ISBN: 978-623-6121-11-5
Penulis:
Dr. Ir. Nico Djundharto Djajasinga, M.Sc
Penyunting :
Lusiana Wulansari
~ ii ~
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa,
yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya, kami segenap Sivitas
Akademika Politeknik Transportasi Darat Indonesia-STTD mengucapkan
selamat kepada Dosen/Pengajar Dr. Ir. Nico D. Djajasinga, MSc atas terbitnya
buku Teknik Jembatan Terowongan Kereta Api ini.
Penerbitan buku ini sebagai bentuk kepedulian dan rasa tanggung jawab
dari Dosen dalam mengatasi kelangkaan buku/literature transportasi darat dan
perkeretaapian bagi mahasiswa/i Politeknik Transportasi Darat Indonesia-
STTD, sekaligus merupakan karya nyata Dosen dalam mengemban amanat Tri
Dharma Perguruan Tinggi, untuk kemudian buku ini dapat dijadikan sebagai
buku pedoman bagi mahasiswa/i dalam mata kuliah Dinamika Kendaraan Rel.
Dalam memenuhi kebutuhan dan harapan akan kualitas pendidikan ke
depan, diharapkan penerbitan buku/literature ilmiah dapat lebih berkembang
lagi sesuai dengan Visi dan Politeknik Transportasi Darat Indonesia-STTD.
Pada akhirnya, kami mengucapkan selamat bekerja dan berkarya kepada
segenap Sivitas Akademika Politeknik Transportasi Darat Indonesia-STTD.
Jakarta, …………
Penulis
~ iii ~
PRAKATA
Berisi tentang pengantar isi buku, ucapan terima kasih dan sebagainya
yang disajikan langsung oleh penulis.
~ iv ~
DAFTAR ISI
~ vii ~
DAFTAR TABEL
~ viii ~
DAFTAR GAMBAR
~x~
BAB 1
JEMBATAN
A. Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan Umum
a. Mengerti dan memahami pengertian jembatan
b. Memahami klasifikasi jembatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi jembatan
b. Mengetahui jenis-kenis jembatan berdasarkan fungsi dan tipe
strukturnya.
B. Pendahuluan
Gambar 1.2 Coalbrookdale Arch Bridge di Inggris, dibuka pada tanggal, 01–
01–1781.
Dengan perkembangan teknologi peleburan besi dan baja maka kekuatan
baja dapat ditingkatkan, dan disesuaikan pula dengan kebutuhan dan tujuan
pemakaian baja, seperti tahan karat atau pelapukan, dapat di las dan lain
sebagainya. Baja untuk jembatan tersedia dalam beberapa tingkat kekuatan
yang berbeda, masing-masing ditetapkan di bawah ASTM A709,
Spesifikasi Standar untuk Baja Struktural untuk Jembatan. Penyebutan
kelas (grade) ditunjukkan pada Tabel 1.1, serta beberapa spesifikasi
alternatif yang mungkin lebih dikenal. Penunjukkan kelas berdasarkan
tegangan leleh minimum dalam kips/inci2, dan "W" menunjukkan bahwa
itu adalah komposisi baja tahan terhadap cuaca (weathering).
A709 berisi persyaratan tambahan untuk keliatan takik (notch toughness)
dan item lain yang tersedia tetapi hanya berlaku jika ditentukan oleh
pembeli.
M270 M270
AASHTO M270 M270 Grades
Grade grade
designation Grade 250 690/690W
345 485W
A709M A709M
ASTM A709M A709M Grade A709M Grade
Grade Grade
designation Grade 250 458W 690/690W
345 345W
Over 65-
Thickness of Up to 65
100
plate (mm) include
included
All
Shape Not Applicable
Groups
Fy = ninimum specified yield strength or minimum specified yield stress; Fx = minimum tensile
strength; E = modulus of elasticity of steel (200,000 Mpa).
Source: American Association of state Highway and Transportation Official, AASHTO LRFD
Bridge Design Specifications, Washington, D.C., 1994. With permission.
