Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang terdiri atas berbagai
agama, etnis, dan budaya yang berbeda. Perbedaan itu juga termasuk perbedaan
pikiran dan pandangan politik di dalam demokrasi yang sedang berkembang di
Indonesia. Karena perbedaan itu, usaha untuk melawan diskriminasi sangat
penting supaya semua warga negara Indonesia boleh berekspresi dan
berpartisipasi dalam urusan negara tanpa perkecualian. Akan tetapi, karena
masyarakat Indonesia beranekaragam, definisi diskriminasi dan jalan
mengatasinya dapat diinterpretasikan secara luas.
Pada dasarnya diskriminasi merupakan masalah sosial yang
mengakibatkan pola relasi, interaksi dan komunikasi manusia menjadi terganggu.
Perilaku diskriminatif ini sering kali tidak disadari oleh subjek atau orang yang
menerima perlakuan diskriminasi tersebut dan oleh yang memperlakukan tindakan
diskriminasi tersebut. Praktek diskriminasi merupakan tindakan diskriminasi
merupakan tindakan yang mengkucilkan warga Negara untuk mendapatkan hak
dan pelayanan kepada masyarakat dengan didasarkan warna kulit, golongan, suku,
etnis, agama, bangsa, jenis kelamin dan sebagainya ( Liliweri, 2005;218 )
Diskriminasi pada dasarnya adalah penolakan atas HAM dan kebebasan
dasar. Dalam Pasal 1 butir 3 UU No. 39/1998 tentang HAM disebutkan pengertian
diskriminasi adalah “setiap pembatasan, pelecehan, atau pengucilan yang
langsung ataupun tak langsung didasarkan pada perbedaan manusia atas dasar
agama, suku, ras, etnik, kelompok, golongan, status sosial, status ekonomi, jenis
kelamin, bahasa, keyakinan politik, yang berakibat pengurangan, penyimpangan
atau penghapusan pengakuan, pelaksanaan atau penggunaan HAM dan kebebasan
dasar dalam kehidupan baik individual maupun kolektif dalam bidang politik,
ekonomi, hukum, sosial, budaya, dan aspek kehidupan sosial lainnya”. Adapun
pendapat lain dari Theodorson dalam Danandjaja( 2003 :2 ) mengatakan bahwa
yang di maksud dengan diskriminasi adalah perlakuan yang tidak seimbang
terhadap perseorang, kelompok, berdasarkan sesuatu, biasanya bersifat
kategorikal, atau keanggotaan kelas – kelas sosial.
Dari defenisi tersebut menggambarkan bahwa suatu tindakan masyarakat
mayoritas terhadap masyarakat minoritas yang mengarahkan pada penindasan
atau membatasi hak asasi sebagai manusia dan hal ini bisa terjadi dalam berbagai
bentuk dalam setiap aspek kehidupan. Diskriminasi ini tidak hanya terjadi pada
peseorangan, namun diskriminasi ini juga terjadi pada kelompok – kelompok
masyarakat,baik itu dari kelompok masyarakat mekanik ataupun masyarakat
organik. Seperti halnya terjadi pada masyarakat Indonesia pada saat ini.
Indonesia sering kali di identitaskan dengan keberadaan masyarakat yang
majemuk, baik dalam bentuk suku, budaya dan agama. Bhinneka Tunggal Ika,
demikian slogan yang dicengkeram oleh Garuda, burung lambang negara kesatuan
Republik Indonesia. Dengan kondisi seperti inilah maka prilaku diskriminasi
masih sering terjadi di Indonesia.
Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia sendiri diskriminasi sudah tidak
lazim karena hal ini sudah terkontaminasi secara turun temurun tampa disadari
oleh masyarakat Indonesia yang sejatinya melanggar hak setiap manusia yang
dicatungkan dalam UUD 1945 Pasal 28I ayat (2) “Setiap orang berhak bebas dari
perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apa pun dan berhak
mendapatkan perlindungan terhadap perlakukan diskrimiatif itu”.

