Anda di halaman 1dari 23

Tugas K eperawatan Gawat Darurat

ASKEP KEGAWATDARURATAN SISTEM ENDOKRIN

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 3 ( TIGA )

1. Saenab : C051171723
2. Sri Wahyuni : C051171715
3. Nursin Marasabessy : C051171716

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JALUR KERJASAMA


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
TAHUN AKADEMIK 2018 / 2019
ASKEP KEGAWATDARURATAN SISTEM ENDOKRIN

I. KONSEP MEDIK

Sistem endokrin merupakan system yang mengatur metabolisme, fungsi jaringan,


pertumbuhan, perkembangan , suasana hati dan emosi. Selain itu, sistem endokrin juga
bekerja untuk mempertahankan keseimbangan dalam menghadapi stress fisiologi. Kelenjar
endokrin terdiri dari :

1. Kelenjar hypothalamus
2. Kelenjar Hypofise
3. Kelenjar tyroid
4. Kelenjar Paratyroid
5. Kelenjar Tymus
6. Kelenjar pancreas
7. Kelenjar suprarenal
8. Kelenjar gonad
9. Kelenjar pineal

Apabila terjadi gangguan dalam produksi , suplai, maupun penggunaan hormone atau
elektrolit dapat mengakibatkan keadaan darurat medis yang membutuhkan penilaian yang
cepat, diagnosis, koreksi dan identifikasi penyebab pemicu. Berikut adalah pembahasan
mengenai kegawatdaruratan yang umumnya terjadi jika ada masalah dalam system endokrin

A. KEGAWATDARURATAN DIABETIK

Diabetes mellitus adalah gangguan metabolik kronis yang tidak dapat disembuhkan
tetapi dapat dikontrol yang dikarakteristikan dengan hiperglikemia karena defisiensi
insulin atau ketidakadekuatan penggunanan insulin . Ada dua jenis utama yaitu:

• Tipe 1, disebut diabetes insulin-dependent atau juvenile-onset diabetes disebabkan


karena defisiensi insulin absolut. DM tipe ini mulai dengan tiba-tiba dan sebelum
usia 30 tahun. Ini diyakini berkaitan dengan virus lain, respon auto imun dimana
tubuh mengalami kerusakan sel beta pancreas atau respon antigen-antibody
histokompatibilitas HLA (Guthrie & Guthrie, 1991)
• Tipe 2, disebut diabetes non-insulin-dependent atau adult-onset diabetes ditandai
dengan resistensi insulin, peningkatan pelepasan glukosa hati, rusaknya
penyimpanan glukosa dan defisiensi insulin. Tipe 2 ini merupakan jenis diabetes
yang umum ditemukan dan bersifat progresif yang pada akhirnya akan memerlukan
insulin. Terjadi paling sering pada orang dewasa khususnya pada individu yang
kegemukan.

Tujuan jangka pendek dari manajemen diabetes adalah untuk menyeimbangkan asupan
makanan dengan pengeluaran energy dan memastikan jumlah insulin yang cukup untuk
mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal. Jika tujuan ini tidak tercapai
maka akan terjadi krisis diabetes. Dimana akan menyebabkan :
1. Kegawatdaruratan Hipoglikemia
a. Pengertian
Hipoglikemia adalah kadar glukosa darah yang kurang dari 60-70 mg/dl.
Hipoglikemia berat didefinisikan sebagai kadar glukosa darah kurang dari 40
mg/dl. Hipoglikemia merupakan komplikasi akut yang paling sering terjadi pada
diabetes.
b. Etiologi
Tanda dan gejala dapat dilihat pada kadar glukosa darah 60-80 mg/dl. Faktor
resiko yang menyebabkan pasien mengalami hipoglikemia yaitu jika
mengonsumsi:
• Sulfonylurea ( generasi pertama : tolbutamide, generasi kedua : glipizide,
glyburide, generasi ketiga : glimepiride )
• Meglitinides termasuk repaglinide dan nateglinide
• Rejimen terapi insulin intensif karena diabetes tipe 1
• Obat long –action hipoglikemia oral, seperti klorpropamide karena
diabetes tipe 2
• Asupan makanan yang tidak mencukupi termasuk asupan kalori yang
tidak memadai atau melewati waktu makan

• Terlalu banyak insulin termasuk overdosis insulin baik disengaja ataupun


tidak.
• Peningkatan latihan atau aktivitas
• Konsumsi alkohol
c. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala dari hipoglikemia ini dibagi menjadi
1. Ringan
Hipoglikemia ringan, gejala adrenergic merupakan temuan yang dominan
yaitu:
• Gemetar
• Berkeringat
• Takikardi
• Kelaparan
• Pucat
• Kesemutan
• Palpitasi
• Gelisah

Namun demikian , gejala-gejala ini tidak terlihat pada pasien :

• Dengan diabetes lama


• Seseorang yang memiliki episode hipoglikemia berat saat in
• Seseorang yang mengkonsumsi obat beta-blocker
• Seseorang yang alkholik
2. Sedang
Hipoglikemia sedang ditandai dengan gejala neuroglycopenia sebagai
akibat kurangnya glukosa ke otak ditandai dengan:
• Perubahan perilaku, mudah marah
• Kebingungan
• Sakit kepala
• Mengantuk
• Berbicara cadel
• Kelemahan, gaya berjalan sempoyongan
• Penglihatan kabur

3. Berat
Hipoglikemia berat merupakan keadaan darurat medis yang harus segera
ditangani karena jika tidak maka akan menyebabkan kejang , koma , atau
kerusakan saraf permanen.
d. Penanganan
Jika tidak yakin pasien mengalami hipoglikemia atau hiperglikemia dan kadar
glukosa tidak diketahui maka tangani seolah pasien mengalami hipoglikemia

karena memberikan sedikit glukosa tidak akan membahayakan pasien yang


hiperglikemia namun kurangnya glukosa akan membahayakan jika pasien
hipoglikemia.
Identifikasi kemungkinan penyebab hipoglikemia untuk mencegah komplikasi
lebih lanjut karena kondisi hipoglikemia yang sering dapat menyebabkan
terjadinya kerusakan neurologis permanen. Adapun penanganan untuk pasien
hipoglikemia adalah sebagai berikut:
1. Penanganan hipoglikemia pada pasien sadar.
• Ukur kadar serum glukosa darah, tes dengar fingerstick sudah
cukup untuk penatalaksanaan
• Lakukan analisis laboratorium serum glukosa namun jangan
menunda pengobatan ketika harus menunggu hasil
• Berikan 15 -20 gr rapid acting oral glukosa. Berikut ini pilihan
sumber glukosa yang berisi 15 gr karbohidrat:
- 1 cangkir susu
- 1 tabung kecil gel glukosa
- 10 biji jelly
- 3 tablet glukosa
- 8 gula batu kecil atau 4 sdt gula
- ½ cangkir soda biasa (hindari pemberian pada pasien ginjal)
- ½ cangkir jus jeruk (hindari pemberian pada pasien ginjal)
- ½ cangkir jus apel
- 3 sdt madu atau syrup

- 8 permen
• Jika serum glukosa tidak membaik dalam waktu 15 menit , berikan
karbohidrat dosis kedua secara oral
• Setelah serum glukosa mengalami peningkatan , lanjutkan dengan
pemberian karbohidrat kompleks secara oral (biasanya kurang dari
2 jam).
2. Penanganan hipoglikemia pada pasien setengah sadar dan tidak sadar
• Memeriksa kadar glukosa darah
• Berikan 50% dextrose, 25 sampai 50 ml intravena untuk pasien
dewasa. Pada anak-anak berikan 25 % dextrose dan berikan 10-
12,5 % dekstrose untuk bayi dan neonatus
• Pertimbangkan pemberian infus dextrose 5 % atau dextrose 10 %
secara kontinyu untuk mempertahankan serum glukosa dalam
batas normal.
• Lakukan pencegahan kejang

3. Ketika akses intravena tidak tersedia.


• Berikan glukogan 1 mg intramuskuler ( 0,5 mg pada anak-anak
usia 3 -5 tahun, 0,25 mg pada anak-anak kurang dari 3 tahun)

• Glukagon harus diresepkan untuk semua orang yang memiliki


resiko hipoglikemia berat.
• Jika tidak ada perbaikan dalam 20 menit, ulangi dosis glucagon
yang sama
• Setelah pasien bisa menelan, berikan 20 gr karbohidrat melalui
mulut untuk menambah kembali penyimpanan glikogen untuk
mencegah terulangnya hipoglikemia.
e. WOC Hipoglikemia

Obat-obatan Intake kurang Latihan/aktifitas

Glikogenelisis

Deficit glikogen pada hepar

Gula darah menurun <60 mg/dl

Penurunan nutrisi jaringan keotak

Respon SSP

Tidak bisa mensintesis glukosa

Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah


ALGORITMA HIPOGLIKEMIA
sub

lizrt Tdrt Radar


2. Kegawatdaruratan Hiperglikemia
Diabetes ketoasidosis (DKA)
a. Pengertian
DKA merupakan penyebab kegawatdaruratan hiperglikemia yang sering
terjadi. DKA ini terjadi sebagai akibat dari kurang adekuatnya kadar insulin .
DKA merupakan komplikasi akut dari diabetes khususnya diabetes tipe 1.

b. Etiologi
DKA ini terjadi sebagai akibat dari kurang adekuatnya kadar insulin dan
ditandai oleh : Dehidrasi yang berat, kehilangan elektrolit, ketonuria dan
asidosis. Ketika insulin tdk tersedia untuk mengangkut glukosa ke dalam sel,
hati memetabolisme asam lemak menjadi keton. Akumulasi dari keton
menghasilkan asidosis metabolic. Penyebab dari DKA ini :
• Dosis insulin tidak sesuai atau terdapat kesalahan dalam pemberian
insulin
• Penyakit atau infeksi pada pasien yang diketahui diabetes
• Alcohol atau penyalahgunaan narkoba
• Infark miokard
• Pankreatitis dan kelainan abdomen.
c. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala dari hiperglikemia yaitu :
• Takikardia , hipotensi
• Kulit kering , turgor kulit buruk dan membrane mukosa kering
• Kelelahan
• Perubahan status mental akut dari rasa kantuk menjadi koma
• Napas berbau aseton
• Pernapasan kusmaul (cepat, dalam)
• Nyeri perut tanpa kekakuan dan bising usus berkurang.
d. Prosedur diagnostik
Prosedur diagnostik yang dilakukan untuk penanganan hiperglikemia yaitu :
• Mengukur kadar serum glukosa
• Uji glukosa dan keton dalam urine
• Melakukan pemeriksaan urinalisis
• Melakukan pemeriksaan darah lengkap ; elektrolit, BUN (Blood Urea
Nitrogen), kreatinin, fosfat dan amylase
• Melakukan pemeriksaan analisa gas darah arteri
• Melakukan pemeriksaan rontgen dada, EKG dan kultur darah sesuai
indikasi
e. Penanganan
Intervensi terapeutik yang diberikan yaitu:
1. Penggantian cairan
• Mulailah penggantian cairan sebelum memulai terapi insulin.
Tingkat yang pasti tergantung kondisi dan respon pasien. Biasanya
kehilangan cairan yang sangat banyak ini terjadi pada DKA
• Berikan normal salin 1-2 liter/ jam selama 1 sampai 2 jam pertama,
kemudian 100-500 / jam untuk orang dewasa. Untuk pasien anak
gantikan dengan 20 ml /kg BB pada satu jam pertama.
Penggantian cairan yang cepat diindikasikan dalam kondisi syok
hipovolemik.
• Ubah cairan intra vena menjad salin 0.45 % jika hipovolemia telah
teratasi dan tingkat serum natrium masih tinggi atau normal.
2. Mengatasi ketonemia , hiperglikemia dan pemberian insulin
• Berikan insulin secara intravena karena insulin yang disuntikkan
penyerapannya tidak teratur dalam keadaan hipovolemia
• Berikan dalam bolus intra vena 0,1 unit insulin regular per kilogram
berat badan dan kemudian mulai berikan insulin secara kontinu 0,1
unit / kg /jam.

