Terdapat 4 pokok bahasan yang perlu dipahami pada penekanan pelaksanaan dari good
governance terkait dengan manajemen spasial, yaitu :
Dalam pelaksanaannya, masing masing paradigma punya keunggulan dan kelemahan. Untuk
dapat memahami beberapa kelemahan dan keunggulan paradigma pembangunan, dapat
dikemukakan sifat sifat khusus masing masing paradigma.
Untuk berusaha menekan munculnya akibat negative, disarankan untuk menggabungkan kedua
paradigm tersebut, menjadi Tecnico-Commuity Development, yaitu Paradigma pembangunan
yang menggabungkan paradigm teknis dan paradigm pengembangan masyarakat. Dapat
dilakukan dengan cara mengaplikasikan paradigm teknis pada awal pelaksaan pembangunan dan
pada bagian akhir waktu penyimpulan maka paradigm kemasyarakatan lebih ditekankan.
1. Pendekatan spasial adalah suatu metode untuk mempelajari fenomena geosfer dengan
menggunakan ruang sebagai media untuk analisis. Lebih menonjolkan sebaran, pola,
struktur, organisasi, proses, tendensi, asosiasi, interaksi elemen elemen geosfer dalam
suatu hamparan bidang permukaan bumi. Dalam pendekatan spasial, penekanan analisis
adalah pembandingan kekhasan lokasional ruang.
2. Pendekatan ekologis penekanan utamanya adalah mengelaborasi secara lebih intens
tentang keterkaitan elemen lingkungan dengan makhluk hidup atau aspek aspek
kehidupannya. Tema yang dikembangkan dalam pendekatan ekologi yaitu keterkaitan
manusia (kegiatannya) dengan elemen lingkungan.
Pendekatan kompleks wilayah didasarkan pada pemahaman mengenai keberadaan suatu wilayah
sebagai suatu system, terdapat banyak elemen elemen wilayah yang saling berkaitan, yang dapat
membentuk:
1. keterkaitan mempengaruhi (actional)
2. keterkaitan saling mempengaruhi (inter actional)
3. keterkaitan tergantung (dependent)
4. keterkaitan saling tergantung (inter dependent).
Keempat jenis keterkaitan ini harus di pahami benar dalam upaya manajemen ruang, khususnya
manajemen lahan.
Sinergisme Spasial (Spatial Synergism)
Sinergisme spasial pada awalnya merupakan sinergi wilayah di bidang politik pertahanan karena
munculnya ketakutan yang berlebihan (political syndrome) dari beberapa Negara. Lalu dalam
perkembangan selanjutnya Sinergisme Keruangan telah mengilhami beberapa Negara untuk
menjalin kerja sama regional di bidang ekonomi, social maupun cultural. Dalam tatanan
regional, munculnya kerjasama regional di bidang ekonomi telah mampu menggerakkan mesin
ekonomi regional untuk pengembangan wilayahnya. Beberapa diantara merupakan inisiasi dari
suatu Megacity.
Sinergisme spasial dalam tingkat skala wilayah yang sempit dapat pula dilaksanakan. Demikian
pula halnya dengan manajemen kota spasial kota, sinergisme spasial perlu diciptakan. Oleh
karena itu, tujuan akhir dari manajemen spasial adalah tatanan ruang (spatial arrangement dan
spatial organization) yang tidak bertentangan dengan kaidah pembangunan berkelanjutan.
Sinergisme spasial dapat dilaksanakan dengan baik secara horizontal maupun vertical.
Sebagaimana sinergisme spasial, sinergisme fungsional dapat dilaksanakan secara horizontal dan
vertical (tercipta secara otomatis).