DISUSUN OLEH :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat ,
karunia, dapat menyelesaikan makalah tentang “Managemen Asuhan Kebidanan
Kegawatdaruratan Pada Neonatus Dan Kegawatdaruratan Pada Ibu Nifas “ dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai “kegawatdaruratan maternal dan neonatal”. Saya, juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah saya buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan.
Penulis
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................
A. Latar Belakang................................................................................................................. 4
B. Tujuan .............................................................................................................................. 4
A. ASFIKSIA ......................................................................................................................... 5
B. PREMATUR.. ................................................................................................................... 5
C. HIPOTERMI....................................................................................................................... 9
A. DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 14
4
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN TEORI
a) Pengertian Asfiksia
Asfiksia merupakan kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau
beberapa saat setelah saat lahir yang ditandai dengan hipoksemia, hiperkarbia dan asidosi.
Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksida/hipoksia janin.
Diagnosis anoksida/hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya
tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu mendapat perhatian ( Maryunani 2013:291).
Denyut jantung janin, frekuensi normal ialah antara 120 dan 160 denyutan semenit. Apabila
frekuensi denyutan menurun sampai di bawah 100 permenit di luar his dan lebih-lebih jika
tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya.Mekonium dalam air ketuban, adanya
mekonium pada prseentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenasi dan gawat
janin, karena terjadi rangsangan nervus
a) Klasifikasi dan Tanda Gejalah Asfiksia
Klasifikasi asfiksia berdasarkan nilai APGAR:
Asfiksia Berat (nilai APGAR 0-3)
Pada kasus asfiksia , bayi akan mengalami asidosis, sehingga memerlukan resusitasi segera
secara aktif, dan pembentukan oksigen terkendali. Karena selalu disertai asidosis, maka perlu
diberikan natrikus bikarbonas 7,5% dengan dosis 2,4 ml per kg berat badan, dan cairan
glukosa 40% 1-2 ml per kg berat badan, diberikan melalui vena umbilicus.
Tanda dan gejala yang muncul pada asfiksia adalah sebagai berikut :
Frekuensi jantung kecil, yaitu < 40 x/menit.
Tidak ada usaha nafas
Tonus otot lemah bahkan hampir tidak ada.
Bayi tidak dapat memberikan reaksi jika diberikan rangsangan.
Bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu.
Pada asfiksia ringan, tanda dan gejala yang sering muncul adalah sebagai berikut :
Nilai 0 1 2
Appereance Seluruh Badan merah Seluruh tubuh
tubuh biru ekstremitas biru kemerahan
atau putih
Pulse (nadi) Tidak ada <100 kali permenit >100 kali
Permenit
Greemace Tidak ada Perubahan Bersin/
menangis
mimic
(menyeringai)
Activity Tidak ada Ekstremitas Gerakan
(tonus otot) aktif/ekstremita
sedikit fleksi s
Fleksi
Respiratory Tidak ada Lemah/tidak teratur Menangis
(pernafasan) kuat/keras
(sumber: Rukiyah dan Yulianti, 2014:172)
Mengingat besarnya pengaruh ketuban pecah dini terhadap risiko terjadinya kejadian
asfiksia neonatorum, maka perlu upaya peningkatan pemanfaatan pelayanan antenatal oleh
ibu hamil sehingga dalam
b. Faktorplasenta
1) Plasenta tipis
2) Plasenta kecil
3) Plasenta tak menempel
4) Solution plasenta
5) Perdarah plasenta
c. Faktor non plasenta
1) Premature
2) IUGR
3) Gemeli
4) Tali pusat menumbung
5) Kelainan congenital
d. Faktor persalinan
1) Partus lama
2) Partus tindakan (Rochmah,dkk, 2012:20)
8
4. Patofiologi Asfiksia
Menurut Safrina, (2013) dalam Lia Yulianti (2015), segera setelah lahir bayi akan
menarik nafas yang pertama kali (menangis), pada saat ini paru janin mulai berfungsi untuk
resoirasi. Alveoli akan mengembang udara akan masuk dan cairan yang ada di dalam alveoli
akan meninggalkan alveoli secara bertahap. Bersamaan dengan ini arteriol paru akan
mengembang dan aliran darah ke dalam paru meningkat secara memadai (Yulianti, 2015)
Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah timbulah rangsangan terhadap
nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin) menjadi lambat. Jika kekurang O2 terus
berlangsung maka nervus vagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan dari
nervus simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat dan akhirnya ireguler dan
menghilang. Janin akan mengadakan pernafasan intrauterine dan bila kita periksa kemudian
terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat dan terjadi
atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak berkembang.