Gambar 1.7 Jembatan kereta api gelagar pelat (plate girder), dengan dek di
atas, multi span.
b. Struktur Bawah
Struktur bawah jembatan berfungsi memikul seluruh beban struktur
atas dan beban lain yang ditumbulkan oleh tekanan tanah, aliran air
dan hanyutan, tumbukan, gesekan pada tumpuan dsb. untuk
kemudian disalurkan ke fondasi. Selanjutnya beban-beban tersebut
disalurkan oleh fondasi ke tanah dasar. Struktur bawah jembatan
umumnya meliputi bagian-bagian sebagai berikut.
1. Pangkal jembatan (abutment)
a. Dinding belakang (back wall)
b. Dinding penahan (breast wall)
c. Dinding sayap (wing wall)
d. Oprit, plat injak (approach slab)
e. Konsol pendek untuk jacking (corbel)
f. Tumpuan (bearing)
2. Pilar jembatan (pier)
a. Kepala pilar (pier Head)
b. Pilar (pier), yang berupa dinding, kolom, atau portal
A. Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan Umum
a. Mengerti dan memahami pengertian terowongan
b. Memahami klasifikasi terowongan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi terowongan
b. Mengetahui jenis-kenis terowongan berdasarkan fungsi dan
tipe strukturnya.
B. Pendahuluan
Maksud dibuatnya terowongan adalah untuk menjamin transportasi
langsung dari penumpang atau barang terhadap rintangan-rintangan baik
dalam maupun aktivitas manusia. Terowongan dibuat di bawah gunung,
sungai, laut, penduduk yang rapat atau daerah industri, gedung-gedung dan
jalan raya. Manfaat terowongan tersebut adalah untuk jalan kereta api,
jalan mobil, pejalan kaki atau lalu lintas air untuk mengalirkan air,
menghasilkan tenaga listrik, saluran gas, saluran pembuangan dan lain-lain
atau untuk kepentingan transportasi lokal di dalam suatu daerah industri
atau pabrik.
A. Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan Umum
a. Mengerti tahapan perencanaan jembatan
b. Memahami pemilihan lokasi jembatan
c. Memahami pertimbangan ekonomi, teknis, dan estetika dalam
perencanaan jembatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui jenis-jenis data yang dibutuhkan dalam perencanaan
jembatan
b. Mengetahui bagan alir proses perencanaan jembatan
c. Mengetahui dasar-dasar pemilihan lokasi jembatan berdasar
pada kondisi topografi dan jenis tanah
d. Mengetahui aspek-aspek ekonomi yang harus dipertimbangkan
di dalam merencanakan jembatan
e. Mengetahui aspek-aspek teknis yang harus dipertimbangkan di
dalam merencanakan jembatan
f. Mengetahui aspek-aspek estetika yang harus dipertimbangkan di
dalam merencanakan jembatan.
B. Pendahuluan
Maksud perencanaan antara lain untuk menentukan fungsi struktur secara
tepat, dan bentuk yang sesuai, efisien serta mempunyai fungsi estetika.
PROSES OUTPUT
INPUT EVALUASI
DATA
E. Aspek Ekonomi
Perbedaan ekonomi selayaknya dijadikan bahan pertimbangan untuk
menentukan biaya optimal dalam pembangunan jembatan. Berdasarkan
beberapa kasus, biaya investasi jembatan di daerah perkotaan sangat tinggi.
Dalam hal ini akan sangat terkait dengan kesesuaian lokasi yang akan
direncanakan.
G. Aspek Estetika
Kesesuaian estetika dan arsitketural akan memberikan nilai lebih kepada
jembatan yang dibangun dan tergantung dari sejarah lokasi di mana
jembatan itu dibangun.
H. Layout Jembatan
Setelah lokasi jembatan ditentukan, variabel berikutnya yang penting pula
sebagai pertimbangan adalah layout jembatan terhadap topografi setempat
A. Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan Umum
1. Mengetahui pengaturan material di dalam konstruksi terowongan
2. Menyelidiki kondisi geoteknik pada terowongan yang akan
dibangun terkait dengan kondisi tanah dan batuan.
2. Tujuan Khusus
1. Memahami metode pengaturan material pada konstruksi terowongan
2. Memahami penyelidikan geoteknik pada terowongan.
B. Pendahuluan
Pada perencanaan terowongan, proses perencanaannya tidak jauh berbeda
dengan proses perencanaan jembatan. Meskipun demikian, terdapat
beberapa hal khusus yang harus dipertimbangkan di dalam perencanaan
terowongan, yang antara lain akan dijelaskan pada subbab yang
selanjutnya.
D. Penyelidikan Geoteknik
Untuk perencana terowongan baik terowongan batuan maupun
terowongan tanah, diperlukan penyelidikan geoteknik mengingat
kondisi tanah dan batuan merupakan penentu di dalam metode
konstruksi dan sebagai masukan di dalam perencanaan. Pekerjaan
penyelidikan geoteknik ini umumnya cukup mendetail mengingat
besarnya resiko di dalam pekerjaan terowongan. Kondisi tanah yang
sulit ataupun batuan yang sulit tidak merupakan masalah di dalam
konstruksi asalkan telah teridentifikasi di dalam proses desain. Yang
menyebabkan biaya konstruksi terowongan menjadi tinggi adalah
masalah-masalah yang tidak diantisipasi dan tidak diperhitungkan
3. Studi geologi
Umumnya sulit membuat alignment terowongan secara
langsung,oleh karena itu kondisi geologi yang lebih lengkap yang
diperlukan untuk asumsi desain didasarkan kepada pengetahuan
yang rinci tentang daerah yang dipilih.
Yang termasuk di dalam studi geologi adalah informasi literatur
yang tersedia, studi foto udara, dan pemetaan geologi. Pada saat
merencanakan program penyelidikan geoteknik, harus diingat
jawaban terhadap pertanyaan- pertanyaan geologi tidak selalu dapat
ditemukan di lapangan tetapi dari hubungan-hubungan antara satuan
batuan dengan struktur geologi yang didapati pada suatu jarak jauh.
Peta geologi umumnya tersedia di pusat Litbang Geologi di Bandung
atau dari sumber lain seperti Geoteknologi LIPI. Foto udara
diperlukan untuk melihat kondisi lokasi dari jarak yang jauh dan
luas. Foto udara khususnya berguna untuk analisis rupa bumi
(geomorphologi) dan merupakan suatu informasi yang penting untuk
memperkirakan sifat teknik batuan dari evaluasi respon batuan
terhadap lingkungan. Berbagai teknik tersedia, termasuk diantaranya
vertikalitas dan kemiringan, fotografi warna dan infra merah.
Interpretasi rinci tentang foto udara membutuhkan spesialis
tersendiri.
A. Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan Umum
Mengerti dan memahami peraturan pembebanan pada suatu
jembatan.
2. Tujuan Khusus
Mengetahui berbagai macam beban rencana yang harus
dipertimbangkan didalam perencanaan jembatan.
B. Pendahuluan
Sampai saat ini di Indonesia, belum ada peraturan pembebanan jembatan
kereta api yang diatur secara resmi dan disahkan. Dalam Keputusan
Menteri no KM 52 tahun 2000 bab V pasal 28, tidak disebutkan secara
jelas peraturan apa yang dipakai dalam menentukan pembebanan jembatan
kereta api di mana perencana menggunakan aturan pembebanan sesuai
dengan Term of Reference (TOR) Proyek Kereta Api.
2. Beban Hidup
Beban hidup yang biasa digunakan di dalam perencanaan proyek kereta
api di Indonesia adalah RM 1921 (RM= rencana muatan). Sebagai
muatan bergerak dipakai suatu muatan fiktif yang terdiri dari beban-
beban terpusat bersamaan atau tidak dengan suatu pembebanan terbagi
rata yang dapat memenuhi seluruh bentang jembatan. Beban terpusat
merupakan beban gandar roda lokomotif/gerbong kereta api. Beban
gandar yang digunakan dalam rencana muatan 1921 ditunjukkan oleh
tabel 5.1.
