Ketentuan Umum
1. Hunian Berimbang merupakan Perumahan yang dibangun secara berimbang antara Rumah sederhana,
Rumah menengah, dan Rumah mewah.
Pembangunan Perumahan dengan Hunian Berimbang dilakukan oleh Badan Hukum yang sama dan dapat
bekerja sama dengan Badan Hukum lain
1. Definisi Rumah
a. Rumah Sederhana adalah Rumah yang terdiri dari Rumah sederhana subsidi dan rumah sederhana non
subsidi.
• Rumah Sederhana Subsidi merupakan Rumah sederhana yang harganya ditetapkan oleh Pemerintah.
• Rumah Sederhana Non Subsidi Rumah yang harganya 3 kali harga rumah sederhana subsidi atau
Rumah Umum.
b. Rumah Umum adalah Rumah sederhana subsidi untuk MBR.
c. Rumah Menengah adalah Rumah yang harga jualnya 3 kali sampai dengan 15 kali harga rumah
sederhana subsidi.
d. Rumah Mewah adalah Rumah yang harga jualnya di atas 15 kali harga rumah sederhana subsidi.
Hunian Berimbang (Pasal 21 s/d Pasal 21H),
meliputi :
a. Hunian Berimbang Skala Besar wajib dalam satu a. Hunian Berimbang Selain Skala Besar dilakukan dalam satu
hamparan atau tidak dalam satu hamparan;
Hamparan;
b. Dapat dilakukan tidak dalam satu hamparan tetapi dalam satu
b. Komposisi HB untuk Skala Besar adalah 1 : 2 : 3
kabupaten/ kota;
(subsidi dan non subsidi) c. Komposisi HB untuk Selain Skala Besar yaitu 1 : 2 : 3 atau 1
c. Pelaksanaannya: : 3 atau 2 : 3.
Rumah Sederhana dapat dibangun dalam bentuk d. Kewajiban Rumah Sederhana:
Rumah tunggal atau Rumah deret, namun apabila 1. Untuk Kota Besar, 3 Rumah Sederhana memiliki komposisi
tidak dapat dibangun maka dapat dikonversi dalam: 25% : 75% (RS Subsidi : RS Non Subsidi)
1. Bentuk Rumah susun umum yang dibangun dalam 2. Untuk Kota Sedang, 3 Rumah Sederhana memiliki komposisi
1 (satu) hamparan yang sama; ataua 50% : 50% (RS Subsidi : RS Non Subsidi)
2. Bentuk dana untuk pembangunan Rumah umum. 3. Untuk Kota Kecil, 3 Rumah Sederhana memiliki komposisi
d. Konversi HB 75% : 25% (RS Subsidi : RS Non Subsidi)
Catatan Definisi:
• Kota Besar : perkotaan dengan jumlah penduduk yang dilayani
paling sedikit 500.000 jiwa.
• Kota Sedang : perkotaan dengan jumlah penduduk yang
dilayani 100.000 < 500.000 jiwa.
• Kota Kecil : perkotaan dengan jumlah penduduk yang dilayani
paling sedikit 50.000 < 100.000 jiwa.
KONSEPSI KEWAJIBAN PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN UMUM
Kriteria:
Tapi
✔ Lokasi Selain
✔ Klasifikasi Skala dalam 1 Lahan
Boleh tidak
Rumah Besar dalam 1 Kab/ Milik
si 1
✔ Komposi 100 – hamparan Kota + Sendiri Perhitungan
3,000 Akses Dana Konversi
Rumah
Tapak
Kerjasama
Pembangunan 2 Perhitungan
Skala Harus dalam Lahan Rumah Umum
Pengembang Konversi
Besar 1 hamparan Milik Bentuk Bentuk
> 3,000 Sendiri lain (dalam Rusun Umum
Hunian Konversi
Berimban
hamparan
g
Pembangunan 3
20 % Bangunan boleh yang sama) Rusun Umum Penghitungan
Jika tidak dalam Dana utk 20%
Rumah terpisah (Rumah Milik
satu hamparan, Rusun Umum
Susun Susun Komersial), minimal dalam
Umum tapi tetap dalam satu kab/kota
(MBR) satu hamparan
Rumah
Susun
80 %
Rumah Kewajiban hunian berimbang
Susun
Komersial
tetap terpenuhi, pelaksanaan
lebih mudah dan realistis,
backlog kepemilikan rumah
Pro Kontra
berkurang, dan terjadi
Memenuhi aspek sosial-kultural, keadilan, dan Tanggungjawab pemerintah dalam pemenuhan hunian MBR pemerataan dan pertumbuhan
keadilan ekonomi. dibebankan ke pengembang. ekonomi yang mampu
menyerap tenaga kerja lebih
Meningkatkan arus kas (cash flow) perusahaan Pengembang sulit memenuhi harga jual RSh/RSU yang banyak lagi.
karena mudah menjual RSh/RSU. ditetapkan pemerintah ketika harga lahan mentah sudah mahal.
Penghitungan Kewajiban 20% Pembangunan RUMAH SUSUN UMUM
Simulasi:
Rumah • Pembangunan rumah susun
Susun umum dapat dalam satu
Komersial Asumsi hamparan atau berbeda
Jumlah Unit
=
hamparan;
Rumah 2000m2/21 • Dalam kabupaten kota yang
20% x 10.000 m2 = 2.000 m2 sama;
Susun m2
= 95 unit
Umum Potensi Biaya yang masuk • dilakukan sendiri oleh pelaku
Tanah = 10jt/m2 Simulasi
pembangunan; atau
Konstruksi = HSBGN (Jakarta 7jt) Berdasarkan Unit berkerjasama dengan pelaku
Asumsi tipe sarusun = 21m2 pembangunan lain.
Unit x Harga Jual Sarusun = 95 x
Harga Jual Sarusun = 350 jt (asumsi)
350.000.000
Marketing = 5%
Perizinan, Pajak, sertifikat (dapat Total = 33.250.000.000
mendapatkan kemudahan dari pemerintah)
kepastian
1 dibuktikan dengan surat keterangan rencana kabupaten/kota
peruntukan rurang
yang telah disetujui Pemerintah Daerah.
kepastian hak atas dibuktikan dengan sertipikat hak atas tanah atas nama pelaku
2 pembangunan atau sertipikat hak atas tanah atas nama pemilik
tanah
tanah yang dikerjasamakan
EMPAT LIMA
Dalam hal pembatalan pembelian Rumah Dalam hal kredit pemilikan Rumah yang
tunggal, Rumah deret, etau Rumah susun diajukan oleh calon pembeli tidak disetujui
pada saat Pemasaran oleh calon pembeli oleh bank atau perusahaan pembiayaan,
yang bukan disebabkan oleh kelalaian pelaku pembangunan mengembalikan
pelaku pembangunan, pelaku pembangunan pembayaran yang telah diterima kepada
mengembalikan pembayaran yang telah calon pembeli dapat memotong l0% (sepuluh
diterima kepada calon pembeli dengan dapat persen) dari pembayaran yang telah diterima
memotong paling rendah 20% (dua puluh oleh pelaku pembangunan ditambah dengan
persen) dari pembayaran yang telah biaya pajak yang telah diperhitungkan.
diterima oleh pelaku pembangunan
ditambah dengan biaya pajak yang telah
diperhitungkan
PPJB
Perjanjian Pendahuluan Jual Beli atau Perjanjian Pengikatan Jual Beli yang
selanjutnya disebut PPJB adalah kesepakatan antara pelaku pembangunan dan
setiap orang untuk melakukan jual beli Rumah atau satuan Rumah susun yang
dapat dilakukan oleh pelaku pembangunan sebelum pembangunan untuk
Rumah susun atau dalam proses pembangunan untuk Rumah tunggal dan
Rumah deret yang dibuat di hadapan notaris.
Perjanjian Pendahuluan Jual Beli (PPJB)
(Pasal 22 s/d Pasal 22M), meliputi :
Kemudahan
a. PPJB ditandatangani oleh calon pembeli dan pelaku pembangunan yang dibuat di hadapan notaris.
b. Jadwal pelaksanaan pada tahap pemasaran, patut disampaikan berupa:
• Jadwal pelaksanaan pembangunan dan jadwal penandatanganan PPJB.
• Jadwal penandatanganan AJB dan serah terima dapat disampaikan, namun tidak membatalkan.
c. Bukti hak perolehan atas diatur mengikuti pengaturan di ATR/BPN.
d. 20% pembangunan rumah tapak atau deret dari seluruh jumlah unit rumah ditambah dengan PSU dalam suatu perumahan yang
direncanakan, dan yang dimaksud dengan suatu perumahan yang direncanakan adalah dokumen rencana tapak yang telah
ditandatangani oleh Pemda.
e. Dalam tahap pemasaran status hak perolehan atas tanah dapat berbentuk sertifikat atau Surat Bukti Kepemilikan yang sah.
f. Dalam hal tanah dan/atau bangunan menjadi agunan, pembangunan menjelaskan kepada calon pembeli dirubah menjadi dalam
hal tanah dan/atau bangunan, pelaku pembangunan dapat menjelaskan kepada calon pembeli.
status dibuktikan dengan sertipikat hak atas tanah yang diperlihatkan kepada calon
1 pembeli pada saat penandatanganan PPJB
kepemilikan tanah
persetujuan
2 Disampaikan salinan sesuai asli kepada calon pembeli pada saat penandatanganan
bangunan gedung
PPJB
ketersediaan prasarana,
3 Seperti jalan/listrik/ruang terbuka/tempat ibadah, dll.
sarana, dan utilitas
umum
a) Untuk Rumah tunggal atau Rumah deret keterbangunan paling sedikit 20% (dua
puluh persen) dari seluruh jumlah unit Rumah serta ketersediaan Prasarana,
keterbangunan paling
Sarana, dan Utilitas Umum dalam suatu Perumahan yang direncanakan; atau
4 sedikit 20% (dua puluh
b) untuk Rumah susun keterbangunan paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari
persen)
volume konstruksi bangunan Rumah susun yang sedang dipasarkan.