Anda di halaman 1dari 5

.

PRAKTIKUM SUHU TUBUH

A. Pengantar Berdasarkan asal panas tubuhnya, hewan dibagi menjadi 2 yaitu


endoterm dan eksoterm. Panas tubuh hewan endoterm berasal dari panas
dalam tubuh sebagai hasil metabolisme sumber-sumber energi. Sedang
hewan eksoterm panas tubuh bergantung pada suplai panas dari
lingkungannya. Panas hasil metabolisme mudah hilang ke lingkungan. Suhu
tubuh hewan vertebrata ada yang dapat beradaptasi mengikuti perubahan
suhu lingkungan (poikiloterm) yaitu kelas Pisces, Amphibia, dan Reptilia.
Sementara Aves dan Mammalia suhu tubuhnya dipertahankan tetap
walaupun suhu lingkungan berubah (homoioterm). Hewan homoioterm selalu
bersifat endoterm. Ada pula hewan yang dapat bersifat poikiloterm pada
waktu tidak aktif (tidur) dan homoioterm pada waktu aktif. Kelompok hewan ini
disebut heteroterm. Hewan heteroterm adalah hewan endoterm yang
mempunyai rentang suhu tubuh yang begitu luas.
Pisces, Amphibia dan Reptilia termasuk poikiloterm, sebab saraf
pengatur suhu di hipotalamus belum berkembang. Hal ini menguntungkan
hidupnya sebab dengan begitu walaupun hidup di air, tetapi tidak pernah
menggigil. Hal ini disebabkan begitu lingkungan dingin, maka suhu tubuhnya
dibiarkan mengikuti suhu lingkungan. Namun tetap mempunyai titik suhu
minimum, sebab di bawah suhu minimum enzim tidak bekerja dan dapat
menyebabkan organisme mati. Reptilia bersifat eksoterm, maka untuk
menaikan suhu tubuhnya, hewan ini harus berjemur.
Sementara onta termasuk hewan heteroterm. Hal ini sangat
menguntungkan hidupnya, sebab tubuh onta dapat menyerap panas pada
siang hari dan melepaskan panas tubuhnya pada saat malam hari. Hal ini
merupakan mekanisme pengaturan suhu tubuh hewan heteroterm yang
mempunyai rentang suhu normal yang luas. Manusia termasuk organisme
yang homoioterm dengan suhu normal 37°C pada orang dewasa, pada bayi
1°C lebih tinggi, dan pada orang lanjut usia 1°C lebih rendah. Hal ini
disebabkan bayi mempunyai laju metabolisme basal (BMR = Basal
Metabolism Rate) yang lebih tinggi, sedang pada manusia lanjut usia memiliki
laju metabolism yang lambat.
Pada saat bayi, manusia dan Mamalia lain bersifat poikiloterm karena
saraf pengatur suhu tubuh belum berkembang. Panas hewan endoterm
diproduksi dari dalam tubuhnya sendiri melalui proses oksidasi. Produk
oksidasi ini adalah energi dalam bentuk ATP yang dapat disimpan dalam
bentuk kreatin fosfat dan sebagian energi lepas dalam bentuk panas. Panas
inilah yang digunakan untuk mengatur suhu tubuh. Pada saat setelah makan,
suhu tubuh biasanya lebih tinggi yang disebabkan oleh Specific Dynamic
Action (SDA) yaitu naiknya suhu setelah makan. Pusat pengatur suhu tubuh
hewan vertebrata adalah hipotalamus. Hipotalamus inilah yang berfungsi
sebagai termostat. Setting point suhu di hipotalamus tergantung pada
organisme. Pada mamalia umumnya suhu tubuh berkisar 36 - 37°C, sedang
pada Aves berkisar 39 - 40° C. Suasana comfort zone adalah suasana yang
paling nyaman bagi organisme. Hal ini disebabkan pada suasana ini jumlah
antara produksi panas dan panas yang hilang relative sama. Pada saat ini
mamalia tidak berkeringat dan juga tidak menggigil. Bila suhu lingkungan
lebih panas dari suhu tubuh, maka rangsang panas diterima oleh reseptor di
kulit.