Jika berlanjut, bayi akan menunjukan pernafasan yang dalam, denyut jantung terus
menurun, tekanan darah bayi juga mulai menurun dan bayi akan terlihat lemas. Pernafasan
makin lama makin lemah sampai bayi memasuki periode apneu sekunder. Selama epneu
sekunder, denyut jantung, tekanan darah dan kadar O2 dalam darah (PaO2) terus menurun.
5. Manifestasi klinik
Asfiksia biasanya merupakan akibat hipoksia janin yang menimbulkan tanda-tanda klinis
pada janin atau bayi berikut ini :
a. DJJ lebih dari 100x/menit atau kurang dari 100x/menit tidak teratur.
b. Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala Tonus otot buruk karena kekurangan
oksigen pada otak, otot, dan organ lain.
c. Depresi pernafasan karena otak kekurangan oksigen.
d. Bradikardi (penurunan frekuensi jantung) karena kekurangan oksigen pada otot-otot jantung
atau sel-sel otak.
e. Tekanan darah rendah karena kekurangan oksigen pada otot jantung, kehilangan darah atau
kekurangan aliran darah yang kembali ke plasenta sebelum dan selama proses persalinan.
f. Takipnu (pernafasan cepat) karena kegagalan absorbsi cairan paru-paru atau nafas tidak
teratur/megap-megap.
g. Sianosis (warna kebiruan) karena kekurangan oksigen didalam darah.
h. Penurunan terhadap spinkters.
i. Pucat (Lockhart 2014: 51-52).
6. Diagnosis Asfiksia
Anamnesis
Anamnesis diarahkan untuk mencari faktor risiko terhadap terjadinya asfiksia neonatorum.
a. Gangguan/ kesulitan waktu lahir.
b. Cara dilahirkan.
Pemeriksaan fisik.
a. Bayi tidak bernafas atau menangis.
b. Denyut jantung kurang dari 100x/menit.
c. Tonus otot menurun
Bisa didapatkan cairan ketuban ibu bercampur mekonium, atau sisa mekonium pada tubuh
bayi.
2) Bahan ganjal bahu bayi, bahan ganjal dapat berupa kain, kaos, selendang, handuk kecil di
gulung 5 cm dan mudah disesuaikan untuk mengatur posisi kepala bayi.
3) Alat penghisap lendir de lee atau bola karet.
4) Tabung atau sungkup atau balon atau sungkup neonatal.
5) Kotak alat resusitasi.
6) Jam untuk pencatat waktu.
9. Penatalaksanaan Asfiksia
Untuk semua bayi baru lahir, lakukan penilaian awal dengan menjawab 4 pertanyaan :
a. Sebelum bayi lahir
1) Apakah kehamilan cukup bulan?
10
2) Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium?
b. Segera setelah bayi lahir, sambil meletakkan bayi di atas kain bersih dan kering yang telah
disiapkan pada perut bawah ibu, segera lakukan penilaian berikut:
1) Apakah bayi menangis atau bernafas/tidak megap-megap?
2) Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif?
Dalam bagan alur manajemen bayi baru lahir dapat dilihat alur pelaksanaan bayi baru
lahir mulai persiapan, penilaian dan keputusan serta
alternatif tindakan yang sesuai dengan hasil penilaian keadaan bayi baru lahir. Untuk bayi
baru lahir cukup bulan dengan air ketuban jernih yang langsung menangis atau bernafas
spontan dan bergerak aktif cukup dilakukan manajemen bayi baru lahir normal.
Jika bayi kurang bulan (≤37 minggu/259 hari) atau bayi lebih bula (≥ 42 minggu/283
hari) dan atau air ketuban bercampur mekonium dan atau tidak bernafas atau megap-
megap dan atau tonus otot tidak baik lakukan manjemen bayi baru lahir dengan asfiksia.
Jika bayi baru lahir tidak mulai bernafas memadai (setelah tubuhnya dikeringkan dan
lendirnya dihisap) berikan rangsangan taktil secara singkat. Pastikan posisi bayi diletakkan
dalam posisi yang benar dan jalan nafasnya telah bersih. Rangsangan taktil harus dilakukan
secara lembut dan hati-hati sebagai berikut
1) Dengan lembut, gosok punggung, tubuh, kaki atau tangan (ekstremitas) satu atau dua kali.
2) Dengan lembut, tepuk atau sentil telapak kaki bayi (satu atau dua kali).
Proses menghisap lendir, pengeringan, dan merangsang bayi tidak berlangsung lebih
dari 30 sampai 60 detik dari sejak lahir hingga proses tersebut selesai. Jika bayi terus
mengalami kesulitan bernafas, segera mulai tindakan ventilasi aktif terhadap bayi.
b. Term infant atau bayi cukup bulan adalah bayi dengan masa kehamilan
mulai dari 37 minggu sampai dengan 42 minggu (259- 293) hari.
c. Post term atau bayi lebih bulan adalah bayi dengan masa kehamilan
mulai dari 42 minggu atau lebih (294) hari atau lebih.
2. Klasifikasi Bayi Prematur
Menurut Tanto (2014), kelahiran prematur dapat dibagi menjadi 2 yaitu:
d. Bayi prematur digaris batas
1) Bayi dengan kelahiran 37 minggu, masa gestasi.
2) 16% seluruh kelahiran hidup.
8) Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
9) Bekerja yang terlalu berat.
10) Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat.
h. Faktor Janin
Beberapa faktor janin dapat mempengaruhi kejadian prematur antara lain:
1) kehamilan ganda.
2) Hidramnion.
3) ketuban pecah dini.
4) cacat bawaan.
5) kelainan kromosom.
6) Infeksi (misal: rubella, sifilis, toksoplasmosis).
7) insufensi plasenta.
8) inkompatibilitas darah ibu dari janin (faktor rhesus, golongan darah A, B
dan O).
9) infeksi dalam rahim.
b. Faktor Lain
Selain faktor ibu dan janin ada faktor lain yaitu :
1) faktor plasenta, seperti plasenta previa dan solusio plasenta.
2) faktor lingkungan, radiasi atau zat-zat beracun, keadaan sosial ekonomi
yang rendah, kebiasaan, pekerjaan yang melelahkan dan merokok.
c) HIPOTERMI
1. Definisi Hipotermi
Hipotermi adalah suhu tubuh bayi baru lahir yang tidak normal (<36ºC) pada
pengukuran suhu melalui aksila, dimana suhu tubuh bayi baru lahir normal
adalah 36,5ºC-37,5ºC (suhu aksila). Hipotermi merupakan suatu tanda bahaya
karena dapat menyebabkan terjadinya perubahan metabolisme tubuh yang
akan berakhir dengan
b. Penyebab
· Bayi stres dingin: cari penyebabnya apakah popok yang basah, suhu
pendingin ruangan yang terlalu rendah, tubuh bayi basah, setelah mandi
yang tidak segera dikeringkan atau ada hal lain.
· Bila diketahui hal-hal ini maka segera atasi penyebabnya tersebut. Untuk
menghangatkan bayi dilakukan kontak kulit ke kulit antara bayi dan ibu
6
sambil
disusui, dan ukur ulang suhu bayi setiap jam sampai suhunya normal. Bila
suhunya tetap tidak naik atau malah turun maka segera bawa ke dokter.
· Bayi dengan suhu kurang dari 35,5°C mengalami kondisi berat yang
harus segera mendapat penanganan dokter. Sebelum dan selama dalam
perjalanan ke fasilitas kesehatan adalah terus memberikan air susu ibu
(ASI) dan menjaga kehangatan.
Tetap memberikan ASI penting untuk mencegah agar kadar gula darah tidak
turun.
· Apabila bayi masih mampu menyusu, bayi disusui langsung ke payudara
ibu. Namun, bila bayi tidak mampu menyusu tapi masih mampu menelan,
berikan ASI yang diperah dengan sendok atau cangkir.
· Menjaga bayi dalam keadaan hangat dilakukan dengan kontak kulit ke
kulit, yaitu melekatkan bayi di dada ibu sehingga kulit bayi menempel
langsung pada kulit ibu, dan ibu dan bayi berada dalam satu pakaian.
Kepala bayi ditutup dengan topi.
d. Pencegahan
Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah catatan grafik perkembangan anak yang diukur
berdasarkan umur, berat badan, dan jenis kelamin.
Mengutip dari situs resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ada tiga macam alat
memantau pertumbuhan anak, menggunakan KMS,
8
Tidak hanya untuk anak, KMS, buku KIA, dan aplikasi PrimaKu juga memiliki catatan
untuk ibu mengenai kesehatan sejak hamil, melahirkan, sampai masa nifas.
Orangtua dianjurkan untuk memperbarui data di kartu tersebut setiap bulan dengan
membawa anak balita ke posyandu atau dokter anak.
Memantau pertumbuhan anak melalui kartu ini bisa membuat dokter menentukan
anak tumbuh normal sesuai dengan usianya atau tidak.
Kartu menuju sehat, terdiri dari 1 lembar (2 halaman bolak-balik) dengan 5 bagian di
dalamnya.
Cara mengisi dan membacanya dibedakan antara anak laki-laki dengan anak
perempuan. KMS anak laki-laki berwarna biru dan anak perempuan berwarna merah
muda.
Kartu Menuju Sehat (KMS) tersedia dalam bentuk fisik yang diberikan oleh dokter
setelah kelahiran anak. Namun kini KMS juga tersedia secara online yang bisa
diakses di sini.
Bagaimana cara membaca KMS?
Bila grafik pertumbuhan anak berada di bawah garis merah, tandanya si Kecil
mengalami kurang gizi sedang hingga berat.
Jika anak berada di zona ini, konsultasi ke dokter anak untuk mendapatkan
pemeriksaan lebih lanjut. Biasanya dokter akan bertanya seputar kebiasaan makan
dan mengubah jadwal makan si Kecil.
Agar lebih jelas, orangtua bisa konsultasi pada dokter anak subspesialis metabolik
yang fokus terhadap kasus gizi kurang, gizi buruk, obesitas, dan kasus kelainan
metabolik.
2. Terletak di area warna kuning (di atas garis merah)
Jika grafik pertumbuhan anak di KMS berada di area warna kuning, hal ini
menunjukkan si Kecil mengalami kurang gizi ringan.
idak perlu panik, orangtua hanya perlu membuat evaluasi pemberian makan pada si
Kecil. Untuk lebih jelasnya, bisa konsultasikan ke dokter.
3. Berada di warna hijau muda di atas garis kuning
Bila grafik pertumbuhan terletak di warna hijau muda di atas garis kuning, si Kecil
memiliki berat badan cukup atau status gizi baik dan dikatakan normal.
Meski begitu, berat badan anak tetap perlu ditimbang dan diberikan makanan sesuai
kebutuhan gizi anak agar perkembangannya tetap sesuai dengan umurnya.
4. Di atas warna hijau tua
Grafik KMS di atas warna hijau tua menunjukkan anak memiliki berat badan yang
lebih di atas normal.
Jika anak Anda mengalami hal ini, segera konsultasikan ke dokter untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan yang tepat.
Perlu diingat bahwa anak yang kelebihan berat badan mudah terkena berbagai
penyakit, seperti obesitas atau serangan jantung.
Di samping itu, orangtua juga perlu melihat perkembangan dan perubahan posisi titik
pada grafik di setiap bulan.
10
Apakah naik atau turun, semakin menanjak, atau malah menurun karena hal
tersebut memiliki arti berbeda.
Titik grafik lebih tinggi dibandingkan sebelumnya: berat badan anak naik.
Titik grafik sejajar dengan bulan sebelumnya: berat badan sama dengan bulan lalu.
Titik terputus-putus: kurang rutin menimbang anak.
Titik grafik lebih rendah dari bulan sebelumnya: berat badan anak turun.
Berat badan turun sering terjadi terutama bila anak mulai memasuki usia 6 bulan,
ketika gigi sudah mulai tumbuh.
Ketika sedang tumbuh gigi, anak akan mengalami demam ringan dan nafsu makan
akan sedikit menurun.
Jika anak tidak mengalami sakit, tetapi berat badannya tetap berkurang, ibu harus
segera membawanya ke dokter.
Di dalam KMS, istilah naik atau tidak naik berat badan anak dilambangkan dengan
huruf N dan T. N yaitu untuk berat badan naik dan T untuk berat badan tidak naik.
Berat badan naik (N) artinya grafik berat badan mengikuti garis pertumbuhan atau
kenaikan berat badan sama dengan kenaikan berat badan minimal (KBM) atau lebih.
Berat badan tidak naik (T) artinya grafik berat badan mendatar atau menurun
memotong garis pertumbuhan di bawahnya atau kenaikan berat badan kurang dari
KBM
Wanita yang terinfeksi HIV dapat menstransmisikan virus HIV pada bayinya
selama proses kehamilan, persalinan ataupun menyusui. Dilema yang terjadi
adalah apakah menyusukan bayi tersebut atau tidak, karena air susu
mentransmisikan virus HIV pada
bayi dan sebaliknya jika tidak disusukan bayi akan mengalami beberapa masalah
terkait nutrisi, pneumonia dan diare. (WHO)
12
Menilai kehilangan darah yakni dengan cara melihat volume darah yang terkumpul
dan memperkirakan berapa banyak botol 500 ml dapat menampung semua darah
tersebut. Jika darah darah dapat mengisi dua botol, ibu telah kehilangan satu liter
darah. Jika ibu mengisi setengah botol, ibu kehilangan 250 ml darah.