3. Beban Kejut
Beban kejut adalah beban kereta dikalikan dengan koefisien kejut i,
dengan masing-masing rumus untuk jembatan baja dan jembatan beton
yang berbeda. Untuk jembatan baja, koefisien kejut ditentukan sebagai
berikut.
a. Untuk rel pada alas balas
4. Beban Horisontal
Beban horizontal yang dimaksud adalah gaya yang ditimbulkan oleh
karena adanya rangkaian kereta api, terdiri dari beban sebagai berikut.
a. Beban Sentrifugal
Beban sentrifugal diperoleh dengan mengalikan faktor αdengan
beban kereta. Beban bekerja pada pusat gaya berat kereta pada arah
Di mana:
α : Koefisien beban sentrifugal
V : Kecepatan maksimum kereta pada tikungan (km/jam)
R : Radius tikungan (m)
5. Beban Angin
Beban angin bekerja tegak lurus arah rel, secara horisontal, besaran
umumnya adalah sebagai berikut.
1. Tanpa kereta di atas jembatan
3,0 kN/m2 pada area proyeksi vertikal jembatan
2,0 kN/m2 pada area proyeksi rangka pada arah datangnya angin,
tidak termasuk area sistem lantai.
6. Beban Gempa
Peraturan ketahanan gempa untuk jembatan diatur dalam SNI 03- 2833-
1992: Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Jembatan Jalan
Raya.
Persegi 0,075
Bulat 0,035
A. Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan Umum
a. Mampu menjelaskan desain jembatan baja dan jembatan beton
b. Memahami persyaratan-persyaratan yang digunakan di dalam
mendesain jembatan baja dan beton.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui bentuk atau desain kontsruksi jembatan beton dan baja
b. Mengetahui jenis-jenis persyaratan dalam desain jembatan baja
dan beton.
B. Pendahuluan
Sifat fisik pada baja dapat dilihat berdasarkan percobaan tarik pada batang
baja. Dari percobaan tarik tersebut diperoleh hubungan antara tegangan dan
regangan yang terjadi. Grafik hubungan antara tegangan dan regangan baja
digambarkan oleh grafik berikut.
1. Zona pertama dengan daerah arsiran paling gelap adalah zona elastis,
di mana hubungan antara tegangan dan regangan linier. Dalam kondisi
ini, apabila tegangan dihilangkan, maka baja akan kembali ke bentuk
semula.
2. Zona kedua adalah zona plastis. Pada daerah ini baja mulai mengalami
leleh, sehingga terjadi kondisi di mana regangan bertambah tanpa
disertai perubahan tegangan. Zona leleh ini akan berhenti sampai
regangan tertentu dan akan mengalami pengerasan tegangan. Kondisi
plastis ini menyebabkan baja mengalami deformasi permanen setelah
tegangan dihilangkan. Nilai tegangan pada saat terjadi kondisi leleh
ini disebut tegangan leleh (yield stress) dan dipakai dalam
perancangan plastis.
3. Zona ketiga adalah zona pengerasan tegangan (strain hardening).
Pada kondisi ini baja mulai bersifat getas sampai pada titik di mana
baja mengalami kegagalan struktur.
Setiap fabrikasi baja, perlu dilakukan terlebih dahulu uji material baja
seperti uji tarik yang menghasilkan kurva tegangan regangan di atas. Uji
material ini ditujukan menjaga kualitas bahan dan dapat menjadi kontrol
dalam desain. Laporan uji material baja dari pabrik yang disahkan oleh
lembaga yang berwenang dapa dianggap sebagai bukti yang cukup untuk
menjadi landasan desain dan konstruksi.
dengan pengertian :
Muy = momen lentur terfaktor terhadap sumbu lemah (N-mm)
Ø = faktor reduksi sebesar 0,90
A. Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan Umum
a. Mampu menjelaskan tentang konsep kontruksi jembatan
prategang
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui filosofi struktur beton prategang
b. Mengetahui konsep beton pra tegang
c. Mengetahui tahapan pembebanan pada beton prategang
B. Pendahuluan
Beton prategang adalah jenis beton di mana tulangan bajanya
ditarik/ditegangkan terhadap betonnya. Penarikan ini menghasilkan sistem
kesetimbangan pada tegangan dalam (tarik pada baja dan tekan pada beton)
yang akan meningkatkan kemampuan beton menahan beban luar. Karena
beton cukup kuat dan daktail terhadap tekanan dan sebaliknya lemah serta
rapuh terhadap tarikan maka kemampuan menahan beban luar dapat
ditingkatkan dengan pemberian pratekanan (Collins & Mitchell, 1991).
Sedangkan menurut komisi ACI, beton prategang adalah beton yang
mengalami tegangan dalam dengan besar dan distribusi sedemikian rupa
sehingga dapat mengimbangi sampai batas tertentu tegangan yang terjadi
akibat beban luar. Pada elemen beton bertulang, sistem prategang
dilakukan dengan menarik tulangannya
Gambar 7.2 Distribusi tegangan pada beton yang diberi gaya prategang
Dengan:
P= gaya prategang A = luas penampang
e = jarak pusat tendon terhadap c.g.c
y = jarak dari sumbu yang melalui titik berat
I = momen inersia penampang
P P
C C
sss
T T
F. Tahap Pembebanan
Dalam perancangan beton prategang, pembebanan tidak hanya ditinjau
berdasarkan beban eksternal yang bekerja seperti beban mati dan beban
hidup, tetapi juga terhadap kombinasi dari beban-beban tersebut dengan
gaya prategang yang bekerja pada penampang beton. Di antara tahap
pembebanan tersebut yang paling kritis biasanya pada tahap sesaat setelah
baja ditegangkan (initial stage) dan pada masa pelayanan/akhir
A. Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan Umum
a. Memahami pengertian dan fungsi pilar dan abutment
b. Mengetahui jenis-jenis pilar jembatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi pilar, abutment, dan pondasi pada jembatan
b. Mengetahui berbagai macam pilar untuk jembatan.
B. Pendahuluan
E. Soal Latihan
1. Jelaskan fungsi dari abutment jembatan.
2. Apakah kendala yang sering dihadapi pada saat konstruksi maupun
maintenance pilar jembatan?
A. Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan Umum
a. Memahami pengertian dan fungsi pondasi jembatan
b. Mengetahui jenis-jenis fondasi jembatan
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi pondasi pada jembatan
b. Mengetahui Penyambungan tiang di setiap jenis pondasi jembatan
B. Pendahuluan
Bangunan bawah jembatan dalam hal ini terdiri dari pondasi dan kepala
jembatan Terdapat berbagai macam pondasi yang digunakan di Indonesia.
Kaison beton yang dicor ditempat, tiang pancang baja, tiang pancang
betonbertulang dan pratekan, serta tiangbor, kesemuanya dipakai secara
luas.Kepala jembatan yang digunakan umumnya susunan pile cap serta
pilarberkolom tunggal atau majemuk dan balok melintang ujung (cross
head).
Pondasi merupakan sumber masalah tersendiri bagi para pelaksana
konstruksi jembatan, sehubungan dengan kondisi tanah yang jarang dapat
diketahui secara tepat, walaupun sampai saat ini telah kita kenal suatu
methode pendekatannya yaitu dengan adanya penyelidikan tanah (Soil
Investigation) untuk memprediksi daya dukung tanah.
Cara pelaksanaan pondasi terdiri atas dua jenis utama, pertama adalah jenis
yang dapat dilaksanakan tanpa memerlukan peralatan khusus. Pondasi jenis
ini termasuk pondasi telapak (pondasi langsung) dan kaison beton yang
dicor di tempat. Jenis kedua termasuk pondasi tiang, kaison beton pracetak
d. Pemancangan
Pemancangan berat yang mungkin merusak kepala tiang pancang,
memecah ujung dan menyebabkan retak tiang pancang harus
dihindari dengan membatasi tinggi jatuh palu dan jumlah
penumbukan pada tiang pancang. Umumnya, berat palu harus sama
dengan beratnya tiang untuk memudahkan pemancangan. Perhatian
khusus harus diberikan selama pemancangan untuk memastikan
bahwa kepala tiang pancang harus selalu berada sesumbu dengan
palu dan tegak lurus terhadap panjang tiang pancang dan bahwa
tiang pancang dalam posisi yang relatif pada tempatnya.
e. Penyambungan
Bilamana diperlukan untuk menggunakan tiang pancang yang terdiri
dari dua batang atau lebih, permukaan ujung tiang pancang harus
b. Pembuatan Tiang
Tiang pancang dibuat dan dirawat sesuai dengan ketentuan dari
pelaksanaan struktur beton . Tiang dapat dicetak pada landasan
dengan menggunakan acuan pinggir yang dapat dibongkar dari
bahan kayu atau baja. Jenis landasan dan pilihan bahan untuk acuan
pinggir tergantung pada jumlah tiang yang akan dicetak. Dasar
pencetakan tiang harus ditempatkan pada tanah yang kokoh untuk
mencegah melenturnya tiang pada waktu dan sesudah pengecoran,
suatu landasan beton yang masif masih sering digunakan untuk
keperluan pengecoran tersebut.
Pangkal tiang (stop end) harus dibuat benar-benar tegak lurus pada
sumbu tiang untuk menjamin distribusi yang merata dari pukulan
penumbuk pada waktu pemancangan. Penggetar digunakan untuk
mendapatkan kepadatan yang teliti pada beton, dan beton diantara
penahan baja (bearer) atas dan adukan beton harus dikerjakan
menggunakan alat pemotong untuk meniadakan bercak-bercak
keropos (honey comb).
Jika tiang dicor dengan acuan samping dari kayu, acuan harus
dibongkar sesegera mungkin (24 jam setelah pengecoran) dan
perawatan basah dengan menggunakan penyemprotan air dan karung
dipertahankan untuk jangka waktu tujuh hari. Segera setelah
pengujian kekuatan tekan pada kubus beton (4 benda uji)
menunjukan bahwa tiang cukup kuat untuk diangkat, tiang harus
dimiringkan secara hati-hati dengan batang pengungkit dan diganjal
dengan baji untuk melepaskan lekatan antara tiang dengan landasan.
Tali pengangkat (lifting sling) atau baut pegangan dapat dipasang
dan tiang diangkat untuk pengangkutan ke tempat penumpukkan.
Pekerjaan pemiringan dan pengangkatan harus dilakukan dengan
sangat hati-hati karena tiang masih mempunyai kekuatan rendah, dan
retakan atau awal retakan yang terjadi pada tahap ini akan
memperbesar akibat tegangan pada saat pemancangan.
Pada bagian dekat kepala tiang harus di beri tanda yang jelas dengan
suatu nomor referensi, dengan panjang dan tanggal pengecoran pada
waktu atau sebelum pengangkutan, untuk menjamin bahwa
pemancangan dilakukan dengan urutan yang benar. Tiang harus
dilindungi dari matahari dengan cara menutupi tumpukan tiang
b. Penyambungan Tiang
Penyambungan antara potongan tiang baja memerlukan pengelasan
E. Soal Latihan
1. Sebutkan macam tiang pancang dan terangkan dasar pemilihan tiap
jenis tiang pancang tersebut!
A. Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan Umum
Mampu memahami tentang inspeksi dan pemeliharaan jembatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengenal pengelompokan tentang kerusakan struktur
b. Mengetahui tentang cara pengerjaan dari pemeliharaan
c. Melakukan penilaian terhadap kerusakan atau keadaan dari struktur
jembatan dan terowongan.
B. Pendahuluan
Perawatan jembatan dilakukan untuk menjaga kondisi jembatan agar dapat
berfungsi dengan baik dan aman untuk dioperasikan secara berkelanjutan
sesuai dengan beban gandar serta kecepatan yang direncanakan, baik untuk
jembatan beton, jembatan baja, dan jembatan komposit.
Di dalam perawatan jembatan, terdapat tiga komponen konstruksi jembatan
yang harus diperhatikan, yang terdiri atas:
a. konstruksi jembatan bagian atas;
b. konstruksi jembatan bagian bawah; dan
c. konstruksi pelindung.
Selain itu, berikut ini adalah hal-hal khusus yang perlu diperhatikan dalam
pemeriksaan dan perawatan jembatan KA struktur baja.
a. Karat dan perlindungan karat
Kerusakan permukaan yang dicat dan digalvanis harus diperiksa secara
menyeluruh.
b. Defleksi/deformasi seperti tekuk (buckling)
Inspeksi visual harus dilakukan secukupnya untuk observasi tahap
pertama. Beberapa pengukuran dengan alat (pita, dll.) harus dilakukan
untuk pemeriksaan lebih lanjut.
c. Patahan atau retakan
Tes akustik dengan pemaluan atau pengetukan di dekat daerah yang
mudah retak harus dilakukan.
d. Retakan fatik
Retakan kecil biasanya tidak dapat terdeteksi. Namun demikian, karena
tujuan pemeliharaan ditekankan pada pencegahan penyebaran
dibandingkan dengan timbulnya retakan, maka tes visual, tes penetran
celup (dye penetrant test) dan inspeksi ultrasonik harus dilakukan untuk
menunjukkan kerusakan serius dari sudut pandang kerusakan fatik.
e. Baut dan/atau paku keling yang hilang dan renggang
Pengencang yang hilang dapat dilihat oleh inspektur. Pemeriksaan
akustik (pemaluan atau pengetukkan) lainnya diperlukan untuk
C. Peralatan Inspeksi
Peralatan yang sesuai harus disiapkan untuk melaksanakan inspeksi yang
memuaskan sebagaimana diuraikan sebagai berikut, namun tidak terbatas
pada berikut ini.
1. Perangkat Manual
1) Kamera, alas tulis untuk membuat sketsa dan keterangan
2) Teropong, kaca pembesar
3) Perangkat palu dan pengetukan
4) Alat ukur pita, potongan tegak lurus, dll.
Tabel 10.2 Contoh penilaian tingkat kerusakan jembatan baja pada gelagar rasuk
pelat (dengan paku keling)
4. Perawatan
Metode perawatan yang dilakukan tergantung dari jenis dan tingkat
kerusakan. Metode perawatan yang digunakan pada umumnya adalah
sebagai berikut.
a. Konstruksi beton
1) Penyuntikan
2) Grouting
3) Perkuatan (selimut/manteling)
4) Penggantian
b. Konstruksi baja
1) Perkuatan baja
2) Pengecatan (setempat maupun menyeluruh)
3) Penggantian
F. Soal Latihan
1. Jelaskan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan dan
perawatan jembatan KA struktur baja.
2. Sebutkan 3 (tiga) jenis pemeriksaan pada jembatan.
3. Jelaskan fungsi alat uji peralatan inspeksi manual dan non destruktif.
4. Sebutkan dan jelaskan metode perawatan yang umumnya digunakan
untuk perawatan jembatan.
A. Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan Umum
Mampu memahami tentang inspeksi dan pemeliharaan terowongan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengenal pengelompokan tentang kerusakan struktur
b. Mengetahui tentang cara pengerjaan dari
pemeliharaan dari terowongan
c. Melakukan penilaian terhadap kerusakan atau
keadaan dari struktur terowongan.
d.
B. Pendahuluan
Perawatan terowongan dilakukan untuk menjaga kondisi terowongan dapat
berfungsi dengan baik dan aman untuk dioperasikan secara berkelanjutan
sesuai dengan beban yang direncanakan meliputi:
1. beban tanah atau batuan di atasnya (overburden);
2. beban mati dan beban hidup;
3. beban akibat tekanan air;
4. beban gempa; dan
5. beban lainnya yang akan mempengaruhi konstruksi terowongan.
Komponen terowongan terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut.
