Anda di halaman 1dari 12

,Kata Pengantar

Puji syukur kami ucapkan kepada kehadirat Allah SWT atas segala hikmat dan
rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang turut berkontribusi
dalam penyusunan makalah ini.

Semoga makalah ini senantiasa dapat menambah pengetahuan maupun sebagai


referensi bagi pembaca. Dalam penulisan makalah ini kami para penulis merasa masih
banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat
kemampuan yang dimiliki oleh kami pihak penulis. Maka dari itu kritik dan saran dari semua
pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………………………………....i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………………………………….ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang……………………………………………..………………………………………………………………1

BAB II PEMBAHASAN

2.1.Kesulitan guru………………………………………………………………………………………………………………2

2.2.Strategi pembelajaran……………………………………………………………………………………………………6
BAB II PENUTUP

3.1.Kesimpulan…………………………………………………………………………………………………………………….8

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………………………………9
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan
gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu.
Di dalam strategi yang baik terdapat koordinasi tim kerja, memiliki tema, mengidentifikasi
faktor pendukung yang sesuai dengan prinsip-prinsip pelaksanaan gagasan secara rasional,
efisien dalam pendanaan, dan memiliki taktik untuk mencapai tujuan secara efektif.
Strategi dibedakan dengan taktik yang memiliki ruang lingkup yang lebih sempit dan waktu
yang lebih singkat, walaupun pada umumnya orang sering kali mencampuradukkan ke dua
kata tersebut. Strategi sering dikaitkan dengan Visi dan Misi, walaupun strategi biasanya
lebih terkait dengan jangka pendek dan jangka panjang.
Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam potensi perilaku sebagai hasil dari
pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara
stimulus dan respons. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan
perubahan perilakunya.
Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan
siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Kesulitan yang dialami oleh guru di saat proses belajar mengajar yang di
timbulkan oleh siswa
Seorang siswa yang insecure atau tidak percaya diri bisa membuat guru kesulitan saat
proses belajar mengajar.

Kenapa siswa yang tidak percaya diri bisa membuat guru kesulitan saat mengajar karena
saat ada tanya jawab siswa yang tidak percaya diri akan tetap diam tidak bisa menjawab dan
itu bisa membuat pembelajaran terhambat karena guru biasanya akan terus menunggu si
murid menjawab.

Percaya diri adalah kemampuan dalam menyakinkan diri pada kemampuan yang kita miliki
atau kemampuan untuk mengembangkan penilaian positif baik untuk diri sendiri ataupun
lingkungan sekitar. Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi percaya diri
seseorang baik dari faktor eksternal maupun internal.

Orang tua dan guru memegang peran penting dalam membentuk kepercayaan diri anak.
Seringkali orang tua memberikan larangan pada anak untuk melakukan sesuatu sehingga
keberanian anak kurang berkembang dengan baik. Anak yang rendah kepercayaan dirinya
biasanya anak tersebut malu untuk mengungkapkan pendapatnya di depan orang lain, malu
menjawab pertanyaan dari guru ketika guru memberikan tanya jawab dan saat di ajak
bermain oleh temannya, anak tersebut hanya diam dan merasa malu. Kepercayaan diri
merupakan satu kunci keberhasilan seseorang dan menjadi hal dasar yang penting dikuasai
anak-anak. Kepribadian, kemampuan bersosialisasi, dan kecerdasan bersumber dari rasa
percaya diri. Tanpa adanya rasa percaya diri yang tinggi pada anak maka tumbuh kembang
anak tidak akan optimal dan akan menjadi seorang yang pesimis dalam menghadapi
tantangan, takut dan ragu-ragu dalam menyampaikan pendapat atau gagasan.

Rasa percaya diri adalah hal yang sangat penting untuk dibangun sejak kecil. Pasalnya, rasa
percaya diri dapat mendorong seseorang untuk mampu mencetak capaian-capaian di dalam
hidupnya.
Akan tetapi, tentu saja kita tidak dapat menutup mata bahwa tingkat kepercayaan diri
seseorang bisa saja naik turun, termasuk anak-anak. Rebecca L. Fraser-Thill, pengajar
psikologi di Bates College, AS, yang banyak membuat tulisan soal perkembangan anak dan
pengasuhan praremaja mengatakan bahwa usia praremaja adalah usia ketika seorang anak
rawan mengalami penurunan kepercayaan diri.