Memperkirakan kehilangan darah hanyalah salah satu cara untuk menilai kondisi
ibu. Cara tidak langsung untuk mengukur jumlah kehilangan darah adalah melalui
penampakan gejala dan tekanan darah. Apabila perdarahan menyebabkan ibu
lemas, pusing dan kesadaran menurun serta tekana darah sistolik turun lebih dari
10 mmHg dari kondisi sebelumnya maka telah terjadi perdarahan lebih dari 500 ml.
Jika ibu mengalami syok hipovolemik maka ibu telah kehilangan darah 50% dari
total jumlah darah ibu (2000-2500 ml) (JNPK-KR, 2008; h. 110-111).
c. Jenis Perdarahan Postpartum :
1) Perdarahan Postpartum Primer (early postpartum haemorrage)
yaitu perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama setelah bayi
dan plasenta lahir.
Perdarahan Postpartum Sekunder (late postpartum haemorrage) yaitu perdarahan
yang terjadi tidak termasuk 24 jam pertama setelah bayi dan plasenta lahir
(Wiknjosastro, 2007; Nugroho, 2010).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Asfiksia merupakan kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat
lahir atau beberapa saat setelah saat lahir yang ditandai dengan hipoksemia,
hiperkarbia dan asidosi. Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan
kelanjutan dari anoksida/hipoksia janin. Diagnosis anoksida/hipoksia janin dapat
dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal
yang perlu mendapat perhatian.
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan
selesai hingga alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa nifas ini,
yatu 6-8 minggu (Bahiyatun, 2009; h. 2).Masa nifas (puerperium) adalah masa dari
kelahiran plasenta dan selaput janin (menandakan akhir periode intrapartum) hingga
kembalinya traktus reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil (Varney, 2007; h.
958).Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 minggu
Bayi prematur terutama yang lahir dengan usia kehamilan <32 minggu,
mempunyai risiko kematian 70 kali lebih tinggi,karena mereka mempunyai kesulitan
untuk beradaptasi dengan kehidupan di luar rahim akibat ketidakmatangan sistem
organ tubuhnya seperti paru-paru, jantung, ginjal, hati dan sistem pencernaannya
(Krisnadi, 2012).
Kata prematur juga sering digunakan untuk menunjukkan imaturitas atau berat
badan lahir rendah (BBLR). Umumnya kehamilan disebut cukup bulan bila
berlangsung antara 37-41 minggu dihitung dari hari pertama siklus haid terakhir
pada siklus 28 hari. Sedangkan persalinan yang terjadi sebelum usia kandungan
mencapai 37 minggu disebut dengan persalinan prematur (Sulistiarini & Berliana,
2016).
Bayi prematur atau bayi preterm merupakan bayi dengan berat badan saat
lahir kurang dari 2.500 gram tanpa memandang masa kehamilan yang ditimbang
pada saat bayi baru lahir sampai dengan 24 jam pertama saat lahir (Pantiawati,
2012).
16
3.2 Saran
a. Kepada mahasiswa agar lebih mengetahui tentang Kegawatdaruratan Pada
Neonatus Dan Kegawatdaruratan Pada Ibu Nifas
b. Kepada mahasiswa agar dapat lebih memahami tentang program pelaksanaan
PONED dan PONEK itu sendiri itu sehingga dapat menyalurkan
pengetahuannya tersebut kepada keluarganya, lingkungan sekitarnya serta
dapat menerapkan terhadap diri sendiri.
c. Untuk pihak rumah sakit yang terkait agar lebih meningkatkan pelyanannya serta
melengkapi sarana dan prasarana di rumah sakit agar kesehatan reproduksi ibu
yang baik dan pencapaian tumbuh kembang anak yang optimal sesuai dengan
potensi genetiknya.
d. Untuk pihak puskesmas yang terkait agar lebih mengoptimalkan pelyanan
kesehatan terhadap ibu dan anak sta menyediakan sarana dan prasarana
puskesmas yang dibutuhkan untuk menghindari terjadinya rujukan
17
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, Eny Retna. 2009. Asuahn Kebidanan Nifas. Jogjakarta : Mitra Cendikia.
http://nurramayanti.blogspot.com/2013/04/kegawatdaruratan-maternal-dan-
neonatal.html
https://www.slideshare.net/patenpisan/stabilisasi-maternal-201307
18