Anda di halaman 1dari 8

“Malin Kundang”

Cerita oleh :
Tika Ikanegara

Animasi kan oleh :


Luh Ayu Triska Martadyani (2106070)
Alexander Figo (2106014)
Thoni Kusnul Hakim (2106034)
Bianca Marchia Dharmadhi (2106030)
INTRO :

(terlihat ombak dan pasir pantai, terdengar suara deburan ombak)

Narasi : Di pesisir Pantai Air Manis, hiduplah satu keluarga yang


miskin, antara ayah, ibu dan anak.

Scene 1 : (Terlihat sebuah keluarga yang terdiri dari ibu, ayah, dan
anak. Terlihat lusuh. Di ruang tengah, terlihat ayah sedang duduk
termenung, ibu terlihat dari pintu dapur sedang menyiapkan makan malam,
dan anak sedang bermain di lantai)

Narasi : Tuntutan ekonomi yang makin terpuruk memunculkan niat


bagi sang Ayah untuk mengadu nasib ke rantau orang.

Scene 2 : (ayah berjalan menuju pantai, ada kapal di pinggir


pantai/dermaga. Ibu dan anak melambaikan tangan)

(sfx suara badai, petir, hujan, dan ombak bergemuruh)

Scene 3 : (ditengah lautan, suasana kelam, badai besar, ombak


tinggi, siluet kapal terlihat terbelah menjadi dua)

Narasi : ditelan lautan ganas, sang ayah hilang tanpa bisa melihat
keluarganya untuk yang terakhir kali.

Scene 4 : (Terlihat ibu dan anaknya duduk di pantai memandangi


lautan luas dengan raut muka sedih dan hampa. Langit oranye, matahari
mulai terbenam)

(sfx suara burung camar,deburan ombak)

Narasi : Malin, nama anak malang itu, bersama ibunya, dengan


sabar berbulan bulan menanti kabar sang ayah yang tak kunjung pulang.
(zoom ke arah langit, teks “beberapa tahun kemudian”, zoom out,
kembali shot kebawah)

Scene 5 : (didepan rumah reyot, malin kundang terlihat sudah siap


pergi dari rumah membawa barang bawaan dengan raut semangat, ingin
menyalami ibunya didepan pintu)

Narasi : mengikut jejak ayahnya, malin juga ingin mengadu nasib di


negeri orang, dengan semangat ia berpamitan kepada ibunya untuk pergi
merantau jauh. (transisi ke samping)

Scene 6 : (Malin kundang berdiri diatas kapal pesiar memandangi


kampungnya yang makin lama makin kecil sampai tak terlihat mata.
Muncul awan hitam dari titik pulaunya hilang)

(sfx petir, ombak besar)

Narasi : (naas, nasib malin kundang pun sama dengan nasib


ayahnya. Kapal yang ditumpanginya terjebak badai dan berakhir
tenggelam ditengah laut)

(Scene mulai menghitam mulai dari samping ketengah)

Scene 7 : (POV Malin kundang, mata terbuka) malin kundang


melihat langit biru penu awan, burung camar terbang di langit

(sfx burung camar, deburan ombak soft)

Scene 8 : (terlihat malin kundang yang terbaring (terdampar)


dipinggir pantai, baju compang camping, mulai membuka dan
mengedipkan mata

Narasi : Nasib baik nampaknya berada dipihak malin kundang saat


ini. Meskipun kapal yang ditumpanginya karam, ia masih diberi
keselamatan hingga bisa mencapai bibir pantai.

Scene 9 : (di pinggir pantai terlihat ada 2 orang yang lewat dan
melihat malin kundang)
Scene 10 : (2 orang yang lewat membopong malin kundang dari
tepian pantai ke perumahan warga)

Narasi : Malin kundang sekali lagi harus bersyukur, atas


keberuntungannya, ia ditemukan oleh warga setempat dan dirawat disalah
satu rumah warga.

(“beberapa waktu kemudian”)

Scene 11: (Tampilan ilustrasi (slide show) Malin membantu


pekerjaan warga seperti mengangkut hasil tani, memancing,dsb.) (tanpa
ada motion/gerakan)

Narasi : Malin sukarela membantu warga yang membutuhkan


pertolongan. Pekerjaan apapun Malin kerjakan dengan semangat sebagai
bentuk balas budinya kepada para warga.

Scene 12: (siluet Malin terlihat sedang mencangkul tanah


pekarangan rumah warga, ada seorang wanita yang lebih dewasa
dan terlihat modis berjalan dan berhenti tepat didepan malin (zoom
muka wanita)

Narasi : Di suatu hari, malin sedang membantu membersihkan


perkarangan rumah salah seorang warga. Disaat itu juga, muncul
seorang perempuan yang tampak lebih dewasa daripada malin,
melintas dan berhenti tepat di depan Malin.

Scene 13 : (Malin berhadapan dengan wanita tersebut, karena


wanita itu terpesona dengan ketampanan Malin, ia reflek memberikan
tangannya untuk berkenalan, lalu Malin menjabat tangannya untuk
berkenalan)
(sfx harpa romantis)
Scene 14 : (slide show kemesraan Malin dan wanita pujaan
hati, pdkt, pacaran, nikah)

Narasi : Semenjak pertemuan pertama Malin Dan perempuan


tersebut, mereka menjadi dekat dan menjalin hubungan, hingga
akhirnya menikah. Sekarang, mereka secara sah, sudah menjadi
Suami-Istri.
(sfx instrumen minang)

Scene 15 : (Di kamar pengantin, setelah acara pernikahan


selesai, malin dan istrinya duduk di pinggir kasur)

Narasi : Pada malam setelah Malin dan istrinya melangsungkan


pernikahan yang meriah, sang istri menawarkan malin untuk pergi
berbulan madu ke negeri yang jauh nan indah

Scene 16 : (Malin dan istrinya memutuskan untuk menjelajahi


lautan dengan kapal yang super mewah milik sang istri, menuju ke
tempat bulan madu)

Narasi : Malin dan sang istri pergi berbulan madu dengan


fasilitas yang mewah milik istrinya. Malin sangat menikmati
kehidupannya yang bergelimang harta setelah menikah.

Scene 17 : ( kapal yang ditumpangi malin dan istrinya


menabrak batu karang hingga rusak (retak) )

Narasi : tetapi ternyata kebahagiaan malin dan istri tidak


berlangsung lama, sebab kapal yang ditumpangi mereka menabrak
batu karang, hingga mereka harus singgah di pulau terdekat untuk
memperbaiki kapal tersebut.
Scene 18 : (kapal berlayar menuju suatu pulau, pulau tampak
membesar)

Scene 19 : (Malin dan istri berjalan menuruni tangga kapal


menuju pelabuhan.)

Narasi : Kapal pun singgah sejenak di sebuah pulau. Karena


pulau tersebut jarang dikunjungi oleh kapal, khususnya kapal yang
merwah, para warga sekitar berbondong-bondong mengerubungi
pelabuhan untuk melihat siapa orang yang singgah di kampung
mereka.

Scene 20 : (warga yang berbondong bondong mengkerubungi


kapal)
(sfx orang ramai)

Scene 21 : (seorang wanita tua menerobos kerumunan hingga


menjadi paling depan, (zoom mukanya) matanya melotot dan
berlinang airmata)

Narasi : seorang wanita tua yang lusuh menerobos kerumunan


untuk melihat siapa yang datang. Betapa terkejutnya wanita itu saat
melihat seorang pemuda yang sangat dikenalnya turun dari kapal yang
mewah. Ya, yang dilihatnya adalah malin, dan wanita tua tersebut
merupakan ibu malin.

Scene 22 : (malin dan istrinya berjalan-jalan di pantai, sampai


seorang wanita tua menghampiri mereka berdua)

Narasi : Saat kerumunan sudah mereda, sembari menunggu


kapal yang diperbaiki, malin dan istrinya berjalan-jalan di pinggir
pantai. Ketika sedang berjalan di pinggir pantai, seorang wanita tua
lusuh menghampiri mereka berdua dan menyebut nama “Malin”.
Scene 23 : (Malin memasang wajah terkejut, sedangkan istrinya
bingung dengan siapa sosok yang memanggil malin)

Narasi : Malin tak menyangka bahwa ia akan berjumpa dengan


ibundanya. Tetapi ia malu untuk mengakuinya karena ibunya terlihat
lusuh. Istri malin juga melihat wanita tua itu dengan penuh rasa jijik
karena merasa wanita tua itu merupakan rakyat jelata dan tak
sebanding dengan dirinya.

Scene 24 : (malin dan istri mengabaikan dan berjalan melewati


ibunya, tetapi ibunya memegang tangan malin)

Scene 25 : (malin menghentakan tangannya supaya genggaman


ibunya terlepas, terlihat raut sedih wajah ibunya)

Narasi : walaupun ibu malin berkali-kali berusaha meyakinkan


malin untuk mengakui dirinya, malin kundang terus menyangkal dan
bersikeras bahwa wanita Tua itu bukan ibunya.

Scene 26 : (Ibu malin berlutut di tanah dan tertunduk menangis


(mulai mendung) Ibu malin mengangkat kedua tangannya (kaya
orang doa gt wakaka)

Narasi : Sedih dan kecewa, perasaan yang dirasakan ibu malin


saat ini. Ibu malin menyerah dan berlutut menangis. Saat ibu malin
tertunduk, awan mulai menggelap dan langit mulai bergemuruh,kedua
tangan ibu malin terangkat ke depan wajahnya, ia berdoa kepada
Tuhan. Ia berdoa agar anaknya diberi hukuman yang setimpal dengan
perbuatannya.

(sfx petir)
Scene 27 : (shot awan berputar membentuk spiral, petir terlihat
dimana mana)

Scene 28 : (malin kundang terlihat bingung dan ketakutan


sembari melihat kearah istrinya, lalu kearah langit.)

Narasi : hanya ketakutan yang ada di raut wajah malin kundang


saat ini, ia tak tahu apa yang akan menimpanya dan juga istrinya.

Scene 29 : (Dengan wajah penuh kesedihan, Ibu malin


meneriakkan sumpah atas anaknya yang durhaka)

Narasi : dengan penuh kesedihan dan hati yang berat, ibu malin
kundang melayangkan sumpah kepada malin. Tuhan mengabulkan
permintaan ibu malin dan melayangkan sambaran petir kepada malin.

Scene 30 : (Malin, Istri, serta para bawahannya tersambar petir


dan tubuh mereka berubah menjadi batu)

Narasi : Malin Kundang yang hatinya sekeras batu, dengan


kuasa Tuhan atas kedurhakaannya, kini berubah menjadi batu yang
cukup besar di pesisir pantai.

_______

Anda mungkin juga menyukai