Menurut Rebecca, ada sejumlah alasan yang saling terkait mengapa masalah ini muncul
selama masa praremaja, di antaranya:

1.Perbandingan dengan sebayanya

Anak-anak usia enam sampai sebelas tahun mulai aktif membandingkan diri sendiri dengan
teman sebaya mereka. Beberapa perbandingan yang sering mereka nilai adalah kondisi
ekonomi keluarga, prestasi akademis, dan masalah sosial seperti siapa yang jumlah
temannya lebih banyak, siapa yang lebih disukai teman dan guru. Perbadingan adalah arena
tersulit bagi anak-anak di usia ini.

Untuk mencegah hal ini terjadi, maka orang tua juga sebaiknya tidak pernah membanding-
bandingkan anak. Sebab, kebiasaan anak membandingkan dirinya sendiri dengan orang lain
juga bisa terjadi karena perilaku orang tua.

2. Merasa tidak kompoten

Anak-anak di usia ini sangat berjuang dengan perasaan ingin ‘terlihat’. Beberapa anak mulai
menyadari bahwa mereka tidak sebaik teman-temannya dalam bidang tertentu. Inilah yang
membuat mereka merasa rendah diri.

Terlebih, bila hal tersebut terjadi di bidang yang ia anggap penting, misalnya saja bila ia
gagal dalam tes basket yang ia gemari sedangkan ada anak baru yang bisa melakukannya
lebih baik, maka ia berisiko mengalami penurunan rasa percaya diri.

3. Terlalu Banyak Tekanan dari Lingkungannya

Secara tidak disadari, orang tua, guru, maupun lingkungan di sekitar menjadi tekanan
tersendiri bagi anak-anak. Mereka selalu dituntut untuk melakukan hal yang lebih dan tidak
dipandang sudah melakukan hal yang baik. Anak-anak jadi merasa tidak mendapatkan
apresiasi yang cukup atas apa yang sudah mereka lakukan. Oleh karena itu, mereka jadi
terbentuk untuk selalu merasa kurang dan tidak percaya diri.

4. Penolakan dari Orang Lain

Masalah relasi adalah hal yang sangat penting bagi anak-anak. Bila mereka mendapat
penolakan, terutama dari orang yang mereka hargai, sangat mungkin hal tersebut
menciutkan rasa percaya diri mereka.

Untuk membangun rasa percaya diri yang sehat, penting bagi orang tua untuk menunjukkan
bahwa Anda mencintainya apa adanya dan tanpa syarat. Tunjukkan dengan cara yang sesuai
dengan bahasa cinta anak. Perlu Anda juga mendorongnya untuk mencintai dirinya sendiri.

Menurut saya tidak percaya diri dalam mahasiswa adalah lebih ke terlalu banyak tekanan
dari lingkungannya. Seperti dari orang tua, dosen, dan lingkungan. Orang tua yang sangat
ingin melihat anaknya sukses karena yang ada dipikiran mereka dengan masuk ke perguruan
tinggi maka dia harus sukses,namun mereka salah cara menyemangatinya ,mereka selalu
membandingkan anaknya dengan tetanngga yang sukses dan itu yang buat dia jadi tertekan
bukan menjadi semangat.

Yang kedua dari dosen yang membuat dia tertekan, seperti saat jam pelajaran ada
pertanyaan dan jawabannya di tunjuk oleh dosen, memaksa untuk kedepan atau meminta
pendapat berulang kali. Itu bisa membuat mahasiswa tertekan dan tidak percaya diri saat
tidak punya jawaban dan tetap dipaksa untuk kedepan.

Yang ketiga ada di lingkungan seperti teman-temannya, saat dosen menyuruh dia kedepan
tapi tidak mau biasanya teman yang lain akan terus memaksa untuk dia ke depan dengan
terus memanasinya sehingga dosen biasanya akan mengancam siswa dengan menurunkan
nilainya, dan biasanya ada saja teman yang usil saat tau ada satu siswa yang tidak percaya
diri untuk kedepan pasti saat ada pertanyaan siswa yang tidak percaya diri itu akan di
komporin untuk menjawabnya.