• Periksa serum glukosa setiap jam. Penurunan serum glukosa yang


terlalu cepat akan meningkatkan resiko edema serebral. Protokol
pemberian insulin telah banyak diterapkan di rumah sakit. Ketika
kadar serum glukosa turun menjadi 250 mg/dl, pertimbangkan untuk
mengubah larutan intravena menjadi larutan dextrose dan turunkan
insulin sesuai anjuran dokter untuk mempertahankan kadar serum
glukosa 150-200 mg/dl. Tergantung pada jenis insulin, terapi insulin
subkutan harus dimulai 1-4 jam sebelum penghentian infus insulin
intravena untuk menghindari terulangnya hiperglikemia dan
ketogenesis.
Ketogenesis dianggap teratasi apabila :
- Serum glukosa kurang dari 200 mg/dl
- Gap anion 12 mEq/ L atau kurang
- pH vena lebih dari 7,3/ L atau
- kadar serum bikarbonat 18 mEq atau lebih.
3. Penggantian elektrolit
• Pada saat pasien datang periksa kadar serum elektrolit dan ulangi
tiap 2- 4 jam kemudian. Karena pada banyak kasus biasanya kadar
serium kalium awalnya meningkat. Namun, terapi insulin, resusitasi
cairan dan koreksi asidosis dapat mengurangi kadar kalium
ekstraseluler.
• Setelah serum kalium < 5 mEq/L, penggantian kalium intravena
dimulai untuk menjaga kadar kalium darah antara 4-5 mEq/L. Jika
kadar kalium awal < 3,3 mEq/ L tunda terapi insulin dan mulai
penggantian kalium segera.
• Mulailah penggantian kalium hanya setelah ditetapkan bahwa pasien
memiliki urine yang cukup dan tidak menderita gagal.
• Lakukan penggantian fosfat jika diperlukan
• Natrium bikarbonat dapat diberikan secara intravena jika pH arteri
sama dengan atau kurang dari 7.

f. Algoritma diabetic ketoasidosis


 Sindrom atau status Hiperosmolar Hiperglikemia
a. Pengertian
Hiperosmolar hiperglikemia syndrome (HHS) atau sebelumnya dikenal
dengan koma hiperosmolar hiperglikemia merupakan penyebab dari
kegawatdaruratan hiperglikemia dan menyebabkan 10 % hingga 60 %
mortalitas tergantung pada tingkat keparahan penyakit pencetus.
b.Etiologi
HHS sering dikaitkan dengan diabetes tipe 2 meskipun setengah dari
pasien dengan HHS tidak memiliki diabetes. Banyak kasus HSS dipicu
oleh kondisi medis atau pembedahan seperti infeksi, infark miokard akut
atau stroke .
c. Manifestasi klinis
Temuan klinis yaitu dehidrasi hiperglikemia ekstrim ketidakseimbangan
elektrolit, hiperosmolaritas dan perubahan status mental
• Kelemahan
• Polyuria , polidipsi

