Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN WAWANCARA

“SURVEY PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU TENTANG PAP SMEAR /


IVA PADA KELUARGA MAHASISWA FKM UI TAHUN 2023”

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengorganisasian dan Pengembangan


Masyarakat
Dosen : Tiara Amelia, SKM,Msc

Disusun Oleh:
Ni Putu Gita Eka Swari
2206101990

S1 EKSTENSI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS INDONESIA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan rahmat dan
inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Laporan
Wawancara Survey Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Tentang Pap Smear / IVA Pada
Keluarga Mahasiswa FKM UI Tahun 2023.

Kami menyadari, bahwa makalah kami masih jauh dari kata sempurna baik dalam
segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik
dan saran yang membangun guna menjadi acuan untuk menjadi lebih baik lagi di masa
mendatang.

Semoga makalah ini dapat menambah wawasan pembaca dan bermanfaat untuk
perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Depok, 28 Februari 2023

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 3
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Tujuan 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5
2.1. Pap Smear 5
2.1.1. Pengertian Pap Smear 5
2.1.2. Tujuan Pemeriksaan Pap Smear 5
2.1.3. Manfaat Pemeriksaan Pap Smear 5
2.1.4. Indikasi Pemeriksaan Pap Smear 6
2.1.5 Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Pap Smear 6
2.2. Kanker Serviks 6
2.2.1 Pengertian Kanker Seviks 6
2.2.2 Etiologi Kanker Serviks 7
2.2.3 Gejala dan Tanda Kanker Seviks 7
2.2.4 Pencegahan Kanker Serviks 8
2.3. IVA 9
2.3.1 Pengertian IVA 9
2.3.2 Tujuan dan Manfaat Pemeriksaan IVA 9
2.3.3 Keunggulan Pemeriksaan IVA 9
2.3.4 Kategori Pemeriksaan IVA 9
2.3.5 Jadwal Pemeriksaan IVA 10
2.4. Vaksinasi HPV 11
BAB III PENUTUP 12
3.1 Hasil dan Pembahasan 12
3.2 Kesimpulan 21
DAFTAR PUSTAKA 23

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kanker serviks merupakan kanker dengan tingkat keganasan pada perempuan
terbanyak ketiga di dunia, menurut data dari Globocan, diperkirakan sejumlah 569.847
kasus baru dan 311.365 kematian pada tahun 2018. Kanker ini terbanyak dialami pada
perempuan berusia 15 sampai 44 tahun secara global. Hingga saat ini, kanker serviks
masih menjadi masalah kesehatan yang utama. Di Indonesia sendiri provinsi tertinggi
yang menderita kanker serviks ada di provinsi Jawa Tengah sebanyak 25.300 orang,
sedangakan provinsi Jawa Timur menempati urutan kedua yakni, sebanyak 18,515 orang
( Kemenkes RI, 2019). Salah satu cara untuk deteksi dini kanker seviks yaitu melalui
pemeriksaan Pap Smear dan IVA test, upaya pencegahan atau deteksi dini lainnya dapat
juga melalui vaksinasi HPV
Pap smear adalah pemeriksaan sitologi epitel portio dan endoserviks uteri untuk
penentuan adanya perubahan pra ganas dengan cepat, mudah dan tidak menyakitkan
karena tidak merusak jaringan (Suwiyoga, 2012). Pap Smear merupakan suatu cara
deteksi dini kanker serviks sederhana yang paling populer dan merupakan standar
pemeriksaan untuk deteksi dini kanker serviks. Meskipun cara ini cukup sederhana, di
negara berkembang pada umumnya dan Indonesia pada khususnya masih banyak kendala
untuk bisa melakukan pemeriksaan Pap Smear test ini secara luas sebagai cara deteksi
dini kanker serviks hal ini disebabkan karena kesadaran/pengetahuan wanita yang masih
rendah tentang deteksi dini, keadaan sosial, ekonomi dan pendidikan rendah terkait
terjadinya kanker serviks. Terutama faktor ekonomi dan pengetahuan rendah yang
menjadi salah satu alasan masih jarang wanita di Indonesia melakukan pemeriksaan pap
smear Hal ini merupakan masalah yang sulit di negara kita. Sebagian besar penderita
baru memeriksakan diri bila sudah ada rasa nyeri atau perdarahan yang cukup banyak,
yang tentunya sudah ada pada stadium lanjut.
Pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) merupakan sebuah tes visual
yang dilakukan menggunakan larutan asam cuka (asam asetat 3-5%) pada serviks dan
melihat perubahan warna putih yang terjadi setelah di oles (Septianingrum, 2017).
Pemeriksaan ini lebih praktis dan mudah dibandingkan dengan pap smear karena hasil
dapat dilihat langsung dan tidak memerlukan tenaga lab khusus

3
Untuk mendeteksi dini terjadinya kanker seviks, selain dengan pemeriksaan rutin
dapat juga dengan vaksinasi HPV. Vaksin HPV merupakan salah satu metode intervensi
yang direkomendasikan untuk pengendalian kanker serviks di seluruh dunia. Program
vaksin HPV telah menjadi program imunisasi nasional di lebih dari 60 negara di seluruh
dunia. Pada makalah ini akan dibahas terkait kanker seviks, Pap Smear, OIVA test, dan
vaksinasi HPV

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui apakah keluarga mahasiswa FKM UI (wanita yang aktif secara
seksual) pernah mendengar tentang Pap Smear dan program IVA
2. Untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan perilaku keluarga mahasiswa FKM UI
(wanita yang aktif secara seksual) mengenai Pap Smear dan IVA
3. Untuk mengetahui ketertarikan keluarga mahasiswa FKM UI (wanita yang aktif
secara seksual) mengikuti Pap Smear dan IVA

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pap Smear


1. Pengertian Pap Smear
Pap Smear adalah suatu pemeriksaan mikroskopik terhadap sel-sel yang
diperoleh dari apusan serviks untuk mendeteksi dini perubahan atau abnormalitas
dalam serviks sebelum sel-sel tersebut menjadi kanker (Taufan Nugroho, 2014). Pap
Smear merupakan suatu cara deteksi dini kanker serviks sederhana yang paling
populer dan merupakan standar pemeriksaan untuk deteksi dini kanker serviks.
Walaupun, merupakan suata cara sederhana dan populer untuk deteksi dini kanker
serviks, kenyataannya masih banyak wanita yang belum mengerti cara pemeriksaan
ini dan manfaat dari pemeriksaan Pap Smear

2. Tujuan Pemeriksaan Pap Smear


Tujuan pemeriksaan Pap Smear menurut Sukaca 2009 adalah:
a. Mencoba menemukan sel-sel yang tidak normal dan dapat berkembang menjadi
kanker serviks.
b. Alat untuk mendeteksi adanya gejala pra kanker leher rahim bagi seseorang yang
belum menderita kanker.
c. Untuk mengetahui kelainan-kelainan yang terjadi pada sel-sel kanker leher rahim.
d. Mengetahui tingkat keganasan sel kanker serviks.

3. Manfaat Pemeriksaan Pap Smear


Manfaat dari pemeriksaan pap smear (Taufan Nugroho, 2014) adalah :
a. Mendiagnosis kelainan pra ganas atau keganasan portio atau serviks terutama untuk
penemuan dini kanker serviks.
b. Membantu mendiagnosis adanya proses peradangan serta penyebabnya.
c.Mengetahui fungsi hormonal karena pengaruh estrogen dan progesteron
menyebabkan perubahan-perubahan khas pada sel selaput lendir vagina.

5
4. Indikasi Pemeriksaan Pap Smear
Pap Smear biasanya dilakukan pada setiap wanita yang sudah menikah atau
yang sudah pernah melakukan hubungan seksual secara aktif. Menurut BKKBN
(2008), ada beberapa faktor predisposisi yang memudahkan terjadinya kanker serviks
yaitu :
a. Melakukan hubungan seksual secara aktif pada usia muda.
b. Melahirkan banyak anak
c. Sering berganti-ganti pasangan seksual
d. Memiliki kebiasaan merokok karena wanita perokok mempunyai resiko dua kali
lebih besar untuk menderita kanker serviks.
e. Sering menderita infeksi di daerah kelamin

5. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Pap Smear


Jika hasil pemeriksaan Pap Smear normal atau hasil menunjukan negatif
kanker serviks, seseorang harus tetap melakukan Pap Smear dan pemeriksaan panggul
secara rutin. Hasil Pap Smear abnormal dibagi menjadi tiga hasil utama (BKKBN,
2008) :
a. Jinak (bukan kanker), dokter umumnya menetapkan sebagai infeksi dan meminta
pasien untuk melakukan kontrol ulang dalam empat sampai enam bulan untuk
mengulang Pap Smear atau hanya melakukan kontrol saja.
b. Pra kanker (menunjukan adanya beberapa perubahan sel abnormal), biasanya
dilaporkan sebagai “sel atipik“ atau displasia serviks. Pada pra kanker pasien akan di
anjurkan untuk melakukan pemeriksaan kolposkopi atau biopsi.
c. Ganas (kemungkinan kanker)

2.2 Kanker Serviks


1. Pengertian Kanker Serviks
Kanker serviks adalah kanker yang tumbuh dari sel-sel serviks dan dapat
berasal dari sel-sel di leher rahim tetapi dapat pula tumbuh dari sel-sel mulut rahim
atau keduanya (Nurwijaya, 2010). Menurut Setiawati (2014) kanker serviks 99,7%
disebabkan oleh Human Papiloma Virus (HPV) onkogenik yang menyerang rahim.
Berdasarkan pemaparan di atas, kanker serviks adalah kanker yang tumbuh di bagian
serviks dan sebagian besar disebabkan oleh Human Papiloma Virus (HPV)

6
2. Etiologi Kanker Serviks
Penyebab utama kanker serviks adalah infeksi Human Papilloma Virus (HPV)
(Rasjidi, 2009; ESMO, 2010; Yayasan Kanker Indonesia, 2014; CDC, 2015). Virus
HPV mempunyai lebih dari 150 jenis, 13 diantaranya adalah penyebab kanker yang
dikenal sebagai tipe risiko tinggi. Virus HPV yang mempunyai risiko tinggi penyebab
terjadinya kanker serviks adalah tipe virus HPV ke 16 dan 18. Penyebaran virus HPV
tipe ini adalah melalui hubungan seksual atau kontak seksual terutama pada hubungan
seksual yang tidak aman. Virus HPV tipe ini menyerang selaput pada mulut dan
kerongkongan serta anus dan akan menyebabkan terbentuknya sel-sel pra-kanker
dalam jangka waktu yang panjang (Ridayani, 2016).

3. Gejala dan Tanda Kanker Serviks


Pasien biasanya sering tidak merasakan gejala dan tanda kanker serviks.
Gejala dan tanda akan muncul jika memang sudah memasuki stadium kanker serviks.
Gejala-gejala yang ditimbulkan penyakit kanker serviks menurut “Kanker Serviks”,
(2015); Smart, (2013); Mardjikoen, (2007 dalam Fitriana, Ambarini, 2012) adalah :
a. Gejala awal
1) Pendarahan vagina yang abnormal, berupa pendarahan setelah berhubungan
seksual, pendarahan diluar siklus menstruasi atau pendarahan pasca menopause.
2) Menstruasi banyak dan berlangsung lebih dari 7 hari
3) Keputihan berlebihan dan mengeluarkan aroma tidak sedap.
4) Sakit saat berhubungan seksual
b. Gejala pada stadium lanjut
1) Berat badan menurun,dan mudah merasa lelah
2) Nyeri pada panggul, pinggang, dan tungkai
3) Gangguan eliminasi yaitu merupakan masalah ketidakmampuan dalam kontrol
terhadap buang air kecil dan buang air besar
4) Salah satu kaki mengalami edema / pembengkakan
5) Vagina mengeluarkan urine atau feses.

7
4. Pencegahan Kanker Serviks
a. Cek Kesehatan Secara Rutin
Ada beberapa metode yang dikenal untuk melakukan deteksi dini atau skrining kanker
serviks. Tujuan skrining ini adalah untuk menemukan lesi prakanker. Beberapa
metode itu antara lain:
a. Inspeksi Visual dengan Aplikasi Asam Asetat (IVA)
b. Pemeriksaan Sitologi (Pap Smear)
Sangat penting bagi wanita untuk melakukan tes IVA atau pap smear secara
berkala untuk menangkap sel pra-kanker dan mencegah perkembangan sel tersebut
menjadi kanker serviks (P2PTM, 2013). Apabila hasil pemeriksaan positif (stadium
awal) , maka langkah selanjutnya yaitu dilakukan terapi dini krioterapi. Krioterapi
merupakan metoda rawat jalan untuk menghancurkan jaringan dengan cara
membekukan sel sel menggunakan gas CO2 atau N2O cair. Pencegahan yang lainnya
yaitu dapat dengan imunisasi HPV (Human Papilloma Virus).
b. Hindari Asap Rokok
Pada penelitian ditemukan adanya hubungan yang signifikan secara statistik
antara perokok pasif dengan kejadian kanker serviks. Wanita perokok pasif akan
mengalami kanker serviks 11,5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan bukan perokok
pasif (Amar, 2012). Seorang perokok pasif yang terpapar asap rokok akan mengalami
penurunan sistem imun untuk melawan virus HPV dan akan menyebabkan lebih
mudah bagi mereka terkena kanker serviks
c. Rajin Olahraga
Melakukan aktifitas fisik minimal 30 menit, jenis aktifitas fisik yang dapat
dilakukan kegiatan sehari-hari seperti berjalan kaki, mencuci pakaian mengepel, dan
sebagainya. Olahraga seperti push up, lari ringan, bermain bola, senam dan
sebagainya.
d. Tidak Berganti ganti Pasangan dan Hindari Berhubungan Seksual pada Usia
Muda ( <18 tahun )
Tujuannya adalah supaya tingkat terkena kanker seviks pada wanita semakin
kecil. Berganti ganti pasangan apalagi jika tidak menggunakan kondom akan lebih
beresikp terjadinya infeksi pada serviks hingga menyebabkan terjadi nya kanker
serviks. Berhubungan seksual pada usia muda juga menyebabkan terjadinya kanker
seviks semakin tinggi karena tubuh belum mempunyai sistem imun yang kuat

8
2.3 IVA
1. Pengertian IVA ( Inpeksi Visual Asam Asetat )
IVA adalah suatu pemeriksaan dengan cara mengamati dengan menggunakan
spekulum, melihat leher rahim yang telah dipulas dengan cairan asam asetat atau
asam cuka (3-5%). Setelah cairan tersebut dipulas ke leher rahim, petugas akan
menunggu beberepa detik untuk melihat perubahan warna pada leher rahim. Pada lesi
pra kanker akan menampilkan warna bercak putih yang disebut acetowhite epitelium,
namun jika hasil tes IVA nya normal, maka setelah dipulas dengan cairan asam asetat
atau asam cuka, leher rahim tidak akan mengalami perubahan warna

2. Tujuan dan Manfaat Pemeriksaan IVA


a. Mendeteksi lesi pra kanker sejak dini
b. Jika terdapat kanker leher rahim dapat ditemukan dan diobati pada stadium dini.
c. Kesakitan dan kematian akibat kanker leher rahim dapat dihindari (Crystianty,
2018).

3. Keunggulan Pemeriksaan IVA


a. Hasil segera diketahui saat itu juga, tidak seperti pap smear yang memerlukan
pemeriksaan laboratorium
b. Efektif karena tidak membutuhkan banyak waktu dalam pemeriksaan, aman karena
pemeriksaan IVA tidak memiliki efek samping bagi ibu dan praktis karena
memerlukan tenaga medis lab khusus untuk membacakan hasil IVA
c.Teknik pemeriksaan sederhana, karena hanya memerlukan alat-alat kesehatan dan
bahan yang sederhana, dan dapat dilakukan dimana saja (klinik, puskesmas, dll)
d. Sensivitas dan spesifikasitas cukup tinggi.
e. Dapat dilakukan oleh semua tenaga medis terlatih (Katanga dkk, 2019).

4. Kategori Pemeriksaan IVA


Terdapat 4 kategori dalam pemeriksaan IVA (Ridayani,2016) :
a. IVA Negatif = tidak ada tanda atau gejala kanker serviks atau saat dipulas
cairan asam asetat bentuk serviks normal yaitu berbentuk licin, merah muda,
bentuk porsio normal.
b. IVA Radang = di bagian serviks terdapat radang (servisitis), atau kelainan
jinak lainnya seperti polip serviks

9
c. IVA Positif = ditemukan bercak putih (acetowhite epithelium). Kelompok ini
sering ditemukan saat screening kanker serviks dengan metode IVA karena
temuan ini mengarah pada diagnosis serviks pra kanker
d. IVA Kanker Serviks = pertumbuhan serviks seperti bunga kol, dan mudah
berdarah. Ini pun masih memberikan harapan hidup bagi penderitanya jika
masih pada stadium invasif dini

Berikut ini adalah gambar pemeriksaan IVA test

Sumber : Malehere (2019)

5. Jadwal Pemeriksaan IVA


Rekomendasi dari WHO untuk pemeriksaan IVA test (Septianingrum, 2017):
a. Bila skrining hanya dilakukan 1 kali seumur hidup maka sebaiknya dilakukan pada
perempuan usia 35-45 tahun.
b. Perempuan usia 25-45 tahun, bila sumber daya memungkinkan, skrining hendaknya
dilakukan tiap 3 tahun sekali.
c. Untuk usia > 50 tahun, cukup diakukan 5 tahun sekali. Bila 2 kali berturu tturut
hasil skrining sebelumnya negatif, perempuan usia > 65 tahun, tidak perlu menjalani
skrining.
d. Tidak semua perempuan direkomendasikan melakukan skrining setahun sekali

10
2.3 Vaksinasi HPV
Pemanfaatan vaksin HPV dinilai efektif untuk mencegah terjadinya kanker
serviks di negara-negara maju, sementara di negara-negara berkembang masih terkendala
dengan sumber daya yang terbatas terutama masalah biaya. Data statistik dari beberapa
tahun terakhir menunjukkan bahwa pemanfaatan vaksin HPV sangat efektif untuk
mencegah terjadinya kanker serviks. Program vaksinasi juga telah berhasil diterapkan di
banyak negara di dunia. Meningkatnya cakupan vaksinasi HPV mampu menurunkan
angka prevalensi penyakit ini, sehingga idealnya vaksinasi HPV adalah pilihan utama
dalam program pencegahan kanker serviks. Dua macam vaksin berlisensi yang ada saat
ini yakni vaksin quadrivalen (Gardasil, mengandung perlindungan tambahan terhadap
tipe 6 dan 11, yang bertanggung jawab atas 90% kutil atau kondiloma anogenital jinak)
dan vaksin bivalen (Cervarix, perlindungan terhadap tipe 16 dan 18 saja). Kedua vaksin
tersebut mengandung partikel mirip virus yang berbentuk seperti bagian luar HPV.
Vaksin ini dapat menstimulasi berkembangnya antibodi dalam serumer sehingga mampu
mencegah infeksi HPV jika terkena di kemudian hari. Cara pemberian vaksin HPV
menurut rekomendasi WHO :
a. Vaksin HPV untuk anak perempuan harus dilakukan sebelum mereka memulai
periode seksual aktif.
b. WHO merekomendasikan vaksin HPV untuk anak perempuan dalam kelompok usia
9-13 tahun. Anak perempuan yang menerima dosis pertama vaksin HPV sebelum usia
15 tahun dapat menggunakan jadwal dua dosis. Interval antara dua dosis harus enam
bulan. Tidak ada interval maksimum antara dua dosis; namun, disarankan interval
antara dua dosis tidak lebih dari 12-15 bulan. Jika interval antara dua dosis lebih
pendek dari lima bulan, maka harus diberikan dosis ketiga yang intervalnya enam
bulan setelah dosis pertama.
c. Pada perempuan berusia 15 tahun ke atas, termasuk mereka yang hidup dengan HIV
juga orang yang imunokompromais (imunodefisiensi) yaitu melemahnya sistem imun,
harus menerima vaksin sebanyak tiga dosis (pada 0, 1-2, dan 6 bulan) agar
sepenuhnya terlindungi dari infeksi HPV.

Penting untuk diketahui bahwa tidak ada vaksin yang memberikan perlindungan
secara lengkap terhadap semua jenis infeksi HPV penyebab kanker serviks, sehingga
pemeriksaan kanker serviks secara berkala seperti IVA test atau Pap Smear masih perlu
dilakukan.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Hasil dan Pembahasan


1. Hasil
a. Responden 1
1) Identitas

Hubungan responden dengan mahasiswa: Kawan/teman


Umur responden: 21-30 tahun
Pendidikan terakhir: Perguruan tinggi/Sederajat
Pekerjaan: Pegawai swasta

12
2) Mendengar tentang Pap Smear / IVA

Apakah pernah mendengar tentang Pap Smear atau IVA Jawaban responden
pernah mendengar keduanya
3) Pengetahuan, Sikap dan Perilaku

Apa yang anda ketahui mengenai Pap Smear atau Program IVA di Puskesmas?
Jawaban responden pemeriksaan untuk deteksi dini kanker serviks
Apa pendapat anda mengenai program tersebut? Jawaban responden sangat
baik untuk upaya pencegahan kanker serviks

13
4) Pernah Pap Smear / IVA

Apakah pernah melakukan Pap Smear atau IVA? Jawaban responden pernah
tidak pernah keduanya
5) Ketertarikan Mengikuti Pap Smear / IVA dan Kesimpulan Pendapat
Responden

14
Apakah tertarik untuk melakukan Pap Smear atau program IVA di Puskesmas?
Jawaban responden : tidak tertarik
Menurut pendapat anda, kenapa banyak orang tidak bersedia melakukan Pap
Smear / IVA? Jawaban responden : masyarakat awam merasa malu dan tidak
mengetahui manfaatnya
Menurut pendapat anda, kenapa prevalensi orang yang melakukan Pap Smear /
IVA belum meningkat ? Jawaban reseponden : masyarakat awam belum
mengetahui manfaatnya

b. Responden 2
1) Identitas Responden

Hubungan responden dengan mahasiswa: Saudara


Umur responden: 21-30 tahun
Pendidikan terakhir: Perguruan tinggi/Sederajat
Pekerjaan: Ibu rumah tangga

15
2) Mendengar tentang Pap Smear / IVA

Apakah pernah mendengar tentang Pap Smear atau IVA Jawaban responden
pernah mendengar keduanya
3) Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku

Apa yang anda ketahui mengenai Pap Smear atau Program IVA di Puskesmas?
Jawaban responden pemeriksaan untuk deteksi dini kanker serviks
Apa pendapat anda mengenai program tersebut? Jawaban responden sangat
baik untuk upaya pencegahan kanker serviks

16
4) Pernah Pap Smear / IVA

Apakah pernah melakukan Pap Smear atau IVA? Jawaban responden pernah
tidak pernah keduanya
5) Ketertarikan Mengikuti Pap Smear / IVA dan Alasan Tertarik Pap Smear
/ IVA

Apakah tertarik untuk melakukan Pap Smear atau program IVA di Puskesmas?
Jawaban responden : tertarik
Apa alasan tertariknya ? Jawaban responden : untuk deteksi dini kanker
serviks

17
c. Responden 3
1) Identitas Responden

Hubungan responden dengan mahasiswa: Teman


Umur responden: 21-30 tahun
Pendidikan terakhir: Perguruan tinggi/Sederajat
Pekerjaan: Pegawai Swasta
2) Mendengar tentang Pap Smear / IVA

18
Apakah pernah mendengar tentang Pap Smear atau IVA Jawaban responden
tidak pernah mendengar keduanya
3) Mahasiswa Menjelaskan Mengenai Program Pap Smear dan IVA, Baru
Kemudian Menanyakan

Setelah menjelaskan tentang Pap Smear dan IVA tanyakan pendapat mereka
setelah mendengar informasi mengenai Pap Smear dan IVA Jawaban
responden : menarik

19
4) Ketertarikan Mengikuti Pap Smear / IVA dan Alasan Tertarik Pap Smear
/ IVA

Apakah tertarik untuk melakukan Pap Smear atau program IVA di Puskesmas?
Jawaban responden : tertarik
Apa alasan tertariknya ? Jawaban responden : penasaran dengan kondisi diri
sendiri

2. Pembahasan
Berdasarkan hasil wawancara yang sudah dilakukan, di dapat kan hasil bahwa
dari ke 3 responden merupakan teman dan saudara penulis. Latar belakang dari ke 3
responden tersebut adalah ada 2 responden yang merupakan lulusan kesehatan dan 1
responden di luar lulusan kesehatan. Dari hasil wawancara tersebut didapatkan hasil
bahwa dari ke 3 responden ada salah satu responden yang belum pernah mendengar
pemeriksaan Pap Smear / IVA. Walaupun, responden tersebut belum mengetahui
terkait pemeriksaan Pap Smear / IVA, namun setelah dijelaskan terkait pemeriksaan
Pap Smear / IVA dari wawancara tersebut responden merespon dengan baik dan
tertarik untuk melakukan pemeriksaan Pap Smear atau IVA penasaran dengan kondisi
diri sendiri .
Dari 3 responden, ketiga nya belum pernah melakukan pemeriksaan Pap
Smear / IVA. Terkait ketertarikan responden untuk melakukan Pap Smear / IVA ada
yang merasa tidak tertarik untuk melakukan pemeriksaan Pap Smear / IVA
dikarenakan merasa malu dan belum mengetahui manfaat dari Pap Smear / IVA.

20
Responden yang seperti ini, perlu kita edukasi lebih lagi terkait apa saja manfaat dari
Pap Smear / IVA serta perlu kita edukasi juga untuk tidak perlu malu melakukan
skrining kanker serviks karena test yang dilakukan pun singkat dan praktis
Berdasarkan teori dari Lawrence Green, salah satu faktor yang mempengaruhi
suatu perilaku individu atau masyarakat terhadap kesehatan yaitu faktor predisposisi
(pendidikan dan pengetahuan). Karena dengan adanya pendidikan dan pengetahuan
terutama pendidikan kesehatan dan pengetahuan terhadap suatu penyakit, akan
membentuk suatu pemahaman terhadap penyakit tersebut yang nanti nya individu atau
masyarakat akan lebih paham untuk mengambil suatu tindakan. Hal ini dibuktikan
dengan salah satu responden yang tadinya belum tahu apa itu pemeriksaan Pap Smear
/ IVA, setelah dijelaskan oleh penulis terkait pemeriksaan Pap Smear / IVA dan apa
saja manfaatnya, responden menjadi tertarik untuk melakukan pemeriksaan Pap
Smear / IVA karena penasaran dengan kondisi diri sendiri. Untuk responden yang
belum pernah melakukan pemeriksaan Pap Smear / IVA dan untuk responden yang
merasa tidak tertarik untuk melakukan pemeriksaan Pap Smear / IVA karena malu,
biasanya disebabkan karena beberapa faktor, seperti : belum mengetahui manfaat Pap
Smear / IVA, atau merasa belum perlu untuk melakukan pemeriksaan tersebut. Maka
dari itu, diperlukan peran tenaga kesehatan dan berbagai pihak untuk memberikan
edukasi, pemahanaman, pendidikan, atau pun pengetahuan terkait kesehatan khusus
nya pemeriksaan Pap Smear / IVA

3.2 Kesimpulan
Kanker serviks merupakan tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim
(serviks), yaitu bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina (Hartati
dkk., 2014). Kanker serviks ini disebabkan oleh Human Papiloma Virus (HPV). HPV
risiko tinggi adalah agen penyebab kanker serviks. HPV resiko tinggi yang dimaksud dan
lebih banyak berkaitan dengan kanker serviks adalah HPV resiko tinggi tipe 16 dan 18.
Kedua jenis HPV ini berkontribusi lebih dari 70% dari semua kasus kanker serviks di
dunia. Pencegahan kanker serviks dapat dilakukan dengan cara vaksinasi HPV dan
melakukan pemeriksaan rutin Pap Smear / IVA karena tidak ada vaksin yang
memberikan perlindungan secara utuh terhadap semua jenis infeksi HPV penyebab
kanker serviks, sehingga pemeriksaan kanker serviks secara berkala seperti IVA test atau
Pap Smear masih perlu dilakukan.

21
Tingkat pengetahuan, perilaku, dan sikap dari ke 3 responden terkait
pemeriksaan Pap Smear / IVA dapat dibilang cukup baik dikarenakan ada 2 responden
yang pernah mendengar dan mengetahui pemeriksaan Pap Smear / IVA yaitu untuk
deteksi dini kanker serviks. Meskipun, ada responden yang belum mengetahui
pemeriksaan Pap Smear / IVA, belum pernah periksa Pap Smear / IVA dan merasa tidak
tertarik akan pemeriksaan Pap Smear / IVA, setelah dijelaskan oleh penulis terkait apa itu
pemeriksaan Pap Smear / IVA dan apa saja manfaatnya, respon dari responden cukup
baik dan merasa tertarik untuk melakukan pemeriksaan Pap Smear / IVA

22
DAFTAR PUSTAKA

Emilia, Ova, dkk. 2010. Bebas Ancaman Kanker Serviks. Yogyakarta: Media Pressindo

Savitri, A. Larasati, A. Utami, R. 2015. Kupas Tuntas Kanker Payudara, Leher Rahim &
Rahim. Pustaka Baru Press. Yogyakarta.

Wahyu T, Reni; Toyibah, Afnani. 2016. Cara Mudah Mencegah dan Mengatasi Kanker
Serviks. Jakarta : Salemba Medika

Kustiyati, Sri. 2007. Pap Smear. GASTER Vol 3 (No.2): 115-123

Eka Putra, Andani ; Prima Putra, Syandrez. 2021. Upaya Pencegahan Kanker Serviks melalui
Vaksinasi dan Skrining Human Papillomavirus. Majalah Kedokteran Andalas Vol 44 (No.2)
:126-134

Suryoadji, Kemal Akbar; Ridwan, A Syafaatullah; Kusuma, Fitriyadi. 2021. Vaksin HPV
Sebagai Strategi Pencegahan Kanker Serviks di Indonesia. JIMKI Vol 10 (No.1) : 114-120

P2PTM. 2013. Pedoman teknis Pengendalian Kanker Leher Rahim. Kementrian Kesehatan
Repuplik Indonesia: Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular.

Ni Wayan, Anik Darmayanti. 2020. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Tentang Kanker
Seviks Dengan Keikutsertaan Mengikuti Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat Pada
Wanita Usia Subur dalam Sebuah Studi Literatur. Diakses pada 28/2/2023 :
repository.poltekkes-denpasar.ac.id/4543/3/BAB%202.pdf

Putu Ayu, Candrawati. 2018. Hubungan Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Kanker
Servik Dengan Frekuensi Pemeriksaan Pap Smear Di Puskesmas I Denpasar Utara Tahun
2018. Diakses pada 28/2/2023 repository.poltekkes-denpasar.ac.id/1050/4/Bab%20IIdocx.pdf

Wahyuni, Yuyun. 2019. Cegah Kanker Serviks Dengan Cerdik. Diakses pada 28/2/2023
osf.io/5dy6f/download

23

Anda mungkin juga menyukai