1.2 Rumusan Masalah

A. Pengertian diskriminasi menurut para ahli

B. Penyebab diskriminasi

C. Dampak dari diskriminasi

D. Jenis-jenis diskriminasi

E. Kasus diskriminasi tenaga kerja di Indonesia 5 tahun terakhir

F. Cara mengatasi diskriminasi


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Diskriminasi Menurut Para Ahli

Diskriminasi biasanya merujuk pada sebuah pelayanan yang tidak adil


terhadap orang tertentu. Biasanya seseorang diperlakukan tidak adil atau berbeda
dikarenakan karakteristik suku, antargolongan, jenis kelamin, ras, agama dan
kepercayaan, aliran politik, kondisi fisik atau karakteristik lain yang merupakan
tindakan diskriminasi.

Misalnya diskriminasi di tempat kerja, atau perusahaan. Biasanya gaji laki-


laki lebih besar daripada perempuan walaupun pekerjaan dan jabatan yang di
emban sama. Dan juga dalam sistem penerimaan karyawan, ada yang memilih
atau memprioritaskan laki-laki daripada perempuan.

A. KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)

Pengertian diskriminasi menurut KBBI adalah perbedaan perlakuan terhadap


sesama warna negara (berdasarkan warna kulit, golongan, suku, ekonomi, agama,
dan sebagainya).

B. Wikipedia

Pengertian diskriminasi menurut Wikipedia adalah merujuk kepada pelayanan


yang tidak adil terhadap individu tertentu, dimana layanan ini berdasarkan
karakteristik yang diwakili oleh individu tersebut.

C. PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa)

Pengertian diskriminasi menurut PBB adalah termasuk perilaku, berdasarkan


perbedaan dalam kategorisasi yang dibuat oleh alam atau masyarakat, yang tidak
ada hubungannya dengan kemampuan individu atau jasanya.

D. Theodorson Dan Theodorson (1979:115-116)

Pengertian diskriminasi menurut Theordorson dan Theodorson adalah perlakukan


yang tidak seimabng terhadap perorangan, atau kelompok, berdasarkan sesuau,
biasanya berdasarkan sesuatu, biasanya bersifat kategorikal, atau atribut-atribut
khas, seperti berdasarkan ras, kesukubangsaaan, agama atau keangggotaan kelas-
kelas sosial.

E. Sears, Freedman dan Peplau (1999)

Pengertian diskriminasi menurut Sears, Freedman dan Peplau adalah perilaku


menerima atau menolak seseorang semata-mata berdasarkan keanggotaanya
dalam kelompok.

Secara umum, diskriminasi adalah suatu sikap yang membeda-bedakan orang lain
yang berdasarkan suku, agama, ras, dan sebagainya.

2.2 Penyebab Diskriminasi

Diskriminasi terjadi seringkali diawali dengan prasangka. Dengan adanya


prasangka, kita membuat seolah-olah terdapat pembedaan antara kita dengan
orang lain. Pembedaan ini lumrah terjadi karena kita adalah makhluk sosial yang
secara alami ingin berkumpul dengan orang-orang yang memiliki persamaan
dengan kita.

Prasangka seringkali didasari pada ketidakpahaman, ketidakpedulian pada


kelompok di luar kelompoknya atau ketakutan atas perbedaan, serta
kecenderungan untuk selalu bersama dengan kelompok yang memiliki kesamaan.

Prasangka makin diperparah dengan cap buruk (stigma/stereotip). Cap


buruk ini sering didasarkan pada berbagai fakta yang menjurus pada kesamaan
pola, sehingga seringkali kita menggeneralisasi seseorang atas dasar
kelompoknya.

Cap buruk ini dipelajari seseorang atas konstruksi sosial yang didapatkan
nya dari masyarakat, tetangga, keluarga, orangtua, sekolah, media, dan
sebagainya. Diskriminasi terjadi ketika cap buruk dan prasangka yang diberikan
kepada orang lain itu sudah berubah menjadi aksi.
Aksi dari diskriminasi tersebut berupa tindakan memperlakukan orang lain
tidak adil hanya karena dia berasal dari kelompok sosial tertentu. Berikut ini
terdapat beberapa sebab-sebab diskriminasi, yaitu :

A. Mekanisme Pertahanan Psikologi

Di dalam diri manusia terdapat suatu mekanisme pertahanan psikologi


(projection) dimana seseorang memindahkan suatu karakteristik yang tidak
disukai dalam dirinya kepada orang lain.

B. Perasaan Kecewa

Diskriminasi juga bisa terjadi karena adanya kekecewaan di dalam dirinya.


Kekecewaan tersebut kemudian dilampiaskan kepada pihak yang dianggap
sebagai ‘kambing hitam’ rasa kecewanya.

C. Adanya Sejarah

Diskriminasi terhadap negara atau ras tertentu dapat terjadi karena adanya sejarah
masa lalu yang tidak menyenangkan terkait dengan negara atau ras tersebut.

D. Perasaan Tidak Selamat dan Rendah Diri

Ada banyak orang yang merasa terancam (insecure) dan rendah diri lalu kemudian
berusaha untuk menenangkan dirinya dengan cara merendahkan orang lain. Hal
tersebut kemudian menimbulkan perlakukan diskriminasi.

E. Persaingan dan Eksploitasi

Masyarakat modern pada umumnya lebih materialistik dan selalu bersaing satu
sama lainnya. Persaingan tersebut kemudian dapat menimbulkan diskriminasi
terhadap individu atau kelompok tertentu agar dapat melakukan eksploitasi,
mendapatkan kekayaan, kemewahan, dan kekuasaan.
F. Corak Sosialisasi

Sikap diskriminasi ternyata dapat dipelajari dan diwariskan oleh suatu generasi ke
generasi berikutnya malalui proses sosialisasi. Hal tersebut kemudian membentuk
pandangan stereotip di dalam masyarakat terkait perilaku, cara kehidupan, dan
lain-lain.

2. 3 Dampak Diskriminasi

Akibat buruk dari sikap diskriminasi diantaranya adalah:

A. Memicu munculnya sektarianisme, yaitu kebencian yang muncul akibat


perbedaan antara suatu kelompok, seperti perbedaan denominasi agama
atau frkasi politik.
B. Memunculkan permusuhan antar kelompok, perasaan melebihkan
kelompok sendiri dan merendahkan kelompok yang lain menjadi pemicu
perseturuan antar kelompok.
C. Mengundang masalah sosial yang baru yang dapat memancing konflik
horizontal di tengah masyarakat.
D. Menciptakan penindasan dan otoritarianisme dalam kehidupan akibat
adanya perasaan lebih dan sentimen terhadap kelompok, sehingga hak-hak
kelompok lain diabaikan.
E. Jika sikap diskriminasi sangat dominan, maka keadilan sulit untuk
ditegakan, sebab suatu kelompok dalam pengambilan keputusan hanya
didasarkan pada pertimbangan yang subyektif.
F. Sikap diskriminasi dapat menghancurkan sendi-sendi kehidupan sosial,
yang berakibat pada perpecahan.
G. Dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapi seharusnya bisa
diselesaikan dengan baik. Namun dengan adanya diskriminasi menjadi
berlarut-larut dan tidak menutup kemungkinan memunculkan masalah
baru.

2.4 Jenis-jenis Diskriminasi


1. Diskriminasi Langsung Jenis diskriminasi langsung terjadi ketika hukum,
peraturan atau suatu kebijakan jelas-jelas menyebutkan karakteristik
tertentu. Misalnya jenis kelamin, ras dan sebagainya dan memperlambat
adanya peluang yang sama.
2. Diskriminasi Tidak Langsung Terjadi ketika peraturan yang bersifat netral
menjadi diskriminatif saat diterapkan di lapangan.

Bentuk Diskriminasi

Dalam masyarakat bentuk diskriminasi yang sering di temukan adalah sebagai


berikut.

 Diskriminasi Umur

Individu mendapat pelayanan tidak adil karena tergolong dalam


lingkungan umur tertentu. Seperti di negara Malaysia, remaja dianggap
orang yang menimbulkan masalah hinggal muncul istilah masalah remaja.

 Diskriminasi Gender (Jenis Kelamin)

Pelayanan tidak adil dikarenakan terhadap jenis kelamin mereka. Contoh


adalah diperusahaan biasanya wanita menerima gaji lebih kecil daripada
lelaki yang sama-sama satu bidang pekerjaan.

 Diskriminasi Kesehatan

Pelayanan terhadap individu tidak adil dikarenakan kecacatan atau


menderita penyakit tertentu. Contohnya seseorang yang pernah mengalami
sakit jiwa ditolak untuk mengisi jawatan tertentu, meskipun sudah sembuh
dan mempunyai kemampuan yang diperlukan.