Penurunan volume yang signifikan dengan mukosa kering , kulit


kering , hipotensi ortostatik dan takikardi pada kasus yang berat.
• Anoreksia mual dan muntah
• Perubahan status mental akut, lesu atau koma.
• Kejang
d. Prosedur diagnostic
Perbedaan utama antara HHS dan DKA adalah ditunjukkan dengan
peningkatan glukosa serum yang sangat tinggi dan tidak adanya
ketoasidosis. HHS didefinisikan melalui hasil laboratorium berikut
• Hiperglikemia lebih dari 600 mg/ dl
• Peningkatan osmolalitas plasma lebih dari 315 mOsm/kg
• Serum bikarbonat lebih dari 15 mEq/ l
• pH arteri dalam batas normal
• Keton serum negativeGlukosa positif dalam urine namun tidak ada
keton.
e. Intervensi Terapeutik
Pengobatan mirip dengan DKA meskipun insulin kurang dibutuhkan
1. Penggantian Cairan
Hidrasi dengan intra vena salin normal merupakan terapi dasar untuk
HSS. Adapun prosedur penggantian cairan yaitu :
• Rata-rata kekurangan cairan yaitu 9-12 L. Mulai resusitasi cairan
dengan 1 L normal salin selama satu jam pertama untuk
mengembalikan tekanan darah dan urine
• Pasang kateter urine untuk memonitor masukan dan keluaran .
Gabungkan kehilangan urine kedalam perhitungan penggantian
cairan
2. Pengurangan Serum Glukosa
• Berikan insulin : tujuan terapi insulin pada pasien dengan HHS
adalah untuk mengurangi kadar serum glukosa sekitar 50-70 mg/dl
per jam
• Ketika glukosa darah turun menjadi 300 mg/ dl, ubah menjadi
larutan intravena yang mengandung dextrose.
• Monitor kadar serum glukosa setiap jam.
3. Penggantian Elektrolit
• Periksa kimia darah setiap 2-4 jam sampai pasien stabil
• Ganti kalium 20-30 mEq/ L dalam cairan intravena jika keluaran
urine mencukupi. Jika kalium , 3,3 mEq/ L, tunda terapi insulin
sampai hypokalemia telah diperbaiki

f. WOC
PERBANDINGAN PASIEN DIABETIK KETOASIDOSIS DAN SINDROM HIPERGLIKEMIK
HIPEROSMOLAR

KONDISI DIABETIK KETOASIDOSIS SINDROM HIPERGLIKEMIK


HIPEROSMOLAR
Usia pasien Biasanya < 40 tahunBiasanya > 60 tahun Biasanya > 5 hari Biasanya > 600 mg / dl
Durasi gejala Kadar glukosa
BiasanyaKadar
< 2 hari Kemungkinan
Natrium
Biasanya < 600 akan
mg/dlnormal atau tinggi
Tinggi, normal, atau rendah Normal
<2 + dlm 1:1 pengeceran
Kemungkinan rendah atau
normal
Kadar KaliumTinggi, normal, atau rendah
Kadar BikarbonatRendah Keton
Palingsedikit4+dlm 1:1
pengengenceran Rendah, biasanya < 7.3 Biasanya < 350 mOsm/kg
pH Normal
Osmolalitas serum Biasanya > 350 mOsm/kg

EdemaserebralSering subklinis, sesekali klinisPenurunan glukosa cepat


prognosismeningkatkan resiko
Prognosis Subsequent
3% - 10 % angka kematian Biasannya 20% -dibutuhkan
60% kematianterapi
course insulin yang berlangsung Terapiinsulinseringkalitidak
Diabetes mellitus Paling sering terlihat pada tipe 1 diperlukan
Paling sering terlihat pada tipe 2
B. KEGAWATDARURATAN TIROID
1. KRISIS TIROID
a. Pengertian
Krisis tiroid adalah kedaruratan medis yang disebabkan oleh eksaserbasi akut
dari gejala-gejala hipertiroid. Hal ini dapat berakibat fatal dan mematikan .
Namun, jarang terjadi apabila deteksi dini dilaksanakan dan pengobatan
diberikan secepatnya (Hannafi,2011). Krisis tiroid merupakan komplikasi dari
hypertiroidisme. Sekitar 60-80 % dari krisis tiroid disebabkan oleh penyakit
graves, yaitu gangguan autoimun yang menyebabkan stimulasi terus menerus
dari kelenjar tiroid

b. Etiologi
Meskipun etiologinya belum jelas , ada beberapa keadaan yang menyebabkan
krisis tiroid yaitu :
• Operasi
• Stop obat antitiroid pada penderita yang memakai pengobatan
antitiroid
• Infeksi