Energi panas merupakan rangsang yang adekuat untuk free nerve
ending di kulit, sehingga menimbulkan depolarisasi. Depolarisasi yang
mencapai batas ambang letup (firing level) akan menimbulkan potensial
reseptor (potensial generator). Potensial reseptor menjadi potensial aksi dan
dihantarkan sebagai impuls. Proses pengubahan energi panas menjadi energi
listrik disebut transduksi energi. Potensial aksi di neuron sensoris dihantarkan
ke hipotalamus melalui jalur spinothalamiko anterolateralis. Panas dari
lingkungan juga memanaskan cairan tubuh yaitu darah. Panas tubuh dibawa
oleh darah merangsang hipotalamus bagian nucleus preopticus (di anterior
hipotalamus). Saraf ini akan meningkatkan kecepatan pembuangan panas
melalui dua cara yaitu: 1. Mengaktifkan saraf simpatis adrenergik untuk
membuang panas secara evaporasi dengan cara berkeringat. 2. Menghambat
saraf parasimpatis di hipotalamus posterior. Hal ini menghilangkan tonus
vasokonstriksi normal di kulit, sehingga terjadi vasodilatasi dan panas
dibuang melalui permukaan kulit. Agar organisme tidak kehilangan garam
secara berlebih, maka aldosteron pun meningkat bila terjadi pengeluaran
keringat secara berlebih. Aldosteron, baik ginjal maupun di kelenjar keringat,
berfungsi untuk meningkatkan kecepatan reabsorbsi aktif natrium. Aldosteron
merupakan hormon derivat steroid yang diproduksi oleh korteks kelenjar anak
ginjal (glandula adrenal). Bila suhu lingkungan lebih rendah dari suhu tubuh,
maka hipotalamus bagian nukleus paraventrikularis (di bagian posterior
hipotalamus) akan mengeluarkan Thyrotropin Releasing Hormone (TRH) atau
sering disebut TSH-RH (Tryroid Stimulating Hormone-Releasing Hormone).
TRH kemudian merangsang hipofisis bagian anterior untuk mengeluarkan
TSH yang dikirimkan ke kelenjar thyroid untuk memproduksi dan mensekresi
tiroksin (triiodotironin dan tetraiodotironin) ke seluruh tubuh untuk
meningkatkan metabolisme sumber energi. Metabolisme berjalan cepat
hingga suhu tubuh normal.
Bila tubuh hewan homoioterm menurun, maka tubuh akan menggigil.
Pada saat ini, otot berkontraksi dan panas diproduksi. Untuk menghindari
hilangnya panas tubuh pada saat lingkungan dingin, maka pembuluh darah
tepi mengalami vasokonstriksi (penyempitan pembuluh darah). Cara adaptasi
yang lain adalah piloereksi yaitu berdirinya rambut pada Mamalia. Penyetelan
suhu (setting point) di hipotalamus dapat berubah oleh aktivitas pirogen.
Pirogen adalah zat yang bersifat toksik (dapat dihasilkan oleh bakteri) dan
mampu mengubah penyetelan suhu di hipotalamus. Bila penyetelan suhu
meningkat oleh aktivitas pirogen, maka mekanisme peningkatan suhu tubuh
bekerja. Metabolisme meningkat, suhu tubuh di jauh di atas suhu lingkungan
dan tubuh akan menggigil. Jadi bila ada pirogen maka walaupun suhu tubuh
tinggi melebihi normal, namun pada saat itu penderita menggigil. Bila pirogen
berhasil disingkirkan, maka setting point suhu di hipotalamus kembali ke
normal. Pada saat ini penderita mengalami flush (titik kritis). Pada Pisces
sampai reptilia, hewan yang tidak dapat meregulasi suhu tubuh seperti
homoiterm, hipotalamus berfungsi sebagai pusat perilaku pengatur suhu
tubuh. Reptilia mempunyai tingkah laku mencari sumber panas (heat-seeking)
sebagai manifestasi termophilia behaviour yang dikontrol oleh hipotalamus.