 Diskriminasi Ras

Dikarenakan perpedaan ras, terkadang individu tidak diberikan pelayanan


yang adil.

 Diskriminasi Agama
Dalam agama juga ada diskriminasi berdasarkan agama yang dianut,
terkadang diberikan pelayanan yang tidak sama/adil.

2.5 Kasus Diskriminasi Kerja di Indonesia

A. Diskriminasi terhadap Perempuan di Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja tentunya tidak hanya diciptakan untuk para cucu Adam,
namun juga untuk para cucu Hawa. Banyak sekali yang masih berpikiran bahwa
lingkungan kerja, lebih tepatnya kantor, merupakan lokasi yang indetik dengan
para laki-laki, kembali lagi dengan stereotip bahwa perempuan tepatnya berada di
rumah- mengurus keperluan rumah tangga. Alhasil, dengan masih banyaknya
orang yang beranggapan bahwa tempatnya merupakan ialah di rumah,
diskriminasi terhadap perempuan di lingkungan kerja pun masih saja banyak
terjadi.

Buruh perempuan masih menghadapi berbagai masalah kekerasan berbasis gender


di lingkungan kerja. Bentuk kekerasan ini muncul dalam berbagai wujud.
Ketua Umum Federasi Buruh Lintas Pabrik (FBLP) Jumisih mengatakan,
pelecehan seksual termasuk dalam kategori kekerasan berbasis gender. Pelecehan
ini menjadi momok bagi setiap buruh perempuan yang bekerja di pabrik.

Ia mengatakan, FLBP telah melakukan sebuah penelitian yang didasarkan pada


wawancara langsung kepada korban. Setidaknya sudah ada 25 kasus pelecehan
seksual yang terjadi sejak tahun 2012.

B. Pelecehan Verbal

Pelecehan memang masih terjadi di mana-mana. Meskipun dibawa dengan


lelucon, namun pelecehan verbal tetap saja merupakan bagian dari diskriminasi
terhadap perempuan. Pelecehan verbal ini tidak hanya terjadi di tempat kerja yang
mayoritas karyawannya merupakan laki-laki, namun juga di tempat kerja
perusahaan besar dengan jumlah karyawan laki-laki dan perempuan tidak berbeda
jauh. Jika Anda mendengar hal ini terjadi di sekitar Anda, jangan ragu untuk
menegur pelakunya tersebut, tentunya dengan pembawaan yang santai pula untuk
menghindari momen yang tidak menyenangkan.
C. Dispensasi Libur

“Pulang malam itu tidak aman untuk perempuan”. Nyatanya, kejahatan


ada di mana-mana, kapanpun, di manapun dan kepada siapapun. Jadi, tidak hanya
perempuan saja yang keamanannya terancam saat pulang larut malam, kejahatan
pun bisa terjadi pada laki-laki. Setiap orang yang sudah memasuki dunia kerja
pasti sudah bersiap diri untuk menerima segala resiko pekerjaan, termasuk pulang
larut malam demi menuntaskan tanggung jawabnya. Jadi, jika memang ia harus
lembur, jangan sampai terlintas di ucapan Anda untuk menyuruhnya pulang hanya
karena ia perempuan.

D. Kesenjangan Pendapatan

Sekarang ini, masih banyak orang yang berpikiran bahwa laki-laki berhak
mendapatkan bagian yang lebih banyak dari perempuan, pun jika berurusan
dengan gaji. Pasalnya, hal tersebut merupakan pelecehan atau diskriminasi
terhadap perempuan. Jika Anda menemukan ada teman atau rekan kerja yang
memperlakukan bawahannya lewat diskriminasi pendapatan berdasarkan gender,
jangan ragu untuk mengingatkannya, dan bandingkan kembali kinerja serta
kemampuan keduanya.

E. Kesenjangan Kesempatan

Ada tugas ke luar kota dan hanya karyawan laki-laki yang berkesempatan
untuk ikut? Jika hal ini terjadi kepada Anda, jangan ragu untuk menanyakan
alasannya kepada atasan Anda atau pihak yang bertugas untuk hal ini. Jika sama-
sama mampu dan kompeten, tidak ada alasan hanya prialah yang berkesempatan
untuk mendapatkannya.