• Trauma
• Penyakit graves
• Tiroiditis
• Kehamilan
• Manipulasi kelenjar tiroid
Ada tiga mekanisme fisiologi yang diketahui dapat menyebabkan krisis tiroid :
1. Pelepasan tiba-tiba hormone tiroid dalam jumlah besar
2. Hiperaktivitas adrenergic
3. Liposis dan pembentukan asam lemak yang berlebihan (Hudak dan
Gallo,1996)
c. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala yang sering dijumpai pada krisis tiroid yaitu:
• Peningkatan suhu dari 38,7 0C – 410C
• Disfungsi system saraf pusat : biasanya pasien gelisah, kecemasan,
emosi labil, agitasi dan tremor
• Disfungsi kardiovaskuler : sinus takikardi hampir selalu ditemukan,
fibrilasi atrium, angina dari penyakit arteri coroner yang sudah ada
sebelumnya.
• Disfungsi gastrointestinal (mual,muntah,dan diare)
d. Penatalaksanaan

Penanganan pada pasien dengan krisis hipertensi memerlukan identifikasi dan


penanganan factor penyebab, penurunan kadar hormone tiroid, dan penangana
yang cepat terhadap manifestasi sistemik yang muncul seperti hipertermi dan
distritmia jantung. Jika tidak segera di tangani maka kondisi ini akan
berkembang menjadi kelelahan, gagal jantung dan kematian dalam jangka
waktu 2 jam. Adapun intervensi terapeutik diberikan untuk penanganan pasien
dengan krisis hipertiroid ini yaitu:
• Berikan paracetamol untuk mengurangi hipertermi (bukan aspirin)
• Berikan agen beta-blocking untuk melawan hiperstimulasi simpatik.
Gunakan dengan hati-hati pada pasien dengan asma atau gagal jantung
kongestif.
• Obat antitiroid
- PTU (Prophylthiouracil), mencegah sintesis hormon tiroid.
- Methimazole :menghambat sintesis T3 dan T4
- Yodium : menghambat pelepasan hormon tiroid
- Reserpin
- Guanethidine
- Glukokortikoid (dexamethasone) : menghambat konversi
perifer T4 dan T3
• Pastikan cairan dan asupan kalori yang memadai untuk peningkatan
kebutuhan metabolisme
e. Pemeriksaan penunjang
Terdapat beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu:
1. Tes serum T3 (Triiodothyronin)
2. Tes serum T4 (Tiroksin) dan T4 bebas
3. Tes TSH (Thyroid Stimulating Hormone)

f. WOC Krisis Tyroid


II. KONSEP KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

PRIMARY SURVEY
a. DANGER
Periksa situasi dan kondisi bahaya , pastikan lingkungan aman bagi pasien
dan perawat sebelum melakukan pertolongan
b. RESPON
Kaji respon pasien apakah pasien berespon ketika di tanya. Untuk
menentukan kesadaran pasien gunakan skala (Alert,
Verbal,Pain,Unresponsive)
c. AIRWAY
Kaji apakah airway paten atau tidak ada sumbatan
d. BREATHING
Cek pernapasan dan cek apakah ventilasinya adekuat
e. CIRCULATION
Kaji nadi pasien apakah nadi positif, tentukan apakah denyut nadi adekuat.
Cek capillary refill dan berikan IV akses

f. DISABILITY
Kaji GCS, laterasi pupil/reflex pupil : Isokor, reflex cahaya, dilatasi.

