Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................ i
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................... 2
c. kedudukan AAUPB................................................................................................. 5
PENUTUP .......................................................................................................................... 10
A. KESIMPULAN ........................................................................................................ 10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asas-asas umum pemerintahan yang baik (selanjutnya disebut AAUPB) lahir dari
praktik penyelenggaraan negara dan pemerintahan sehingga bukan produk formal suatu
lembaga negara seperti undang-undang. Asas-asas umum pemerintahan yang baik dapat
dipahami sebagai asas-asas umum yang dijadikan sebagai dasar dan tata cara dalam
penyelenggaraan pemerintahan yang layak, yang dengan cara demikian penyelenggaraan
pemerintahan itu menjadi baik, sopan, adil, dan terhormat, bebas dari kezaliman,
pelanggaran peraturan, tindakan penyalahgunaan wewenang dan tindakan sewenang-
wenang. Sejarah perkembangan AUPB di Indonesia dapat dilihat dari perkembangan prinsip
AUPB dalam berbagai peraturan perundang-undangan, praktik penerapan AUPB dalam
putusan pengadilan atau yurisprudensi serta doktrin. Perkembangan pengaturan prinsip
AUPB menemukan momentumnya yang semakin kuat, tatkala UU Administrasi
Pemerintahan disahkan pada tahun 2014. Sebagai akibat dari dianutnya konsepsi welfare
state maka negara memiliki kewajiban untuk memenuhi kesejahteraan masyarakat salah
satunya melalui pelayanan publik. Dengan adanya AAUPB diharapkan pemerintah sebagai
pemberi pelayanan publik dapat menerima AAUPB sebagai norma hukum yang harus
dijadikan dasar oleh penyelenggara pelayanan publik dalam menjalankan kewenangannya,
sekaligus sarana bagi warga negara untuk menggugat penyelenggara pelayanan publik yang
menyimpang.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Perbedaan Azas dan Norma Hukum?
2. Apa Peristilahan, Pengertian, dan kedudukan AAUPB?
3. Bagaimana Fungsi dan Arti Penting AAUPB?
4. Bagaimana Perincian dan Penjelasan AAUPB?
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Sudut pandang ilmu hukum, asas hukum hanya bersifat mengatur dan menjelaskan
(eksplanasi) tujuannya hanya memberi ikhtisar dan tidak normatif, karena itu tidak termasuk
hukum positif, tentu tidak dapat diterapkan secara langsung untuk menyelesaikan sengaketa,
harus melalui penafsiran hakim.1
Sudut pandang hukum positif, asas-asas hukum eksitensi atau keberadaannya pada
pembentuk undang-undang dan hakim (memberi keabsahan) serta memberi pengaruh
normatif, karenanya asas-asas hukum itu mengikat para pihak dalam penerapannya oleh
hakim.
Pendapat Klandermann dalam menjembatani pandangan yang berseberangan tersebut
di atas dapat dipahami bahwa dari sudut pandang ilmu hukum, asas-asas itu merupakan
pembenaran, justifikasi argumentasi-argumentasi yuridikal yang bertolak pada kebenaran-
kebenaran umum kemasyarakatan. Di balik itu dari sudut pandang hukum positif, asas-asas
itu dimaknai mengaplikasikan tujuan yuridikal dalam menjawab persoalan hukum berkaitan
penyelesaian konflik. Pendapat ini mengindikasikan asas-asas hukum dalam aplikasinya baik
teoritikal maupun praktikal memerlukan penjelasan, eksplanasi terkait fungsi asas-asas
hukum sejalan dengan kegunaannya.
1
Sidharta, Karakteristik Penalaran Hukum Dalam Konteks Keindonesiaan, Alumni, Bandung, 2006, Hal.
204.
3
pelaksanaan dan pengujian (tortsing) peraturan hukumnya. 2 Istilah dasar-dasar atau
prinsip-prinsip juga digunakan oleh Djenal Hoesen Koesoemahatmadja. Istilah yang
paling banyak digunakan sebagai penerjemahan dari beginselen adalah asas-asas. Adapun
untuk kata behoorlijk, yang menerjemahkan dengan yang baik adalah Indroharto, Amrah
Muslimin, Paulus E. Lotulung, Muchsan, dan lain-lain. Sedangkan yang menerjemahkan
dengan yang layak adalah Ateng Syafrudin, Sjachran Basah, Philipus M. Hadjon, Laica
Marzuki, Bagir Manan, dan lain-lain. SF. Marbun dalam buku sebelumnya menggunakan
istilah asas-asas umum pemerintahan yang baik, kemudian menggunakan istilah "yang
patut" dengan alasan bahwa pada kata patut di dalamnya terkandung pengertian baik dan
layak.
Dalam bahasa Belanda istilah "behoorlijk" berarti betamelijk dan passend," yaitu baik,
pantas, patut, cocok, sesuai, dan layak. Di samping itu, juga berarti fatsoenlijk, betamelijk
wijze," yakni sopan dan terhormat, tata cara yang pantas dan sopan. Dengan mengacu
kepada kata asal berhoorlijk ini, yang semuanya menunjukkan kata sifat dan berarti ada
yang disifati, yaitu bestuur, maka penerjemahan algemene beginselen van behoorlijk
bestuur menjadi asas-asas umum pemerintahan yang baik kiranya lebih sesuai dari segi
kebahasaan.
b. Pengertian AAUPB
AAUPB dapat dipahami sebagai asas-asas umum yang dijadikan sebagai dasar dan
tata cara dalam penyelenggaraan pemerintahan yang baik, yang dengan cara demikian
penyelenggaraan pemerintahan itu menjadi baik, sopan, adil, dan terhormat, bebas dari
kedzaliman, pelanggaran peraturan, tindakan penyalahgunaan wewenang, dan tindakan
sewenang-wenang.
AAUPB ini berkembang menjadi wacana yang dijadikan kajian para sarjana dan ini
menunjukkan bahwa AAUPB merupakan konsep terbuka (open begrip). Sebagai konsep
terbuka, ia akan berkembang dan disesuaikan dengan ruang dan waktu di mana konsep ini
berada. Atas dasar ini tidaklah mengherankan jika secara kontemplatif maupun aplikatif
AAUPB ini berbeda-beda antara satu negara dengan negara lainnya atau antara sarjana
yang satu dengan lainnya. Berdasarkan penelitiannya, Jazim Hamidi menemukan
pengertian AAUPB sebagai berikut :
2
Soehadjo, Hukum Administrasi Negara Pokok-Pokok Pengertian Serta Perkembangan Di Indonesia,
Semarang, Badan Penerbit Universitas Dipoenegoro, 1991, Hal. 142.
4
1) AAUPB merupakan nilai-nilai etik yang hidup dan berkembang dalam
lingkungan Hukum Administrasi Negara;
2) AAUPB berfungsi sebagai pegangan bagi pejabat administrasi negara dalam
menjalankan fungsinya, merupakan alat uji bagi hakim administrasi dalam
menilai tindakan administrasi negara (yang berwujud penetapan/beschikking),
dan sebagai dasar pengajuan gugatan bagi pihak penggugat;
3) Sebagian besar dari AAUPB masih merupakan asas-asas yang tidak tertulis,
masih abstrak, dan dapat digali dalam praktik kehidupan di masyarakat;
4) Sebagian asas yang lain sudah menjadi kaidah hukum tertulis dan terpencar
dalam berbagai peraturan hukum positif. Meski pun sebagian dari asas itu
berubah menjadi kaidah hukum tertulis, namun sifatnya tetap sebagai asas
hukum."
c. kedudukan AAUPB
Menurut Philipus M. Hadjon AAUPB harus dipandang sebagai norma-norma hukum
tidak tertulis, yang senantiasa harus ditaati oleh pemerintah, meskipun arti yang tepat dari
AAUPB bagi tiap keadaan tersendiri tidak selalu dapat dijabarkan dengan teliti. Dapat
dikatakan bahwa AAUPB adalah asas-asas hukum tidak tertulis, dari mana untuk
keadaan-keadaan tertentu dapat ditarik aturan-aturan hukum yang dapat diterapkan. 3
Pada kenyataannya, AAUPB ini meskipun merupakan asas, namun tidak semuanya
merupakan pemikiran yang umum dan abstrak, dan dalam beberapa hal muncul sebagai
aturan hukum yang konkret atau tertuang secara tersurat dalam pasal undang-undang serta
mempunyai sanksitertentu. Apabila asas-asas umum pemerintahan yang baik dimaknakan
sebagai asas atau sendi hukum, maka asas-asas umum pemerintahan yang baik dapat
dimaknakan sebagai asas hukum yang digali dan ditemukan dari unsur susila, etika,
kesopanan, dan kepatutan berdasarkan norma yang berlaku. Hal tersebut dapat dikatakan
bahwa sebagian AAUPB masih merupakan asas hukum, dan sebagian lainnya telah
menjadi norma hukum atau kaidah hukum.
C. Fungsi dan Arti Penting AAUPB
Pada awal kemunculannya, AAUB hanya dimaksudkan sebagai sarana
perlindungan hukum dan dijadikan sebagai instrumen untuk peningkatan
perlindungan hukum bagi warga negara dari tindakan pemerintah. Fungsi asas-
3
Philipus M. Hadjon and Et.al, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia (Yogyakarta: GadjahMada
University Press, 1993). Hal. 144
5
asas umum pemerintahan yang baik dalam penyelenggaraan pemerintahan adalah
sebagai pedoman atau penuntun bagi pemerintah atau pejabat administrasi negara
dalam rangka pemerintahan yang baik.
Dalam perkembangannya, AAUPB memiliki arti penting dan fungsi sebagai
berikut :
1. Bagi administrasi negara, bermanfaat sebagai pedoman dalam
melakukan penafsiran dan penerapan terhadap ketentuan-ketentuan
perundang- undangan yang bersifat sumir, samar atau tidak jelas.
Kecuali itu sekaligus membatasi dan menghindari kemungkinan
administrasi negara mempergunakan freies ermessen/ melakukan
kebijakan yang jauh menyimpang dari ketentuan perundang-
undangan. Dengan demikian, administrasi negara diharapkan
terhindar dari perbuatan onrechtmatige daad, detournement de
pouvoir, abus de droit,dan ultravires.
2. Bagi warga masyarakat, sebagai pencari keadilan, AAUPB dapat
dipergunakan sebagai dasar gugatan sebagaimana disebut dalam
pasal 53 UU No. 5 Tahun 1986.
3. Bagi Hakim TUN, dapat dipergunakan sebagai alat menguji dan
membatalkan keputusan yang dikeluarkan badan atau Pejabat TUN.
4. AAUPB juga berguna bagi badan legislatif dalam merancang suatu
Undang -Undang.
D. Penjelasan AAUPB
Idealnya, semua pelayanan negara sebenarnya dibiayai sendiri oleh
masyarakat melalui sistem asuransi dan perpajakan, dengan orientasi utama
mendukung human investment. Konsep negara kesejahteraan itu adalah buah dari
penerapan sistem ekonomi yang mandiri, produktif dan efisien dengan pendapatan
individu yang memungkinkan masyarakat untuk menabung, setelah kebutuhan dasar
dalam hidup mereka sudah tercukupi dengan pelayanan publik bebas biaya (gratis)
yang diselenggarakan oleh pemerintah. Maka dari itu untuk mencapai cita-cita negara
kesejahteraan (welfare state) tersebut haruslah diselenggarakan pelayanan publik
(publik service) yang terjamin kualitasnya. Harapan sekaligus tuntutan masyarakat
untuk mendapatkan pelayanan publik yang berkualitas, prosedur yang jelas, cepat dan
6
biaya yang pantas terus mengemuka dalam perkembangan penyelenggaraan
pemerintahan.
Penerapan asas-asas umum pemerintahan yang baik dalam pelaksanaan
pelayanan publik dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat selain
daripada yang disebutkan dalam pasal 10 Undang- Undang Nomor 30 Tahun 30014
tentang Administrasi Pemerintahan menguraikan ruang lingkup AUPB yang berlaku
dalam administrasi pemerintahan, antara lain;
1. Asas Kepastian Hukum, Asas kepastian hukum memiliki dua aspek, yang
satu lebih bersifat hukum material, yang lain bersifat formal. Aspek hukum
material terkait erat dengan asas kepercayaan. Sedangkan aspek yang
bersifat formal terkait pada keputusan-keputusan yang menguntungkan,
dan harus disusun dengan kata-kata yang jelas.
2. Asas keseimbangan, Asas ini menghendaki adanya keseimbangan antara
hukuman jabatan dan kelalaian atau kealpaan seorang pegawai. Asas ini
menghendaki pula adanya kriteria yang jelas.
3. Asas Kesamaan dalam Mengambil Keputusan, Asas ini menghendaki agar
badan pemerintah mengambil tindakan yang sama (dalam arti tidak
bertentangan) atas kasus-kasus yang faktanya sama.
4. Asas Bertindak Cermat atau Asas Kecermatan, Asas ini menghendaki agar
pemerintah atau administrasi bertindak cermat dalam melakukan aktivitas
penyelenggaraan tugas-tugas pemerintah sehingga tidak menimbulkan
kerugian bagi warga negara.
5. Asas Motivasi untuk Setiap Keputusan, Asas ini menghendaki agar setiap
keputusan badan-badan pemerintahan harus mempunyai motivasi atau
alasan yang cukup sebagai dasar dalam menerbitkan keputusan dan
sedapat mungkin alasan atau motivasi itu tercantum dalam keputusan.
6. Asas Tidak mencampuradukkan Kewenangan, Asas tidak
mencampuradukkan ini menghendaki agar pejabat tata usaha negara tidak
menggunakan wewenangnya untuk tujuan lain selain yang telah ditentukan
dalam peraturan yang berlaku atau menggunakan wewenang yang
melampaui batas.
7. Asas Permainan yang Layak (fair play), Asas ini menghendaki agar warga
negara diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk mencari kebenaran
7
dan keadilan serta diberi kesempatan untuk membela diri dengan
memberikan argumentasi- argumentasi sebelum dijatuhkannya putusan
administrasi. Asas ini juga menekankan pentingnya kejujuran dan
keterbukaan dalam proses penyelesaian sengketa tata usaha negara.
8. Asas keadilan dan kewajaran, Asas keadilan menuntut tindakan secara
proporsional, sesuai, seimbang, dan selaras dengan hak setiap orang. Oleh
karena itu setiap pejabat administrasi negara atau pemerintah diharapkan
selalu memperhatikan aspek keadilan dan kewajaran.
9. Asas kepercayaan menanggapi pengharapan yang wajar, Aparat
pemerintahan harus memperhatikan asas ini, sehingga jika suatu harapan
sudah terlanjur diberikan kepada warga negara tidak boleh ditarik kembali
meskipun tidak menguntungkan pemerintahan.
10. Asas meniadakan akibat suatu keputusan yang batal, Seorang pegawai
yang dipecat karena suatu kejahatan, tetapi setelah dilakukan proses
pemeriksaan di pengadilan, ternyata pegawai tersebut dinyatakan tidak
bersalah. hal ini berarti surat keputusan pemberhentian yang ditujukan
kepada pegawai tersebut dianggap batal.
11. Asas Perlindungan atas Pandangan atau Cara Hidup Pribadi, Asas ini
menghendaki agar pemerintah melindungi hak atas perlindungan pribadi
setiap pegawai negeri dan juga tentunya hak kehidupan pribadi setiap
warga negara, sebagai konsekuensi negara hukum demokratis yang
menjunjung tinggi dalam melindungi hak asasi setiap warga negara.
12. Asas Kebijaksanaan, Asas ini menghendaki agar pemerintah dalam
melaksanakan tugas dan pekerjaannya diberi kebebasan dan keleluasaan
untuk menerapkan kebijaksanaan Tanpa harus terpaku pada peraturan
perundang-undangan formal.
13. Asas Penyelenggaraan Kepentingan Umum, Asas ini menghendaki
agar pemerintah dalam melaksanakan tugasnya selalu mengutamakan
kepentingan umum, yakni mencakup kepentingan semua aspek orang
banyak.
Sjachran Basah mengemukakan: “Walaupun Administrasi Negara memiliki
keleluasaan dalam menentukan kebijakan-kebijakan, tetapi sikap tindaknya itu
haruslah dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa,
8
dan secara hukum harus memperhatikan batas atas dan batas bawah, dengan
memperhatikan UUD 1945 sebagai tolak ukurnya.”4
Pelaksanaan Asas-asas umum pemerintahan yang baik (AUPB) dalam sistem
pemerintahan Indonesia akan berjalan dengan baik dan lancar apabila didukung oleh
adanya administrasi yang baik dan mantap. Asas-asas umum pemerintahan yang baik
juga perlu diterapkan dalam pelaksanaan pelayanan publik dengan tujuan :
1) Terwujudnya batasan dan hubungan yang jelas tentang hak, tanggung jawab,
kewajiban, dan kewenangan seluruh pihak yang terkait dengan penyelenggaraan
pelayanan publik.
2) Terwujudnya sistem penyelenggaraan pelayanan publik sesuai dengan asas-asas
umum pemerintahan dan korporasi yang baik.
3) Terpenuhinya penyelenggaraan pelayanan publik sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
4) Terwujudnya perlindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat dalam
penyelenggaraan pelayanan publik.5
4
Sjachran Basah, Perlindungan Hukum Terhadap Sikap Tindak Administrasi Negara. (Bandung:Alumni,
1992). Hal 76
5
HR, Ridwan, HUKUM ADMINISTRASI NEGARA (PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2014) hal. 129
9
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
2. Dalam bahasa Belanda istilah "behoorlijk" berarti betamelijk dan passend," yaitu
baik, pantas, patut, cocok, sesuai, dan layak. Di samping itu, juga berarti
fatsoenlijk, betamelijk wijze," yakni sopan dan terhormat, tata cara yang pantas
dan sopan. AAUPB ini berkembang menjadi wacana yang dijadikan kajian para
sarjana dan ini menunjukkan bahwa AAUPB merupakan konsep terbuka (open
begrip).
10
DAFTAR PUSTAKA
Indroharto, “Asas–asas Umum Pemerintahan Yang Baik”, dimuat dalam Paulus Effendi
Lotulung (Ed.), Himpunan Makalah Asas–asas Umum Pemerintahan Yang Baik,
Cet. Pertama,Citra Aditya Bakti, Bandung, 1994.
Jazim Hamidi, Penerapan Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Layak (AAUPL) Di
LingkunganPeradilan Administrasi Indonesia. (Citra Aditya Bakti, Bandung,
1999).
Lawmetha, Perbedaan Asas Hukum dan Norma Hukum
(https://lawmetha.wordpress.com/2011/05/17/perbedaan-asas-hukum-dan- norma-
hukum/ ,Diakses pada 19 September 2022, 18:08)
iii