F. Suara yang Tidak Didengar

Coba perhatikan kembali kondisi rapat di tempat kerja Anda, jika masih
saja ada orang yang tidak mengindahkan pendapat dari mulut perempuan, coba
pertimbangkan lagi, apakah itu memang benar-benar karena pendapatnya yang
tidak relevan atau karena hanya stereotip belaka? Jika hal tersebut terjadi, jangan
ragu untuk mendiskusikannya. Toh, ini untuk kebutuhan dan kepentingan bersama
atas nama perusahaan kan.

H. Diskriminasi terhadap Penyandang Disabilitas

Ketua Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia, Maulani Rotinsulu


menyatakan ada sejumlah pasal yang mengatur hak difabel untuk bekerja dalam
Undang-undang Penyandang Disabilitas yang rentan dilanggar. Dalam kasus
dokter gigi Romi yang digugurkan kelulusan tes CPNS-nya karena menggunakan
kursi roda, Maulani membeberkan tiga pasal dalam Undang-undang Penyandang
Disabilitas yang dia anggap telah diterabas.

Tiga pasal itu adalah Pasal 11, Pasal 53, dan Pasal 145 Undang-undang
Nomor 8 tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas. "Pembatalan kelulusan
dokter gigi Romi termasuk tindakan penghalangan bagi penyandang disabilitas
untuk mendapatkan hak kerja yang layak," kata Maulani di Jakarta beberapa
waktu lalu.

Pasal 11 mengatur tentang hak pekerjaan, kewirausahaan, dan koperasi


untuk penyandang disabilitas yang meliputi hak memperoleh pekerjaan yang
diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, atau swasta tanpa
diskriminasi. Difabel juga berhak memperoleh upah yang sama dengan tenaga
kerja yang bukan penyandang disabilitas dalam jenis pekerjaan dan tanggung
jawab yang sama, memperoleh akomodasi yang layak dalam pekerjaan, tidak
diberhentikan karena alasan disabilitas, dan mendapatkan program kembali
bekerja.

Dalam kasus dokter gigi Romi, dia mengikuti seleksi CPNS 2018. Pada
Desember 2018, dia dinyatakan lulus dan menempati urutan pertama formasi
dokter gigi di Puskesmas Talunan, Solok Selatan, Sumatera Barat. Namun, pada
18 Maret 2019, kelulusan dokter gigi Romi dibatalkan oleh Pemerintah
Kabupaten Solok dan Badan Kepegawaian Negara. Alasannya, dokter gigi Romi
dianggap tidak memenuhi syarat kesehatan jasmani dan rohani, lantaran
menggunakan kursi roda.

Sebelum melamar sebagai CPNS, dokter gigi Romi adalah dokter gonorer
yang berdinas selama empat tahun di Puskesmas Talunan. Pada pertengahan 2017,
dia mengalami kondisi disabilitas paraplegi setelah melahirkan.

I. Diskriminasi Pekerja Penderita HIV/Aids

Penderita HIV/AIDS yang bekerja di sektor umum seperti pemerintahan


ataupun swasta masih kerap mendapat stigma negatif di tempat kerja. Hal ini
dituturkan ARV Community Support IAC, Ria Pangayow di Jakarta, Kamis
(11/1/2019). Ia mengatakan bahkan terdapat penderita HIV/AIDS atau yang
diistilahkan ODHA yang harus diberhentikan dari pekerjaan kantornya karena
status kesehatannya itu. "Kebanyakan teman-teman yang bekerja di sektor umum,
bahkan PNS cenderung tertutup karena ketika ketahuan adalah salah satu yang
HIV positif, diskriminasi pasti ada bahkan sampai dikeluarkan," ujar dia.
Kalaupun ODHA tetap diperbolehkan bekerja, penerimaan rekan-rekan mereka di
kantor berbeda dari sebelumnya. Ria juga mengatakan tingkat diskriminasi dan
pemberian stigma negatif pada ODHA masih tinggi. Salah satunya karena masih
ada anggapan penyakit ini mudah menular, penyakit kutukan dan lainnya. Bentuk
penolakan masyarakat bisa terlihat dari keengganan duduk bersebelahan, berjabat
tangan karena takut tertular HIV. "Padahal dari segi peraturan pemerintah bahwa
rekan-rekan ODHA tidak dilarang bekerja. Perusahaan (yang menolak) bisa
dituntut padahal. Kalau pun mengadakan tes HIV, itu sebenarnya sifatnya rahasia,
tidak boleh disebarluaskan ke orang yang tidak berkepentingan," kata Ria. Dari
sisi fisik, sebenarnya ODHA bisa terlihat sama seperti mereka yang sehat,
terutama jika dia langsung mengonsumsi ARV. Jadi, tubuh kurus bukan lagi
acuan yang melekat pada ODHA. "ODHA awal diagnosa HIV masih terlihat
bugar lalu minum ARV tidak akan ada fase dia kurus. Kebanyakan orang minum
ARV sudah drop, badannya kurus. Orang melihat ODHA kurus, padahal itu dia
baru minum obat ARV saat sudah drop," kata Ria.

2.6 Cara Mengatasi Diskriminasi di Tempat Kerja

A. Apa yang Harus Dilakukan Pengusaha?

Pengusaha atau bagian Sumber Daya Manusia dapat mengatasi diskriminasi di


tempat kerja melalui tindakan berikut:

1. Kenali perbedaan antara tingkat pekerjaan dan jabatan. Seorang karyawan


dapat diberikan posisi tertentu. Tetapi, jika tingkat tanggung jawab dan
tantangannya tidak berubah, pekerja dapat merasa bahwa ia tidak
sepenuhnya dipercaya atau dihargai dalam organisasi.
2. Periksa hambatan yang bisa menghambat kemajuan.
3. Cari tahu secara konsisten bagaimana cara melakukan hal yang benar
dalam memimpin kelompok yang beragam. Integrasikan praktik terbaik
dalam menangani kultur budaya yang berbeda di tempat kerja Anda.
4. Berkonsentrasilah pada strategi rekrutmen agar sesuai dengan yang
ditargetkan.
5. Buat inisiatif pelatihan karyawan yang terfokus seperti program yang tidak
membeda-bedakan sumber daya dan memfasilitasi keberagaman.
6. Bentuk kelompok yang memfasilitasi keanekaragaman dalam perusahaan.

B. Apa yang Harus Karyawan Lakukan?

Pekerja juga memainkan peranan penting dalam mengatasi atau menghindarkan


diskriminasi di tempat kerja. Beberapa hal yang harus dilakukan jika Anda merasa
didiskriminasi adalah:
1. Berpartisipasi dalam beragam jaringan kelompok yang disponsori
perusahaan.
2. Bergabung dengan organisasi profesional eksternal.
3. Kembangkan jaringan dukungan sosial informal yang terdiri dari orang-
orang yang dapat menawarkan wawasan ke dalam tempat kerja.
4. Pertimbangkan terapi atau konseling. Program bantuan karyawan berbasis
masyarakat juga dapat menawarkan pendekatan yang lebih holistik dalam
menangani isu-isu tempat kerja.
5. Cari seorang pelatih yang dapat membantu Anda pindah ke tingkat
berikutnya dalam karir Anda.
6. Simpan rincian peristiwa diskriminasi dalam kasus Anda agar dapat
memutuskan sebelum mengajukan keluhan kepada atasan Anda,
departemen sumber daya manusia, serikat pekerja, dan/ atau pengacara.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Diskriminasi dalam dunia kerja adalah hal yang terus menerus terjadi dan
menjadi ancaman dalam dunia kerja. Diskriminasi dapat terjadi pada siapapun,
termasuk pada diri anda. Bahkan, terkadang secara tidak sadar, anda dapat
melakukan diskriminasi kepada rekan kerja anda. Seperti apa bentuk diskriminasi
dalam dunia kerja dan bagaimana cara mengantisipasinya?

Pertama yang harus kita sadari, bahwa diskriminasi terjadi sebagai akibat
adanya keberagaman atau diversitas dalam dunia kerja. Diskriminasi muncul
karena tenaga kerja yang berada didalamnya tidak menghargai adanya perbedaan-
perbedaan yang disebabkan dari adanya keberagaman tersebut, atau
ketidakpengetahuan dari tenaga kerja dalam menyikapi diversitas tersebut.
Ketidakpengetahuan tersebut bisa dimunculkan karena percaya begitu saja pada
stereotype dan berasumsi bahwa semua stereotype tersebut adalah sama.

Salah satu bentuk diskriminasi adalah terjadinya praktek diskriminasi


ataupun kebijakan yang diskriminatif yang menyebabkan tidak meratanya
seseorang untuk mendapatkan kesempatan yang sama untuk mendapatkan
pengakuan, penghargaan atas pencapaian kinerja dan ataupun prinsip yang adil
dalam melakukan penilaian kinerja. Bentuk diskriminasi yang lain adalah
mengucilkan seseorang, melakukan intimidasi, melakukan penghinaan, prilaku
tidak sopan atau tidak menghargai pendapat seseorang. Bahkan pelecehan seksual
pun adalah sebuah bentuk diskriminasi. Diskriminasi dapat terjadi karena karakter
biologis seperti umur, jenis kelamin, ras dan etnis, serta disabilitas, ataupun
karena karakter lainnya seperti masa jabatan, agama, budaya, bahkan terhadap
orientasi seksual dan gender.

Diskriminasi pada umur misalnya terjadi pada karyawan-karyawan yang


berumur tua yang seringkali dikaitkan dengan isu produktivitas. Ketika karyawan
dengan usia yang lebih tua menawarkan pengalaman, komitmen dan nilai etika
yang lebih tinggi, karyawan dengan usia yang lebih tua seringkali di persepsikan
sebagai karyawan yang kaku dan menolak perubahan. Karyawan yang lebih tua
juga dipersepsikan atau dikait-kaitkan dengan isu kesehatan.

Diskriminasi pada jenis kelamin utamanya terjadi pada kaum wanita dan
sering dikait-kaitkan dengan isu performa kinerja. Diskriminasi pada wanita juga
sering dialami khususnya pada ibu hamil. Diskriminasi pada ras dan etnis terjadi
karena adanya favoritism terhadap sebuah ras tertentu dan mengucilkan
kesempatan orang lain hanya karena faktor ras dan etnis. Diskriminasi dengan ras
dan etnis juga sama sensitifnya dengan diskriminasi yang terjadi karena agama.

Diskriminasi pada orang-orang yang mengalami ketidakberuntungan atau


(mohon maaf) –cacat- juga masih merupakan salah satu kendala yang terjadi di
Indonesia. Padahal berdasarkan UU No. 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat
(UU Penyandang Cacat), dan Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No.: 01.KP.01.15.2002 tentang Penempatan Tenaga Kerja
Penyandang Cacat di Perusahaan tertanggal 26 Februari 2002 (SE Menakertrans
No. 01/2002), penyandang cacat seharusnya turut diberikan kesempatan untuk
bekerja.

Diskriminasi lainnya seperti diskriminasi akibat masa jabatan atau


mempertimbangkan seseorang berdasarkan senioritasnya merupakan budaya
feodal warisan Belanda yang masih mewarnai perusahaan-perusahaan di
Indonesia. Padahal senioritas tidaklah secara pasti menunjukkan kemampuan
seseorang lebih baik daripada orang lain yang bekerja lebih sebentar dari dirinya.

Diskriminasi dapat menurunkan tingkat kepuasan seorang karyawan dalam


bekerja, dapat menurunkan motivasi karyawan yang terkena diskriminasi, dan
dapat meningkatkan turn over atau perpindahan karyawan. Bayangkan bila
karyawan yang pindah atau resign itu adalah karyawan-karyawan yang
sebenarnya punya potensi yang luar biasa.

Pada prinsipnya kita harus menyadari bahwa perbedaan itu adalah sebuah
hal yang hakiki dan begitu juga dengan keberagaman. Kita tidak bisa mengatur
kita dilahirkan dari suku apa, budaya apa, berjenis kelamin apa. Keberagaman
adalah sebuah hal yang hakiki yang diberikan oleh Tuhan.

3.2 Saran

Sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang bersifat majemuk, sbaiknya


kita menghindari perilaku toleransi dalam bentuk apapun. Toleransi bukanlah
sesuatu yang baik dan dapat menghancurkan sendi-sendi moral dalam kehidupan.
Selain itu, dalam kasus diskriminasi khususnya diskriminasi pekerjaan diperlukan
pengetahuan dan wawasan yang memadai mengenai hal-hal yang termasuk ke
dalam kontkes dikskriminasi tersebut.

Anda mungkin juga menyukai