SECONDARY SURVEY
Menurut Queensland Ambulance Service 2016, secondary survey dilakukan
sebagai berikut:
A. History, dilakukan poit penting berikut
• S : Sign/ symptom (tanda dan gejala)
• A: Allergic
• M: Medication
• P: Past medical history (Riwayat penyakit)
• L: Last oral intake (makanan yang dikonsumsi terakhir kali sebelum
sakit)
• E: Events prior to the illness or injury (Kejadian sebelum injury atau
sakit)
B. Ukur tanda- tanda vital: Tekanan darah, pernapasan, nadi dan suhu tubuh.
Pertimbangkan Saturasi oksigen, GCS, ECG 12 leads dan Kadar glukosa
darah
C. Pemeriksaan visik yang lengkap head to toe
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN, NOC DAN NIC

1. Hipoglikemia

No Diagnosa
Noc Nic
keperawatan
1. Resiko ketidakstabilan Setelah dilakukan Manajemen hipoglikemia
kadar glukosa darah tindakan keperawatan , 1. Kaji tanda & gejala
dengan faktor resiko : resiko ketidakstabilan hipoglikemia
asupan diet tidak kadar gukosa darah tidak 2. Kaji ulang kejadian
cukup, manajemen terjadi dengan kriteria sebelum terjadinya
medikasi tidak efektif, hasil : hipoglikemia unk
pemantauan glukosa 1. Tidak gemetar mengetahui penyebab
darah tidak adekuat 2. Tidak berkeringat hipoglikemia
3. Tidak terjadi palpitasi 3. Monitor kadar Glukosa
jantung darah sesuai dengan
4. Tidak terjadi indikasi
kelemahan, pusing 4. Pertahankan kepatenan
jalan nafas
5. Berikan sumber

kseasrubaoihiinddraikt asi sederhana


6. Berikan sumber
karbohidrat kompleks
sesuai indikasi
7. Berikan glukagon sesuai
indikasi
8. Pertahankan akses
intravena
9. Berikan glukosa secara
intravena
10. Instruksikan pasien dan
keluarga mengenai tanda
& gejala , faktor resiko,
dan penanganan
hipoglikemia

2. Hiperglikemia ( DKA dan HHS)

No Diagnosa Noc Nic


1. Setelah dilakukan tindakan Manajemen elektrolit/cairan
Kekurangan volumecairan
b/d keperawatan, kekurangan
kehilangancairanvolumecairanteratasi 1. Pantaukadarserum

aktif (dehidrasi) 1d. eTnTgVandkarliatmeribaahtasinl


gylaunkgoasbanordmaanl
o: rmal elektrolit
TD: 120/80 mmhg 2. Monitor
N: 60 - 100 ketidakseimbangan
X/mnt RR : 20 x / elektrolit
mnt 3. Monitor tanda-tanda vital
T : 36,5 — 37,2° C 4. Pertahankan kepatenan
akses intravena
2. Intake cairan dan out 5. Pantau adanya tanda dan
put urine dalam batas gejala overhidrasi yang
normal memburuk atau dehidrasi.
3. Tidak terjadi hipotensi Pasang kateter
dan takikardi 6. Lakukan pemeriksaan
4. Turgor kulit elastis dan darah lengkap elektrolit<
membran mukosa blood urea nitrogen
lembab (BUN), kreatinin< fosfat
dan amilase
7. Pertahankan asupan dan
haluaran yang akurat
8. Pertahankan pemberian
cairan intravena berisi
elektolit
9. Berikan cairan sesuai
resep
0. Monitor respon pasien
terhadap terapi elektrolit
yang diresepkan
1. Konsultasi dengan dokter
jika tanda dan gejala
ketidakseimbangan cairan
dan elektrolit menetap
atau memburuk.

