press. Cet. Ke 1
69
Robbins, S. P. 1998. Perilaku Organisasi, Konsep, Aplikasi. Edisi Bahasa
Indonesia. Jilid 2 Jakarta : PT. Prenhalindo
Saparinto, Cahyo dan Diana Hidayati. 2006. Bahan Tambahan Pangan. Konisius,
Yogyakarta
Sri Handayani. 2012. Aspek Hukum Perlindungan Konsumen dalam Pelayanan Air
Bersih pada PDAM Tirtasari Binjai
Stowe & Johnston, 2010.Throw Your Napkin On The Floor. Autenticity, Culinary
Tourism, And A Pedagogy Of The Senses. Australian Journal Of Adult
Learning
Syahruddin. 2989. Hubungan Antara Pendidikan Ibu dan Status Gizi Anak di
Pedesaan. Pusat Penelitian Fakultas Ekonomi Univerditas Andalas Padang
70
Undang- Undang nomor 18 Tahun 2009 pasal 58 ayat (1) tentang Peternakan dan
Kesehatan Hewan
Wardle, J., Haase, A. M., Steptoe, A., et al. 2004. Gender Differences in Food
Choice. The Contribution of Healt Beliefs and Dieting. The Society of
Behavioral Medicane
Yin, R.K. 2008. Studi Kasus Desain dan Metode. Penerjemah Mudzakir, Raja
Grafindo Persada. Jakarta
71
LAMPIRAN
Pendapat Konsumen tentang Predikat Aman Sehat Utuh dan Halal (ASUH)
Pada Olahan Itik Lado Mudo di Kota Bukittinggi (Studi Kasus Itik Lado
Mudo Ngarai)
No. Responden:
“Pendapat Konsumen tentang Predikat Aman Sehat Utuh dan Halal (ASUH) pada
Olahan Itik Lado Mudo di Kota Bukittinggi (Studi Kasus Itik Lado Mudo
membantu penelitian ini dengan mengisi kuesioner. Berikut Kuesioner yang saya
sejujur- jujurnya dan sesuai dengan keaadaan yang sebenarnya. Adapun jawaban
kasih.
Hormat Saya
Fauziah
1810611102
72
Isilah titk-titik di bawah ini agar sesuai dengan data diri Bapak/Ibu/Saudara/i!
I. Karakteristik Konsumen
a. Nama :
b. Umur :
c. Jenis Kelamin :
d. Alamat :
f. Pekerjaan :
g. Penghasilan :
Petunjuk Pengisian
semua pernyataan
S= Setuju
RR= Ragu-Ragu
(√ ¿
73
Pendapat Konsumen tentang Predikat Aman Sehat Utuh dan Halal (ASUH)
Pada Olahan Itik Lado Mudo di Kota Bukittinggi (Studi Kasus Itik Lado
Mudo Ngarai)
No Pernyataan S RR TS
1. Aman
langkok (rempah-rempah)
tercemar
dikonsumsi
2. Sehat
penyakit
74
7 Bahan baku dan olahan itik lado hijau disimpan di
3. Utuh
4. HALAL
75
16 Itik Lado Mudo yang diperjualbelikan dan dikonsumsi
TandaTangan Responden
…………………
76
Lampiran 2. Implementasi Produsen
No Pernyataan S RR TS
1. Aman
langkok (rempah-rempah)
tercemar
