Anda di halaman 1dari 9

Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan Puji Syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan masalah ini tentang “Dampak
Diskriminasi di Indonesia”

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal. Dalam penyusunan penulis melibatkan
berbagai pihak, oleh karena itu kami mengucapkan banyak terima kasih atas segala dukungan
yang diberikan untuk menyelesaikan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Demikian yang dapat kami sampaikan,
semoga para pembaca dapat mengambil manfaat dan pelajaran dari makalah ini.

Surakarta, September 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................


Pendahuluan
Latar Belakang

Sebagai negara yang kaya akan keberagaman yang terdiri dari berbagai suku, agama,
dan ras pebedaan mungkin timbul di kehidupan masyarakat. Perbedaan terjadi tidak hanya
disebabkan oleh tiga hal tersebut, melainkan perbedaan pendapat dan perspektif memungkinkan
terjadinya perlakuan yang berbeda terhadap orang lain atau diskriminasi. Oleh karena itu, untuk
meminimalisir diskriminasi yang terjadi di masyarakat perlu adanya keadilan. Namun,
dikarenakan keberagamn itu sendiri diskriminasi dan solusinya dapat diartikan dan dilakukan
dengan cara yang beda-beda.
Pada dasarnya diskriminasi merupakan masalah sosial yang mengakibatkan pola relasi,
interaksi dan komunikasi manusia menjadi terganggu. Perilaku diskriminatif ini sering kali tidak
disadari oleh subjek atau orang yang menerima perlakuan diskriminasi tersebut dan oleh yang
memperlakukan tindakan diskriminasi tersebut. Praktek diskriminasi merupakan tindakan
diskriminasi merupakan tindakan yang mengkucilkan warga Negara untuk mendapatkan hak dan
pelayanan kepada masyarakat dengan didasarkan warna kulit, golongan, suku, etnis, agama,
bangsa, jenis kelamin dan sebagainya ( Liliweri, 2005;218 ).
Diskriminasi pada dasarnya adalah penolakan atas HAM dan kebebasan dasar. Dalam
Pasal 1 butir 3 UU No. 39/1998 tentang HAM disebutkan pengertian diskriminasi adalah “setiap
pembatasan, pelecehan, atau pengucilan yang langsung ataupun tak langsung didasarkan pada
perbedaan manusia atas dasar 1 agama, suku, ras, etnik, kelompok, golongan, status sosial, status
ekonomi, jenis
kelamin, bahasa, keyakinan politik, yang berakibat pengurangan, penyimpangan atau
penghapusan pengakuan, pelaksanaan atau penggunaan HAM dan kebebasan dasar dalam
kehidupan baik individual maupun kolektif dalam bidang politik, ekonomi, hukum, sosial,
budaya, dan aspek kehidupan sosial lainnya”.2 Adapun pendapat lain dari Theodorson dalam
Danandjaja( 2003 :2 ) mengatakan bahwa yang di maksud dengan diskriminasi adalah perlakuan
yang tidak seimbang terhadap perseorang, kelompok, berdasarkan sesuatu, biasanya bersifat
kategorikal, atau keanggotaan kelas – kelas social.3

Rumusan Masalah

1. Apakah diskriminasi itu?


2. Bagaimana dampak diskriminasi di Indonesia ?

Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini adalah :


1. Mengidentifikasi masalah diskriminasi di Indonesia
2. Mengetahui penyebab perilaku diskriminasi dan solusi diskriminasi di Indonesia
3. Memberi manfaat kepada para pembaca
Pembahasan
Pengertian

Diskriminasi adalah suatu peristiwa yang biasanya ditemukan dalam masyarakat


manusia, itu karena kecenderungan manusia untuk membeda-bedakan orang lain
(https://www.gurupendidikan.co.id/diskriminasi/). Menurut Waston (1984) menyatakan bahwa
diskriminasi adalah perlakuan negatif terhadap kelompok tertentu. Sedangkan Brigham (1991)
menyatakan bahwa diskriminasi adalah perlakuan secara berbeda karena keanggotaannya dalam
suatu kelompok etnik tertentu. Kelompok etnit tersebut diantaranya adalah suku, bahasa, adat
istiadat, agama, kebangsaan, dan lainnya (Joko Kuncoro, 2019:11). Di Indonesia, diskriminasi
itu sendiri diatur dalam Undang Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia
Pasal 1 ayat (3) dijelaskan bahwa diskriminasi adalah setiap pembatasan, pelecehan, atau
pengucilan yang langsung ataupun tak langsung didasarkan pada pembedaan manusia atas dasar
agama, suku, ras, etnik, kelompok, golongan, status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa,
keyakinan politik, yang berakibat pengurangan, penyimpangan, atau penghapusan pengakuan,
pelaksanaan, atau penggunaan hak asasi manusia dan kebebasan dasar dalam kehidupan baik
individual maupun kolektif dalam bidang politik, ekonomi, hukum, sosial, budaya dan aspek
kehidupan lainnya.

Macam-macam diskriminasi

a. Rasisme (Racism) 12 J. Jones (dalam Brigham, 1991) menyatakan bahwa rasisme adalah suatu
aspek pembeda secara rasial pada suatu budaya yang diterima oleh banyak orang dan mendorong
kompetisi, perbedaan kekeuasaan dan perlakuan yang tidak semestinya terhadap anggota
kelompok lain. Perbedaan perlakuan ini dapat dimanifestasikan secara individual maupun
maupun melalui struktur sosial dan institusi resmi. Perbedaan perlakukan melalui institusi adalah
perbedaan dalam hukum, sistem pendidikan, lapangan kerja, kebijaksanaan imigrasi, agama dan
lainnya. Sampai saat ini ada beberapa negara yang secara langsung maupun tidak
memberlakukan diskriminasi berdasarkan ras. Perlakuan pemerintah Israel terhadap warga
Palestina adalah salah satu bentuk rasialisme yang terjadi diabad modern ini. Pauline Hanson
pemimpin One Nation Party di Australia merupakan seorang yang rasialis yaitu mendiskriminasi
warga Asia dengan jalan melarang dan mempersulit warga Asia yang akan bermukim di
Australia. Rasisme di Amerika mempunyai dua bentuk, yang pertama adalah old fashioned racist
yaitu sekelompok orang yang mempunyai pandangan tertutup dan memegang keras pendiriannya
tentang kaum minoritas. Rasisme ini berkembang sebelum tahun 1900-an. Setelah melalui
berbagai perjuangan maka mencul ssedikit keterbukaan diantara mereka terutama terhadap
masalah haka sipil seperti pendidikan, ekonomi, politik dan sosial (Mc Conahay dalam Brigham,
1991). Kuatnya perlawanan terhadap rasisme gaya lama memunculkan apa yang disebut modern
racism yaitu para rasialis modern percaya bahwa diskriminasi adalah masa lalu dan dimana kaum
minoritas terlalu menekan dan terlalu banyak mendapatkan simpati. Di sini orang kulit putih
mempunyai perasaan anti kulit hitam dan komitmen pada nilai tradisional seperti individualisme,
bekerja keras, ambisi dan egaliter. Muncul kebingung sikap terhadap warga kulit hitam sebagai
akibat dari konflik antara perasaan negatif terhadap kulit hitam yang diperolehnya pada masa
awal sosialisasi dan suatu kepercayaan bahwa bangsa Amerika menjunjung tinggi sportivitas,
fair play, kebebasan dan persamaan. Jika rasisme gaya lama diterapkan secara terbuka akan
melukai dan melanggar nilainilai egaliter sehingga modern racism memberikan ruang bagi
diskriminasi terselubung atau tidak secara langsung. Caranya adalah dengan tidak membiarkan
bersikap individual, menganggap tidak punya ambisi, impulsif, tergantung pada pemerintah dan
lainnya. 13

b. Tokenism Diskriminasi ini sering terjadi dibidang ekonomi, dimana orang dipekerjakan atau
tidak dipekerjakan berdasarkan pada pertimbangan ras. Tokenism secara sederhana dapat
didifinisikan sebagai pemberian sedikit perlakuan positif kepada kelompok tertentu sebagai
alasan untuk menolak pemberian positif yang lebih besar. Jadi perlakuan positif yang minimal
digunakan sebagai alasan pembenar untuk melakukan diskriminasi pada bidang lain yang lebih
besar pengaruhnya. Tokenisme tidak hanya dilakukan terhadap kaum negro di Amerika tetapi
juga kaum minoritas lain seperti pada wanita, anakanak dan orang tua. Kendig, 1979 ( dalam
Watson, 1984) menyatakan bahwa promosi pada kaum kulit hitam dan wanita pada usia empat
puluh tahun sangat jarang dilakukan dibandingkan apa yang terjadi pada warga kulit putih.

c. Reverse Discrimination Reverse discrimination berarti kecenderungan untuk menilai dan


memperlakukan seseorang dari kelompok tertentu (biasanya kelompok yang menjadi target
prasangka) dengan lebih baik dibanding perlakuan terhadap kelompok lainnya. Pada awalnya
perlakuan tersebut mungkin menguntungkan kelompok target. Jadi seseorang melakukan reverse
discrimination dengan cara memberikan kenaikan pangkat, gaji dan keuntungan lainnya. Untuk
jangka pendek hal itu menguntungkan tetapi pada pekerjaan dan situasi tertentu pada jangka
panjang hal tersebut akan merugikan. Fajardo, 1985 (dalam Baron & Byrne, 1997) menjelaskan
konsep ini dengan memberikan contoh perlakuan guru terhadap muridnya. Seorang guru
melakukan apa saja untuk menempatkan siswanya yang kebetulan berasal dari kelompok
minoritas pada tingkat atau level yang tinggi. Adanya perlakuan itu, yakni guru menempatkan
siswa dalam posisi yang berisiko karena pada akhirnya nanti akan ada pertentangan antara
peningkatan peringkat secara tidak wajar dengan kemampuan nyata yang dimilikinya. Sehingga
akhirnya akan merugikan siswa tersebut. Tindakan tersebut didasari oleh alasan bahwa guru
tidak ingin terlalu sering berhubungan dengan siswa ini, sehingga menaikkan ke tingkat tertentu.
Penyebab Diskriminasi

1. Perasaan Kecewa
Diskriminasi juga bisa terjadi karena adanya kekecewaan di dalam dirinya. Kekecewaan tersebut
kemudian dilampiaskan kepada pihak yang dianggap sebagai kambinh hitam rasa kecewanya
2. Mekanisme Petahanan Psikologi
Didalam diri manusia terdapat suatu mekanisme pertahanan psikologi dimana seseorang
memindahkan karaskteristik yang tidak disukai dalam dirinya kepada orang lain.
3. Adanya Sejara
Diskriminasi terhadap negara atau ras tertentu dapat terjadi karena adanya sejarah masa lalu yang
tidak menyenangkan terkait dengan negara atau ras tersebut.
4. Perasaan tidak selamat dan rendah diri
Ada banyak orang yang merasa rendah diri kemudian berusaha untuk menenangkan dirinya
dengam cara merendahkan orang lain. Hal tersebut kemudia menimbulkan perlakuan
diskriminasi .
5. Persaingan dan eksploitasi
Masyarakat modern pada umumnya lebih materialistic dan selalu bersaing satu sama lainnya.
Persaingan tersebut kemudian dapat menimbulkan diskriminnasi terhadap individu atau
kelompok tertentu agar dapat melakukan eksploitasi, mendapatkan kekayaan , kemewahan, dan
kekuasaan .
6. Corak Sosialisasi
Sikap diskriminasi ternyata dapat dipelajari dan diwariskan oleh suatu generasi ke generasi
berikutnya melalui proses sosialisasi. Hal tersebut kemudian membentuk pandangan stereotip
didalam masyarakat terkait perilaku , cara kehidupan dan lain lain.

Contoh Kasus

Kronologi asal usul kericuhan yang terjadi di Sorong, Manokwari, Fakfak, Timika,
dipicu oleh aksi rasisme terhadap mahasiswa asal Papua di Malang dan Surabaya. tirto.id - Aksi
massa di beberapa wilayah Papua masih terus terjadi hingga Rabu (21/8/2019). Aksi ini menjadi
respons masyarakat Papua terhadap tindakan rasisme yang menimpa mahasiswa asal Papua di
Malang dan Surabaya beberapa waktu lalu. Sebelumnya, pada Kamis (15/8/2019) terjadi
bentrokan antara sekelompok warga Malang dengan mahasiswa asal Papua, di kawasan Rajabali,
Kota Malang, Jawa Timur. Berdasarkan laporan dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Malang,
para mahasiswa asal Papua tersebut dalam perjalanan dari Stadion Gajayana menuju Balai Kota
Malang untuk menyampaikan aspirasinya. Mahasiswa Papua yang tergabung dalam Aliansi
Mahasiswa Papua (AMP) itu akan melakukan aksi damai di Balai Kota Malang, mengecam
penandatanganan New York Agreement antar pemerintah Indonesia dan Belanda pada 15
Agustus 1962. Sekitar pukul 08.55 WIB, mereka tiba di simpang empat Rajabali dan bertemu
sekelompok warga Malang. Kemudian terjadi perselisihan atau adu mulut, yang berujung
terjadinya bentrokan. Bentrokan antara kedua kelompok itu semakin memanas. Puncaknya,
kurang lebih pada pukul 09.20 WIB, kedua kelompok saling melempar batu. Aksi Rasisme di
Surabaya Pada Jumat (16/8/2019) secara tiba-tiba sekitar 15 anggota yang berasal dari TNI
mendatangi asrama mereka di Surabaya. Dorlince Iyowau saat dihubungi Tirto, Sabtu malam,
pukul 21.30 WIB mengatakan tanpa permisi mereka menggedor gerbang asrama. Hal itu
membuat kaget 15 mahasiswa, termasuk Dorli, yang berada di dalamnya. Menurut Dorli sekitar
pukul 15.20 WIB TNI mendobrak pintu disertai ujaran rasis dan kebencian. Sikap arogan TNI
tersebut, menurut Dorli, ditenggarai oleh bendera merah putih milik pemerintah kota Surabaya
yang terpasang di depan asrama mereka, tiba-tiba sudah berada di dalam saluran air. Sementara
Dorli mengaku, ia dan kawan-kawannya tak tahu soal hal itu. "Karena kami tidak tahu soal itu
[bendera merah putih] di dalam got. Kami minta bernegosiasi. Tapi TNI menolak," ujarnya.
"Dalam dua hari pemasangan [bendera itu] masih baik-baik saja. Munculnya permasalahan itu
pada 16 Agustus kemarin tiba-tiba ada di got." Setelah TNI tiba dan menggedor gerbang asrama
mahasiswa Papua, menurut Dorli, datang lagi secara bertahap pihak Satpol PP dan organisasi
masyarakat. Dalam kondisi terkepung, Dorli mengaku harus menahan lapar, begitu juga dengan
belasan kawan-kawan lainnya. Hingga akhirnya datanglah 27 mahasiswa Papua lainnya, yang
hendak membawakan makanan untuk mereka pada Sabtu siang tadi, sekitar pukul 12.00 WIB.
Dorli dan 41 mahasiswa Papua lainnya bertahan hingga pukul 15.00 WIB, sebelum akhirnya
mendapat serangan gas air mata dan mendekam di Mapolrestabes Surabaya. Kericuhan Mulai
Terjadi di Papua Perlakuan rasisme yang dialami oleh mahasiswa asal Papua di Malang dan
Surabaya tidak segera mendapat respons dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah Jawa
Timur. Akhirnya pada Senin (19/8/2019) pagi situasi mencekam menyelimuti Manokwari.
Sejumlah jalan protokol diblokir mahasiswa dan masyarakat. Mereka protes karena tak terima
dengan rasisme dan persekusi terhadap sejumlah mahasiswa asal Papua yang sedang belajar di
Jawa Timur. Wakil Gubernur Papua Barat Muhammad Lakotani menyebut, massa sempat
membakar Gedung DPRD. Mereka juga merusak sejumlah fasilitas dan membuat lalu lintas di
Manokwari jadi semerawut. “Massa cenderung beringas, sehingga kami tak bisa mendekat,
Gedung DPRD provinsi sudah dibakar,” kata Lakotani dalam program Breaking News
KompasTV, Senin pagi. Selain di Manokwari, protes juga dilakukan ratusan orang--mungkin
ribuan orang--turun ke jalan di Jayapura, Papua. Efek domino aksi massa yang terjadi di
Manokwari, Papua Barat juga menjalar ke Kota Sorong. Bandara Domine Eduard Osok menjadi
sasaran massa, mereka melempari fasilitas yang ada di bandara tersebut, Senin (19/8/2019).
Karopenmas Mabes Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo mengatakan ada beberapa kantor yang turut
jadi sasaran aksi massa. "Ada beberapa kantor, masih belum di-update. Kalau sudah kondusif,
aparat bersama pemda setempat akan menginventarisasikan kerusakan properti di area publik,"
ujar dia di Mabes Polri, Senin (19/8/2019). Beda Pendapat Antara TNI dan Polri Saat kerusuhan
masih berlangsung, Karopenmas Polri Brigjen Dedi Prasetyo memberikan keterangan pers
kepada wartawan. Dalam pernyataannya, Dedi menyebut kerusuhan di Papua Barat dipicu
provokasi penyebaran konten di sosial media. “Mereka cukup terprovokasi dengan yang disebar
akun di sosmed,” kata Dedi di Mabes Polri, Senin siang. Ia tak menyebut kerusuhan tersebut
dipicu ulah rasis aparat dan masyarakat di Surabaya. Sementara Kapolri Jenderal Tito Karnavian
menyebut kerusuhan yang terjadi di Papua memang dipicu represi aparat terhadap mahasiswa
Papua di Surabaya dan Malang. Namun, Tito mencoba “menghaluskan masalah” dengan
menyebut kerusuhan dipicu kesalahpahaman. “Kemarin ada kesalahpahaman, kemudian
mungkin ada yang membuat kata-kata kurang nyaman, sehingga mungkin saudara kita terusik di
Papua,” ucap Tito di Surabaya, Senin siang. Menko Polhukam Wiranto menampik alasan yang
dikemukakan Tito Karnavian dan anak-anak buahnya. Meski tak menyebut kerusuhan dipicu
rasisme aparat, Wiranto mengaku kerusuhan itu dipicu pernyataan negatif sejumlah pihak--
termasuk aparat dan masyarakat. “Pemerintah menyesalkan adanya insiden yang saat ini sedang
berkembang tentang pelecehan Bendera Merah Putih di Jawa Timur yang disusul dengan
berbagai pernyataan negatif oleh oknum-oknum yang memicu aksi di beberapa daerah terutama
di Papua dan Papua Barat yang nyata-nyata mengganggu kebersamaan dan persatuan kita
sebagai bangsa,” kata Wiranto dalam konferensi pers di Kantor Kemenko Polhukam. Sama
seperti Wiranto, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa juga tampak membantah
keterangan Tito. Khofifah yang malah meminta maaf atas ulah sejumlah pihak termasuk
masyarakat Jawa Timur yang berbuat rasis terhadap mahasiswa Papua. Menurut Khofifah,
rasisme tersebut merupakan tindakan personal dan tidak mencerminkan sikap warga Jawa Timur.
“Atas nama komitmen berindonesia, mari kita tempatkan satu sama lain dengan saling
menghormati dan menghargai. Saya tadi bertelepon dengan Gubernur Papua, meminta maaf
karena sama sekali, kalau [ular rasis] itu bukan mewakili suara Jatim,” kata Khofifah, Senin
siang. Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini juga meminta maaf atas tindakan sejumlah orang
yang berbuat rasis terhadap mahasiswa di Asrama Papua. Namun, ia menampik jika ada
pengusiran terhadap mahasiswa Papua di Surabaya. “Kalau ada kesalahan kami mohon maaf,
tapi tak benar kami mengusir,” kata Risma, Senin siang. Hingga Rabu (21/8/2019) siang kondisi
di Papua masih belum kondusif. Dilansir dari Antara, Aksi massa yang terjadi di Fakfak, Papua
Barat berujung pada pembakaran dan perusakan fasilitas umum, Rabu (21/8/2019). Seperti
dilansir Antara, massa membakar kios yang ada di Pasar Fakfak dan jalan menuju ke pasar. Aksi
massa juga terjadi di Timika, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua, Rabu (21/8/2019), yang
awalnya berlangsung kondusif, kini massa mulai melempari Gedung DPRD Mimika dengan batu.
Wartawan Antara melaporkan dari lokasi kejadian bahwa lemparan batu ke arah gedung DPRD
Mimika yang terletak di Jalan Cenderawasih Kota Timika, mencuat sekitar pukul 13.00 WIT.

Baca selengkapnya di artikel "Kronologi Asal-Usul Kericuhan di Sorong, Manokwari, Fakfak,


Papua", https://tirto.id/egHd

Solusi Diskriminasi

. Langkah-langkah atau upaya-upaya yang telah dilakukan tersebut antara lain dengan
memperbarui peraturan perundang-undangan serta menyesuaikan dengan ratifikasi
Konvensi/Kovenan yang telah dilakukan sebelumnya, disamping itu juga memperbaiki tingkat
pelayanan publik yang tidak mengandung diskriminasi terhadap berbagai lapisan masyarakat.
Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai