Anda di halaman 1dari 2

Nama : Prayoga Pamungkas

Kelas : HI B Indralaya
Review : Webinar Youth Forum For Global Justice

Kritik Terhadap Agenda Perdagangan Global Dan WTO

WTO atau World Trade Organization adalah organisasi yang mengatur perdagangan secara
global yang resmi berdiri dan disahkan secara multilateral pada tahun 1994. Perubahan-
perubahan yang terjadi setelah WTO disahkan adalah munculnya berbagai undang-undang yang
telah disesuaikan dengan perdaganngan secara global. WTO adalah organisasi yang mengikat
secara hukum dimana jika peraturanya tidak ditaati dan tidak dilaksanakan dan kemudian dapat
merugikan negara-negara anggota lainya, maka akan di bawa dan diselesaikan di badan
penyelesaian sengketa. Ketika perjanjian perdagangan internasional disepakati, perjanjian itu
membawa kewajiban yang harus dipenuhi. Oleh karena itu, penting untuk melakukan analisa
yang mendetail atas kesepakatan-kesepakatan tersebut.
Seperti contohya, pada tahun 2001, WTO meluncurkan putaran perundingan Doha atau
sering juga disebut Doha the development agenda yang bertujuan untuk perluasan proses
liberalisasi. Dalam perundingan Doha ini, diberlakukan single undertaking atau dalam artian dari
semua isu yang dibahas WTO tidak akan disepakati sampai semuanya selesai. Hal ini
menyebabkan agenda Doha sampai saat ini belum dapat diselesaikan. Namun disisi lain, sistem
single undertaking ini memiliki keunggulan khusunya bagi negara berkembang karena semua
yang dirundingkan harus disetujui semua pihak. Jika sistem ini tidak berlaku, maka negara maju
hanya akan merundingkan aturan-aturan yang menjadi keuntungan bagi mereka dan
mengabaikan perundingan yang menguntukan bagi negara-negara berkembang. Pada tahun 2013
tepatnya ktm di bali, ada usulan early harvest atau dapat disebut “panen duluan” atas upaya
untuk menyelesaikan perundingan Doha yang sudah lama beum disepakati. Akan tetapi tetap
muncul perdebatan apakh ktm di bali dengan usulan early harvest ini adalah untuk keuntungan
bersama (negara maju dan berkembang). Kemudian pada tahun 2017, ktm kembali dilakukan di
Buenos Aires, Argentina dengan hasil bahwa negara-negara maju semakin mendesakan model
plurilateral untuk perluasan liberalisasi. Model plurilateral ini diusulkan negara-negara maju agar
kesepakatan perdagangan dapat lebih mudah diselesaikan karena hanya sedikit negara yang
dapat membuat keputusan. Namun hal ini banyak dikritik oleh negara-negara anggota dan di
anggap ilegal karena WTO yang merupakan oragnisasi multilateral ketika di jalankan dengan
sistem plurilateral hanya akan menguntungkan negara-negara maju (negara-negara yang
mendesak sistem plurilateral untuk diterapkan di WTO).
Sebagai bentuk kritikan, negara-negara berkembang kemudian menginginkan reformasi
pada sistem WTO agar lebih seimbang dan menguntukan semua negara baik negara-negara maju
dan berkembang. Seperti pada tahun 2020, mereka menekankan bahwa inti agenda reformasi
WTO ini adalah meninjau dan mengulang kembali aturan WTO yang ada untuk mengatasi
masalah implementasi yang dihadapi negara-negara berkembang.

Anda mungkin juga menyukai