1. Saenab : C051171723
2. Sri Wahyuni : C051171715
3. Nursin Marasabessy : C051171716
I. KONSEP MEDIK
1. Kelenjar hypothalamus
2. Kelenjar Hypofise
3. Kelenjar tyroid
4. Kelenjar Paratyroid
5. Kelenjar Tymus
6. Kelenjar pancreas
7. Kelenjar suprarenal
8. Kelenjar gonad
9. Kelenjar pineal
Apabila terjadi gangguan dalam produksi , suplai, maupun penggunaan hormone atau
elektrolit dapat mengakibatkan keadaan darurat medis yang membutuhkan penilaian yang
cepat, diagnosis, koreksi dan identifikasi penyebab pemicu. Berikut adalah pembahasan
mengenai kegawatdaruratan yang umumnya terjadi jika ada masalah dalam system endokrin
A. KEGAWATDARURATAN DIABETIK
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolik kronis yang tidak dapat disembuhkan
tetapi dapat dikontrol yang dikarakteristikan dengan hiperglikemia karena defisiensi
insulin atau ketidakadekuatan penggunanan insulin . Ada dua jenis utama yaitu:
Tujuan jangka pendek dari manajemen diabetes adalah untuk menyeimbangkan asupan
makanan dengan pengeluaran energy dan memastikan jumlah insulin yang cukup untuk
mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal. Jika tujuan ini tidak tercapai
maka akan terjadi krisis diabetes. Dimana akan menyebabkan :
1. Kegawatdaruratan Hipoglikemia
a. Pengertian
Hipoglikemia adalah kadar glukosa darah yang kurang dari 60-70 mg/dl.
Hipoglikemia berat didefinisikan sebagai kadar glukosa darah kurang dari 40
mg/dl. Hipoglikemia merupakan komplikasi akut yang paling sering terjadi pada
diabetes.
b. Etiologi
Tanda dan gejala dapat dilihat pada kadar glukosa darah 60-80 mg/dl. Faktor
resiko yang menyebabkan pasien mengalami hipoglikemia yaitu jika
mengonsumsi:
• Sulfonylurea ( generasi pertama : tolbutamide, generasi kedua : glipizide,
glyburide, generasi ketiga : glimepiride )
• Meglitinides termasuk repaglinide dan nateglinide
• Rejimen terapi insulin intensif karena diabetes tipe 1
• Obat long –action hipoglikemia oral, seperti klorpropamide karena
diabetes tipe 2
• Asupan makanan yang tidak mencukupi termasuk asupan kalori yang
tidak memadai atau melewati waktu makan
3. Berat
Hipoglikemia berat merupakan keadaan darurat medis yang harus segera
ditangani karena jika tidak maka akan menyebabkan kejang , koma , atau
kerusakan saraf permanen.
d. Penanganan
Jika tidak yakin pasien mengalami hipoglikemia atau hiperglikemia dan kadar
glukosa tidak diketahui maka tangani seolah pasien mengalami hipoglikemia
- 8 permen
• Jika serum glukosa tidak membaik dalam waktu 15 menit , berikan
karbohidrat dosis kedua secara oral
• Setelah serum glukosa mengalami peningkatan , lanjutkan dengan
pemberian karbohidrat kompleks secara oral (biasanya kurang dari
2 jam).
2. Penanganan hipoglikemia pada pasien setengah sadar dan tidak sadar
• Memeriksa kadar glukosa darah
• Berikan 50% dextrose, 25 sampai 50 ml intravena untuk pasien
dewasa. Pada anak-anak berikan 25 % dextrose dan berikan 10-
12,5 % dekstrose untuk bayi dan neonatus
• Pertimbangkan pemberian infus dextrose 5 % atau dextrose 10 %
secara kontinyu untuk mempertahankan serum glukosa dalam
batas normal.