dikonsumsi
2. Sehat
penyakit
77
penyakit (tidak terkontaminasi)
3. Utuh
4. HALAL
78
Sumber pernyataan diambil diambil berdasarkan pedoman BPOM dan MUI
TandaTangan Responden
…………………
79
Lampiran 3. Karakteristik Konsumen
PENDIDIKA
UMUR JENIS
NO NAMA N FORMAL ALAMAT PEKERJAAN PENGHASILAN
(TAHUN) KELAMIN
TERAKHIR
KARYAWAN 1.500.000 –
1 SAMSUL 49 L SLTA BUKITTINGGI
SWASTA 2.400.000
TENGGERANG KARYAWAN
2 HERMANTO 46 L SARJANA ≥ 3.500.000
SELATAN SWASTA
ASMONO KARYAWAN
3 52 L SARJANA PEKANBARU ≥ 3.500.000
INTAN SWASTA
IBU RUMAH
4 IMERDA 62 P SLTA BUKITTINGGI ≤ 1.400.000
TANGGA
IBU RUMAH
5 AJATI INTAN 64 P SLTA PEKANBARU ≤ 1.400.000
TANGGA
KARYAWAN
6 YOGI 28 L SARJANA PADANG ≥ 3.500.000
SWASTA
7 AIREEN 17 P SLTA PEKANBARU PELAJAR/MHS ≤ 1.400.000
80
NINGRUM TANGGA
PAYAKUMBU
38 RISSA DWI 31 P SARJANA PEGAWAI/PNS ≥ 3.500.000
H
RIDHO KARYAWAN
39 28 L SLTA BEKASI ≥ 3.500.000
HERNANDO SWASTA
40 FIRMAN 43 L SARJANA BUKITTINGGI PEGAWAI/PNS ≥ 3.500.000
2.500.000 –
41 AFRINISA 24 P SLTA TENGGERANG HONORRER
3.400.000
ZULFARIDA IBU RUMAH
42 43 P SLTP TENGGERANG ≤ 1.400.000
YENNI TANGGA
IBU RUMAH
43 EPI NAWATI 42 P SLTA AGAM ≤ 1.400.000
TANGGA
MUHAMMAD
44 22 L SLTA BUKITTINGGI PELAJAR/MHS ≤ 1.400.000
ALDY
JAKARTA KARYAWAN
45 REZKI 24 L SARJANA ≥ 3.500.000
PUSAT SWASTA
IBU RUMAH
46 ATRISUSANTI 50 P SLTA JAKARTA ≤ 1.400.000
TANGGA
ANCE RIO
47 34 L SLTA JAKARTA HONORRER ≥ 3.500.000
ANTO
KARYAWAN
48 RONI F 35 L SARJANA JAKARTA ≥ 3.500.000
SWASTA
KARYAWAN
49 NADHIA 19 P SLTA BUKITTINGGI ≥ 3.500.000
SWASTA
2.500.000 –
50 FARIDA 65 P SLTP BUKITTINGGI PEDAGANG
3.400.000
81
AMAN
82
41 3 3 2 3
42 3 2 2 3
43 3 2 2 3
44 3 3 3 3
45 3 3 2 3
46 3 3 3 3
47 3 3 2 3
48 3 3 3 3
49 3 2 2 3
50 3 3 3 3
SEHAT
83
NOMOR NOMOR RESPONDEN PENELITIAN
RESPONDEN X2.1 X2.2 X2.3 X2.4
1 3 3 3 3
2 3 3 3 3
3 3 3 3 3
4 3 3 3 3
5 3 3 3 3
6 3 3 3 2
7 3 3 3 3
8 3 3 3 1
9 3 3 3 3
10 3 3 3 3
11 3 3 3 3
12 3 3 3 3
13 3 3 3 1
14 3 3 3 3
15 3 3 3 3
16 3 3 3 3
17 2 3 2 3
18 3 3 3 3
19 2 3 2 2
20 2 3 2 3
21 2 3 2 3
22 3 3 2 2
23 2 3 2 3
24 3 2 3 3
25 3 2 2 3
26 3 3 3 3
27 3 3 2 3
28 3 3 3 3
29 3 3 3 3
30 3 3 3 3
31 3 3 2 3
32 3 3 3 3
33 3 3 3 3
34 3 3 3 3
35 3 3 3 3
36 3 3 3 3
37 3 3 3 3
38 3 3 3 3
39 2 3 2 1
40 3 3 3 3
41 2 3 3 3
42 3 3 3 3
84
43 3 3 3 3
44 2 3 2 3
45 2 3 3 3
46 2 3 3 3
47 3 3 3 3
