3508 14234 1 PB
3508 14234 1 PB
http://journals.usm.ac.id/index.php/jdsb
Program Studi Psikologi, Jurusan Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Budaya, Universitas Trunojoyo Madura
Alamat Korespondensi: Jl. Raya Telang PO Box. 2 Kamal, Bangkalan p-ISSN 1410-9859
E-mail: yudho.bawono@trunojoyo.ac.id
e-ISSN 2580-8524
83
Dinamika Sosial Budaya, Vol . 4, No.1, Juni 2022, pp 83-91
p-ISSN : 1410-9859 & e-ISSN : 2580-8524
http://journals.usm.ac.id/index.php/jdsb
PENDAHULUAN
Perlu Perkawinan adalah ikatan lahir dalam tulisan ini adalah merujuk pada istilah
batin antara seorang pria dengan seorang pernikahan dini.
wanita sebagai suami istri dengan tujuan Pernikahan dini yaitu pernikahan yang
membentuk keluarga (rumah tangga) yang berada di bawah batas usia dewasa atau
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan pernikahan yang melibatkan satu atau dua
Yang Maha Esa (Undang-Undang Nomor 1 pihak yang masih anak-anak. Pernikahan
Tahun 1974 tentang Perkawinan). Perkawinan dikatakan sebagai pernikahan dini apabila ada
hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai salah satu pihak yang masih berada di bawah
umur 19 tahun dan pihak wanita umur 16 usia 18 tahun (Badan Kependudukan dan
tahun, dan memenuhi syarat-syarat perkawinan Keluarga Berencana Nasional, 2012). Menurut
yang salah satunya adalah untuk Alawiyah (dalam Edi, 2017) pernikahan dini
melangsungkan perkawinan seorang yang adalah pernikahan yang dilakukan pada usia
belum mencapai umur 21 tahun harus terlalu muda yaitu pada rentang usia di bawah
mendapat izin dari kedua orang tua. Peraturan 16 tahun, sehingga tidak ada/kurang ada
Menteri Agama No.11 tahun 2007 tentang kesiapan biologis, psikologis, maupun sosial
Pencatatan Nikah Bab IV pasal 7 menyebutkan (Wulandari dalam Edi, 2017).
bahwa “Apabila seorang calon mempelai belum Saat ini, pernikahan dini telah menjadi
mencapai umur 21 tahun, harus mendapat izin pembicaraan global dan menjadi isu yang
tertulis dari orang tua”. Izin ini sifatnya wajib, menyita perhatian berbagai lembaga pemerhati
karena di usia tersebut dipandang masih anak dan perempuan. Hal ini sebagaimana
memerlukan bimbingan dan pengawasan orang ditunjukkan oleh sejumlah data jika Indonesia
tua/wali (Katalog BPS, 2016). termasuk salah satu negara yang memiliki
Masyarakat sering kali menyebut angka pernikahan dini yang cukup tinggi di
istilah perkawinan dengan istilah pernikahan. dunia. Pada tahun 2011, diketahui bahwa
Kedua peristilahan ini pada dasarnya tidak pernikahan dini di Indonesia berada pada
perlu diperdebatkan karena kedua istilah urutan ke-37 dari 73 negara, sementara di Asia
tersebut merupakan istilah yang sama, bahkan Tenggara, Indonesia berada pada posisi ke-2
dalam beberapa pasal di Kompilasi Hukum setelah Kamboja (Kompas, 2017; Rachmad,
Islam tetap menyebut sebagai perkawinan, 2017; Rubaidah, 2016).
hanya saja istilah perkawinan tersebut dalam Dalam laporan pencapaian Millenium
Islam diperhalus menjadi pernikahan dalam Development Goal’s (MDG’s) Indonesia tahun
pengertian sebagai akad yang sangat kuat atau 2007 yang diterbitkan Bappenas (Badan
mitsaqoon gholidhan untuk menaati perintah Perencanaan Pembangunan Nasional)
Allah dan melaksanakannya merupakan disebutkan bahwa Penelitian Monitoring
ibadah (Pasal 2 Kompilasi Hukum Islam/ Pendidikan oleh Education Network for Justice di
Inpres Nomor 1 Tahun 1991 Tanggal 10 Juni enam desa/kelurahan di Kabupaten Serdang
1991). Selain dalam pasal 2 ini, dalam Badagai (Sumatera Utara), Kota Bogor (Jawa
Kompilasi Hukum Islam pun tetap disebut Barat), dan Kabupaten Pasuruan (Jawa Timur)
perkawinan namun landasan utamanya yang ditemukan 28,10% informan menikah pada usia
disebut perkawinan tetap merujuk pada Pasal 2 di bawah 18 tahun. Mayoritas adalah
(Sa’dan, 2015). perempuan yakni sebanyak 76,03%, dan
Batasan usia yang dimaksud dalam terkonsentrasi di dua desa penelitian di Jawa
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Timur (58,31%). Angka tersebut sesuai dengan
Perkawinan dan Peraturan Menteri Agama data dari BKKBN yang menunjukkan tingginya
No.11 tahun 2007 tentang Pencatatan Nikah pernikahan di bawah usia 16 tahun di
Bab IV pasal 7 sebagaimana disebutkan di atas Indonesia, yaitu mencapai 25% dari jumlah
dalam psikologi perkembangan termasuk dalam pernikahan yang ada. Di beberapa daerah
batasan usia remaja (Konopka dalam Agustiani, bahkan persentasenya lebih besar, seperti Jawa
2009; Zulkifli, 2001) karena di dalam hukum Timur (39,43%), Kalimantan Selatan (35,48%),
(undang-undang) tidak dikenal adanya istilah Jambi (30,63%), Jawa Barat (36%), dan Jawa
remaja (Sarwono, 2012). Penggunaan istilah Tengah (27,84%). Demikian juga temuan
pernikahan usia remaja yang digunakan penulis Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)
di Kawasan Pantura, perkawinan anak
84
Dinamika Sosial Budaya, Vol . 4, No.1, Juni 2022, pp 83-91
p-ISSN : 1410-9859 & e-ISSN : 2580-8524
http://journals.usm.ac.id/index.php/jdsb
85
Dinamika Sosial Budaya, Vol . 4, No.1, Juni 2022, pp 83-91
p-ISSN : 1410-9859 & e-ISSN : 2580-8524
http://journals.usm.ac.id/index.php/jdsb
86
Dinamika Sosial Budaya, Vol . 4, No.1, Juni 2022, pp 83-91
p-ISSN : 1410-9859 & e-ISSN : 2580-8524
http://journals.usm.ac.id/index.php/jdsb
sering terjadi pada pasangan satu rumpun perempuan yang menikah dini menghindari
dengan silsilah keluarga yang berdekatan seperti pergaulan bebas (Puspayanti, 2019) maupun
sepupu sekali (Landung, dkk, 2009). sudah terlanjur melakukan pergaulan bebas
Menurut Landung, dkk (2009) pada (Femilanda, 2016; Fitriani, 2019; Hastuti &
masyarakat Kecamatan Sanggalangi, Tana Aini, 2016; Pohan, 2017) sehingga terlanjur
Toraja, pernikahan secara umum, termasuk hamil di luar nikah (Afifah, 2017; Ghafar,
pernikahan yang dilaksanakan pada usia yang 2018; Putrie, 2019; Wibisana, 2017; Wiwiyanti,
lebih muda, tidak lepas dari budaya Toraja di 2017).
mana pelaksanaan pernikahannya diawali Adapun beberapa alasan yang
dengan pernikahan secara adat Toraja yang mendasari terjadinya pernikahan dini
dikenal dengan ”Parampo Kampung” yaitu berdasarkan faktor pergaulan bebas adalah
prosesi pelamaran sekaligus pengukuhan kurangnya bimbingan dan perhatian dari orang
pasangan perempuan dan laki-laki untuk tua, anak akan mencari jalan supaya mereka
disatukan dalam hubungan keluarga menjadi bisa merasa bahagia, yaitu dengan bergaul
suami-istri. dengan orang-orang yang tidak dilihat terlebih
Perkawinan adat Toraja yang masih dahulu kelakuannya (bebas). Hal yang sangat
dipegang teguh masyarakat Kecamatan sering terjadi yakni hamil duluan di luar ikatan
Sanggalangi memiliki beberapa tingkatan, pernikahan. Sehingga karena hal tersebut, mau
antara lain yaitu Tana’ Bulaan bagi kaum tidak mau orang tua akan memberi izin kepada
bangsawan, Tana’ Bassi bagi masyarakat anaknya yang masih di bawah umur untuk
golongan menengah, Tana’ Karurung bagi menikah (Munawwaroh, 2016).
masyarakat merdeka dan Tana’ Kua-kua untuk Selain faktor pergaulan bebas,
kaum hamba atau kaunan. Berdasarkan terjadinya pernikahan dini juga tidak lepas dari
tingkatan tersebut, ada aturan jika laki-laki budaya setempat (Rahman, Syahadatina,
keturunan bangsawan boleh menikahi Aprillisya, & Afika, 2015; Wijayati, Soemanto,
perempuan dari masyarakat biasa atau kaunan & Pamungkasari, 2017). Mengapa budaya
sedangkan perempuan dari keturunan dianggap memiliki peran pada terjadinya
bangsawan tidak diperbolehkan menikah pernikahan dini? Hal ini sebagaimana
dengan laki-laki dengan strata sosial yang lebih dikemukakan oleh Hamoes (2020) yang
rendah dan jika terjadi perceraian, pihak yang mengatakan bahwa dalam hidup
bersalah harus membayar sanksi sesuai aturan bermasyarakat, segala pikiran dan pandangan
yaitu 24 ekor kerbau untuk kaum bangsawan, 6 manusia saling berhubungan dengan konteks
ekor kerbau untuk kaum menengah dan 1 ekor sosial budaya yang akhirnya terbentuk menjadi
kerbau untuk kaum kaunan (Landung, dkk, sebuah kebiasaan yang berubah-ubah seiring
2009). perkembangan zaman. Pada dasarnya, segala
Lebih lanjut Landung, dkk (2009) bentuk kebiasaan dalam hal sosial dan budaya
mengatakan bahwa sehubungan dengan selalu bermula dari interaksi sosial yang terjadi
pengaruh budaya itu sendiri, di mana karena adanya sudut pandang para individu
masyarakat masih memegang teguh sistem adat dalam suatu kelompok sosial. Hubungan timbal
yang berlaku, sehingga pernikahan dini balik tersebut kemudian membentuk suatu
meskipun dipandang tidak baik dari aspek sistem sosial budaya.
kesehatan, namun pada masyarakat, jika telah Lebih lanjut Kistanto (dalam Hamoes,
melaksanakan pernikahan yang diawali dengan 2020) menyebutkan bahwa dinamika dan
nikah adat secara parampo kampung, hal ini pekembangan sistem sosial budaya sangat
sudah dianggap syah dan diterima oleh berhubungan dengan kondisi kewilayahan
masyarakat. Dengan demikian dapat dipahami sosial budaya, kependudukan, organisasi dan
bahwa pemahaman budaya masih menganggap lembaga sosial masyarakat serta pemikiran
pernikahan dini dengan parampo kampung manusia di dalam masyarakat. Suatu sistem
sebagai suatu kegiatan yang positif. sosial budaya dasarnya diawali oleh
kemampuan manusia untuk berpikir dan
2. Peran Budaya terhadap Terjadinya mengatur dirinya sehingga memiliki kapasitas
Pernikahan Dini di Indonesia untuk mengontrol lingkungan, sampai akhirnya
Banyak faktor yang menyebabkan lingkungan tersebut juga dapat membentuk
terjadinya pernikahan dini. Beberapa manusia yang ada di dalamnya.
diantaranya karena pelaku, khususnya
87
Dinamika Sosial Budaya, Vol . 4, No.1, Juni 2022, pp 83-91
p-ISSN : 1410-9859 & e-ISSN : 2580-8524
http://journals.usm.ac.id/index.php/jdsb
Seorang anak yang dibentuk di dalam dianggap sebagai salah satu faktor yang turut
lingkungan keluarga dan pendidikan yang berperan dalam terjadinya pernikahan dini,
memiliki budaya agamis, akan menciptakan sehingga kebijakan terkait masih terjadinya
karakter diri yang mengedepankan nilai agama pernikahan dini di Indonesia ini dapat diambil
dan kemudian olehnya dapat dibentuk suatu dan diterapkan dengan tepat.
sistem sosial budaya yang sama pula di dalam
masyarakat luas dengan para individu yang DAFTAR PUSTAKA
memiliki pola pikir sejalan. Kasus tersebut
terbentuk karena sistem budaya keluarga dan Afifah, A. L. (2017). Fenomena hamil pranikah di
pendidikan yang didapatkan telah kalangan remaja ditinjau dari perspektif
mengendalikan sistem sosial dan sistem pendidikan Islam (Studi kasus pada remaja
kepribadian individu (Hamoes, 2020).
putus sekolah di kecamatan Jambu
Terkait dengan pernikahan dini,
kabupaten Semarang). Skripsi. (tidak
sebagaimana diuraikan di atas, dalam
lingkungan keluarga dan pendidikan yang diterbitkan). Semarang: Program Studi PAI
memiliki budaya agamis, akan menciptakan Institut Agama Islam Negeri Semarang
karakter diri yang mengedepankan nilai agama Agustiani, H. (2009). Psikologi perkembangan:
dan kemudian olehnya dapat dibentuk suatu Pendekatan ekologi kaitannya dengan
sistem sosial budaya yang sama pula di dalam konsep diri dan penyesuaian diri pada
masyarakat luas dengan para individu yang remaja. Bandung: PT Refika Aditama
memiliki pola pikir sejalan. Di Madura, adanya Anisah (2016). Model komunikasi pasangan nikah
pemahaman bahwa pernikahan merupakan usia dini etnis Madura (Studi di Desa
kewajiban semua umat Islam dan seseorang Morombuh Kecamatan Kwanyar
wajib dinikahkan apabila telah mencapai umur Kabupaten Bangkalan). Skripsi (tidak
yang cukup (Bahrudin, 2016) menyebabkan
diterbitkan). Surabaya: Program Studi Ilmu
pernikahan dini masih terjadi, karena yang
Komunikasi UIN Sunan Ampel
dikatakan cukup umur masih berada di rentang
usia 18-19 tahun. Anonim (2020). Jutaan anak perempuan Indonesia
Demikian halnya dengan pernikahan dini di lakukan pernikahan dini.
Tana Toraja yang mengharuskan anak https://databoks.katadata.co.id/datapublis
perempuan yang sudah menstruasi dan laki-laki h/2020/09/11/jutaan-anak-perempuan-
yang sudah bekerja untuk menikah karena indonesia-lakukan-pernikahan-dini (diakses
dianggap sudah dewasa. Jika orang tua tidak 11 Februari 2020)
segera menikahkan anaknya maka dipandang Aryani, N. D., Widyarini, N., & Nurhaqimah, Y.
sebagai aib keluarga (Landung, dkk, 2009). S. (2012). Studi deskriptif tentang
kematangan emosi pasangan pernikahan
SIMPULAN dini pada suku Madhura Pendhalungan.
INSIGHT. Vol. V(1)
Data tentang pernikahan dini di Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Indonesia menunjukkan angka yang cukup Nasional (2012). Pernikahan dini pada
tinggi, baik itu di Asia Tenggara maupun di beberapa provinsi di Indonesia: Akar
dunia. Tingginya angka pernikahan dini ini masalah dan peran kelembagaan di
membuat keprihatinan sendiri bagi lembaga daerah.Jakarta: BKKBN
pemerhati perempuan dan anak di Indonesia
Bahri, S. (2017). Pernikahan Dini Pasangan Berusia
sehingga mengajukan revisi UU Perkawinan
14 Tahun Hebohkan Warga Bulukumba.
No. 1 Th. 1974 khususnya dalam peningkatan
(diambil dari:
batas usia perkawinan perempuan dari 16 tahun
menjadi 18 tahun oleh Mahkamah Konstitusi. http://www.tribunnews.com/regional/20
Revisi terhadap undang-undang 17/07/15/pernikahan-dini-pasangan-
tersebut telah disetujui oleh DPR RI tahun 2019 berusia-14-tahun-hebohkan-warga-
lalu, di mana batas usia perempuan dari 16 bulukumba). Diakses tanggal 26 Oktober
tahun menjadi 19 tahun. Namun demikian, 2017
para pemangku kebijakan (stakeholder) tetap Bahrudin. (2016). Konflik Intrapersonal Remaja
perlu mempertimbangkan budaya yang masih Putri yang Dipaksa Menikah Dini di Desa
88
Dinamika Sosial Budaya, Vol . 4, No.1, Juni 2022, pp 83-91
p-ISSN : 1410-9859 & e-ISSN : 2580-8524
http://journals.usm.ac.id/index.php/jdsb
89
Dinamika Sosial Budaya, Vol . 4, No.1, Juni 2022, pp 83-91
p-ISSN : 1410-9859 & e-ISSN : 2580-8524
http://journals.usm.ac.id/index.php/jdsb
90
Dinamika Sosial Budaya, Vol . 4, No.1, Juni 2022, pp 83-91
p-ISSN : 1410-9859 & e-ISSN : 2580-8524
http://journals.usm.ac.id/index.php/jdsb
91