UEU Journal 17882 11 - 0652 PDF
UEU Journal 17882 11 - 0652 PDF
Abstract
Rational planning, with its formal hierarchic, strict procedures, sectorial organizations and top-down
approach cannot answer complexity of spatial problems. Communicative planning appears as a
response for traditional way of planning. Communicative planning aim to reach a consensus of a
problem. Communication between government, community and other consist of workshops, discourse,
regular discussions, meetings and other activities. This paper discussed three case studies to examine
the communicative planning process. First case is about imbalances in local housing market at
Swedish Strategic Choice Approach. Second case is about communicative planning in Raca-Slovakia
regeneration process. And the final case is about Surakarta-Indonesia focused in Mayor Surakarta
communicative approach in relocating street vendors. Understanding of communicative planning will
further enhance the role of community and informal organizations in the planning process. Role of
the planner in communicative planning is no longer just a technocratic leader, but rather the
experiential learner.
Abstrak
Perencanaan rasional, dengan hierarki formal, prosedur ketat, organisasi sektoral, dan pendekatan top-
down tidak dapat menjawab kerumitan masalah spasial. Perencanaan komunikatif muncul sebagai
respons terhadap cara perencanaan tradisional. Perencanaan komunikatif bertujuan untuk mencapai
konsensus masalah. Komunikasi antara pemerintah, masyarakat dan lainnya terdiri dari lokakarya,
wacana, diskusi reguler, rapat dan kegiatan lainnya. Makalah ini membahas tiga studi kasus untuk
memeriksa proses perencanaan komunikatif. Kasus pertama adalah tentang ketidakseimbangan di
pasar perumahan lokal di Swedia Strategic Choice Approach. Kasus kedua adalah tentang
perencanaan komunikatif dalam proses regenerasi Raca-Slovakia. Dan kasus terakhir adalah tentang
Surakarta-Indonesia yang berfokus pada pendekatan komunikatif Walikota Surakarta dalam
merelokasi PKL. Memahami perencanaan komunikatif akan lebih meningkatkan peran masyarakat
dan organisasi informal dalam proses perencanaan. Peran perencana dalam perencanaan komunikatif
tidak lagi hanya pemimpin teknokratik, melainkan pembelajar pengalaman.
Pemikiran Habermas tersebut telah mem-pengaruhi perencanaan komunikatifnya juga berbeda agar
para ahli untuk memasukkan konsepsi komunikatif dapat lebih dielaborasi dengan teori proses peren-
dalam perencanaan seperti perencanaan komunikatif, canaan komunikatif. Kasus pertama diambil di Kota
kolaboratif, wacana inklusif, dan perencanaan Koping-Swedia dengan penekanan pada pendekatan
argumentatif (Allmendinger dan Tewdwr-Jones, pilihan stragis (Strategic Choice Approach). Kasus
2002). Berbagai macam perencanaan tersebut kedua diambil di Kota Raca-Slovakia yang meng-
memiliki akar pemikiran yang sama, yaitu gunakan perencanaan komunikatif dalam projek
penekanan partisipasi dan komunikasi antar individu regenerasi kota. Terakhir, kasus diambil di Sura-
yang beragam. karta-Indonesia dengan fokus pembahasan pada
Menurut Healey (1996), kemunculan gelom- pendekatan pemerintah kepada masyarakat dalam
bang intelektual didasari oleh beberapa kesadaran. kasus relokasi pedagang kaki lima.
Pertama, kesadaran bahwa telah terjadi perkem-
bangan dan perluasan komunikasi pengetahuan Definisi Perencanaan Komunikatif
dalam berbagai bentuk. Kedua, kesadaran bahwa Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
kepentingan individu yang independen dapat (2017), komunikatif adalah hubungan atau interaksi
diketahui dalam konteks sosial melalui interaksi. yang mudah dipahami dan dapat saling diterima
Ketiga, kesadaran bahwa masyarakat memiliki dengan baik antar individu. Sedangkan menurut
kepentingan dan harapan yang beragam dan di sisi Habermas (1984), perencanaan komunikatif adalah
lain kekuasaan berpotensi untuk menindas. perencanaan yang menekankan hubungan interaksi
Keempat, kesadaran bahwa kebijakan publik yang antar subjek yang bertujuan untuk memperoleh
berkaitan untuk ruang bersama harus efektif, efisien, komprehensibilitas, kebenaran, pengetahuan ber-
dan akuntabel untuk semua orang. Kelima, sama, dan kejujuran. Menurutnya, komunikatif
kesadaran bahwa kondisi yang ada masih jauh dalam merupakan proses interaksi menuju konsensus.
suasana membangun konsensus. Terakhir, kesadaran Sejalan dengan Habermas, Healey (1996) meng-
bahwa perencanaan akan bekerja lebih baik melalui artikan perencanaan komunikatif sebagai upaya
hubungan sosial dan masyarakat memiliki kapasitas untuk memperoleh berbagai pengetahuan (situasi,
untuk mengubah praktek yang ada. kondisi, hubungan sebab akibat, nilai moral, dan
Menurut Innes (1995), perencanaan komu- nilai estetika) yang diperoleh melalui pertukaran
nikatif meningkatkan peran masyarakat dan meng- persepsi dengan dasar pengalaman hidup dan budaya
geser peran perencana yang sebelumnya sebagai yang berbeda-beda.
seorang pemimpin teknokratik menjadi seorang yang Berdasarkan beberapa pengertian di atas,
belajar dari pengalaman dan berbagi informasi dapat disimpulkan pengertian perencanaan komuni-
kepada seluruh peserta yang beragam. Fungsi utama katif yaitu perencanaan yang menekankan pada
perencana adalah mendengarkan pengalaman dan interaksi antar subjek (pemerintah, masyarakat,
pengetahuan dari rakyat untuk membantu menempa perencana, dan pemangku kepentingan lain) yang
konsensus di antara sudut pandang yang berbeda. saling memahami dalam membangun pengetahuan
Peran perencana lebih mengarah kepada mediator bersama untuk menghasilkan konsensus serta modal
antara berbagai pemangku kepentingan. Perencanaan sosial dan politik. Dalam perencanaan ini diyakini
komunikatif mendorong perencanaan harus lebih bahwa solusi-solusi pembangunan dapat muncul jika
memperdalam dimensi ruang dan waktu dari segi melibatkan interaksi aktif seluruh pemangku
budaya, masyarakat, personalitas, dan praktek kepentingan, adanya rasa saling pengertian, serta
kehidupan masyarakat sehari-hari. pengetahuan bersama yang dibangun didasarkan
Pendekatan perencanaan komunikatif saat pada pengalaman dan budaya yang terdapat di
ini telah mendapat banyak sorotan dalam diskusi masyarakat.
teoritis. Sebagian besar para ahli dan perencana Terdapat tiga dasar teoritis yang melekat
sepakat bahwa dalam melakukan perencanaan perlu dalam perencanaan komunikatif, yaitu :
ditingkatkan peran partisipasi dan komunikasi 1. Perencanaan komunikatif sebagai analisis
dengan masyarakat. Peran masyarakat tidak lagi (communicative planning as analysis).
hanya sebagai objek perencanaan, tetapi juga Dalam hal ini dilakukan analisis, perbandingan
sekaligus sebagai subjek perencanaan. distorsi ataupun dampak yang terjadi dalam suatu
Dalam upaya memperkaya teori dan kha- sistem berpikir dengan situasi ideal yang dituju.
sanah keilmuan mengenai proses perencanaan 2. Perencanaan komunikatif sebagai preksripsi
komunikatif, tulisan ini mengangkat tiga contoh (communicative planning as prescription).
kasus atau praktek perencanaan komunikatif yang Penekanan yang dilakukan dalam hal ini yaitu
telah dilakukan. Metode yang dilakukan melalui bagaimana cara melakukannya (go about
content analysis dan diperkuat dengan pendekatan planning) seperti cara menghindari distorsi yang
studi kasus. Dari ketiga kasus yang diangkat, bentuk terjadi.
3. Perencanaan komunikatif sebagai teori normatif pengambilan keputusan, misalnya dengan metode
(communicative planning as normative theory). agregat kolektif.
Dalam hal ini ditekankan nilai-nilai yang
mendukung musyawarah sebagai bentuk
Tabel 1
Aspek Perencanaan Komunikatif
(Sumber : Analisis, 2017)
Aspek Keterangan
Paradigma Komunikasi
Dasar pemikiran Mengutamakan komunikasi kepada masyarakat langsung tanpa ada halangan
dari pemerintah atau kepentingan kelompok dan kepentingan pribadi. Proses
yang interaktif ditekankan dengan berbagai stakeholder termasuk lembaga dan
institusi masyarakat
Dasar filosofis Neo-pragmatis dan penyelesaian modernitas yang sebelumnya dalam kondisi
“unfinished project of modernity”
Fokus keragaman Keragaman pengaruh struktural komunikasi masyarakat (kesenjangan
pendapatan, kekayaan, kepentingan masing-masing individu dalam kehidupan
sehari-hari) dengan diperkuat keragaman kelembagaan dan fungsinya (struktur
institusi dan agensi)
Pencetus utama Habermas (1983), Giddens (1984) Norris (1985), Forester (1989), Healey
(1992)
Fokus dan pengalaman Pengalaman di Amerika Serikat dengan dengan kerangka perencanaan federal
yang terfragmentasi, bergantung pada negosiasi informal. Sedangkan
pengalaman di Inggris dengan partisipasi dalam kelembagaan yang formal
namun dilakukan pengembangan proses partisipatif
Fokus terhadap keadaan Mekanisme hasil langsung dari hubungan antar individu atau lembaga yang
eksisting ada
Dasar Pemikiran Perencanaan Komunikatif perencanaan efektif yang bersifat bottom-up. Peren-
Dasar teori perencanaan komunikatif yaitu canaan menjadi tepat guna dan tepat sasaran sesuai
paradigma communicative turn oleh Habermas dengan kebutuhan masyarakat jika proses komu-
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Peren- nikasi berjalan dengan baik. Komunikasi yang
canaan yang mengandalkan rasionalitas semata tidak dijalin oleh pemerintah, masyarakat dan pemangku
mampu menyelesaikan permasalahan kompleks. kepentingan lain yang beragam tersebut dapat
Perlu adanya partisipasi masyarakat melalui diskusi melalui lokakarya, diskursus, diskusi rutin, maupun
dan komunikasi. Hal ini dikarenakan setiap masya- kegiatan pertemuan lainnya.
rakat memiliki ‘habitus’ atau praktek kehidupan
sehari-hari. Melalui komunikasi aktif, akan di- Prinsip-Prinsip Perencanaan Komunikatif
peroleh pertukaran pengalaman sehingga menjadi Secara lebih mendasar, pendekatan peren-
dasar membangun pengetahuan bersama yang selan- canaan komunikatif ini memiliki sepuluh prinsip
jutnya diakomodasi dalam pengambilan kebijakan. atau komponen pondasi. Komponen-komponen ini
Hal ini juga sejalan dengan pemikiran Foucault disimpulkan oleh Healey (1992) dari pemikiran
(1994) yang menyatakan kekuasaan dan kekuatan Habermas yang masih bersifat umum. Adapun
(power) pada dasarnya tidak hanya dimiliki komponen-komponen tersebut yaitu:
penguasa, tetapi tersebar di berbagai tempat oleh 1. Perencanaan komunikatif adalah suatu proses
masyarakat. interaktif dan interpretatif.
Perencanaan komunikatif juga berupaya 2. Perencanaan komunikatif dilakukan melalui
memperluas bentuk demokrasi dalam pembangunan. forum diskusi yang cair dalam masyarakat yang
Pemerintah dituntut untuk memahami masyarakat, beragam.
begitu pula sebaliknya masyarakat memahami 3. Dalam metodenya, diperlukan sikap saling
pemerintah. Dengan berjalannya perencanaan menghormati antar individu dan diskusi antar
komunikatif, akan terbentuk modal sosial yang kuat. budaya.
Menguatnya modal sosial akan semakin mendukung
4. Fokus penekanan pada proses diskusi publik disepakati bersama, bisa dilanjutkan pada tahapan
yang dilakukan. Masalah, strategi, taktik, nilai- analisis. Namun jika belum disepakati, tidak bisa
nilai, atau konflik didiskusikan atau dimediasi. dilanjutkan pada tahap selanjutnya. Begitu
5. Terdapat beraneka klaim untuk berbagai bentuk seterusnya hingga pada tahap pelaksanaan.
dan jenis kebijakan pembangunan.
6. Kapasitas yang refleksif dikembangkan sehingga
memungkinkan peserta untuk mengevaluasi
melakukan peninjauan kembali.
7. Wacana strategis dibuka untuk semua pihak
berkepentingan, hasilnya akan memunculkan
wacana perencanaan baru.
8. Peserta mendapatkan pengetahuan baru dari
peserta lain, belajar hubungan baru, nilai-nilai,
dan pemahaman.
9. Peserta dapat berkolaborasi untuk mengubah
kondisi yang ada.
10. Peserta didorong untuk menemukan cara praktis
mencapai perencanaan yang mereka keinginan,
bukan hanya dari daftar tujuan mereka.
Adanya forum diskusi atau lokakarya yang Gambar 1
baik menjadi hal penting dalam perencanaan komu- Proses umum perencanaan komunikatif
nikatif. Hal ini bertujuan untuk dapat memak- Sumber : Analisis, 2017
simalkan komunikasi yang tercipta antar pemangku
kepentingan yang beragam. Kolaborasi antar pihak Tidak adanya proses atau model peren-
menjadi salah satu yang ditekankan dalam proses canaan komunikatif yang lebih praktis menginisiasi
perencanaan (Purbani, 2017). Menurut Habermas Healey untuk membuat panduan. Menurut Healey
dalam Chakrabarty (2008), terdapat lima etika yang (1997), terdapat empat panduan untuk melaksanakan
diperlukan dalam keberlangsungan lokakarya atau proses perencanaan komunikatif
diskursus, yaitu :
1. Tidak ada pihak yang dipengaruhi sebelumnya.
2. Semua peserta memiliki kesempatan yang sama
untuk hadir dan mengkritik validitas dalam
proses diskursus.
3. Peserta harus bersedia dan mampu berempati. Gambar 2
4. Perbedaan kekuatan diantara peserta harus Panduan Pelaksanaan Proses Perencanaan
dinetralkan sehingga tidak berpengaruh pada Komunikatif
hasil konsensus. Sumber : Healey (1997), dimodifikasi
5. Peserta harus terbuka menjelaskan tujuan dan
niat dalam aksi strategis yang dikemukakannya Panduan pertama yaitu melakukan per-
(transparansi). siapan. Tahap ini dimulai dengan adanya inisiator
yang menggagas perencanaan komunikatif. Isu-isu
Proses Perencanaan Komunikatif dilontarkan oleh inisiator untuk didiskusikan.
Berbeda dengan perencanaan yang bersifat Inisiator bisa siapa saja, peran perencana dalam hal
rasional, perencanaan komunikatif tidak memiliki ini dapat bertanggung jawab untuk memulai setiap
proses perencanaan yang baku. Hal ini dikarenakan proses. Selanjutnya inisiator menentukan pemangku
proses perencanaan komunikatif untuk setiap kasus kepentingan yang terlibat dalam proses perencanaan.
dapat berbeda-beda sesuai dengan konteks yang ada Penentuan ini tergantung kepada konteks isu yang
pada tingkat lokal. Fokusnya lebih ditekankan ada. Begitu pula penentuan waktu, tempat, dan
kepada proses komunikasi yang terjalin daripada bagaimana pelaksanaannya bergantung pada situasi
proses perencanaan. Namun jika dilihat secara lebih dan kondisi yang berkembang.
umum, proses perencanaan komunikatif dapat dilihat Kedua, melaksanakan rutinitas dan gaya
seperti gambar dibawah ini. diskusi. Diskusi dimulai dengan adaptasi antar
Hal yang perlu digaris bawahi dalam proses pemangku kepentingan yang terlibat. Dalam hal ini
umum perencanaan komunikatif yaitu pada tiap dieksplorasi batas-batas antar pemangku
tahapannya harus melalui kesepakatan oleh masya- kepentingan untuk mengetahui kepentingan masing-
rakat dan seluruh pemangku kepentingan terkait. masing. Asumsi dan fakta dikumpulkan untuk
Misalnya pada tahapan inisialisasi gagasan sudah mengetahui harapan dan ketakutan dari tiap
4 Jurnal Planesa Volume 8, Nomor 1, Mei 2017
Proses Perencanaan Komunikatif
pemangku kepentingan. Terdapat tiga aspek penting rakat dalam kasus relokasi pedagang kaki lima.
dalam melaksanakan rutinitas diskusi ini, yaitu gaya Pendekatan komunikatif yang tidak biasa oleh
diskusi (style of discussion), representasi (represen- Walikota Surakarta saat itu, Jokowi, terbukti
tation), dan bahasa (language). Gaya diskusi harus berhasil merelokasi pedagang kaki lima dengan baik.
menjamin tiap orang mampu memberikan suara Berikut ini pembahasan lengkap dari ketiga kasus
dengan mempertimbangkan perbedaan budaya yang tersebut.
ada. Selain itu juga memperhatikan hal teknis seperti
pengaturan ruang dan siapa serta kapan waktu untuk Perencanaan Komunikatif dalam Menyelesaikan
berbicara. Selanjutnya aspek representasi mengacu Ketidakseimbangan Pasar Perumahan Lokal Di
pada cara yang berbeda agar pihak berkepentingan Swedia
mau untuk hadir dan terlibat secara penuh. Se- Pada tahun 1980-an, Kota Koping di Swedia
dangkan aspek bahasa diperhatikan agar meng- yang berpenduduk sekitar 24.000 orang memiliki
hindari keambiguan dan kesalahpahaman antar permasalahan perumahan yang kompleks. Pasar
pihak. Ketiga aspek tersebut menguatkan gagasan perumahan tidak seimbang, semakin banyak jumlah
komunikatif Habermasian yang pada dasarnya apartemen yang tidak ditinggali. Di sisi lain, jumlah
bertujuan untuk menghindari komunikasi yang lapangan pekerjaan menurun diikuti dengan ber-
terdistorsi. Gagasan komunikatif memiliki prinsip kurangnya populasi. Permasalahan perumahan juga
dasar kejujuran dan keterbukaan. Menurut Healey diperparah dengan meningkatnya konstruksi
(1999), teori ini berakar pada perlawan kekuasaan bangunan rumah pribadi. Segregasi dan masalah
politik yang hanya mengandalkan rasionalitas sosial pun juga tidak dapat dihindari.
menuju kepada partisipasi yang inklusif. Peren- Melalui sebuah studi yang dilakukan,
canaan komunikatif merupakan upaya untuk akhirnya diketahui penyebab utama permasalahan
menciptakan strategi konsensus pembangunan yang perumahan tersebut. Perencanaan yang dilakukan
akan merubah politik yang ada menjadi lebih untuk penyediaan perumahan hanya melalui pen-
partisipatif. dekatan sektoral yang sempit. Perencanaan hanya
Panduan ketiga yaitu membuat wacana mempertimbangkan pada kebiasaan atau tradisi
kebijakan. Pendekatan yang lebih terbuka tentu akan normatif. Padahal situasi di Kota Koping sudah
memperoleh lebih banyak informasi, opini, fakta, berubah menjadi semakin kompleks. Perencanaan
dan pandangan. Berbagai informasi tersebut harus tersebut tidak melihat faktor-faktor yang selalu ber-
dikerucutkan melalui penyaringan. Penyaringan kembang daln dalam ‘ketidakpastian’ yang sebe-
dilakukan secara bersama-sama melalui proses narnya saling berhubungan. Kebutuhan masyarakat
pengambilan keputusan kolektif. Semua pilihan yang sudah berbeda juga tidak dipertimbangkan oleh
dimungkinkan untuk dipilih dengan selanjutnya lembaga perencanaan.
dilihat skenario dan konsekuensinya Dengan cara
tersebut, pilihan untuk wacana kebijakan dan strategi
dapat dimunculkan.
Setelah ketiga panduan di atas telah dilak-
sanakan dan wacana kebijakan strategi telah
disepakati, selanjutnya yaitu menjaga konsensus.
Lembaga institusi yang lebih formal berguna untuk
menegakkan atau menjaga konsensus. Bila perlu
pengadilan dapat menyediakan arena arbitrase jika
semua peserta sepakat.
Studi Kasus
Studi kasus yang dibahas dalam peren-
canaan komunikatif ini diambil dari tiga tempat yang
berbeda. Jenis perencanaan komunikatif ketiganya
juga berbeda untuk lebih memperkaya pengetahuan
proses perencanaan komunikatif. Kasus pertama Gambar 3
diambil di Kota Koping-Swedia dengan penekanan Peta Kota Koping dan kondisi perumahannya
pada pendekatan pilihan stragis (Strategic Choice Sumber :
Approach). Kasus kedua diambil di Kota Raca- http://www.visiteuropeonline.com/visitswedenonline.
Slovakia yang menggunakan perencanaan komuni- htm diakses pada 2 April 2017 pukul 20:18
katif dalam projek regenerasi kota. Terakhir, kasus
diambil di Surakarta-Indonesia dengan fokus pemba- Upaya yang dilakukan untuk menyelesaikan
hasan pada pendekatan pemerintah kepada masya- permasalahan tersebut yaitu dengan menggunakan
perencanaan komunikatif melalui metode pende- terjadi kondisi tertentu. Keputusan diambil jika para
katan pilihan strategis (strategic choice approach) peserta mencapai kesepakatan.
atau yang disingkat dengan SCA. SCA merupakan Lokakarya yang dilakukan selama tiga hari
metodologi yang didasarkan dari penelitian jangka tersebut memperoleh hasil yang telah disepakati
panjang oleh Institut Hubungan Manusia (Institute bersama. Adapun solusi-solusi yang telah disepakati
for Human Relations) dengan fokus pembuatan adalah sebagai berikut:
analisis kebijakan di pemerintah daerah. SCA 1. Para peserta sepakat didirikannya kelompok
menentang tegas pandangan pembuatan kebijakan referensi untuk bertanggung jawab terhadap
dilakukan dalam administrasi publik. Harus ada permasalahan dan perencanaan perumahan.
jaringan informal aktif tanpa melibatkan hukum, 2. Kelompok referensi tidak hanya para ahli, namun
masyarakat menjadi fokusnya dengan hasil akhir juga melibatkan perwakilan masyarakat, berbagai
konsensus untuk pembentukan kebijakan. partai politik, swasta, serta pejabat kota.
Proses perencanaan komunikatif dilakukan 3. Di bangunnya kantor konsultasi dan penyaring
dengan lokakarya (workshop) selama tiga hari yang aspirasi masyarakat diberbagai kawasan
diinisiasi oleh Hickling sebagai salah satu penemu perumahan yang bermasalah agar lebih
SCA. Lokakarya bertujuan untuk mengevaluasi mengetahui esensi permasalahan melalui
program perumahan dan menemukan konsensus interaksi langsung.
strategi penyelesaian melalui interaksi penuh 4. Kebijakan-kebijakan yang telah ada di revisi,
antarpihak. Lokasi lokakarya ini berada di daerah lebih menuju kesepakatan dengan masyarakat.
perumahan yang paling bermasalah agar interaksi Contohnya seperti peningkatan keamanan dan
dengan penduduk dapat maksimal. perawatan terhadap orang tua serta dilakukan
Adapun pemangku kepentingan yang ter- renovasi apartemen.
libat dalam proses ini yaitu pemerintah daerah, 5. Selama kurun waktu dua tahun terus dilakukan
politisi, pengembang perumahan, perencana, dan workshop terbuka yang dipimpin oleh
masyarakat. Lokakarya dimulai dengan melontarkan pemerintah.
masalah dan mengajukan pertanyaan kesemua Tahun-tahun selanjutnya, metode ini dila-
peserta. Terjadi diskusi panjang membahas perma- kukan di berbagai sektor lainnya. Hal terpenting
salahan apartemen tidak ditinggali dan hubungannya dalam hal ini yaitu muncul kesadaran pemerintah,
dengan permasalahan perencanaan umum kota. masyarakat, dan pihak lainnya mengenai kekuatan
Diskusi ini dilakukan dengan bantuan representasi tersembunyi dari aktor-aktor informal. Selain itu
grafis pada lembaran kertas di dinding. juga semakin mempertimbangkan faktor-faktor
ketidakpastian lainnya yang sebenarnya saling
terkait. Dalam kasus Swedia jelas terlihat bahwa
perencanaan pemerintah yang sebelumnya hanya
menagandalkan rasionalitas semata tidak mampu
menyelesaikan permasalahan perumahan yang
kompleks. Komunikasi intensif oleh berbagai
pemangku kepentingan terutama masyarakat
menjadi sebuah keharusan dalam menbuat solusi-
solusi diluar standar agenda atau keputusan
pemerintah seperti biasanya.
Pada tahun 2005, Joko Widodo sebagai gabungkan dengan prosesi kebudayaan lokal, yaitu
Walikota Surakarta berniat merelokasi PKL Banjar- kirab boyongan. Dengan pendekatan ini tidak hanya
sari ke Pasar Klithikan Notoharjo Semanggi yang PKL yang berhasil direokasi, tetapi juga mening-
akan dibangun. Jokowi menggunakan pendekatan katkan citra wisata Kota Surakarta atau Solo yang
komunikatif dalam proses relokasi. Pendekatan yang memiliki brand “Spirit of Java”.
dilakukan mulai dari penjajakan awal, komunikasi Melalui pendekatan komunikatifnya yang
intensif, dan perbaikan hubungan pemerintah- unik, Jokowi berhasil merelokasi PKL dari
masyarakat. Proses perencanaan komunikatif yang Monumen Banjarsari ke Pasar Notoharjo. Walaupun
dilakukan oleh Jokowi dapat dilihat pada gambar pada awalnya pembeli di Pasar Notoharjo tidak
berikut ini : terlalu banyak, Jokowi berhasil mengatasi perma-
salahan tersebut melalui komunikasi rutin setiap
minggu oleh pedagang. Melalui komunikasi aktif
tersebut, disepakati bersama bahwa untuk menarik
pengunjung di Pasar Notoharjoperlu diadakan
hiburan. Misalnya seperti panggung dangdut, jalan
sehat, dan juga sepeda santai. Selain itu juga
disepakati untuk meningkatkan kualitas sumber daya
pedagang melalui pelatihan manajemen ekonomi
dan promosi via website. Hasilnya, saat ini Pasar
Notoharjo menjadi Pasar Klithikan terbesar di
Indonesia. Di sisi lain, Monumen Banjarsari sebagai
ruang publik telah terbebas dari keberadaan PKL.
Terlepas dari berbagai keberhasilan fisik,
hal yang lebih penting dalam kasus pendekatan
komunikatif oleh Jokowi adalah membangun keper-
cayaan dan kerjasama masyarakat dengan peme-
rintah. Melalui komunikasi yang terjalin baik
tersebut telah menguatkan modal sosial di Kota
Gambar 7 Surakarta. Dengan modal sosial yang kuat, tercipta
Proses pendekatan komunikatif yang dilakukan oleh tingkat partisipasi dan komunikasi yang baik dalam
Jokowi dalam merelokasi PKL Banjarsari berbagai program pemerintah lainnya. Dengan
Sumber :Fitritara (2012), dimodifikasi begitu berbagai renca dan program pemerintah akan
lebih tepat guna dan tepat sasaran sesuai dengan
Berbeda dengan dua kasus sebelumnya, kebutuhan masyarakat.
pendekatan komunikatif yang dilakukan Jokowi Peran pemimpin atau inisiator dalam
dalam merelokasi PKL Banjarsari tergolong unik. pendekatan komunikatif merupakan hal yang sangat
Pendekatan yang dilakukannya seperti gabungan penting. Dalam hal ini, Jokowi telah membuktikan
antara perencanaan komunikatif dan negosiasi. melalui pendekatan komunikatif, berbagai program
Jokowi berusaha membangun kepercayaan masya- rencana dapat berjalan baik.
rakat kepada pemerintah terlebih dahulu sebelum
membuat keputusan. Dari proses tersebut, hal yang Diskusi Kasus
paling unik dan menjadi sebuah terobosan baru Berdasarkan ketiga studi kasus yang telah
adalah “lobi meja makan”. Hal tersebut dilaku- dibahas di atas menunjukkan perencanaan komu-
kannya pada tahap penjajakan, bahkan hingga 53 nikatif cukup berhasil dalam menjawab berbagai
kali pertemuan. Dengan komunikasi intensif tersebut permasalahan perkotaan. Jenis perencanaan komu-
kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah sangat nikatif ketiganya juga berbeda untuk lebih mem-
meningkat. Pada akhirnya masyarakatpun setuju perkaya pengetahuan proses perencanaan komu-
untuk direlokasi. nikatif. Kasus pertama, Kota Koping-Swedia dengan
Keunikan lainnya dari pendekatan yang penekanan pada pendekatan pilihan stragis (Strategic
dilakukan oleh Jokowi yaitu pada tahap pelaksanaan Choice Approach) dalam menghadapi permasalahan
relokasi. Berbeda dengan tempat-tempat lain di ketidakseimbangan pasar perumahan di Swedia.
Indonesia yang biasanya melakukan relokasi PKL Dalam kasus tersebut peran inisiator dalam memulai
dengan cara kekerasan, Jokowi melakukannya perencanaan komunikatif melalui lokakarya menjadi
dengan prinsip nguwongke uwong atau menghargai penting. Berbeda dengan kasus pertama, kasus
harkat dan martabat manusia. Prinsip inilah yang kedua diambil di Kota Raca-Slovakia yang meng-
membuat PKL semakin setuju terhadap pemerintah. gunakan perencanaan komunikatif dalam projek
Selain itu, proses pemindahan PKL juga di- regenerasi kota. Kerjasama antar seluruh pemangku
http://www.greenstructureplanning.eu/MAPweb/Got
eb/got-stromb.htm diakses 15 Maret 2017
pukul 16.15