PENILAIAN PELAKSANAAN
PRINSIP-PRINSIP TATA KELOLA
YANG BAIK
LEMBAGA PEMBIAYAAN
EKSPOR INDONESIA
Daftar Isi
Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance 1
Sekilas tentang LPEI 2
Komitmen Penerapan Tata Kelola yang Baik 2
Komitmen Pilar Implementasi Tata Kelola 2
Roadmap Implementasi Tata Kelola LPEI 4
Key Milestone (Highlights)GCG 2021 9
Dasar Penerapan Tata Kelola LPEI 11
Dasar, Kebijakan, dan Pedoman Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik 11
Prinsip Tata Kelola yang Baik 12
Struktur, Mekanisme dan Implementasi Tata Kelola LPEI 14
Struktur dan Arsitektur Tata Kelola Lembaga 14
Penilaian Pelaksanaan Prinsip Tata Kelola yang Baik 15
Pelaksanaan Tugas Dan Tanggung Jawab Dewan Direktur, Direktur Eksekutif, Dan Direktur 17
Pelaksana
Dewan Direktur 17
Direktur Eksekutif & Direktur Pelaksana 19
Komite Dibawah Dewan Direktur 22
Komite Dibawah Direktur Eksekutif 30
Dewan Pengawas Syariah 44
Unit Kepatuhan 45
Unit Audit Internal 48
Penerapan Manajemen Risiko 58
Pengadaan Barang dan Jasa 54
Transparansi Kondisi Keuangan dan Non Keuangan 55
Kepemilikan Saham Anggota Dewan Direktur, Direktur Eksekutif, dan Direktur Pelaksana 56
Hubungan Keuangan & Hubungan Keluarga Anggota Dewan Direktur dengan Anggota Dewan 57
Direktur Lain dan Direktur Pelaksana
Kebijakan Remunerasi & Fasilitas Lain Bagi Anggota Dewan Direktur, Direktur Eksekutif, Dan 58
Direktur Pelaksana
Rasio Gaji Tertinggi dan Gaji Terendah 63
Jumlah Permasalahan Hukum dan Upaya Penyelesaian oleh LPEI 64
Transaksi yang Mengandung Benturan Kepentingan & Internal Fraud 67
Buy Back Saham Dan Buy Back Obligasi 68
Pemberian Dana untuk Kegiatan Sosial 69
LAMPIRAN 75
LAPORAN GCG 2021
1. Sekilas Tentang Lembaga Pembiayaan Tata Kelola Perusahaan yang Baik atau Good
Ekspor Indonesia (LPEI) Corporate Governance (GCG) merupakan
mekanisme atau sistem yang mengarahkan dan
Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) mengendalikan lembaga agar sesuai dengan
yang disebut juga sebagai LPEI adalah sebuah harapan para pemangku kepentingan
lembaga keuangan yang didirikan berdasarkan (stakeholders), selaras dengan peraturan dan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun perundang-undangan yang berlaku, serta kepatuhan
2009 tentang Lembaga Pembiayaan Ekspor terhadap norma-norma etika bisnis yang berlaku
Indonesia dan mulai beroperasi pada tanggal 1 secara universal dan tata nilai yang dijunjung tinggi
September 2009 sesuai Keputusan Menteri oleh manajemen dan pegawai Lembaga. GCG dapat
Keuangan No.336/KMK.06/2009. LPEI mempunyai mempengaruhi penetapan dan pencapaian tujuan
visi dan misi: lembaga, pemantauan dan penilaian risiko usaha,
Visi: memaksimalkan upaya peningkatan kinerja serta
pengembangan budaya kerja di lingkungan
Menjadi Eximbank yang unggul dan kredibel dalam
Lembaga. Karena itu, pemahaman bahwa
mendorong ekspor nasional yang berdaya saing
peningkatan kualitas penerapan GCG yang efektif
tinggi pada tataran global.
dan berkelanjutan merupakan hal yang sangat
Misi: penting. LPEI sebagai Lembaga Keuangan Khusus
milik Pemerintah Republik Indonesia yang memiliki
1) Mendorong kesinambungan iklim usaha yang
mandat memajukan ekspor nasional berkomitmen
kondusif bagi pertumbuhan ekspor nasional
untuk menerapkan prinsip tata kelola yang baik,
yang berkelanjutan.
prinsip kehati-hatian (prudential principles) dan
2) Memberikan layanan pembiayaan ekspor secara konsisten mengedepankan etika dan
nasional dan jasa konsultansi yang berkualitas integritas dalam pengelolaan Lembaga dengan
sebagai solusi terhadap kebutuhan ekspor tujuan untuk mendorong peningkatan kinerja,
Indonesia. memberikan jaminan dipenuhinya hak-hak para
pemangku kepentingan (stakeholders), mendukung
3) Meningkatkan kemampuan pelaku usaha,
termasuk usaha kecil dan menengah, untuk tercapainya Visi, Misi dan Nilai-Nilai Perusahaan,
serta meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan
menghasilkan produk berorientasi ekspor yang
perundang-undangan yang berlaku umum pada
unggul dan berdaya saing.
Lembaga Jasa Keuangan. Pengembangan GCG
yang selaras dengan best practices secara
berkesinambungan akan mendorong perusahaan
untuk menyediakan sistem pengendalian dan
manajemen risiko yang dapat menjamin
akuntabilitas yang sepadan dengan risiko usaha
yang dihadapi
a. Struktur Tata Kelola (Governance Structure) penerapan prinsip Tata Kelola yang Baik serta
didukung oleh kecukupan struktur dan infrastruktur
Governance Structure yaitu terkait dengan Tata Kelola. Dengan demikian, Governance
kecukupan Struktur dan Infrastruktur Tata Kelola Outcome merupakan hasil akhir atas penerapan
Perusahaan agar proses penerapan prinsip Tata Governance Process dan dukungan yang memadai
Kelola yang baik menghasilkan outcome yang sesuai dari Governance Structure. Adanya permasalahan
dengan harapan Pemangku Kepentingan Lembaga. pada Governance Structure menimbulkan
Struktur organ Tata Kelola meliputi Dewan Direktur, kelemahan pada Governance Process. Di lain pihak,
Direktur Eksekutif, Direktur Pelaksana, Komite- adanya kelemahan pada Governance Process
Komite, dan Satuan Kerja. Sedangkan yang berdampak pada Governance Outcome.
termasuk dalam infrastruktur Tata Kelola antara lain
adalah kebijakan dan prosedur, sistem informasi Komitmen menyeluruh atas penerapan Tata Kelola
manajemen serta tugas pokok dan fungsi masing- akan memberikan pengaruh positif terhadap
masing struktur organisasi. penciptaan nilai (value creation) dan
keberlangsungan usaha LPEI (sustainability) dalam
b. Proses Tata Kelola (Governance Process) jangka panjang yang sejalan dengan harapan para
pemangku kepentingan. Keberlangsungan usaha
Governance Process merupakan efektivitas proses LPEI yang didukung dengan kepercayaan para
penerapan prinsip Tata Kelola yang baik yang pemangku kepentingan, akan senantiasa
didukung oleh kecukupan struktur dan infrastruktur meningkatkan kontribusi LPEI bagi seluruh
Tata Kelola Perusahaan sehingga menghasilkan masyarakat dan lingkungan. Karena itu, LPEI
outcome yang sesuai dengan harapan seluruh berkomitmen untuk senantiasa menempatkan tata
pemangku kepentingan. kelola sebagai fondasi utama dalam menjalankan
mandat dan fungsinya, serta untuk mempertahankan
LPEI senantiasa memastikan proses tata kelola eksistensi LPEI dalam menghadapi tantangan dalam
dilakukan melalui prosedur dan mekanisme yang menjalankan fungsinya. LPEI juga akan senantiasa
terstruktur dan sistematis guna menghasilkan menerapkan seluruh prinsip tata kelola yaitu
outcome yang memenuhi prinsip Tata Kelola. Keterbukaan, Akuntabilitas, Tanggung Jawab,
Kemandirian, dan Kewajaran.
c. Hasil Tata Kelola (Governance Outcome)
Tahun Keterangan
Tahun Keterangan
Tahun Keterangan
Tahun Keterangan
Tahun Keterangan
Prinsip tata kelola dalam Peraturan Menteri 2. Prinsip Tata Kelola yang Baik
Keuangan (PMK) Nomor 141/PMK 010/2009 yang
Dewan Direktur, Direktur Eksekutif, Direktur
mengatur tentang pelaksanaan tata kelola yang
Pelaksana, Head of, dan seluruh pegawai
baik di LPEI. Sebagai perwujudan kepatuhan
berkomitmen untuk mengimplementasikan
terhadap Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2009
standar tinggi dalam penerapan prinsip-prinsip
dan untuk memastikan terlaksananya penerapan
GCG. Prinsip-prinsip tersebut menjadi referensi
prinsip-prinsip ”Good Corporate Governance
bagi pengambilan keputusan yang bertanggung
(GCG)” atau tata kelola lembaga yang baik di
jawab, menghindari konflik kepentingan,
LPEI, Dewan Direktur juga telah memiliki Board
optimalisasi kinerja, dan peningkatan
Manual sebagai pedoman bagi Dewan Direktur,
akuntabilitas. Seluruh insan LPEI juga akan terus
Direktur Eksekutif dan Direktur Pelaksana dalam
meningkatkan kualitas pelaksanaan prinsip-
menjalankan masing-masing fungsinya.
prinsip GCG di seluruh aspek kegiatan usaha
Standar implementasi GCG yang diterapkan oleh bisnis dan operasional. Seiring berkembangnya
LPEI mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan best practices pelaksanaan Tata Kelola
Nomor 141/PMK.010/2009 (PMK) tentang Prinsip Perusahaan pada industri jasa keuangan, sebagai
Tata Kelola Lembaga Pembiayaan Ekspor Special Mission Vehicle milik Pemerintah Republik
Indonesia dalam 11 (sebelas) faktor penilaian Indonesia yang juga terdaftar di pasar modal, LPEI
pelaksanaan prinsip-prinsip tata kelola yang baik, memahami bahwa penerapan dan
yang meliputi: pengembangan GCG memiliki manfaat yang
1) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab sangat besar bagi LPEI. Dengan adanya
Dewan Direktur; penerapan dan pengembangan GCG, LPEI
memiliki pedoman dalam menjalankan kegiatan
2) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab usaha bisnisnya agar senantiasa selaras dengan
Direktur Eksekutif dan Direktur Pelaksana; tujuan dan kebutuhan setiap stakeholder.
3) Kelengkapan dan pelaksanaan tugas Komite; Keselarasan antara stakeholder dan LPEI akan
menumbuhkan sikap saling percaya dan sikap
4) Penanganan benturan kepentingan; yang kondusif di lingkungan Lembaga yang
5) Penerapan fungsi kepatuhan; berujung pada peningkatan sifat kerja unggul dan
profesionalisme di setiap insan LPEI.
6) Penerapan fungsi audit intern;
Implementasi GCG di lingkungan LPEI senantiasa
7) Penerapan fungsi audit ekstern; berlandaskan pada integritas yang kokoh,
8) Penerapan manajemen risiko termasuk sehingga prinsip-prinsip Tata Kelola dapat
sistem pengendalian intern; terlaksana pada setiap tingkatan organisasi, dan
dilaksanakan dalam setiap aktivitas LPEI serta
9) Transparansi kondisi keuangan dan non
seluruh kegiatan operasional Lembaga dapat
keuangan, laporan pelaksanaan prinsip-
berjalan secara konsisten dan berkesinambungan.
prinsip tata kelola yang baik, dan pelaporan
Penerapan Tata Kelola di LPEI berlandaskan
internal;
pada prinsip-prinsip dasar GCG yaitu
10) Pengadaan barang dan jasa; dan Keterbukaan, Akuntabilitas, Tanggung Jawab,
Kemandirian, dan juga Kewajaran. Penerapan
11) Rencana Jangka Panjang (RJP) dan
prinsip-prinsip tersebut di lingkungan LPEI, sudah
Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan
disepakati oleh Dewan Direktur, Direktur
(RKAT).
Eksekutif, jajaran manajemen dan seluruh insan
LPEI guna menciptakan Lembaga yang
senantiasa tumbuh serta kuat dan bertahan dalam
menjalankan roda bisnisnya.
Keterbukaan 1. Lembaga mengungkapkan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat dan
dapat diperbandingkan serta dapat diakses oleh pihak yang berkepentingan
(stakeholders) sesuai dengan haknya.
2. Lembaga mengungkapkan informasi yang meliputi tetapi tidak terbatas pada visi, misi,
sasaran usaha, strategi Lembaga, kondisi keuangan, susunan dan kompensasi
manajemen, pejabat eksekutif, pengelolaan risiko, sistem pengawasan dan pengendalian
intern, status kepatuhan, sistem dan implementasi good corporate governance serta
informasi dan fakta material.
3. Prinsip keterbukaan tetap memperhatikan ketentuan rahasia Lembaga, rahasia jabatan,
dan hak-hak pribadi sesuai peraturan yang berlaku.
4. Kebijakan Lembaga harus tertulis dan dikomunikasikan kepada stakeholders dan yang
berhak memperoleh informasi tentang kebijakan tersebut.
Akuntabilitas 1. Lembaga menetapkan sasaran usaha dan strategi untuk dapat dipertanggungjawabkan
kepada stakeholders.
2. Lembaga menetapkan check and balance system dalam pengelolaan Lembaga.
3. Lembaga memiliki ukuran kinerja dari semua organ lembaga berdasarkan ukuran yang
disepakati dan sejalan dengan nilai-nilai Perusahaan (Corporate Culture Values), sasaran
usaha dan strategi Lembaga serta memiliki rewards and punishment system.
4. Lembaga harus meyakini bahwa semua organ organisasi Lembaga mempunyai
kompetensi sesuai dengan tanggung jawabnya dan memahami perannya dalam
implementasi good corporate gorvernance.
Tanggung Jawab 1. Lembaga berpegang pada prinsip kehati-hatian (prudential principle) dan menjamin
kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku.
2. Lembaga sebagai good corporate citizen peduli terhadap lingkungan dan melaksanakan
tanggung jawab sosial secara wajar
Kemandirian 1. Lembaga menghindari terjadinya benturan kepentingan (conflict of interest).
2. Lembaga mengambil keputusan secara objektif dan bebas dari segala tekanan pihak
manapun
Kewajaran 1. Lembaga memperhatikan kepentingan seluruh stakeholders asas kesetaraan dan
kewajaran (equal treatment).
2. Lembaga memberikan kesempatan kepada seluruh stakeholders untuk memberikan
masukan dan menyampaikan pendapat bagi kepentingan Lembaga serta membuka
akses terhadap informasi sesuai dengan prinsip keterbukaan.
Keterangan:
Managing Director/Direktur
Pelaksana, diangkat oleh Dewan
Direktur untuk membantu Direktur
Eksekutif.
Direktur Pelaksana
Mengacu pada ketentuan tersebut di atas, komposisi fungsi audit ekstern harus dilaksanakan untuk
Dewan Direktur berjumlah paling banyak 10 memastikan terselenggaranya kepatuhan terhadap
(sepuluh) orang, yang terdiri dari: UU Nomor 2/2009 dan peraturan pelaksanaannya
serta peraturan perundang-undangan lain yang
a. 3 (tiga) orang pejabat yang berasal dari instansi berlaku.
atau lembaga yang membidangi fiskal.
Adapun hasil Self Assessment atas penerapan b) Tindak Lanjut Evaluasi Tata Kelola Oleh Pihak
prinsip Tata Kelola yang baik pada tahun 2020 dari Eksternal (Konsultan Independen)
11 (sebelas) indikator yaitu memperoleh Nilai
Berdasarkan penilaian pihak eksternal untuk laporan
Komposit sebesar 1,545 dengan Predikat Komposit
tahun 2021 (atas penilaian tahun 2020), LPEI telah
“Baik”, jika dibandingkan dengan tahun
melakukan beberapa tindak lanjut untuk peningkatan
sebelumnya, Predikat Komposit Self Assessment
praktik tata kelola yang baik, antara lain:
Tata Kelola masih sama namun terdapat peningkatan
nilai komposit (Predikat Komposit Self Assessment 1. Menyampaikan Laporan Keuangan berdasarkan
tahun 2020 adalah “Baik”). Prinsip Syariah secara terpisah kepada Menteri
Keuangan sesuai dengan Peraturan Menteri
Penilaian sendiri (self assessment) tersebut
Keuangan yang berlaku.
dilakukan setiap tahun atas implementasi Tata Kelola
yang Baik, dengan melibatkan beberapa Divisi di 2. Memastikan pengangkatan Kepala Satuan Kerja
dalam pemenuhannya (melibatkan masing-masing Audit Internal (SKAI) oleh Direktur Eksekutif
Unit/Divisi yang sesuai di dalam parameter penilaian setelah mendapat persetujuan Dewan Direktur
Tata Kelola yang Baik) sehingga diharapkan mampu dan menyelaraskan Piagam Audit Internal sesuai
mendapat gambaran hasil penilaian Tata Kelola yang dengan struktur organisasi SKAI yang berlaku.
Baik dengan komprehensif. 3. Melakukan survei penilaian efektivitas penerapan
Secara umum LPEI telah menerapkan prinsip-prinsip manajemen risiko yang mengukur budaya risiko
Tata Kelola yang Baik, dengan terus memperbaiki dan risk maturity level
beberapa kelemahan yang diidentifikasi pada saat 4. Pengkinian Standard Operating Procedure (SOP)
menjalankan aspek Tata Kelola yang Baik. dan Manual Pengadaan Barang dan Jasa dengan
Manajemen LPEI telah berkomitmen untuk terus tetap memperhatikan hasil audit dari pihak
melakukan perbaikan di dalam menjalankan prinsip- internal, serta selaras dengan Pedoman
prinsip Tata Kelola yang Baik dalam setiap aktivitas Pengadaan Barang dan Jasa berdasarkan
LPEI. Peraturan Dewan Direktur
Didalam melaksanakan Prinsip Tata Kelola yang 5. Memastikan rekomendasi dari Pihak Eksternal
Baik, LPEI juga menghadapi beberapa tantangan, terkait Teknologi Informasi telah selesai
antara lain adanya beberapa kali perubahan ditindaklanjuti seluruhnya.
komposisi manajemen (Direktur Pelaksana),
perubahan Struktur Organisasi, pergantian unsur 6. Melakukan pengkinian terhadap seluruh
Pimpinan Divisi, pergantian Head of, pemenuhan ketentuan yang tercantum dalam Manual
Sumber Daya Manusia, dan perkembangan Sistem Penyusunan RKAT dan RJP sesuai dengan
Otomasi, serta dari faktor eksternal terdapat Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor:
beberapa faktor, antara lain adanya Pandemik Covid- 231/PMK.06/2016 tentang Tata Cara
19 yang amat sangat memperburuk kondisi ekonomi Penyusunan, Penyampaian dan Perubahan
di berbagai industri. Rencana Jangka Panjang Serta Rencana Kerja
dan Anggaran Tahunan Lembaga Pembiayaan
Dalam menghadapi tantangan tersebut di atas, LPEI Ekspor Indonesia, diantaranya terdapat pada :
telah melakukan beberapa penyempurnaan pada
sistem/proses dan Sumber Daya Manusia, antara lain a. Bab III Ketentuan Penyusunan RKAT dan
melakukan perubahan dalam struktur organisasi RJP, Huruf C Proses Penyusunan RKAT dan
yang sesuai dengan LPEI, hingga memperkuat fungsi RJP, terkait muatan RKAT; dan
Three Lines of Defense. b. Bab IV Dokumentasi, Administrasi dan
Selain melakukan penilaian sendiri, penilaian Pelaporan, Huruf C Pelaporan dan
penerapan Tata Kelola yang Baik di LPEI dilakukan Pengawasan terkait batas waktu
juga oleh pihak eksternal (konsultan independent). penyampaian laporan realisasi RKAT.
Hal ini dimaksudkan agar LPEI dapat memperoleh c) Implementasi 3 Aspek Governance System
keyakinan dan objektivitas terhadap kualitas
penerapan Tata Kelola di lingkungan LPEI. Struktur Tata Kelola
Struktur dan infrastruktur Tata Kelola di LPEI sudah
memenuhi ketentuan. Perubahan susunan
kepengurusan LPEI pada periode ini telah memenuhi
ketentuan dan dilaporkan kepada otoritas yang dan tidak dikenakannya sanksi administratif baik oleh
berwenang serta memenuhi aspek transparansi pihak regulator, maupun pihak berwenang lainnya.
kepada publik. Selain mematuhi ketentuan minimum
Pada periode tahun 2021 LPEI juga
mengenai pembentukan Komite pada tingkat Dewan
menyelenggarakan aktivitas lainnya sebagai wujud
Direktur, LPEI juga membentuk Komite (yang
hasil tata kelola sebagaimana disampaikan dalam
dibentuk Direktur Eksekutif) untuk mendukung
bagian pencapaian manajemen termasuk aktivitas-
penerapan tugas dan tanggung jawab Direktur
aktivitas lainnya (seperti edukasi ekspor, tanggung
Eksekutif dalam pengelolaan kegiatan operasional
jawab sosial, memperbaiki mekanisme pengaduan
LPEI. Ketentuan internal LPEI disusun berdasarkan
nasabah, dan kerjasama dengan berbagai pihak
kerangka kerja yang berbasis risiko dan disesuaikan
lainnya dalam rangka mendukung program
dengan kompleksitas usaha dan tingkatan organisasi
pemerintah).
dalam LPEI. Lebih lanjut, pada tahun 2021, LPEI
telah melakukan penyesuaian unit kerja sebagai
upaya meningkatkan implementasi GCG serta
bertanggung jawab atas implementasi keberlanjutan
(sustainability) di LPEI.
