Anda di halaman 1dari 26

BAB II 2. Pemerintahan dan Kependudukan.

FAKTA WILAYAH a. Kecamatan Tiworo Kepulauan.

2.1. Gambaran Umum Wilayah * Geografis

a. Kabupaten Muna Barat. Secara astronomis, Kecamatan Tiworo Kepulauan terletak dibagian barat laut pulau Muna. Kambara sebagai

1. Letak Geografi . ibukota Tiworo Kepulauan secara geografis, Tiworo kepulauan terletak dibarat laut garis khatulistiwa,

memanjang dari utara keselatan diantara 4 053 – 4059’ lintang selatan dan membentang dari barat ketimur
Kabupaten Muna Barat Terletak ditenggara pulau Sulawesi. Secara astronomis, Muna barat terletak di bagian
diantara 122.480 bujur timur.
selatan garis khatulistiwa memanjang dari utara ke selatan. Berdasarkan posisi geografisnya, Kabupaten Muna

Barat disebelah utara berbatasan dengan selat tiworo dan Kabupaten konawe Selatan, di sebela selatan dan Batas wilayah administrasi Kecamatan Tiworo Kepulauan sebagai berikut:

timur berbatasan dengan Kabupaten Muna dan sebelah Barat berbatasan denga Selat Muna dan Kabupaten
 Sebelah utara berbatasan denganselat tiworo dan kecamatan sawerigadi
Bombana.. Kabupaten Muna Barat terdiri dari 11 kecamatan yaitu Tiworo Kepulauan, Maginti, Tiworo Tengah,
 Sebelah timur berbatasan dengan kecamatan sawerigadi
Tiworo Selatan, Tiworo Utara, lawa, Sawerigadi, Barangka,Wagada,kusambi, dan Napano Kusambi.

 Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Tiworo Selatan.


Kabupaten Muna Barat merupakan pemekaran dari Kabupatern Muna, memiliki luas daratan ± 906,28 km²

atau ±90.628 ha. Secara garis besar, ketinggian daratan di Muna barat bervariasi antara nol sampai lebih dari
 Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Tiworo Tengah
1.000 mdpl ( meter di atas permukaan laut ). Namun sebagian besar dari luas daratan Kabupaten Muna Barat
Luas daratan Kecamatan Tiworo Kepulauan yaitu sekitar 77,90 km 2 yang terletak di bagian Barat laut Pulau
berada pada ketinggian 25-100 mdpl. Sedangkan luas daratan yang memiliki ketinggian ˃ 1.000 mdpl hanya
Muna Barat. Kecamatan Tiworo Kepulauan terdiri atas 7 Desa dan 2 Kelurahan yaitu Desa Sido Makmur, Desa
sekitar 0,02 % dari seluruh daratan Muna Barat. Secara geologis, wilayah Mua Barat juga dapat di kategorikan
Wulanga Jaya, Desa Wandoke , Kelurahan Tiworo, Desa Waturampe, Kelurahan Waumere, Desa Lasama dan
menurut jenis batuan yang di sajikan pada tabel 1.1.4. kabupaten Muna Barat mempunyai iklim tropis seperti
Desa Katela.
sebagian besar daerah di Indonesia, dengan suhu rata-rata sekitar 25,8-28,3°C. Demikian juga dengan musim,

Kabupaten Muna Barat mengalami dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Pada umumnya musim Desa adalah kesatuan masyarakat hokum yang memiliki batas wilayah dan berwenang untuk mengatur dan

hujan terjadi pada bulan Desember sampai dengan Juni dimana angina yang mengandung bayak uap air tertiup mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan

dari Benua Asia dan samudera pasifik sehingga menyebabkan hujan. Sedangkan musim kemarau terjadi antara dihormati dalam system pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (UU No.32 Tahun 2004). Kepala

Juli sampai November, pada bulan ini angina tertiup dari Benua Australia yang sifatnya kering dan sedikit Desa dipilih langsung oleh masyarakat di desa tersebut.

mengandung uap air. Banyaknya hari hujan pada tahun 2017 sampai 14 hari setiap bulannya dengan rata-rata
Kelurahan adalah suatu wilayah yang dipimpin oleh seseorang lurah sebagai perangkat daerah kabupaten
curah hujan 214,8 mm³. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Juni sebesar 477,0 mm³ dengan jumlah hari
dan atau daerah kota di bawah kecamatan (UU No.32 tahun 2004). Lurah diangkat oleh Bupati/ Walikota
hujan sebesar 22 hari hujan.

3
Topograpi adalah keadaan muka bumi pada suatu kawasan atau daerah Sedangkan musim kemarau terjadi antara bulan juni dan oKonsolidasi Tanahober, dimana pada bulan ini

angina bertiup dari benua Australia yang sifatnyakering dan sedikit mengandung uap air. Seperti halnya daerah
a. Puncak adalah bagian paling atas gunung / pegunungan
Sulawesi Tenggara pada umumnya, di Kecamatan Tiworo Kepulauan angin bertiup deanga arah yang tidak
b. Lereng adalah bagian gunung / pegunungan / buKonsolidasi Tanahi yang letaknya diantara puncak sampai menentu, yang mengakibatkan curah hujan yang tidak menentu pula, dan keadaan ini dikenal sebagai musim
lembah percobaan.

c. Lembah adalah daerah rendah di antara dua gunung / pegunungan atau daerah yang mempunyai kedudukan 1.2.2. Curah Hujan
lebuh rendah dibanding daerah sekitarnya.
Musim hujan terjadi pada bulan November sampai dengan Juni, dimana angin yang mengundang banyak
d. Hamparan adalah bagian atau sisi bidang tanah. uap air bertiup dari benua Asia dan samudra pasifik sehingga menyebabkan hujan. Sedangkan musim kemarau

Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dana tau ditetapkan oleh pemerintah untuk terjadi antara bulan Juli dan bulan OKonsolidasi Tanahober. Pada bulan ini angin bertiup dari benua Australia

dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap yang sifatnya kering dan mengandung uap air yang relative sedikit.

Lokasi desa terhadap kawasan hutan dibedakan menjadi: * Pemerintahan

a. Di dalam kawasan hutan adalah desa yang terletak ditengah atau dikeliling kawasan hutan, termaksud Untuk menjalankan fungsi pemerintahan administrasi pemerintah kecamatan Tiworo Kepulauan dibagi menjadi

desa enclave. Enclave adalah pemilikan hak-hak pihak ketiga didalam kawasan hutan yang dapat berupa beberapa wilayah administrasi desa dan kelurahan, dimana tiap desa dan kelurahan ini masing-masing dipimpin

pemukiman dana atau lahan garapan. oleh kepala desa dan kepala kelurahan. Selaian itu pula, dilevel bawah, administrasi ditiap desa/kelurahan dibagi

menjadi rukun tetangga dan juga Lingkungan/dusun.


b. Di tepi / sekitan kawasan hutan adalah desa yang wilayahnya berbatasan langsung dengan kawasan

hutan atau sebagian wilayah desa berada dalam kawasan hutan. Desa adalah kesatuan masyarakat Hukum yang memiliki batas wilayah dan berwenang untuk mengatur dan

mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan
c. Di luar kawasan hutan adalah desa yang wilayahnya tidak berbatasan langsung dengan kawasan hutan.
dihormati dalam Sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (UU N0.32 tahun 2004). Kepala

1.2. Iklim Desa dipilih langsung oleh Masyarakat didesa tersebut.

1.2.1. Musim Kelurahan adalah suatu wilayah yang dipimpin oleh seorang lurah sebagai perangkap daerah kabupaten dan

atau daerah kota dibawah kecamatan (UU No.32 tahun 2004) Lurah diangkat oleh Bupati/Walikota, untuk
Kecamatan Tiworo Kepulauan pada umumnya beriklim tropis dengan suhu rata-rata antara 26 0c – 290c.
mendukung pelaksanaan pemerintahan,di tiap desa/kelurahan, balai desa dan juga sanggar PKK.
sepeti halnya daerah lain di Kabupaten Muna Barat, pada bulan November sampai Juni angina bertiup dari

benua asia dan samudra pasifik mengandung banyak uap air yang menyebabkan terjadinya hujan di sebagian Dalam hal menjaga keamanan dilingkungan tempat tinggal, dibentuk pertanahan sipil (Hansip) yang

besar wilayah Indonesia, termaksud Kecamatan Tiworo Kepulauan. berangotakan masyarakat sipil di masing-masing desa/kelurahan, Kecamatan Tiworo kepulauan merupakan

4
salah satu kecamatan yang berada dibawah pemerintahan administrasi kabupaten Muna Barat Provinsi Sulawesi Bagi mereka yang tempat tinggal tetap, tetapi sedang bertugas ke luar wilayah lebih dari enam bulan, tidak

Tenggara, Tiworo Kepulauan merupakan salah satu kecamatan yang terdapat diwilayah kabupaten Muna Barat dicacah ditempat tinggalnya. Sebaliknya, seseorang atau keluarga menempati suatu bangunan belum mencapai

dengan ibukota Tiworo, Kecamatan Tiworo Kepulauan terdiri dari 9/kelurahan 19 Dusun, dan 40 rukun tetangga enam bulan tetapi bermaksud menetap di sana dicacah ditempat tersebut. Penduduk adalah semua orang yang

(RT) untuk menjaga kelancaran pelaksanaan pemerintah didesa/kelurahan maka masing-masing desa/kelurahan berdomisili di wilayah territorial Republik Indonesia selama 6 bulan atau lebih dan atau mereka yang

telah dibangun kantor desa dan balai desa, namun kecamatan tiworo kepulauan baru beberapa desa/kelurahan berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan menetap.

yang memiliki sangar PKK.


Rata-rata Pertumbuhan Penduduk adalah angka yang menunjukan tingkat pertambahan penduduk pertahun

* Kependudukan dalam jangka Konsolidasi Tanah tertentu. Kepadatan penduduk adalah banyaknya penduduk per kilometer

persegi. Rasio Jenis Kelamin adalah perbandingan antara banyaknya penduduk laki-laki dengan banyaknya
Sumber utama dalam kependudukan adalah sensus penduduk yang dilaksanakan setiap sepuluh
penduduk perempuan pada suatu daerah dan Konsolidasi Tanah tertentu. Biasanya dinyatakan dengan
tahun sekali. Sensus penduduk telah dilaksanakan sebanyak enam kali sejak Indonesia merdeka yaitu
banyaknya penduduk laki-laki untuk 100 penduduk perempuan. StruKonsolidasi Tanahur umur penduduk pada
1961,1971,1980,1990,2000 dan 2010, selain sensus penduduk, untuk menjembatani ketersediaan data
suatu daerah sangat ditentukan oleh perkembangan tingkat kelahiran, kematian dan imigrasi.
kependudukan dia antara dua periode sensus, BPS melakukan Survei penduduk Antar Sensus (SUPAS) telah

dilakukan sebanyak lima kali, tahun 1976,1985,1995,2005 dan terakhir 2015 data kependudukan selian sensus Rumah Tangga adalah seseorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan

SUPAS adalah proyeksi penduduk Di dalam sensus penduduk, pencacahan dilakukan terhadap seluruh penduduk fisik/sensus, dan biasanya tinggal bersama serta pengelolaan makan dari satu dapur. Yang dimaksud makan dari

yang berdomisili di wilayah teritorial Indonesia termasuk warga Negara asing kecuali anggota Korps Diplomatik satu dapur adalah jika pengurusan kebutuhan sehari-harinya dikelola bersama-sama menjadi satu.

beserta keluarganya. Berbeda dengan pelaksanaan sensus penduduk sebelumnya, Sensus Penduduk 2010
Anggota Rumah Tangga adalah semua orang yang biasanya bertempat tinggal disuatu rumah tangga,
melaksanakan metode pencacahan lengkap termasuk pula anggota rumah tangga korps Diplomatik RI yang
baik yang berada dirumah pada Konsolidasi Tanah pencacahan maupun yang sementara tidak ada. Rata-rata
tinggal di luar negeri.
Anggota Rumah Tangga adalah angka yang menunjukan rata-rata jumlah anggota rumah tangga per rumah

Sensus Penduduk 2010 dilakukan serentak di seluruh tanah air mulai tanggal 1-31 Mei 2010. tangga.

Metode pengumpulan data di lakukan dengan wawancara antara petugas sensus dengan responden. Cara

pencacahan yang dipakai dalam sensus penduduk adalah kombinasi antara de jure dan de facto. Bagi penduduk

yang bertempat tinggal tetap dipakai cara de jure, dicacah dimana mereka mereka biasa tinggal, sedangkan untuk

penduduk yang tidak bertempat tinggal tetap dicacah dengan cara de facto, yaitu dicacah ditempat dimana

mereka ditemukan petugas sensus biasanya pada malam ‘Hari Sensus’. Termasuk penduduk yang tidak

bertempat tinggal tetap adalah tuna wisma, awak kapal berbendera Indonesia penghuni perahu/rumah apung,

masyarakat terpencil/ terasing dan pengungsi.

5
b. Kecamatan Tiworo Tengah b) Lereng adalah bagian gunung / pegunungan / bukit yang letaknya di antara puncak sampai lembah

* Geografis c) Lembah adalah daerah rendah diantara dua gunung / pegunungan atau daerah yang mempunyai

kedudukan lebih rendah dibandingkan daerah sekitarnya


Secara astronomis, Kecamatan Tiworo Tengah terletak di bagian Barat pulau Muna. Secara geografis,

Tiworo Tengah terletak di bagian selatan garis khatulistiwa, melitang dari utara ke selatan di antara d) Hamparan adalah bagian atau sisi bidang tanah yang

04052’226’’ – 04083’514’’ Lintang Selatan dan membujur dari Barat ke Timur diantara 122 035’194’’ –
Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dana tau ditetapkan oleh pemerintah untuk
122 40’079’’ Bujur Timur.
0

dipertahankan keberdayaannya sebagai hutan tetap.

Batas wilayah administrasi Kecamatan Tiworo Tengah sebagai berikut:


Lokasi desa terhadap kawasan hutan dibedakan menjadi:

 Sebelah utara berbatas dengan Kecamatan Tiworo Utara.


a.) Di dalam kawasan hutan adalah desa yang terletak ditengah atau dikelilingi kawasan hutan, termaksuk

 Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tiworo Kepulauan. desa enclave. Enclave adalah pmilikan hak-hak pihak ketiga di dalam kawasan hutan yang dapat berupa

pemukiman dana atau lahan garapan.


 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Maginti.
b.) Di tepi / sekitar kawasan hutan adalah desa yang wilayahnya berbatasan langsung dengan kawasan
 Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Tiworo.
hutan atau sebagian wilayah desa berada dalam kawasan hutan.

Luas daratan Kecamatan Tiworo Tengah yaitu sekitar 82,35 km 2 yang terletak di bagian Barat Pulau
c.) Di luar kawsan hutan adalah desa yang wilayahnya tidak berbatasan langsung dengan kawasan hutan
Muna. kecamatan Tiworo Tengah terdiri atas 8 desa yaitu Wanseriwu, Langku-Langku, Mekar Jaya, Wapae,
1.2. Iklim
Labokolo, Lakabu, Momuntu dan Suka Damai.

1.2.1. Musim
Desa adalah kesatuan masyarakat hokum yang memiliki batas wilayah dan berwenang untuk mengatur

dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui Kecamatan Tiworo Tengah pada umumnya beriklim tropis dengan suhu rata-rata antara 25 0c – 270c.

dan dihormati dalam system pemerintah Negara Kesatuan repoblik Indonesia (UU No.32 tahun 2004). Kepala Seperti halnya daerah lain di Kabupaten Muna Barat, pada bulan November sampai Juni angin bertiup dari

Desa dipilih secara langsung oleh masyarakat di desa tersebut. benua asia dan samudra pasifik mengandung banyak uap air yang mengebabkan terjadinya hujan di sebagian

besar wilayah Indonesia,Termaksud kecamatan Tiworo Tengah.


Keseluruhan adalah suatu wilayah yang dipilih oleh seorang lurah sebagai perangkat daerah kabupaten

dana tau daerah kota di bawah kecamatan (UU No.32 tahun 2004) Lurah diangkat oleh Bupati / Walikota. Sedangkan musim kemarau terjadi antara bulan Juli dan Oktober, dimana pada bulan ini angin bertiup dari

benua Australia yang sifatnya kering dan sedikit mengandung uap air. Seperti halnya daerah Sulawesi Tenggara
Topografi adalah keadaan muka bumi pada suatu kawasan atau daerah
pada umumnya, di Kecamatan Tiworo Tengah angina bertiup dengan arah yang tidak menentu,yang
a) Puncak adalah bagian paling atas gunung / pegunungan
mengakibatkan curah hujan yang tidak menentu pula, dan keadaan ini dikenal sebagai musim percobaan.
6
1.2.2. Curah Hujan PENJELASAN TEKNIS

Musim hujan retjadi pada bulan November sampai dengan Juni, dinamakan angin yang mengundang Kependudukan

banyak uap air tertiup dari benua Asia dan Samudra pasifik sehingga menyebabkan hujan. Sedangkan musim
Sumber utama data kependudukan adalah sensus penduduk yang dilaksanakan setiap sepuluh tahun sekali.
kemarau terjadi antara bulan OKonsolidasi Tanahober. Pada bulan ini angin betiup dari benua Australia yang
Sensus penduduk telah dilaksanakan sebanyak enam kali sejak Indonesia merdeka yaitu tahun 1961, 1971, 1980,
sifatnya kering dan mengandung uap yang relatif sedikit.
1990, 2000, dan 2010. Selain sensus penduduk, untuk menjebatani ketersediaan data pendudukan diantara dua

PENJELASAN TEKNIS periode sensus, BPS melakukan survei penduduk Antara Sensus (SUPAS). SUPAS telah dilakukan sebanyak

empat kali,tahun 1976, 1985, 1995 dan terakhir 2005. Data keputusan selain Sensus dan SUPAS adalah proyeksi
Untuk menjelaskan fungsi Pemerintahan, Administrasi Pemerintahan di Kecamtan Tiworo Tengah di bagi
penduduk.
menjadi beberpa wilayah administrasi desa. Di mana setiap desa masing-masing di pimpin oleh kepala desa.

Selain itu pula, di level banyak, administrasi di tiap desa / kelurahan dibagi menjadi Rukun Tetangga dan juga Di dalam sensus penduduk, pencacahan dilakukan terhadap seluruh penduduk yang berdomisili di wilayah

Lingkungan / dusun. teritorial Indonesia termaksud warga Negara asing kecuali anggota Korps Diplomatik beserta keluarganya. Berbeda

dengan pelaksanaan sensus penduduk sebelumnya, sensus penduduk 2010 melaksanakan metode pencacahan
Desa adalah kesatuan masyarakat hokum yang memiliki batas wilayah dan berwenang untuk mengatur dan
lengkap termaksuk pula anggota rumah tangga korps Diplomatik RI yang tinggal diluar negeri.
mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan

dihormati dalam system pemerintahan Negara kesatuan repoblik Indonesia (UU No.32 tahun 2004) Kepala Sensus penduduk 2010 dilakukan serentak di seluruh tanah air mulai tanggal 1-30 Mei 2010. Metode

Desa dipilih secara langsung oleh masyarakat didesa tersebut. pengumpulan data dilakukan dengan wawancara antara petugas sensus dengan responden. Cara pencacahan yang

dipakai dalam sensus penduduk adalah kombinasi antara de jure dan de facto. Dicacah dimana biasa mereka
Kelurahan adalah suatu wilayah yang dipimpin oleh seorang lurah sebagai perangkat daerah kota di bawah
tinggal, sedangkan untuk penduduk yang tidak bertempat tinggal tetap dicacah dengan cara de facto, yaitu dicacah
kecamatan (UU No.32 tahun 2004). Lurah diangkat oleh Bupati / Walikota, Untuk mendukung pelaksanaan
ditempat di mana mereka ditemukan petugas sensus biasanya pada malam ‘Hari Sensus’. Termaksud penduduk
pemerintahan, di tiap desa / kelurahan dibagian kantor desa / kelurahan dan juga balai desa., Dalam hal menjaga
yang tidak bertempat tinggal tetap adalah tuna wisma, awak kapal berbendera Indonesia, penghuni perahu / rumah
keamanan dilingkungan tempat tinggal. Dibentuk perlahan Sipil (Hansip) yang beranggotakan masyarakat sipil
apung, masyarakat terpencil / terasing dan pengundsi. Bagi mereka yang mempunyai tempat tinggal tetap,tetapi
dimasing- masing desa / kelurahan.
sedang bertugas ke luar wilayah lebih dari enam bulan, tidak dicacah di tempat tinggalnya. Sebaliknya, seseorang

atau keluarga menepati suatu bangunan belum mencapai enam bulan tetap bermaksud menetap di sana dicacah

ditempat tersebut.

Penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah territorial Repoblik Indonesia selama 6 bulan atau lebih

dana tau mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi berjuang menetap.

7
Kepadatan penduduk adalah banyaknya penduduk per km persegi. - Desa Wanseriwu

2.2. Uraian Rencana Tata Ruang Wilayah


Rasio Jenis Kelamin adalah perbandingan antara banyaknya penduduk laki-laki dengan banyaknya penduduk

perempuan pada suatu daerah dan Konsolidasi Tanah tertentu. Biasanya dinyatakan sebagai deangan banyaknya Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Muna Barat masih Mengacu Peraturan

penduduk laki-laki untuk 100 penduduk perempuan. daerah Kabupaten Muna dan Belum ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Muna Barat, telah

ditetapkan dengan Peraturan Daerah adalah sebagai berikut :


StruKonsolidasi Tanahur umur penduduk pada suatu daerah sangat ditentukan oleh perkembangan tingkat

kelahiran, kematian dan migrasi. a. Hutan Lindung

b. Hutan Produksi Konversi


Rumah Tangga adalah seorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik /

sensus, dan biasanya tinggal bersama serta pengelolaan maka dari satu dapur. Yang dimaksud makan darisatu c. Kawasan Pariwisata Alam Laut/Bahari

dapur adalah jika pengurusan kebutuhan sehari-harinya dikelolah bersama-sama menjadi satu. d. Kawasan Perikanan Budidaya

Anggota Rumah Tangga adalah semua orang yang biasanya bertempat tinggal di suatu rumah tangga, baik yang e. Kawasan Perkebunan dan Hortikultura

berada dirumah pada Konsolidasi Tanah pencacahan maupun yang sementara tidak ada.
f. Kawasan Permukiman Perdesaan

Rata-rata Anggota Rumah Tangga adalah angka yang menunjukan rata-rata jumlah anggota rumah tangga per g. Kawasan Permukiman Perkotaan

rumah
h. Kawasan Pertanian Pangan Lahan Basah

c. Lokasi Terpilih Survei i. Kawasan Pertanian Pangan Lahan Kering


Adapun lokasi terpilih Survei Kabupaten Muna Barat yang menjadi Potensi Obyek Konsolidasi Tanah terbagi
j. Kawasan Peruntukan Perkotaan dan Pemerintahan
menjadi dua Kecamatan yaitu :
k. Kawasan Peruntukan Perkantoran dan Pemerintahan
1.Kecamatan Tiworo Kepulauan

* Lokasi Terpilih Potensi Konsolidasi Tanah Pertanian, meliputi 1 (satu) Kelurahan yaitu : l. Kawasan Peruntukan Pertahanan dan keamanan

- Kelurahan Waumere m. Kawasan Sekitar Mata Air

Lokasi Terpilih potensi Konsolidasi Tanan Non Pertanian, meliputi 1 (satu) Desa yaitu :
n. Kawasan Sempadan Sungai
- Kelurahan Tiworo
o. Kawasan Situs Benteng Tiworo.
2. Kecamatan Tiworo Tengah

- Lokasi Terpilih Potensi Konsolidasi Tanah Pertanian, meliputi 1 (satu) Desa yaitu : Struktur ruang wilayah menurut RTRW Kabupaten Muna Barat meliputi Pusat – pusat kegiatan, Sistem

- Desa Langku-langku jaringan prasarana utama dan Sistem jaringan lainnya. Sedangkan Rencana Pola Ruang Wilayah menurut RTRW

- .Lokasi Terpilih potensi Konsolidasi Tanan Non Pertanian, meliputi 1 (satu) Desa yaitu : Kabupaten Muna Barat di uraikan dalam Tabel dibawah Ini.
8
Tabel. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Muna Barat . Arahan Pola Ruang Wilayah Kecamatan Tiworo Kepulauan Terdiri dari 14 Klasifikasi antara lain: Kawasan

Hutan Lindung Seluas 821.05 Ha atau Sebesar 12.54 %,Kawasan Hutan Produksi Konversi Seluas 78.87 Ha
Tabel. Rencana Tata Ruang Kecamatan Tiworo Kepulauan dan Kec.Tiworo Tengah
LUAS % atau Sebesar 1.20%,Kawasan Pariwisata alam Laut/Bahari Seluas 9.80 Ha atau Sebesar 0.15%,Kawasan
No KECAMATAN ARAHAN POLA RUANG
(HA) WILAYAH
Tiworo Perikanan dan Budidaya Seluas 97,19 Ha atau Sebesar 1.48%,Kawasan Perkebunan dan Hortikultura seluas
1 Kepulauan   6,548.43  
    Kawasan Hutan Lindung 821.05 12.54 3,905.68 Ha atau Sebesar 59.64%,Kawasan Permukiman Perdesaan Seluas 115.40 Ha atau Sebesar
    Kawasan Hutan Produksi Konversi 78.87 1.20 1.76%,Kawasan Permukiman Perkotaan Seluas 566.95 Ha atau Sebesar 8.66%,Kawasan Pertanian Tanaman
    Kawasan Pariwisata Alam Laut/Bahari 9.80 0.15
    Kawasan Perikanan Budidaya 97.19 1.48 Pangan Lahan Basah Seluas 491.18 Ha atau Sebesar 7.50%, Kawasan Pertanian Tanaman Pangan Lahan
    Kawasan Perkebunan dan Hortikultura 3,905.68 59.64 Kering Seluas 147.29 Ha atau Sebesar 2.25%,Kawasan Peruntukan Perkantoran dan Pemerintahan Seluas
    Kawasan Permukiman Perdesaan 115.40 1.76
    Kawasan Permukiman Perkotaan 566.95 8.66 93,24 Ha atau Sebesar 1.42%,Kawasan Peruntukan Pertahanan dan Keamanan Seluas 0.50 Ha atau Sebesar

    Kawasan Pertanian Tanaman Pangan Lahan Basah 491.18 7.50 0.01%, Kawasan Sekitar Mata Air Seluas 12.57 Ha atau Sebesar 0.19 %,Kawasan Sempadan Sungai
    Kawasan Pertanian Tanaman Pangan Lahan Kering 147.29 2.25
    Kawasan Peruntukan Perkantoran dan Pemerintahan 93.24 1.42 Seluas204.07 Ha atau Sebesar 3.12%,Kawasan Situs Benteng Tiworo Seluas 4.64 Ha atau Sebesar 0.07%. dari

    Kawasan Peruntukan Pertahanan dan Keamanan 0.50 0.01 Luas Wilayah Kecamatan Tiworo Kepulauan.
    Kawasan Sekitar Mata Air 12.57 0.19
    Kawasan Sempadan Sungai 204.07 3.12 Grafik Rencana Tata Ruang Wilayah Kecamatan Tiworo Kepulauan
    Kawasan Situs Benteng Tiworo 4.64 0.07
2 Tiworo Tengah   6,570.86  
    Kawasan Hutan Lindung 852.57 12.97
    Kawasan Hutan Produksi Konversi 1.76 0.03
    Kawasan Perikanan Budidaya 549.26 8.36
    Kawasan Perkebunan dan Hortikultura 3,656.65 55.65
    Kawasan Permukiman Perdesaan 342.36 5.21
    Kawasan Permukiman Perkotaan 199.66 3.04
    Kawasan Pertanian Tanaman Pangan Lahan Basah 780.74 11.88
    Kawasan Pertanian Tanaman Pangan Lahan Kering 36.48 0.56
    Kawasan Peruntukan Pertahanan dan Keamanan 0.36 0.01
    Kawasan Sekitar Mata Air 15.33 0.23
    Kawasan Sempadan Sungai 135.69 2.07

b. Rencana Tata Ruang Wilayah Kecamatan Tiworo Tengah


a. Rencana Tata Ruang Wilayah Kecamatan Tiworo Kepulauan
9
Arahan Pola Ruang Wilayah Kecamatan Tiworo Tengah Terdiri dari 14 Klasifikasi antara lain: Kawasan 1. Kebun Campuran

Hutan Lindung Seluas 852.57 Ha atau Sebesar 12.97 %,Kawasan Hutan Produksi Konversi Seluas 1.76 Ha atau 2. Sawah 2xpadi/Thn

Sebesar 0.03%, Kawasan Perikanan dan Budidaya Seluas 549.26 Ha atau Sebesar 8.36%,Kawasan Perkebunan 3. Tambak

dan Hortikultura seluas 3,656.65 Ha atau Sebesar 55.65%,Kawasan Permukiman Perdesaan Seluas 342.36 Ha 4. Tegalan/Ladang

atau Sebesar 5.21%,Kawasan Permukiman Perkotaan Seluas 199.66 Ha atau Sebesar 3.04%,Kawasan Pertanian *. Penggunaan tanah non Pertanian dibedakan menjadi :

Tanaman Pangan Lahan Basah Seluas 780.74 Ha atau Sebesar 11.88%, Kawasan Pertanian Tanaman Pangan 1. Perkampungan

Lahan Kering Seluas 36.48 Ha atau Sebesar 0.56%, Kawasan Peruntukan Pertahanan dan Keamanan Seluas 0.36 2. Hutan Lebat

Ha atau Sebesar 0.01%, Kawasan Sekitar Mata Air Seluas 15.33 Ha atau Sebesar 0.23 %,Kawasan Sempadan 3. Hutan Sejenis

Sungai Seluas 135.69 Ha atau Sebesar 2.07%, dari Luas Wilayah Kecamatan Tiworo Tengah.
Penggunaan tanah tersebut tersebar di 2 (Dua) Kecamatan yaitu Kecamatan Tiworo Kepulauan dan
Grafik Rencana Tata Ruang Wilayah Kecamatan Tiworo Tengah. Kecamatan Tiworo Tengah Sebagai Berikut;

Tabel. Penggunaan Tanah Kec.Tiworo dan Tiworo Tengah

No Kecamatan Penggunaan Tanah Luas Ha % Wilayah

1 Tiworo Kepulauan   6,548.43  


    Hutan Lebat 9.80 0.15
    Hutan Sejenis 524.68 8.01
    Kebun Campuran 4,563.95 69.70
    Perkampungan 486.38 7.43
    Sawah 2xpadi/Thn 491.18 7.50
    Tambak 472.44 7.21
2 Tiworo Tengah   6,570.86  
    Hutan Sejenis 706.65 10.75

2.3. Penggunaan Tanah     Kebun Campuran 4,163.31 63.36


    Perkampungan 536.98 8.17
Penggunaan tanah adalah wujud tutupan permukaan bumi baik yang merupakan bentukan alami, maupun
    Sawah 2xpadi/Thn 780.74 11.88
buatan manusia (PP Nomor 16 Tahun 2004).     Tambak 361.90 5.51
Garis Besar Penggunaan tanah di Kec.Tiworo Kepulauan dan Kecamatan Tiworo Tengah dibedakan menjadi     Tegalan Ladang 21.29 0.32
Sumber : DireKonsolidasi Tanahorat Konsolidasi Tanah, Kementrian Agraria dan Tata Ruang/BPN (2018)
penggunaan tanah Pertanian dan Non Pertanian.

d.Penggunaan tanah Pertanian dibedakan menjadi :


a. Kecamatan Tiworo Kepuluan

10
Penggunaan Tanah dikecamatan Tiworo Kepulauan dibagi menjadi 6 klasifikasi antara lain Penggunaan Tanah 2.4. Pemilikan Tanah

Kebun Campuran Seluas 4,563.95 Ha atau Sebesar 69,70%,Perkampungan Seluas 486.38 Ha atau Sebesar 7.43
Pemilikan tanah adalah hak atas tanah yang dimiliki perorangan/badan hukum/instansi pemerintah yang telah
%,Sawah 2xpadi/Thn Seluas 491.18 Ha atau Sebesar 7.50%,Tambak Seluas 472.44 Ha atau Sebesar 7.21%, terdaftar pada kantor pertanahan setempat. Data pemilikan tanah disajikan dalam tabel dibawah ini, berdasarkan
pengelompokkan sebagai berikut :
Hutan Lebat Seluas 9.80 Ha atau Sebesar 0.15%, dan Hutan Sejenis Seluas 524.68 Ha atau Sebesar 8.01%, dari
- Tanah-tanah Terdaftar
Luas Wilayah Kecamatan Tiworo Kepulauan.
- Tanah-tanah Belum terdaftar
Dibawah ini disajikan Tabel Pemilikan Tanah Kec.Tiworo Kepuluan dan Kecamatan Tiworo Tengah.
Grafik Penggunaan Tanah

Tabel. pemilikan Tanah

No Kepemilikan Tanah Ha %

1 Tiworo Kepulauan 6,548.43  

  Belum Terdaftar 6,140.53 93.77

  Terdaftar 407.90 6.23

2 Tiworo Tengah 6,570.86  

  Belum Terdaftar 6,208.10 94.48

  Terdaftar 362.76 5.52

Sumber : DireKonsolidasi Tanahorat Konsolidasi Tanah, Kementrian Agraria dan Tata Ruang/BPN (2018)

b. Kecamatan Tiworo Tengah a. Kecamatan Tiworo Kepulauan

Pemilikan Tanah di Kecamatan Tiworo Kepulauan terbagi 2 klasifikasi terdaftar dan tidak terdaftar sebagai
Penggunaan Tanah dikecamatan Tiworo Tengah dibagi menjadi 6 klasifikasi antara lain
berikut;
Penggunaan Tanah Kebun Campuran Seluas 4,163.31 Ha atau Sebesar 63.36%,Perkampungan
1. Pemilikan Tanah Terdaftar Seluas 407.90 Ha atau Sebesar 6.23 %,
Seluas 536.98 Ha atau Sebesar 8.17 %,Sawah 2xpadi/Thn Seluas 780.74 Ha atau Sebesar
2. Pemilikan Tanah Belum Terdaftar Seluas 6,140.53 Ha atau Sebesar 93.77%,
11.88%,Tambak Seluas 361.90 Ha atau Sebesar 5.51%, Tegalan/Ladang Seluas 21.29Ha atau

Sebesar 0.32%, dan Hutan Sejenis Seluas 706.65 Ha atau Sebesar 10.75%, dari Luas Wilayah

Kecamatan Tiworo Kepulauan.

11
Grafik Pemilikan Tanah di Kecamatan Tiworo Kepulauan Grafik Pemilikan Tanah di Kecamatan Tiworo Tengah

2.5 Penguasaan Tanah

b. Kecamatan Tiworo Tengah Penguasaan tanah adalah hubungan hukum antara orang per orang, kelompok orang, atau badan hukum

Pemilikan Tanah di Kecamatan Tiworo Tengah terbagi 2 klasifikasi terdaftar dan tidak terdaftar sebagai dengan tanah. Penguasaan Tanah dikecamatan Tiworo kepulauan dan Kecamatan Tiworo Tengah Terdiri
berikut;
dari, Penguasaan Tanah Perorangan,Sudah digarap oleh Perorangan,dan Kawasan Hutan.
1. Pemilikan Tanah Terdaftar Seluas 362.76 Ha atau Sebesar 5.52 %, Data Penguasaan Tanah dikelompokkan menggunakan Tiga pengelompokkan yang disajikan dalam tabel

2. Pemilikan Tanah Belum Terdaftar Seluas 6,208.10 Ha atau Sebesar 94.48 %. berikut;

Tabel. Penguasaan Tanah

No Penguasaan Tanah Ha %

1 Tiworo Kepulauan 6,548.43  


  Perorangan 842.85 12.87
  Sudah digarap oleh perorangan 5,705.57 87.13
2 Tiworo Tengah 6,570.86  
  Kawasan 1,005.35 15.30
  Perorangan 806.16 12.27
  Sudah digarap oleh perorangan 4,759.35 72.43
Sumber : DireKonsolidasi Tanahorat Konsolidasi Tanah, Kementrian Agraria dan Tata Ruang/BPN (2018)
a. Kecamatan Tiworo Kepulauan
12
Penguasaan Tanah di Kecamatan Tiworo Kepulauan terbagi 2. klasifikasi sebagai berikut; Penguasaan Tanah di Kecamatan Tiworo Tengah terbagi 3. klasifikasi sebagai berikut;

1. Penguasaan Tanah Perorangan Seluas 842.85 Ha atau Sebesar 12.87% 1. Penguasaan Tanah Perorangan Seluas 806,16 Ha atau Sebesar 12.27%

2. Penguasaan Tanah Perorangan Sudah digarap oleh perorangan Seluas 5.705.57 Ha atau Sebesar 87.13% 2. Penguasaan Tanah Perorangan Sudah digarap oleh perorangan Seluas 4,759.35 Ha atau Sebesar 72.43%

3. Penguasaan Tanah Instansi Pemerintah (Kawasan Hutan) Seluas 1,005.35 Ha atau Sebesar 15.30%.

Grafik Penguasaan Tanah di Kecamatan Tiworo Kepulauan


Grafik Penguasaan Tanah di Kecamatan Tiworo Kepulauan

a. Kecamatan Tiworo Tengah BAB III

13
PENYUSUNAN POTENSI OBYEK KONSOLIDASI TANAH (Penggunaan Tanah dan RTRW Rencana Pola Ruang).

3. Pembuatan Peta Kerja


Tabel. Matriks Kesesuaian Potensi Obyek Konsolidasi Tanah (Penggunaan Tanah dan RTRW/RDTR Rencana
Pola Ruang)
Pembuatan peta kerja untuk (1) penentuan peta indikasi dan indikasi terpilih potensi obyek
Arahan Rencana pola Ruang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah
Konsolidasi Tanah; (2) penjajagan kebijakan ke Pemda terkait lokasi potensi yang akan dilakukan

peninjauan lapang; (3) panduan peninjauan lapang yang berisi informasi terkait lokasi yang akan ditinjau.

Kawasan Pertanian Tanaman Pangan Lahan

Kawasan Pertanian Tanaman Pangan Lahan


Kawasan Pariwisata Alam Laut/Bahari

Kawasan Perkebunan dan Hortikultura

Kawasan Peruntukan Perkantoran dan

Kawasan Peruntukan Pertahanan dan


Kawasan Hutan Produksi Konversi

Kawasan Permukiman Perdesaan

Kawasan Permukiman Perkotaan

Kawasan Situs Benteng Tiworo


Kawasan Perikanan Budidaya
Pembuatan peta kerja dilakukan melalui proses analisa dan pembuatan peta indikasi potensi obyek

Kawasan Sempadan Sungai


Kawasan Sekitar Mata Air
Kawasan Hutan Lindung
Penggunaan Tanah
No

Pemerintahan
Konsolidasi Tanah serta analisa dan pembuatan peta indikasi terpilih potensi obyek Konsolidasi Tanah

Keamanan
Kering
Basah
yang diuraikan sebagai berikut :

3.1. Analisa Indikasi Potensi Obyek Konsolidasi Tanah

Analisa indikasi potensi obyek Konsolidasi Tanah dilakukan dengan membuat matriks kesesuaian

potensi obyek Konsolidasi Tanah (penggunaan tanah dengan RTRW rencana pola ruang). Sebagai acuan
1 Hutan Lebat TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP
pembuatan matriks kesesuaian potensi obyek Konsolidasi Tanah untuk masing-masing SP dapat dilihat di
2 Hutan Sejenis TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP
Tabel
3 Kebun Campuran TP TP TP TP P/T TP TP TP P/T TP TP TP TP TP

4 Perkampungan TP TP TP TP TP P/NT P/NT TP TP P/NT P/NT TP TP TP

5 Sawah 2xpadi/Thn TP TP TP TP TP TP TP P/T TP TP TP TP TP TP

6 Tambak TP TP TP P/T TP TP TP P/T TP TP TP TP TP TP

7 Tegalan Ladang TP TP TP TP P/T TP TP TP P/T TP TP TP TP TP

Sumber : DireKonsolidasi Tanahorat Konsolidasi Tanah, Kementrian Agraria dan Tata Ruang/BPN (2018)

Keterangan Kesesuaian Potensi Obyek Konsolidasi Tanah:

P/T= Potensial Pertanian, P/NT= Potensial Non Pertanian , TP Tidak Potensial

Matriks Kesesuaian Potensi Obyek Konsolidasi Tanah 3.2. Peta Indikasi Potensi Obyek Konsolidasi Tanah

14
Peta Indikasi Potensi Obyek Konsolidasi Tanah didapatkan dengan cara : Peta RTRW Penetapan Kawasan Strategis digunakan untuk menentukan wilayah yang

a. Tumpang susun (overlay) peta administrasi, peta penggunaan tanah dan peta RTRW rencana terindikasi berpotensi yang dipengaruhi oleh :

pola ruang yang menghasilkan Peta Kesesuaian Potensi;  Kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan social budaya;

b. Membuat matriks Kesesuaian Potensi Obyek Konsolidasi Tanah sesuai klasifikasi yang tersedia  Kawasan yang memiliki nilai strategis pendayagunaan sumber daya alam;

di dalam tabel atribut data pola ruang dan penggunaan tanah  Kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung

c. Memasukan atribut matriks kesesuaian Potensi Obyek Konsolidasi Tanah ke dalam peta lingkungan hidup;

kesesuaian potensi obyek Konsolidasi Tanah. Kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi.

d. Menampilkan Peta RTRW lainnya, yaitu peta rencana struKonsolidasi Tanahur ruang, jalan - Peta RTRW : Rencana Fasos/Fasum

eksisting, rencana jalan dan penetapan Kawasan Strategis: - Peta RTRW lainnya

- Peta RTRW : Rencana StruKonsolidasi Tanahur Ruang e. Melakukan analisis buffer terhadap peta rencana struKonsolidasi Tanahur ruang, jalan eksisting,

Peta RTRW StruKonsolidasi Tanahur Ruang untuk menginterpretasi rencana pembangunan rencana jalan.

infrastruKonsolidasi Tanahur yang berpengaruh terhadap potensi Konsolidasi Tanah: f. Overlay (union) Buffer Peta RTRW lainnya (rencana struKonsolidasi Tanahur ruang, jalan

 Dekat dengan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), eksisting, rencana jalan) dan Peta Penetapan Kawasan Strategis;

 PKW promosi (PKWp), g. Melakukan updating tabel atribut data pada shapefile rencana_gabung.shp yang memasukan

 Pusat Kegiatan Lokal (PKL), informasi mengenai tingkat potensi.

 PKL promosi (PKLp), h. Melakukan overlay antara peta kesesuaian potensi obyek Konsolidasi Tanah

 Pusat Pelayanan Kawasan (PPK). (kesesuaian_potensi.shp), dengan peta gabungan RTRW lainnya (rencan_gabung.shp),

- Peta RTRW : Peta Jaringan Jalan Eksisting menghasilkan Peta Indikasi Potensi Obyek Konsolidasi Tanah.

Peta jaringan jalan eksisting digunakan untuk mengetahui kemudahan aksesibilitas di daerah i. Membuat Layout peta Indikasi Potensi Obyek Konsolidasi Tanah

setempat dan keteraturan wilayah permukimannya.

- Peta RTRW : Rencana Jaringan Jalan

Peta rencana jaringan jalan digunakan untuk menentukan wilayah yang terindikasi berpotensi

untuk dikonsolidasi berdasarkan rencana jaringan jalan yang akan dibangun.

- Peta RTRW : Penetapan Kawasan Strategis

15
Gambaran proses pengolahan data spasial untuk mendapatkan peta indikasi obyek Konsolidasi Tanah

diilustrasikan dalam Gambar dibawah ini : 3.3. Analisa Indikasi Terpilih Potensi Obyek Konsolidasi Tanah

Analisa indikasi terpilih potensi obyek Konsolidasi Tanah dilakukan dengan membuat matriks indikasi

terpilih potensi obyek Konsolidasi Tanah (indikasi potensi obyek Konsolidasi Tanah dan GUPT). Sebagai

acuan menganalisa indikasi terpilih potensi obyek Konsolidasi Tanah

3.4. Peta Indikasi Terpilih Potensi Obyek Konsolidasi Tanah

Peta Indikasi Terpilih Potensi Obyek Konsolidasi Tanah dibuat sebagai dasar untuk menentukan lokasi

potensi obyek Konsolidasi Tanah yang akan dilakukan peninjauan lapang. Peta Indikasi Terpilih Potensi

Obyek Konsolidasi Tanah tersebut berisi hasil : (1) Peta Indikasi potensi obyek Konsolidasi Tanah dengan

peta GUPT/GeoKKP/IP4T (Kabupaten/Kota); dan (2) lokasi peninjauan lapang yang telah ditentukan. Cara

membuat Peta Indikasi Terpillih Potensi Obyek Konsolidasi Tanah dapat dijabarkan secara singkat dalam

gambar berikut ini :

Berikut ini adalah tahapan singkat pembuatan Peta Indikasi Terpilih Obyek KONSOLIDASI TANAH :

a. Overlay peta indikasi potensi obyek Konsolidasi Tanah dan peta Gambaran Umum Penguasaan Tanah

(GUPT)/Peta Geo KKP/Peta IP4T;

b. Memasukan atribut matriks Indikasi Terpilih Obyek Konsolidasi Tanah ke dalam field baru di attribute table

shapefile hasil overlay (nama field : indikasi_t);

c. Menggunakan citra satelit dan peta IP4T/Geo KKP untuk melakukan deliniasi daerah kumuh, deliniasi

daerah tertata, deliniasi ruang antara daerah tertata, deliniasi bidang sawah yang sudah tertata, dan deliniasi

sawah ukuran kecil pada wilayah yang sudah terindikasi ‘sangat potensial’.

d. Menganalisa arah pengembangan kebijakan yang sesuai dengan indikasi terpilih potensi obyek Konsolidasi

Tanah. Sebelumnya, buat matriks analisa arah pengembangan kebijakan tergantung dengan hasil analisis

dengan menggunakan acuan pada tabel berikut ini:

16
Tabel. Matriks Indikasi Terpilih Potensi Obyek Konsolidasi Tanah

5 - (Indikasi
P/T atauPotensi
SP/T atau Areal Pengembangan
Obyek Konsolidasi Tanah dan GUPT)

. Matriks Analisa Arah Pengembangan Kebijakan P/NT atau SP/NT Lainnya

(Indikasi terpilih potensi obyek Konsolidasi Tanah + interpretasi visual + kombinasi


   
No Querry table atribut buffer rencana
Potensial Sangat Potensial
“itpoKonsolidasi Tanah” “ivisual” Arah Kebijakan lainnya
Non Non
No Status Penguasaan Tanah Keterangan Pertanian Pertanian
(“rencana”)
Pertanian Pertanian
(PT) (SPT)
1 - P/T atau SP/T atau - Ruang antara Pengembangan Wilayah
(P/NT) (SP/NT)
P/NT atau SP/NT +
(Yang sudah
buffer rencana pusat
1 Kelompok Tanah Negara (TN) digarap oleh P/T P/NT SP/T SP/NT
kegiatan
Perorangan)
2 - P/NT atau - Kumuh Peremajaan Kota
2 Kelompok Tanah Hak :          
SP/NT+buffer
  1. Hak Milik (HM) Perorangan P/T P/NT SP/T SP/NT
rencana pusat
Perorangan/dan
  2. Hak Guna Usaha TP TP TP TP
kegiatan + buffer
Badan Hukum
jalan eksisting
3. Hak Guna Bangunan (HGB) Perorangan/dan
  TP TP TP TP
3 - P/T atau SP/T + - Tani skala kecil Optimalisasi Pengusahaan
Induk Badan Hukum
buffer rencana Pertanian
  4. Hak Guna Bangunan (HGB) Perorangan TP P/NT TP SP/NT
fasos fasum
Badan Hukum dan
  5. Hak Pengololaan (HPL) TP TP TP TP
4 - P/T atau SP/T atau Penyedian Tanah untuk
Pemerintah
P/NT atau SP/NT pembangunan
Perorangan dan
  6. Hak Pakai (HP) P/T P/NT SP/T SP/NT
+ buffer rencana
Badan Hukum
fasos/fasum
3 Kelompok Tanah adat          
- P/T atau SP/T atau
  1. Tanah Milik Adat Perorangan P/T P/NT SP/T SP/NT
P/NT atau SP/NT
  2. Tanah Ulayat   P/T P/NT SP/T SP/NT
+ buffer rencana Sumber : DireKonsolidasi Tanahorat Konsolidasi Tanah,Badan Pertanahan

  Nasional RI
jalan
Keterangan : Indikasi Terpilih Potensi obyek Konsolidasi Tanah

17 P/T = Potensial Pertanian, P/NT= Potensial Non Pertanian, TP= Tidak Potensial

SP/T = Sangat Potensial Pertanian, SP/NT = Sangat Potensial Non Pertanian


    TP 1,219.60 18.62
Keterangan : 2 Tiworo Tengah   6,570.86  
    P/NT 542.39 8.25
itpoKonsolidasi Tanah = indikasi terpilih potensi obyek Konsolidasi Tanah
    P/T 4,912.37 74.76
rencana = rencana tata ruang lainnya yang bertampalan dengan wilayah potensial dan sangat potensial KONSOLIDASI TANAH     TP 1,116.10 16.99
ivisual = hasil interpretasi visual citra satelit atau jaringan jalan pada wilayah potensial dan sangat Sumber : DireKonsolidasi Tanahorat Konsolidasi Tanah, Kementrian Agraria dan Tata Ruang/BPN (2018)

potensial Konsolidasi Tanah. Keterangan Kesesuaian Potensi Obyek Konsolidasi Tanah:


P/T= Potensial Pertanian, P/NT= Potensial Non Pertanian , TP Tidak Potensial

e. Menampilkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) daerah didalam peta indikasi_terpilih.shp.
a. Kecamatan Tiworo Kepulauan
f. Mengolah data BPS untuk membantu pemilihan lokasi peninjauan lapang.
di Kecamatan Tiworo Kepulauan dibagi Menjadi 3 Klasifikasi yaitu
Data BPS yang digunakan adalah data yeng termasuk ke dalam 3 unsur Konsolidasi Tanah (tanah untuk
P/NT = (Potensial Non Pertanian) Seluas 687.49 Ha atau Sebesar 10.50 %
pembangunan, kualitas lingkungan dan pemeliharaan SDA) serta data social ekonomi. Data BPS dimaksud
P/T = (Potensial Pertanian) Seluas 4,641.34 Ha atau Sebesar 70.88 %
dikelompokkan menjadi pertanian dan non pertanian. Ketersediaan data disesuaikan dengan yang ada di
TP = (Tidak Potensial) Seluas 1,219.60 Ha atau Sebesar 18.62%.
Kabupaten/Kota setempat.
Grafik Indikasi Terpilih Potensi
g. Membuat layout peta Indikasi Terpilih Potensi Obyek Konsolidasi Tanah.

a. Indikasi Terpilih Potensi Obyek Konsolidasi Tanah

Indikasi Terpilih Potensi Obyek Konsolidasi Tanah dibuat sebagai dasar untuk menentukan lokasi potensi

obyek Konsolidasi Tanah yang akan dilakukan peninjauan lapang. Peta Indikasi Terpilih Potensi Obyek

Konsolidasi Tanah tersebut berisi hasil : (1) Peta Indikasi potensi obyek Konsolidasi Tanah dengan peta

GUPT/GeoKKP/IP4T (Kabupaten/Kota); dan (2) lokasi peninjauan lapang yang telah ditentukan. Cara

membuat Peta Indikasi Terpillih Potensi Obyek Konsolidasi Tanah dapat dijabarkan secara singkat dalam

Tabel berikut ini :

Tabel.Indikasi Potensi Obyek Konsolidasi Tanah


b. Kecamatan Tiworo Tengah
Jumlah
No Kecamatan Kesesuaian Potensi
Ha % di Kecamatan Tiworo Tengah dibagi Menjadi 3 Klasifikasi yaitu
1 Tiworo Kepulauan   6,548.43  
P/NT = (Potensial Non Pertanian) Seluas 542.39 Ha atau Sebesar 8.25 %
    P/NT 687.49 10.50
    P/T 4,641.34 70.88 P/T = (Potensial Pertanian) Seluas 4,912.37 Ha atau Sebesar 74.76 %
18
TP = (Tidak Potensial) Seluas 1,116.10 Ha atau Sebesar 16.99%, P/NT P/T TP
Grand
Total
Tiworo
1 Kepulauan   687.49 4,641.34 1,219.60 6,548.43
Grafik Indikasi Terpilih Potensi     KATELA 11.70   7.66 19.36
    LASAMA 35.94 972.85 925.62 1,934.41
    LAWORO 72.97 433.78 91.10 597.85
    SIDOMAKMUR 31.20 680.45 26.55 738.20
    TIWORO 103.71 209.22 9.81 322.73
    WANDOKE 146.60 459.91 61.35 667.86
    WATUREMPE 122.45 668.77 32.68 823.89
    WAUMERE 136.34 621.36 35.48 793.19
    WULANGAJAYA 26.58 595.00 29.36 650.93
2 Tiworo Tengah   542.39 4,912.37 1,116.10 6,570.86
    LABOKOLO 127.51 777.89 21.75 927.14
    LAKABU   888.79 250.33 1,139.12
    LANGKU-LANGKU 81.52 626.19 19.95 727.65
    MEKARJAYA 53.23 859.97 2.68 915.88
    MOMUNTU   1,006.16 333.10 1,339.26
    SUKADAMAI 128.67 297.90 24.73 451.30
    WANSERIWU 63.61 159.97 452.42 676.00
    WAPAE 87.86 295.49 11.16 394.51
: DireKonsolidasi Tanahorat Konsolidasi Tanah, Kementrian Agraria
Sumber dan Tata Ruang/BPN (2018)

Keterangan Kesesuaian Potensi Obyek Konsolidasi Tanah:

P/T= Potensial Pertanian, P/NT= Potensial Non Pertanian , TP Tidak Potensial

Kecamatan Tiworo Kepulauan Potensian Non Pertanian dan Pertanian terletak di Kel/Desa

1. Kelurahan Tiworo P/NT = (Potensial Non Pertanian)

2. Kelurahan Waumere P/T = (Potensial Pertanian)

 Klasifikasi Rincian Indikasi Terpilih Potensi Obyek Konsolidasi Tanah


*. Klasifikasi Rincian Indikasi Terpilih Potensi Obyek Konsolidasi Tanah

a. Kecamatan Tiworo Kepulauan Potensial Non Pertanian dan Pertanian terletak di Kel/Desa
Tabel. Rincian Indikasi Potensi Obyek Konsolidasi Tanah
No Kecamatan Kel/Desa Indikasi Potensi   1. Kelurahan Tiworo P/NT = (Potensial Non Pertanian)

19
2. Kelurahan Waumere P/T = (Potensial Pertanian)

3.5. Peta Peninjauan Lapang

Grafik Indikasi Potensi Konsolidasi Tanah Peta peninjauan lapang salah satunya memuat informasi di lokasi yang dipilih untuk peninjauan lapang.

Pembuatan peta peninjauan lapang dilakukan melalui bebrapa tahap, yaitu :

a. Penjajagan kebijakan pemda

b. Penentuan lokasi peninjauan lapang

c. Pembuatan dan pencetakan peta peninjauan lapang

a. Penjajagan Kebijakan Pemda

Melakukan konsultasi dengan aparat Pemda Kabupaten Muna Barat setempat (Sekda/Asisten I dan

Asisten II atau Bapeda) mengenai kemungkinan-kemungkinan tersusunnya sinkronisasi kebijakan dan

*. Klasifikasi Rincian Indikasi Terpilih Potensi Obyek Konsolidasi Tanah kesepakatan awal penyatuan program antara program Konsolidasi Tanah dengan program-program

a. Kecamatan Tiworo Tengah Potensial Non Pertanian dan Pertanian terletak di Kel/Desa pembangunan di daerah. Hasil dari penjajakan kebijakan dengan Pemda dituangkan di dalam laporan

3. Desa Wanseriwu P/NT = (Potensial Non Pertanian) kemajuan kegiatan. Sedangkan hasil penentuan lokasi peninjauan lapang dituangkan di dalam peta

4. Desa Langku-Langku P/T = (Potensial Pertanian) peninjauan lapang.

b. Penentuan lokasi peninjauan lapang

Penentuan lokasi peninjauan lapang diperoleh dengan mempertimbangkan:

I. Indikasi terpilih potensi obyek Konsolidasi Tanah (tingkat potensi: SP/NT, SP/T, P/NT, P/T, dan

arah pengembangan kebijakan: misal peremajaan Kota, pengembangan wilayah dll).

II. Hasil rekapitulasi data BPS (fisik dan non fisik : sosekbud) dengan melihat kecamatan/Desa yang

termasuk kategori potensial atau sangat potensial.

III. Masukan dari hasil penjajagan kebijakan dengan pemerintah daerah.

20
Kegiatan peninjauan lapang berupa :

Perhatikan tabel berikut ini dalam menentukan lokasi peninjauan lapang: 1) Pengumpulan data sosial ekonomi dan penjajakan kesepakatan;

2) Identifikasi/validasi dilaksanakan pada lokasi terpilih yang telah ditentukan;

Tabel Penentuan Lokasi Peninjauan Lapang 3) Koordinasi dengan dinas teknis terkait. Hal ini berkaitan dengan mata pencaharian dan sumber pendapatan

Kriteria Penentuan Non Pertanian/ Pertanian masyarakat pada lokasi terpilih yang telah ditentukan.

Lokasi Peninjauan

Lapang

Jumlah Lokasi Minimal 2 Lokasi Indikasi potensi pada 2 Desa/Kelurahan yang berbeda dalam

1 kecamatan

Luas Lokasi Minimal 50 bidang atau luas 5 Ha.

Jenis kegiatan, hasil kegiatan dan lama Konsolidasi Tanah pelaksanaan peninjauan lapang dapat dilihat dalam
c. Pencetakan Peta Peninjauan Lapang
Tabel
Peta peninjauan lapang dibuat dalam 2 (dua) format cakupan, yaitu:
Tabel. Jenis Kegiatan, Hasil dan Konsolidasi Tanah Pelaksanaan Peninjauan Lapang Pada Lokasi Indikasi
1. Seluruh Kabupaten, yang menampilkan seluruh lokasi peninjauan lapang yang telah dipilih (skala
Terpilih Potensi Obyek Konsolidasi Tanah.
menyesuaikan) dicetak diatas kertas ukuran A0.

2. Per lokasi peninjauan lapang yang dicetak di atas kertas ukuran A0 atau lebih kecil menyesuaikan
No. Jenis Kegiatan Hasil Kegiatan Keterangan
dengan kebutuhan, dengan skala 1:25.000 atau lebih besar, jika memungkinkan di cetak dalam skala
1. Identifikasi dan/ atau validasi :
1:5.000 (dizoom/diperbesar hanya pada masing-masing lokasi yang akan disurvey. Untuk peta per
1. Homogenitas fisik wilayah
lokasi peninjauan lapang disarankan menampilkan layer citra satelit untuk memudahkan kegiatan
(topografi/kemiringan) 1. Sketsa deliniasi Untuk identifikasi dan validasi
observasi homogenitas fisik topografi dan penggunaan tanah di lapangan.
homogenitas fisik homogenitas fisik topografi dan
4. Peninjauan Lapang / Groundcheck
wilayah penggunaan tanah dapat dilakukan

21
berdasarkan dengan cara membuat sketsa deliniasi 2. Bentuk dan luas bidang

topografi/kemiring menggunakan alat tulis yang digambar 3. Mata pencaharian masyarakat

an pada peta kerja langsung di atas peta kerja/peta 4. Kondisi kesehatan lingkungan

2. Homogenitas penggunaan peninjauan lapang peninjauan lapang pada saat observasi 5. Kesepakatan dengan Pemda

tanah 2. Sketsa deliniasi fisik wilayah di lokasi. Pindahkan hasil 6. Kepahaman dan kesepakatan

homogenitas sketsa tersebut ke dalam peta tokoh masyarakat (lurah,

penggunaan tanah indikasi_terpilih.shp melalui dijitasi dan camat)

pada peta kerja lakukan updating pada table atributnya. 7. Kepahaman dan kesepakatan

peninjauan lapang masyarakat

3. GUPT 3. Sketsa GUPT hasil Hasil identifikasi sarana-prasarana di 3. Koordinasi dengan dinas teknis Program instansi terkait

Validasi pada peta plot dengan GPS dan digambar langsung terkait dengan potensi wilayah

kerja peninjauan di atas peta kerja pada saat melakukan di lokasi indikasi

lapang observasi lapang dan dicatat pada lokasi terpilih

4. Sarana-prasarana : 4. Peta sebaran sarana indikasi terpilih potensi obyek

- Prasarana jalan & prasarana (jalan, Konsolidasi Tanah

- Saluran irigasi saluran irigasi, dll)

- Fasilitas Pendidikan pada peta kerja

- Fasilitas Peribadatan peninjauan lapang

5. PENGOLAHAN DATA HASIL PENINJAUAN LAPANG

Semua hasil peninjauan lapang diolah untuk menghasilkan klasifikasi prioritas potensi dari masing-masing

variable Konsolidasi Tanah. Pengolahan data hasil peninjauan lapang dilakukan dengan :

1. Pengolahan data spasial


2. Pengumpulan data social ekonomi Tabel rekapitulasi hasil Lihat form kuesioner 2. Pengolahan data secara deskriptif tentang hasil dari koordinasi dengan pihak terkait
dan penjajakan kesepakatan wawancara dan

1. Status tanah questioner 1. Pengolahan Data Spasial

22
Pengolahan data spasial dilakukan pada data yang sebelumnya telah ada dalam format data spasial digital. 4) Analisa arahan potensi obyek Konsolidasi Tanah berdasarkan pengunaan tanah dan pemamfaatan tanahnya.

Pada data-data spasial tersebut dilakukan updating dan editing apabila ada perubahan ataupun pembaruan Peta Potensi Obyek Konsolidasi Tanah memuat informasi sebagai berikut:

yang ditemukan secara eksisting di lapangan. data-data spasial yang harus diolah/divalidasi/ diperbarui Peta rekapitulasi pertanian dan non pertanian kemudian di overlay dengan peta indikasi terpilih potensi obyek

dimaksud adalah : Konsolidasi Tanah. Hasil akhir overlay peta-peta tersebut menghasilkan peta potensi obyek Konsolidasi Tanah.

1. Gambaran Umum Penguasaan Tanah Berikut ini adalah ilustrasi pembuatan Peta Potensi Obyek Konsolidasi Tanah (gambar 6)

2. Peta sebaran sarana & prasarana (jalan,saluran irigasi,dll) Analisa Arahan Potensi Obyek Konsolidasi Tanah

3. Status tanah Dari peta potensi obyek Konsolidasi Tanah kemudian dibuat analisa secara deskriptif berdasarkan tabel-tabel

4. Bentuk dan koordinat bidang tanah dibawah ini sehingga diperoleh arahan penataan untuk Konsolidasi Tanah dalam rangka pengembangan wilayah,

5. Penggunaan dan pemamfaatan bidang tanah peremajaan Kota, optimalisasi lahan pertanian skala kecil, dan areal pengembangan lainnya (Peraturan Kepala

6. kesepakatan masyarakat Badan Nomor 3 Tahun 2006). Analisis deskriptif ini merupakan analisis pendukung ( hasil groundcheck ). Untuk

analisis arahan pengembangan kebijakan yang dihasilkan dari rencana RTRW lain nya pada peta indikasi

2. Pengolahan Data Secara Deskriptif terpilih potensi obyek Konsolidasi Tanah.

Pengolahan data secara deskriptif dilakukan pada data hasil koordinasi dengan dinas teknis terkait (program

instansi terkait dengan potensi wilayah dengan potensi wilayah dilokasi peninjauan lapang)

- Status Tanah

Status tanah merupakan salah satu variabel yang digunakan untuk menentukan potensi obyek Konsolidasi

Tanah. Status tanah diukur dari banyak atau sedikitnya tanah yang sudah bersertipikat.

III.6 ANALISA POTENSI OBYEK KONSOLIDASI TANAH Perhatikan Tabel berikut ini untuk menentukan arahan potensi Obyek Konsolidasi Tanah ;

Tabel Matriks Arahan Potensi Obyek Konsolidasi Tanah.


Dalam analisa potensi obyek Konsolidasi Tanah dilakukan :

1) Plotting hasil identifikasi dan inventarisasi status tanah, bentuk dan luasan, koordinat bidang, penggunaan dan
ARAHAN POTENSI PROGRAM KEGIATAN KRITERIA OBYEK KONSOLIDASI
pemamfaatan tanah serta kesepakatan masyarakat setiap bidang tanah pada peta peninjauan lapang.
OBYEK TANAH
2) Menganalisa jumlah dan sebaran kesepakatan masyarakat.
KONSOLIDASI
3) Mendeliniasi lokasi yang berpotensi untuk diusulkan sebagai lokasi Konsolidasi Tanah yang didasarkan pada

hasil penjajakan kesepakatan.


23
TANAH Kota tidak memadai kesehatan lingkungan

1. Pengembangan 1. Penataan tanah dalam rangka 1. Rencana jalan dalam RTRW / RPJM yang 2. Daerah yang padat penduduk dan

Wilayah pengadaan fasilitas umum / menjadi prioritas Pemda (jalan lingkar kepadatan / kerapatan bangunan tinggi

fasilitas sosial. luar , jalan penghubung ) . 3. Daerah yang ada kecenderungan menjadi

2. Rencana pengadaan tanah fasos ( pasar , kumuh:

terminal ) yang telah menjadi program - Daerah yang bangunannya tidak

prioritas pemda. teratur

2. Penataan Wilayah 1. Daerah diluar pusat Kota yang sudah - Daerah yang memiliki kualitas rumah

Pengembangan Kota. mulai tumbuh di tandai dengan adanya rendah

kegiatan pengembangan Kota yang - Daerah yang memiliki luasan RTH

sifatnya sporadik ( sudah ada perkaplingan yang rendah

/ BTN. - Daerah yang kepadatan penduduknya

2. Wilayah yang hendak dikembangkan oleh tinggi

pemda dalam rangka kebutuhan - Daerah yang penduduknya mempunyai

permukiman dan pembangunan lain nya. mata pencaharian yang beragam (tidak

3. Wilayah yang direncanakna menjadi Kota homogeny)

pendukung pusat Kota ( pusat Desa , pusat - Daerah yang muncul didaerah
kecamatan ). sempadan sungai atau danau
4. Wilayah yang dikembangkan karena - Daerah yang terletak di kawasan
sudah ada sentral / pusat yang terbangun SUTET dan sempadan rel KA
( universitas ,terminal ) - Daerah yang penduduknya memiliki

pendidikan dan penghasilan rendah


3. Penataan daerah terisolir ( Tidak Daerah yang terisolir fasum / fasosnya akibat - Daerah yang memiliki kondisi
terhubung jaringan jalan ke adanya kegiatan pengembangan Kota/
bangunan rumah yang tidak permanen
Wilayah lain ). pengembangan permukiman oleh developer
dan tidak memenuhi syarat
yang sifatnya sporadik
- Daerah rawan banjir, keamanan,
2. Peremajaan Penataan wilayah kumuh 1. Daerah yang kondisi sarana prasarananya

24
kebakaran, penyakit, dan keamanan Peremajaan kawasan perKotaan adalah penataan kembali area terbangun bagian kawasan perKotaan yang

3. Optimalisasi 1. Tanah pertanian beririgasi teknis yang mengalami degradasi kualitas lingkungan, degradasi fungsi kawasan, dan/atau penyesuaian bagian kawasan

Pengusahaan atas kebijakan pemerintah dipertahankan perKotaan terhadap rencana pembangunan kawasan perKotaan;

Pertanian Skala 2. Tanah pertanian irigasi teknis yang oleh Untuk menentukan potensi obyek Konsolidasi Tanah untuk Peremajaan Kota mengacu pada : kepadatan

Kecil pemilik tanah dipertahankan sebagai lahan bangunan tinggi dan minim sarana prasarana serta fasos-fasum.

pertanian penyangga Kota 3. Penentuan Potensi Konsolidasi Tanah Untuk Optimalisasi Pertanian Skala Kecil

3. Tanah pertanian yang jika luasannya kecil Optimalisasi Pertanian Skala Kecil adalah usaha meningkatkan pemanfaatan sumber daya lahan pertanian

dijadikan pengusahaan bersama melalui penambahan sarana dan prasarana yang luasnya kurang dari 2 Ha untuk diluar Pulau Jawa dan

4. Areal 1. Pengembangan wilayah industri 1. Daerah pengembangan sector industri dibawah 1 Ha untuk pertanian di Pulau Jawa.

Pengembangan kecil kecil yang telah menjadi kebijakan Dalam menentukan potensi obyek Konsolidasi Tanah untuk optimalisasi pertanian skala kecil, kita dapat

lainnya pemerintah untuk dikembangkan mengacu kepada:

2. Daerah pengembangan industri kecil yang 1) Pola ruang di arahkan pada kawasan non permukiman (perikanan, pertanian lahan basah, pertanian lahan

tumbuh oleh masyarakat sendiri kering, dan tanaman tahunan)

2. Pengembangan kawasan Daerah pengembangan permukiman nelayan 2) Berada dalam rencana pengembangan irigasi maupun dekat dengan irigasi eksisting; Mempunyai

nelayan dengan sarana dan prasarananya aksesibilitas dan produKonsolidasi Tanahivitas yang baik.

4. Areal Pengembangan Lainnya

1. Penentuan Potensi Konsolidasi Tanah untuk Pengembangan Wilayah Areal pengembangan lainnya merupakan suatu areal yang berpotensi untuk ditata, namun bukan termasuk ke

Pengembangan Wilayah dapat dirumuskan sebagai rangkaian upaya untuk mewujudkan keterpaduan dalam dalam areal yang tercantum dalam Peraturan Kepala Badan Nomor 3 Tahun 2006. Contohnya :

penggunaan berbagai sumber daya, merekatkan dan menyeimbangkan pembangunan nasional dan kesatuan adalah kawasan industri dan nelayan.

wilayah nasional, meningkatkan keserasian antar kawasan, keterpaduan antar seKonsolidasi Tanahor Hasil dari arahan potensi Konsolidasi Tanah untuk masing-masing penataan, disusun dalam bentuk tabel

pembangunan melalui proses penataan ruang dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan yang seperti di bawah ini :

berkelanjutan dalam wadah NKRI.


Tabel . Arahan Potensi Obyek Konsolidasi Tanah Kecamatan Tiworo Kepulauan
Penentuan potensi obyek Konsolidasi Tanah untuk pengembangan wilayah mengacu pada : Kepadatan

bangunan rendah
Lokasi :
2. Penentuan Potensi Konsolidasi Tanah Untuk Peremajaan Kota
No a. Desa/Kelurahan Arahan Potensi Obyek Konsolidasi Tanah

b. Kecamatan

25
Arahan 1: Potensi Obyek Konsolidasi Tanah Non Pertanian Arahan 1: Potensi Obyek Konsolidasi Tanah Non Pertanian

Lokasi Obyek (P/NT) Lokasi Obyek (P/NT)

a. Kelurahan Tiworo Luas : 118,90 Ha a. Desa Wanseriwu Luas : 184,13 Ha

b.Kecamatan Tiworo Kepulauan deskripsi Lokasi : b.Kecamatan Tiworo Tengah deskripsi Lokasi :

 Kawasan Pengembangan ,Permukiman,  Kawasan Pengembangan ,Permukiman,Wisata Pantai,


1 1
 Ilustrasi potensi obyek berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Muna  Ilustrasi potensi obyek berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Muna

Konsolidasi Tanah non pertanian Barat. Konsolidasi Tanah non pertanian Barat.

Jumlah Bidang : 87 Bidang Jumlah Bidang : 96 Bidang (96KK)

Kesepakatan Masyarakat Sepakat Seluas : 82,51 Ha atau Sebesar (69,39%) Kesepakatan Masyarakat Sepakat Seluas : 154,12Ha atau Sebesar (83,70 %)

Tidak Sepakat/Ragu-Ragu Seluas : 36,40 Ha / (30,61%) Tidak Sepakat/Ragu-Ragu Seluas : 30,00 Ha atau ( 16,30 %)

       

Lokasi Obyek Arahan 2: Potensi Obyek Konsolidasi Tanah Pertanian (P/T) Lokasi Obyek Arahan 2: Potensi Obyek Konsolidasi Tanah Pertanian (P/T)

a. Kelurahan Waumere Luas : 281,71 Ha a. Desa Langku-Langku Luas : 326,80 Ha

b.Kecamatan Tiworo Kepulauan deskripsi Lokasi : b.Kecamatan Tiworo Tengah deskripsi Lokasi :
2
 Ilustrasi potensi obyek Lokasi pertanian meliputi tanaman Komoditas, Jambu 2  Ilustrasi potensi obyek Lokasi pertanian meliputi tanaman Komoditas, Jambu

Konsolidasi Tanah pertanian Mette,Kelapa,Palla,dan tanaman jangka panjang lainnya. Konsolidasi Tanah pertanian Mette,Kelapa,Palla,dan tanaman jangka panjang lainnya.

Jumlah Bidang : 90 Bidang (90KK) Jumlah Bidang : 70 Bidang (70 KK)


Kesepakatan Masyarakat
Sepakat Seluas : 176,88 Ha atau Sebesar 62,79 % Kesepakatan Masyarakat Sepakat Seluas : 203,89 Ha atau (62,39 %)

Tidak Sepakat/Ragu-Ragu Seluas : 104,83Ha atau ( 37,21 %) Tidak Sepakat/Ragu-Ragu Seluas : 122,91 atau ( 37,61 %)

Tabel Arahan Potensi Obyek Konsolidasi Tanah Kecamatan Tiworo Tengah BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN


Lokasi :
No a. Desa/Kelurahan Arahan Potensi Obyek Konsolidasi Tanah
4.1. Kesimpulan

b. Kecamatan
26
Arahan Pola Ruang Wilayah Kecamatan Tiworo Kepulauan Terdiri dari 14 Klasifikasi antara lain: Kawasan Hutan Penggunaan Tanah dikecamatan Tiworo Tengah dibagi menjadi 6 klasifikasi antara lain Penggunaan Tanah Kebun

Lindung Seluas 821.05 Ha atau Sebesar 12.54 %,Kawasan Hutan Produksi Konversi Seluas 78.87 Ha atau Sebesar Campuran Seluas 4,163.31 Ha atau Sebesar 63.36%,Perkampungan Seluas 536.98 Ha atau Sebesar 8.17 %,Sawah

1.20%,Kawasan Pariwisata alam Laut/Bahari Seluas 9.80 Ha atau Sebesar 0.15%,Kawasan Perikanan dan Budidaya 2xpadi/Thn Seluas 780.74 Ha atau Sebesar 11.88%,Tambak Seluas 361.90 Ha atau Sebesar 5.51%, Tegalan/Ladang
Seluas 97,19 Ha atau Sebesar 1.48%,Kawasan Perkebunan dan Hortikultura seluas 3,905.68 Ha atau Sebesar Seluas 21.29Ha atau Sebesar 0.32%, dan Hutan Sejenis Seluas 706.65 Ha atau Sebesar 10.75%, dari Luas Wilayah
59.64%,Kawasan Permukiman Perdesaan Seluas 115.40 Ha atau Sebesar 1.76%,Kawasan Permukiman Perkotaan
Kecamatan Tiworo Kepulauan
Seluas 566.95 Ha atau Sebesar 8.66%,Kawasan Pertanian Tanaman Pangan Lahan Basah Seluas 491.18 Ha atau
Pemilikan Tanah di Kecamatan Tiworo Kepulauan terbagi 2 klasifikasi terdaftar dan tidak terdaftar sebagai
Sebesar 7.50%, Kawasan Pertanian Tanaman Pangan Lahan Kering Seluas 147.29 Ha atau Sebesar 2.25%,Kawasan
berikut;
Peruntukan Perkantoran dan Pemerintahan Seluas 93,24 Ha atau Sebesar 1.42%,Kawasan Peruntukan Pertahanan
1. Pemilikan Tanah Terdaftar Seluas 407.90 Ha atau Sebesar 6.23 %,
dan Keamanan Seluas 0.50 Ha atau Sebesar 0.01%, Kawasan Sekitar Mata Air Seluas 12.57 Ha atau Sebesar 0.19
2. Pemilikan Tanah Belum Terdaftar Seluas 6,140.53 Ha atau Sebesar 93.77%,
%,Kawasan Sempadan Sungai Seluas204.07 Ha atau Sebesar 3.12%,Kawasan Situs Benteng Tiworo Seluas 4.64 Ha

atau Sebesar 0.07%. dari Luas Wilayah Kecamatan Tiworo Kepulauan Pemilikan Tanah di Kecamatan Tiworo Tengah terbagi 2 klasifikasi terdaftar dan tidak terdaftar sebagai
berikut;
Arahan Pola Ruang Wilayah Kecamatan Tiworo Tengah Terdiri dari 14 Klasifikasi antara lain: Kawasan Hutan
1. Pemilikan Tanah Terdaftar Seluas 362.76 Ha atau Sebesar 5.52 %,
Lindung Seluas 852.57 Ha atau Sebesar 12.97 %,Kawasan Hutan Produksi Konversi Seluas 1.76 Ha atau Sebesar
2. Pemilikan Tanah Belum Terdaftar Seluas 6,208.10 Ha atau Sebesar 94.48 %.
0.03%, Kawasan Perikanan dan Budidaya Seluas 549.26 Ha atau Sebesar 8.36%,Kawasan Perkebunan dan
Penguasaan Tanah di Kecamatan Tiworo Kepulauan terbagi 2. klasifikasi sebagai berikut;
Hortikultura seluas 3,656.65 Ha atau Sebesar 55.65%,Kawasan Permukiman Perdesaan Seluas 342.36 Ha atau

Sebesar 5.21%,Kawasan Permukiman Perkotaan Seluas 199.66 Ha atau Sebesar 3.04%,Kawasan Pertanian Tanaman 1. Penguasaan Tanah Perorangan Seluas 842.85 Ha atau Sebesar 12.87%

Pangan Lahan Basah Seluas 780.74 Ha atau Sebesar 11.88%, Kawasan Pertanian Tanaman Pangan Lahan Kering 2. Penguasaan Tanah Perorangan Sudah digarap oleh perorangan Seluas 5.705.57 Ha atau Sebesar 87.13%

Seluas 36.48 Ha atau Sebesar 0.56%, Kawasan Peruntukan Pertahanan dan Keamanan Seluas 0.36 Ha atau Sebesar Penguasaan Tanah di Kecamatan Tiworo Tengah terbagi 3. klasifikasi sebagai berikut;

0.01%, Kawasan Sekitar Mata Air Seluas 15.33 Ha atau Sebesar 0.23 %,Kawasan Sempadan Sungai Seluas 135.69
1. Penguasaan Tanah Perorangan Seluas 806,16 Ha atau Sebesar 12.27%
Ha atau Sebesar 2.07%, dari Luas Wilayah Kecamatan Tiworo Tengah
2. Penguasaan Tanah Perorangan Sudah digarap oleh perorangan Seluas 4,759.35 Ha atau Sebesar 72.43%

Penggunaan Tanah dikecamatan Tiworo Kepulauan dibagi menjadi 6 klasifikasi antara lain Penggunaan Tanah 3. Penguasaan Tanah Instansi Pemerintah (Kawasan Hutan) Seluas 1,005.35 Ha atau Sebesar 15.30%.
Kebun Campuran Seluas 4,563.95 Ha atau Sebesar 69,70%,Perkampungan Seluas 486.38 Ha atau Sebesar 7.43

%,Sawah 2xpadi/Thn Seluas 491.18 Ha atau Sebesar 7.50%,Tambak Seluas 472.44 Ha atau Sebesar 7.21%, Hutan

Lebat Seluas 9.80 Ha atau Sebesar 0.15%, dan Hutan Sejenis Seluas 524.68 Ha atau Sebesar 8.01%, dari Luas
Kecamatan Tiworo Kepulauan Potensian Non Pertanian dan Pertanian terletak di Kel/Desa
Wilayah Kecamatan Tiworo Kepulauan
1. Kelurahan Tiworo P/NT = (Potensial Non Pertanian)

2. Kelurahan Waumere P/T = (Potensial Pertanian)

27
Klasifikasi Rincian Indikasi Terpilih Potensi Obyek Konsolidasi Tanah 1. Disarankan kedepan agar sebelum kegiatan ini dilaksanakan agar supaya BPN R.I dalam hal

Kecamatan Tiworo Tengah Potensial Non Pertanian dan Pertanian terletak di Kel/Desa ini DireKonsolidasi Tanahorat Konsolidasi Tanah supaya membuat petunjuk khusus
1. Desa Wanseriwu P/NT = (Potensial Non Pertanian) disamping TCK.
2. Desa Langku-Langku P/T = (Potensial Pertanian)
2. Agar lokasi yang sudah dilaksanakan ditindaklanjuti dengan persertifikatan tanah.
dalam rangka pembuatan buku sebagai laporan akhir yaitu Penyusunan Buku Potensi Obyek
3. Demi kelanjutan program ini dimohon kepada Pemerintah Daerah agar lokasi yang sudah
Konsolidasi Tanah Kabupaten Muna Barat, ini dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
ditetapkan sebagai Obyek Potensi Konsolidasi Tanah supaya diadakan pembinaan demi
1. Semua pelaksanaan kegiatan ini sudah dilaksanakan sesuai tata cara kerja yaitu mulai dari
kelanjutan program ini.
persiapan lokasi sampai kepada pengolahan datanya.
4. Disarankan kedepan agar anggaran dalam rangka Penyusunan Potensi Obyek Konsolidasi
2. Lokasi potensi obyek Konsolidasi Tanah yaitu terdapat 2 (dua) Kecamatan dan 2 (dua)
Tanah agar dilibatkan dengan Pemerintah Daerah setempat utamanya Camat dan Desa.
Desa/Kelurahan.

3. Lokasi potensi obyek Konsolidasi Tanah yaitu lokasi pertanian dan non pertanian.

4. Semua data dalam buku ini adalah hasil inventarisasi/validasi data berupa peta.

5. Dukungan Pemerintah Daerah Kabupaten Muna Barat terhadap kegiatan ini sangat

mendukung termasuk tokoh masyarakat dan masyarakat pada umumnya.

6. Kami sadar bahwa dalam rangka Penyusunan Buku Potensi Obyek Konsolidasi Tanah

Kabupaten Muna Barat ini masih banyak kekurangan, tetapi kedepan akan diperbaiki.

7. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam rangka

tersusunnya Buku Potensi Obyek Konsolidasi Tanah Kabupaten Muna Barat tahun anggaran

2018.

4.2. Saran

Adapun saran kami dalam rangka pelaksanaan kegiatan ini yaitu :

28

Anda mungkin juga menyukai