Anda di halaman 1dari 6

Spirit Pluralisme dalam Klenteng Sam Po Kong Semarang

Edi Nurwahyu Julianto


(glowedy@gmail.com)
(Dosen Ilmu Komunikasi FTIK USM)

Abstrak

Klenteng Sam Po Kong has very deep meaning as a symbol of multi cultural; multi ethnic nd
multi religious. Klenteng Sam Po Kong has a different function, not only used by people with
background religious Tri Dharma (budha, Tao and Konghuchu), but also used by Javanese
ethnic with different religious backgrounds. Between ethnic China and Java, mutual respect
and tolerance run beliefs and rituals of each. More over, Klenteng Sam Po Kong is a form of
pluralism which reflected the fact Sino Javanese Muslim Culture is preserved to date both of
sightings physical culture and system cultural in the form of religios rites peerformed by
ethnic china and java.

Kata Kunci : Pluralisme, Klenteng Sam Po Kong, Kerukunan

PENDAHULUAN kesukubangsaan, agama, pelapisan


Pluralisme dalam setiap aspek masyarakat yang mulai menggejala dan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan semakin besar frekuensinya.
bernegara merupakan sesuatu yang tidak Dalam perjalanannya sebagai suatu
bisa ditolak keberadaannya di Indonesia. bangsa yang pluralistik, sejarah bangsa
Hal ini telah dirumuskan dalam slogan Indonesia banyak diwarnai dengan konflik
“Bhineka Tunggal Ika” yang kurang lebih antar suku maupun antar agama. Salah satu
bermakna bermacam-macam budaya tetapi bentuk konflik yang tak kunjung teratasi
membentuk satu bangsa dan satu negara, dalam agenda integrasi nasional bangsa
yaitu Bangsa Indonesia. Indonesia adalah konflik anti etnis Cina.
Konsep tentang plural society pada Sebagai bagian dari warga negara
mulanya diperkenalkan oleh Furnivall, Indonesia, etnis Cina mempunyai nasib
dimana bahwa ciri utama masyarakat yang tidak begitu menguntungkan
majemuk adalah kehidupan masyarakat dibandingkan etnis-etnis lain yang hidup di
berkelompok yang berdampingan secara Indonesia. Sejak keberadaannya di bumi
fisik, tetapi terpisah oleh perbedaan sosial Nusantara, etnis Cina atau lazim disebut
dan tidak tergabung dalam sebuah satuan warga tionghoa telah menimbulkan
politik (Tunjung W Sutirto, 2003 : 48-49). berbagai polemik.
Terkait dengan pluralitas atau Sentimen rasisme terhadap
kemajemukan masyarakat terdapat dua etnis Cina masih dilakukan oleh rezim
macam watak pluralitas yang saling Orde Baru sejak mereka mulai berkuasa
bertolak belakang. Pertama, pluralitas bisa diakhir dekade 1960-an. Pada tahun 1967
menjadi kekuatan besar untuk diarahkan rezim Orde Baru mengeluarkan Instruksi
kepada kesejahteraan bersama. Kedua, Presiden Nomor 14 Tahun 1967 yang
pluralitas bisa mengandung kerawanan melarang perayaan pesta agama dan adat
kalau masing-masing tidak menyadari istiadat Cina. Begitulah, selama 32 tahun
tujuan bersama. Sebagai contoh yang identitas kecinaan menjadi sesuatu yang
dialami oleh bangsa Indonesia, masyarakat tabu untuk ditunjukkan. Eksistensi
dihadapkan pada masalah yang masyarakat Cina semakin diakui setelah
mengkhawatirkan, yaitu konflik Presiden Abdurrahman Wahid

The Messenger Volume VII, Nomor 2, Edisi Juli 2015 36


mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor Gedung Batu untuk melakukan pemujaan
6 Tahun 2000 tentang pencabutan Inpres di kompleks klenteng Sam Po Kong.
No 14 Tahun 1967. Pengakuan bahwa
masyarakat Cina adalah bagian dari bangsa Pembahasaan
ini sepertinya menjadi sempurna setelah Spirit Pluralisme Dalam Klenteng Sam
Presiden Megawati Soekarnoputri Po Kong
menetapkan Hari Raya Imlek dalam daftar
tanggal merah almanak Indonesia. Warga Salah satu kekayaan bangsa
Cina di Indonesia mulai dapat Indonesia adalah pluralisme budaya yang
menampilkan jati dirinya secara terbuka, dimilikinya. Keanekaragaman etnis dan
baik dalam kehidupan sehari-hari maupun agama terbentang dari sabang sampai
tradisi kebudayaannya. Berlahan-lahan merauke. Kata Pluralisme berasal dari
tradisi dan kebudayaan Cina mulai dikenal bahasa inggris, yaitu Suatu kerangka
oleh masyarakat luas. interaksi, dimana setiap kelompok
Bila kita menengok kebelakang, menampilkan rasa hormat dan toleran satu
Interaksi masyarakat Nusantara, khususnya sama lain, berinteraksi tanpa konflik atau
Jawa dengan bangsa Cina terjadi sejak asimilasi Menurut Direktur Eksekutif
awal abad pertama Masehi. Dalam International Centre for Islam and
perjalanan sejarah, interaksi yang Pluralism (ICIP), M Syafi’i Anwar.
berlangsung selama berabad-abad ini Menurut Syafi’I, Pluralisme itu mengakui
melibatkan sejumlah budaya Cina yang keberagamaan orang lain, tanpa harus
meresap dalam kehidupan sehari-hari setuju. Selain itu, yang terpenting, bukan
orang Jawa. Tak pelak, masyarakat Cina sekadar menjadi toleran, melainkan
memainkan peran yang sangat penting menghormati ajaran agama orang lain. Dan
dalam perkembangan budaya di Jawa. Ini sadar betul bahwa keberagamaan orang
dibuktikan pada bentangan abad ke 15-16 lain itu bagian yang sangat fundamental
telah terjalin apa yang disebut sebagai Sino dan inheren dengan hak asasi manusia.
Javanese Muslim Culture sebagai bentuk Konsep pluralisme tidak sekadar toleransi,
akulturasi kebudayaan Cina, Jawa dan tetapi lebih menuju kepada penghormatan
Islam. kepada yang lain (Meneguhkan Pluralisme
Fakta adanya Sino Javanese untuk Memperkokoh Persaudaraan, At-
Muslim Culture telah menunjukan bahwa Tanwir - Pencerahan - Enlightenment -
komunitas Cina di negeri ini pernah hidup Aufklarung.htm).
berdampingan secara damai dengan etnis Kemajemukan budaya Indonesia
lain, yaitu Jawa. Hingga kini kerukunan menjadi lebih komplek karena adanya
dan simbol-simbol Sino Javanese Muslim sejumlah etnis asing yang hidup
Culture masih terpelihara di Semarang, didalamnya memberikan kontribusinya
tepatnya di Klenteng Sam Po Kong. dalam menambah khasanah budaya
Klenteng yang terletak di daerah Gedong nasional. Salah satunya adalah etnis Cina,
Batu, Simongan Kota Semarang ini dimana pada bentangan abad 15 dan 16
mempunyai makna yang sangat dalam memberikan sub kebudayaan baru bagi
sebagai simbol multi kultural, multi etnis Indonesia, yaitu Sino Javanese Muslim
dan multi agama dengan adanya Culture. Mulai dari bahasa, pakaian,
penampakan simbol-simbol berbagai arsitektur, makanan dan kesenian
agama dan etnis dalam setiap sudut dihasilkan oleh keintiman ketiga unsur
bangunan kompleks dan ritual-ritual yang tersebut (Cina Jawa Islam). Sebagai contoh
ada menyiratkan semangat kerukunan. dari akulturasi kebudayaan Cina Jawa dan
Banyak orang yang berasal dari beragam Islam adalah : Ukiran padas di masjid
latar belakang agama dan etnis datang ke kuno Mantingan-Jepara, menara masjid
pecinaan Banten, konstruksi pintu makam

The Messenger Volume VII, Nomor 2, Edisi Juli 2015 37


Sunan Giri di Gresik, arsitektur keraton dikelola oleh orang Cina, sekalipun tidak
Cirebon beserta taman Sunyaragi, seiman dengan Laksamana Cheng Ho.
konstruksi masjid Demak --terutama soko Simbol Cina tampak dari bentuk
tatal penyangga masjid beserta lambang bangunan, ritual dan upacara serta
kura-kura, konstruksi masjid Sekayu di ornamen yang ada di Klenteng Sam Po
Semarang dan sebagainya, semuanya Kong., diantaranya lampion, lilin, hio,
menunjukkan pengaruh budaya Cina yang patung dewa-dewa serta dominasi warna
cukup kuat. Bukti lain dapat ditambah dari warna sakral Cina, yaitu merah dan kuning
dua bangunan masjid yang berdiri megah yang membungkus tembok serta pernak-
di Jakarta, yakni masjid Kali Angke yang pernik yang ada. Warna merah
dihubungkan dengan Gouw Tjay dan menggambarkan kegembiraan, artinya
Masjid Kebun Jeruk yang didirikan oleh manusia hidup didunia harus selalu
Tamien Dosol Seeng dan Nyonya Cai. optimis, sedangkan kuning adalah warna
Sayang fenomena Sino Javanese kekaisaran dan sebagai lambang unsur
Muslim Culture tidak terpelihara dengan tanah yang melambangkan kesejahteraan
baik, bahkan oleh masyarakat Tionghoa hidup di dunia. Sementara Klenteng Sam
muslim sendiri. Banyak dari mereka yang Po Kong memiliki gaya arsitektur
tidak mengerti mengenai asal- bangunan khas Cina, dengan ornamen dan
usul/genealogi mereka. Para sejarawan atap melengkung naik yang menunjukkan
Tanah Air juga sangat langka yang gaya Tiongkok Selatan.
merawat atau memelihara kesejarahan Unsur dominan yang ada di
akulturasi Tionghoa, Islam, Jawa ini. kompleks Klenteng Sam Po Kong adalah
Mereka umumnya terkena penyakit altar penyembahan untuk Tian atau Tuhan,
intellectual laziesness atau kemalasan disamping juga adanya altar pemujaan
intelektual untuk melakukan penggalian untuk dewa pintu serta dewa atau orang
sejarah yang memang minim dokumentasi suci di masing-masing kompleks klenteng.
tertulis ini (Sumanto Al Qurtuby, Cheng Altar pemujaan tersebut merupakan altar
Ho, Islam, dan Indonesia, Grup Google khas yang ada disetiap bangunan pemujaan
soc_culture_indonesia.htm). yang bernafaskan konghucu. Altar
Kendati demikian, Fakta merupakan perantara setiap pengunjung
adanya Sino Javanese Muslim Culture untuk berhubungan dengan dewa-dewi
sebagai bentuk pluralisme kebudayaan ini sekaligus menyampaikan segala
masih dapat dilihat dalam Klenteng Sam permohonannya.
Po Kong di Gedung Batu Simongan Sementara ritual-ritual yang
Semarang. Pluralisme yang ada tidak dilakukan oleh etnis Cina yang beribadah
hanya ditunjukan dalam unsur-unsur di sini juga bernafaskan kebudayaan Cina.
kebudayaan fisik saja. Lebih dari itu, Ini tampak dari cara berdoa mereka yang
simbol kebudayaan yang berupa sistem menggunakan hio sebagai perantara serta
budaya, seperti ritual masih terpelihara perayaan-perayaan yang diadakan oleh
hingga kini. mereka. Perayaan yang terbesar dilakukan
oleh pihak klenteng adalah Sembahyang
Sam Po Gia Hio, yaitu sembayang untuk
Simbol Cina Dalam Klenteng Sam Po menghormati kedatangan Sam Po Kong di
Kong. Semarang yang dilaksanakan setiap
Dominasi penampakan simbol tanggal 15 Lak Gwee, penanggalan Imlek.
Cina hampir menghiasi pada sudut
bangunan kompleks Klenteng Sam Po
Kong. Hal ini wajar terjadi karena Simbol Jawa Dalam Klenteng Sam Po
rombongan ekspedisi Cheng Ho berasal Kong.
dari daratan Cina dan sekarang-pun

The Messenger Volume VII, Nomor 2, Edisi Juli 2015 38


Penampakan simbol jawa lebih tempat ibadah umat Tri darma (Tao,
terlihat dari kegiatan ritual (baik Budha dan Konghucu), Klenteng Sam Po
perseorangan maupun rombongan) yang Kong juga digunakan untuk beribadat bagi
seringkali dilaksanakan di kompleks etnis Jawa dengan latar agama yang
klenteng ini. Kegiatan ritual tersebut berbeda. Di Klenteng inilah kerukunan
adalah ziarah makam. Objek material umat beragama terpelihara dengan baik.
simbol jawa ditunjukan dengan tempat Mereka yang datang di Klenteng Sam Po
sesaji serta ritual pembakaran kemenyan Kong tanpa merasa risih masuk kedalam
dan bunga yang dilakukan di makam Kyai klenteng untuk menjalankan ritual sesuai
Juru Mudi Dampo Awang, makam Kyai dengan kepercayaan mereka masing-
dan Nyai Tumpeng dan ruang masing tanpa mereka harus berpindah
persembahayangan Kyai Jangkar . agama. Kerukunan yang terjadi di dalam
Terkadang juru kunci yang terdapat pada Klenteng Sam Po Kong tercermin dari
ketiga tempat tersebut juga menggunakan sikap toleransi diantara mereka yang saling
doa dan matera berbahasa jawa dalam menghargai untuk menjalankan ritualnya
menyampaikan permohonan pengunjung. masing-masing. Bahkan kerukunan ini
Bentuk atap ruangan makam Kyai dan sudah tercipta sejak Klenteng ini berdiri.
Nyai Tumpeng adalah bergaya joglo Disini secara tidak sengaja telah terjadi
menunjukan simbol rumah adat jawa. pembauran antara etnis keturunan Cina
dan Jawa yang terjalin harmonis, sehingga
Simbol Islam Dalam Klenteng Sam Po Klenteng Sam Po Kong mempunyai fungsi
Kong. bagi kedua etnis tersebut.
Penampakan simbol Islam terdapat Bagi etnis Cina yang beragama
pada bangunan makam Kyai Juru Mudi Konghucu bentuk persembahayangan tidak
Dampo Awang dimana bentuk makam dilakukan setiap hari, melainkan
dengan cungkup menonjol dikedua disesuaikan dengan kebutuhan mereka.
ujungnya merupakan ciri khas makam Hanya saja setiap tanggal 1 dan 15
Islam. Sedangkan keberadaan makam Kyai penanggalan Imlek, mereka diwajibkan
dan Nyai Tumpeng merupakan makam untuk melakukan ritual doa di klenteng.
Islam, sekalipun dari penampakan fisik Ritual doa ini dimulai dengan menyalakan
tidak menjurus kepada bentuk makam lilin sebagai lambang penerang. Setelah
Islam. Namun, simbol Islam ditampakan ketiga hio akan disulut kedalam cawan api
pada sebutan “Kyai” dan “Nyai” yang untuk kemudian ditancapkan ke altar
mengacu pada sebutan orang yang penyembahan sambil berdoa. Tiga hio
dihormati dan disegani dalam tatanan yang digunakan mewakili bumi (tanah), air
masyarakat Islam. Selain itu penampakan dan udara. Penggunaan hio dimaksudkan
simbol islam diwujudkan dalam doa-doa sebagai perantara supaya doa-doa yang
yang digunakan baik peziarah yang dipanjatkan dapat segera naik ke atas
beragama Islam maupun oleh juru kunci (langit), sehingga didengar oleh Tian
pada makam Kyai Juru Mudi Dampo (Tuhan) dan Dewa-dewi yang mereka
Awang, makam Kyai dan Nyai Tumpeng sembah. Tata cara berdoa dimulai dari
serta makam Kyai Jangkar. altar penyembahan kepada Tian yang
selalu berada dibagian depan bangunan
Spirit Kerukunan Dalam Klenteng Sam klenteng. Kemudian dilanjutkan dengan
Po Kong menyalakan hio pada altar dewa pintu, bila
Berbeda dengan klenteng-klenteng ada, karena tidak semua klenteng
yang telah ada di Semarang atau bahkan di mendirikan altar persembahayangan untuk
tempat lainnya, Klenteng Sam Po Kong dewa pintu. Selanjutnya, mereka baru
mempunyai fungsi ibadah yang lain dari melakukan persembahayangan pada altar
biasanya. Bila Klenteng identik sebagai untuk dewa-dewi yang ada di klenteng.