• Lakukan pencegahan kejang
Glikogenelisis
Respon SSP
b. Etiologi
DKA ini terjadi sebagai akibat dari kurang adekuatnya kadar insulin dan
ditandai oleh : Dehidrasi yang berat, kehilangan elektrolit, ketonuria dan
asidosis. Ketika insulin tdk tersedia untuk mengangkut glukosa ke dalam sel,
hati memetabolisme asam lemak menjadi keton. Akumulasi dari keton
menghasilkan asidosis metabolic. Penyebab dari DKA ini :
• Dosis insulin tidak sesuai atau terdapat kesalahan dalam pemberian
insulin
• Penyakit atau infeksi pada pasien yang diketahui diabetes
• Alcohol atau penyalahgunaan narkoba
• Infark miokard
• Pankreatitis dan kelainan abdomen.
c. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala dari hiperglikemia yaitu :
• Takikardia , hipotensi
• Kulit kering , turgor kulit buruk dan membrane mukosa kering
• Kelelahan
• Perubahan status mental akut dari rasa kantuk menjadi koma
• Napas berbau aseton
• Pernapasan kusmaul (cepat, dalam)
• Nyeri perut tanpa kekakuan dan bising usus berkurang.
d. Prosedur diagnostik
Prosedur diagnostik yang dilakukan untuk penanganan hiperglikemia yaitu :
• Mengukur kadar serum glukosa
• Uji glukosa dan keton dalam urine
• Melakukan pemeriksaan urinalisis
• Melakukan pemeriksaan darah lengkap ; elektrolit, BUN (Blood Urea
Nitrogen), kreatinin, fosfat dan amylase
• Melakukan pemeriksaan analisa gas darah arteri
• Melakukan pemeriksaan rontgen dada, EKG dan kultur darah sesuai
indikasi
e. Penanganan
Intervensi terapeutik yang diberikan yaitu:
1. Penggantian cairan
• Mulailah penggantian cairan sebelum memulai terapi insulin.
Tingkat yang pasti tergantung kondisi dan respon pasien. Biasanya
kehilangan cairan yang sangat banyak ini terjadi pada DKA
• Berikan normal salin 1-2 liter/ jam selama 1 sampai 2 jam pertama,
kemudian 100-500 / jam untuk orang dewasa. Untuk pasien anak
gantikan dengan 20 ml /kg BB pada satu jam pertama.
Penggantian cairan yang cepat diindikasikan dalam kondisi syok
hipovolemik.
• Ubah cairan intra vena menjad salin 0.45 % jika hipovolemia telah
teratasi dan tingkat serum natrium masih tinggi atau normal.
2. Mengatasi ketonemia , hiperglikemia dan pemberian insulin
• Berikan insulin secara intravena karena insulin yang disuntikkan
penyerapannya tidak teratur dalam keadaan hipovolemia
• Berikan dalam bolus intra vena 0,1 unit insulin regular per kilogram
berat badan dan kemudian mulai berikan insulin secara kontinu 0,1
unit / kg /jam.
f. WOC
PERBANDINGAN PASIEN DIABETIK KETOASIDOSIS DAN SINDROM HIPERGLIKEMIK
HIPEROSMOLAR
b. Etiologi
Meskipun etiologinya belum jelas , ada beberapa keadaan yang menyebabkan
krisis tiroid yaitu :
• Operasi
• Stop obat antitiroid pada penderita yang memakai pengobatan
antitiroid
• Infeksi
• Trauma
• Penyakit graves
• Tiroiditis
• Kehamilan
• Manipulasi kelenjar tiroid
Ada tiga mekanisme fisiologi yang diketahui dapat menyebabkan krisis tiroid :
1. Pelepasan tiba-tiba hormone tiroid dalam jumlah besar
2. Hiperaktivitas adrenergic
3. Liposis dan pembentukan asam lemak yang berlebihan (Hudak dan
Gallo,1996)
c. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala yang sering dijumpai pada krisis tiroid yaitu:
• Peningkatan suhu dari 38,7 0C – 410C
• Disfungsi system saraf pusat : biasanya pasien gelisah, kecemasan,
emosi labil, agitasi dan tremor
• Disfungsi kardiovaskuler : sinus takikardi hampir selalu ditemukan,
fibrilasi atrium, angina dari penyakit arteri coroner yang sudah ada
sebelumnya.