Kasan
Anggota Dewan
KMK 274/KMK.06/2020 kedua dengan sesama anggota Dewan Direktur.
Direktur
Anggota Dewan
c. Seluruh Dewan Direktur telah menandatangani
Arus Gunawan KMK 530/KMK.06/2020
Direktur Surat Pernyataan Independensi.
Anggota Dewan
Felia Salim KMK 522/KMK.06/2018
Direktur Sehingga transaksi yang mengandung benturan
Anggota Dewan
Rijani Tirtoso KMK 934/KMK.06/2019 kepentingan di lingkungan LPEI dapat dihindari.
Direktur
a. Merumuskan dan menetapkan kebijakan serta Keberagaman komposisi Dewan Direktur, Direktur
melakukan pengawasan terhadap kegiatan Eksekutif dan Direktur Pelaksana LPEI telah sesuai
operasional LPEI sesuai UU Nomor 2/2009. dengan kebijakan yang diatur dalam Pasal 25 UU
Nomor 2/2009.
b. Memastikan implementasi GCG dalam setiap
kegiatan usaha Lembaga pada seluruh
tingkatan atau jenjang organisasi. Frekuensi Pelaksanaan Rapat Dewan Direktur
c. Melaksanakan pengawasan pelaksanaan tugas Rapat Dewan Direktur wajib dilaksanakan secara
dan tanggung jawab Direktur Eksekutif, serta berkala paling kurang 1 (satu) kali dalam sebulan dan
memberikan nasihat kepada Direktur Eksekutif. rapat wajib dihadiri oleh seluruh anggota Dewan
Direktur secara fisik paling kurang 4 (empat) kali
d. Mengarahkan, memantau, dan mengevaluasi
dalam setahun. Rapat Dewan Direktur dipimpin oleh
pelaksanaan kebijakan dasar dan strategis.
Ketua Dewan Direktur.
e. Memastikan Direktur Eksekutif telah
Pengambilan keputusan rapat Dewan Direktur
menindaklanjuti temuan audit.
dilakukan berdasarkan musyawarah mufakat.
f. Membentuk komite sebagaimana diatur dalam Apabila mufakat tidak tercapai, maka keputusan
Peraturan Menteri Keuangan. dapat diambil dengan pemungutan suara terbanyak.
Segala keputusan Dewan Direktur bersifat mengikat
bagi seluruh anggota Dewan Direktur.
Pengungkapan Mengenai Board Charter
Demi menjaga tertib administrasi dan dokumentasi
Dalam menjalankan tugas, Dewan Direktur memiliki yang baik, semua hasil rapat dituangkan dalam
pedoman dan tata tertib kerja yang diatur dalam risalah rapat, termasuk jika terjadi perbedaan
Peraturan Dewan Direktur pendapat beserta alasannya.
Nomor 0007/PDD/12/2020 tentang Pedoman Tata
Rapat Dewan Direktur dipimpin oleh Ketua Dewan
Kerja Dewan Direktur LPEI (Board Manual).
Direktur merangkap Direktur Eksekutif dan selalu
Pedoman dan tata tertib kerja tersebut menjabarkan
melibatkan Anggota Dewan Direktur lainnya. Selain
antara lain mengenai tugas, wewenang, kewajiban,
itu juga dilakukan rapat gabungan antara Dewan
tanggung jawab, pembagian kerja, waktu kerja, etika
Direktur dan Direktur Pelaksana. Sampai dengan 31
kerja, tata tertib pelaksanaan rapat, dan pelaksanaan
Desember 2021, Dewan Direktur telah mengadakan
tugas berkaitan dengan Rapat Pengesahan.
rapat sebanyak 33 kali rapat.
b) Direktur Eksekutif Dan Direktur Pelaksana mewakili LPEI baik di dalam maupun di luar
pengadilan.
Kegiatan Operasional LPEI dilakukan oleh Direktur
Eksekutif, dan dalam menjalankan tugasnya, Direktur
Eksekutif dibantu oleh 5 (lima) Direktur Pelaksana. Komposisi Direktur Eksekutif – Direktur
Pelaksana
Mengacu pada pasal 25 ayat (5) UU Nomor 2/2009,
Direktur Eksekutif LPEI merupakan salah satu Komposisi Dewan Direktur LPEI mengalami 1 (satu)
anggota Dewan Direktur yang ditetapkan oleh kali perubahan sepanjang tahun 2021. Berikut
Menteri Keuangan sebagai Ketua Dewan Direktur komposisi Direktur Eksekutif - Direktur Pelaksana per
merangkap Direktur Eksekutif. Selanjutnya, pada 31 Desember 2021 sampai dengan periode
Pasal 29 ayat (1) dan Pasal 30 ayat (1), Direktur pelaporan adalah sebagai berikut:
Eksekutif melaksanakan kegiatan operasional dan
Tugas Dan Tanggung Jawab Direktur (4) Membantu Direktur Eksekutif menyusun RJP
Eksekutif dan RKAT LPEI.
Tugas Direktur Eksekutif sebagaimana diatur (5) Menindaklanjuti temuan audit dan
dalam Peraturan Menteri Keuangan, meliputi: rekomendasi dari Satuan Kerja Audit Intern,
audit ekstern, dan/atau hasil pengasawan
(1) Melakukan kegiatan operasional Lembaga Menteri Keuangan dan/atau hasil pengawasan
sesuai dengan UU Nomor 2/2009. tertentu oleh otoritas lain.
(2) Melaksanakan kepengurusan Lembaga.
(3) Melaksanakan implementasi GCG dalam (6) Menerapkan prinsip-prinsip Tata kelola yang
setiap kegiatan usaha Lembaga pada seluruh baik dalam setiap kegiatan usaha Lembaga
tingkatan atau jenjang organisasi. pada seluruh tingkatan atau jenjang
(4) Membentuk komite sebagaimana diatur dalam organisasi.
PMK. (7) Membantu Direktur Eksekutif dalam menyusun
(5) Menindaklanjuti temuan audit dan pedoman dan tata tertib kerja yang bersifat
rekomendasi dari Satuan Kerja Audit Intern, bagi mengikat bagi Direktur Eksekutif dan
audit ekstern, dan/atau hasil pengasawan Direktur Pelaksana.
Menteri Keuangan dan/atau hasil pengawasan
tertentu oleh otoritas lain.
(6) Menyusun pedoman dan tata tertib kerja yang Pembidangan Tugas Direktur Eksekutif dan
bersifat bagi mengikat bagi Direktur Eksekutif Direktur Pelaksana
dan Direktur Pelaksana.
Pembidangan Direktur Eksekutif dan Direktur
Direktur Pelaksana Pelaksana dilakukan berdasarkan
Direktur Pelaksana bertanggung jawab kepada MPO.0003/CEO/02/2021 Perihal Penyempurnaan
Direktur Eksekutif atas pelaksanaan operasional Ketujuh PDE No. 0065/PDE/11/2019 tentang
bidang yang disupervisi. Tugas Direktur Pelaksana Pedoman dan Tata Kerja Organisasi LPEI dengan
sebagaimana diatur dalam Peraturan Direktur rincian sebagai berikut:
Eksekutif Nomor 0041/PDE/11/2011 tentang
Pedoman Tata Kerja Direktur Pelaksana LPEI
yaitu:
1 Melakukan Supervisi, Memberikan RKAT dan IKU 2020 LPEI Untuk memenuhi kebutuhan LPEI.
Konsultasi , dan Melaksanakan Review
atas RKAT dan IKU 2021 LPEI, Internal Untuk memastikan seluruh
Audit, dan Compliance Rencana Audit sudah tercakup
RKAT dan IKU 2020 Internal Audit dalam RAT.
Untuk memastikan bahwa
RKAT dan IKU 2020 Compliance pelaksanaan GCG telah
dilaksanakan sesuai Best
Practices.
2 Melakukan Supervisi dan Koordinasi Kolaborasi dengan stakeholder Memenuhi kebutuhan LPEI
dengan pihak terkait secara detil dalam utama Komite Audit a.l. BPK, OJK.
pemenuhan kebutuhan LPEI dan strategi
pencapaiannya
3 Melakukan Supervisi, Memberikan Tanggapan dan tindak lanjut Untuk memastikan seluruh temuan
Konsultasi, dan Melaksanakan temuan Auditor Eksternal (BPK, audit telah ditindaklanjuti dan
Kolaborasi dengan pihak terkait secara OJK), Kantor Akuntan Publik, dan sesuai komitmen
detil step-step secara berurutan mulai Divisi Internal Audit
dari yang paling penting dan urgent
(critical milestones) yang harus dipenuhi
beserta timeline atau target waktu
masing-masing milestones dan strategi
pencapaiannya)
b. Masa jabatan anggota Komite Remunerasi dan f) Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan
Nominasi yang berasal dari pejabat LPEI yang kebijakan remunerasi dan nominasi.
membawahi bidang SDM adalah sesuai dengan
masa tugasnya sebagai pejabat LPEI yang Rapat Komite Remunerasi dan Nominasi
membawahi bidang SDM. Selama tahun 2021, Komite Remunerasi dan
Nominasi telah menyelenggarakan rapat sebanyak
Namun begitu Dewan Direktur berhak sewaktu
11 (sebelas) kali, dengan frekuensi dan tingkat
waktu untuk melakukan penggantian struktur
kehadiran sebagai berikut
anggota Komite Remunerasi dan Nominasi, dalam
hal dinilai tidak melaksanakan tugas sebagaimana Frekuensi Rapat dan Tingkat Kehadiran
mestinya dengan tetap memperhatikan ketentuan
Nama Jabatan Kehadiran % Kehadiran
keanggotaan.
Suminto Ketua 11 100%
Independensi Anggota Komite Kasan Anggota 11 100%
Seluruh anggota Komite Remunerasi dan Nominasi Wahyu P Wibowo Anggota 11 100%
berasal dari pihak independen tidak memiliki
hubungan keuangan, kepengurusan saham
dan/atau hubungan keluarga dengan Dewan Program Pengembangan Komite
Direktur, Direktur Eksekutif, Direktur Pelaksana,
Sepanjang tahun 2021, Bapak Kasan selaku
dan/atau Pemegang Saham dan/ atau anggota
anggota Komite Remunerasi dan Nominasi telah
komite lainnya. mengikuti pelatihan sebanyak 1 (satu) kali, yaitu
Seluruh anggota Komite juga telah pelatihan Loan Covid Restructuring After
Implementation of POJK 48/2020 online short
menandatangani Surat Pernyataan Independensi.
course yang dilaksanakan pada tanggal 5 Agustus
tahun 2021.
Tugas dan Tanggung Jawab
Tugas dan tanggung jawab dari Komite 3) Komite Pemantau Risiko
Remunerasi dan Nominasi adalah: Dasar Hukum
a) Merekomendasikan kepada Dewan Direktur
mengenai kebijakan remunerasi pegawai Komite Pemantau Risiko dibentuk berdasarkan
untuk disampaikan kepada Direktur Eksekutif, Pasal 8 ayat (1) Peraturan Menteri Keuangan
antara lain sistem penggajian, pemberian (PMK) Nomor 141/PMK.010/2009 tentang Prinsip
tunjangan, dan kesinambungan penghasilan Tata Kelola Lembaga Pembiayaan Ekspor
pada hari tua; Indonesia (PMK 141/2009). Sebagaimana tertuang
b) Merekomendasikan kepada Dewan Direktur dalam ketentuan Pasal 36 PMK 141/2009, Komite
Pemantau Risiko bertugas untuk membantu Dewan
mengenai kebijakan nominasi pegawai untuk
Direktur dalam melakukan penilaian independen
disampaikan kepada Direktur Eksekutif, antara secara berkala dan memberikan rekomendasi
lain memberikan usulan kriteria seleksi dan tentang risiko usaha dalam hubungannya dengan
prosedur nominasi, serta menyusun sistem Pembiayaan Ekspor Nasional yang diberikan oleh
penilaian; LPEI.
c) Memberikan rekomendasi kepada Dewan
Direktur mengenai kebijakan remunerasi bagi Piagam Komite Pemantau Risiko
Dewan Direktur, Direktur Eksekutif, dan Sebagai pedoman dan tata tertib kerja komite,
Direktur Pelaksana untuk disampaikan kepada terdapat Piagam Komite Pemantau Risiko yang
Menteri; ditetapkan melalui Peraturan Dewan Direktur
d) Menyusun dan memberikan rekomendasi Nomor 0009/PDD/12/2020 tentang Piagam Komite
kepada Dewan Direktur mengenai sistem serta Pemantau Risiko Lembaga Pembiayaan Ekspor
prosedur pemilihan dan/atau penggantian Indonesia dengan mengacu pada dasar hukum
Direktur Pelaksana dan pejabat eksekutif LPEI PMK 141/2009
untuk disampaikan kepada Direktur Eksekutif;
e) Memberikan rekomendasi kepada Dewan
Direktur mengenai pihak independen yang
akan menjadi anggota Komite ; dan
Struktur keanggotaan Komite Kebijakan dan untuk dilakukan penetapannya oleh Direktur
Pedoman LPEI Eksekutif atau Dewan Direktur.
Berdasarkan Peraturan Direktur Eksekutif Nomor b) Melakukan pengawasan atas pelaksanaan
0032/PDE/12/2021 tanggal 13 Desember 2021 peraturan internal LPEI serta merumuskan solusi
tentang Komite Kebijakan dan Pedoman, struktur atsa kendala yang dihadapi dalam bentuk
keanggotaan Komite Kebijakan dan Pedoman periodic meeting ataupun pembahasan temuan
ditetapkan sebagai berikut: audit terkait peraturan.
Head Of
Anggota 2. Komite Special Asset Management (Sektor
Compliance, 3 3 100
Tetap
HR, dan TO Komersial)
Head of Fungsi Bisnis Fungsi Risiko
Anggota
Internal 3 3 100
Tetap
Audit 1) Direktur Pelaksana I/ II 1) Direktur Eksekutif
2) Direktur Pelaksana IV 2) Direktur Pelaksana III
Kepala 3) Head of Guarantee 3) Direktur Pelaksana V
Divisi Policy Sekretaris 3 3 100 4) Head of Credit & Risk
& Prosedur 5) Kepala Divis Credit
Reviewer I/ II
Struktur keanggotaan Komite Penjaminan PEN Korporasi Dalam Rangka Pelaksanaan Program
sesuai dengan KDE Nomor 0100/KDE/11/2021 Pemulihan Ekonomi Nasional mengatur tata cara
tentang Anggota Komite Penjaminan Pemerintah pengambilan keputusan Komite, yaitu:
Bagi Pelaku Usaha Korporasi Dalam Rangka
a. Pengambilan keputusan Komite Penjaminan
Pelaksanaan Program Pemulihan Ekonomi Nasional
dapat dilakukan meIalui rapat (tatap muka),
adalah sebagai berikut:
sirkuler atau media lainnya, antara lain meIalui
1. Komite Penjaminan Fungsi Risiko teleconference, video conference atau sarana
a. Daniel James Rompas* komunikasi lainnya.
b. Henry Sihotang b. Dalam hal penyelenggaran rapat Komite
c. Titiek Setiyowati Penjaminan dilakukan secara sirkuler, maka
d. Pandu Wiguno proses persetujuan harus diserahkan secara
e. Farid Ma'ruf berurutan kepada anggota Komite Penjaminan
f. Firdaus Effendi Fungsi Bisnis untuk mendapat persetujuan dan
g. Salem Assagaf selanjutnya kepada anggota Komite Penjaminan
Fungsi Risiko.
* Kehadiran Direktur eksekutif diperlukan apabila terdapat c. Pengambilan keputusan oleh anggota Komite
kondisi yang tidak sesuai dengan Manual dan PTO terkait
Penjaminan PEN Penjaminan harus berdasarkan struktur dan
keanggotaan Komite Penjaminan dalam
2. Komite Penjaminan Fungsi Bisnis pemutusan Penjaminan Kredit sebagaimana
a. Dikdik Yustandi diatur dalam Peraturan Direktur Eksekutif dan
b. Maqin Uddin Norhadi Peraturan Direktur Pelaksana yang mengatur
c. Salomi Adriana tentang Penjaminan Kredit Pemerintah Untuk
d. Damianus Ledjo Hufat Pelaku Usaha Korporasi Dalam Rangka
e. Rusdi Dahardin Pelaksanaan Program Pemulihan Ekonomi
f. Sofyan Irianto N Nasional Lembaga Pembiayaan Ekspor
g. Rony Kuntadi Indonesia.
h. Andri Setiawan d. Pengambilan keputusan oleh Komite Penjaminan
i. Joni Haryanto untuk menyetujui atau menolak Memorandum
Evaluasi Penjaminan didasarkan atas
3. Narasumber dan Non Voting Member persetujuan seluruh anggota Komite Penjaminan
a. Dyah Hindraswarini sesuatu struktur dan keanggotaan yang berlaku.
b. Ratih D. item
Frekuensi dan Kehadiran Rapat
Tugas dan Tanggung Jawab Sepanjang tahun 2021, Komite Penjaminan PEN
telah melakukan 43 kali rapat dengan frekuensi
Berdasarkan PDP.0001/MDI/09/2021 tentang
kehadiran sebagai berikut:
Petunjuk Teknis Operasional Produk Penjaminan
Kredit Pemerintah Untuk Pelaku Usaha Korporasi No Anggota Frekuensi Kehadiran %
Dalam Rangka Pelaksanaan Program PEN LPEI,
1 Pandu Wiguno 43 43 100%
Komite Penjaminan terdiri dari anggota Komite
2 Rony Kuntadi 43 43 100%
Penjaminan Fungsi Bisnis dan anggota Komite
Penjaminan Fungsi Risiko, untuk menjalankan 3 Farid Maruf 12 12 100%
limit penjaminan dan Risk Profile External Assesor Anggota 1. Head of selain Kepala Divisi/pejabat
Tidak Tetap : anggota tetap; setingkat Kepala
(Pefindo Biro Kredit). 2. Kepala Divisi/ Divisi selain anggota
pejabat tetap yang terkait
setingkat Kepala dengan materi
Divisi selain pembahasan.
anggota tetap;
Yang terkait
5) Komite Pengembangan Produk dengan materi
pembahasan
Struktur dan kewenangan Komite Pengembangan
Produk ditetapkan dalam Sedangkan Struktur dan Keanggotaan Komite
Pengembangan Produk sesuai PDE Nomor
a) Peraturan Direktur Eksekutif nomor
0018/PDE/04/2018 adalah sebagai berikut:
0018/PDE/04/2018 tanggal 30 April 2018
tentang Komite Pengembangan Produk; dan
Ketua : Direktur Pelaksana I, II, III, V
perubahannya merangkap
b) Peraturan Direktur Eksekutif nomor Anggota
Tetap
0033/PDE/12/2021 tanggal 13 Desember 2021 Wakil Ketua : Direktur Pelaksana IV
tentang Komite Pengembangan Produk merangkap
Anggota
Komite ini bertugas untuk memberikan rekomendasi Tetap
Sekretaris : Kepala Divisi Sumber Daya Manusia
kepada Direktur Eksekutif mengenai persetujuan merangkap dan Pengembangan Organisasi
rancangan peraturan terkait produk dan Anggota
aktivitas/kegiatan LPEI, pengembangan produk dan Tetap
Anggota : Anggota Tetap :
aktivitas/kegiatan baru, penyempurnaan produk dan 3. Seluruh Direktur Pelaksana yang
aktivitas/kegiatan agar sesuai dengan strategi dan tidak menjadi Ketua dan Wakil
Ketua Komite Pengembangan
perkembangan bisnis. Produk
4. Kepala Divisi Hukum dan
Kepatuhan
Struktur dan Keanggotaan Komite 5. Kepala Divisi Manajemen Risiko
Pengembangan Produk Anggota Tidak Tetap :
Kepala Divisi Unit Kerja yang terkait
dengan materi pembahasan
Struktur dan Keanggotaan Komite Pengembangan
Produk sesuai PDE Nomor 0033/PDE/12/2021
adalah sebagai berikut:
1) Agenda rapat dapat bersifat rutin maupun Prosentase jumlah kehadiran Direktur Pelaksana 100% atau
telah sesuai dengan ketetapan kuorum dalam Komite
insidentil dengan memperhatikan tingkat Pengembangan Produk.
urgensi permaslaahan yang perlu diangkat
(matter arriving) maupun hak prerogatif dari
ketua Komite.
2) Pengambilan keputusan Komite dapat 6) Komite Assets Dan Liabilities
dilakukan melalui rapat tatap muka atau secara
Komite Assets & Liabilities Management Lembaga
sirkuler.
Pembiayaan Ekspor Indonesia dibentuk
3) Rapat tatap muka dapat dilakukan secara fisik
berdasarkan Peraturan Direktur Eksekutif nomor
atau melalui media telekonferensi, video
0026/PDE/05/2019 tanggal 23 Mei 2019 tentang
konferensi, atau sarana media elektronik
Komite Assets & Liabilities Management Lembaga
lainnya yang memungkinkan semua peserta
Pembiayaan Ekspor Indonesia, yang selanjutnya
rapat saling melihat dan mendengar secara
dilakukan perubahan sbb:
langsung serta berpartisipasi dalam rapat.
4) Hasil rapat Komite wajib dituangkan dalam a) Memorandum Prosedur Nomor:
risalah rapat yang ditandatangani oleh Ketua MPO.0006/CEO/02/2020 perihal Perubahan
dan Sekretaris Komite serta didokumentasikan Peraturan Direktur Eksekutif Tentang Komite
sesuai ketentuan yang berlaku. Assets & Liabilities Management Lembaga
5) Pengambilan keputusan Komite dianggap Pembiayaan Ekspor Indonesia dan Nomor:
kuorum apabila sedikitnya dihadiri oleh : MPO.0036.01/CEO/08/2020 perihal
1) Ketua; Perpanjangan Memorandum Prosedur
2) Sekretaris; Nomor.0006/CEO/02/2020 perihal Perubahan
3) Anggota tetap selain Ketua dan sekretaris Peraturan Direktur Eksekutif Tentang Komite
dengan kehadiran lebih dari setengah Assets & Liabilities Management Lembaga
anggota tetap; dan Pembiayaan Ekspor Indonesia; dan
4) 1 (satu) anggota tidak tetap. b) Peraturan Direktur Eksekutif Nonot:
0026/PDE/09/2021 tentang Komite Assets &
Liabilities Management Lembaga Pembiayaan
Frekuensi dan Kehadiran Rapat
Ekspor Indonesia yang ditetapkan pada tanggal
7 September 2021 dan mempunyai daya laku
Sepanjang tahun 2021, Komite Pengembangan surut terhitung sejak tanggal 8 Februari 2021.
Produk telah melakukan 14 kali rapat Komite
Pengembangan Produk (tatap muka dan sirkuler) Struktur Keanggotaan dan Status Hak Suara
dengan agenda dan frekuensi kehadiran sebagai
berikut:
Struktur dan Keanggotaan Komite Assets &
Frekuensi dan Kehadiran Rapat Liabilities Management adalah sebagai berikut:
Komite Pengembangan Produk
1. Periode 1 Januari 2021 s.d 7 Februari 2021
Frek. Jumlah Sesuai Memorandum Prosedur Nomor
Nama Jabatan (%)
Rapat Kehadiran
MPO.0036.01/CEO/08/2020 perihal
Direktur
Anggota Perpanjangan Memorandum Prosedur Nomor
Pelaksana 14 7 100%
Tetap
I 0006/CEO/02/2020 perihal Perubahan Peraturan
Direktur
Pelaksana
Anggota
14 10 100% Direktur Eksekutif Tentang Komite Assets &
Tetap
II Liabilities Management Lembaga Pembiayaan
Direktur
Anggota Ekspor Indonesia, struktur dan keanggotaan
Pelaksana 14 2 100%
Tetap adalah sebagai berikut:
III
Wakil
Direktur Ketua
Ketua merangkap
Pelaksana merangkap 14 11 100% Direktur Eksekutif
IV Anggota Anggota Dengan :
Tetap Hak Suara
Ketua Sekretaris
Direktur Kepala Divisi Middle Office
merangkap merangkap
Pelaksana 14 13 100% : Treasury
anggota Anggota Dengan
V
tetap Hak Suara
Catatan:
kebijakan pricing assets dan liabilities dengan b. Pengambilan keputusan Komite dianggap
tujuan mengoptimalkan interest margin kuorum apabila sedikitnya dihadiri oleh:
(spread) dengan mempertimbangkan biaya i. Ketua dan/atau Wakil Ketua,
modal, overhead cost dan risiko. ii. 2 (dua) orang Anggota dengan hak suara
4. Manajemen Forex yang terdiri dari:
Menetapkan kebijakan dan pengelolaan - 1 (satu) orang Anggota yang membidangi
kesenjangan posisi (forex gap) antara assets Bisnis.
dan liabilities dengan tujuan untuk menjaga - 1 (satu) orang Anggota yang membidangi
tingkat risiko forex sesuai dengan ketentuan Risk Management.
yang berlaku. c. Keputusan rapat harus diambil berdasarkan
c. Menyelenggarakan rapat Komite Assets & musyawarah untuk mufakat.
Liabilities Management sekurang-kurangnya 1 d. Seluruh keputusan Komite wajib dituangkan
(satu) bulan sekali atau setiap saat apabila dalam Risalah Rapat dan ditatausahakan
dipandang perlu. secara lengkap dan tertib.
Invitee Member:
5. Head of Kepatuhan 25 25 100%
6. Head of Internal Audit 24 25 96%
7. Head of Operation & IT 18 19 95%
8. Kepala Divisi / pejabat - - -
setingkat kepala Divisi dari
unit kerja yang terundang.
Anggota : a. Kepala Divisi dengan fungsi ini bertugas untuk memberikan rekomendasi kepada
Special Audit;
Direktur Eksekutif dalam menetapkan strategi
b. Kepala Divisi dengan fungsi
Hukum; teknologi dan sistem informasi guna mendukung
c. Kepala Divisi dengan fungsi perkembangan kegiatan usaha dan bisnis LPEI.
Operasional;
d. Kepala Divisi dengan fungsi
Kepatuhan Struktur Keanggotaan dan Status Hak Suara
Sekretaris : Kepala Divisi dengan fungsi
Struktur keanggotaan Komite Teknologi dan Sistem
merangkap Manajemen Risiko
Anggota Tetap Informasi adalah sebagai berikut:
3. Kesesuaian proyek TSI yang disetujui dengan c. Rapat ketiga dengan agenda laporan hasil
rencana pengembangan TSI; realisasi pelaksanaan Rencana Strategis
4. Kesesuaian atas pelaksanaan proyek TSI Teknologi Sistem Informasi selama tahun
dengan rencana proyek TSI yang disetujui; berjalan dan realisasi penggunaan
5. Kesesuaian TSI dengan kebutuhan sistem anggaran;
informasi manajemen serta kebutuhan kegiatan selain rapat sebagaimana tersebut di atas, rapat
usaha LPEI dapat juga dilakukan setiap waktu bilamana
6. Efektivitas mitigasi risiko atas investasi LPEI dipandang perlu atas permintaan seorang atau
lebih anggota komite, atau atas permintaan
pada sektor TSI terhadap pencapaian tujuan
manajemen atau atas usulan unit kerja terkait
bisnis LPEI dengan menyampaikan materi yang akan
7. Pemantauan atas kinerja TSI dan upaya dibahas dan berkoordinasi dengan Sekretaris
peningkatan TSI Komite
8. Upaya penyelesaian berbagai masalah terkait 6. Keputusan rapat diambil berdasarkan
TSI yang tidak dapat diselesaikan oleh satuan musyawarah untuk mufakat
kerja pengguna dan penyelenggara TSI secara 7. Dalam hal musyawarah mufakat tidak tercapai,
efektif, efisien, dan tepat waktu maka keputusan diambil dengan pemungutan
9. Kecukupan dan alokasi sumber daya TSI yang suara terbanyak dari peserta rapat yang memiliki
dimiliki. hak suara/voting right Suara terbanyak diperoleh
berdasarkan suara setuju lebih dari 1/2 (satu per
Tata Cara Pengambilan Keputusan dua) bagian dari jumlah suara sah dalam kuorum
rapat
Tata cara pengambilan keputusan Komite Teknologi 8. Seluruh keputusan Komite wajib dituangkan
dan Sistem Informasi adalah sebagai berikut: dalam Risalah Rapat dan ditatausahakan secara
1. Pengambilan keputusan Komite dilakukan lengkap dan tertib oleh Sekretaris Komite.
secara rapat tatap muka/sirkuler.
2. Rapat tatap muka dapat dilakukan secara fisik Frekuensi dan Kehadiran Rapat
atau melalui media telekonferensi, video
Sepanjang tahun 2021, Komite Teknologi dan
konferensi atau sarana media elektronik lainnya
Sistem Informasi telah melakukan 3 kali rapat
yang memungkinkan semua peserta rapat saling
dengan agenda dan frekuensi kehadiran sebagai
melihat dan mendengar secara langsung serta
berikut :
berpartisipasi dalam rapat.
3. Rapat Komite dipimpin oleh Ketua, apabila Ketua Tabel Frekuensi & Kehadiran Rapat
Komite Teknologi Sistem Informasi 2020
berhalangan hadir maka rapat dipimpin oleh
Wakil Ketua
Frek Jum.
4. Kuorum rapat dan pengambilan keputusan Nama Jabatan (%)
Komite Teknologi Sistem Informasi adalah paling Rapat Kehadiran
penggunaan anggaran;
Laporan GCG 2021
Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) Membangun Negeri
43
LAPORAN GCG 2021
Frek Jum.
d. Melakukan review secara berkala
Nama Jabatan (%) sekurang-kurangnya sekali dalam tiga
Rapat Kehadiran
bulan atas pemenuhan prinsip Syariah
Anggota 3 3 100% terhadap pelaksanaan kegiatan usaha
Head of Tetap Syariah LPEI.
Credit & Risk dengan
Hak Suara e. Melakukan pengawasan, pemeriksaan
dan assessment kepatuhan syariah di
Anggota 3 3 100% kantor-kantor wilayah LPEI, termasuk
Head of
Tetap
Compliance,
tanpa Hak melakukan edukasi dan pembinaan
HR & TO
Suara kepada staf-staf kanwil dan nasabah-
nasabah yang direkomendasikan oleh
Anggota 3 3 100%
Head of Tetap kantor pusat atau kanwil.
Internal Audit tanpa Hak f. Menyusun Laporan Hasil Pengawasan
Suara
DPS kepada Direktur Eksekutif dan DSN-
MUI secara semesteran sesuai dengan
format yang ditetapkan oleh LPEI. Laporan
e) Dewan Pengawas Syariah (DPS)
sebagaimana dimaksud pada ayat ini wajib
Sesuai dengan Undang-Undang No. 2 Tahun 2009 disampaikan paling lambat 2 (dua) bulan
tentang Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia, setelah periode semester dimaksud
LPEI dapat melakukan kegiatan usaha berdasarkan berakhir.
prinsip syariah. Dalam melaksanakan kegiatan 3. Anggota DPS wajib menyediakan waktu yang
usaha berdasarkan prinsip syariah tersebut, LPEI cukup bagi LPEI untuk melaksanakan tugas dan
wajib menunjuk Dewan Pengawas Syariah (DPS) tanggun jawabnya secara optimal.
guna membantu Direktur Eksekutif dalam
memastikan kepatuhan kepada prinsip-prinsip Keanggotaan
syariah termasuk juga penerapan prinsip-prinsip
Good Corporate Governance (GCG) dalam setiap
proses pengambilan keputusan. Per 31 Desember 2021, anggota Dewan Pengawas
Syariah LPEI adalah sebagai berikut:
Ketua Kanny Hidaya, SE., MA
Tugas dan Tanggung Jawab Anggota Dr. Yulizar D. Sanrego, MEc
2) Kepatuhan LPEI terhadap komitmen yang dibuat Struktur dan Organisasi Kepatuhan
oleh LPEI kepada regulator dan/atau otoritas Struktur Organisasi Fungsi Kepatuhan Tahun 2021
pengawas lain yang berwenang.
Prinsip-prinsip dasar Fungsi Kepatuhan LPEI adalah Head Of Compliance,
HR & TO
bahwa Unit Kerja Kepatuhan di LPEI harus:
1) Independen terhadap kegiatan usaha dan
kegiatan operasional LPEI, dimana pegawai
pada Unit Kerja Kepatuhan tidak boleh
Kepala Divisi
ditempatkan dalam posisi di mana ada Kepatuhan
kemungkinan terjadi konflik kepentingan antara
tanggung jawab kepatuhan dengan tanggung
jawab lainnya;
2) Memiliki kedudukan dan wewenang yang Kepala Departemen Kepala Departemen
Kepala Departemen
Regulatory & APU Monitoring &
sesuai dengan tanggung jawabnya PPT
Business Advisory
Reporting
3) Memiliki akses yang tidak terbatas untuk
mendapatkan informasi dari semua pihak yang
relevan dan sesuai dengan kewenangannya;
4) Berhak untuk mengambil inisiatif melakukan
Executive/Officer Executive/Officer Executive/Officer
investigasi terhadap pelanggaran ketentuan
regulator dan ketidakpatuhan atas sesutu hal
yang bukan bersifat kecurangan (penipuan);
5) Berhak untuk mengemukakan dan membuka
temuan hasil investigasi pelangaran ketentuan Jumlah Pegawai
kepada Direktur Eksekutif, Direktur Pelaksana
dan/atau Dewan Direktur (jika dipertimbangkan Jabatan Jumlah Pegawai
perlu); Kepala Divisi 1
6) Memiliki hak akses langsung kepada Direktur Kepala Departemen 3
Executive 2
Eksekutif;
Officer 4
7) Berhak untuk meminta pendapat kepada pihak Magang 1
eksternal (pakar/ahli) atau pihak ketiga yang
mempunyai keahlian secara teknis; dan
8) Diberikan anggaran yang memadai dan sumber Profil Kepala Divisi Kepatuhan
daya yang cukup untuk melakukan tugas dan
fungsinya. Nama : Thio Sucy
Usia : 53 Tahun
Pengawasan dan Pelaporan Kewarganegaraan : Indonesia
Domisili : Jakarta
Realisasi Program Kerja Divisi Kepatuhan Tahun
2021 telah dilakukan monitoring secara berkala. Dasar Hukum : KDE No.0038/KDE/03/2021 tanggal
Pengangkatan 10 Maret 2021 efektif sejak tanggal 1
Selain itu berdasarkan Pasal 13 PDD Nomor
Maret 2021.
0005/PDD/11/2019 Tentang Pelaksanaan Fungsi
Pengalaman Kerja : Memiliki pengalaman dan rekam
Kepatuhan LPEI, Divisi Kepatuhan wajib
jejak selama 26 tahun di industri
melaporkan pelaksanaan tugas dan tanggung perbankan, karier profesional beliau
jawabnya kepada kepada Direktur Eksekutif dan dimulai di Citibank Indonesia (1994-
Dewan Direktur secara Semesteran. Selama 2009), mengawali karir sebagai Asia
Pasific Management Associate di
Periode tahun 2021 Divisi Kepatuhan telah
Citibank Indonesia dan meniti karir
melaporkan hal tersebut melalui: memimpin beberapa divisi dengan
jabatan terakhir sebagai Vice
President AMLCO, Compliance.
Periode No. Laporan Kemudian, beliau melanjutkan karier
dengan bergabung bersama PT
Semester I Surat No. BS.0005/KPT/07/2021
Bank Barclays Indonesia dengan
Semester II Surat No. BS.0004/HCH/01/2022 menduduki jabatan sebagai Senior
Vice President, Kepala Satuan Unit
7. Penilaian Pelaksanaan Tata Kelola Lembaga dengan Head Of dan bertanggung jawab langsung
oleh Pihak Independen (SDP) dimana LPEI kepada Direktur Eksekutif. Struktur dan kedudukan
memperoleh Predikat “Baik” dengan Tingkat SKAI mengacu pada MPO.0038/CEO/08/2020 Tgl
Kecukupan 83,75%. 31 Agustus 2020.
8. Divisi Kepatuhan telah melakukan screening
Nasabah sejumlah 454 Nasabah/Calon Satuan Kerja Audit Internal (SKAI) dalam
Nasabah baru maupun pengkinian. pelaksanaan kerja pengawasan internal
9. Melakukan pemantauan dan identifikasi menggunakan pendekatan audit berbasis risiko,
transaksi menggunakan SWIFT dimana jika yang merupakan rujukan pelaksanaan dari
terdapat transaksi dari dan/atau ke sanction Committee of Sponsoring organizations of the
country, tidak akan diteruskan. Treadway Commission (COSO).
10. Divisi Kepatuhan telah berperan aktif dalam
penyusunan draft PMK 208 yang disahkan pada Piagam Audit Internal
tanggal 29 Desember 2021.
11. Melakukan kewajiban pelaporan yang LPEI telah memiliki Piagam Audit Internal sebagai
berhubungan dengan penerapan program APU- pedoman yang memuat tentang tujuan, wewenang,
PPT selama periode 2021. tanggung jawab, dan ruang lingkup pekerjaan fungsi
12. Peluncuran Whistleblowing System (WBS) dan Internal Audit dalam organisasi, sehingga dapat
Pengendalian Gratifikasi yang bekerjasama menempatkan fungsi Internal Audit secara
dengan Inspektorat Jenderal Kemenkeu (Itjen) independen.
dan Pusat Sistem Informasi dan Teknologi
Keuangan Kemenkeu (Pusintek). Piagam Audit Internal ditetapkan melalui Peraturan
13. Seluruh personel kepatuhan telah mengikuti Dewan Direktur Nomor 07/PDE/02/2019, dengan
Sertifikasi, Pelatihan, E-learning, Seminar atau rincian sebagai berikut:
workshop.
14. Divisi Kepatuhan secara rutin melakukan 1. Divisi Internal Audit dipimpin oleh seorang
internal meeting dengan satu divisi, masing- Kepala Divisi Audit Internal.
masing departemen, maupun masing-masing 2. Divisi Internal Audit merupakan satuan kerja
individu. yang bertanggung jawab langsung kepada
15. Pengembangan/Penyempurnaan sistem Direktur Eksekutif.
informasi seperti: 3. Dalam melaksanakan tugasnya Divisi Internal
a. membangun dan mengelola suatu sistem Audit menyampaikan laporan kepada Direktur
Search Engine Regulation untuk Eksekutif.
mempermudah akses peraturan bagi seluruh 4. Setiap pengangkatan, penggantian, atau
pegawai LPEI. pemberhentian Divisi Internal Audit oleh Direktur
b. Terhadap sistem Search Engine Regulation Eksekutif harus mendapat persetujuan dari
ini, Divisi Kepatuhan secara berkala seluruh Anggota Dewan Direktur dan dilaporkan
mengelola dengan melakukan updating kepada Dewan Direktur melalui Ketua Komite
Peraturan. Pada Tahun 2021 Divisi Audit.
Kepatuhan telah melakukan updating 5. Auditor yang duduk dalam Satuan Kerja Internal
sebanyak 49 peraturan. Audit bertanggung jawab secara langsung
c. Pengadaan Penyedia Jasa Enhacment kepada Kepala Divisi Internal Audit.
Computer Based Training (CBT) Tahun
2021.
16. Divisi Kepatuhan telah menindaklanjuti 100% Profil Kepala Audit Internal
seluruh komitmen/temuan hasil pemeriksaan Nama : Agung Waluyo
Auditor Eksternal pada tahun 2021. Usia : 56 Tahun
Kewarganegaraan : Indonesia
Domisili : Jakarta
g) Unit Audit Internal Dasar Hukum : Perjanjian Kerja nomor PJ.
Pengangkatan 0057/HRB/11/2020
Fungsi Audit Internal di LPEI dilaksanakan oleh Periode Jabatan : 1 Januari 2020 – sekarang
Pengalaman Kerja : Chief Audit Executive Lembaga
Satuan Kerja Audit Internal (SKAI), yang dipimpin Pembiayaan Ekspor Indonesia
oleh Kepala SKAI dengan kepangkatan sejajar
Dengan mempertimbangkan Rencana Jangka Dewan Direktur dan Direktur Eksekutif bertanggung
Panjang LPEI 2020-2024, RKAT dan IKU 2021, jawab atas efektivitas penerapan Manajemen Risiko
profil risiko LPEI TW III serta mandatory audit sesuai di LPEI. Untuk itu Dewan Direktur dan Direktur
dengan regulasi, maka tema yang akan diajukan Eksekutif harus memahami Risiko yang dihadapi
dalam Rencana Audit pada tahun 2021 adalah Lembaga dan memberikan arahan yang jelas,
sebagai berikut: melakukan pengawasan dan mitigasi secara aktif
serta mengembangkan budaya Manajemen Risiko
di LPEI.
1) Audit Mandatory (4 penugasan)
2) Audit Tematis (3 penugasan) Selain itu Dewan Direktur dan Direktur Eksekutif
3) Konsultatif (1 penugasan) juga harus memastikan struktur organisasi yang
4) CInvestigasi (10 penugasan) dan Verifikasi memadai, menetapkan tugas dan tanggung jawab
Hapus Buku (23 penugasan) yang jelas pada masing-masing unit, serta
5) Liason terhadap rencana audit OJK, BPK, dan memastikan kecukupan kuantitas dan kualitas
Itjen Kemenkeu Sumber Daya Manusia (SDM) untuk mendukung
penerapan Manajemen Risiko secara efektif.
Reference. Selain itu juga dilakukannya Penerapan serta pemahaman mengenai Pasal 17
mekanisme early warning detection secara Undang-undang Nomor 2 Tahun 2009 tentang LPEI
berkala serta penyempurnaan regulasi internal dan Peraturan Menteri Keuangan No.
serta mekanisme black listed debitur untuk 142/PMK.010/2009 tanggal 31 Agustus 2009
memperkuat credit review. tentang Manajemen Risiko LPEI tersebut secara
3. Mekanisme early warning detection dalam enterprise risk dipetakan dalam sebuah bentuk
tahap penyempurnaan dengan pengembangan kerangka kerja (framework) sehingga dapat
EWD Tools yang menggunakan beberapa memperkuat kaitan terhadap internalisasi risk
parameter sebagai alat deteksi utama sehingga culture pada LPEI. Adapun ERM framework yang
proses pelaksanaannya akan lebih cepat, telah disusun sebagai berikut:
akurat dan terstandarisasi dengan lebih baik.
4. Pengkinian risk register dalam tahap
implementasi RCSA (Risk Control Self
Assesment) secara bertahap dengan tahun ini
dimulai dengan identifikasi setiap risiko yang
ada di setiap unit kerja.
5. Penerapan manajemen risiko yang efektif
adalah dengan memantau pemahaman
(maturity knowledge) dari pegawai dan
manajemen mengenai penerapan manajemen
risiko. Untuk mengetahui hal tersebut
dilakukan Risk Awareness Survey pada tahun
2021 dengan hasil baik.
6. Kaji ulang profil risiko baik dari parameter
Inheren Risk dan KPMR (Kualitas Penerapan
Manajemen Risiko) agar selaras dengan
kekhususan Lembaga (sui generis) dan
mempertimbangkan kondisi terkini.
Pilar Penerapan Manajemen Risiko
LPEI (LPEI) menerapkan manajemen risiko Adapun kerangka tersebut diterjemahkan menjadi 4
sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 17 Undang- (empat) pilar dalam manajemen risiko lembaga,
undang Nomor 2 Tahun 2009 tentang LPEI dan dengan penjelasannya sebagai berikut:
Peraturan Menteri Keuangan No.
142/PMK.010/2009 tanggal 31 Agustus 2009 Pilar 1 : Pengawasan aktif Dewan Direktur dan
tentang Manajemen Risiko LPEI. Direktur Eksekutif
1 bulan sekali melakukan Rapat Dewan Direktur. Pilar 3: Kecukupan Proses Identifikasi,
Pengawasan Dewan Direktur di bidang manajemen Pengukuran, Pemantauan dan Pengendalian
risiko di bantu oleh Komite Pemantau Risiko. Risiko dan Sistem Informasi Manajemen Risiko
Keanggotaan Komite Pemantau Risiko terdiri dari 1
(satu) orang anggota Dewan Direktur sebagai ketua,
1 (satu) orang pihak independen yang memiliki
keahlian di bidang manajemen risiko sebagai
anggota; dan 1 (satu) orang pihak independen yang
memiliki keahlian di bidang keuangan sebagai
anggota. Tugas-tugas Komite Pemantau Risiko Identifikasi risiko dilakukan dengan cara
tersebut melakukan penilaian secara berkala dan menggabungkan dan menganalisis informasi risiko
memberikan rekomendasi tentang risiko usaha dari seluruh sumber informasi yang tersedia dengan
dalam hubungannya dengan Pembiayaan Ekspor memperhatikan probabilitas timbulnya risiko beserta
Nasional LPEI. konsekuensinya. Implementasi kecukupan proses
identifikasi risiko antara lain melalui analisis risiko
Pilar 2 : Kecukupan Kebijakan, Prosedur dan bisnis dalam kegiatan Pembiayaan, Penjaminan dan
Limit Risiko Asuransi, kajian risiko Negara dan kajian pemetaan
potensi risiko bisnis melalui riset komoditas, sektor
industri atau perkembangan ekonomi wilayah
tertentu. Selain itu, LPEI juga melakukan kajian
risiko pendanaan yang akan dilakukan.
Sistem pengendalian intern LPEI dikembangkan dan harus dikomunikasikan secara efektif.
diimplementasikan dengan menggunakan model Pengembangan budaya peduli risiko di Lembaga
Three Lines of Defense yang terdiri atas: diwujudkan dengan pengembangan lingkungan /
tata kelola yang kondusif dan framework
• First line of defense merupakan business pengelolaan risiko yang efisien dan efektif. Setiap
function yang terdiri dari unit kerja bisnis dengan kepala unit kerja bertanggung jawab untuk
aktivitas fungsional sebagai unit kerja yang memahami dan menerapkan manajemen risiko
memasarkan dan memproses pembiayaan, secara terbuka, pro-aktif, efektif dan efisien di unit
penjaminan dan asuransi dengan merujuk pada kerjanya.
kebijakan, prosedur dan limit yang telah ditetapkan
dan direview secara joint memo oleh unit kerja Prinsip-prinsip penerapan manajemen risiko di LPEI
Analisa Risiko Bisnis yang bertindak sebagai mencakup:
dynamic partner dari unit bisnis serta unit kerja
pendukung (supporting) yang mendukung LPEI wajib menerapkan manajemen risiko yang
pelaksanaan kegiatan usaha LPEI. efektif melalui penerapan prinsip-prinsip
manajemen risiko, yang meliputi :
• Second line of defense merupakan risk
manajemen and compliance function yang terdiri unit 1) Kecukupan modal (capital adequacy), yaitu
kerja Manajemen Risiko dan unit kerja yang bahwa LPEI harus mampu mengalokasikan
melakukan fungsi kepatuhan (compliance). Unit – permodalannya sesuai Risiko yang ditanggung
unit tersebut bersifat independen dalam memantau dan senantiasa mampu memelihara tingkat
penerapan manajemen risiko secara keseluruhan di kecukupan permodalan sesuai ketentuan yang
LPEI termasuk dalam pelaksanaan kegiatan berlaku.
kepatuhan (compliance). 2) Transparansi (transparancy), yaitu bahwa LPEI
secara terbuka harus menyampaikan informasi
• Third line of defense merupakan internal audit yang relevan dalam proses pengambilan
function yang terdiri dari unit kerja Audit Internal Risiko.
yang berfungsi melakukan pengendalian melalui 3) Independensi (independency), yaitu bahwa
evaluasi kepada first and second lines of defense manajemen LPEI harus bertindak secara
serta memberikan laporan kepada Direktur Eksekutif profesional dan terbebas dari tekanan dan
dan Direktur Pelaksana secara independen. pengaruh dari pihak lain.
4) Konsolidasi (consolidated), yaitu bahwa
Evaluasi atas Efektivitas Sistem Manajemen pengelolaan Risiko dilakukan secara
Risiko kelembagaan (corporate wide) dan terintegrasi
serta terkonsolidasi diantara semua jenis
Evaluasi efektivitas penerapan manajemen risiko
Risiko, unit kerja dan dilakukan secara
bertujuan untuk menilai kecukupan rancangan dan
menyeluruh.
efektivitas pelaksanaan proses manajemen risiko.
5) Proses berkelanjutan (continuous process),
Evaluasi efektivitas penerapan manajemen risiko
yaitu bahwa pengelolaan Risiko harus
antara lain dilakukan melalui pelaksanaan survei
dilakukan secara terus menerus dan
efektivitas manajemen risiko.
senantiasa selalu dikembangkan agar lebih
Pada tahun 2021 telah dilakukan Risk Survey baik sesuai dengan kondisi bisnis dan best
Awareness. Berdasarkan kajian atas hasil survei practices yang ada.
terkait dengan penilaian risk awareness melalui 6) Akuntabilitas (accountability), yaitu suatu
survey posisi struktural yang mencakup pemahaman keadaan penyelenggaran kegiatan usaha LPEI
terkait risk competency, organization, motivation dan yang dapat menjelaskan fungsi dari setiap
relationship, dapat disimpulkan hasil survei pihak yang terkait dengan LPEI sesuai dengan
menggambarkan bahwa risk awareness yang sudah peraturan perundang-undangan yang berlaku
baik. dan praktik yang berlaku umum.
7) Responsibilitas (responsibility), yaitu suatu
Penerapan Budaya Manajemen Risiko
keadaan penyelenggaraan kegiatan usaha
LPEI yang dapat menegaskan dan
Pengelolaan risiko ditujukan agar seluruh jajaran
menjelaskan peranan dan status dari setiap
organisasi di LPEI memiliki budaya peduli risiko dan
pihak yang terkait dengan LPEI untuk setiap 2) Kecukupan kebijakan, prosedur, dan penetapan
proses pembuatan dan penerapan kebijakan di limit Risiko
LPEI. - Penyusunan kebijakan dan prosedur sistem
8) Kewajaran (fairness), yaitu bahwa LPEI harus manajemen risiko operasional.
menjaga keadilan dan kesetaraan dalam - Review Enterprise Risk Management (ERM)
memenuhi hak-hak setiap pihak yang timbul Framework.
berdasarkan perjanjian dan peraturan - Pengembangan Petunjuk Teknis Operasional
perundang-undangan yang berlaku. (PTO) terkait sektor guideline.
9) Obyektif (objective), yaitu bahwa LPEI harus - Kaji ulang dan penerbitan beberapa
menerapkan Manajemen Risiko dengan ketentuan terkait manajemen risiko.
menggunakan kriteria Risiko standar yang 3) Kecukupan proses identifikasi, pengukuran,
baku dan dianalisa secara obyektif. pemantauan, dan pengendalian risiko
10) Relevan (relevancy), yaitu bahwa LPEI harus - Alligment risk management dengan GRC
manganalisa Risiko dengan menggunakan Road Map
metodologi yang relevan terhadap jenis Risiko - Risk Control Unit
yang dihadapi. - Sentralisasi Risk Register
11) Komprehensif (comprehensive), yaitu bahwa
- Otomatisasi Sistem Pelaporan Profil Risiko.
LPEI harus menerapkan manajamen Risiko
- Pengembangan Risk Acceptance Criteria
secara menyeluruh terhadap seluruh potensi
- Pengembangan sistem manajemen risiko
Risiko yang ada dan tidak bersifat parsial untuk
operasional.
jenis-jenis Risiko tertentu.
- Pengembangan back testing CKPN Kolektif.
- Pengembangan tools terkait early warning
Budaya manajemen risiko di Lembaga telah
detection.
dilakukan internalisasi dan sosialisasi melalui
- Peningkatan new credit spreadsheet.
berbagai sarana dan media, antara lain
- Peningkatan internal credit rating.
- Review dan Enhancement Business
1) Sosialisasi melalui media intranet LPEI.
Continuity Management
2) Sosialisasi melalui pelaksanaan survei
efektivitas manajemen risiko. - Pengkinian dan testing Business Continuity
3) Sosialisasi alat bantu IEB Credit Rating System. Plan (BCP)
4) Sosialisasi penggunaan dan penerapan Sistem - Implementasi Operational Risk Management
Informasi Manajemen Risiko (SIMRO). tools (Risk & Control Self Assessment, Key
5) Pengembangan kompetensi melalui Uji Risk Indicator, Loss Event Database)
Sertifikasi Manajemen Risiko bagi pegawai - Pengembangan sistem informasi dashboard
LPEI. Eksposur Risiko.
- Pelaksanaan Stress testing secara berkala.
Rencana Pengelolaan Manajemen Risiko 4) Sistem pengendalian intern yang menyeluruh
Tahun 2022 - Kaji ulang dan penerbitan kebijakan Internal
Audit Chartered
LPEI telah menyusun rencana pelaksanaan - Kaji ulang dan penerbitan kebijakan Standar
kegiatan di bidang manajemen risiko untuk tahun Penilaian Fungsi Audit Internal
2022. Berikut ini rinciannya:
57
LAPORAN GCG 2021
2. Prosedur Penetapan Remunerasi Tabel Struktur Remunerasi dan Fasilitas bagi Direktur
Eksekutif Merangkap Ketua Dewan Direktur
berdasarkan KMK No. 396/KMK.06/2021.
Usulan remunerasi Dewan Direktur dan Direktur
Pelaksana dilakukan oleh Komite Remunerasi
dan Nominasi. Komite Remunerasi dan No. Jenis Keterangan
Penghasilan
Nominasi berkordinasi dengan unit kerja Human
Resources (HR) untuk melakukan benchmarking 1 Gaji/Honorarium
terhadap penghasilan Top Management baik
dari industri perbankan maupun lembaga Direktur Eksekutif merangkap
Ketua Dewan Direktur 100%
keuangan nonbank.
2 Tunjangan
Hasil tersebut akan disampaikan kepada Dewan
Direktur melalui Komite Remunerasi dan Tunjangan Hari Maksimal 1x gaji
Raya
Nominasi. Selanjutnya, Dewan Direktur akan
mengajukan usulan remunerasi kepada Menteri
Club Membership Maksimal pada 2 (dua) club Bantuan Hukum Dalam hal terjadi
tindakan/perbuatan untuk dan
Biaya Diberikan dalam bentuk atas nama jabatannya yang
Representasi Corporate Credit Card berkaitan dengan maksud dan
tujuan serta kegiatan LPEI
LPEI senantiasa memperhatikan rasio gaji tertinggi dan terendah di lingkungan Lembaga, sebagai bagian
dari penrapan tata kelola perusahaan yang baik. Pada tahun 2020, berikut rasio dimaksud:
Tabel Rasio Gaji Tertinggi dan Gaji Terendah di LPEI Tahun 2021
Total perkara atau permasalahan hukum pada tahun 2021 yang dihadapi LPEI yaitu sejumlah 14 (empat belas)
perkara atau permasalahan hukum, diantaranya:
13 Perkara Perdata pada tingkat Pengadilan Tingkat 1. PT. JMI Dalam proses persidangan
PN Jakarta Selatan dengan Pertama 2. PT. MWI
register perkara No. (PN Jakarta Selatan) 3. PT. BWI
916/Pdt.G/2021 PN Jkt. Sel
14 Perkara Perdata pada tingkat Pengadilan Tingkat 1. PT. JMI Dalam proses persidangan
PN Jakarta Selatan dengan Pertama 2. PT. MWI
register perkara No. (PN Jakarta Selatan) 3. PT. BWI
901/Pdt.G/2021 PN Jkt Sel
15 Perkara Perdata pada tingkat Pengadilan Tingkat Tim Kurator PT. LTS Dalam proses persidangan
PN Niaga Jakarta Pusat Pertama
dengan register perkara No. (PN Niaga Jakarta
48/Pdt.Sus-Pailit- Pusat)
GLL/2021/PN.Niaga Jakarta
Pusat
16 Putusan Pengadilan Pajak Peninjauan Kembali Direktur Jenderal Pajak masih dalam proses
No. (PK) ke Mahkamah pemeriksaan Peninjauan
Put.38602/PP/M.I/13/2012 Agung RI Kembali di Mahkamah Agung
tanggal 11 Juni 2012 Republik Indonesia
17 Putusan Pengadilan Pajak Peninjauan Kembali Direktur Jenderal Pajak masih dalam proses
No. (PK) ke Mahkamah pemeriksaan Peninjauan
Put.38603/PP/M.I/13/2012 Agung RI Kembali di Mahkamah Agung
tanggal 11 Juni 2012 Republik Indonesia
18 Putusan Pengadilan Pajak Peninjauan Kembali Direktur Jenderal Pajak masih dalam proses
No. (PK) ke Mahkamah pemeriksaan Peninjauan
Put.38606/PP/M.I/13/2012 Agung RI Kembali di Mahkamah Agung
tangga l 11 Juni 2012 Republik Indonesia
19 Putusan Pengadilan Pajak Peninjauan Kembali Direktur Jenderal Pajak masih dalam proses
No. (PK) ke Mahkamah pemeriksaan Peninjauan
Put.38607/PP/M.I/13/2012 Agung RI Kembali di Mahkamah Agung
tanggal 11 Juni 2012 Republik Indonesia
20 Putusan Pengadilan Pajak Peninjauan Kembali Direktur Jenderal Pajak masih dalam proses
No. (PK) ke Mahkamah pemeriksaan Peninjauan
Put.38612/PP/M.I/13/2012 Agung RI Kembali di Mahkamah Agung
tanggal 11 Juni 2012 Republik Indonesia
21 Putusan Pengadilan Pajak Peninjauan Kembali Direktur Jenderal Pajak masih dalam proses
No. (PK) ke Mahkamah pemeriksaan Peninjauan
Put.57515/PP/M.IVB/16/2014 Agung RI Kembali di Mahkamah Agung
tanggal 20 November 2014 Republik Indonesia
22 Putusan Pengadilan Pajak Peninjauan Kembali Direktur Jenderal Pajak masih dalam proses
No. (PK) ke Mahkamah pemeriksaan Peninjauan
Put.57516/PP/M.IVB/16/2014 Agung RI Kembali di Mahkamah Agung
tanggal 20 November 2014 Republik Indonesia
Anggota Dewan Direktur, Direktur Eksekutif, dan Direktur Pelaksana LPEI dilarang mengambil keputusan
dan/atau turut serta dalam pengambilan keputusan dalam hal yang bersangkutan mempunyai benturan
kepentingan. Benturan kepentingan sebagaimana dimaksud adalah terjadi jika pengambilan keputusan
terkait dengan kepentingan pribadi anggota Dewan Direktur, Direktur Eksekutif, dan Direktur Pelaksana,
baik langsung maupun tidak langsung. Selama tahun 2021 tidak ditemukan transaksi yang mengandung
benturan kepentingan di LPEI.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 141/PMK.010/2009 tanggal 1 September 2009 perihal Prinsip Tata
Kelola Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia tidak mengatur bahwa LPEI wajib menerapkan strategi anti
fraud. Kendati demikian, LPEI perlu memiliki kebijakan anti fraud karena LPEI merupakan institusi yang
memberikan fasilitas pembiayaan selayaknya aktivitas perbankan. Kebijakan ini juga didasarkan pada
kelaziman penerapan strategi anti fraud sebagaimana diterapkan perbankan, maka di dalam menjalankan
aktivitasnya, LPEI juga menerapkan strategi anti fraud. Selama Tahun 2021, dapat diinformasikan bahwa
tidak terdapat kejadian penyimpangan / internal fraud selama tahun 2021.
Hingga berakhirnya tahun buku 2021, LPEI tidak melakukan kegiatan buy back obligasi. Sedangkan buy
back saham, bahwa berdasarkan Pasal 19 UU Nomor 2 tahun 2009 Tentang Lembaga Pembiayaan Ekspor
Indonesia, LPEI bukan merupakan perusahaan publik dan LPEI 100% (seratus persen) dimiliki oleh
Pemerintah Republik Indonesia yang modalnya tidak terbagi atas saham.
Realisasi dana untuk kegiatan CSR (Corporate Social Responsibility) Divisi Jasa Konsultasi selama
tahun 2021 dilaksanakan dalam bentuk Coaching Program for New Exporters (CPNE), Marketing
Handholding dan Community Development. Dengan total jumlah Dana CSR yang dikeluarkan pada
tahun 2021 adalah Rp. 2.309.827.153. Rincian kegiatan Jasa Konsultasi sampai dengan 31 Desember
2021 adalah sebagai berikut:
2. Marketing Handholding
Waktu
No Jenis Kegiatan Institusi Terkait Lokasi Jumlah
Pelaksanaan
Pendaftaran Calon Peserta
Marketing Handholding
1 Februari 2021 CV M Jakarta 39 UKM
produk makanan dan
minuman
Pendaftaran Calon Peserta
Marketing Handholding
2 Februari 2021 PT. FB Malang 23 UKM
produk kelapa dan
turunannya
Sosialisasi Marketing
3 April 2021 Handholding produk kelapa PT. FB Jakarta 19 UKM
dan turunannya
Sosialisasi Marketing
4 April 2021 Handholding produk CV M Malang 22 UKM
makanan dan minuman
Kurasi Calon Peserta
Marketing Handholding
5 Juni 2021 PT. FB Jakarta 19 UKM
produk produk kelapa dan
turunannya
Waktu
No Jenis Kegiatan Institusi Terkait Lokasi Jumlah
Pelaksanaan
Kurasi Calon Peserta
Marketing Handholding
6 Juni 2021 CV M Malang 22 UKM
produk makanan dan
minuman
Hasil kurasi peserta MH
7 Juli 2021 CV.AC Jepara 20 UKM
produk craft & furniture
Hasil kurasi peserta MH
8 Juli 2021 CV M Malang 16 UKM
Makanan & Minuman
Hasil kurasi peserta MH
9 Juli 2021 PT. FB Jakarta 9 UKM
Kelapa & turunannya
Posting produk di Alibaba
10 Agustus 2021 CV.AC Jepara 250 posting
Craft & Furniture
Posting produk di Alibaba
11 Agustus 2021 CV M Malang 64 posting
Makanan & minuman
Kurasi Calon Peserta
Marketing Handholding
12 Agustus 2021 produk PT. FB Jakarta 36 posting
3. Community Development