The Messenger Volume VII, Nomor 2, Edisi Juli 2015 39


Setiap klenteng memiliki dewa-dewi yang pertolongan kepada kekuatan yang ada di
berbeda-beda. Selain ritual tersebut, kompleks klenteng dapat memberikan
biasanya banyak dari masyarakat yang pengaruh terhadap rezeki yang akan
mencoba keberuntungan mereka melalui mereka terima di masa datang. Dagangan
ramalan yang dibimbing oleh Biokong mereka semakin laris, begitu juga dengan
(sebutan untuk juru kunci klenteng). hasil panen menjadi lancar dan banyak.
Adapun Cara meramal keberuntungan Para peziarah pribumi ini banyak
mereka dilakukan melalui tabung bambu melakukan ritual ziarah makam di
yang berisi beberapa puluh tusuk “pociam” beberapa tempat pemujaan yang ada di
yang masing-masing sudah tertera angka. klenteng Sam Po Kong. Tempat pemujaan
Pemohon ataupun dapat melalui Biokong tersebut justru bukan di bangunan utama,
akan mengkocok tabung bambu tersebut. melainkan di kompleks sekitarnya, yaitu
Tusuk yang keluar akan memperlihatkan Makam Kyai Juru Mudi Dampo Awang,
angka yang kemudian akan dicocokkan Ruang Pemujaan Kyai Jangkar serta
dengan selembar kertas yang bertuliskan Makam Kyai dan Nyai Tumpeng dan Kyai
tentang ramalan yang sesuai dengan nomor Tjundrek Bumi.
yang tertera di tusuk bamboo tersebut. Tata cara berdoa pada peziarah
Selain cara itu, untuk mengetahui jawa yang mayoritas beragama islam ini
peruntungan dapat dilakukan melalui tidak banyak memerlukan ritual yang
melempar “peiciao” atau mata uang logam kompleks. Syarat utamanya cukup
khusus. Apabila peiciao tersebut dilempar membawa kembang setaman yang
dan jatuhnya berlainan arah (berbeda nantinya diberikan kepada Juru kunci
permukaan), berarti permohonan diterima. sambil mengatakan apa yang
Tetapi jika dilempar dan jatuhnya pada diinginkannya (rezeki, keselamatan, jodoh
permukaan yang sama, maka harus dan sebagainya). Selanjutnya juru kunci
diulangi lagi sampai permukaannya akan melakukan ritual doa dengan
berbeda. membaca beberapa doa bernafaskan islam
Di klenteng Sam Po Kong terdapat sambil membakar kembang setaman di
beberapa kompleks yang biasanya tungku pembakaran yang ada di
dikunjungi oleh etnis Cina, yaitu Tempat hadapannya. Ritual pun berakhir dengan
pemujaan Sam Po Tay Djien, Tempat juru kunci memberikan kembang yang
pemujaan Dewa Bumi, altar pemujaan dibungkus dalam kertas kecil untuk
kepada nabi-nabi Konghucu dan roh-roh kemudian disimpan oleh pengunjung.
umum (Hoa Peng). Disamping itu mereka Sementara bagi para peziarah jawa
juga melakukan ritual doa di makam Kyai yang ingin berdoa di klenteng utama,
Juru Mudi Dampo Awang, Ruang tempat pemujaan Sam Po Tay Djien
Pemujaan Kyai Jangkar serta Makam Kyai ataupun Dewa Bumi, kembang setaman ini
dan Nyai Tumpeng dan Kyai Tjundrek diganti dengan hio yang diberikan kepada
Bumi. biokong (juru kunci). Melalui biokong lah,
Sementara itu, setiap malam Jum’at hio yang jumlahnya 3 ini setelah disulut
kliwon, Klenteng Sam Po Kong banyak api akan disematkan dalam altar pemujaan
dikunjungi oleh pribumi, yang mayoritas sambil mengucapkan doa. Bahkan banyak
beretnis Jawa. Ditempat yang dianggap pula setelah ritual ini selesai, peziarah
keramat ini, peziarah Jawa biasanya jawa menyempatkan diri untuk mengetahui
meminta berkah yang bersifat keberuntungan mereka dengan melempar
keduniawian, seperti masalah ekonomi, puluhan tusuk “pociam”. Setelah
kesehatan maupun keselamatan hidup. mengetahui peruntungannya, pemohon
Banyak dari peziarah pribumi yang biasanya memberikan angpauw pada
berprofesi sebagai petani dan pedagang ini biokong, jumlahnya terserah pemohon.
sangat percaya bahwa dengan meminta Selain ingin tahu peruntungan, ada juga