1. Dinding (lining)
2. Invert
3. Portal
4. Drainase
Tabel 11.2 Indeks penilaian dalam inspeksi detail (akibat tekanan tanah)
Indeks Rating
Penilaian
Kerusakan/deformasi akibat pergerakan atau penurunan dari lining, dengan AA
tingkat kemajuan pesat. Di mana estimasi waktu runtuhan hampir sama
dengan waktu yang diperlukan untuk melakukan usaha pencegahan
terhadap kerusakan/deformasi
Kerusakan/deformasi yang diperkirakan membahayakan daerah AA
bebas/clearance terowongan untung pengoperasian kereta
Lining dekat lengkungan mengalami rekahan, terbagi menjadi beberapa AA
blok, menonjol, terdorong menuju daerah interior dan cenderung untuk
jatuh
Meskipun tidak ada kemajuan kerusakan yang berarti, liningnya telah A1
terpisah menjadi beberapa blok akibat adanya sambungan dan blok
tersebut cenderung untuk terkelupas (peeled off) atau jatuh akibat suatu
gaya
Kerusakan yang baru terjadi atau yang sudah terbentuk mengalami A2
perkembangan yang semakin parah
Lining terdeformasi dan kerusakannya berlangsung lambat, tetapi tetap A2
berlanjut
Tabel 11.3 Indeks penilaian dalam inspeksi detail (akibat kualitas material
memburuk)
Indeks Rating
Penilaian
Lining dekat lengkungan atap cenderung untuk jatuh akibat
memburuknya material lining AA
Material lining memburuk dan cenderung terkelupas (peeled off)
atau terpisah dengan sedikit gaya luar. Kondisi tersebut dapat
menyebabkan pengaruh serius A1
Kekuatan secara penampang berkurang akibat pengelupasan
(peeling off) lining dan/atau material yang memburuk A1
kekuatan secara penampang berkurang sampai tingkat tertentu
akibat pengelupasan (peeling off) lining dan/atau material yang
memburuk A2
Kerusakan material lining terbentuk dengan penyebab yang belum
jelas, tetapi ada kemungkinan kerusakan akan mengalami
perkembangan cepat A2
Pengelupasan (peeling-off) dan kerusakan material lining dapat
dikenali, tetapi tidak terdapat kemungkinan untuk mengalami
perkembangan lebih lanjut B
Indeks Rating
Penilaian
Pada daerah beraliran listrik, rembesan air dari bagian lengkungan
atap terowongan langsung ditransfer menuju kabel trolley dan
insulator AA
Penaikan lumpur atau pengangkatan pada alas jalan menyebabkan
ketidakteraturan pada track atau pengurangan interval perawatan,
menghasilkan tidak amannya pengoperasian kereta A1
Kondisi alas jalan diperburuk oleh masalah drainase dan rembesan
air B
E. Perawatan
Metode perawatan yang dilakukan tergantung dari jenis dan tingkat
kerusakan. Metode perawatan yang digunakan pada umumnya sebagai
berikut.
1. Penyuntikan
2. Grouting
3. Perkuatan (shotcrete)
4. Penggantian
I. BULANANAN
1. Drainase Pemeriksaan dan perawatan 6 bulanan
- Normalisasi pipa/saluran air
II. TAHUNAN
1. Dinding/Lining Pemeriksaan dan Perawatan 1 tahunan
- Rembesan/kebocoran
- Retakan
- Pengelupasan
- Sambungan
- Pembengkakan akibat tekanan
- Penurunan
- Retakan
3. Tahunan
Interval pemeriksaan dan perawatan bulanan, sebagaimana tersebut
dalam Tabel 11. 7 Interval Pemeriksaan dan Perawatan.
Pemeriksaan lain untuk perawatan dan pemeliharaan terowongan dapat
dilihat dalam contoh di bawah ini yaitu lembar pemeriksaan umum yang
hasilnya dimasukkan ke dalam Tabel 11.8 dan Tabel 11.9
Catatan Penting
Berisi tentang daftar istilah penting yang ada dalam buku ini.
Kompetensi
1. PPNS Perkeretaapian (2003 s/d sekarang)
2. Penguji Prasarana Perkeretaapian Tingkat Muda (2011 s/d sekarang)
3. Inspektur Madya Prasarana Perkeretaapian (2011 s/d sekarang)
4. Auditor Madya Perkeretaapian (2011 s/d sekarang)
5. Insinyur Profesional Madya (IPM) (2016 s/d sekarang)
Tanda Penghargaan
1. Satyalancana Karya Satya 30 Tahun, Keppres RI No. 052/TK/Tahun
2013 Tanggal 26 Juli 2013.
2. Piagam Adikarya Stala Prawara, Menteri Perhubungan a.i. Tanggal 16
September 2004
3. Satyalancana Karya Satya 20 Tahun, Keppres RI No. 065/TK/Tahun
2003 Tanggal 20 September 2003.
4. Satyalancana Karya Satya 10 Tahun, Keppres RI No. 054/TK/Tahun 1999
Tanggal 16 Juli 1999.