NPM : 203402215
ANGGARAN OPERASIONAL
Pada dasarnya suatu perusahaan mempunyai tujuan untuk memperoleh laba atau
penghasilan. Namun, semakin kompleksnya suatu masalah dalam perusahaan dapat
mengakibatkan banyaknya aktivitas yang harus dilaksanakan berdasarkan perencanaan yang
tepat dan cermat, karena dengan dilaksanakannya rencana yang matang dalam setiap kegiatan
operasionalnya, maka akan memudahkan perusahaan mencapai tujuan yang optimal. Untuk
mencapai tujuan tersebut manajemen dalam mengelola perusahaan harus membuat
perencanaan, pengendalian, pengawasan yang tepat dan cermat terhadap seluruh aktivitas
perusahaan. Disamping hal tersebut manajemen juga harus dapat mengelola sumber-sumber
ekonomi perusahaan secara efi sien dan efektif. Perencanaan, pengendalian, dan pengawasan
oleh manajemen perusahaan dapat disajikan dalam bentuk anggaran, baik anggaran yang
bersifat jangka pendek maupun jangka panjang.
Seperti yang telah dijelaskan dalam bab sebelumnya, bahwa salah satu isi Budget adalah
Forecasting Budget, yang diartikan sebagai Budget yang berisi taksiran-taksiran atau
peramalan (forecast) tentang kegiatan-kegiatan perusahan dalam jangka waktu (periode)
tertentu yang akan datang, serta berisi taksiran-taksiran (forecast) tentang keadaan atau
kondisi fi nansial perusahaan pada suatu saat yang akan datang. Dari pengertian tersebut
nampaknya bahwa Forecasting Budget terdiri dari dua kelompok Budget, yaitu : Operating
Budget (Anggaran Operasional) dan Finansial Budget (Anggaran Keuangan). Terkait dengan
anggaran operasional tersebut terdapat beberapa pendapat yang dapat diuraikan sebagai
berikut
1. Menurut Munandar: operating budget didefi nisikan sebagai budget yang berisi
taksiran-taksiran tentang kegiatan-kegiatan perusahaan dalam jangka waktu
(periode) tertentu yang akan datang. 16 Teknik Penyusunan Anggaran
Operasional Perusahaan
2. Menurut Gunawan Adisaputro dan Marwan Asri: anggaran operasional
merupakan rencana seluruh kegiatan-kegiatan perusahaan untuk mencapai
tujuannya. Umumnya tujuan perusahaan adalah mendapatkan keuntungan
Ativity based budgeting atau anggaran berbasis aktivitas sangat berbeda dengan model
penganggaran tradisional. Dalam anggaran berbasis aktivitas akan dilakukan analisis
terhadap peluang untuk mengalokasikan sumber daya terkait setiap kegiatan yang
direncanakan. Menggunakan anggaran jenis ini membuat organisasi bisnis akan memilih
kegiatan berdasarkan tujuan organisasi, seperti menarik pelanggan baru atau memasuki lini
bisnis baru. Melalui pertombangan tersebut, kemudian akan mengalokasikan pengeluaran
dengan memprioritaskan kegiatan.
Proses penganggaran berbasis aktivitas ini dapat dikembangkan dari pengalaman masalah
lalu organisasi atau memulai dari awal. Menurut Smith, apabila melakukannya dari awal,
maka hal ini disebut penganggaran zero based, yang mengharuskan setiap unit untuk
membenarkan tempatnya dalam anggaran setiap tahun.
Penganggaran berbasis aktivitas dimulai dari memisahkan semua biaya anggaran ke dala
mkelompok biaya seperti gugus, unit, produk, dan fasilitas. Ukuran kinerja keuangan dalamm
anajemen berbasis aktivitas untuk efisiensi aktivitas mencakup anggaran variable
aktivitas,anggaran daur hidup produk dan nilai tambah ekonomi. Penganggaran berbasis
aktivitas dapatdisusun dalam bentuk anggaran variable, dan dapat juga disusun dalam bentuk
anggaran tetap.Anggaran tetap berupa anggaran induk yang terdiri atas anggaran operasional
dan anggarankeuangan.
Misalnya, pendorong biaya untuk fasilitas manufaktur dapat berupa total jam
kerja dan upah yang dibayarkan kepada karyawan
3. Hitung biaya per unit aktivitas yang berkaitan dengan pemicu biaya tersebut
Misalnya, upah pekerja gudang bisa menjadi 12.000 rupiah per jam
Bisnis harus menganalisis tujuan dan persyaratan mereka untuk menentukan apakah
sistem ABB masuk akal untuk diterapkan. ABB lebih cocok untuk bisnis baru yang tidak
memiliki data biaya historis yang dimiliki bisnis yang lebih mapan.
Misalnya, bisnis ritel yang lebih mapan, seperti Indomaret atau Alfamart, telah
membuat perubahan untuk mengoptimalkan strateginya untuk profitabilitas selama bertahun-
tahun. Keuntungan mereka akan tetap pada tingkat pertumbuhan yang relatif sama, dan
mereka tahu persis apa pendorong biaya mereka.
Di sisi lain, perusahaan baru tidak memiliki informasi keuangan historis selama
bertahun-tahun. Mungkin bermanfaat bagi perusahaan rintisan yang lebih baru untuk
memeriksa setiap pemicu biaya dan tingkat aktivitas yang sesuai untuk membuat proyeksi
keuangan yang lebih akurat.
Sementara metode penganggaran lain melihat biaya input untuk melakukan aktivitas,
ABB melihat output yang mendorong biaya. Dengan demikian, manajemen dapat
mengevaluasi dengan lebih baik unit bisnis yang berbeda relatif satu sama lain dan
mengalokasikan modal di tempat yang dianggap paling menguntungkan.
Kekuranganterbesar dari penerapan ABB adalah lebih mahal dan memakan waktu
untuk mengimplementasikannya daripada metode penganggaran lainnya. Karena semua biaya
yang terkait dengan aktivitas bisnis dilacak, semua detail teknis harus dicatat saat terjadi.
Selain itu, akuntan yang menangani ABB perlu memiliki pemahaman yang
mendalam tentang proses bisnis. Ini bisa jadi sulit, terutama dalam bisnis dengan siklus
produksi yang kompleks. Bisnis perlu memutuskan apakah peningkatan akurasi perkiraan
sepadan dengan investasi ekstra yang diperlukan untuk menerapkan sistem ABB.