B. Kegiatan
Kegiatan 1. Regulasi Suhu Tubuh Hewan Poikiloterm
Alat dan bahan:
Termometer, papan bedah kecil, 3 buah gelas kimia, tali, balok kecil
panjang 20 cm, es, air panas, dan Rana tigrina.
Cara kerja:
1. Katak diletakkan terlentang di atas balok kecil kemudian diikat dengan tali
di bawah tungkai depan dan di tungkai belakang. Masukan termometer
sampai oesophagus selama kurang lebih 3 menit. Ulangi 3 kali (hitung rata-
rata suhunya).
2. Masukan katak ke dalam air es selama 3 menit dengan termometer yang
telah terpasang sampai oesophagus, baca suhu tubuhnya ulangi 3 kali (hitung
rata-rata suhunya).
3. Kemudian masukan katak ke dalam air panas dengan suhu sekitar 400 C
(mengapa tidak lebih tinggi)? Dengan perlakuan yang sama dengan air es,
amati untuk beberapa kali percobaan, dan catat hasilnya. Analisis data yang
diperoleh.
Data pengamatan hari/tgl: ………..
Suhu ruangan: ….. 0 C Suhu air es:… 0 C Suhu air panas:….. 0 C
Suhu Katak:……0 C Suhu Katak:……0 C Suhu Katak:……0 C

Kegiatan 2. Subjektivitas Reseptor Suhu


Cara Kerja:
1. Siapkan 3 gelas kimia ukuran 500 mL. Kemudian masing-masing gelas
kimia diisi dengan air hangat (50°C), air ledeng (ukur suhunya), dan air es
(5°C).
2. Masukkan tangan kanan (sampai pergelangan tangan) ke air hangat (50°C)
dan tangan kiri ke air es (5°C) selama 3 menit.
3. Setelah 3 menit kemudian kedua tangan diangkat secara bersamasama
dan kedua tangan dicelupkan ke air kran (suhu ruangan).
4. Samakah sensasi yang dirasakan oleh kedua tangan di air kran (suhu
ruangan)? Tangan mana yang merasa lebih dingin dan mana yang
merasakan lebih panas? Mengapa demikian?

Data pengamatan hari/tgl: ……


Soal:
Jelaskan mekanisme jalannya impuls dari reseptor panas sampai integrasi di
korteks somatosensoris tempat terbentuknya sensasi dan di area asosiasi
tempat terbentuknya persepsi pada saat telapak tangan merasakan panas.

DAFTAR PUSTAKA

Auroma, O.I., Halliwel, B. 1998. Molecular Biology of Free Radicals in Human


Diseases. London: Oica Internstional.

Eckert, R., Randall, D. 1983. Animal Physiology. New York: W.H. Freeman
Company.

Ganong, W.F. 2003. Review of Medical Physiology. Bogota: McGrawhill.

Guyton, A.C. 1991. Textbook of Medical Physiology. London: W.B. Saunder


Company.

Kandell, E.R., Schwartz, J.H., Jessel, T.M. 2003. Principles of Neural Science.
New York: Elsevier Science Publishing Co. Inc.

Lodish, H. et al. 2000. Molecular Cell Biology. W.H. Freeman and company.
New York.

Mohrman, DE., Heller, L.J. 1991. Cardiovascular Physiology. New York:


McGraw Hill Inc.

Murray, R.K., et al. 2003. Harper’s Biochemistry. Appleton & Lange, Norwalk
California.

Schmidt-Nielsen, K. 2002. Animal Physiology. Cambridge: Cambridge


University Press.

Sherwood, L. 2004. Human Physiology. Singapore: Thomson Learning

Anda mungkin juga menyukai