Konsesi
Return To Supplier
Repaire / Rework
Degrade
Reject (Waste)
- Mengadakan
pembahasan NCR
dengan departemen
lain (mingguan).
Waktu Sampai dengan Bulan April 2006 s/d Bulan Juni 2006 s/d
implementasi Maret 2006. Mei 2006 saat ini.
Kelemahan - Belum ada standar - Belum ada konfirmasi Saat ini kelemahan
penomoran dari supplier atas improvement 2
- Format problem penyimpangan yang belum dapat
sheet sudah tidak terjadi. diketahui.
sesuai. - Ruang lingkup
- Jalur distribusi problem sheet hanya
tidak jelas. pada Quality
Departemen.
Note : Pembuatan pie chart, top problem, dan pembahasan dengan departemen
lain baru diimplementasikan pada akhir Juni 2006.
Standar penomoran NCR pada improvement 1 dapat dilihat pada lampiran 33, dan
Work instruction pengisian form pada lampiran 34.
Berikut ini merupakan form NCR improvement 2 yang digunakan pada
perusahaan.
PT. FSCM MANUFACTURING INDONESIA
PLANT 4 - FILTER & CABLE DIVISION QC-15
KRIAN - SIDOARJO REV : 2
NON CONFORMING REPORT (NCR)
Incoming No.Surat Jalan/Tgl dtg Supplier
1. Penyimpangan
In Process Lokasi Kode Prod.
*)
Final Inspection Lokasi Kode Prod.
Customer Lokasi Kode Prod.
………….. Lokasi Kode Prod.
2. Diterbitkan oleh Departemen
3. No. NCR 7. Total Quantity yang diperiksa
4. Tanggal Dibuat Disetujui
5. Nama Barang
6. Part No.
No. Quantity 8. Masalah / jenis kerusakan
SUPPLIER CONFIRMATION
2. Penyebab
3. Action/Tindakan Langsung
Tanggal Pelaksanaan :
4. Improvement/Preventive Action
Tanggal Planning :
Lampiran :
Disetujui, Dibuat,
SUPPLIER CONFIRMATION
2. Penyebab
3. Action/Tindakan Langsung
Tanggal Pelaksanaan :
4. Improvement/Preventive Action
Tanggal Planning :
Lampiran :
Disetujui, Dibuat,
5. JALUR DISTRIBUSI
Non Conforming Report didistribusikan kepada :
a) Semua bagian yang bertindak selaku supplier, baik intern maupun ekstern PT FSCM
b) Pelaksana disposisi NCR
c) Pembuat NCR
d) Semua bagian yang berkaitan
Press Shop
Incoming Material
Material Assembly
Inspection Warehouse
Finish Goods
Packaging
Sampling Warehouse
produksi per part number. beraneka ragam. Oleh karena itu, pihak warehouse
harus menghitung kembali material yang akan dikirim pada lantai produksi.
Menurut kesulitan yang ditemui diatas, maka dibuat suatu standar lot
material untuk diberikan pada masing-masing supplier. Standar lot yang dibuat
penulis digunakan untuk material packing (rubber), dan inner box. Dasar yang
digunakan untuk membuat standard lot material adalah data rencana produksi
PPIC dalam satu bulan (bulan April). Berdasarkan perhitungan, rata-rata rencana
produksi setiap item/hari adalah 311 pcs untuk spin on dan 122 pcs untuk element.
Tabel perhitungan rata-rata rencana produksi dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.6. Rata-rata Rencana Produksi.
Minggu I Minggu II Minggu III Minggu IIII TOTAL AVERAGE AVERAGE
Filter A B A B A B A B A B (1 minggu) (1 hari)
Spin On 30 39958 35 68725 37 54221 40 57937 142 220841 1,555.22 311.04
Element 29 14850 27 23767 56 18031 43 38455 155 95103 613.57 122.71
Note :
A : Jumlah jenis produk yang diproduksi dalam 1 minggu.
B : Jumlah rencana produksi 1 minggu.
Standar lot untuk material packing terbagi menjadi tiga macam yaitu:
(standar lot material packing dapat dilihat lebih detail pada lampiran 37)
a) Untuk packing spin on (diameter < 70 mm), 1 bungkus berisi 200 pcs dengan
penataan tipe 1.
b) Untuk packing element sebagian besar (diameter > 70 mm), 1 bungkus berisi
50 pcs dengan penataan tipe 2.
c) Untuk packing set, 1 bungkus berisi 200 pcs dengan penataan tipe 3.
Standar lot untuk material inner box terbagi menjadi 3 macam yaitu: (standar lot
material inner box dapat dilihat lebih detail pada lampiran 38).
a) Untuk inner box yang berukuran kecil (< 150 x 100 x 150 mm), 1 bungkus
berisi 300 pcs dengan penataan tipe 2.
b) Untuk inner box yang berukuran besar (150 x 100 x 150 mm < x < 200 x 150
x 200 cm), 1 bungkus berisi 150 pcs dengan penataan tipe 1.
c) Untuk inner box yang berukuran lebih besar, 1 bungkus berisi 100 pcs.
Berdasarkan ukuran standar lot material packing dan inner box diatas,
diperoleh ketidaksesuaian ukuran lot dengan rata-rata rencana produksi. Hal ini
dapat terjadi karena terdapat beberapa pertimbangan antara lain: