Anda di halaman 1dari 4

Nama : Anwar Rais

NIM : 13040220140061

KEBUDAYAAN DENGAN BUDAYA MASYARAKAT

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah,


yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budia atau akal), diartikan sebagai
hal-hal yang berkaitan dengan budi, dan akal manusia. Bentuk lain dari kata
budaya adalah kultur yang berasal dari bahasa Inggris yaitu culture dan bahasa
Latin cultura.

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J.


Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang
terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh
masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.

- Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun


dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai
superorganic.
- Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan
pengertian nilai sosial, norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan
struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala
pernyataan intelektual, dan artistik yang menjadi ciri khas suatu
masyarakat.
- Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang
kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain
yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
- Menurut Selo Soemardjan, dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah
sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
- Menurut Koentjaraningrat kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan,
dan tindakan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat
yang dimiliki manusia dengan belajar

Terdapat hubungan timbal balik antara kebudayaan dengan masyarakat,


sebagaiamana ada hubungan antara kebudayaan, peradaban dan sejarah.
Masyarakat itu menghasilkan kebudayaan, sedangkan kebudayaan itu menentukan
corak masyarakat. Jadi antara manusia dan kebudayaan merupakan suatu kesatuan
yang memiliki hubungan yang sangat erat. Tidak mungkin keduanya dipisahkan.

Ada manusia (dalam arti luas, masyarakat), maka ada kebudayaan, tidak akan ada
kebudayaan kalau tidak ada pendukungnya, yaitu manusia. Akan tetapi manusia
itu hidupnya tidak berapa lama, karena semua pasti akan menemui ajal. Maka
untuk melangsungkan atau melestarikan kebudayaan, pendukungnya harus
merupakan kesinambungan dari satu keturunan ke keturunan lainnya. Sebagai
contoh, bahasa 'ngapak' yang merupakan hasil kebudayaan masyarakat di wilayah
Kebumen, Banyumas, Tegal, Purbalingga dan sekitarnya, tentu akan menjadi ciri
khas atau corak tersendiri bagi masyarakat yang menguasai bahasa 'ngapak'

Sebuah kebudayaan besar biasanya memiliki sub-kebudayaan (atau biasa disebut


sub-kultur), yaitu sebuah kebudayaan yang memiliki sedikit perbedaan dalam hal
perilaku, dan kepercayaan dari kebudayaan induknya. Munculnya sub-kultur
disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya karena perbedaan umur, ras, etnisitas,
kelas, aesthetik, agama, pekerjaan, pandangan politik dan gender.

Ada beberapa cara yang dilakukan masyarakat ketika berhadapan dengan imigran,
dan kebudayaan yang berbeda dengan kebudayaan asli.

• Monokulturalisme: Pemerintah mengusahakan terjadinya asimilasi


kebudayaan sehingga masyarakat yang berbeda kebudayaan menjadi
satu, dan saling bekerja sama.
• Leitkultur (kebudayaan inti): Sebuah model yang dikembangkan oleh
Bassam Tibi di Jerman. Dalam Leitkultur, kelompok minoritas dapat
menjaga, dan mengembangkan kebudayaannya sendiri, tanpa
bertentangan dengan kebudayaan induk yang ada dalam masyarakat
asli.
• Melting Pot: Kebudayaan imigran/asing berbaur, dan bergabung
dengan kebudayaan asli tanpa campur tangan pemerintah.

Sosiolog Inggris terkemuka, Anthony Giddens (1991) mengenai kebudayaan


dalam hubungannya dengan masyarakat menerangkan sebagai berikut.
When we use the term in ordinary daily conversation, we often think of „culture‟
as equivalent to the „higher things of the mind‟ – art, literature, music and
painting… the concept includes such activities, but also far more. Culture refers to
the whole way of life of the members of a society. It includes how they dress,
their marriage customs and family life, their patterns of work, religious
ceremonies and leisure pursuits. It covers also the goods they create and which
become meaningful for them – bows and arrows, ploughs, factories and machines,
computers, books, dwellings (Giddens, 1991: 31-32).

(Ketika kita menggunakan istilah tersebut dalam percakapan biasa sehari-hari, kita
sering berpikir tentang „kebudayaan‟ sama dengan „karya-karya akal yang lebih
tinggi' – seni, sastra, musik dan lukisan.... konsepnya meliputi kegiatan-kegiatan
tersebut, tapi juga jauh lebih banyak dari itu. Kebudayaan berkenaan dengan
keseluruhan cara hidup anggota-anggota masyarakat. Kebudayaan meliputi
bagaimana mereka berpakaian, adat kebiasaan perkawinan mereka dan kehidupan
keluarga, pola-pola kerja mereka, upacara-upacara keagamaan dan pencarian
kesenangan. Kebudayaan meliputi juga barang-barang yang mereka ciptakan dan
yang bermakna bagi mereka – busur dan anak panah, bajak, pabrik dan mesin,
komputer, buku, tempat kediaman).
DAFTAR PUSTAKA

Wikipedia,“Budaya” https://id.wikipedia.org/wiki/Budaya

Anonim,“HubunganKebudayaandanMasyarakat”https://
historikultur.blogspot.com/2015/04/hubungan-kebudayaan-dan-masyarakat.html

Kristanto,NurdienHarry,“TENTANG KONSEP KEBUDAYAAN”


https://ejournal.undip.ac.id/index.php/sabda/article/viewFile/13248/10033

Anda mungkin juga menyukai