• Disfungsi gastrointestinal (mual,muntah,dan diare)
d. Penatalaksanaan
PRIMARY SURVEY
a. DANGER
Periksa situasi dan kondisi bahaya , pastikan lingkungan aman bagi pasien
dan perawat sebelum melakukan pertolongan
b. RESPON
Kaji respon pasien apakah pasien berespon ketika di tanya. Untuk
menentukan kesadaran pasien gunakan skala (Alert,
Verbal,Pain,Unresponsive)
c. AIRWAY
Kaji apakah airway paten atau tidak ada sumbatan
d. BREATHING
Cek pernapasan dan cek apakah ventilasinya adekuat
e. CIRCULATION
Kaji nadi pasien apakah nadi positif, tentukan apakah denyut nadi adekuat.
Cek capillary refill dan berikan IV akses
f. DISABILITY
Kaji GCS, laterasi pupil/reflex pupil : Isokor, reflex cahaya, dilatasi.
SECONDARY SURVEY
Menurut Queensland Ambulance Service 2016, secondary survey dilakukan
sebagai berikut:
A. History, dilakukan poit penting berikut
• S : Sign/ symptom (tanda dan gejala)
• A: Allergic
• M: Medication
• P: Past medical history (Riwayat penyakit)
• L: Last oral intake (makanan yang dikonsumsi terakhir kali sebelum
sakit)
• E: Events prior to the illness or injury (Kejadian sebelum injury atau
sakit)
B. Ukur tanda- tanda vital: Tekanan darah, pernapasan, nadi dan suhu tubuh.
Pertimbangkan Saturasi oksigen, GCS, ECG 12 leads dan Kadar glukosa
darah
C. Pemeriksaan visik yang lengkap head to toe
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN, NOC DAN NIC
1. Hipoglikemia
No Diagnosa
Noc Nic
keperawatan
1. Resiko ketidakstabilan Setelah dilakukan Manajemen hipoglikemia
kadar glukosa darah tindakan keperawatan , 1. Kaji tanda & gejala
dengan faktor resiko : resiko ketidakstabilan hipoglikemia
asupan diet tidak kadar gukosa darah tidak 2. Kaji ulang kejadian
cukup, manajemen terjadi dengan kriteria sebelum terjadinya
medikasi tidak efektif, hasil : hipoglikemia unk
pemantauan glukosa 1. Tidak gemetar mengetahui penyebab
darah tidak adekuat 2. Tidak berkeringat hipoglikemia
3. Tidak terjadi palpitasi 3. Monitor kadar Glukosa
jantung darah sesuai dengan
4. Tidak terjadi indikasi
kelemahan, pusing 4. Pertahankan kepatenan
jalan nafas
5. Berikan sumber
3. Krisis Tiroid
No Diagnosa Nic
1 Hipertermi b/d Setelah dilakukan Perawatan Demam
status penyakit tindakan keperawatan 1. Pantau suhu dan tanda –
,hipertermi dapat teratasi tanda vital
dengan kriteria hasil : 2. Beri obat atau cairan
1. Suhu tubuh dalam misalnya antipiretik
batas normal : 36,5 – ( jangan beri aspirin )
37, 2 ° C 3. Berikan oksigen yang
2. Tidak terjadi sesuai
komplikasi yang 4. Pantau komplikasi yang
berhubungan dengan berhubungan dengan
demam seperti kejang demam ( misalnya
dan penurunan kejang dan penurunan
kesadaran kesadaran )
3. Intake cairan adekuat 5. Tingkatkan intake cairan
Asuhan Keperawatan Krisis Tiroid. Diperoleh dari www.academia.edu (23 February 2018)
Krisanty, Paula dkk, 2016. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta : CV Trans
Info Media
Kurniati, Amelia dkk, 2018. Keperawatan Gawat Darurat dan Bencana Sheehy Edisi
Indo sia 1. Elsevier : Singapore
Moorhead ,Sue dkk, 2013. Nursing Outcome Classification Edisi Bahasa Indonesia.
Elsevier
Smeltzer, Suzanne C, 2002. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi
8. Jakarta: EGC