Anda di halaman 1dari 24

BAB II

TINJAUAN UMUM

A. Tinjauan Diskriminasi dari Hukum Positif


1. Diskriminasi Ras dan Etnis
Istilah diskriminasi berasal dari bahasa Inggris:
discriminate, dan pertama kali digunakan pada Abad ke-17. Akar
istilah itu berasal dari bahasa latin: discriminat. Sejak perang sipil
Amerika pada Abad 18, istilah diskriminasi berkembang sebagai
kosakata bahasa Inggris untuk menjelaskan sikap prasangka
negatif. Saat itu prasangka yang dimaksud dikaitkan hanya
dengan prasangka atas kulit hitam saja yang menjadi budak.
Namun penggunaan istilah itu kemudian berkembang, juga
digunakan untuk semua jenis prasangka dan semua tindakan
negatif kepada semua jenis identitas sosial.
Diskriminasi dapat menyerang ras dan etnis mana saja
karena sangat sulit menyatukan kelompok kelompok yang
berbeda. Oleh karena itu sebagai manusia sangat penting
memahami dan menerima perbedaan. Baik itu perbedaan warna
kulit, asal tempat tinggal, agama, dll.
Diskriminasi, Diartikan sebagai berikut: Diskriminasi
adalah prasangka atau prilaku yang membedakan seseorang
hanya karena ia berasal dari sebuah identitas sosial (agama, etnis,
ras, gender, orientasi seksual). Hanya karena identitas sosial nya
berbeda, ia dipandang atau diperlakukan lebih buruk. Misalnya,

31 55
32

ia dilarang atau tidak diberikan perlindungan hukum atau hak


hukum yang sama dibandingkan warga negara lain yang berasal
dari identitas sosial yang berbeda.1
Menurut Banton, diskriminasi yang didefinisikan sebagai
perlakuan yang berbeda terhadap orang yang termasuk dalam
kategori tertentu menciptakan apa yang disebut dengan jarak
sosial (social distance). Sedangkan Ransford membedakan antara
diskriminasi individu (individual discrimination) dan diskriminasi
institusi (Institutional Discrimination). Diskriminasi individu
merupakan tindakan seorang pelaku yang berprasangka
(prejudice). Sedangkan diskriminasi institusional merupakan
tindakan diskriminasi yang tidak ada kaitannya dengan prasangka
individu, melainkan merupakan dampak kebijakan atau praktik
tertentu berbagai institusi dalam masyarakat.2
Banyak orang di perlakukan buruk karena ras atau etnis
tempat dia berasal mempunyai masalalu yang buruk (misalnya
pernah menjajah negara lain) tapi seseorang tidak dapat memilih
tempat dimana ia akan dilahirkan dan siapa orangtua nya. Sangat
tidak adil apabila manusia di perlakukan karena kesalahan
masalalu dari ras atau etnisnya.

1
Denny J.A, Menjadi Indonesia Tanpa Diskriminasi, Jakarta:
Inspirasi.co, 2014, hal.6.
2
Sunarto, Kamanto, Pengantar Sosiologi (edisi ketiga), Jakarta :
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004, hal.146.
33

Adapun definisi menurut para ahli:


a. Fulthoni, et.al
Menurut Fulthoni, pengertian diskriminasi adalah perlakuan
yang tidak adil dan tidak seimbang yang dilakukan untuk
membedakan perorangan, atau kelompok, berdasarkan sesuatu,
biasanya bersifat kategorikal, atau atribut-atribut khas, seperti
berdasarkan ras, kesukubangsaan, agama, atau keanggotaan
kelas-kelas sosial.
b. Theodorson&Theodorson
Menurut Theodorson&Theodorson (1979), pengertian
diskriminasi adalah perlakuan yang tidak seimbang terhadap
perorangan atau kelompok berdasarkan sesuatu, biasanya bersifat
kategorikal atau atribut khas seperti ras, suku, agama atau
keanggotaan kelas-kelas sosial.
c. Sears, Freedman, dan Peplau
Menurut Sears, Freedman, dan Peplau (1999), pengertian
diskriminasi adalah suatu perilaku yang menunjukkan penolakan
terhadap individu atau kelompok semata-mata karena
keanggotaan seseorang di dalam kelompok.
d. Danandjaja
menyatakan bahwa dalam arti tertentu diskriminasi
mengandung arti perlakuan tidak seimbang terhadap sekelompok
orang, yang pada hakekatnya adalah sama dengan kelompok
pelaku diskriminasi. Obyek diskriminasi tersebut sebenarnya
memiliki beberapa kapasitas dan jasa yang sama, adalah bersifat
34

