Anda di halaman 1dari 19

PAPER

PROBLEMATIKA REKAYASA BUDIDAYA TANAMAN

Kelompok 7 :
Helwa Mazida 20210210017
Hanifah Shofi Fadhilah 20210210018
Aurlia Cahyaningtias 20210210019
Syahrawardi 20210210025
Vio Prastika Candela Fanestia 20210210026

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2023
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bawang merah adalah tanaman holtikultura unggulan dan telah diusahakan oleh petani
secara intensif. Komoditi hortikultura Bawang merah sangat kaya akan kandungan yang
dibutuhkaan oleh tubuh manusia, seperti serat, vitamin C, kalium dan asam folat. Sebagai
obat tradisional bawang merah ampuh mengatasi sakit maag, kolesterol, diabetes melitus,
masalah pernafasan dan sebagai bumbu utama dalam setiap masakan Tanaman bawang
merah merupakan sumber pendapatan bagi petani dan memberikan kontribusi yang tinggi
terhadap pengembangan ekonomi pada beberapa wilayah (Suharni, Waluyati, and Jamhari
2017).
Indonesia merupakan negara eksportir bawang merah di dunia. prospek perkembangan
bawang merah Indonesia di dunia menempati urutan keempat sebagai produsen bawang
merah setelah negara Selandia Baru, Perancis, dan Belanda. Pada kawasan ASEAN indonesia
menempati urutan pertama, dan mengalami lonjakan pertumbuhan luas panen sebesar 3.70%
pada tahun 2010-2014 dibanding tahun sebelumnya (Kurnianingsih, dan Sefrila, 2019).
Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu daerah penghasil bawang merah
yang cukup besar di Indonesia. Beberapa kabupaten yang ada di Yogyakarta seperti Bantul,
Sleman, Kulon Progo dan Gunung Kidul merupakan penghasil bawang merah di Yogyakarta.
Kabupaten dengan potensi penanaman bawang merah yang besar di provinsi DIY adalah
Kabupaten Kulonprogo dan Bantul. Pada tahun 2021, produksi bawang merah di daerah
Bantul sebanyak 168.008 kuintal, sedangkan di kabupaten Kulonprogo sebanyak 108.772
kuintal. Terdapat tiga kecamatan di Kabupaten Bantul yang menjadi sentra bawang merah,
yakni Kecamatan Imogiri, Kecamatan Sanden, dan Kecamatan Kretek. Sedangkan di
Kulonprogo yang menjadi sentra bawang merah, yakni Kecamatan Sentolo, Kecamatan
Panjatan, Kecamatan Lendah, Kecamatan Temon, Kecamatan Wates, dan Kecamatan Galur
(Annisa, 2017)
Dalam membudidaya bawang merah perlu penerapan teknologi yang sesuai dengan
kondisi agroekosistem tanaman tersebut ditanam sehingga dapat memberikan hasil yang
tinggi. Menurut (Hidayat, 2015), dalam membudidaya tanaman bawang merah memerlukan
tanah yang memiliki struktur remah, dengan tekstur sedang sampai liat, memiliki darinase,
aerasi yang baik serta memiliki pH 5,6-6,5 dan mengandung bahan organik tinggi.
Bawang merah adalah salah satu tanaman umbi yang sangat responsif terhadap
pemupukan, terutama pupuk yang mengandung unsur Kalium. Unsur kalium merupakan
unsur yang dapat membantu tanaman dalam penyerapan unsur hara, sehingga laju
pertumbuhan tanaman dapat meningkat (Ernawati, 2015). tanaman ini yang unsur kaliumnya
tercukupi dapat memiliki daya simpan yang lebih lama karena pengisian umbi sehingga umbi
bawang menjadi lebih berisi. Selain kalium unsur hara yang sangat dibutuhkan tanaman
bawang merah adalah unsur Nitrogen yang berperan dalam meningkatkan jumlah daun dan
jumlah anakan (Istina, 2016).

B. Tujuan
1. Mengetahui bagaimana metode pemupukan dan waktu pengolahan tanah yang tepat untuk
budidaya bawang merah di lahan pasir pantai yang sesuai dengan GAP.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Botani Tanaman
Bawang merah menjadi salah satu tanaman semusim rumpun seperti rumput, berbatang
pendek dengan akar serabut pendek. Bawang merah dapat tumbuh tegak dengan tinggi 15-40
cm. Berdasarkan dari jurnal Harahap et all (2022) Klasifikasi bawang merah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Liliales
Famili : Liliaceae
Genus : Allium
Spesies : Allium ascalonicum L
Secara morfologinya daun bawang merah berbentuk layaknya pipa dengan panjang 50-70
cm dan runcing pada ujung daunnya. Daun bawang berwarna hijau muda hingga hijau tua.
Bawang merah memiliki akar jenis serabut yang halus dan lunak pendek. Hal tersebut
menjadikan bawang merah tidak terlalu dalam tertanam di tanah yaitu berkisar 15-30 cm
dalam tanah. Bawang merah termasuk kedalam umbi lapis. Perumpun umbi bawang merah
memiliki jumlah yang berbeda-beda diantara 4-8 dan umbi dalam tanah akan terbentuk
dengan posisi yang rapat. Umbi bawang merah berbentuk bulat dengan ujung yang tumpul.
Sedangkan pada bunga bawang merah memiliki enam jumlah kamtung yang berwarna putih,
enam benang sari dengan warna hijau kekuningan dan memiliki sebuah putik.

B. Syarat Tumbuh Tanaman


Tanaman bawang merah dapat tumbuh dengan baik pada daerah yang memiliki iklim
kering. Bawang merah akan peka terhadap curah hujan, begitu juga intensitas curah hujan
yang tinggi serta cuaca yang berkabut. Tanaman bawang merah membutuhkan cahaya
matahari secara maksimal, dengan minimum intensitas cahayanya 70% dan suhu 25-30°C
(Rahman et al., 2019).
Bawang merah akan tumbuh dengan baik pada tingkat kelembaban 50-70%. Tanaman
bawang merah di Indonesia banyak ditanam didaerah yang memiliki ketinggian 1000 mdpl,
namun ketinggian optimal yang baik untuk perkembangan dan pertumbuhan bawang merah
ialah 0-450 mdpl. Untuk tanaman bawang merah membutuhkan tanah dengan tekstur yang
sedang hingga liat dengan struktur remah, memiliki drainase yang baik dan mengandung
bahan organik yang cukup. Bawang merah akan tumbuh pada tanah yang ber-pH 5,5-6,5.
Masa tanam yang baik untuk bawang merah ialah pada musim kemarau, namun ketersediaan
air juga harus tercukupi.

C. Budidaya Tanaman
Budidaya tanaman bawang merah dapat dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu :
• Pemilihan benih bawang merah yang berkualitas.
• Pengolahan tanah
• Mengatur jarak tanam antar benih bawang merah
• Pemupukan
• Pengairan dan penyiangan
III. HASIL OBSERVASI

A. Teknologi Budidaya

No Pertanyaan Observasi Hasil Observasi GAP


(Direktorat Jenderal
Hortikultura 2010)
a Penyiapanlahan/
Pengolahan

1) Pembersihan lahan
- Cara dan alat • Dibersihkan secara mekanik Membersihkan lahan
menggunakan tangan atau mengunakan cangkul dan
cangkul dan apabila jumlah apabila gulam sudah banyak
gulmanya sudah banyak maka menggunakan
dibersihkan menggunakan herbisida.
herbisida.
2) Pengolahan tanah
- Cara dan alat Pembalikan tanah dengan Menggunakan cangkul dan
menggunakan traktor rotary dan traktor rotary. Ukuran
membuat bedengan dengan bedengan dengan lebar 80-
menggunakan cangkul, dengan 100cm, panjang
ukuran bedengan lebar 100cm, menyesuaikan kondisi
panjang menyesuaikan lahan, dan lahan, dan tinggi bedengan
tinggi 30cm. 30-60 cm.
- (hari) sebelum tanam 1 minggu sebelum tanam. 10-15 hari sebelum tanam.

b Bahan tanam
- Cara perbanyakan : Vegetatif • Benih yang ditaman
generatif/vegetatif
adalah benih bermutu
berasal dari perbanyakan
vegetatif dengan syarat
telah terdaftar di
BPSBTPH.
• Benih bersih dari kulit
yang kering atau
kotorang maupun
penyakit/hama.
• Benih bermutu harus
disimpan terlebih dahulu
sebelum ditanam selama
2-3 bulan.
- Jenis (varietas/klon) Thailand
- Asal/Sumber benih Nganjuk
- Seed treatment Tidak ada • Penyortiran benih
(perlakuan benih)
sebelum tanam
• Benih di beri fungisida
yang bertujuan untuk
mencegah penyakit pada
benih yang akan ditanam.
c Penanaman dan Sistem
Tanam
- Jarak tanam 18 x 18 cm 15-20 cm
- Waktu tanam Satu hari (pagi sampai sore) • Standar penentuan waktu
(pagi/siang/sore: musim pada musim hujan
tanam ditentukan
hujan/kemarau)
berdasarkan perkiraan
datangnya musim hujan
atau tersedianya air
irigasi serta berdasarkan
pada kebutuhan.
• Penanaman dilakuakan
pada pagi atau sore hari.
- Cara dan alat Benih ditanam dengan cara Benih dibenamkan ¾
manual dengan menggunakan bagiannya ke dalam lubang
tangan. tanam menggunakan
tangan.
- Sistem tanam Monokultur -
(monokultur/polikultur)
Jika polikultur, Tidak ada -
macam/jenis tanaman:
• Jarak tanam
• Waktu tanam
Pola tanam (pergiliran Bergilir, sebelumnya ditanami -
tanaman)
cabai. 2 kali ditanami cabai
kemudian 1 sampai 2 kali
bawang merah tetapi jika
waktunya mendesak hanya 1
kali. Selanjutnya lahan di
diamkan selama 1,5 bulan.
d Pemeliharaan
- Pengairan • Cara dan alat : Dengan • Cara dan alat
• Cara dan alat
menggunakan sumur bor yang Pompa air digunakan
• Waktu/frekuensi
dialirkan menggunakan untuk memompa air dari
selang. sumber air, selang air
• Waktu/frekuensi : untuk mengalirkan air ke
Menyesuaikan (1 hari sekali) areal pertanaman melalui
antara pagi sampai sore hari. parit-parit.
• Waktu/frekueni
Untuk pertumbuhan awal
penyiraman dilakukan
setiap hari sampai
tanamam berumur 7 hari.
Selanjutnya penyiraman
dilakukan dua hari sekali
sampai menjelang panen.
Penyiraman sebaiknya
dilakukan pada pagi hari
sebelum jam 7 pagi.
- Pemupukan • Jenis : NPK, pupuk organik. • Pemupukan harus
• Jenis
• Dosis : NPK non subsidi (25 mengacu pada 4 tepat
• Dosis
• Waktu/frekuensi kg saat musim hujan/40 kg yaitu tepat dosis, tepat
• Cara dan alat ketika musim kemarau per cara, tepat waktu, dan
600m2), tepat jenis.
pupuk organik (secukupnya), • Jenis pupuk
dolomit (secukupnya). a. Pemupukan 1 (pada saat
• Waktu/ frekuensi : 2 sampai 3 tanam) : SP 36, KCL,
kali pemupukan pada waktu 5 Urea.
HST, 20/25 HST, ketika akan b. Pemupukan 2 (15 hari
berumbi sesuai dengan setelah tanam) : Urea,
kondisi tanaman bawang KCL, ZA.
merah. c. Pemupukan 3 (25 hari
• Cara dan alat : Disebar secara Setelah tanam) : KCL,
manual, dan pupuk dicampur ZA.
dengan air ketika penyiraman. • Dosis
a. Pemupukan 1 (pada saat
tanam) : SP 36
sebanyak 300 kg/ha,
KCL 100 kg/ha, Urea
50 kg/ha.
b. Pemupukan 2 (15 hari
setelah tanam) : Urea 50
kg/ha, KCL 100 kg/ha,
ZA 100 kg/ha.
c. Pemupukan 3 (25 hari
setelah tanam) : KCL
sebanyak 100 kg/ha, ZA
300 kg/ha.
• Cara dan alat
Pupuk dicampur dan
diaduk sampai rata di
dalam ember, pemupukan
pertama dilakukan
dengan menaburkan
secara rata sebelum
pembuatan larikan
tanaman. Pemupukan
kedua dilakukan dengan
cara menaburkan secara
merata. Pemupukan
ketiga dilakukan 3 hari
setelah pengairan dengan
cara ditaburkan.
- Pemangkasan Tidak ada -
• Waktu
• Cara dan alat
• Tujuan
- Pengendalian OPT • Jenis : Ulat dan orong-orong. • Pengendalian OPT
(gulma, hama dan
penyakit) • Cara dan alat pengendalian : dilakukan bila serangan
• Jenis Secara mekanik dan kimia. mencapai ambang
• Cara dan alat pengendalian, sesuai
Dengan cara di ambil secara
pengendalian
manual menggunakan dengan kondisi serangan
tangan, dan menggunakan OPT dan fase/stadia
sildok insektisida pembasmi tanaman.
hama orong orong dan ulat • Alat pengendaliannya
bawang merah dengan yaitu power sprayer, dan
konsentrasi 20ml/lt, dan hand sprayer.
dosis 16lt/600m2.
e Panen
- Waktu/kriteria panen 50 hari setelah ditanam dan • Panen dilakukan setelah
daunnya sudah agak kuning (> tanaman berumur 65-72
70%). hari dengan ciri-ciri fisik
daun rebah menguning
dan umbi timbul
kepermukaan tanah.
- Cara dan alat panen Cara manual dengan dicabut • Bawang merah dipanen
menggunakan tangan. dengan cara dicabut
dengan hati-hati.
- Hasil (kg/kw/luas 4 kw/600m2 12-16 ton/ha
tanam)
Konversi 6,7 ton/ha
f Pascapanen/pengolahan
- Cara dan alat • Dijual ke tengkulak. • Pelayuan dan
• Setelah di panen di jemur pengeringan dilakukan
kemudian di jual ke dengan cara menjemur
tengkulak. bawang merah di bawah
sinar matahari.
• Pelayuan dilakukan
selama 2-3 hari setelah
panen.
• Pengeringan dilakukan 7-
14 hari.
- Hasil olahan - -
(kg/kw/luas tanam)

B. Masalah/Kasus
Pak Pandri memiliki lahan berpasir pantai seluas 600 m2 di daerah Jalan Lintas Selatan, Sanden,
Yogyakarta, yang ditanami bawang merah. Jarak tanam pada lahan bawang merah pak pandri adalah
18×18 cm. Hasil panen nya adalah 4 kw/600 (m2) jika di konversi menjadi ton adalah 6,7 ton. Budidaya
bawang merah yang dilakukan pak pandri sudah sesuai GAP. Namun, metode pemupukan dan waktu
yang digunakan Pak Pandri untuk mengolah tanah tidak sesuai dengan GAP. Bagaimana metode
pemupukan dan waktu yang tepat untuk mengolah tanah tersebut agar sesuai dengan GAP?
IV. PEMBAHASAN
A. Identifikasi Masalah
1. Pemupukan yang dilakukan oleh Pak Pandri dengan menggunakan metode kocor tidak
sesuai dengan GAP.
2. Waktu yang digunakan Pak Pandri dalam mengolah tanah tidak sesuai dengan GAP.

B. Analisis Masalah
1. Pemupukan yang dilakukan oleh Pak Pandri dengan menggunakan metode kocor tidak
sesuai dengan GAP.
Pada kasus ini pemupukan yang dilakukan oleh Pak Pandri tidak tepat karena
dilakukan dengan cara mencampurkan pupuk ke dalam air kemudian diaplikasikan
bersamaan dengan penyiraman. Pada GAP dijelaskan bahwa pemberian pupuk tidak boleh
diikuti dengan penyiraman, karena bisa menyebabkan pupuk larut ke dalam parit atau
menguap yang menyebabkan pemupukan akan sia-sia. Sehingga metode pemupukan yang
dilakukan Pak Pandri dapat diubah dari yang semula dicampurkan bersamaan pada saat
penyiraman menjadi ditaburkan secara merata ke setiap bedengan agar sesuai dengan GAP.
Selain itu pemupukan sebaiknya dilakukan 3 kali yang dimulai dari awal tanam hingga
pemanenan agar hasil dapat maksimal.
2. Waktu yang digunakan Pak Pandri dalam mengolah tanah tidak sesuai dengan GAP.
Pada kasus ini waktu pengolahan lahan yang dilakukan oleh Pak Pandri adalah
seminggu sebelum penanaman. Padahal berdasarkan GAP, waktu pengolahan lahan yang
baik pada bawang merah dilakukan 10-15 hari sebelum tanam. Tujuannya adalah agar
lahan siap untuk ditanami dan bebas dari batu-batuan serta gulma atau sisa-sisa tanaman.
Waktu pengolahan tanah memerlukan waktu yang panjang dan tenaga yang banyak karena
waktu pengolahan yang singkat akan berpengaruh terhadap hasil bawang merah, yaitu
tanaman tidak dapat memberikan tanggapan secara langsung setelah dilakukannya
pengolahan tanah.

C. Penyelesaian Masalah
1. Pemupukan yang dilakukan oleh Pak Pandri dengan menggunakan metode kocor tidak
sesuai dengan GAP.
Metode pemupukan yang baik dan harus dilakukan pada tanaman bawang merah
adalah dengan cara menaburkan pupuk secara merata ke setiap bedengan. Kemudian
pemupukan dilakukan 3 kali dimulai dari awal tanam sampai dengan pemanenan.
2. Waktu yang digunakan Pak Pandri dalam mengolah tanah tidak sesuai dengan GAP.
Pengolahan tanah diperlukan bila kondisi kepadatan, kekuatan tanah, aerasi lagi
mendukung perakaran tanaman, tidak lagi mendukung penyediaan air dan perkembangan
akar serta tingkat kepekaan tanah. Waktu pengolahan tanah ini dilakukan satu minggu
sebelum tanam dan pengolahan tanah yang tepat yaitu dengan pemberian pupuk dasar
menggunakan pupuk kandang. Oleh karena itu, sebaiknya Pak Pandri melakukan
pengolahan tanah sesuai dengan GAP yaitu 10-15 hari sebelum tanam dan melakukan
pemupukan dasar satu minggu sebelum tanam.
Pengolahan tanah dapat memperbaiki struktur tanah sehingga memudahkan akar
tanaman dalam menyerap unsur hara dan air. Ketersediaan unsur hara dan air didalam
tanah yang dapat diserap oleh tanaman akan mempengaruhi laju fotosintesis, semakin
banyak tanaman menyerap air dan unsur hara maka laju fotosintesis akan semakin
meningkat. Dengan demikian meningkatnya laju fotosintesis akan menyebabkan jumlah
fotosintat yang dihasilkan lebih banyak sehingga pada bagian vegetatif hasil fotosintesis
digunakan dalam menghasilkan umbi bawang merah.

KESIMPULAN
Pada kasus ini dapat disimpulkan bahwa hasil panen Pak Pardi tidak sesuai dengan GAP
bawang merah yang dimana hasil panen pak pardi hanya 4 kwintal/ 600 𝑚2 jika dikonversikan 6,7
ton/ha sedangkan GAP 10 ton/ha. Pada metode pemupukan Pak Pardi kurang tepat yaitu metode
kocor, sebaiknya metode pemupukan yang tepat dilakukan untuk budidaya tanaman bawang merah
yaitu dengan metode di taburkan pada setiap bedengan. Kemudian, waktu pengolahan tanah yang
tepat dilakukan pada 10 sampai 15 hari sebelum
DAFTAR PUSTAKA

Annisa, A. N. R. 2017. Varietas Bawang Merah Unggul Spesifik Dari Daerah Istimewa
Yogyakarta. 9–11.

Ariani Syahfitri Harahap, Devi Andriani Luta, Sri Mahareni Br Sitepu. 2022. “Karakteristik
Agronomi Beberapa Varietas Bawang.” Jurnal Ilmu Pertanian 6 (1):287–96.

Direktorat Jenderal Hortikultura. 2010. “Budidaya Bawang Merah (Allium Ascalonicum L)


Kabupaten Nganjuk Propinsi Jawa Timur.” 1–73.

Ernawati, Lies. 2015. Pengaruh Bobot Bibit Dan Dosis Pupuk Kalium Terhadap Serapan K,
Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Varietas Bima.
Agroswagati. 3(2): 331–43.

Hidayat, Achmad, dan Nani, S. 2015. Budidaya Bawang Merah.

Hidayat, Achmad, dan Nani, S. 2019. POLUTTANS PADA TANAH ANDOSOL MAGELANG
Isolation and Identification of Degradation Microbial Persistent Organic Poluttan on Soil
Andosol Magelang Seminar Nasional XI Pendidikan Biologi FKIP UNS Biologi , Sains ,
Lingkungan , Dan Pembelajarannya. 1.

Istina, Ida Nur. 2016. Peningkatan Produksi Bawang Merah Melalui Teknik Pemupukan NPK.
Jurnal Agro. 3(1): 36–42.

Kurnianingsih., Astuti., Susilawati., and Marlin Sefrila. 2019. Karakter Pertumbuhan Tanaman
Bawang Merah Pada Berbagai Komposisi Media Tanam. Jurnal Hortikultura Indonesia
9(3): 167–73.

Suharni, Suharni, Lestari Rahayu Waluyati, and Jamhari Jamhari. 2017. The Application of
Good Agriculture Practices (GAP) of Shallot in Bantul Regency. Agro Ekonomi. 28(1): 48.

Umami, Rahayu Safitri Rahman dan Sri Sofiati. 2019. Ascalonicum L . Var . Super Philip
ISOLATION AND IDENTIFICATION OF FUNGI ASSOCIATED WITH POST
HARVEST DECAY OF SHALLOT Allium Ascalonicum L . Var . Super Philip.
Biodidaktika: Jurnal Biologi Dan Pembelajarannya. 14(1):1–6.
LAMPIRAN

DATA OBSERVASI
PROBLEMATIKA REKAYASA BUDIDAYA TANAMAN
1. Nama Responden : Pak Pandri
2. Alamat : Jl. Lintas Selatan, Sanden, Yogyakarta
3. Komoditi : Hortikultura
4. Luas area penanaman : 600 m2
5. TeknologiBudidaya :
a. Penyiapanlahan/ Pengolahan
1) Pembersihan lahan
- Cara
Dibersihkan secara mekanik dan apabila jumlah gulmanya sudah banyak dibersihkan
menggunakan herbisida.
- Alat
Cangkul, tangan, knapsack manual sprayer.
2) Pengolahan tanah
- Cara dan alat
Pembalikan tanah dengan menggunakan traktor rotary dan membuat bedengan
dengan menggunakan cangkul.
- Waktu (hari) sebelum tanam: 1 minggu sebelum tanam.
b. Bahan tanam
- Cara perbanyakan : Vegetatif
- Jenis (varietas/ klon): Thailand
- Asal/Sumberbenih : Nganjuk
- Seed treatment (perlakuan benih) : Tidak ada
c. Penanaman dan Sistem Tanam
- Jarak tanam : 18 X 18
- Waktu tanam : Dari pagi sampai sore pada saat musim hujan.
- Cara dan alat
Dengan cara manual menggunakan tangan.
- Sistem tanam : Monokultur
- Pola tanam (pergiliran tanaman) : Sebelumnya ditanamani cabai.
d. Pemeliharaan
- Pengairan
• Cara dan alat : Dengan menggunakan sumur bor yang dialirkan menggunakan
selang.
• Waktu/frekuensi : Menyesuaikan (1 hari sekali) antara pagi dan sore hari.
- Pemupukan
• Jenis : NPK, pupuk organik, dolomit.
• Dosis : NPK non subsidi (25 kg saat musim hujan/40 kg ketika musim
kemarau), pupuk organik (secukupnya), dolomit (secukupnya).
• Waktu/ frekuensi : 2 sampai 3 kali pemupukan pada waktu 5 HST, 20/25
HST, ketika akan berumbi sesuai dengan kondisi tanaman bawang merah.
• Cara dan alat : Disebar secara manual, dan pupuk dicampur dengan air ketika
penyiraman.
- Pemangkasan
• Waktu : Tidak ada
• Cara dan alat : Tidak ada
• Tujuan : Tidak ada
- Pengendalian OPT (gulma, hama, danpenyakit)
• Jenis : Ulat dan orong-orong
• Cara dan alat pengendalian : Secara mekanik dan kimia. Dengan cara di
ambil secara manual, dan menggunakan pestisida.
e. Panen
• Waktu/kriteria panen : 50 hari/ daunnya sudah agak kuning (> 70%)
• Cara dan alat panen : Cara manual dengan dicabut menggunakan tangan.
• Hasil (kg/kw/luas tanam) : 4 Kw/600 m2
f. Pasca panen /pengolahan
• Cara dan alat : Dijemur.
• Hasil olahan (kg/kw/luas tanam) : 4 Kw/600 m2
LAMPIRAN

Gambar 1. Luas Lahan Bawang Merah Gambar 2. Jarak Tanam Bawang Merah

Gambar 3. Sumur Bor Untuk Pengairan Gambar 4. Pipa Dan Selang Untuk Mengalirkan
Air

Gambar 5. Mahasiswa Melakukan Observasi Gambar 6. Mahasiswa Melakukan Observasi

Anda mungkin juga menyukai