Anda di halaman 1dari 3

Lucky Darmawan 180155201042 PIPL

INDUSTRI 4.0, SOSIAL 5.0, DAN KOTA CERDAS


Disrupsi teknologi juga menjadi pencetus lahirnya Revolusi Industri 4.0 pada 2011. Sekitar
enam tahun kemudian, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe merumuskan konsep bernama Society
5.0 yang memungkinkan manusia untuk memanfaatkan teknologi tersebut untuk menyelesaikan
beragam masalah sosial.
Hubungan antara Industri 4.0 dan Society 5.0 itu dijelaskan dengan gamblang oleh Deputy
Head of Doctor of Computer Science Program (DCS), BINUS University, Dr. Ford Lumban Gaol,
SM IEEE.
“Society 5.0 itu sebenarnya komunitas yang hidup di level Industri 4.0 dan mereka sudah nyaman
tinggal di situ. Domainnya di mana? Ya itu di level kota cerdas (smart city),” Dr. Ford
menjelaskan.
Selanjutnya dia menyatakan bahwa hubungan antara kota cerdas dan Society 5.0
merupakan simbiosis mutualisme. Karena, lanjut Dr. Ford, kota cerdas membutuhkan orang-orang
yang telah mencapai level Society 5.0. Pemerintah sendiri sebetulnya sudah menginginkan agar
setiap kota di Indonesia bisa mencapai tingkat kota cerdas. Meski demikian, Dr. Ford menekankan
ada kata kunci yang membuat suatu kota bisa disebut cerdas, yaitu bagaimana proses sistem
informasi berjalan di kota tersebut.
Pendekatannya ada beberapa macam, yaitu transportasi, ekonomi, tata kelola, keterkaitan
dengan lingkungan, konsumsi energi, layanan kesehatan dan pendidikan. Dari sisi transportasi, Dr.
Ford mencontohkan Tokyo. Kota ini menyediakan transportasi yang terkoneksi sampai ke tempat
tinggal para penduduknya.
Selanjutnya yang juga penting adalah konsumsi Energi. Jika berbicara kota cerdas, menurut
Dr. Ford, konsumsi dan pasokan energi wajib terlacak. Belum lagi ditambah dari sisi pemakaian
energi terbarukan. Lalu, apakah Indonesia memiliki kota cerdas yang benar-benar “cerdas”?
Menjawab pertanyaan ini, Dr. Ford mengungkapkan sebuah riset di DCS yang meneliti tentang
level kematangan kota. “Ada lima tingkat kematangan. Memang sekarang itu hasil penelitian kami
menunjukkan hampir semua kota cerdas di Indonesia itu levelnya antara 2-3,” ucap dia. (BINUS,
2020)
Lucky Darmawan 180155201042 PIPL

TEKNOLOGI KUNCI
Berbicara tentang Industri 4.0 dan Society 5.0 tentu saja tak terlepas dari peran ilmu
komputer, salah satu teknologi yang paling mencolok adalah machine learning. Dosen dari DCS
yang memang ahli di bidang ini, yaitu Dr. Ir Yaya Heryadi, MSc menjelaskan bahwa machine
learning merupakan bagian dari Artificial Intelligence yang bertujuan untuk membuat suatu
software atau hardware yang berperilaku atau berpikir seperti manusia.
“Untuk membedakan sebuah algoritma itu machine learning atau bukan gampang sekali.
Kalau dilakukan berulang-ulang dan performanya menjadi semakin baik, itu namanya machine
learning,” kata Dr. Yaya.
Nah, dalam machine learning tersebut, lanjut dia, terdapat sebuah rumpun yang bernama
deep learning. “Ini modelnya lebih spesifik, yaitu artificial neural network.” Dalam kaitannya
dengan Industri 4.0, pengembangan machine learning dan deep learning dapat memungkinkan
sebuah sistem berbasis komputer yang secara otomatis memproses data terus menerus dan
realtime.
“Jadi campur tangan manusia itu saat training saja. Kalau model machine learning dan deep
learning itu sudah mempunyai performa yang sangat baik, tinggal ditanam ke dalam mesin,” ujar
Dr. Yaya.
Walaupun begitu, Dr. Yaya menekankan bahwa deep learning harus diposisikan sebagai
salah satu komponen dalam ilmu tentang data, yang disebut dengan data science. “Jadi, orang yang
ingin mengaplikasikan deep learning di industri tidak cukup belajar deep learning saja, tetapi harus
dilihat sebagai salah satu metode dalam menganalisis data.” Pasalnya, data science merupakan
bidang yang membutuhkan keahlian khusus dalam masing-masing tahapan pengumpulan, proses,
dan analisis data. Meski demikian, dalam penerapannya, data science memiliki peran yang sama
penting.
Dosen DCS di BINUS University, Spits Warnars Harco Leslie Hendric, S.Kom., MTI.,
Ph.D, menjelaskan pemanfaatan data science dalam kehidupan nyata. Di antaranya,
mengintegrasikan sistem transportasi demi mendukung terciptanya kota cerdas. (BINUS, 2020)
Lucky Darmawan 180155201042 PIPL

Pendapat Saya tentang Perkembangan Teknologi di Era Industri 4.0 dan Sosial 5.0

Perkembangan teknologi di era revolusi industri 4.0 merupakan era transformasi


teknologi analog menjadi digital membuat manusia jadi lebih modern karena memiliki akses
terhadap teknologi yang kian mudah dan berkembang pesat, namun ada beberapa keahlian yang
dibutuhkan di era ini agar tidak tertinggal yaitu : Kognitif, Softskill dan Teknologi.
Pada society 5.0 adalah masa di mana teknologi-teknologi ini menjadi bagian dari manusia,
Society 5.0 bukan hanya sekedar model atau modul namun Society 5.0 ini mengarahkan kita
bagaimana kita menggunakan dan mengimplementasikan teknologi tersebut kedalam kehidupan
sehari- hari. Konsep Society 5.0 berupaya menciptakan keseimbangan antara teknologi sebagai
pemicu perkembangan ekonomi dan sebagai sarana untuk meningkatkan kehidupan dan
kesejahteraan sosial masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai