Anda di halaman 1dari 9

Dinamika Sosial Budaya, Vol . 24, No.

1, Juni 2022, pp 83-91


p-ISSN : 1410-9859 & e-ISSN : 2580-8524
http://journals.usm.ac.id/index.php/jdsb

22 (1) (2020) 1-4

Jurnal Dinamika Sosial Budaya

http://journals.usm.ac.id/index.php/jdsb

Budaya dan Pernikahan Dini di Indonesia

Yudho Bawono 1 , Setyaningsih 2, Lailatul M Hanim 3, Masrifah 4, Jayaning S Astuti 5

Program Studi Psikologi, Jurusan Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Budaya, Universitas Trunojoyo Madura

DOI: http://dx.doi.org/10.26623/ jdsb.v21i2.1698

Info Artikel Abstrak


___________________ ____________________________________________________________
Sejarah Artikel: Kajian Pernikahan dini cukup banyak terjadi di Indonesia. Hal ini salah satunya
disebabkan karena faktor budaya yang sangat kuat di beberapa wilayah di Indonesia
Disubmit 6 April 2020
yang masih memegang tradisi pernikahan dini. Beberapa wilayah di Indonesia itu
Direvisi 16 Mei 2020 misalnya di Tana Toraja, di mana masyarakatnya memiliki budaya yang mengharuskan
Disetujui 7 Juni 2020 anak perempuan yang sudah menstruasi dan laki-laki yang sudah bekerja untuk menikah
___________________ karena dianggap sudah dewasa. Jika orang tua tidak segera menikahkan anaknya maka
Keywords: dianggap sebagai aib keluarga. Di Madura bahkan masyarakatnya menganggap jika
pernikahan pada usia muda (nikah ngodheh) adalah tradisi yang harus dijaga dan
early marriage; Madura, Tana
dilestarikan karena merupakan warisan turun temurun dari nenek moyang. Tulisan ini
Toraja akan menguraikan tentang faktor budaya sebagai salah satu faktor yang perlu
_______________________ dipertimbangkan dalam mengambil kebijakan terkait masih terjadinya pernikahan dini
di Indonesia.
Abstract
____________________________________________________________
Early marriages are quite common in Indonesia. This is partly due to cultural factors that are very
strong in several regions in Indonesia which still hold the tradition of early marriage. Some areas in
Indonesia, for example in Tana Toraja, where the people have a culture that requires girls who are
menstruating and men who are already working to get married because they are considered adults.
If parents do not immediately marry off their children, it is considered a family disgrace. In
Madura, the people even think that marriage at a young age (nikah ngodheh) is a tradition that
must be maintained and preserved because it is a hereditary inheritance from the ancestors. This
paper will describe cultural factors as one of the factors that need to be considered in making policies
related to early marriage in Indonesia.


Alamat Korespondensi: Jl. Raya Telang PO Box. 2 Kamal, Bangkalan p-ISSN 1410-9859
E-mail: yudho.bawono@trunojoyo.ac.id
e-ISSN 2580-8524

83
Dinamika Sosial Budaya, Vol . 4, No.1, Juni 2022, pp 83-91
p-ISSN : 1410-9859 & e-ISSN : 2580-8524
http://journals.usm.ac.id/index.php/jdsb

PENDAHULUAN

Perlu Perkawinan adalah ikatan lahir dalam tulisan ini adalah merujuk pada istilah
batin antara seorang pria dengan seorang pernikahan dini.
wanita sebagai suami istri dengan tujuan Pernikahan dini yaitu pernikahan yang
membentuk keluarga (rumah tangga) yang berada di bawah batas usia dewasa atau
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan pernikahan yang melibatkan satu atau dua
Yang Maha Esa (Undang-Undang Nomor 1 pihak yang masih anak-anak. Pernikahan
Tahun 1974 tentang Perkawinan). Perkawinan dikatakan sebagai pernikahan dini apabila ada
hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai salah satu pihak yang masih berada di bawah
umur 19 tahun dan pihak wanita umur 16 usia 18 tahun (Badan Kependudukan dan
tahun, dan memenuhi syarat-syarat perkawinan Keluarga Berencana Nasional, 2012). Menurut
yang salah satunya adalah untuk Alawiyah (dalam Edi, 2017) pernikahan dini
melangsungkan perkawinan seorang yang adalah pernikahan yang dilakukan pada usia
belum mencapai umur 21 tahun harus terlalu muda yaitu pada rentang usia di bawah
mendapat izin dari kedua orang tua. Peraturan 16 tahun, sehingga tidak ada/kurang ada
Menteri Agama No.11 tahun 2007 tentang kesiapan biologis, psikologis, maupun sosial
Pencatatan Nikah Bab IV pasal 7 menyebutkan (Wulandari dalam Edi, 2017).
bahwa “Apabila seorang calon mempelai belum Saat ini, pernikahan dini telah menjadi
mencapai umur 21 tahun, harus mendapat izin pembicaraan global dan menjadi isu yang
tertulis dari orang tua”. Izin ini sifatnya wajib, menyita perhatian berbagai lembaga pemerhati
karena di usia tersebut dipandang masih anak dan perempuan. Hal ini sebagaimana
memerlukan bimbingan dan pengawasan orang ditunjukkan oleh sejumlah data jika Indonesia
tua/wali (Katalog BPS, 2016). termasuk salah satu negara yang memiliki
Masyarakat sering kali menyebut angka pernikahan dini yang cukup tinggi di
istilah perkawinan dengan istilah pernikahan. dunia. Pada tahun 2011, diketahui bahwa
Kedua peristilahan ini pada dasarnya tidak pernikahan dini di Indonesia berada pada
perlu diperdebatkan karena kedua istilah urutan ke-37 dari 73 negara, sementara di Asia
tersebut merupakan istilah yang sama, bahkan Tenggara, Indonesia berada pada posisi ke-2
dalam beberapa pasal di Kompilasi Hukum setelah Kamboja (Kompas, 2017; Rachmad,
Islam tetap menyebut sebagai perkawinan, 2017; Rubaidah, 2016).
hanya saja istilah perkawinan tersebut dalam Dalam laporan pencapaian Millenium
Islam diperhalus menjadi pernikahan dalam Development Goal’s (MDG’s) Indonesia tahun
pengertian sebagai akad yang sangat kuat atau 2007 yang diterbitkan Bappenas (Badan
mitsaqoon gholidhan untuk menaati perintah Perencanaan Pembangunan Nasional)
Allah dan melaksanakannya merupakan disebutkan bahwa Penelitian Monitoring
ibadah (Pasal 2 Kompilasi Hukum Islam/ Pendidikan oleh Education Network for Justice di
Inpres Nomor 1 Tahun 1991 Tanggal 10 Juni enam desa/kelurahan di Kabupaten Serdang
1991). Selain dalam pasal 2 ini, dalam Badagai (Sumatera Utara), Kota Bogor (Jawa
Kompilasi Hukum Islam pun tetap disebut Barat), dan Kabupaten Pasuruan (Jawa Timur)
perkawinan namun landasan utamanya yang ditemukan 28,10% informan menikah pada usia
disebut perkawinan tetap merujuk pada Pasal 2 di bawah 18 tahun. Mayoritas adalah
(Sa’dan, 2015). perempuan yakni sebanyak 76,03%, dan
Batasan usia yang dimaksud dalam terkonsentrasi di dua desa penelitian di Jawa
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Timur (58,31%). Angka tersebut sesuai dengan
Perkawinan dan Peraturan Menteri Agama data dari BKKBN yang menunjukkan tingginya
No.11 tahun 2007 tentang Pencatatan Nikah pernikahan di bawah usia 16 tahun di
Bab IV pasal 7 sebagaimana disebutkan di atas Indonesia, yaitu mencapai 25% dari jumlah
dalam psikologi perkembangan termasuk dalam pernikahan yang ada. Di beberapa daerah
batasan usia remaja (Konopka dalam Agustiani, bahkan persentasenya lebih besar, seperti Jawa
2009; Zulkifli, 2001) karena di dalam hukum Timur (39,43%), Kalimantan Selatan (35,48%),
(undang-undang) tidak dikenal adanya istilah Jambi (30,63%), Jawa Barat (36%), dan Jawa
remaja (Sarwono, 2012). Penggunaan istilah Tengah (27,84%). Demikian juga temuan
pernikahan usia remaja yang digunakan penulis Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)
di Kawasan Pantura, perkawinan anak

84
Dinamika Sosial Budaya, Vol . 4, No.1, Juni 2022, pp 83-91
p-ISSN : 1410-9859 & e-ISSN : 2580-8524
http://journals.usm.ac.id/index.php/jdsb

mencapai 35%, di mana 20% diantaranya PEMBAHASAN


dilakukan pada usia 9-11 tahun. Data dari
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional 1. Pernikahan Dini di Indonesia
(Bappenas) juga menunjukkan bahwa dari 2 A. Pernikahan Dini di Madura
juta perkawinan, sebanyak 34,5% termasuk Madura merupakan sebuah pulau yang
dalam kategori pernikahan dini. Data memanjang dan terletak di ujung timur laut
pernikahan dini tertinggi berada di Jawa Timur, pulau Jawa. Letaknya pada garis 113 dan 114
lebih tinggi dari angka rata-rata nasional yakni bujur timur dan garis 7 lintang selatan bumi.
mencapai 39% (Sakdiyah & Ningsih, 2013). Panjangnya hanya sekitar 160 km dan bagian
Beberapa informasi tentang pernikahan terlebarnya mencapai 40 km. Berbanjar ke
dini di Indonesia juga dapat ditemukan di sebelah timur, dan juga memencar jauh ke
berbagai media online seperti: 1) Pernikahan di aarah timur laut, masih bertabur sekitar tujuh
Jeneponto, Sulawesi Selatan pada tanggal 29 puluhan pulau yang lebih kecil-kecil lagi yang
Mei 2016 dengan mempelai laki-laki berusia 13 keseluruhan luas daratan pulau-pulau tersebut
tahun dan mempelai perempuan berusia 14 mencapai sekitar 5300 kilometer persegi (Rifai,
tahun (Liputan6, 2016); 2) Pernikahan yang 2007).
dilakukan oleh 333 remaja yang berasal dari Menurut Kepala Seksi Remaja Badan
Kabupaten Luwu Utara, Kota Makassar, Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
Kabupaten Pinrang, Kabupaten Sinjai, (BKKBN) Provinsi Jawa Timur, pernikahan
Kabupaten Soppeng, dan Kabupaten Wajo dini terbanyak terjadi di Madura, yakni sekitar
sepanjang tahun 2017 (Fitriani, 2017); 3) 60% dan merata di empat kabupaten,
Pernikahan pasangan berusia 15 tahun di Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan
Baturaja, Sumatera Selatan, pada tanggal 17 Sumenep (dalam Sakdiyah & Ningsih, 2013).
Mei 2017 (Kumparan, 2017); 4) Pernikahan Pernikahan dini ini juga terjadi pada
pasangan berusia 14 tahun di Kabupaten masyarakat subkultur Madura yang berdomisili
Bulukumba, Sulawesi Selatan, pada tanggal 13 di daerah tapal kuda (meliputi Pasuruan,
Juli 2017 (Bahri, 2017). Probolinggo, Lumajang, Jember, Situbondo,
Data terjadinya pernikahan dini di Bondowoso, dan Banyuwangi). Di Kabupaten
Indonesia pada tahun 2020 bahkan Probolinggo, misalnya, menurut catatan kantor
menunjukkan peningkatan sejak Coronavirus Pengadilan Agama (PA) setempat, angka
Disease 2019 (Covid-19) masuk ke Indonesia. perkawinan di bawah usia 15 tahun pada tahun
Hal ini sebagaimana diketahui data dari 2008 meningkat 500% dibanding tahun 2007, di
BBC.com pada bulan Januari-Juni 2020, ada mana sampai September 2008 tercatat ada 10
34.000 permohonan dispensasi pernikahan dini perkawinan yang usia pengantin perempuannya
(di bawah 19 tahun) diajukan, 97% di antaranya masih di bawah 15 tahun (dalam Hanafi, 2015).
dikabulkan. Padahal sepanjang 2019, hanya Berikutnya data dari BPS (Badan Pusat
terdapat 23.700 permohonan (Anonim, 2020). Statistik) pada tahun 2013 (dikutip Yunitasari,
Tingginya persentase pernikahan dini di Pradanie, dan Susilawati, 2016) menyebutkan
Indonesia ini tidak lepas dari beberapa faktor bahwa jumlah perempuan berusia 10 tahun dan
yang memengaruhinya. Salah satu faktor yang di bawah 17 tahun di Jawa Timur (2011-2013)
dianggap berperan dalam terjadinya adalah 26,33%, di mana jumlah pernikahan dini
pernikahan dini di Indonesia adalah faktor masih tinggi di Bondowoso (53,26%),
budaya di beberapa wilayah di Indonesia. Situbondo (51,54%), Probolinggo (48,09%),
Tulisan ini akan memaparkan tentang Sumenep (45,08%), dan Sampang (43,33%).
pernikahan dini di Madura dan Tana Toraja, Berdasarkan data tersebut, pertanyaan
di mana di kedua wilayah tersebut, terjadinya yang menarik untuk diajukan adalah mengapa
pernikahan dini tidak lepas dari budaya yang pernikahan dini ini masih terjadi di Jawa
hingga kini masih dijaga bahkan dilestarikan. Timur? Mengacu pada hasil penelusuran
beberapa penelitian sebelumnya ditemukan
bahwa pernikahan dini ini masih banyak terjadi
di Jawa Timur, termasuk diantaranya di Pulau
Madura (Bangkalan, Sampang, Pamekasan,
Sumenep) dan pulau-pulau kecil di sekitar
Pulau Madura, serta daerah tapal kuda
(Pasuruan, Probolinggo, Lumajang, Jember,

85
Dinamika Sosial Budaya, Vol . 4, No.1, Juni 2022, pp 83-91
p-ISSN : 1410-9859 & e-ISSN : 2580-8524
http://journals.usm.ac.id/index.php/jdsb

Situbondo, Bondowoso, dan Banyuwangi) campur tangan dalam pencarian jodoh


(Anisah, 2016; Aryani, Widyarini, dan selanjutnya.
Nurhaqimah, 2012; Fatayati, 2015; Fatmawati, Selain itu, pernikahan dini yang masih
2012; Hairi, 2009; Hanafi, 2015; Haryono, terjadi pada perempuan etnis Madura ini juga
2008; Jannah, 2011; Priswati, 2015; Sumbulah tidak lepas dari kuatnya agama Islam dan
& Jannah, 2012; Wibisono & Hariyono, 2009) budaya yang masih dipegang teguh oleh
karena masyarakat etnis Madura maupun masyarakat etnis Madura hingga sekarang.
masyarakat subkultur Madura masih Menurut Rachmad (2017) orang Madura
memegang tradisi perjodohan (Rahayu & menganggap jika pernikahan dini sebagai
Bawono, 2017). Baik itu yang dilakukan sejak bentuk moral individu budaya Madura yang
masih dalam kandungan (Rohmah, 2016; Islami. Pernikahan menjadi hak dan kewajiban
Sadik, 2014; Sidiq, 2003) maupun sudah dari individu itu sendiri, bukan negara (state)
beranjak pada masa kanak-kanak yang dikenal yang mengaturnya. Kebenaran akan pernikahan
dengan tradisi ”tan-mantanan”. Sebuah tradisi dini sebagai bentuk perwujudan dan moral
pengantin anak kecil seperti yang dilakukan masyarakat Madura yang Islami menjadi
oleh pengantin orang dewasa, yang dilakukan kesepakatan kultural di masyarakat Madura.
dari awal proses pertunangan (bebekalan) sampai Oleh karena itu, pernikahan dini dapat menjadi
dengan proses resepsi pernikahan, namun relativisme budaya masyarakat Madura.
bedanya tidak dilakukan ijab kabul seperti yang Rachmad (2017) bahkan mengatakan bahwa
dilakukan pengantin orang dewasa, karena tidak semudah itu pemerintah dapat mengatur
masih berusia sekitar 4-10 tahun sehingga masyarakat Madura yang mempunyai budaya
belum diikat sebagai suami-istri (Nuri, 2016; Islami yang cukup kuat karena budaya ini tetap
Rohmah, 2016). dijunjung tinggi dan dipelihara oleh generasi
Pernikahan dini perempuan etnis penerus masyarakat Madura.
Madura ini terus terjadi juga disebabkan adanya
kepercayaan yang dianut oleh masyarakat. B. Pernikahan Dini di Tana Toraja
Penelitian Bahrudin (2016) di Desa Tana Toraja merupakan salah satu
Banjarbillah, Kecamatan Tambelangan, kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan.
Kabupaten Sampang, Madura menemukan Kabupaten Tana Toraja secara geografis
bahwa masyarakat desa meyakini bahwa terletak antara 119022”14,322’-12002”37,566’
pertemanan antara laki-laki dan perempuan Bujur Timur dan 2044”21,296’-3023”23,505’
yang tidak terikat pernikahan merupakan Lintang Selatan, yang merupakan pusat
perbuatan dosa dan dapat menimbulkan fitnah. kegiatan pariwisata budaya di Provinsi Sulawesi
Seluruh warga desa adalah Muslim yang Selatan.
memegang teguh turunan Islam bahwa Sebagaimana halnya dengan Madura,
pernikahan merupakan kewajiban semua umat di Tana Toraja terjadinya pernikahan dini juga
Islam dan seseorang wajib dinikahkan apabila tidak lepas dari faktor budaya yang menyertai
telah mencapai umur yang cukup. Selain itu, kehidupan masyarakatnya. Penelitian Landung,
jika ada warga perempuan yang telah mencapai Thaha, dan Abdullah (2009) di Kecamatan
usia 15-18 tahun, dan belum menikah, mereka Sanggalagi, Tana Toraja menemukan bahwa
akan menjadi bahan gunjingan masyarakat dan masyarakatnya memiliki budaya yang
diejek dengan julukan sangkal yaitu tidak akan mengharuskan anak perempuan yang sudah
ada lagi pemuda yang bersedia menikah gadis menstruasi dan laki-laki yang sudah bekerja
tersebut dalam jangka waktu yang lama (ta’ paju untuk menikah karena dianggap sudah dewasa.
lake’). Kepercayaan akan sangkal tersebut Jika orang tua tidak segera menikahkan
membuat warga desa segera menikahkan anaknya maka dipandang sebagai aib keluarga.
anaknya. Bahkan penelitian Sidiq (2003) di Pada masyarakat Kecamatan
Desa Panaongan dan Desa Lebbeng Barat, Sanggalangi, Tana Toraja, pernikahan dini
Kecamatan Pasongsongan, Kabupaten yang terjadi disebabkan karena adanya ikatan
Sumenep menemukan jika anak perempuan kekeluargaan dalam budaya mereka, di mana
yang menolak perjodohannya maka anak orang tua melangsungkan pernikahan anak
perempuan tersebut selain akan memperoleh secara cepat di usia yang masih dini hanya
sanksi dari keluarga berupa tidak disapa ditujukan untuk tetap mempertahankan tingkat
keluarganya juga orang tuanya tidak ikut sosial keluarga dalam masyarakat. Selain itu,
ikatan kekeluargaan dari pernikahan tersebut

86
Dinamika Sosial Budaya, Vol . 4, No.1, Juni 2022, pp 83-91
p-ISSN : 1410-9859 & e-ISSN : 2580-8524
http://journals.usm.ac.id/index.php/jdsb

sering terjadi pada pasangan satu rumpun perempuan yang menikah dini menghindari
dengan silsilah keluarga yang berdekatan seperti pergaulan bebas (Puspayanti, 2019) maupun
sepupu sekali (Landung, dkk, 2009). sudah terlanjur melakukan pergaulan bebas
Menurut Landung, dkk (2009) pada (Femilanda, 2016; Fitriani, 2019; Hastuti &
masyarakat Kecamatan Sanggalangi, Tana Aini, 2016; Pohan, 2017) sehingga terlanjur
Toraja, pernikahan secara umum, termasuk hamil di luar nikah (Afifah, 2017; Ghafar,
pernikahan yang dilaksanakan pada usia yang 2018; Putrie, 2019; Wibisana, 2017; Wiwiyanti,
lebih muda, tidak lepas dari budaya Toraja di 2017).
mana pelaksanaan pernikahannya diawali Adapun beberapa alasan yang
dengan pernikahan secara adat Toraja yang mendasari terjadinya pernikahan dini
dikenal dengan ”Parampo Kampung” yaitu berdasarkan faktor pergaulan bebas adalah
prosesi pelamaran sekaligus pengukuhan kurangnya bimbingan dan perhatian dari orang
pasangan perempuan dan laki-laki untuk tua, anak akan mencari jalan supaya mereka
disatukan dalam hubungan keluarga menjadi bisa merasa bahagia, yaitu dengan bergaul
suami-istri. dengan orang-orang yang tidak dilihat terlebih
Perkawinan adat Toraja yang masih dahulu kelakuannya (bebas). Hal yang sangat
dipegang teguh masyarakat Kecamatan sering terjadi yakni hamil duluan di luar ikatan
Sanggalangi memiliki beberapa tingkatan, pernikahan. Sehingga karena hal tersebut, mau
antara lain yaitu Tana’ Bulaan bagi kaum tidak mau orang tua akan memberi izin kepada
bangsawan, Tana’ Bassi bagi masyarakat anaknya yang masih di bawah umur untuk
golongan menengah, Tana’ Karurung bagi menikah (Munawwaroh, 2016).
masyarakat merdeka dan Tana’ Kua-kua untuk Selain faktor pergaulan bebas,
kaum hamba atau kaunan. Berdasarkan terjadinya pernikahan dini juga tidak lepas dari
tingkatan tersebut, ada aturan jika laki-laki budaya setempat (Rahman, Syahadatina,
keturunan bangsawan boleh menikahi Aprillisya, & Afika, 2015; Wijayati, Soemanto,
perempuan dari masyarakat biasa atau kaunan & Pamungkasari, 2017). Mengapa budaya
sedangkan perempuan dari keturunan dianggap memiliki peran pada terjadinya
bangsawan tidak diperbolehkan menikah pernikahan dini? Hal ini sebagaimana
dengan laki-laki dengan strata sosial yang lebih dikemukakan oleh Hamoes (2020) yang
rendah dan jika terjadi perceraian, pihak yang mengatakan bahwa dalam hidup
bersalah harus membayar sanksi sesuai aturan bermasyarakat, segala pikiran dan pandangan
yaitu 24 ekor kerbau untuk kaum bangsawan, 6 manusia saling berhubungan dengan konteks
ekor kerbau untuk kaum menengah dan 1 ekor sosial budaya yang akhirnya terbentuk menjadi
kerbau untuk kaum kaunan (Landung, dkk, sebuah kebiasaan yang berubah-ubah seiring
2009). perkembangan zaman. Pada dasarnya, segala
Lebih lanjut Landung, dkk (2009) bentuk kebiasaan dalam hal sosial dan budaya
mengatakan bahwa sehubungan dengan selalu bermula dari interaksi sosial yang terjadi
pengaruh budaya itu sendiri, di mana karena adanya sudut pandang para individu
masyarakat masih memegang teguh sistem adat dalam suatu kelompok sosial. Hubungan timbal
yang berlaku, sehingga pernikahan dini balik tersebut kemudian membentuk suatu
meskipun dipandang tidak baik dari aspek sistem sosial budaya.
kesehatan, namun pada masyarakat, jika telah Lebih lanjut Kistanto (dalam Hamoes,
melaksanakan pernikahan yang diawali dengan 2020) menyebutkan bahwa dinamika dan
nikah adat secara parampo kampung, hal ini pekembangan sistem sosial budaya sangat
sudah dianggap syah dan diterima oleh berhubungan dengan kondisi kewilayahan
masyarakat. Dengan demikian dapat dipahami sosial budaya, kependudukan, organisasi dan
bahwa pemahaman budaya masih menganggap lembaga sosial masyarakat serta pemikiran
pernikahan dini dengan parampo kampung manusia di dalam masyarakat. Suatu sistem
sebagai suatu kegiatan yang positif. sosial budaya dasarnya diawali oleh
kemampuan manusia untuk berpikir dan
2. Peran Budaya terhadap Terjadinya mengatur dirinya sehingga memiliki kapasitas
Pernikahan Dini di Indonesia untuk mengontrol lingkungan, sampai akhirnya
Banyak faktor yang menyebabkan lingkungan tersebut juga dapat membentuk
terjadinya pernikahan dini. Beberapa manusia yang ada di dalamnya.
diantaranya karena pelaku, khususnya

87
Dinamika Sosial Budaya, Vol . 4, No.1, Juni 2022, pp 83-91
p-ISSN : 1410-9859 & e-ISSN : 2580-8524
http://journals.usm.ac.id/index.php/jdsb

Seorang anak yang dibentuk di dalam dianggap sebagai salah satu faktor yang turut
lingkungan keluarga dan pendidikan yang berperan dalam terjadinya pernikahan dini,
memiliki budaya agamis, akan menciptakan sehingga kebijakan terkait masih terjadinya
karakter diri yang mengedepankan nilai agama pernikahan dini di Indonesia ini dapat diambil
dan kemudian olehnya dapat dibentuk suatu dan diterapkan dengan tepat.
sistem sosial budaya yang sama pula di dalam
masyarakat luas dengan para individu yang DAFTAR PUSTAKA
memiliki pola pikir sejalan. Kasus tersebut
terbentuk karena sistem budaya keluarga dan Afifah, A. L. (2017). Fenomena hamil pranikah di
pendidikan yang didapatkan telah kalangan remaja ditinjau dari perspektif
mengendalikan sistem sosial dan sistem pendidikan Islam (Studi kasus pada remaja
kepribadian individu (Hamoes, 2020).
putus sekolah di kecamatan Jambu
Terkait dengan pernikahan dini,
kabupaten Semarang). Skripsi. (tidak
sebagaimana diuraikan di atas, dalam
lingkungan keluarga dan pendidikan yang diterbitkan). Semarang: Program Studi PAI
memiliki budaya agamis, akan menciptakan Institut Agama Islam Negeri Semarang
karakter diri yang mengedepankan nilai agama Agustiani, H. (2009). Psikologi perkembangan:
dan kemudian olehnya dapat dibentuk suatu Pendekatan ekologi kaitannya dengan
sistem sosial budaya yang sama pula di dalam konsep diri dan penyesuaian diri pada
masyarakat luas dengan para individu yang remaja. Bandung: PT Refika Aditama
memiliki pola pikir sejalan. Di Madura, adanya Anisah (2016). Model komunikasi pasangan nikah
pemahaman bahwa pernikahan merupakan usia dini etnis Madura (Studi di Desa
kewajiban semua umat Islam dan seseorang Morombuh Kecamatan Kwanyar
wajib dinikahkan apabila telah mencapai umur Kabupaten Bangkalan). Skripsi (tidak
yang cukup (Bahrudin, 2016) menyebabkan
diterbitkan). Surabaya: Program Studi Ilmu
pernikahan dini masih terjadi, karena yang
Komunikasi UIN Sunan Ampel
dikatakan cukup umur masih berada di rentang
usia 18-19 tahun. Anonim (2020). Jutaan anak perempuan Indonesia
Demikian halnya dengan pernikahan dini di lakukan pernikahan dini.
Tana Toraja yang mengharuskan anak https://databoks.katadata.co.id/datapublis
perempuan yang sudah menstruasi dan laki-laki h/2020/09/11/jutaan-anak-perempuan-
yang sudah bekerja untuk menikah karena indonesia-lakukan-pernikahan-dini (diakses
dianggap sudah dewasa. Jika orang tua tidak 11 Februari 2020)
segera menikahkan anaknya maka dipandang Aryani, N. D., Widyarini, N., & Nurhaqimah, Y.
sebagai aib keluarga (Landung, dkk, 2009). S. (2012). Studi deskriptif tentang
kematangan emosi pasangan pernikahan
SIMPULAN dini pada suku Madhura Pendhalungan.
INSIGHT. Vol. V(1)
Data tentang pernikahan dini di Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Indonesia menunjukkan angka yang cukup Nasional (2012). Pernikahan dini pada
tinggi, baik itu di Asia Tenggara maupun di beberapa provinsi di Indonesia: Akar
dunia. Tingginya angka pernikahan dini ini masalah dan peran kelembagaan di
membuat keprihatinan sendiri bagi lembaga daerah.Jakarta: BKKBN
pemerhati perempuan dan anak di Indonesia
Bahri, S. (2017). Pernikahan Dini Pasangan Berusia
sehingga mengajukan revisi UU Perkawinan
14 Tahun Hebohkan Warga Bulukumba.
No. 1 Th. 1974 khususnya dalam peningkatan
(diambil dari:
batas usia perkawinan perempuan dari 16 tahun
menjadi 18 tahun oleh Mahkamah Konstitusi. http://www.tribunnews.com/regional/20
Revisi terhadap undang-undang 17/07/15/pernikahan-dini-pasangan-
tersebut telah disetujui oleh DPR RI tahun 2019 berusia-14-tahun-hebohkan-warga-
lalu, di mana batas usia perempuan dari 16 bulukumba). Diakses tanggal 26 Oktober
tahun menjadi 19 tahun. Namun demikian, 2017
para pemangku kebijakan (stakeholder) tetap Bahrudin. (2016). Konflik Intrapersonal Remaja
perlu mempertimbangkan budaya yang masih Putri yang Dipaksa Menikah Dini di Desa

88
Dinamika Sosial Budaya, Vol . 4, No.1, Juni 2022, pp 83-91
p-ISSN : 1410-9859 & e-ISSN : 2580-8524
http://journals.usm.ac.id/index.php/jdsb

Banjarbillah. Skripsi. (tidak diterbitkan). Skripsi.(tidak diterbitkan). Yogyakarta:


Bangkalan : Program Studi Psikologi Fakultas Ushuluddin Universitas Islam
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya Negeri Sunan Kalijaga
Universitas Trunojoyo Madura Hamoes, T. S. (2020). Tradisi pernikahan dini
Edi, F. R. S. (2017). Kemandirian perempuan dalam sosial budaya psikologi. Buletin
Madura pada pernikahan dini (dalam KPIN. Vol.6.ISSN. 2477-1686
Fenomena pernikahan dini di Madura. (https://buletin.k-
Editor: Kurniawati, N. D., Rachmad, T. pin.org/index.php/arsip-artikel/733-
H. & Yuriadi). Malang: AE Publishing tradisi-pernikahan-dini-dalam-sosial-
Fatayati, N. U. (2015). Penyesuaian diri dalam budaya-psikologi)
pernikahan (Studi kasus pada istri yang Hanafi, Y. (2015). Pengendalian perkawinan dini
menikah muda di Sumenep). Skripsi. (tidak (child marriage) melalui pengembangan
diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Ilmu modul pendidikan penyadaran hukum:
Sosial dan Humaniora Universitas Islam Studi kasus pada masyarakat subkultur
Negeri Sunan Kalijaga Madura di daerah tapal kuda, Jawa
Fatmawati, E. (2012). Pernikahan dini pada Timur. PALASTREN. Vol.8(2). 399-421
komunitas Muslim Madura di kabupaten Haryono, A. (2008). Tradisi perkawinan usia dini
Jember. Jurnal Edu-Islamika. Vol.3(1), 69- kelompok etnik Madura di Jember
94 (Younger marriage tradition of Madurese
Femilanda, E. P. (2016). Gambaran pernikahan usia in Jember). Kultur (Jurnal Ilmu Sosial dan
muda pada remaja putri di kecamatan Humaniora). Lemlit UNEJ. Vol.2(3). 53-
Kangkung, kabupaten Kendal. Skripsi. 76
(tidak diterbitkan). Semarang: Jurusan Hastuti, P., & Aini, F. N. (2016). Gambaran
Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran terjadinya pernikahan dini akibat
Universitas Diponegoro pergaulan bebas. Jurnal Riset Kesehatan,
Fitriani, S. (2017). Dalam 7 Bulan, 333 Remaja di 5(1), 11-13
SulSel Jalani Pernikahan Dini. (diambil Jannah, F. (2011). Pernikahan Dini dalam
dari; Pandangan Masyarakat Madura (Studi
https://www.rappler.com/indonesia/berit Fenomenologi di Desa Pandan Kecamatan
a/178927-dalam-7-bulan-333-remaja-sulsel- Galis Kabupaten Pamekasan). Skripsi.
pernikahan-dini). Diakses tanggal 26 (tidak diterbitkan). Malang : Jurusan Al-
Oktober 2017 Ahwal Al-Syakhshiyyah Fakultas Syari’ah
Fitriani, N. (2019). Problematika pernikahan dini UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
(Studi pada kecamatan Balanpa kabupaten Katalog Badan Pusat Statistik (2016). Perkawinan
Polewali Mandar). Skripsi. (tidak usia anak di Indonesia 2013 dan 2015.
diterbitkan). Makasar: Jurusan PPKn Jakarta: BPS
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Kompas (2017). Masa depan anak hancur, gerakan
Makasar bersama stop perkawinan anak harus
Ghafar, A. A. (2018). Analisis faktor hamil diluar sampai daerah. 4 November 2017.
nikah sebagai penyebab pernikahan dini Halaman 12
dan langkah KUA dalam Kumparan (2017). Heboh Dua Siswa SMP Menikah
penanggulangannya (Studi kasus KUA di Usia 15 Tahun. (diambil dari:
kecamatan Taman kabupaten Pemalang). https://kumparan.com/salmah-
Skripsi. (tidak diterbitkan). Semarang: muslimah/heboh-dua-siswa-smp-menikah-
Jurusan Ahwal Al Syakhsyiyyah Fakultas di-usia-15-tahun). Diakses tanggal 26
Syariah dan Hukum Universitas Islam Oktober 2017
Negeri Walisongo Landung, J., Thaha, R., & Abdullah, A. Z. (2009).
Hairi. (2009). Fenomena pernikahan di usia muda Studi kasus kebiasaan pernikahan usia dini
di kalangan masyarakat muslim Madura pada masyarakat kecamatan Sanggalangi
(Studi kasus di Desa Bajur Kecamatan kabupaten Tana Toraja. Jurnal MKMI, 5(4),
Waru Kabupaten Pamekasan). 89-94

89
Dinamika Sosial Budaya, Vol . 4, No.1, Juni 2022, pp 83-91
p-ISSN : 1410-9859 & e-ISSN : 2580-8524
http://journals.usm.ac.id/index.php/jdsb

Liputan6. (2016). Heboh Pernikahan Pasangan Editor: Kurniawati, N.D, Rachmad, T. H.


Bocah 13 tahun di Sulawesi Selatan. & Yuriadi). Malang: AE Publishing
(diambil dari: Rahayu, W. Y. & Bawono, Y. (2017). Emotion
http://citizen6.liputan6.com/read/252928 focus coping pada perempuan Madura
5/heboh-pernikahan-pasangan-bocah-13- yang menikah karena perjodohan. Skripsi.
tahun-di-sulawesi-selatan). Diakses tanggal (Tidak diterbitkan). Bangkalan: Program
26 Oktober 2017 Studi Psikologi Universitas Trunojoyo
Munawwaroh, S. (2016). Studi Terhadap Madura
Pernikahan Usia Dini di Kecamatan Rahman, F., Syahadatina, M., Rakhmy, A., &
Seberang Ulu I Kota Palembang Ditinjau Afika, H. D. (2015). Kajian budaya remaja
dari Hukum Islam. Intelektualita, Vol5(1). pelaku pernikahan dini di kota Banjarbaru
Hlm. 38, online pada Kalimantan Selatan. Jurnal MKMI, Juni,
http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/i 108-117
ntelektualita/article/view/723/648 Rifa'i, M. A. (2007). Manusia Madura:
Nuri, S. (2016). Agresivitas Remaja Putri Akibat Pembawaan, perilaku, etos kerja,
Tradisi Tan Mantanan di Desa Poteran penampilan,dan pandangan hidupnya
Kecamatan Talango Kabupaten Sumenep. seperti dicitrakan peribahasanya.
Skripsi. (tidak diterbitkan). Bangkalan : Yogyakarta: Pilar Media
Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu Rohmah, L. (2016). Penyesuaian Pasangan yang
Sosial dan Ilmu Budaya Universitas Dijodohkan Sejak dalam Kandungan di
Trunojoyo Madura Desa Poteran, Talango, Sumenep. Skripsi.
Pohan, N. H. (2017). Faktor yang berhubungan (tidak diterbitkan). Bangkalan : Program
dengan pernikahan usia dini terhadap Studi Psikologi Fakultas Ilmu Sosial dan
remaja putri. Jurnal Endurance, 2(3), 424-235 Ilmu Budaya Universitas Trunojoyo
Prasetyo, R. A. B. (2018). Persepsi iklim sekolah dan Madura
kesejahteraan subjektif siswa di sekolah. Rubaidah (2016). Perkawinan usia dini di Indonesia
Jurnal Psikologi Teori dan Terapan, 8(2), 133- tertinggi ke dua di ASEAN. (dalam
144 www.berdikarionline.com diakses 26
Priswati,S. E. (2015). Sikap janda dengan Maret 2018)
pengalaman pernikahan dini terhadap Sa'dan, M. (2015). Menakar tradisi kawin paksa di
persepsi negatif masyarakat di Kabupaten Madura dengan barometer HAM.
Sumenep. Skripsi (tidak diterbitkan). Musawa, 14(2), 143-155
Bangkalan: Program Studi Psikologi Sadik, A. S. (2014). Memahami jati diri, budaya,
Universitas Trunojoyo Madura dan kearifan lokal Madura. Surabaya:
Puspayanti, N. (2019). Eksplorasi determinan Balai Bahasa Jawa Timur
masalah perkawinan usia remaja di Sakdiyah, H., & Ningsih, K. (2013). Mencegah
kecamatan Kepung kabupaten Kediri. pernikahan dini untuk membentuk
Skripsi. (tidak diterbitkan). Surabaya: generasi berkualitas preventing early-age
Program Studi Kebidanan Fakultas marriage to establhish qualified
Kedokteran Universitas Airlangga generation. 26(1). 35-54
Putrie, D. R. Y. (2019). Pernikahan dini akibat Sarwono, S. W. (2012). Psikologi Remaja. Edisi
hamil diluar nikah dalam tinjauan hukum Revisi. Jakarta : PT Raja Grafindo
Islam dan hukum positif (Studi kasus di Persada
kecamatan Kartasura kabupaten Sidiq, M. (2003). Kekerabatan dan kekeluargaan
Sukoharjo). Skripsi. (tidak diterbitkan). masyarakat Madura kecamatan
Surakarta: Institut Agama Islam Negeri Pasongsongan. (dalam: Kepercayaan,
Surakarta magi, dan tradisi dalam masyarakat
Rachmad, T. H. (2017). Kontestasi pernikahan dini Madura. Penyunting: Soegianto). Jember:
dalam kajian budaya Madura (dalam Penerbit Tapal Kuda
Fenomena pernikahan dini di Madura. Sumbulah, U., & Jannah, F. (2012). Pernikahan
dini dan implikasinya terhadap kehidupan

90
Dinamika Sosial Budaya, Vol . 4, No.1, Juni 2022, pp 83-91
p-ISSN : 1410-9859 & e-ISSN : 2580-8524
http://journals.usm.ac.id/index.php/jdsb

keluarga pada masyarakat Madura


(Perspektif hukum dan gender). Egalita
Jurnal Kesetaraan dan Keadilan Gender.
Vol. VII(1). 83-101
Wibisana, W. (2017). Perkawinan wanita hamil
diluar nikah serta akibat hukumnya:
Perspektif fikih dan hukum positif. Jurnal
Pendidikan Agama Islam Ta’lim, 15(1)
Wibisono, B., & Hariyono, A. (2009). Pola-pola
komunikasi etnis Madura pelaku
perkawinan usia dini (Kajian etnografi
komunikasi). Laporan Penelitian
Fundamental Tahap I. Jember:
Universitas Jember
Wijayati, N. A., Soemanto, R. B., & Pamungkasari,
E. P. (2017). Socioeconomic and cultural
determinants of early marriage in Ngawi,
East Java: Application of PRECEDE-
PROCEED model. Journal of Health
Promotion and Behaviour, 2(4), 302-312
Wiwiyanti. (2017). Pernikahan dini akibat hamil
diluar nikah ditinjau dari tradisi dan
kompilasi hukum Islam (KHI) di
kecamatan Amali kabupaten Bone. Skripsi.
(tidak diterbitkan). Makassar: UIN
Alauddin
Yunitasari, E., Pradanie, R., & Susilawati, A.
(2016). Pernikahan dini berbasis
transkultural nursing di desa Kara
kecamatan Torjun Sampang Madura
(Early marriage based on transcultural
nursing theory in Kara village Sampang).
Jurnal Ners. Vol. 11(2). 164-169
Zulkifli (2001). Psikologi perkembangan. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya

91

Anda mungkin juga menyukai