2. Gangguan Setelah dilakukan Manajemen asam basa:


pertukaran gas b/d perawatan , keseimbangan asidosis metabolic
peningkatan manajemen elektrolit dan 1. Kaji pola nafas
keasaman (pH asam basa dapat 2. Pertahankan kepatenan
menurun ) dipertahankan. Dengan jalan nafas
kriteria hasil 3. Berikan posisi fowler atau
1. Frekuensi dan irama semifowler
pernafasan dalam batas 4. Monitor penyebab
normal kurangnya HCO3
2. Nilai serum bikarbonat, 5. Monitor
pH, glukosa darah, ketidakseimbangan
BUN mendekati nilai elektrolit yang
normal berhubungan dengan
3. Tidak terjadi gangguan asidosis metabolic
kesadaran (mrs:hiponatrium,
hiperkalium atau
hipokalium)
6. Monitor tanda dan j ala
rendahnya HCO3 s ,
pernapasan kusmaul
Berikan HCO3 oral dan parenteral sesuai instruksi dokter
Berikan insulin sesuai resep, hidrasi cairan
Kolaborasi pemberian oksigen dan pemeriksaan AGD.

3. Krisis Tiroid

No Diagnosa Nic
1 Hipertermi b/d Setelah dilakukan Perawatan Demam
status penyakit tindakan keperawatan 1. Pantau suhu dan tanda –
,hipertermi dapat teratasi tanda vital
dengan kriteria hasil : 2. Beri obat atau cairan
1. Suhu tubuh dalam misalnya antipiretik
batas normal : 36,5 – ( jangan beri aspirin )
37, 2 ° C 3. Berikan oksigen yang
2. Tidak terjadi sesuai
komplikasi yang 4. Pantau komplikasi yang
berhubungan dengan berhubungan dengan
demam seperti kejang demam ( misalnya
dan penurunan kejang dan penurunan
kesadaran kesadaran )
3. Intake cairan adekuat 5. Tingkatkan intake cairan

2 Kekurangan volume Setelah dilakukan Manajemen Cairan


cairan b/d status tindakan keperawatan, 1. Monitor status hidrasi ,
hipermetabolik kekurangan volume cairan misalnya membran
teratasi dengan kriteria mukosa, denyut nadi,
hasil : dan tekanan darah
1. TTV dalam batas 2. Berikan terapi IV sesuai
normal intruksi
TD: 120/80 3. Pasang kateter urine
mmhg N: 60 - 4. Monitor hasil lab yang
100 X/mnt RR : relevan dengan retensi
20 x / mnt cairan
T : 36,5 – 37,2° C 5. Jaga intake/ asupan yang
2. Intake cairan dan out akurat
put urine dalam batas 6. Berikan beta-blocking
normal
sesuai intruksi
3. Tidak terjadi hipotensi
dan takikardi
4. Turgor kulit elastis dan
membran mukosa
lembab
DAFTAR PUSTAKA

Algoritma Tatalaksana Ketoasidosis Diabetik. Diperoleh dari www.slideshare.net


(25 February 2018)

Algoritma Hipoglikemia . Diperoleh dari https:// www.scribd.com.> mobile> doc


(23 February 2018)

Asuhan Keperawatan Krisis Tiroid. Diperoleh dari www.academia.edu (23 February 2018)

Bulechek, Gloria M dkk, 2013. Nursing Interventions Classification Edisi Bahasa


Indonesia. Elsevier

Herdman, T Heather,2017. Nanda International Inc. Diagnosis Keperawatan:


Definisi dan Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC

Krisanty, Paula dkk, 2016. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta : CV Trans
Info Media

Kurniati, Amelia dkk, 2018. Keperawatan Gawat Darurat dan Bencana Sheehy Edisi
Indo sia 1. Elsevier : Singapore
Moorhead ,Sue dkk, 2013. Nursing Outcome Classification Edisi Bahasa Indonesia.
Elsevier

Smeltzer, Suzanne C, 2002. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi
8. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai