NIM : 13040220140061
Ada manusia (dalam arti luas, masyarakat), maka ada kebudayaan, tidak akan ada
kebudayaan kalau tidak ada pendukungnya, yaitu manusia. Akan tetapi manusia
itu hidupnya tidak berapa lama, karena semua pasti akan menemui ajal. Maka
untuk melangsungkan atau melestarikan kebudayaan, pendukungnya harus
merupakan kesinambungan dari satu keturunan ke keturunan lainnya. Sebagai
contoh, bahasa 'ngapak' yang merupakan hasil kebudayaan masyarakat di wilayah
Kebumen, Banyumas, Tegal, Purbalingga dan sekitarnya, tentu akan menjadi ciri
khas atau corak tersendiri bagi masyarakat yang menguasai bahasa 'ngapak'
Ada beberapa cara yang dilakukan masyarakat ketika berhadapan dengan imigran,
dan kebudayaan yang berbeda dengan kebudayaan asli.
(Ketika kita menggunakan istilah tersebut dalam percakapan biasa sehari-hari, kita
sering berpikir tentang „kebudayaan‟ sama dengan „karya-karya akal yang lebih
tinggi' – seni, sastra, musik dan lukisan.... konsepnya meliputi kegiatan-kegiatan
tersebut, tapi juga jauh lebih banyak dari itu. Kebudayaan berkenaan dengan
keseluruhan cara hidup anggota-anggota masyarakat. Kebudayaan meliputi
bagaimana mereka berpakaian, adat kebiasaan perkawinan mereka dan kehidupan
keluarga, pola-pola kerja mereka, upacara-upacara keagamaan dan pencarian
kesenangan. Kebudayaan meliputi juga barang-barang yang mereka ciptakan dan
yang bermakna bagi mereka – busur dan anak panah, bajak, pabrik dan mesin,
komputer, buku, tempat kediaman).
DAFTAR PUSTAKA
Wikipedia,“Budaya” https://id.wikipedia.org/wiki/Budaya
Anonim,“HubunganKebudayaandanMasyarakat”https://
historikultur.blogspot.com/2015/04/hubungan-kebudayaan-dan-masyarakat.html