The Messenger Volume VII, Nomor 2, Edisi Juli 2015 40


peziarah yang datang supaya diberi kekuatannya dapat memberikan berkah
kesembuhan dari penyakit yang dalam menjalani kehidupannya. Ditempat
dideritanya. Caranya adalah dengan yang dianggap keramat ini, peziarah Jawa
meminta air yang sudah diberi doa oleh biasanya meminta hal-hal yang bersifat
biokong. Air itu diperoleh dari sumber keduniawian terutama dalam hal ekonomi,
mata air yang mengalir di dalam gua meskipun ada juga yang memohon hal-hal
tempat pemujaan Sam Po Tay Djien. yang bersifat keselamatan. Di sinilah
semangat kerukunan umat beragama telah
Penutup terbangun sejak berdirinya klenteng Sam
Klenteng Sam Po Kong Po Kong. Masing-masing orang dengan
mempunyai makna yang sangat dalam latar belakang agama dan etnis yang
sebagai simbol multi kultural, multi etnis berbeda satu sama lain saling menghormati
dan multi agama. Berbeda dengan dan bertoleransi dalam menjalankan
klenteng-klenteng pada umumnya, kepercayaan dan ritualnya masing-masing.
Klenteng Sam Po Kong yang berada di Walaupun ada sebagian orang yang
daerah Gedong Batu, Simongan Kota melakukan penggabungan ritual antara
Semarang ini bisa dikatakan secara tidak kebudayaan Cina dan Jawa. Ini terlihat
sengaja terjadi pembauran antara 2 etnis, dalam bentuk ritual yang dilakukan orang
yaitu Cina dan Jawa. Klenteng yang Jawa yang ingin berdoa di klenteng Utama
lazimnya sebagai tempat sembahyang oleh ataupun Ruang Pemujaan Dewa Bumi,
umat Tri Dharma (Konghucu, Tao, dan bunga setaman dan sesaji yang biasa
Budha) ternyata juga banyak dikunjungi digunakan oleh masyarakat Jawa telah
oleh masyarakat Jawa yang berasal dari diganti dengan penggunaan dupa atau hio
beragam latar belakang agama tanpa salah mengikuti tradisi berdoa masyarakat Cina.
satunya harus pindah agama. Hal ini
terkait dengan sejarah Ekspedisi Cheng Ho Daftar Pustaka
ke 'Samudera Barat' pada tahun 1405-1433 Meneguhkan Pluralisme untuk
dalam misi dagang dan politik pada masa Memperkokoh Persaudaraan, At-
kaisar ketiga Dinasti Ming, Zhu Di. Tanwir - Pencerahan -
Armada Cheng Ho dipercaya singgah di Enlightenment - Aufklarung.htm
Semarang, yaitu di Simongan. Sosok Sumanto Al Qurtuby, Cheng Ho, Islam,
Cheng Ho yang diyakini beragama Islam dan Indonesia, Grup Google
oleh etnis Cina maupun Jawa atas jasa- soc_culture_indonesia.html
jasanya dihormati sampai saat ini. Tundjung W Sutirto, Kemajemukan dan
Bagi etnis Cina, klenteng Sam Po Adaptasi Budaya Antar Etnik (Studi
Kong berfungsi sebagaimana mestinya Kasus di Kota Surakarta) dalam
yaitu sebagai tempat mereka berdoa juga buku Agama, Kebudayaan dan
bersembahyang dengan segala upacara Pendidikan (Sejumlah Pemikiran),
khasnya. Sementara bagi masyarakat Jawa, Perhimpunan Citra Kasih, 2003.
apa yang ada di dalam klenteng dipercaya

The Messenger Volume VII, Nomor 2, Edisi Juli 2015 41

Anda mungkin juga menyukai