universal. Apakah diskriminasi dianggap ilegal, tergantung dari


nilai-nilai yang dianut masyarakat bersangkutan, atau
kepangkatan dalam masyarakat dan pelapisan masyarakat yang
berlandaskan pada prinsip diskriminasi. Kriteria masyarakat,
untuk apa yang dianggap perlakuan diskriminasi terhadap
seorang maupun kelompok, selalu bergeser, sesuai dengan nilai-
nilai yang berlaku dalam masyarakatnya.
e. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
Menurut PBB, diskriminasi adalah perilaku dan tindakan
yang dilakukan berdasarkan perbedaan dalam kategorisasi yang
dibuat oleh alam atau masyarakat, yang tidak ada hubungannya
dengan kemampuan individu atau jasanya.
f. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Menurut KBBI, pengertian diskriminasi adalah perbedaan
perlakuan terhadap sesama warga negara yang dilakukan
berdasarkan warna kulit, golongan, suku, agama, dan
sebagainya.3
Jadi, diskriminasi adalah membedakan atau bertindak tidak
adil kepada ras atau etnis baik itu dalam bentuk aturan, perbuatan,
ataupun perkataan karena perbedaan warna kulit, agama, suku,
ras, dll.
Manusia sebagai makluk yang tinggal di bumi dibagi
menjadi kelompok yang tidak terhitung jumlahnya. Setiap
3
https://www.google.com/search?q=pengertian+diskriminasi+menurut+
ahli&oq=pengertian+diskrimnasi+menurut+ahli&aqs=chrome.0.69i59j0l2j69i
60l2.4796j0j7&client=msandroidxiaomi&sourceid=chrome-mobile&ie=UTF-
8 Diakses pada tanggal 7 November 2019, Pukul 0.51 WIB
35

kelompok juga mengembangkan suatu kebudayaan,


mengembangkan pandangan tentang in-grub dan out-grub, dan
mengembangkan perbedaan berdasarkan perbedaan-perbedaan
fisik yang turun temurun, yaitu ras.
Ras adalah kategori individu yang secara turun-temurun
terdapat ciri-ciri fisik dan biologis tertentu yang khas. Beberapa
pengertian ras menurut para ahli adalah sebagau berikut.
a. Bruce J. Cohen
Ras adalah kategori individu yang secara turun temurun
memiliki ciri-ciri fisik dan biologis tertentu yang sama.
b. Hortun dan Hunt
Ras adalah suatu kelompok manusia yang agak berbeda
dengan kelompok-kelompok lainnya dari segi ciri-ciri fisik
bawaan. Disamping itu banyak juga ditentukan oleh pengertian
yang digunakan oleh masyarakat.
c. Alex Thie
Ras adalah sekelompok orang yang dianggap oleh
masyarakat memiliki ciri-ciri biologis yang berbeda.
d. Stephen K. Sanderson
Ras adalah suatu kelompok atau kategori orang-orang yang
mengidentifikasikan diri mereka sendiri, dan diidentifikasikan
oleh orang-orang lain, sebagai perbedaan sosial yang dilandasi
oleh ciri-ciri fisik atau biologis.
Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa ras adalah kategori
individu yang secara turun temurun memiliki ciri-ciri fisik dan
36

biologis tertentu. Persamaan umum dalam ras yaitu, ras


merupakan suatu pengertian biologi, bukan pengertian
sosiokultural. Jika menyebut ras Negro, berarti yang
dimaksudkan bukan sifat kebudayaan kelompok tersebut seperti
pandai bermain musik, melainkan ciri fisiknya, seperti warna
kulitnya hitam atau bentuk rambutnya kriting. Artinya, jika
menyebut suatu kelompok ras, berarti yang dimaksud bukan sifat
kebudayaan kelompok tersebut melainkan ciri fisiknya.4
Etnis adalah suatu golongan manusia yang anggota-
anggotanya mengidentifikasikan dirinya dengan sesamanya,
biasanya berdasarkan garis keturunan yang di anggap sama.
Identitas suku ditandai oleh pengakuan dari orang lain akan ciri
khas kelompok tersebut seperti kesamaan budaya, bahasa, agama,
prilaku, dan ciri ciri biologis.5
Etnis dalam bahasa Yunani mengacu pada suatu pengertian
(identik) pada dasar geografis dalam suatu batas-batas wilayah
dengan sistem politik tertentu (Rudolfh, 1986:2). Kata etnis
menjadi suatu predikat terhadap identitas seseorang atau
kelompok. Seseorang atau kelompok yang menjadi Jawa, Bugis,
Sunda, Inggris, Belanda atau Afrika, atau menjadi Madura,
Papua, Cina, sekaligus juga tidak bisa meminta untuk menjadi
Jawa, Batak, atau Melayu dan Sebagainya. Predikat tersebut
menjadi sesuatu yang taken for granted sedari awal penciptaan
4
Janu Murdiyatmoko, Sosiologi Memahami dan Mengkaji Masyarakat,
Bandung: PT Grafindo Media Pratama , 2008, hal.6.
5
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kelompok_etnik Diakses pada tanggal
10 november 2019, Pukul 2.17 WIB.
37

(kelahiran). Etnisitas merupakan kategori-kategori yang


diterapkan pada kelompok atau kumpulan orang yang dibentuk
dan membentuk dirinya dalam kebersamaan atau kolektivitas
(Rex, 1994:8). Lebih menunjuk kepada kolektivitas daripada
individual. Ikatan-ikatan etnis terwujud dalam kumpulan orang,
kelengkapan-kelengkapan primodal seperti derajat, martabat,
bahasa, adat istiadat atau kepercayaan dibebankan atau setiap
angota yang dilahirkan dalam kelompok tersebut dan
menjadikannya serupa dengan anggota kelompok yang lain.6
a. Menurut John W. Santrock, etnis adalah budaya,
karakteristik kewarganegaraan, ras, agama, dan bahasa.
b. Menurut Webster’s New Collegiate Dictionary, etnis
adalah sekelompok besar orang yang diidentifikasi
memiliki kesamaan biologis dan tradisi.
Jadi diskriminasi ras dan etnis adalah menolak atau
memperlakukan seseorang atau kelompok secara tidak adil
karena perbedaan kelompok latar belakang baik itu keturunan
maupun kelompok yang terbentuk diluar garis keturunan atau
biologis.
Diskriminasi ras dan etnis dapat juga di artikan ketika
seseorang diperlakukan dengan kurang baik daripada orang lain
dalam situasi yang sama karena ras, warna kulit, keturunan,
status asal etnis atau asal imigran mereka.Hal yang juga
merupakan diskriminasi rasial adalah apabila ada peraturan atau

6
Ubed Abdilah S, Politik Identitas Etnis : pergulatan tanpa identitas.
Yogyakarta: Indonesia Tera, 2002, hal.75-76.
38

kebijakan yang sama untuk semua orang namun memiliki efek


tidak adil pada orang-orang dengan ras, warna kulit, keturunan,
status etnis atau asal imigran tertentu atau etnis tertentu, ini
disebut sebagai 'diskriminasi tidak langsung'(indirect
discrimination
Setiap ras dan etnis memiliki karakter dan ciri fisik yang
berbeda, namun perbedaan disik manusia sangat sedikit. oleh
karena itu kebanyakan ilmuan berpendapat bahwa semua ras
dan etnis berasal dari asal yang sama.
2. Jenis-Jenis Diskriminasi Ras dan Etnis
Istilah diskriminasi rasial kadang disamakan dengan
segregasi rasial atau ketidakadilan, dan kemudian
dipertentangkan dengan istilah keadilan rasial. Dalam prinsip
keadilan rasial, ketidakadilan adalah masalah pengucilan dari
institusi masyarakat yang dominan dan persamaan adalah
persoalan non diskriminasi serta kesempatan yang sama untuk
berperan serta. Dari prinsip ini. peraturan-peraturan yang
memberikan institusi terpisah bagi minoritas banga tidak berbeda
dari segregasi rasial, sehingga perluasan alaminya adalah
melepaskan status terpisah kebudayaan minoritas, dan
mendorong partisipasi yang sama dalam masyarakat yang
dominan. Dalam hukum internasional, istilah dan prinsip ini di
Amerika Serikat pernah dimanfaatkan untuk melindungi hak-hak
orang Indian, penduduk asli Hawai, dan hak-hak minoritas
39

bangsa. Bentuk tindakan diskriminasi ras dan etnis ini berbeda-


beda namun secara umum terdiri dari:
1. Diskriminasi Etnosentrisme
Sikap diskriminasi ras yang pertama adalah Etnosentrisme,
Yaitu pandangan yang merasa bahwa kelompoknya sendiri
adalah pusat segalanya, sehingga semua kelompok yang
lainnya selalu dibandingkan dan dinilai tidak sesuai dengan
standar kelompoknya. Maka dengan demikian
Etnosentrisme selalu menganggap kebudayaan
kelompoknya sebagai kebudayaan yang paling baik. Orang
yang berprinsip Etnosentris cenderung kurang bergaul
karena hanya bergaul dengan kalangannya saja, tidak mau
membuka wawasan, dan fanatik, pemeluk agama yang
fanatik.
Diskriminasi jenis ini adalah diskriminasi yang sangat
rawan dengan penyelewengan kekuasaan dan mempunyai
potensi menguntungkan dan mementingkan kepentingan
kelompok sendiri.
2. Diskriminasi Xenophobia
Kata Xenophobia berasal dari kata Yunani, xenos dan
phobos. Xenos artinya orang asing, dan phobos artinya
ketakuran. Jadi Xenophobia adalah ketakutan yang
berlebihan terhadap orang asing atau segala sesuatu yang
berbau asing.
40

Diskriminasi jenis ini dapat dikatakan masih sangat


individual karena hampir tidak bisa menerima orang diluar
ras atau etnisnya.
3. Diskriminasi Miscegenation
Miscegenation adalah sikap diskriminasi yang menolak
terjadinya hubungan antar ras, termasuk dalam hal kawin
campur antar ras yang berbeda. Sikap ini sangat menjaga
kemurnian rasnya dan berusaha sekuat mungkin agar tidak
terkotori oleh kawin campur antar ras. Sejarah mencatat
Hitler dengan nazinya adalah kelompok yang sangat
mendukung sikap Miscegenation ini. ia berpandangan
bahwa ras arya adalah ras yang paling unggul di dunia, oleh
karena itu harus dijaga kemurnian rasnya.
Diskriminasi jenis ini biasanya sangat kental dengan adat
istiadat suatu ras dan etnis.
4. Diskriminasi Stereotipe
Stereotipe termasuk bentuk dari sikap diskriminasi ras,
sebab menilai seseorang hanya berdasarkan presepsi pada
kelompok dimana orang tersebut berasal. Stereotipe bisa
juga diartikan sebagai sikap mengeneralisir terhadap suatu
kelompok tertentu. Jadi tak penting apa dan bagaimana
sesungguhnya seseorang dimata pengikut sikap
diskriminasi ras dan etnis ini. apapun dan bagaimanapun
yang dilakukan orang lain, maka tak mempengaruhi
41

penilaian terhadap orang tersebut, sebab mereka telah


memiliki penilaian sendiri yang bersifat general.7
Diskriminasi ini adalah menilai semua manusia yang
berasal dari ras atau etnis tertentu semuanya mempunyai
karakter yang sama.
3. Penyebab adanya diskriminasi ras dan etnis
Indonesia adalah Negara kepulauan yang terdiri dari
daerah daerah dengan ciri dan budaya masyarakatnya yang
berbeda-beda di setiap daerah. Meskipun memiliki perbedaan tapi
beragam perbedaan di Indonesia tetap disatukan atas dasar
Nasionalisme. Karena itu Indonesia juga di kenal dengan
semboyan “Bhineka tunggal ika” Yang tujuannya mewujudkan
tujuan Negara meskipun berbeda latar belakang dan budaya yang
bersifat majemuk.
Para pendiri indonesia sudah menyadari bahwa indonesia
memiliki banyak ras dan etnis karena itu di tuangkan dalam sila
ke-3 pancasila “persatuan indonesia” supaya masyarakat
indonesia lebih menghargai perbedaan dan bersatu. Dan di
tuangkan dalam sila ke-5 “ Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
indonesia” dalam butir ke 5 ini sangat jelas bahwa setiap
masyarakat harus memperoleh keadilan terlepas dari apapun
suku, agama, warna kulit, keturunan, atau tempat ia berasal.
Majemuk adalah istilah yang pada awalnya di perkenalkan
oleh Pumivall untuk meggambarkan masyarakat Indonesia pada

7
Hesti Armiwulan Sochmawardiah, Diskriminasi Rasial dan Hukum
Ham: Studi Tentang Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa, 2013, Hal.70.
42

masa hindia-belanda. Masyarakat Indonesia pada masa hindia-


belanda demikian menurut Pumivall, merupakan suatu
masyarakat majemuk (plural societies). Yakni suatu masyarakat yang
terdiri atas dua atau lebih elemen yang hidup sendiri-sendiri tanpa
ada pembauran satu sama lain didalam suatu kesatuan sosial.
Sebagai masyarakat majemuk, masyarakat Indonesia disebut
sebagai suatu tipe masyarakat yang dimana mereka yang
berkuasa dan mereka yang dikuasai memiliki perbedaan ras.8
Sejak dulu masyarakat indonesia sudah terbiasa dengan
keberagaman (kemajemukan) tapi sangat sulit mengurangi atau
menghilangkan konflik ras dan etnis
Pada dasarnya konflik ras dan etnis tidak dapat dihindari.
Alasan sederhana yang mendasari ialah bahwa identitas
cenderung tidak dapat dibagi kepada etnis lainnya dan orang lain
juga belum tentu mau menerimanya. Dalam ras dan etnis tidak
dapat terjadi adanya pembagian atau tawar menawar kepada hal
yang berhubungan dengan etnisitas. Contohnya seperti orang
Kristen tidak dapat diubah menjadi orang Yahudi dan orang
berkulit putih tidak dapat dibuat menjadi separuh kulit hitam. Hal
ini karena identitas semacam itu memiliki sifat yang jauh lebih
kaku, maka benturan atas dasar identitas sulit untuk mencapai

8
Nasikum, Sistem Sosial Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 1993, Hal.29.
43

kompromi dimana yang ada hanyalah membangkitkan emosi


ketimbang nalar, serta melahirkan kekerasan.9
Konsep diskriminasi ras dan etnis kebanyakan orang
melibatkan kekerasan eksplisit dan langsung yang diungkapkan
oleh orang kulit putih terhadap anggota kelompok rasial yang
kurang beruntung. Namun, diskriminasi dapat mencakup lebih
dari sekedar perilaku langsung (seperti penolakan kesempatan
kerja atau sewa). Hal itu juga bisa halus dan tidak sadar (seperti
permusuhan nonverbal dalam postur atau nada suara).
Selanjutnya, diskriminasi terhadap individu dapat didasarkan
pada asumsi keseluruhan tentang anggota kelompok rasial yang
kurang beruntung yang diasumsikan berlaku untuk orang tersebut
(yaitu, diskriminasi atau pembuatan profil statistik). Diskriminasi
juga dapat terjadi sebagai akibat dari prosedur kelembagaan dan
bukan perilaku individu.
Benturan antar ras dan etnis sangat sering terjadi di dunia
atau sekedar di indonesia bahkan sampai saat ini. sangat sulit
menghindari konflik ras dan etnis. Karena kebanyakan manusia
sangat sensitif apabila membahas sesuatu yang menyangkut ras
dan etnis, oleh karena itu yang keluar hanya emosi dan konflik
antar ras dan etnis tidak terhindarkan.

9
Ashutosh Varshney, Konflik Etnis dan Peran Masyarakat Sipil,
Diterjemahkan oleh Siti Aisyah, Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan
Agama, 2009, Hal.30.
44

4. Dampak Diskriminasi Ras dan Etnis


Sikap Diskriminasi menunjukkan martabat rendah bagi
pelakunya dan akan memicu munculnya perilaku buruk lainnya
yang dilarang, akibat buruk dari sikap diskriminasi diantaranya
adalah:
a. Memicu munculnya sektarianisme.
b. Memunculkan permusuhan antar kelompok, perasaan
melebihkan kelompok sendiri dan merendahkan
kelompok yang lain menjadi pemicu perseteruan antar
kelompok.
c. Mengundang masalah sosial yang baru dan dapat
memancing konflik horizontal ditengah masyarakat.
d. Menciptakan penindasan dan otoritarianisme dalam
kehidupan akibat adanya perasaan lebih dan
sentiment terhadap kelompok, sehingga hak-hak
kelompok lain diabaikan.
e. Jika sikap diskriminasi sangat dominan, maka
keadilan sulit untuk ditegakan, sebab suatu kelompok
dalam pengambilan keputusan hanya didasarkan pada
pertimbangan yang subyektif.
f. Sikap diskriminasi dapat menghancurkan sendi-sendi
kehidupan sosial, yang berakibat pada perpecahan.
g. Dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapi
seharusnya bisa diselesaikan dengan baik. Namun
dengan adanya diskriminasi menjadi berlarut dan
45

tidak menutup kemungkinan memunculkan masalah


baru.10
Sangat banyak dampak buruk yang di timbulkan oleh
diskriminasi ras dan etnis mulai dari saling melukai antar
manusia atau yang cukup parah diskriminasi ras dan etnis dapat
memecah suatu bangsa.

B. Tinjauan Hukum Pidana Islam


1. Pengertian
Hukum pidana islam merupakan bagian dari fiqih jinayah
yang merupakan salah satu dari enam cabang ilmu fiqih dalam
hukum islam. Keenam cabang tersebut adalah fiqih ibadah,
muamalah, munakahat, jinayah, siyasah, dan mawaris. Hukum
pidana islam yang diterjemahkan dari istilah fiqih jinayah,
definisi secara lengkap meliputi dua kata pokok, yaitu fiqih dan
jinayah. Secara etimologis, fiqih berasal dari kata faqiha–yafqahu
yang berarti memahami ucapan secara baik. Fiqih merupakan
ilmu tentang hukum-hukum syariah yang bersifat hasil analisis
seorang mujtahid terhadap dalil-dalil yang terperinci, baik yang
terdapat dalam Al-Qur’an maupun hadits.
Para fuqaha sering kali menggunakan kata jinayah dengan
maksud jarimah. Istilah jinayah yang juga berasal dari bahasa
Arab, berasal dari kata janâ – yajnî – janyan – jinâyatan yang

10
https://www.bacaanmadani.com/2018/02/pengertian-diskriminasi-
faktor-dampak.html?m=1. Diakses pada tanggal 9 Desember 2019, Pukul 0.57
WIB.
46

berarti adznaba (berbuat dosa) atau tanâwala (menggapai atau


memetik dan mengumpulkan) seperti dalam kalimat jâna al
dzahaba yang artinya merupakan (seseorang mengumpulkan
emas dari penambangan). Dalam menerangkan makna kata
jinayah ini, Louis Ma’luf mengatakan bahwa kata jana berarti
irtakaba dzanban (melakukan dosa). Pelakunya disebut jânin dan
bentuk jamaknya adalah junâtin. Itulah arti dari jinayah menurut
etimologis. 11
Kata jinayah dalam istilah hukum sering disebut dengan
delik atau tindak pidana. Secara terminologi, kata jinayah
mempunyai pengertian, seperti yang diungkapkan Imam al-
Mawardi yakni: “jarimah adalah perbuatan-perbuatan yang
dilarang oleh syara’ yang diancam oleh Allah dengan hukuman
had atau ta’zir.”
Menurut abdul Qadir Audah pengertian jinayah adalah
suatu istilah untuk perbuatan yang dilarang oleh syara’, baik
perbuatan tersebut mengenai jiwa, harta, dan lainnya.”
Berdasarkan pengertian diatas, maka secara prinsip
pengertian “jinayah” atau “jarimah” tidak berbeda dengan
pengertian tindak pidana (peristiwa pidana) delik dalam hukum
positif (pidana).12 Tujuan disyari’atkan fiqih Jinayah adalah
dalam rangka untuk memelihara akal, jiwa, harta dan keturunan.

11
M. Nurul irfan, Hukum Pidana Islam, Jakarta : Amzah, 2016, Hal.2-
4.
12
Zulkarnain Lubis, Bakti Ritonga, Dasar – dasar Hukum Acara
Jinayah, Jakarta ; Kencana, 2016,Hal.1-2.
47

2. Macam-Macam Jarimah
Adapun Macam-Macam dari pembahasan hukum pidana
islam, meliputi tiga masalah pokok sebagai berikut:
a. Jarimah Qisas
Qisas adalah hukuman pembalasan secara setimpal,
sepadan atas perbuatan pelaku terhadap korban. Secara etimologi
qisas berasal kata qashsha–yaqushshu–qishâshan yang berarti
mengikuti dan menelusuri jejak kaki. Secara terminologi atau
istilah yang dikemukakan oleh Al-Jurjani, yaitu mengenakan
sebuah tindakan (sanksi hukum) kepada pelaku persis seperti
tindakan yang dilakukan oleh pelaku terhadap korban.13
Dalam fiqih jinayah, sanksi qisas ada dua macam, yaitu :
a. Qisas karena melakukan jarimah pembunuhan.
b. Qisas karena melakukan jarimah penganiayaan.
Sanksi hukum qisas pembunuhan terdapat tiga kategori
yaitu: pembunuhan sengaja, pembunuhan semi-sengaja dan
pembunuhan tersalah atau tidak sengaja. Yang diberlakukan
terhadap pelaku pembunuhan sengaja (terencana) terdapat dalam
firman Allah berikut:
Allah berfirman :
ۖ ‫بص فًِ ْالقَتْلَى‬
ُ ‫ص‬َ ‫علَ ٍْ ُك ُم ْال ِق‬ َ ِ‫ٌَب أٌَُّ َهب الَّرٌِنَ آ َمنُىا ُكت‬
َ ‫ت‬
“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu
qisâs berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh.”(Surah Al-
Baqarah (2): 178).

13
Ali bin Muhammad Al-Jurjani, Al- Ta‟rîfât, Jakarta: Dar Al-Hikmah,
1988, Hal.176.
48

Dalam ayat ini berisi hukuman qisas bagi pembunuh yang


melakukan pembunuhan secara sengaja dan pihak keluarga
korban tidak memaafkan pelaku. Jika keluarga korban
memaafkan pelaku, maka sanksi qisas tidak berlaku dan
digantikan dengan sanksi diyat berupa 100 ekor unta.
Jumhur ulama menyepakati macam pembunuhan, kecuali
Imam Malik. Mengenai hal ini, Abdul Audah mengatakan
perbedaan pendapat yang mendasar bahwa Imam Malik tidak
mengenal jenis pembunuhan semi-sengaja, karena menurutnya
didalam Al-Qur’an hanya ada jenis pembunuhan sengaja dan
tersalah. Barangsiapa menambah satu macam lagi, berarti ia
menambah ketentuan nash.14
Dua kategori pembunuhan semi-sengaja dan tersalah
dihukum dengan sanksi diyat ringan (mukhaffafah). Adapun
dengan pembunuhan sengaja yang kejahatannya telah dimaafkan
keluarga korban, maka hukumannya sanksi diyat berat
(Mughallazhah). Diyat merupakan uang tebusan sebagai ganti
rugi akibat kasus pembunuhan atau penganiayaan yang
mendapatkan pemaafan dari keluarga korban dan wajib
dibayarkan oleh pelaku kepada keluarga korban. Selain dari
jarimah pembunuhan, adapun jarimah penganiayaan, didalam
firman Allah telah menjelaskan:

14
M. Nurul irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, Jakarta; Amzah,
2018,Hal.6.
49

Allah berfirman :

َ ‫س ثِبلنَّ ْف ِس َو ْالعٍَْنَ ثِ ْبلعٍَ ِْن َو ْاْل َ ْن‬


ِ ‫ف ثِ ْبْل َ ْن‬
‫ف‬ َ ‫علَ ٍْ ِه ْم فٍِ َهب أ َ َّن النَّ ْف‬
َ ‫َو َكت َ ْجنَب‬
ۚ ‫بص‬ ٌ ‫ص‬ َ ِ‫س ِِّن َو ْال ُج ُسو َح ق‬ ّ ‫س َِّن ثِبل‬ ّ ‫َو ْاْلُذُنَ ثِ ْبْلُذ ُ ِن َوال‬
“Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At
Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan
mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan
gigi, dan luka luka (pun) ada qishaashnya.” (Surah Al-Maidah
(5): 45).

Dalam surah ini telah dijelaskan bahwa hukuman qisas


yang diterapkan setimpal atau sama dengan apa yang dilakukan
pelaku kepada korban. Dan hal ini unsur kesengajaan atau
direncanakan yang dilakukan bisa dijatuhin hukuman qisas, bila
dalam unsur tidak sengaja maka hukum qisas tidak dapat
diterapkan. Ini dapat dijatuhkan hukuman bila terdapat bukti yang
cukup untuk menetapkan sanksi.
Sanksi diyat pada jarimah penganiayaan berupa serupa 100
ekor unta bila sepasang anggota tubuh yang dianiaya tidak
berfungsi, dan jika hanya salah satu dari sepasang anggota tubuh
maka diyatnya hanya separuh.
b. Jarimah Hudud
Hudud adalah semua jenis tindak pidana yang telah
ditetapkan jenis, bentuk, dan sanksinya oleh Allah SWT dalam
Al-Qur’an dan hadits. Secara etimologis hudud merupakan
bentuk jamak dari kata had berarti (larangan, pencegahan),
adapun secara terminologis, menurut Al-Jurjani mengartikan
50

sebagai sanksi yang telah ditentukan dan yang wajib dilaksanakan


secara haq karena Allah SWT. Al-Sayyid Sabiq menjelaskan
bahwa had (hudud) secara terminologi ialah sanksi yang telah
ditetapkan untuk melaksanakan hak Allah.15
Ditinjau dari segi dominan hak, Hudud terbagi menjadi dua
kategori yaitu: hudud yang termasuk hak Allah dan hudud yang
termasuk hak manusia. Adapun perbedaan yang mendasarkan
antara hak Allah dan hak manusia. Hak Allah adalah hak
masyarakat luas (haqq al-„ibâd) yang dampaknya dapat dirasakan
oleh banyak orang, sedangkan hak manusia adalah hak yang
terkait dengan manusia sebagai individu (haqq al-fard), bukan
sebagai warga masyarakat. Ditinjau dari segi materi jarimah,
hudud terbagi menjadi:
1. Jarimah zina
2. Jarimah qadzaf (menuduh muslimah baik-baik berbuat
zina)
3. Jarimah syurb al-khamr (meminum minuman keras)
4. Jarimah al-baqhyu (pemberontakan)
5. Jarimah al-riddah (murtad)
6. Jarimah al-sariqah (pencuriaan)
7. Jarimah al-hirabah (perampokan)
c. Jarimah Ta’zir
Ta’zir menurut etimologi berarti menolak dan mencegah.
Ta’zir adalah semua jenis sanksi hukum yang diterapkan oleh

15
M. Nurul irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, 2018, Hal.14.
51

otoritas pemerintah disuatu instansi atau negara. Menurut al-


Mawardi dalam kitab al-ahkam al-Sulthaniyah, Ta‟zir adalah
pengajaran terhadap pelaku dosa-dosa yang tidak diatur oleh
hudud. Menurutnya ta‟zir sama dengan hudud dari satu sisi,
yaitu sebagai pengajaran untuk menciptakan kesejahteraan dan
untuk melaksanakan ancaman yang jenisnya berbeda-beda sesuai
dengan dosa yang dikerjakan.16
Dasar hukum diisyaratkannya Ta’zir terdapat hadis nabi
Muhammad SAW dan tindakan sahabat, sebagai berikut :

‫ ( أَقٍِلُىا ذَ ِوي‬:‫قَب َا‬ َّ ‫ع ْن َهب أ َ َّن اَلنَّ ِج‬


ً َ ِ ‫عباِ َ َ َز‬
َ ُ َّ َ ً َ ‫ع ْن‬
َ ‫َ َو‬
‫ع ْن‬
َ ‫ َو‬.ًُّ ِ‫سبا‬َ َّ‫ َوالن‬,َ‫عث َ َساتِ ِه ْم ِإ ََّّل ا َ ْل ُحد ُودَ ) َز َوااُ أَثُى دَ ُاود‬
َ ‫ت‬ِ ‫ا َ ْل َه ٍْئَب‬
, ُ‫ فٍََ ُ ىت‬,‫علَى أ َ َحد َحدًّا‬َ ‫ٍم‬ َ ِ‫ ( َمب ُك ْنتُ ِْلُق‬:‫ً ز ً عنن قَب َا‬ ّ ‫ع ِل‬َ
َ ‫ة ْال َ ْ ِس; فَإِنَّنُ لَ ْى َم‬
ُ‫بت َودَ ٌْتُنُ ) أ َ ْخ َس َجن‬ ِ ‫ ِإ ََّّل‬,ًِ‫فَأ َ ِجد ُ فًِ نَ ْفس‬
َ ‫َبز‬
ُّ ‫ا َ ْلجُ َبز‬
ِ ‫ي‬
"Dari aisyah Radliyallaahu „anhu bahwa Nabi
Shallallaahu „alaihi wa Sallam bersabda: “Ampunilah orang-
orang yang baik dari ketergelinciran (berbuat salah yang tidak
disengaja) mereka, kecuali melanggar had.” Riwayat Ahmad,
Abu Dawud, Nasa‟i dan Baihaqi. Ali Radliyallaahu „anhu
berkata: Aku tidak menjalakan had kepada seseorang kemudian
ia mati dan aku berduka cita, kecuali peminum arak.

16
Zulkarnain Lubis,dan Bakti Ritonga, Dasar – dasar Hukum Acara
Jinayah, 2016, Hal.4.
52

Sesungguhnya jika ia mati, akan kubayar dendanya. Riwayat


Bukhari.”17

Dalam hadits diatas mengatur tentang teknis pelaksanaan


hukuman ta’zir yang bisa berbeda-beda penerapannya, tergantung
status pelaku dan hal lainnya. Perintah “Aqi-lu” itu ditunjukan
kepada para pemimpin atau para tokoh, karena kepada mereka
itulah diserahi pelaksanaan ta’zir, sesuai dengan luasnya
kekuasaan mereka. Mereka wajib berijtihad dalam usaha memilih
yang terbaik, mengingat hal itu akan berbeda hukuman ta’zir itu
sesuai dengan perbedaan tingkatan pelakunya dan perbedaan
pelanggarannya. Tidak boleh pemimpin menyerahkan wewenang
pada petugas dan tidak boleh kepada selainnya.
Tujuan dari jarimah Ta’zir yaitu sebagai berikut :
a. Preventif (pencegahan). Ditujukan bagi orang lain yang
belum melakukan jarimah.
b. Represif (membuat pelaku jera), dimaksudkan agar
pelaku tidak mengulangi perbuatan jarimah di
kemudian hari.
c. Kuratif (islâh), Ta’zir harus mampu membawa
perbaikan perilaku terpidana dikemudian hari.
d. Edukatif (Pendidikan), diharapkan dapat mengubah
pola hidupnya kearah yang lebih baik.

17
https://belajarhukum2016.wordpress.com Diakses pada tanggal 10
Desember 2019, Pukul 03.01 WIB.
53

Syara’ tidak menentukan macam-macam hukuman untuk


setiap jarimah Ta’zir, tetapi hanya menyebutkan sekumpulan
hukuman, dari yang paling ringan sampai yang paling berat.
Dalam hal ini, hakim diberi kebebasan untuk memilih hukuman
mana yang sesuai dengan macam jarimah Ta’zir serta keadaan si
pelaku. Sanksi yang diterapkan dalam jarimah Ta’zir beraneka
ragam seperti Hukuman mati, hukuman cambuk, hukuman
penjara, hukuman pengasingan, peringatan keras, dihadirkan di
hadapan sidang, nasihat, celaan, pengucilan, pemecatan dan
pengumuman kesalahan secara terbuka, seperti diberitakan
dimedia cetak atau elektronik. Sanksi ini ditetapkan sesuai
dengan tindak kejahatan yang dilakukan yang di putus oleh ulil
amri atau hakim atau penguasa. Jadi, hukuamn jarimah Ta’zir
tidak mempunyai batas tertentu.
3. Unsur – Unsur
Suatu perbuatan dianggap sebagai tindak pidana apabila
unsur-unsur telah terpenuhi, ditinjau dari unsur-unsur jarimah
atau tindak pidana, objek utama kajian fiqih jinayah dapat
dibedakan menjadi tiga yaitu:
A. Al-rukn al-syarî atau unsur formil ialah unsur yang
menyatakan bahwa seseorang dapat dinyatakan sebagai
pelaku jarimah jika ada undang-undang yaitu secara
tegas melarang dan menjatuhkan sanksi kepada pelaku
tindak pidana.
54

B. Al-rukn al-mâdî atau unsur materiil ialah unsur yang


menyatakan bahwa seseorang dapat dijatuhkan pidana
jika ia benar-benar terbukti melakukan sebuah jarimah,
baik yang bersifat positif (aktif dalam melakukan
sesuatu) maupun yang bersifat negatif (pasif dalam
melakukan sesuatu).
C. Al-rukn al-adabî atau unsur moril ialah unsur yang
menyatakan bahwa seseorang dapat dipersalahkan jika
bukan orang gila, anak dibawah umur, sedang berada
dibawah ancaman.18

18
M. Nurul irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, 2018, Hal.2.

Anda mungkin juga menyukai