Dengan memaksa siwa untuk maju kedepan itu tidak akan menghilangkan tidak percaya
dirinya justru itu akan membuat siswa makin tertekan karena mereka tidak percaya diri,
malu saat berada didepan apalagi dengan dorongan teman nya untuk ke depan.
Meningkatkan rasa percaya diri siswa dapat dilakukan melalui banyak kegiatan. Dan hal ini
harus dilakukan secara terus menerus. Karena kepercayaan diri siswa sebagian besar
didapatkan berdasarkan pada pengalaman, dan secara bertahap diperkuat oleh
keberhasilan di bidang sosial, emosional, dan intelektualnya. Siswa yang aktif dan memiliki
banyak pengalaman di masa sekolahnya akan semakin mudah dan semakin alami dalam
membangun rasa percaya dirinya. Jadi penting bagi Guru Pintar untuk membangun suasana
yang aman, dan jangan segan untuk selalu memberikan umpan balik yang dapat siswa
kembangkan.

Cara membangun kepercayaan diri anak

Tidak semua anak mampu dengan sendirinya memiliki rasa percaya diri. Diperlukan bantuan
dari Guru Pintar untuk membantu siswa menumbuhkan rasa percaya dirinya agar anak
percaya diri di sekolah. Bagaimana caranya? Berikut ini adalah beberapa cara melatih
kepercayaan diri siswa di sekolah:

1.Tanamkan Pada Siswa Bahwa Setiap Anak Istimewa

Anak tidak percaya diri terkadang karena ia merasa berbeda dengan teman-temannya. Guru
Pintar pasti sering melihat anak yang ingin selalu sama dengan temannya dan menangis
atau bahkan tidak mau pergi ke sekolah jika tidak memiliki barang atau tidak bisa melakukan
sesuatu seperti temannya. Nah, disinilah pentingnya bahwa berbeda itu tidak apa-apa-apa.
Beritahukan bahwa setiap anak itu istimewa dengan segala keunikannya. Mungkin ada anak
yang kurang dalam pelajaran Matematika, tetapi ternyata mereka sangat menonjol dalam
bidang lainnya seperti olahraga, seni, dan lain sebagainya.

2. Ajak Siswa Untuk Memberikan Penilaian pada Diri Sendiri dan Temannya

Melatih percaya diri siswa dapat juga dilakukan dengan cara mengajak siswa untuk penilaian
kepada diri sendiri dan teman kelasnya. Memberikan penilaian bukan berarti meminta siswa
untuk menghakimi teman-teman atau dirinya sendiri, akan tetapi lebih pada refleksi
sehingga siswa dapat mengetahui apa-apa saja yang harus ditingkatkan atau diperbaiki. Hal
ini juga dapat meningkatkan kemampuan belajar, mendorong rasa memiliki, dan juga
membantu satu sama lain. Kegiatan ini merupakan langkah besar untuk membangun
kepercayaan diri siswa.
3. Berikan apresiasi

Cara guru menghadapi siswa yang kurang percaya diri adalah dengan memberikan apresiasi.
Setiap siswa membutuhkan pengakuan dan juga perhatian. Jangan segan-segan untuk
memberikan apresiasi sekecil apapun pencapaian siswa. Apresiasi dapat diberikan berupa
pujian atau token berupa bintang untuk ditempel di papan penghargaan. Pemberian
apresiasi tidak menambah kepercayaan siswa, tetapi juga dapat membuat siswa lebih
termotivasi untuk lebih baik lagi dari hari ke hari.

4. Berikan Kepercayaan

Rasa percaya diri pada remaja dan juga anak-anak akan tumbuh jika mereka diberikan
kepercayaan. Ketika siswa mengerjakan sesuatu jangan selalu dituntun karena hal ini akan
membuat siswa menjadi ketergantungan pada guru, merasa tidak mampu melakukan
sesuatu sendiri, dan juga merasa gurunya tidak percaya kalau dia bisa. Mungkin sekali waktu
mereka melakukan kesalahan. Jangan buru-buru menegur atau memarahi, ajaklah siswa
berdiskusi dan biarkan siswa belajar dari kesalahan tersebut.

5. Berikan Afirmasi Positif Setiap Hari

Guru Pintar dapat menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa melalui pemberian afirmasi-
afirmasi positif setiap hari. Guru Pintar dapat menginspirasi kepercayaan pada siswa setiap
hari dengan bantuan pola pikir yang berkembang. Hal ini memungkinkan siswa untuk dapat
melihat sebuah kemungkinan, alih-alih batasan.siswa juga akan melihat kegagalan sebagai
peluang untuk berkembang dan unggul.

2.2. Strategi Pendidikan Baru

Dari pernyataan diatas bahwa mengubah seseorang yang tidak percaya diri itu bukan
dengan dipaksa, namun saya membuat strategi baru yaitu strategi lebih dekat.

Langkah – langkah

1.Pendekatan diri kepada siswa

2.Cari tau apa yang dia minati dan bisa membuat petanyaan seputar yang dia minat
3.Membuat kelompok kecil dengan anggota pilihan sendiri

Caranya kita sebagai guru harus tau dulu kenapa siswa itu tidak percaya diri,pendekatan diri
kepada siswa namun sebagai teman, itu bisa dilakukan saat luar jam pelajaran dan tidak
banyak orang yang dikenal disekitarnya,karena biasanya saat berada disekitar lingkungan
yang mereka kenal itu bisa buat mereka semakin tidak percaya diri.

Saat jam pelajaran biasanya ada sesi tanya jawab, jangan pernah memaksa nya untuk
menjawab atau suruh ke depan, itu harus diganti menjadi pendekatan kita harus tau apa
yang dia suka atau sesuatu yang dia minati setelah mengetahuinya guru bisa pelan pelan
melakukannya dengan membuat pertanyaan seputar apa yang dia minati, baru setelah itu
guru meminta jawabannya namun tidak kedepan langsung bisa melalui kertas seperti essay
atau berkata langsung kepada guru dengan didatangi muridnya ke bangku masing masing.

Setelah itu guru bisa memberi tugas dengan membuat kelompok kecil dan pilihan anggota
kelompok nya memilih sendiri karena mereka yang tidak percaya diri biasanya akan lebih
nyaman saat mereka berada dilingkungan yang sudah mereka kenal dekat dan biasanya dia
bisa ngasih pendapat saat bersama teman dekat.
BAB II

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Percaya diri adalah kemampuan dalam menyakinkan diri pada kemampuan yang kita miliki
atau kemampuan untuk mengembangkan penilaian positif baik untuk diri sendiri ataupun
lingkungan sekitar. Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi percaya diri
seseorang baik dari faktor eksternal maupun internal.

Dengan memaksa siwa untuk maju kedepan itu tidak akan menghilangkan tidak percaya
dirinya justru itu akan membuat siswa makin tertekan karena mereka tidak percaya diri,
malu saat berada didepan apalagi dengan dorongan teman nya untuk ke depan.

Meningkatkan rasa percaya diri siswa dapat dilakukan melalui banyak kegiatan. Dan hal ini
harus dilakukan secara terus menerus. Karena kepercayaan diri siswa sebagian besar
didapatkan berdasarkan pada pengalaman, dan secara bertahap diperkuat oleh
keberhasilan di bidang sosial, emosional, dan intelektualnya. Siswa yang aktif dan memiliki
banyak pengalaman di masa sekolahnya akan semakin mudah dan semakin alami dalam
membangun rasa percaya dirinya. Jadi penting bagi Guru Pintar untuk membangun suasana
yang aman, dan jangan segan untuk selalu memberikan umpan balik yang dapat siswa
kembangkan.
DAFTAR PUSTAKA

Strategi Guru Dalam Menumbuhkan Rasa Percaya Diri Pada Anak Kelompok A di TK AL-HUSNA
Kecamatan Patrang Kabupaten Jember Tahun Pelajaran 2017/2018 (unej.ac.id)

Cara Menumbuhkan Rasa Percaya Diri Pada Siswa (akupintar.id)

4 Penyebab Anak Tidak Percaya Diri (parenting.co.id)

Percaya Diri : Pengertian, Manfaat, & Cara Meningkatkannya – Psychology (binus.ac.id)

Cara Menumbuhkan Rasa Percaya Diri Pada Siswa (akupintar.id)

Anda mungkin juga menyukai