48 3 3 3 3
49 2 3 3 3
50 2 2 2 3
UTUH
85
RESPONDEN X3.1 X3.2 X3.3 X3.4
1 3 3 3 3
2 3 3 3 3
3 3 3 3 3
4 3 3 3 3
5 3 3 3 3
6 3 3 2 3
7 3 3 3 3
8 3 3 3 3
9 3 3 3 3
10 3 3 3 3
11 3 3 3 3
12 3 3 3 3
13 3 3 3 3
14 2 3 2 3
15 3 3 3 3
16 3 3 3 3
17 3 3 3 3
18 3 3 3 3
19 3 3 3 3
20 3 3 3 3
21 3 3 3 3
22 3 3 3 3
23 3 3 3 3
24 3 3 3 3
25 3 3 2 3
26 3 3 3 3
27 3 3 3 3
28 3 3 3 3
29 3 3 3 3
30 3 3 3 3
31 3 3 3 3
32 3 3 3 3
33 3 3 3 3
34 3 3 3 3
35 3 3 3 3
36 3 3 3 3
37 3 3 3 3
38 3 3 3 3
39 3 3 3 3
40 3 3 3 3
41 3 3 3 3
42 3 3 3 3
43 3 3 3 3
86
44 3 3 3 3
45 3 3 3 3
46 3 3 3 3
47 3 3 2 3
48 3 3 3 3
49 3 3 3 3
50 3 3 3 3
HALAL
NO NO RESPONDEN PENELITIAN
RESPONDEN X4.1 X4.2 X4.3 X4.4
87
1 3 3 3 3
2 3 3 3 2
3 3 3 3 2
4 3 3 3 2
5 3 3 3 2
6 3 2 3 3
7 3 3 3 3
8 2 3 3 3
9 3 3 3 3
10 3 3 3 3
11 3 3 3 3
12 2 3 3 3
13 2 3 3 3
14 2 3 2 2
15 3 3 3 3
16 3 3 3 3
17 2 3 3 3
18 3 3 3 3
19 3 3 2 3
20 3 3 3 3
21 3 3 3 3
22 2 3 3 3
23 2 3 3 3
24 2 3 3 2
25 3 3 3 2
26 2 3 3 2
27 2 3 3 3
28 3 3 3 3
29 3 3 3 3
30 3 3 3 2
31 2 3 3 2
32 2 3 3 2
33 2 3 3 2
34 2 3 3 3
35 3 3 3 3
36 3 3 3 3
37 3 3 3 3
38 2 3 3 2
39 3 3 3 3
40 2 3 3 3
41 3 3 3 2
42 3 3 3 2
43 2 3 3 2
44 3 3 3 3
88
45 2 3 3 3
46 2 3 3 3
47 2 3 3 3
48 3 3 3 3
49 3 3 3 2
50 2 3 3 2
89
S
X1.1 50 0 0 150 0 0 50 150 SESUAI
X1.2 43 7 0 129 14 0 50 143 SESUAI
X1.3 37 13 0 111 26 0 50 137 SESUAI
X1.4 48 2 0 144 4 0 50 148 SESUAI
15
Xn 0 578 SESUAI
Xi 50
Variable Sehat
KATEGOR
K K×S N TOTAL
NO INSTRUMEN I
PENELITIAN R T 5
S 3 2 1
R S 0
X1.1 50 12 0 114 24 0 50 138 SESUAI
X1.2 47 3 0 141 6 0 50 147 SESUAI
X1.3 38 12 0 114 26 0 50 138 SESUAI
X1.4 44 3 3 132 6 3 50 141 SESUAI
15
Xn 0 564 SESUAI
Xi 50
Variable Utuh
KATEGOR
K K×S N TOTAL
NO INSTRUMEN I
PENELITIAN R T 5
S 3 2 1
R S 0
X1.1 49 1 0 147 2 0 50 149 SESUAI
X1.2 50 0 0 150 0 0 50 150 SESUAI
X1.3 46 4 0 138 8 0 50 146 SESUAI
X1.4 50 0 0 150 0 0 50 150 SESUAI
15
Xn 0 595 SESUAI
Xi 50
Variable Halal
90
K K×S N TOTAL KATEGORI
NO INSTRUMEN
PENELITIAN T
S RR 3 2 1
S
X1.1 29 21 0 87 42 0 50 129 SESUAI
X1.2 49 1 0 147 2 0 50 149 SESUAI
X1.3 48 2 0 144 4 0 50 148 SESUAI
X1.4 32 18 0 96 36 0 50 132 SESUAI
15
Xn 0 558 SESUAI
Xi 50
LAMPIRAN GAMBAR
91
Gambar 3. Dokumentasi Penelitian
Lokasi Penelitian
Observasi
92
Dokumentasi Bersama Konsumen
93
Hasil Cek Produk Halal
94